BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Investasi Investasi dapat diartikan membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Menurut Tandelilin (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi, menurut Tim Hale (2009: 5) adalah sebagai berikut: Investing is about buying and selling investments through a brokerage account, feeling the control and enjoying the buzz from the excitement of the markets; for other its is about deciding where to put their money based on which markets will do better in die next year or two, often usingfunds to reflect their ideas. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan membeli dan atau menjual suatu instrumen dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. 2. Pasar Modal Pengertian Pasar Modal menurut Suad Husnan (2006:3) adalah: "Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Fungsi pasar modal pada dasarnya adalah sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public. 9

2 10 Pasar modal sebenarnya memiliki peranan penting dalam memobilisasi dana untuk menunjang perekonomian dan pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal mengundang banyak perusahaan nasional maupun perusahaan dalam bentuk patungan untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan yang beragam. Namun, tujuan utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui ekspansi usaha dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal agar dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Instrumen-instrumen pasar modal Indonesia yang memungkinkan mobilitas dana diyakini masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursabursa yang ada di negara-negara maju. Walaupun demikian, pasar modal Indonesia telah menjadi wahana penting untuk menyediakan dana yang diperlukan oleh dunia usaha melalui penjualan saham dan obligasi serta derivatifnya. 3. Kandungan Informasi Informasi mempunyai sifat normatif apabila memiliki kriteria kelengkapan, tepat waktu dan relevansi. Dengan adanya sifat normatif tersebut, maka informasi mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan perusahaan pada masa lalu dan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini terkait dengan usaha untuk memaksimalkan keuntungan dengan resiko tertentu dalam pemilihan portofolio investasi. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga

3 11 keputusan yang diambil oleh investor diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni return yang maksimal dengan resiko yang terjaga. Informasi di pasar modal pada dasarnya terdiri dari berbagai bentuk, yaitu informasi yang tersedia di publik (bersifat terbuka) maupun informasi pribadi (bersifat tertutup) yang dapat diperoleh investor. Dimana pengaruh informasi tersebut terhadap pengambilan keputusan oleh investor dapat terlihat dari jumlah efek yang ditransaksikan selama periode informasi itu tercipta maupun terhadap harga saham setelah periode publikasi. Sularso (2010) menyatakan bahwa informasi (informasi di pasar modal) adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam Pasar Modal maupun di luar Pasar Modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusannya. Informasi di Pasar Modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan (private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu informasi yang hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Menurut Asnawi dan Wijaya (2008), selain informasi publik dan informasi non publik/privat, terdapat informasi yang disebut sebagai trading noise, yaitu kesalahan harga yang bukan disebabkan oleh informasi publik maupun informasi privat. Informasi yang relevan dengan kondisi Pasar Modal merupakan sesuatu yang selalu dicari oleh pelaku Pasar Modal untuk keperluan pengambilan

4 12 keputusan investasi, karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham. Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan, sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual sahamnya dengan harga yang wajar. Menurut Anoraga dan Pakarti (2009), secara umum, informasi berguna jika dapat membantu penilaian dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan investasi. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan (investor) akan membuat keputusan yang lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat. Han Shen (2008) dalam Yogi (2009) menjelaskan, beberapa contoh informasi material yang bisa mempengaruhi harga saham dan keputusan investor diantaranya adalah: 1. Rencana perusahaan mengenai pembagian dividen atau peningkatan modal perusahaan, 2. Perubahan besar dalam struktur modal perusahaan, 3. Perubahan besar dalam penjaminan kewajiban perusahaan (guaranty of company s obligation), 4. Rencana perusahaan mengenai akuisisi, 5. Perubahan yang signifikan dalam pedoman bisnis (business guidelines) atau ruang lingkup bisnis (business scope) perusahaan, 6. Keputusan perusahaan untuk melakukan pembelian aset atau setiap investasi yang bersifat signifikan,

5 13 7. Adanya kontrak penting perusahaan yang secara signifikan dapat mempengaruhi aset perusahaan, utang, hak, atau perkembangan usahanya, 8. Timbulnya utang besar di perusahaan atau terjadinya default utang material perusahaan yang jatuh tempo, 9. Timbulnya defisit atau kerugian besar dalam perusahaan, 10. Perubahan yang signifikan dalam kondisi eksternal operasional bisnis perusahaan, 11. Perubahan direksi, dan atau perubahan tidak kurang dari sepertiga dari supervisor atau manajemen perusahaan, 12. Perubahan besar dalam kepemilikan pemegang saham atau pengendali secara de facto (de facto controllers), yang masing-masing memegang kontrol tidak kurang dari lima persen saham perusahaan, 13. Keputusan perusahaan terkait penurunan modal, merger, perubahan divisi, pembubaran, atau aplikasi untuk kebangkrutan, 14. Litigasi (tuntutan hukum) di mana perusahaan terlibat, atau di mana keputusan rapat umum pemegang saham atau dewan direksi telah dibatalkan atau diumumkan dengan tidak valid, 15. Keterlibatan perusahaan dalam tindak kejahatan (fraud), baik yang telah diinvestigasi oleh badan peradilan atau keadaan dimana setiap direktur, supervisor atau senior petugas perusahaan dikenakan tindakan wajib (compulsory measures) oleh badan peradilan, 16. Dan, setiap informasi penting lainnya yang telah diakui oleh badan pengawas Pasar Modal yang memiliki efek pada harga perdagangan Efek, misalnya

6 14 publikasi sanksi dari Regulator kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Atas informasi-informasi sebagaimana diatas, investor tentu akan melakukan telaah terhadap informasi yang diperolehnya. Informasi tersebut dianalisis guna dapat menentukan keputusan invesati yang tepat, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan/return secara maksimal. Informasi material tersebut erat kaitannya dengan efisiensi pasar, dimana pasar yang efisien menyediakan informasi yang sama dalam hal kuantitas, kualitas, kecepatan penyampaian informasi, dan biaya yang relatif murah kepada para pelaku pasar. Sehingga, diharapkan kondisi yang aktual dan faktual mengenai emiten direfleksikan dengan tepat di pasar, yang ditunjukkan dengan harga saham dan perdagangan saham tersebut. Menurut Robert Ang (2005), semakin cepat dan semakin banyak informasi yang dapat diserap oleh investor, maka semakin besar kemungkinan untuk bisa memperoleh keuntungan yang besar dan tidak normal (abnormal return). Beberapa pertimbangan penting mengenai informasi di Pasar Modal meliputi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kualitas informasi 2. Jenis informasi 3. Kecepatan informasi 4. Volume informasi Teori kandungan informasi mengasumsikan bahwa jika informasi pengumuman terhadap suatu peristiwa mempunyai kandungan informasi yang

7 15 mempengaruhi preferensi investor dalam keputusan investasinya, maka seharusnya terjadi perbedaan antara harga saham sebelum dan sesudah pengumuman tersebut. Teori kandungan ini pertama kali dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961). 4. Pasar Modal yang Efisien Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari ketersediaan informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market). Fama (2003) menyatakan bahwa efisiensi pasar (market efficient) akan terjadi bila harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia di pasar. Manurung (2009), menyatakan bahwa pasar yang efisien memiliki karakteristik, yaitu investor yang smart, informasi yang tersedia, berjalannya penegakan hukum, serta adanya keteraturan di pasar tersebut. Menurut Jogiyanto (2006), ada empat definisi tentang efisiensi pasar modal, yaitu: 1. Pasar modal yang efisien adalah jika harga pasarnya tidak menyimpang dari nilai instrinsiknya.

8 16 2. Pasar modal yang efisien adalah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang terjadi. 3. Pasar modal yang efisien adalah jika harga yang terjadi setelah informasi yang diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan informasi tersebut. 4. Pasar modal yang efisien adalah jika harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut. Jadi, yang dimaksud dengan Pasar Modal yang efisien adalah bahwa informasi yang tersedia secara luas dan murah untuk para investor dan semua investor yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut. Atau dengan kata lain Pasar Modal yang efisien dapat ditarik dengan asumsi sebagai berikut: 1. Harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia. 2. Investor akan menginterpretasikan dengan benar atas informasi yang tersedia. 3. Pialang tidak dapat beroperasi pada skala yang cukup untuk mempengaruhi harga. 5. Saham Saham merupakan sebuah sertifikat kepemilikan atas perusahaan dan periode kepemilikan tergantung pemegang saham tersebut apakah dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan umumnya kepemilikan saham untuk jangka

9 17 panjang (Manurung: 2008) sedangkan menurut Nofie Iman (2009) Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi. a. Harga Saham Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan demikian, data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah publikasi pengenaan pungutan oleh OJK selama periode penelitian di Bursa Efek Indonesia. b. Return Individual Tujuan dari investasi adalah untuk mendapatkan hasil (return) yang maksimal dari suatu investasi dalam satu periode tertentu. Return (tingkat imbal hasil) adalah konsep yang sangat penting bagi investor yang akan menjadi dasar bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Dalam penelitian ini, dilakukan penghitungan return individual untuk saham-saham yang memiliki keterkaitan dengan pengenaan pungutan oleh OJK.

10 18 Return saham individual merupakan keuntungan yang diterima atas investasi pada saham pada suatu periode tertentu. Formula untuk menghitung tingkat imbal hasil (return) individual dari investasi berupa saham adalah: ( ) =, =,,, Keterangan: Ri,t : return saham i pada hari ke-t Pi,t : harga saham i pada hari ke t Pi,t-1 : harga saham i pada hari ke t-1 c. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikasi atas return yang diberikan oleh pasar. IHSG merupakan indeks yang dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average). Dalam penelitian ini, data IHSG yang digunakan adalah data penutupan IHSG harian.

11 19 d. Return Pasar (Market Return) Yang dimaksud dengan market return adalah pengembalian (return) atas suatu investasi di Pasar Modal (capital market) maupun atas suatu indeks, dimana dalam penelitian ini yang digunakan sebagai proxy adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adapun rumus untuk menghitung market return adalah sebagai berikut: ( ) =, = Keterangan: Rm,t : return pasar padahari ke-t IHSG, t : indeks harga saham gabungan pada hari ke t IHSG,t-1 : indeks harga saham gabungan pada hari ke t-1 Individual return dan market return akan digunakan selanjutnya untuk melakukan penghitungan abnormal return. e. Abnormal Return (AR) Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara tingkat keuntungan (return) individual dengan return pasar (market return). Abnormal Return dari saham i pada hari t (AR i,t) adalah selisih antara return saham i (Ri,t) dengan market return saham tersebut pada event period (R m,t).

12 20 Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif. Rumus untuk menghitung abnormal return adalah sebagai berikut: = =, Keterangan: AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t R it = return saham i pada hari ke-t Rm,t= market return pada event period f. Cumulative Abnormal Return (CAR) Setelah mengetahui abnormal return, maka dapat dihitung cumulative abnormal return sejumlah saham yang menjadi sampel penelitian. Cumulative Abnormal Return adalah jumlah secara kumulatif dari abnormal return sejumlah n saham pada hari ke-t (hari ke-t selama suatu event period) yang dihitung dengan formula sebagai berikut: = Keterangan: CARt =Cumulative abnormal return pada hari ke-t ARit = Abnormal Return saham i pada hari ke-t

13 21 g. Average Abnormal Return (AAR) Sedangkan average abnormal return (AAR) merupakan rata-rata abnormal return dari sejumlah saham pada event period. Average Abnormal Return dapat diperoleh dengan cara membagi nilai dari Cumulative Abnormal Return dengan jumlah saham yang menjadi sampel penelitian. Average abnormal return sejumlah n saham pada hari t (AARt) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: = 1 Keterangan: AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t h. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) Cumulative Average Abnormal Return (CAARt) adalah jumlah secara kumulatif dari average abnormal return hingga hari ke-t selama periode event. CAARt diformulasikan sebagia berikut: = CAARt =Cumulative average abnormal return pada hari ke-t AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t

14 22 Sebagaimana pembahasan pada bagiaan sebelumnya maka diharapkan pada periode-periode yang diharapkan (expected period), yaitu periode setelah dipublikasikannya pengenaan pungutan oleh OJK, terdapat nilai negatif CAAR (Cumulative negative average abnormal return) yang signifikan. 6. Event Study Event study adalah metode yang dapat digunakan untuk mempelajari reaksi pasar modal (dengan pendekatan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Penelitian Dolley (1930) yang meneliti tentang pengaruh stock-splits terhadap kekayaan pemegang saham mungkin merupakan event study yang pertama kali dilakukan walaupun tidak dilakukan dengan event study seperti yang dikenal sekarang (Suryawijaya & Setiawan, 2008). Menurut Strong (2002) metode penelitian dengan event study dimulai dengan hipotesis tentang bagaimana pengaruh keterjadian suatu peristiwa terhadap nilai perusahaan. Sebagian besar jenis penelitian ini berfokus pada perilaku pergerakan harga saham yang dipengaruhi kejadian khusus dalam perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut. Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2005), event study adalah suatu teknik penelitian empiris dibidang keuangan yang memungkinkan seorang peneliti menilai dampak peristiwa (event) tertentu pada harga saham perusahaan. Sedangkan Peterson (1989) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) menjelaskan event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar

15 23 modal untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu. Sedangkan menurut Kritzman (1994) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) event study bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dengan pendapatan (imbal hasil) dari surat berharga. Dapat disimpulkan bahwa event study digunakan untuk mempelajari muatan informasi dari suatu peristiwa (event). Tujuan dari penelitian atas suatu event tersebut adalah untuk menguji eksistensi dari efek informasi tersebut dan untuk mengestimasi dampaknya yang dihasilkan atas informasi tersebut. Sejalan dengan tujuan itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) pada bentuk setengah kuat (semi-strongform). Saat ini penelitian event study telah berkembang dengan pesat, selain peristiwa ekonomi, penelitian juga dilakukan berkaitan dengan berbagai peristiwa diluar isu-isu ekonomi, diantaranya adalah peristiwa kecelakaan berdampak lingkungan yang dilakukan oleh Karla, Henderson, dan Raines (1993), kecelakaan pesawat oleh Mansur, Chocran, dan Froiro (1989) dan peristiwa politik seperti pengunduran diri PM Jepang Noboru Takeshita yang dilakukan oleh Asri (1996). Struktur mendasar dalam melakukan penelitian event study terbagi menjaditiga tahapan antara lain: (1) Melakukan identifikasi tanggal pengumuman untuk setiap sampel; (2) Mengestimasikan adanya abnormal return untuk masingmasing sampel dan untuk masing-masing periode di sekitar tanggal pengumuman; dan (3) Menghitung rata-rata abnormal return seluruh sampel selama periode

16 24 pengujian dan menguji apakah nilainya sama dengan nol dengan menggunakan uji statistik. Menurut Jones (2007) yang dimaksud dengan suatu pasar dikatakan efisien jika harga-harga aset atau sekuritas yang ada di pasar secara cepat dan penuh merefleksikan semua informasi yang ada tentang aset atau sekuritas tersebut. Sedangkan Gumanti dan Utami (2002) mendeskripsikan pasar yang efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return) dengan memanfaatkan keuntungan informasi publik dan private yang diperoleh, setelah disesuaikan dengan risiko, dan dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Sehingga harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi tersebut atau stock prices reflect all available information. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin efisien suatu pasar semakin tidak ada data informasi yang bocor ke publik, karena harga yang ada di pasar modal merupakan cerminan dari kondisi emiten tersebut sebenarnya. Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, disebutkan bahwa sebagai studi peristiwa (event studies), harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia dipublik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti pajak bangunan (property) atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan.

17 25 Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik. Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali informasi tersebut menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada. Investor sudah tidak mungkin mendapatkan abnormal return ketika melakukan transaksi di pasar modal berdasarkan informasi publik tersebut. Harga pada tingkat beli atau jual saham sudah dalam bentuk pasar efisien dan pengujiannya lebih dahulu mencerminkan informasi tersebut karena pasar akan dengan segera bereaksi. Berlawanan dengan pendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berpendapat bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar (Gumanti & Utami, 2002). Informasi mengenai pengumuman pengenaan pungutan OJK merupakan informasi publik. Informasi publik mengenai pengumuman event ini diperkirakan akan menyebabkan reaksi pasar yang tercermin di dalam harga saham perusahaan tersebut. Dalam konteks pasar efisien semi-kuat informasi terkandung di dalam pengumuman ini sudah tercermin di dalam harga saham pada saat hari pengumuman tersebut dikeluarkan ke publik. Sehingga tidak ada seorangpun baik individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return dengan memanfaatkan kelebihan informasi berupa pengenaan pungutan OJK yang belum diketahui oleh pasar pada suatu periode tertentu. Bukti pasar efisien semi-kuat ini

18 26 adalah tidak adanya abnormal return yang diperoleh para investor yang terjadi disekitar tanggal pengumuman. Walaupun demikian, menurut hasil penelitian yang dilakukan Rayahu (2007) abnormal return masih mungkin terjadi di sekitar tanggal pengumuman. Hal ini bisa terjadi karena sebagian investor telah memperoleh informasi pada saat sebelum tanggal pengumumam (ada kebocoran informasi) sehingga mereka mampu memberikan respon dengan cepat. Abnormal return yang terjadi setelah pengumuman bisa terjadi karena karena sebagian investor lainnya terlambat mengetahui informasi ini sehingga investor lambat merespon informasi peristiwa tersebut. 7. Otoritas Jasa Keuangan Pasal 34 undang-undang nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia mengamanatkan pembentukan lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Pada hakikatnya pasal 34 dimaksud memberikan otoritas pengaturan dan pengawasan kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dimaksud kepada industri perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank. Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri sektor keuangan tersebut diatas dalam undang-undang disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK

19 27 merupakan lembaga independen yang menyelenggarakan fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan, Pasar Modal, dan Industri Keuangan Non Bank. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness). Dengan demikian, secara garis besar, fungsi OJK adalah sebagai berikut: 1. Menjaga stabilitas sistem keuangan 2. Melakukan pengawasan non-bank 3. Pengawasan bank. Sementara itu, sesuai dengan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011, ruang lingkup pengawasan OJK adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; 2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan 3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Adapun besaran pungutan OJK, yakni biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penelitian untuk satu tahun ditetapkan sebagai berikut: I. Pungutan yang Terkait Dengan Pengajuan Perizinan, Persetujuan, Pendaftaran, dan Pengesahan kepada OJK:

20 28 A. Biaya Perizinan, Persetujuan, Pendaftaran, dan Pengesahan Lembaga: 1. Perizinan Usaha untuk: a. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek, Bank Umum, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi dan Manajer Investasi; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah); b. Perusahaan Pemeringkat Efek, Penjamin Emisi Efek, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Perusahaan Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura, serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (limapuluh juta rupiah); c. Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (tigapuluh juta rupiah); d. Perantara Pedagang Efek yang tidak mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, dan Lembaga Penilai Harga Efek; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); 2. Persetujuan untuk Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah, Bank Kustodian; Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga Pemeringkat; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); 3. Perizinan Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan Perusahaan Agen Asuransi; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); 4. Pendaftaran untuk: a. Wali Amanat; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); b. Agen Penjual Efek Reksa Dana; Perperusahaan; Sebesar Rp ,00 (tigapuluh juta rupiah); 5. Pengesahan untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Dana Pensiun Pemberi Kerja; Perlembaga; Rp ,00 (lima puluh juta rupiah); B. Biaya Perizinan dan Pendaftaran Orang Perseorangan: 1. Perizinan untuk: a. Wakil Manajer Investasi dan Penasihat Investasi; Perorang; Sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah); b. Wakil Penjamin Emisi Efek; Perorang; Sebesar Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah);

21 29 II. c. Wakil Perantara Pedagang Efek dan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana; Sebesar Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah); 2. Pendaftaran untuk: a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai; Perorang; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); b.profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Notaris; Perorang; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); c.profesi Penunjang IKNB yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Konsultan Aktuaria; Perorang; Sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah); C. Biaya Pendaftaran: 1. Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum: a. Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat Utang, dalam rangka penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Penawaran Umum Terbatas/Right Issue), untuk Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Efek yang dapat dikonversi menjadi saham, dan oleh Pemegang Saham; Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp ,00 (tujuh ratus lima puluh jula rupiah); b.sukuk; Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp ,00 (seratus lima puluh jula rupiah); 2. Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik; per pernyataan pendaftaran; Rp ,00 (sepuluh juta rupiah); 3. Pernyataan Pendaftaran untuk Penawaran Tender Sukarela; per penawaran; Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah); D. Biaya Penelaahan Rencana Aksi Korporasi: 1. Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tanpa Melalui Penawaran Umum tidak untuk memperbaiki posisi keuangan; nilai emisi; sebesar 0,025% paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah); 2. Penggabungan atau Peleburan Perusahaan Terbuka; aset berdasarkan laporan keuangan proforma penggabungan atau peleburan perusahaan terbuka; sebesar 0,05% paling banyak Rp ,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah); 3. Perubahan Perusahaan Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup secara Sukarela (voluntary going private); per perubahan; sebesar Rp ,00 (satu milyar rupiah); E. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka; per pengambil- alihan; sebesar Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah); Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian 1. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek; pendapatan usaha; sebesar15%; 2. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Dana Pensiun Pemberi Kerja, Perusahaan Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura, serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya; aset ; sebesar 0,045% paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah);

22 30 3. Manajer Investasi; dana kelolaan; sebesar 0,045% paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah); 4. Penasihat Investasi; pendapatan dari imbalan jasa nasihat investasi; 1,2% paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah); 5. Agen Penjual Efek Reksa Dana; pendapatan dari fee keagenan; 1,2% paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah); 6. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek; pendapatan usaha; sebesar 1,2% paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah); 7. Emiten; nilai emisi efek (outstanding); 0,03% paling sedikit Rp ,00 paling banyak Rp ,00; 8. Perusahaan Publik; per perusahaan; Rp ,00 (lima belas juta rupiah); 9. Perusahaan Pemeringkat Efek; pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit Rp ,00 ( lima juta rupiah); 10. Lembaga Penunjang; per pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit Rp ,00 (lima juta rupiah); a. Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga Pemeringkat; b. Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, dan Wali Amanat; c. Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Agen Asuransi; d. Lembaga Penilai Harga Efek; 11. Kantor Akuntan Publik, Kantor Jasa Penilai Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Notaris, dan Perusahaan Konsultan Aktuaria, sepanjang kantor dimaksud memiliki izin, persetujuan, pengesahan, atau pendaftaran dari OJK; nilai kontrak dari kegiatan di sektor jasa keuangan; sebesar 1,2%; 12. Profesi; per orang; sebesar Rp ,00 (lima juta rupiah) a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai; b. Profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Notaris. B. Kerangka Pemikiran Rao dan Hamilton (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan empiris yang signifikan antara publikasi sanksi yang dilakukan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) dengan performa saham perusahaan yang dikenakan sanksi. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pengumuman sanksi dapat membuat return saham perusahaan yang terkena sanksi akan berada dibawah return market secara keseluruhan. Publikasi tersebut

23 31 memberikan dampak negatif kepada pemegang saham berupa penurunan nilai saham dalam kurun waktu tertentu. Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa untuk melihat reaksi investor (melalui return saham) ini dapat dilakukan juga dengan melakukan pembandingan return saham perusahaan ini dengan return pasar (market return) secara keseluruhan, hal ini dilakukan dengan melihat abnormal return saham tersebut. Apabila return perusahaan tersebut nilainya lebih tinggi dibandingkan return pasar (dan menimbulkan positif abnormal return) pada saat yang sama, dapat disimpulkan bahwa saham tersebut memiliki informasi tersendiri bagi investor. Positif abnormal return tersebut dapat diartikan sebagai harapan investor untuk memperoleh return yang tinggi atas investasinya di saham tersebut di masa datang. Dan sebaliknya, apabila terdapat informasi mengenai saham di pasar tersebut yang bersifat negatif, maka hal tersebut dapat dilihat dari adanya abnormal return yang bernilai negatif pada saham tersebut. Negatif abnormal return dapat diartikan sebagai return perusahaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan return pasar secara keseluruhan, hal ini bisa terjadi jika investor mungkin merasa bahwa terdapat informasi yang bersifat negatif di pasar mengenai saham tersebut, sehingga investor merasa bahwa investasi di perusahaan tersebut akan mengalami penurunan dikemudian hari, sehingga investor melepas investasinya di saham tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang bagaimana reaksi dari investor atas event (peristiwa) berupa dipublikasikannya

24 32 informasi dari OJK tentang pengenaan pungutan kepada perusahaan jasa keuangan, khususnya perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Reaksi investor terhadap terhadap harga saham dari emiten/perusahaan perbankan yang terkait dengan pengenaan pungutan akan tercermin dari return dan abnormal return saham perusahaan tersebut. C. Hipotesis Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, pengaruh dari publikasi besaran pengenaan pungutan dari regulator Pasar Modal dalam hal ini OJK terhadap harga (return) saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1: Bahwa terdapat negative average abnormal return (negatif AAR) pada saham perusahaan perbankan setelah event date (setelah dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK). Pada hipotesis statistik pertama, dilakukan pengujian uji one sample t-test. Selain dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat negatif AAR yang bersifat signifikan selama post-event period untuk saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK, dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan AAR untuk periode sebelum

25 33 dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan dan untuk periode sesudah dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK. Untuk mengetahui reaksi investor, berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dari publikasi dari regulator Pasar Modal terhadap harga (return) saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek, dilakukan pegujian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata (averaged) abnormal return saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK untuk periode sebelum dan sesudah adanya publikasi besaran pengenaan pungutan oleh ketua Dewan Komisioner OJK. Atas penjelasan tersebut, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 2: Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return untuk periode sebelum dan sesudah publikasi besaran pengenaan pungutan OJK. Uji hipotesis statistik kedua, dilakukan uji paired t-test. Sesuai dengan teori kandungan informasi, maka seharusnya akan ada reaksi dari investor setelah ada informasi mengenai publikasi besaran pengenaan pungutan oleh OJK. Karena informasi mengenai besaran pengenaan pungutan oleh OJK baru tersedia pada saat tanggal pengenaan pungutan oleh OJK dipublikasikan. Maka perubahan harga saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK diperkirakan baru akan terjadi setelah tanggal publikasi pengenaan pungutan.

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN LAMPIRAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. Pungutan yang Terkait Dengan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5504 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Sebagai pelaksanaan dari amanat Pasal 37 ayat (6) UU OJK,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN -2- KRITERIA KESULITAN KEUANGAN

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah. Di samping itu, para investor juga menggunakan pasar modal sebagai sarana

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. PP No. 45/1995 BAB 1 BURSA EFEK Pasal 1 Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 Modal disetor Bursa Efek sekurang-kurangnya berjumlah Rp7.500.000.000,00 (tujuh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO Pasar Modal di Indonesia Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.132, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Kontrak. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6079)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek Indonesia terhadap pengumuman peristiwa bencana banjir yang melanda daerah khusus

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Pratama (2011), peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa return dan abnormal return pada sampel saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang 1 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, ada banyak cara yang dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya. Salah satunya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan keputusannya untuk berinvestasi. Hipotesis pasar modal efisien menyatakan bahwa pasar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dapat dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan yang baru

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bagi perusahaan memperoleh dana untuk kegiatan operasi dan ekspansi perusahaan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan sumber

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA 1. Proses Transfer Modal 2. Jenis Pasar Keuangan dan Institusi Keuangan 3. Bursa Saham 4. Efisiensi Pasar Modal 5. Konsep Tingkat Bunga Muniya Alteza Transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

Bagaimana Menjadi Investor Saham

Bagaimana Menjadi Investor Saham Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate) Tingkat suku bunga acuan atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PORTOFOLIO EFEK UNTUK KEPENTINGAN NASABAH SECARA INDIVIDUAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Merger dan Akuisisi. Kondisi perekonomian dengan persaingannya untuk mempertahankan bisnis perusahaan mendorong semakin aktifnya transaksi di pasar modal, sehingga

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal No.121, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Portofolio Efek. Nasabah. Individual. Pengelolaan. Pedoman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6068) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa No.137, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek. Syariah. Kriteria. Penerbitan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6083) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.145, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Pengampunan Pajak. Investasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5906) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Bursa Efek (BEI) Lembaga Kliring dan Penjamin (KPEI) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2016 TENTANG PRODUK INVESTASI DI BIDANG PASAR MODAL DALAM RANGKA MENDUKUNG UNDANG-UNDANG TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional sebagai wahana investasi bagi masyarakat dan sebagai wahana pembiayaan bagi perusahaan dengan menjual

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Panagiotis (2010) meneliti tentang dampak terorisme terhadap harga saham perbankan di negara Yunani. Ada tiga peristiwa bom yang diteliti oleh Panagiotis,

Lebih terperinci

MENGENAL PASAR MODAL SYARIAH TRAINING OF TRAINER MODUL

MENGENAL PASAR MODAL SYARIAH TRAINING OF TRAINER MODUL MENGENAL PASAR MODAL SYARIAH TRAINING OF TRAINER MODUL Outline 1 3 Hasil Survey Nasional Keuangan Indonesia 2 Pengantar Investasi Konsep Umum dan Ruang Lingkup Pasar Modal 4 Pasar Modal Syariah 5 Layanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu tahun (Tandellin 2013). Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. satu tahun (Tandellin 2013). Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pasar modal Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya anatara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang yang umumnya lebih

Lebih terperinci

ANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA Siti Murtopingah Rina Mudjiyanti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT This study is to analysis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dimana para investor bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) Pasar efisien adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2017 KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Pelaporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6069) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Obyek atau Subyek

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Obyek atau Subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Obyek atau Subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode penelitian 2007-2009 dengan objek penelitian Indeks LQ45. Kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti mengambil 3 penelitian terdahulu sebagai dasar dalam penelitian saat ini, diantaranya adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Marwata (2001), penelitian

Lebih terperinci

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan Mengenal Otoritas Jasa Keuangan 1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJK Perkembangan Industri Keuangan Konglomerasi Jasa Keuangan Perlindungan Konsumen Amanat UU Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami

Lebih terperinci

PASAR MODAL DI INDONESIA

PASAR MODAL DI INDONESIA PASAR MODAL DI INDONESIA Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi pada financial assets, sedangkan emiten sebagai pihak yang. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26).

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi pada financial assets, sedangkan emiten sebagai pihak yang. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pasar modal, ada dua pihak yang memiliki kepentingan yaitu investor dan emiten. Investor sebagai pihak yang kelebihan dana dapat melakukan alternatif investasi

Lebih terperinci

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM Keterangan Penting Informasi berikut ini dipersiapkan untuk keperluan penyajian secara umum. Informasi ini tidak ditujukan bagi keperluan investasi, keadaan keuangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai fungsi ekonomi yaitu sebagai penyedia fasilitas yang mempertemukan dua

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan studi peritiwa (event study). Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa (event) yang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Pasar modal menurut Keppres No.60 tahun 1988 ialah bursa yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Pasar modal menurut Keppres No.60 tahun 1988 ialah bursa yang merupakan 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Pasar Modal Pasar modal menurut Keppres No.60 tahun 1988 ialah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan peminta dana jangka panjang dalam bentuk

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PASAR MODAL DI INDONESIA

PASAR MODAL DI INDONESIA MATERI 3 PASAR MODAL DI INDONESIA DAN MEKANISME PERDAGANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. PASAR MODAL DI INDONESIA Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan

Lebih terperinci

Bagaimana Menjadi Investor Saham

Bagaimana Menjadi Investor Saham Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci