BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Akad Tabungan Mud}a<rabah (MDA) Berjangka

Transkripsi

1 60 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Akad Tabungan Mud}a<rabah (MDA) Berjangka Sebagaimana yang dijelaskan penulis secara umum diatas bahwa ada beberapa keganjalan dalam akad yang digunakan oleh BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu. Hal ini yang dianggap bermasalah dapat dijelaskan dibawah ini: Penulis menggarisbawahi dalam proses akad tabungan mud}a<rabah (MDA) berjangka yang dilakukan oleh BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu. Dalam bab II penulis sudah menjelaskan secara detail tentang konsep mud}a<rabah. Akan tetapi dalam prakteknya dalam bab III, bahwa bagian dari produk tabungan yang ada di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu diantaranya adalah tabungan mud{a<rabah (MDA) berjangka. Di mana tabungan tersebut menerapkan akad mud}a<rabah mushtara>kah. Tapi dalam praktiknya pihak BMT tidak menggunakan akad mud}a<rabah musytar>akah melainkan menggunakan akad wadi< ah karena rata-rata nasabah di BMT merupakan orang awam di mana akad tersebut merupakan akad tabungan umum bukan tabungan mud{a<rabah (MDA) berjangka (deposito). Sedangkan pengertian mud}a<rabah mushtara>kah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 50 tentang akad mud}a<rabah mushtara>kah ialah mud}a<rabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mud}a>rabah dengan 61

2 61 modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut. Jenis mud}a>rabah ini disebut mud}a<rabah mushtara>kah merupakan perpaduan antara akadmud}a<rabah dan akadmushtara>kah. Dalam praktik yang seperti ini, yaitu penggunaan akad wadi< ah pada produk Tabungan mud}arabah (MDA) berjangka merupakan hal yang bertentangan dengan teori akad mud}a>rabah. Sebab berdasarkan rukun dan syarat mud}a>rabah yang dikemukakan jumhur ulama adalah sebagai berikut: 1. Orang yang berakad. Dalam praktik ini terdapat orang yang berakad, yaitu pihak BMT dan nasabah. Pihak BMT dan nasabah adalah orang yang dewasa, berakal dan melakukan akad dalam keadaan sadar. 2. Modal. Dalam praktiknya, modal dalam kerjasama juga sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak orang yang berakad. Modal diberikan dalam bentuk uang tunai. 3. Keuntungan. Dalam praktiknya, pembagian keuntungan dalam produk tabungan mud}a>rabah (MDA) berjangka ini dilakukan diawal akad dalam jumlah yang pasti. Sedangkan berdasarkan pendapat Abdullah Saeed, ketetapan keuntungan yang dilakukan diawal dengan jumlah yang pasti akan menjadikan kontrak tidak berlaku. 4. Kerja, yaitu jenis pekerjaan atau pengalokasian dana tabungan oleh BMT.

3 62 5. Akad. Akad yang digunakan adalah akad mud}a<rabah musytar>akah dan didalamnya terdapat unsur bagi hasil. Namun dalam praktiknya, akad yang dipakai pada produk tabungan mud}a>rabah (MDA) berjangka adalah menggunakan akad wadi< ah (titipan). B. Analisis Bagi Hasil Tabungan Mud}a<rabah (MDA) Berjangka Di BMT- UGT Sidogiri Capem Sepulu Sebagaimana yang dijelaskan penulis dalam teori mud}a>rabah dibab II ada beberapa keganjalan dalam proses bagi hasil dalam tabungan mud}a<rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu. Dimana dalam prakteknya BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu pada dasarnya tidak menjalankan prinsip bagi hasil dalam tabungan mud{a<rabah (MDA) berjangka tidak seperti biasanya. Tapi bagi hasil yang diterapkan dalam tabungan ini nasabah mendapatkan bagi hasil diawal setelah antara kedua belah pihak sepakat dan melangsungkan akad dengan prosentase jumlah uang yang ditabungkan di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu. Adapun porsentase uang dan laba yang ditentukan oleh pihak BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu kepada nasabah adalah sebagai berikut: Rp ,- Rp ,- Rp ,- mendapatkan satu unit Honda Beat mendapatkan satu unit Honda Vario mendapatkan satu unit Toyota Agya E MT

4 63 Rp ,- mendapatkan satu unit All New Xenia D xi Dari penjelasan diatas, dapat dianalisis bahwa dalam proses bagi hasil dari tabungan mud{a<rabah (MDA) berjangka untuk nasabah di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepulu itu menyimpang dalam prosedur akad mud{a<rabah yang dimanadalam akad mud{a<rabah tidak boleh memberikan profit atau keuntungan diawal dengan ditentukan jumlah nominalnya. Dikarenakan masih belum ditemukan untung dan ruginya dalam poses tabungan mud{a<rabah (MDA) berjangka diakhir akad. Hal ini berdasarkan pada pendapat Abdullah Saeed, yang menyatakan bahwa ketetapan keuntungan yang dilakukan diawal dengan jumlah yang pasti akan menjadikan kontrak atau akad tidak berlaku. Hal ini diperkuat olehfatwa DSN MUI Nomor 50 Tahun 2006 dalam hasil keputusan nomor tiga dan empat yakni: a. Keputusan nomor tiga : Ketentuan akad dalam produk penghimpunan dana pada butir nomor tiga LKS sebagai pihak yang menyertakan dananya (musytari ) memperoleh bagian keuntungan berdasarkan porsi modal atau yang disertakan. Butir nomor empat Bagian keuntungan sesudah diambil oleh LKS sebagai musytari dibagi antara LKS sebagai mud}arib dengan nasabah dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. b. Keputusan nomor empat: Ketentuan akad dalam produk penyaluran dana pada butir nomor tiga Nasabah sebagai pihak yang menyertakan modal

5 64 atau dananya ( musytari ) memperoleh bagian keuntungan berdasarkan porsi modal yang disertakan. Butir nomor empat Bagian keuntungan sesudah diambil oleh nasabah sebagai musytarik dibagi antara nasabah sebagai mudharib dengan LKS sesuai dengan nisbah yang disepakati.