BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (sumber data kelurahan Gogagoman), yang tersebar di 25 rukun tetangga (RT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (sumber data kelurahan Gogagoman), yang tersebar di 25 rukun tetangga (RT)"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu. Kelurahan ini merupakan sala satu kelurahan terbesar diwilaya Kota Kotamobagu dengan luas 134,5 Ha. Gogagoman adalah kelurahan terpadat penduduknya yang mencapai jiwa (sumber data kelurahan Gogagoman), yang tersebar di 25 rukun tetangga (RT) dan 10 rukun warga (RW) Sejarah Kelurahan Gogagoman Pada tahun 1886 lipu atau desa gogagoman sudah berdiri dengan jumlah penduduk 28 kepala keluarga, yang dipimpin lansung oleh kepala kaum/kepala suku yang bergelar Jogugu. Pada waktu sebagai Jogugu adalah Umbola yang memerintah kurang lebih 15 tahun. Adapun hasil kesepakatan Jogugu dan para orang-orang tua untuk membentuk satu nama yakni Gogagoman. Nama ini diambil karena disebelah utara ada sumber air panas Dumodap dan disebelah selatan ada sumber air panas Igarang. Kelurahan Gogagoman sedikitnya sudah 23 pemimpin yang pernah memerintah dari pemimpin yang bergelar Bobato kemudian diganti namanya menjadi Sangadi dan sekarang sudah di kenal dengan kepalah kelurahan yang diikuti sesuai dengan perkembangan zaman. 33

2 Kemudian ada satu lokasi yang terletak di RT 24 yang mempunyai legenda, lokasi tersebut dinamakan Pande Bulan. Lokasi tersebut tepatnya berada disebelah barat sungai katulidan. Daerah ini yang dikenal daerah perkebunan masyarakat Gogagoman adalah tempat seleksi para calon Dotu/Raja yang akan memimpin atau memerintah Gogagoman pada waktu itu. Adapun daftar nama Bobato, Sangadi dan lurah Gogagoman DAFTAR NAMA BOBATO, SANGADI & LURAH NO NAMA JABATAN TAHUN 1 Toyayow Dotulong Bobato - 2 Abd. Pengke mokodompit Bobato - 3 Sandegau Mokodompit Bobato Saliki Mokodompit Bobato Juga p. Mokodompit Bobato Koja Sambali Bobato Ac. D. Mokoagow Sangadi Papandeya l. Dotulong Sangadi Sali k. Dotulong Sangadi S. U. Tungkagi Sangadi Loda Dotulong Sangadi Is. A. Dotulong Sangadi

3 13 Abd. Latif mokodompit Sangadi I.K Abarang Sangadi H.j. Mokodompit Sangadi Mustafa Mokoagow Lurah R.n. Dotulong Lurah Dra. Muku Manoppo Lurah Jossi Mokodompit, SE Lurah Nini Mokodompit Lurah S.B. Umbola Lurah Hi. Nini Mokodompit, SE Lurah Mahmud M. Soleman, SE Lurah Sumber data : Kantor Kelurahan Gogagoman Berdasarkan tabel daftar nama pemimpin kelurahan gogagoman, dari 23 pemimpin dari masa ke masa, terdapat 6 orang yang masih bergelar Bobato, dan 9 orang bergelar Sangadi serta 8 orang bergelar Lurah. Terhitung dari tahun 1901 sampai dengan Keadaan Sosial Kelurahan Gogagoman - Jumlah Penduduk Berdasarkan data penduduk tahun 2012, jumlah penduduk kelurahan Gogagoman secara keseluruan adalah jiwa yang tersebar di 25 Rukun 35

4 Tetangga dan 10 Rukun Warga. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel 1 sbb : Tabel 1 Jumlah Penduduk Kelurahan Gogagoman Secara Umum Luas Kepala Keluarga Penduduk Lingkungan Rukun Tetangga Rukun Warga 134,5 Ha kk jiwa Sumber : Data Penduduk Kelurahan Se- Kecamatan Kotamobagu Barat 2012 Berdasarkan data tabel diatas, ada terdapat jiwa penduduk dengan kepala keluarga. Rukun tetangga berjumlah 25 dan Rukun warga berjumlah 10 yang ada di kelurahan gogagoman dengan luas 134,5 Ha. Dari jumlah penduduk diatas, kaulah muda berkisar 40% dan yang dikategorikan usia remaja berkisar sekitaran 15%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 2 sbb : Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel 2 sbb : Tabel 2. Jumlah Penduduk Kaulah Muda dan Usia Remaja Jumlah Penduduk Kaulah Mudah Usia 12 hingga 30 tahun Usia Remaja 12 hingga 21 tahun jiwa jiwa (40%) 720 jiwa (15%) Sumber : data kantor Kelurahan Gogagoman Kec. Kota barat

5 Dari sekian jumlah Penduduk, 40% di pegang oleh kaula mudah, yang usianya berkisar 12 hingga 30 tahun dan 15% di pegang oleh anak usia remaja yang usianya berkisar 12 hingga 21 tahun. 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Hasil Penelitian Dari pelaksanaan pengumpulan data yang telah dilakukan selama lebih kurang 2 minggu, maka dapat di deskripsikan faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang dan upaya pemerintah dalam menanggulangi tindakan penyimpangan anak usia reamaja di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat adalah sebagai berikut. : 1. Faktor lingkungan Masyarakat Faktor lingkungan adalah faktor yang paling menonjol untuk seorang remaja melakukan tindakan penyimpangan. Kondisi masyarakat, yang selalu melakukan berbagai bentuk kenakalan, menjadi acuan dan petunjuk bagi anak berusia remaja. Sala seorang remaja mengungkapkan bahwa Masyarakat yang dikategorikan dewasa selalu memberikan jaminan keamanan jika apa yang mereka inginkan dipenuhi meskipun hal itu melanggar aturan. (wawanara dengan Remaja S, 28 april 2013). Terkadang remaja menjadikan masyarakat sebagi acuhan kehidupan tanpa melihat tingka laku yang mereka perbuat hal ini demi untuk membuat remaja dengan mudah bergaul pada kalangan dewasa (wawancara dengan AL, 25 april 2013 ). Dari data wawancara yang dapati ada 23 remaja, sedkitnya ada 17 orang yang menjawab terpengaru oleh masyarakat yang bersifat kekanak-kanakan. Masyarakat mempunyai daya tarik lebih besar dan pengaruhnya terhadap 37

6 kalangan anak usia remaja. Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapatkan pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungan baik secara lansung maupun secara tidak langsung. 2. Faktor dari dalam diri remaja Faktor berkaitan dengan diri remaja, seperti kesalahan fisik dan minat dan kesadaran, ditemukan bahwa terdapat informasi yang mengalami ganguan fisik yang dapat menggangu proses kedewasaan. Ada juga yang terdapat gangguan mental seperti kurangnya kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Selain itu rata-rata minat kesadaran juga dapat dikatakan rendah ( wawancara dengan sekretaris lurah VP, 24 april 2013). Hal ini menunjukan sangat jelas bahwa kekurangan yang dimiliki seorang anak, baik secara fisik ataupun minat kesadarannya kurang, akan menyebabkan anak remaja ini kerap melakukan hal-hal yang kurang terpuji misalkan merokok,berbuat onar dll. Dan hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Salah satu anak remaja mengukapkan bahwa ( wawancara anak remaja SM, 30 april 2013) Pada dasarnya melakukan tindakan menyimpang adalah perbuatan yang hanya ikut-ikutan tetapi karena sudah terlanjur menikmatinya maka di lakukan terus menerus. Sesuai denga perolehan data, dari 750 jiwa anak remaja, hampir sebagian besar remaja melakukan penyimpangan yang diakibatkan kurangnya kesadaran pada dirinya dirinya. 3. Faktor keluarga Orang tua merupakan kelompok masyarakat terkecil akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak. Orang tua yang baik pengasuhannya dan tingginya kepedulian terhadap anak remaja, akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak remaja, sedangkan orang tua yang 38

7 jelek atau kurang pedulinya mereka terhadap perkembangana anak remaja, maka akan melahirkan perilak negatif bagi kehidupan anak remaja. Tingka laku orang tua yang tidak pernah memperdulikan perkembangan anak-anaknya dan terpenting bagi mereka selama anak-anaknya belum melanggar hukum maka ini tidak pernah menjadi permasalahan bagi mereka selaku orang tua sehingga kadang-kadang anak melakukan tindakan penyimpangan dan hal itu di anggap wajar-wajar saja ( wawancara dengan anak remaja RK, 25 april 2013 ). Hal ini menunjukan bahwa perlakuan orang tua adalah cermin bagi seorang anak, apa yang di lakukan oleh orang tua maka disitulah anak mengikuti jejak mereka. hasil wawancara dengan anak remaja ( RM, 25 april 2013 ) dy mengungkapkan bahwa Perlakuan orang tua adalah tingka laku juga yang diikuti oleh anak, apa yang menjadi kebiasaan orang tua itulah cermin pada anak misalnya merokok, mengkonsumsi miras bahkan sering bertengkar di depan anak-anaknya sendiri. Hal ini sesuai dengan data observasi awal peneliti pada lokasi penelitian, peneliti mendapatkan ada beberapa orang tua sedikitnya hampir sebagian orang tua yang didominasi oleh laki-laki sering mengkonsumsi miras, merokok, dan hal ini dilakukan didepan anaknya yang berusia remaja tanpa adanya kesadaran sedkitpun Upaya Pemerintah Kelurahan Gogagoman Pada perilaku Menyimpang Anak Usia Remaja Dalam mencegah dan menanggulangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja, ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh 39

8 pemerintah kelurahan gogagoman, sesuai hasil data yang di dapati oleh peneliti yaitu : 1. Penyuluhan sosial untuk kesadaran bagi masyarakat Masyarakat adalah tempat yang cukup lama untuk sebuah hubungan dalam kehidupan remaja, sehingga itu masyarakat harus mempunyai kesadaran penuh dalam menaungi anak berusia remaja untuk menghadapi berbagai rintangan dalam kehidupan. Sosialisasi bagi masyarakat akan pentingnya sebuah kesadaran sangat berperan penting untuk menanggulangi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh kalangan anak remaja, sebab melihat dari kurangnya kesadaran yang dimilki oleh setiap warga masyarakat akan membuat semakin maraknya perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja. (wawancara dengan sekretaris Lurah, VP, 2 mei 2013 ). Hal ini dilihat dari beberapa acara di tiap-tiap lingkungan hampir semua acara selalu diselipkan pemberitahuan dan penyuluhan akan adanya sebuah kesadaran. 2. Memberikan sanksi kepada anak remaja yang melakukan penyimpangan Perilaku menyimpang yang dilakukan anak remaja di Kelurahan Gogagoman adalah tindakan yang dominannya belum melanggar hukum contohnya merokok, mengkonsumsi miras, tidak menghiraukan perkataan orang tua, dll, sehingga pemberian sanksi kepada anak yang melakukan pelanggaran adalah atas kebijakan pemerintah kelurahan gogagoman. Dan ini dianggap efektif dalam proses penanggulangan tindakan penyimpangan. ( wawancara dengan sekretaris Lurah VP, 2 mei 2013 ). Beliau menambahkan bahwa pemberian sanksi adalah hal 40

9 pokok dalam menanggulangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oeh para remaja. 3. Penyuluhan sosial pada setiap orang tua Orang tua, wali atau pengasuh harus memahami semua kebutuhan anakanaknya, baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis. Anak-anak didalam hidupnya perluh mkn, minum, pakaian. Disamping itu mereka membutuhkan cinta serta rasa aman dalam keluarga, juga perlakuan adil dari kedua orang tua sangat mereka harapkan. Orang tua memiliki peranan untuk menanamkan dsiplin bagi anak-anak sejak masih kecil agar setelah dewasa hal tersebut dapat menjadi kebiasaan. Kepedulian orang tua adalah bentuk pencegahan dari apa saja yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan, sebab lingkungan awal remaja adalah lingkungan keluarga dan secara khususnya adalah orang tua. Dalam mengahadapi tingka laku yang sering dilakukan oleh remaja, pemerintah sering melakukan sosialisasi terhadap para orang tua untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap anak remaja demi perkembangan moralitasnya ( wawancara dengan sekretaris Lurah VP, 2 mei 2013 ). Hal ini bisa dilihat pada setiap-tiap pertemuan sedikitnya ada 5 sampai dengan 6 orang tua yang sering mendapatkan teguran berupa nasehat dari pemerintah kelurahan hal ini berkaitan dengan anak remaja mereka yang kerap melakukan tingka laku pnyimpangan. 4.3 Pembahasan Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak usia 41

10 remaja serta upaya apa yang di tempuh oleh pemerintah kelurahan Gogagoman dalam menaggulangi perilaku menyimpang anak usia remaja. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab tindakan perilaku menyimpang pada anak usia remaja serta upaya yang dilakukan pemerintah dalam menggulanginya maka peneliti membahas pada uraian dibawa ini. Dari pemaparan data di atas, selanjutnya dilakukan pembahasan, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang anak remaja diantaranya, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang yang sifatnya internal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang anak, misalnya pengaru pergaulan dalam masyarakat,kurang pengawasan dari orang tua sehingga anak terbiasa hidup bebas dll. Sedangkan faktor eksternal sifatnya adalah faktor penyebab yang datang dari dalam diri anak, misalnya kurangnya kesadaran, minat, dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis, rata-rata informan dapat memberikan informasi bahwa melakukan penyimpangan adalah hal yang wajar bahkan di anggap biasa-biasa saja dan hal ini disebabkan oleh pembawahan dari diri seorang remaja. Pada kesempatan yang sama, ditemukan adanya tingkat pendidikan remaja yang rata-rata duduk di bangku SMA. Kesadaran orang tua juga dapat menunjukan kesadaran yang rendah. Hal ini di tunjukan oleh adanya sikap pasrah walaupun anaknya sering melakukan penyimpangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbuatan penyimpangan dianggap wajar bagi remaja walaupun mereka mengenal apa yang di namakan dengan pendidikan. Meskipun hal ini terkait erat dengan diri anak itu 42

11 sendiri, peranan orang tua dalam memberikan dorongan kepada remaja sangat kurang berarti. Hal lain yang paling menonjol dalam pelaksanaan penelitian ini adalah terdapatnya hampir semua informan yang memberikan informasi mengatakan bahwa umumnya lingkungan masyarakat yang luas, pergaulan yang bebas, menjadi penyebab utama remaja melakukan perilaku yang menyimpang. Meskipun mereka tidak secara lansung mengatakan bahwa penyebab perilaku menyimpang adalah faktor lingkungan, data menunjukan bahwa kondisi lingkungan masyrakat yang begitu padat, serta di dominasi oleh anak muda yang berusia lebih dari tingkatan remaja, ini menjadi patokan bahwa remaja sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan tersebut. Disisi lain terdapat indikasi kurangnya kesadaran anak remaja dalam mengatur pola pergaulannya, padahal jika dilihat dari tingkatan pendidikan mereka (remaja) paling banyak merasakan dunia pendidikan. Dari pemaparan diatas, dapat di di kemukakan bahwa penyebab umum terjadinya perilaku menyimpang pada anak usia remaja di kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat adalah sebagai berikut : A. Faktor Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat adalah daerah yang dimana manusia yang dalam hal ini remaja, beradaptasi, beraktifitas, serta melakukan sesuatu yang dianggap berguna bagi dirinya (http/zifazi, 2012/02/13). Lingkungan merupakan faktor yang mendominasi terjadinya berbagai perilaku menyimpang, misalnya lingkungan yang tidak sehat dan pengaruh pergaulan antara teman. Dikalangan 43

12 remaja, di Kelurahan Gogagoman, memiliki banyak kawan adalah merupakan prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temanya (wawancara dengan anak remaja OM, 26 april 2013 ). Apalgi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas, misalnya anak orang paling kaya, anak pejabat pemerintah dan bahkan mungkin anak pejabat pusat ataupun anak yang terpandang lainnya. Dijaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si anak remaja tetapi bahkan juga pada orang tuanya. (wawancara Bapak MS, Lurah Gogagoman, 28 april 2013) orang tuanya juga senang dan bangga anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Anak remaja adalah anak yang masih muda terpengaruh, apalagi yang mempengaruhinya adalah anak rata-rata usia kategori dewasa. Jika tidak diikuti mereka akan diasingkan dan yang jelas kurang akan mendapatkan pergaulan, remaja yang tidak mengikuti permintaan mereka akan dijauhi oleh teman-teman sebaya mereka yang suda terlebih dulu terjerumus hasutan anak berusia diatas remaja. Perilaku menyimpang tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpah kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema sosial yang muncul dari kelompok kecil sebagai implikasi dari ekselerasi perubahan masyarakat secara global ( Sudarsono, 2008:134). Setiap penyimpangan yang remaja lakukan sudah pasti ada yang melanggar hak-hak orag lain baik berupa hartamaupun jiwanya, perbuatan tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan sosial di dalam masyarakat. Hal ini semestinya perlu perhatian orang tua yang 44

13 paling banyak waktunya dengan anak ketimbang lembaga pendidikan, tetapi nyatanya orang tua malah mendukung sikap pergaulan anak yang mulai beradaptasi dengan kalangan masyarakat dan mempercayai sepenuhnya pada lembaga pendidikan tentang pengaturan sikap dan tingka laku mereka. Akibatnya remaja yang mulai terjerumus pada lingkungan masyarakat yang kurang baik serta merta melakukan segala jenis perilaku penyimpangan misalnya mulai mengkonsumsi miras, merokok, tidak lagi menghiraukan perkataan orang yang lebih tua di kalangan masyarakat, bahkan ada anak remaja mengkonsumsi minuman keras berupa tuak, yaitu sejenis miras asli yang di ambil dari pohonnya dan diminum tanpa melalui proses fermentasi. Beberapa jenis penyimpangan yang telah dijelaskan di atas tadi manggambarkan bahwa tindakan penyimpangan sudah merajalelah di kalangan anak usia remaja, bahkan tidak ada sedikitpun rasa takut ketika melakukan penyimpangan. Hal ini terjadi karena remaja biasanya sudah merasa terlindungi oleh masyarakat yang bersifat ke kanak-kanakan, dengan adanya sifat perlindungan dan tanggung jawab yang di berikan oleh masyarakat tertentu sehingga remaja merasa bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan tindakan mereka sekalipun orang tuanya (wawancara dengan anak remaja S, 21 tahun, 28 april 2013 ). Di sisi lain masyarakat yang kebanyakan berusia sedkit di atas usia remaja sering menjamin keselamatan para remaja dari hal-hal yang mereka anggap patut untuk ditakuti sehingga dengan beralasan itu, remaja harus patuh terhadap masyarakat walaupun sebenarnya mereka tahu bahwa ini termasuk perbuatan yang salah. 45

14 Hal ini sangatlah jelas bahwa jika melihat hasil diatas, lingkungan masyarakat sangatlah berpengaruh besar terhadap tingka laku seorang remaja, apa yang sering dilakukan oleh masyarakat disitulah letak remaja sering mengikutinya, dengan dalih jaminan atau perlindungan terhadap remaja, masyarakat bisa membuat perubahan penuh terhadap remaja yang mudah terpengaruh, walaupun sebagian besar remaja Kelurahan Gogagoman mengenal dan merasakan lembaga dan instansi pendidikan. B. Faktor Anak Itu Sendiri Faktor anak itu sendiri yang dipengaruhi faktor dari luar dirinya. Menurut teori pendidikan islam, bahwa anak yang lahir ibarat kertas putih yang baru di buat. Orang tualah yang membuat anak menjadi baik atau buruk ( dalam, Kusnadi dkk, 2002:328). Teori ini sejalan dengan kenyataan meskipun harus di padukan dengan teori lain yang menyatakan bahwa anak memiliki potensi pribadi untuk berkembang. Menurut Philip Graham faktor pribadi sangat mempengaruhi remaja untuk melakukan penyimpangan itu disebabakan karena faktor pribadi adalah sesuatu yang mencerminkan bentuk tubuh dan fisik, dari sesorang serta tingkan laku seseorang Potensi tersebut dapat berupa potensi positif maupun negative. Lingkunganlah yang mengarahkan perkembangan jiwa anak. Hal seperti itu terjadi pulah di Kelurahan Gogagoman, dimana terdapat anak yang memiliki potensi yang baik yaitu intelegensia yang cukup, namun karena terpengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan masyarakat, lingkungan orang tua, terpaksa anak mengalami perubahan demi kelangsungan hidupnya dikalangan masyarakat. 46

15 Dengan kata lain, anak tidak dapat mempertahankan kelebihan yang dimilikinya karena tidak mampu mempertahankan prinsipnya, padahal sebagian anak remaja ini sudah dibekali dengan pendidikan yang cukup, ekonomi yang mampu, rumah tangga yang ideal, serta kebutuhan anak lebih di dominankan. Tetapi karena rapunya pertahanan anak remaja ini, akibatnya anak malah terjerumus pula pada hasutan-hasutan anak kalangan dewasa. Beberapa hasil wawancara peneliti dengan informan, peneliti mendapatkan anak remaja yang mengaku sering mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya, bahkan guru di sekolah tiada hentinya selalu melontarkan kata pujian terhadapnya, tetapi karena lingkungan yang kuarang bersahabat, orang tua yang sering bertengkar, sehingga anak ini kurang mendapatkan perhatian, dia lebih banyak bergaul dengan kawan-kawannya dan masyarakat yang sangat kurang baik. Awalnya dengan kepintaranya, anak ini berfikir untuk beradaptasi agar kepintaranya bukan hanya disekolah, tetapi di lingkungan tempat tinggalnya juga. Dan karena kurangnya perhatian dari orang tua, dan kadang selalu bergaul dengan kawan-kawan sebayahnya, anak remaja ini akhirnya terjerumus pulah pada hal-hal yang memprihatinkan walaupun remaja ini termasuk anak yang pintar ( wawancara dengan anak remaja, SM, 18 tahun, 30 april 2013 ). Hal ini sangat jelas bahwa kepintaran seorang anak remaja bukanlah jaminan anak untuk bisa mempertahankan jati dirinya, apalagi jika kurang perhatian dari kalangankalangan tertentu, anak ini bisa dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik, terjerumus sehingga melakukan tindakan penyimpangan. Apalagi seorang anak yang perilakunya kurang akan kesadaran didalam dirinya, walaupun 47

16 kecerdasannya sangat diakui, ini bukanlah menjadi satu patokan bahwa anak ini bisa terhindar dari segala bentuk tindakan-tindakan yang dianggap menyimpang. C. Faktor Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak remaja. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh yang jelek ( wawancara dengan VP, Sekretaris Lurah Gogagoman, 2 Mei 2013 ). Oleh karena itu sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan sampai seterusnya, sebagian besar waktunya adalah didalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya penyimpangan itu sebagian besar juga berasal dari keluarga. Menurut Walgito (dalam, Sudarsono, 2008:125) adapun keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya penyimpangan dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home), keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Teori lain juga diantarnya adalah kehidupan sosial orang tua akan sangat berpengaruh pada perkembangan remaja contohnya kemiskinan yang diakibatkan kelalaian orang tua (Santrock, 2007:233). Sedangkan dalam kenyataannya menunjukan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan disebabkan karena didalam keluarga terjadi disintegrasi, Mereka terdiri dari anak yatim piatu, anak yang tidak jelas 48

17 asal usulnya, kemudian anak yang orang tuanya melakukan perceraian atau yang ditinggalkan ayahnya, tanpa perceraian yang sah, dan yang terakhir anak yang sering ditinggalkan kedua orang tuanya karena mencari nafkah (bardagang, mengemudi becak, ayah tugas di luar daerah) Jika dilihat dari beberapa teori diatas, pada dasarnya setiap keluarga di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat, ekonominya rata-rata di anggap mampu, sehingga anak usia remaja dominan merasakan lembaga pendidikan. Namun dengan kurang pedulinya orang tua terhadap lingkungan pergaulan anak remaja, sehingga anak kemungkinan besar bisa terpengaruh dengan lingkungan masyarakatnya yang kurang baik. Orang tua kebanyakan memberikan tanggung jawab penuh pada lembaga pendidikan dan mereka hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing tanpa memikirkan bahwa masyarakat lebih besar pengaruhnya dari pada lingkungan pendidikan bagi anak usia remaja. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pada masa usia remaja berbagai perubahan yang sangat cepat baik jasmani, tingkat emosi, social, akhlak dan kecerdasan. Dalam mengahadapi perubahan yang cepat itu, biasanya dunia remaja sering mengalami kesukaran. Kondisi ini akan memungkinkan anak untuk terjerumus kepada pelanggaran moral, Jika orang tuanya kurang memperhatikan kebutuhan, kurang memberikan kasih sayang, serta kurang memberikan pembinaan dan hanya mengharapkan atau memberikan tanggung jawab penuh pada lembaga pendidikan. 49

18 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, diperoleh informasi tentang upaya-upaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat untuk mencegah dan mengurangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja yaitu sebagai berikut : Upaya Pemerintah Kelurahan Gogagoman Pada Perilaku Menyimpang Anak Usia Remaja Penyimpangan-Penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak remaja seyogyanya diupayakan penanggulannya secara sungguh-sungguh, dalam arti penanggulannya yang setuntas-tuntasnya, upaya ini merupakan aktifitass yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisahpisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesioanl yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari satu kondisi menuju kondisi yang lain. Ada beberapa penanggulangan dari pemerintah dalam mencega perilaku penyimpangan bagi anak usia remaja ( wawancara dengan MS, Lurah Gogagoman, 2 Mei 2013 ) antara lain : 1. Penyuluhan Sosial Untuk Kesadaran Bagi Masyarakat Ada sebagian masyarakat yang bersifat kekanak-kanakan terhadap penyimpangan yang dilakukan anak remaja, anak remaja biasanya menjadi sasaran utama untuk diberi predikat buruk dan menyesatkan, mereka kucilkan didalam masyarakat. Anak remaja yang melakukan penyimpangan karena keluarga, dan lingkungan masyarakat pada umumnya sering melakukan perbuatan 50

19 yang meresahkan dan mengancam ketentraman masyarakat misalnya pengaruh minuman keras sehingga anak ini melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat perbuatan tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan social di dalam masyarakat. Masyarakat dalam arti kelompok sosial maupun secara individual sebagai anggota kelompok tetapi dalam kenyataan acap kali ditemukan fenomena terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh remaja justru karena pengaruh atau minimal sebagai akibat dari kondisi sosial yang kurang menguntungkan bagi perkembangan mental anak. (Sudarsono, 2008:8). Dalam kelompok masyarakat, remaja terikat secara emosioanal pada beberapa kelompok saja, hubungan remaja dengan keluarga, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat dikampung terasa lebih akrab (Rakhmat, 2007:142). Hal ini sangat jelas bahwa kelompok masyarakat adalah kelompok terbesar dan tercepat dampak perubahannya terhaddap perkembangan tingka laku anak. Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya menjadi tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari sisi lain masyarakatlah yang memikul beban kerugian. Suatu hal yang layak jika didalam menanggulangi perilaku yang menyimpang masyarakat juga bertanggung jawab secara moral. Perilaku menyimpang pada anak usia remaja tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpah kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema social yang muncul dari kelompok kecil sebagai implikasi dari akselerasi perubahan masyarakat secara global. 51

20 Ketelibatan masyarakat didalam menanggulangi perilaku menyimpang anak usia remaja dapat berupa : a. Memberi nasehat secara lansung kepada anak yang bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatanya yang tidak sesuai seperangkat norma yang berlaku b. Membicarakan dengan orang tua / wali anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut c. Langkah yang terakhir, masyarakat harus berani melaporkan kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan penyimpangan sehingga segera dilakukan langkah-langkah prevensi secara menyeluruh. Anggota kelompok didalam masyarakat biasanya terdiri dari berbagai macam individu yang berbeda-beda dalam beberapa segi, mereka terdiri dari tua muda, kaya miskin, bangsawan, pejabat tinggi dan orang-orang awam ( Sudarsono, 2008:128). Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran dan pengertian tersebut tercermin dalam sifat kehidupan mereka yang satu sama lain merasa saling tergantung. Memenag dalam kehidupan sehari-hari ternyata jarang sekali seorang individu yang mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya secara mandiri, agar dapat menjalin hubungan masyarakat maka peranan rasa setia kawan sangat dibutuhkan, sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan masyarakat menjadi aman dan tentram. 2. Memberikan Sanksi Kepada Anak Remaja Yang Melakukan Penyimpangan Anak remaja yang melakukan berbagai penyimpangan dan perilaku itu sudah meresahkan masyarakat walaupun belum melanggar hukum menurut 52

21 Sekretaris Lurah ( wawancara dengan VP Skretaris Lurah, 3 Mei 2013 ) dia menegaskan bahwa anak-anak remaja yang melakukan pelanggaran norma walaupun belum melanggar hukum akan di kenakan sangsi berupa sangsi pertama adalah teguran secara lansung, kemudian yang kedua jika masih melakukannya lagi pemerintah memberikan tugas dalam hal ini melakukan pembersihan pada fasilitas atau perangkat-perangkat kelurahan dan setelah itu jika masih melakukan yang ketiga kalinya maka anak itu akan diancam dengan hukuman kurungan dalam mereabilitasinya. Anak yang nakal yang telah menjadi kenyataan dalam masyarakat perlu perbaikan secara integral, upaya untuk mereabilitasinya memerlukan langka-langka khusus secara komprehensif, beraneka ragam aspek yang bersangkut-paut dengan kehidupan anak nakal, baik fisik maupun psikis yang perluh dibenahi secara mapan (Sudarsono, 2008:8). Ini adalah sala satu upaya penanggulangan penyimpangan yang sudah melebihi batas sebuah penyimpangan, pembenahan yang dilakukan secara formal, non-formal dan informal, upaya lengkap yang menyangkut segala aspek kehidupan remaja telah dipandang memadai untuk memperoleh hasil yang positif. Menurut pasal 45 KUHP ditegaskan bahwa jika anak dibawa umur enam belas tahun atau masuk dalam usia remaja, dan melakukan kejahatan maka, anak tersebut dituntut dimuka hakim, jika hakim memperoleh keyakinan bahwa anak tersebut bersalah, maka hakim dapat memutuskan : a. Anak tersebut dikembalikan pada orang tuanya tanpa menjatuhkan suatu pidana apa pun 53

22 b. Diserahkan kepada Negara untuk di didik. Dalam hal ini anak tersebut menjadi anak Negara secara cuma-cuma seperti di lembaga permasyarakatan anak Negara c. Hakim dapat menjatuhkan pidana pada yang bersalah dengan pidana atas dasar beberapa ketentuan, pidana poko tertinggi bagi kejahatan itu dikurangi dengan sepertiganya. Pasal tersebut diatas, menggambarkan bahwa anak usia remaja sudah barang tentu akan mendapatkan sanksi baik yang melanggar hukum, ataupun yang tidak melanggar hukum. 3. Penyuluhan Sosial Pada Setiap Orang Tua Untuk Lebih Meningkatkan Perhatian Kepada Anak Usia Remaja. Pada prinsipnya sikap negatif dari kedua orang tua terhadap anak dalam kedua bentuk keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar ternyata menyesatkan anak-anak remaja dan sangat merugikan masyarakatnya. Dalam konterks ini, orang tua adalah ajang pendidikan yang pertama bagi anak usia remaja sehingga peningkatan perhatian dan kepedulian sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak usia remaja ( Sudarsono, 2008:128). Sebenarnya keadaan tersebut dapat dicarai cara mendidiknya. Misalnya keluarga kecil (anak tunggal) orang tua tidak berlebihan di dalam memberikan kasih sayang kepada anaknya dan supaya ditanamkan rasa hormat-menghormati sesama kawan. Sedangkan dalam keluarga besar yang mengalami tekanan ekonomi seharusnya anaknya di didik hidup sederhana, diberi pengertian tata cara mencari nafkah yang 54

23 benar menurut norma social, norma agama, norma susila dan norma hukum (Santrock, 2007:112). Hal ini jelas bahwa yang menjadi sebab anak melakukan penyimpangan biasanya timbul karena orang tua yang tidak normal mendidiknya, kurangnya kepedulian terhadap anak apalagi yang masuk pada usia remaja. Pada lokasi penelitian, hasil wawancara dengan skretaris lurah, beliau mengatakan bahwa pemerintah kelurahan Gogagoman juga sering menghimbau dan mengajak serta menanamkan kepada setiap orang tua yang khususnya mempunyai anak yang berusia remaja, untuk meningkatkan rasa peduli kepada anak-anak kita, dan tidak memberikan atau membebankan semuanya kepada lembaga pendidikan. Pada masa remaja ia mulai menyampaikan kebebasanya, dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri, tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan yang bisa menjaukan ia dari keluarganay (Santrock, 2007:134). Hal ini jelas bahwa orang tua harus meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan anak remajanya untuk mencega kesalahan pergaulanya. Kunci kesuksesan anak dalam perkembangan moralitasnya atau tingka laku, ada sekitaran 80% terdapat pada polah asuh orang tua atau wali anak, sebab kehidupan yang cukup lama, serta waktu anak yang panjang menjadikan orang tua adalah kunci utamanya (wawancara dengan Lurah Gogagoman, MS, 4 mei 2013). Dan hal ini sering dihimbau pada setiap pertemuan-pertemuan antara aparat pemerintah Kelurahan Gogagoman dengan para orang tua di dalam acara apa saja, 55

PERILAKU MENYIMPANG ANAK USIA REMAJA. Rahmat H. Kuyo. Nim : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

PERILAKU MENYIMPANG ANAK USIA REMAJA. Rahmat H. Kuyo. Nim : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Jurnal : PERILAKU MENYIMPANG ANAK USIA REMAJA Rahmat H. Kuyo Nim : 221 408 056 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Dalam penelitian ini, permasalahan yang penulis angkat adalah tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu ataupun masyarakat adalah sebagai kesatuan individuindividu yang mempunyai berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan baik berdasarkan hasil observasi maupun wawancara secara langsung kepada narasumber, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam setiap kehidupan manusia. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aborsi saat ini dilakukan bukan hanya untuk menyelamatkan jiwa sang ibu namun dapat dilakukan karna ibu tidak menghendaki kehamilan tersebut. Kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor dan Dampak Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen ini menunjukan bahwa: 1.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. nikah, baik berupa persepsi tokoh masyarakat, proses sebelum tokoh

BAB V PENUTUP. nikah, baik berupa persepsi tokoh masyarakat, proses sebelum tokoh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan data di atas, peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan tentang persepsi tokoh masyarakat tentang remaja hamil di luar nikah, baik berupa persepsi tokoh

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010

Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010 Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA HARI ANAK NASIONAL, TANGGAL 23 JULI 2010 DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral (building

BAB I PENDAHULUAN. karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral (building BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan moral merupakan bagian dari manusia yang mempertajam nilai moral manusia Kecerdasan moral merupakan inti kecerdasan bagi seluruh manusia, karena kecerdasan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini dilakukan dengan merujuk pada hasil paparan data dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini peneliti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 726 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 129 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga memberikan pengaruh dan sekaligus menentukan pada pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga memberikan pengaruh dan sekaligus menentukan pada pembentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi seorang anak. Ditengah keluarga anak berusaha mengenal makna cinta kasih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak- kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanakkanak sebelum mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dan siswa dalam dunia pendidikan merupakan dua komponen penting,

BAB I PENDAHULUAN. Guru dan siswa dalam dunia pendidikan merupakan dua komponen penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dan siswa dalam dunia pendidikan merupakan dua komponen penting, hal ini yang menyebabkan adanya interaksi antara keduanya, karena satu sama lain saling membutuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.

Lebih terperinci

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK 13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Oleh: Sella Khoirunnisa, Ishartono & Risna Resnawaty ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu membimbinng dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK 1 POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK Oleh: Santi Puspita Sari dan Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si Keluarga tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan bentuk investasi yang menjadi indikator keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan anak akan menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik?

PEDOMAN WAWANCARA. a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik? PEDOMAN WAWANCARA 1. Peran Orang Tua a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik? c. Apa bentuk-bentuk kenakalan remaja yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai potensi. Salah satunya adalah aspek moralitas. Baik buruknya potensi tersebut tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan usaha sebagai penunjang keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Peserta didik merupakan pewaris bangsa,

Lebih terperinci

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku A. PERILAKU MENYIMPANG 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang pengertian perilaku menyimpang. Menurut Robert MZ Lawang penyimpangan merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak dan kerabat lainnya. Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri utama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Konsep Pendidikan Moral Siswa di MTs Hasbullah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia untuk saling berinteraksi atau berhubungan baik dengan manusia lainnya. Komunikasi sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu:

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan

BAB V PEMBAHASAN. observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan 89 BAB V PEMBAHASAN Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil penelitian observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada dan memodifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan perilaku yang bersifat kemanusiaan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan

Lebih terperinci

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pola asuh pada dasarnya merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang dewasa kepada seorang anak dalam upaya mendidik anak tumbuh dan dapat beradaptasi

Lebih terperinci