BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Glenna Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk multidimensi. Untuk menghasilkan manusia yang sempurna pembangunan harus meliputi semua bidang, pembangunan fisik, pembangunan olaraga, pembangunan agama dan lain-lain tak terkecuali termasuk bidang kesenian. Pembangunan olahraga dibutuhkan untuk membentuk manusia yang sehat secara jasmani maupun rohani, pembangunan agama dibutuhkan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pembangunan kesenian dibutuhkan untuk membentuk manusia yang menghargai keindahan, memiliki kehalusan perasaan, pikiran dan tingkah laku, sehingga membentuk sifat yang santun, bijak, dan toleran. Sebagian orang menganggap seni itu hanyalah pelengkap, artinya jika seni itu tidak ada, maka tidak ada masalah. Sebenarnya seni itu ada sejak manusia dilahirkan, jadi di masing-masing individu terdapat jiwa seni yang tumbuh seiring dengan ilmu individu itu sendiri. Fungsi seni sendiri adalah untuk menghaluskan pikiran, kepribadian, serta untuk menghaluskan tingkah laku. Hasil pribadi yang sudah dibekali rasa halus akan menjadikan sifat santun, toleran dan bijak. Maka dari itu, dari masa kanak-kanak sudah dibekali muatan seni melalui lagu anak-anak yang diberikan orang tua seperti Tak Lelo Lelo Lelo Ledung atau dongeng. Selain itu, seni juga berfungsi untuk menumbuhkan sifat kreatif pada anak-anak. 1 1 terjemahan diunduh pada tanggal 13 Maret 3102 pukul 03:49 WIB 1
2 1. Potensi Seni Pertunjukan di Banjarnegara Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama ibukotanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7 12' -7 31' Lintang Selatan dan ' '50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah ,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2 Gambar I.1 Peta Kabupaten Banjarnegara Sumber: Kabupaten Banjarnegara memiliki berbagai macam kesenian terutama kesenian pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat, antara lain Ebeg/kuda kepang, Lengger, Aplang, Jepin, Tari Topeng, Wayang Kulit dan sebagainya. Seiring perkembangan jaman yang serba modern, kesenian yang ada di Banjarnegara mulai surut. Hal ini disebabkan karena kurangnya pihak-pihak yang mampu mengemas kesenian yang ada di Kabupaten Banjarnegara. 2 diunduh pada tanggal 02Maret 3102 pukul 12:49 WIB 2
3 Kegiatan kesenian pertunjukan di Banjarnegara telah tumbuh memperkuat, mengisi, dan memperkaya berbagai aktifitas kegiatan yang lain, misalnya mengisi tradisi panen raya pertanian, perikanan, dan peternakan; peresmian gedung-gedung atau ulang tahun instansi; hajatan di kampung-kampung; ulang tahun hari jadi kota selalu menggelar karnaval seni dan pentas seni. Terdapat pula festival khusus yang menggelar dan melestarikan kesenian di Banjarnegara, di antaranya Dieng Culture Festival (DCF) yang dilaksanakan setiap tahun di kompleks pelataran Candi Dieng di ketinggian 210 dpl; Festival Budaya Serayu, gelaran seni berbasis pelestarian sungai; Festival Kuda Kepang, diadakan setiap bulan Oktober/November diikuti oleh puluhan grup kuda kepang se Kabupaten Banjarnegara. Gambar I.2 Dieng Culture Festival 2012 Sumber: Pentingnya Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara Banjarnegara adalah daerah agraris bertipe pegunungan. Khasanah seni yang tersebar di 20 kecamatan sangat beragam sehingga memberi berbagai keunikan dari modern hingga tradisional, dengan banyak sekali kesenian di Banjarnegara, sekitar 30 jenis kesenian. Perkembangan seni pertunjukan di kabupaten Banjarnegara cukup baik, ditandai dengan banyaknya ragam kesenian, tersebar dari puncak gunung hingga pedesaan, 3
4 pertanian sepanjang sungai. Banyak kelompok seni dari tradisional hingga modern, seni tari, seni teater sampai dengan komunitas film indie. Menurut Ketua DKD (Dewan Kesenian Daerah) Banjarnegara, Tjundaroso, potensi dan kegiatan seni di Kabupaten Banjarnegara sebenarnya sangat besar dan dinamis. Para pelakunya pun cukup agresif, namun belum terwadahi dengan baik. Saat akan latihan untuk festival dalang atau wayang kulit, teman-teman terpaksa harus latihan di Balai Desa Tapen. Lokasinya jauh dari kota, tapi apa daya mengingat hanya di situ yang lengkap alatnya dan cukup luas lokasinya, ungkap Sekretaris DKD (Dewan Kesenian Daerah) Banjarnegara, Drajat Nurangkoso. 3 Oleh karena banyaknya kesenian dan pelaku kesenian terutama seni pertunjukan di Banjarnegara namun belum terwadahi dengan baik, maka fasilitas gedung seni pertunjukan dirasa sangat diperlukan untuk menampung kegiatan kesenian di Banjarnegara. Tentunya faslitas ini hendaknya dibangun dengan memenuhi standar bangunan untuk kegiatan seni pertunjukan dan memenuhi kebutuhan para penggunanya baik seniman maupun pengunjung. Selain sebagai wadah kesenian yang sudah ada dan tengah berkembang di masyarakat, gedung kesenian ini juga diharapkan dapat mewadahi kesenian-kesenian perunjukan yang telah lama mati suri, seperti Kesenian Angklung Krumpyung yang baru-baru ini muncul kembali. Selain beberapa paparan di atas, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, pada tahun 2013 ini, sedang mempersiapkan secara bertahap pembangunan gedung kesenian Banjarnegara yang direncanakan bertempat di sekitar Kompleks Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Selamanik yang diharapkan mampu menjadi tempat yang representatif bagi pementasan festival berbagai jenis seni yang ada di Banjarnegara. Pemerintah daerah setempat juga merencanakan untuk mengembangkan area sekitar Kompleks Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Selamanik tersebut sebagai 3 diunduh pada tanggal 13 Maret 3102 pukul 12:50 WIB 4
5 pusat wisata budaya, sehingga gedung seni pertunjukan ini merupakan salah satu langkah awal untuk merintis cita-cita tersebut Pentingnya Pembinaan Kesenian Pertunjukan di Banjarnegara Melihat banyaknya jumlah kesenian pertunjukan di Banjarnegara, hal ini sangat diperlukan penjagaan dan pelestarian, agar tetap terjaga dan tidak punah seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman. Salah satu upaya pelestarian kesenian adalah dengan pengenalan dan pembinaan, terutama pada generasi muda yang ada di Banjarnegara, karena generasi muda saat ini akan memegang masa yang akan datang. 4. Pentingnya Lokalitas Budaya Gedung Kesenian merupakan wadah untuk para pegiat seni untuk menyalurkan bakat dan minatnya di bidang kesenian. Kesenian berhubungan sangat dekat dengan lokalitas budaya di mana kesenian itu berada/berasal. Setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan yang berbeda dengan daerah lain, tak terkecuali Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, gedung kesenian di Banjarnegara hendaknya dapat mencerminkan kebudayaan Banjarnegara. Diharapkan Gedung Kesenian Banjarnegara ini dapat menampung kegiatan kesenian di Banjarnegara, dengan memiliki ciri khas Banjarnegara, terutama pada citra bangunan (building image), aktifitas di dalam bangunan dan tata ruang di dalam bangunan. 5. Pentingnya Fleksibilitas Ruang Pertunjukan Kesenian pertunjukan yang tengah berkembang di Banjarnegara terbilang cukup banyak. Banyaknya jumlah kesenian akan menghasilkan banyaknya kegiatan dalam suatu bangunan. Untuk mewadahinya diperlukan ruang yang luas agar dapat menampung semua kegiatan. Ruang yang luas tidak selalu tersedia untuk semua kegiatan, karena tidak semua bangunan mendapatkan lahan yang cukup luas. Oleh 4 Giri Praptono, SIP, MM. (Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara), wawancara pada tanggal 29 Maret
6 karena itu, diperlukan fleksibilitas ruang agar semua kegiatan dapat terwadahi dengan baik dan efisien. Fleksibilitas ruang yang dimaksud di sini adalah bagaimana menciptakan ruang pertunjukan yang dapat menampung berbagai macam pertunjukan seni dengan karakteristik dan kebutuhan ruang dan gerak yang berbeda pada masing-masing jenis kesenian pertunjukan. Fleksibilitas ini dapat dilakukan dengan pengolahan secara teknis elemen-elemen yang ada di dalam ruangan pertunjukan, sehingga dapat menampung semua kegiatan baik bersamaan maupun bergantian. B. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum Bagaimana merencanakan dan merancang Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan. 2. Masalah Khusus Bagaimana merancang Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan, dengan menekankan pada aspek lokalitas budaya setempat dalam hal citra bangunan (building image), aktivitas, dan sistem ruang, serta penekanan fleksibilitas ruang pertunjukan sehingga dapat menampung berbagai kegiatan seni pertunjukan yang ada di Banjarnegara dengan efisien. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendapatkan landasan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan. 2. Tujuan Khusus Mendapatkan landasan konsep perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan, dengan menekankan pada 6
7 aspek lokalitas budaya setempat dalam hal citra bangunan (building image), aktivitas, dan sistem ruang, serta penekanan fleksibilitas ruang pertunjukan sehingga dapat menampung berbagai kegiatan seni pertunjukan yang ada di Banjarnegara dengan efisien. D. Sasaran 1. Sasaran Umum Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara melalui: a. Pemahaman lingkup seni pertunjukan; b. Identifikasi lingkup seni pertunjukan di Banjarnegara; c. Identifikasi tinjauan fasilitas gedung seni pertunjukan, beserta fungsi dan aktifitasnya; d. Identifikasi sasaran dan kebutuhan calon pengguna Gedung Seni Pertunjukan serta kapasitasnya; e. Identifikasi pemilihan tapak yang sesuai untuk Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara. 2. Sasaran Khusus Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara pendekatan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang setempat melalui: a. Identifikasi lingkup lokalitas budaya, meliputi citra bangunan (building image), aktivitas, dan tata ruang; b. Identifikasi lingkup fleksibilitas ruang; c. Identifikasi penerapan konsep lokalitas budaya dan konsep fleksibilitas ruang pada perancangan arsitektur; d. Melakukan komparasi terhadap bangunan yang memiliki konsep lokalitas budaya dan analisis perancangan konsep lokalitas budaya; e. Melakukan komparasi terhadap bangunan berkonsep fleksibilitas ruang dan analisis perancangan konsep fleksibilitas ruang; f. Melakukan sintesis dan kemudian mengambil kesimpulan mengenai penerapan konsep lokalitas budaya dan konsep fleksibilitas ruang untuk diteruskan menjadi 7
8 konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara dengan penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. E. Lingkup Pembahasan 1. Arsitektural Lingkup pembahasan arsitektural meliputi: a. Tata Ruang Luar, meliputi hierarki dan organisasi ruang, lansekap pada site dan tapak yang dipilih, fasilitas ruang luar, sirkulasi antar ruang, suasana, dan lain-lain. b. Tata Ruang Dalam, meliputi hierarki dan organisasi ruang dalam, sirkulasi antar ruang dalam, fasilitas dalam ruangan, dan lain-lain. c. Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang, meliputi tinjauan pustaka dan tinjauan lapangan standar persyaratan bangunan gedung seni pertunjukan, dan tinjauan pustaka dan tinjauan lapangan terhadap konsep lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang pada perancangan arsitektur. 2. Non Arsitektural Lingkup pembahasan non-arsitektural meliputi: a. Identifikasi minat masyarakat Banjarnegara terhadap kesenian pertunjukan setempat. b. Identifikasi potensi seni pertunjukan di Banjarnegara. F. Metode Pembahasan 1. Pengumpulan Data a. Sumber Data Penulisan ini menggunakan 3 jenis sumber data, yaitu: Pustaka/Literatur Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel baik dari majalah atau surat kabar maupun dari internet. 8
9 Lapangan/Empirik Merupakan data yang nyata ada di lapangan dan diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara. Instansional Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan kesenian yang ada di Banjarnegara. b. Jenis Data Penulisan ini menggunakan 2 jenis data, yaitu: Data Primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh komunitas kesenian yang ada di Banjarnegara, beberapa instansi terkait kesenian di Banjarnegara, survey tapak bangunan, dan sebagainya. Data Sekunder Merupakan data yang sudah ada yang bersifat publik sehingga dapat diakses melalui internet, buku, artikel, dan literatur lain. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui perbandingan antara standar dan literatur dengan keadaan faktual di lapangan. Dari data-data tersebut dianalisis yang dapat disimpulkan menjadi suatu konsep perencanaan dan perancangan untuk menjawab permasalahan yang timbul dari Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara dengan penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. 3. Sintesis dan Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan Menyimpulkan permasalahan dari pengumpulan data untuk merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan. Konsep yang dihasilkan kemudian akan diteruskan menjadi alternati-alternatif bentuk desain perancangan secara dua dimensi dan tiga dimensi pada tahap Transformasi Desain yang kemudian dilanjutkan ke tahap Pengembangan Desain. 9
10 G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, keaslian penulisan, dan kerangka berfikir. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN LAPANGAN Berisi tentang pengertian, klasifikasi dan standar gedung kesenian. Serta preseden sebagai contoh rancangan gedung kesenian baik yang berada di negeri maupun luar negeri. BAB III ANALISIS DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang pendekatan konsep yang dihasilkan dari analisis permasalahan dari proses pengumpulan data dan perumusan masalah, yang kemudian dilakukan penyimpulan dan sintesis data, yang akan digunakan sebagai landasan konsep perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang perumusan konsep utama dan konsep pendukung dalam perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. 10
11 H. Keaslian Penulisan Beberapa karya tugas akhir yang ada sebelumnya tentang tema bangunan sejenis Gedung Seni Pertunjukan, yaitu sebagai berikut: Tabel I.1 Keaslian Penulisan No Penulis Judul Abstrak 1. Rahmat Fadlan 05/184028/ET/ Gedung Kesenian Bangka Belitung Penekanan Pada Kenyamanan Dengar dan Pandang Sebagai Konsep Perancangan Pada Bangunan 2009 Bangunan pertunjukan yang memenuhi syarat untuk mewadahi kegiatan seni pertunjukan seremonial yang mampu memberikan kenyamanan dengar dan pandang pada penonton/pengunjung 2. Destarita Indah Permata Sari 04/177043/TK/ Gedung Kesenian di Salatiga dengan Pendekatan Fleksibilitas Ruang 2009 Gedung kesenian yang: - Berkarakter, mudah dibedakan dengan bangunan lain - Sesuai prinsip ekonomi - Memiliki fasilitas penunjang lengkap (jual beli, makan, dan publikasi) - Tidak terkesan angkuh dan low budget. 3. Danang Widya Sanjaya 03/173653/ET/ Art Center di Yogyakarta Penekanan pada Sirkulasi sebagai Pembentuk Suasana Rekreatif 2005 Kompleks bangunan yang rekreatif bagi pengunjung sehingga pengunjung merasa tertarik dan tertantang untuk menjelajahi kompleks bangunan ini dengan kenyamanan dalam hal sirkulasi (minimal sarana sirkulasi yang melelahkan) 11
12 4. Atika Rahmawati Hs 08/269286/TK/ KESIMPULAN Gedung Seni Pertunjukan di Gedung seni pertunjukan yang Banjarnegara Penekanan dapat menampung berbagai Lokalitas Budaya dan macam seni pertunjukan yang Fleksibilitas Ruang ada di Banjarnegara dengan 2013 penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang 1. Perbedaan: Penekanannya kenyamanan dengar dan pandang 2. Perbedaan: Lingkup lebih luas Gedung Kesenian 3. Perbedaan: Penekanan kenyamanan sirkulasi pengunjung 12
13 I. Kerangka Berpikir Bagan I.1 Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG - Potensi kesenian besar terutama seni pertunjukan - Belum adanya wadah bagi kegiatan kesenian terutama seni pertunjukan - Mendukung pemerintah daerah yang akan membangun gedung kesenian TUJUAN PERMASALAHAN SASARAN - Bagaimana merencanakan dan merancang gedung seni pertunjukan yang dapat menampung kegiatan berbagai seni pertunjukan - Bagaimana menerapkan konsep lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang LOKALITAS BUDAYA GEDUNG KESENIAN BANJARNEGARA (LOKASI & SITE) FLEKSIBILITAS RUANG Studi Pustaka Studi Kasus Studi Lapangan - Kesenian - Seni pertunjukan - Gedung seni pertunjukan - Lokalitas budaya - Fleksibilitas ruang - Banjarnegara - Seni pertunjukan di Banjarnegara - Gedung seni pertunjukan dalam negeri - Gedung seni pertunjukan luar negeri ANALISIS DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN - Survey tapak - Survey komunitas kesenian di Banjarnegara - Survey instansi terkait di Banjarnegara Makro Lingkungan sekitar tapak Meso Tapak Mikro Bangunan dan Sistem Tata Ruang Konsep Perencanaan dan Perancangan GEDUNG KESENIAN DI BANJARNEGARA Penekanan Lokalitas Budaya dan Fleksibilitas Ruang 13
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses
BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup
Lebih terperinciPropinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciSumber: data pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain
Lebih terperinciTAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciMEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and
BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut
Lebih terperinciKOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ASHAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka
BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa memiliki dimensi dan fungsi ganda. Seni pertunjukan Jawa selain sebagai ekspresi estetik manusia, tidak jarang menjadi
Lebih terperinciRedesain Taman Budaya Raden Saleh Semarang 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Taman Budaya merupakan salah satu upaya dalam pelestarian kebudayaan. Taman Budaya tidak hanya dapat digunakan dalam rangka perlindungan dan pelestarian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatra, Indonesia yang memiliki budaya yang khas, yaitu Budaya Melayu. Sebagai ibukota provinsi, sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciGEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperincifauna, gua masegit sela (disepanjang Pulau Nusakambangan) dan suasana alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan jasa pariwisata merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan, untuk menciptakan lapangan kerja, meratakan pendapatan masyarakat, memperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Ditinjau dari kegiatan komersil, kota Medan memperlihatkan peningkatan di bidang hiburan musik khususnya. Hal ini terlihat pada statistic social budaya, presentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI SENI MUSIK DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH TINGGI SENI MUSIK DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Marlina Silamba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan merupakan pulau yang sangat kaya ankan flora dan fauna, namun, flora dan fauna endemik yang sangat beragam dan unik yang terancam punah karena
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
1.1. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbesar dengan kedudukan geopolitis yang strategis dikarunia Tuhan keanekaragaman kekayaan alam dan budaya yang istimewa, yang menjadi sumber
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciAlfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang besar dengan ragam suku budaya didalamnya. Namun, di era-globalisasi saat ini kebudayaan dan seni lambat laun mulai tersisihkan. Hal
Lebih terperinciGEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009
BB I PENDHULUN 1.1. LTR BELKNG, sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreativ, maka seni
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang
BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif, yaitu mencari serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses perancangan. metodeanalisa data yang digunakan dalam proses perancangan adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan
Lebih terperinci1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Badung Bali melalui Dinas Koperasi, Perindustrian, UMKM dan Perdagangan (Diskopperindag) Kabupaten Badung berupaya membangkitkan kerajinan patung
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekreasi dan hiburan telah menjadi unsur penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Seiring perkembangan zaman, padatnya aktivitas,dan tingginya tuntutan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciMAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Projek 1.1.1 Gagasan awal Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi Biota Laut Endemik di Jepara merupakan pendekatan sebuah perancangan baru kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, informasi menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat modern. Informasi bisa didapatkan dari berbagai macam bahan atau sumber, salah satunya adalah buku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki
Lebih terperinci1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode
BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau
Lebih terperinciBAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Pengertian Judul Berau : Suatu nama daerah daerah tingkat II berbentuk kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Timur. Youth 1 Center Pusat Sarana Sosialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya tindak kriminal di Indonesia maka sering terjaditindak kriminal yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar, ini sebabkankarena kurang perhatian
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam sebuah perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Jawa Tengah in Figures 2010 (Jawa Tengah dalam Angka 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan iptek yang makin pesat telah membawa perubahan di segala sektor kehidupan manusia. Karenanya penguasaan iptek merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai fasilitas yang ada, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dari sekian banyak provinsi di Indonesia yang memiliki budaya yang kental. Banyak kebudayaan yang tertinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinding Gumbeng adalah salah satu kesenian musik tradisional tertua yang masih bertahan di masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN #Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata#
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1.#Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata# Lereng Gunung lawu merupakan salah satu tujuan wisata yang masih alami. Lereng gunung lawu ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses
BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Pusat Pengembangan Musik Tradisional Jawa Timur di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.2 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Pusat Rekreasi dan Edukasi Pertanian Kacang Tanah Kabupaten Pati. Untuk mengetahui perngertian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER B. PEMAHAMAN Gedung pertunjukkan merupakan sebuah bangunan yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Yogyakarta adalah sebuah kota yang terletak di pulau jawa yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan
Lebih terperincibanyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI PERTUNJUKAN DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : KINTOKO SUKMO
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Kota Yogyakarta dikenal dengan berbagai julukan. Salah satu julukan yang terkenal mengenai kota tersebut, yaitu kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian yang dilakukan, dan disertai dengan teori-teori serta data-data yang diperoleh dari
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciREDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciPUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI
Lebih terperinciGedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Melihat perkembangan seni akhir-akhir ini dapat kita ambil benang merah bahwa Yogyakarta merupakan barometer seni budaya di Indonesia. Berbagai ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.
Lebih terperinciHILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Agama Kristen merupakan salah satu agama yang berkembang di Indonesia. Perkembangan agama Kristen dapat kita lihat dari pertumbuhan gereja-gereja yang semakin banyak
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik merupakan suatu seni yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Melalui Musik bisa menjadi salah satu sarana untuk mengekspresikan perasaan yang kita rasakan,dan
Lebih terperinciPUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH: IGNASIUS
Lebih terperinciMUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : JOKO ISWANTO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia. Olahraga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia karena olahraga merupakan bagian dari
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PERPUSTAKAAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH DI SEMARANG (Penekanan Desain Konsep Arsitektur Michael Graves) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur
Lebih terperinci