UNIVERSITAS INDONESIA UJI KESESUAIAN ANTARA VISION TESTER DAN SNELLEN CHART SEBAGAI ALAT SKRINING PENGLIHATAN JAUH BINOKULER PADA PERUSAHAAN X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA UJI KESESUAIAN ANTARA VISION TESTER DAN SNELLEN CHART SEBAGAI ALAT SKRINING PENGLIHATAN JAUH BINOKULER PADA PERUSAHAAN X"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA UJI KESESUAIAN ANTARA VISION TESTER DAN SNELLEN CHART SEBAGAI ALAT SKRINING PENGLIHATAN JAUH BINOKULER PADA PERUSAHAAN X TUGAS AKHIR dr. Markus Halim (NPM: ) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI JAKARTA MEI 2013

2 ii UNIVERSITAS INDONESIA UJI KESESUAIAN ANTARA VISION TESTER DAN SNELLEN CHART SEBAGAI ALAT SKRINING PENGLIHATAN JAUH BINOKULER PADA PERUSAHAAN X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis okupasi dr. Markus Halim (NPM: ) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI JAKARTA MEI 2013

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 vii ABSTRAK Nama : Markus Halim Program Studi : Kedokteran Okupasi Judul : Uji kesesuaian antara Vision Tester dan Snellen Chart sebagai alat skrining Penglihatan Jauh Binokuler pada Perusahaan X Setiap pekerja untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, efisien, serta kenyamanan dalam bekerja, maka diperlukan kemampuan tajam penglihatan yang baik. Snellen Chart merupakan instrumen yang biasa digunakan untuk pemeriksaan tajam penglihatan. Namun pada Snellen Chart harus membutuhkan jarak 6 meter, penerangan harus cukup. Pada saat ini banyak permintaan dari perusahaan untuk melakukan MCU di tempat kerjanya, sedangkan tempat yang disediakan terbatas. Maka perlu dicari alternatif untuk pemeriksaan tajam penglihatan jauh. Di USA, Optec Vision Tester telah digunakan untuk menguji berbagai fungsi penglihatan, termasuk tajam penglihatan. Di Indonesia sampai saat ini belum digunakan dan belum diketahui tingkat kesesuaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian pemeriksaan tajam penglihatan jauh antara Optec Vision Tester dengan Snellen Chart. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan analisis kesesuaian menggunakan pengujian Cohen s Kappa. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil MCU pada pekerja di suatu Perusahaan. Data yang diambil adalah hasil dari pemeriksaan tajam penglihatan jauh pada mata binokuler tanpa koreksi dari kedua instrumen. Hasilnya sebanyak 61 subyek yang hasilnya abnormal pada pemeriksaan vision tester, ternyata terdapat 27 subyek memberikan hasil normal pada pemeriksaan Snellen chart. Sedangkan dari 105 subyek yang hasilnya normal pada pemeriksaan vision tester, terdapat 4 subyek pada pemeriksaan Snellen chart hasilnya abnormal. Kemudian data diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh nilai Kappa. Secara statistik, diperoleh nilai Kappa 0,564, yang termasuk kategori fair to good menurut Fleiss. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Optec Vision Tester mempunyai nilai kesesuaian tingkat sedang dengan Snellen Chart. Kata kunci: Optec Vision Tester, Snellen Chart, skrining, medical check-up.

8 viii ABSTRACT Name : Markus Halim Study Program : Occupational Medicine Title : The suitability test between Vision Tester and Snellen Chart as a screening tool binocular far vision on company x Every worker to be able to carry out its duties and responsibilities properly, efficiently, and comfort in the work, it needs a good sharp vision capabilities. Snellen Chart is an instrument commonly used for inspection of visual acuity. But on the Snellen Chart shall require a distance of 6 meters, lighting should be sufficient. At this time a lot of requests from companies to do the MCU in the workplace, while the limited space provided. Then it is necessary to find an alternative to distant visual acuity examination. In the USA, Optec Vision Tester was used to test a variety of visual function, including visual acuity. In Indonesia has yet to be used and the level of compliance is unknown. The purpose of this study was to determine the level of compatibility between the distant visual acuity examination Vision Tester with Snellen Chart. The study design uses a cross sectional analysis of the suitability of using Cohen's Kappa test. This study uses secondary data from MCU to workers in a company. The data taken is the result of the examination from binocular visual acuity without correction of both instruments. The result is a total of 61 subjects in the examination results are abnormal vision tester, it turns out there were 27 subjects in the examination gave normal results Snellen chart. While the 105 subjects who were normal on examination vision tester, there are 4 subjects in the examination abnormal results Snellen Chart. Then the processed data into SPSS to obtain the value of Kappa. Statistically, Kappa value of is obtained, which is categorized as "fair to good" according to Fleiss. Conclusions obtained in this study is the Optec Vision Tester has a value of moderate conformity with the Snellen Chart. Keywords: Optec Vision Tester, Snellen Chart, screening, medical check-ups.

9 ix DAFTAR ISI HAL HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii HALAMAN PENGESAHAN.iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..v ABSTRAK...vi ABSTRACT.vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi DAFTAR SINGKATAN.xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Identifikasi Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Untuk Tenaga Kerja Untuk Profesi Untuk Peneliti... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Mata Kornea Lensa Badan kaca Retina Mekanisme Penglihatan Tajam Penglihatan Penyebab Gangguan Penglihatan Jauh Pemeriksaan Tajam Penglihatan Jauh Pemeriksaan Visus Menggunakan Snellen Chart Pemeriksaan Visus Menggunakan Vision Tester... 17

10 x 2. 6 Skrining atau Penyaringan Uji kesesuaian Kerangka Teori Kerangka Konsep BAB 3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Besar Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi Jenis Data Variabel Penelitian Prosedur pemeriksaan sewaktu MCU Analisis Statistik Alur Kerja Definisi Operasional Etika Penelitian.. 33 BAB 4 HASIL PENELITIAN Karakteristik Subyek Penelitian Perbandingan hasil pemeriksaan Snellen Chart dan Vision Tester Hasil uji kesesuaian alat Vision Tester terhadap Snellen Chart Proporsi gangguan tajam penglihatan jauh pekerja Perusahaan X 37 BAB 5 PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Karakteristik Subyek Penelitian Perbandingan Hasil Pemeriksaan Vision Tester dan Snellen Chart Hasil Uji Kesesuaian Alat Vision Tester dengan Snellen Chart Proporsi gangguan tajam penglihatan jauh pekerja Perusahaan X 40 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 41 KEPUSTAKAAN... 42

11 xi DAFTAR GAMBAR HAL Gambar 2.1 Bagian Bagian Mata... 5 Gambar 2.2 Snellen Chart Gambar 2.3 Optec Vision Tester Gambar 2.4 Tampilan Remote Control Optec Vision Tester Gambar 2.5 Tampilan Slide Untuk Pemeriksaan Penglihatan Jauh Gambar 2.6 Kerangka Teori Gambar 2.7 Kerangka Konsep.25 Gambar 3.1 Alur kerja pengolahan data uji kesesuaian antara alat Vision Tester dan Snellen Chart 31

12 xii DAFTAR TABEL HAL Tabel 2.1 Konversi Nilai Visus Tabel 2.2 Tajam Penglihatan Normal Dan Penglihatan Kurang...12 Tabel 2.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Penglihatan Jauh Tabel 3.1 Daftar Variabel yang digunakan Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Snellen Chart dan alat Vision Tester 35 Tabel 4.3 Tabel silang hasil uji kesesuaian antara pemeriksaan Snellen Chart dengan Vision Tester, dan hasil perhitungan nilai Kappa...36

13 xiii DAFTAR SINGKATAN AOA : American Optometric Association BPS : Biro Pusat Statistik MCU : Medical Check Up m : meter cm : centimeter mm : milimeter µm : micrometer SPSS : Statistical Package for Social Sciences

14 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap pekerja untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, efisien, serta kenyamanan dalam bekerja, maka diperlukan kemampuan tajam penglihatan yang baik. Pengukuran kemampuan penglihatan seorang pekerja haruslah sesuai dengan bidangnya masing-masing, salah satu hal yang juga penting untuk menentukan kelaikan kerja adalah pemeriksaan tajam penglihatan jauh. Kemampuan tajam penglihatan seorang pekerja haruslah sesuai dengan tuntutan tugas dan pekerjaan yang harus dilakukannya. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan peningkatan kinerja dan produktivitas dari seorang pekerja, namun juga mencegah timbulnya keluhan dan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penggunaan mata, untuk menghindari hal-hal yang tidak diingini atau melakukan kesalahan dalam bekerja. (1) Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam bekerja atau melakukan kesalahan dalam bekerja yang dapat merugikan perusahaan, maka sangat perlu sekali dilakukan skrining pemeriksaan mata pada setiap pekerja. Beberapa contoh pada negara maju seperti Amerika Serikat, telah lama dilakukan skrining mata secara ketat terhadap para calon pekerja. Skrining mata secara ketat dilakukan pada jenis pekerjaan yang tidak hanya berdampak kepada kinerja dan produktivitas individu, akan tetapi berdampak pula pada keselamatan masyarakat umum, seperti: calon petugas kepolisian, pemadam kebakaran, satuan anti teroris, petugas menara pengawas di bandara, pilot, masinis, dan nahkoda. Sedangkan pada jenis pekerjaan yang tidak melibatkan keselamatan masyarakat umum, kemampuan penglihatan yang baik juga dipersyaratkan demi mencapai tingkat produktivitas yang maksimal, misalnya pekerjaan di industri perakitan dan sektor manufaktur lainnya, petugas laboratorium, akuntan, arsitek, pengacara dan juga petugas di bagian inspeksi harus membutuhkan tajam penglihatan yang baik. (1) Pada saat ini di Indonesia, dengan bertambahnya kemajuan dan meningkatnya produktivitas perusahaan, banyak permintaan dari perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di tempat kerjanya masing-masing, karena itu

15 2 banyak juga provider kesehatan yang menawarkan jasa melakukan MCU (Medical Check-Up) ke perusahaan, dengan menggunakan alat teknologi yang maju, yang dapat dibawa kemana saja (portable). (2) Teknologi tersebut digunakan untuk mempermudah melakukan semua pemeriksaan yang memerlukan bantuan alat medis. Salah satu diantaranya yang akan dibahas pemeriksaan terhadap mata. Salah satu kelainan pada mata yang sering dialami pada usia produktif adalah gangguan tajam penglihatan jauh. Untuk dapat mengetahui gangguan tersebut, diperlukan instrumen untuk pemeriksaan (tajam penglihatan) mata seperti Snellen Chart,E Chart, Logmar Chart, Kay Picture Test Chart, Sheridan Gardiner Test. Dan yang paling umum digunakan adalah Snellen Chart. (3) Akan tetapi pemakaian Snellen Chart diperlukan beberapa kriteria agar didapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan untuk MCU di perusahaan, tidak semua kriteria dapat dipenuhi, misalnya keterbatasan jarak dan tempat, pencahayaan yang kurang, sehingga pemeriksaan tersebut kurang mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada saat ini dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, sehingga menghasilkan temuan-temuan instrumen baru, terutama alat yang digunakan pada pemeriksaan skrining mata. Instrumen tersebut adalah Vision Tester, alat ini dipakai sebagai skrining pada berbagai fungsi penglihatan dalam waktu yang singkat sekaligus. Diharapkan, alat ini menjadi suatu alat skrining tajam penglihatan jauh saat medical check-up dan memberikan hasil yang sesuai dengan alat standar. (4) 1. 2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang dihadapi dalam skrining gangguan penglihatan jauh menggunakan Snellen Chart adalah membutuhkan ruangan dengan jarak 6 meter atau 3 meter dengan cermin antara gambar Snellen dan subyek yang akan di periksa, pencahayaan yang cukup supaya huruf terlihat jelas. Sedangkan pada alat Vision Tester walaupun harganya cukup mahal dibandingkan Snellen Chart, namun untuk melakukan pemeriksaan tajam penglihatan jauh tidak memerlukan ruangan yang besar, tidak memerlukan cahaya yang cukup. Sehingga alat ini dapat mempermudah pemeriksaan skrining mata pada setiap tenaga kerja.

16 3 Sedangkan sampai sekarang alat ini belum pernah digunakan di Indonesia, jadi alat ini harus di uji dahulu, apakah memberikan hasil yang sesuai dengan Snellen Chart. (4,15,17) 1. 3 Pertanyaan Penelitian Apakah hasil pemeriksaan skrining untuk daya penglihatan jauh menggunakan alat Vision Tester sesuai dengan Snellen Chart? 1. 4 Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah alat vision tester dapat digunakan sebagai alat skrining untuk tajam penglihatan jauh pada pekerja di Indonesia yang memberikan hasil dapat mendekati atau sama dengan alat standar yaitu Snellen chart Tujuan Khusus Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara hasil pemeriksaan vision tester dibandingkan dengan Snellen chart untuk penglihatan jauh Untuk mengetahui angka proporsi gangguan tajam penglihatan jauh pada tenaga kerja di Perusahaan X.

17 Manfaat Penelitian Untuk Tenaga Kerja Untuk deteksi dini gangguan tajam penglihatan jauh dikalangan tenaga kerja, serta dapat dirujuk segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut Untuk Profesi Dengan diketahuinya tingkat kesesuaian, untuk berbagai jenis fungsi penglihatan dengan alat Vision Tester, maka alat ini dapat menjadi alternatif pada waktu pemeriksaaan pekerja Untuk Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk dapat mengetahui dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan uji kesesuaian alat Vision Tester yang akan digunakan untuk menskrining gangguan tajam penglihatan jauh, serta diharapkan dapat memperkenalkan alat Vision Tester ini dalam dunia kedokteran, khususnya untuk kemajuan Ilmu Kedokteran Okupasi.

18 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Anatomi dan fisiologi mata Bola mata berbentuk bulat memiliki panjang maksimal 24 mm, dengan bola mata bagian depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 lengkungan yang berbeda. Struktur struktur utama pada mata diantaranya yaitu : lapisan protektif luar bola mata, sklera, conjungtiva, kornea, uvea, pupil, sudut bilik mata depan, lensa mata, badan kaca, retina, saraf optik, rongga orbita dan otot penggerak bola mata. (7,8) Gambar 2.1. Bagian bagian mata (9) Sumber: Image anatomi mata, diunduh dari: kedokteran.files.wordpress.com/2009/11/eye.jpg. Bagian dari mata yang penting dalam memfokuskan bayangan adalah kornea, bilik mata depan, lensa, aquos humor, badan kaca, dan retina. Media penglihatan tersebut yang akan menentukan hasil pembiasan sinar pada mata. (7)

19 Kornea Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya yang terletak didepan iris (bagian mata yang berwarna), dan juga merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan. Jaringan yang transparan ini, merupakan tempat lewatnya berkas cahaya masuk ke mata. (7,8) Kornea terdiri dari 5 lapis, diantaranya adalah : Epitel Epitel memiliki ketebalan 50 µm dan berasal dari ektoderm permukaan. Bagian epitel kornea terdiri dari 5 lapisan sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih. Membran bowman Lapisan ini terletak dibawah membran basal epitel kornea dan berasal dari bagian depan stroma. Bagian ini merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan tidak mempunyai daya regenerasi. Stroma Stroma terdiri dari 2 sel yaitu lamel dan keratosit. Lamel merupakan kolagen yang tersusun sejajar sedangkan keratosit merupakan sel stroma kornea yang fibroblast. Membran descemet Membran descemet memiliki ketebalan 40 µm & bersifat sangat elastik yang akan berkembang terus seumur hidup. Lapisan ini merupakan membran aseluler yang terletak dibatas belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh sel endotel. Endotel Endotel memiliki ketebalan µm dan berasal dari mesotelium. Bagian endotel kornea berlapis satu dengan bentuk heksagonal dan melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden. (7)

20 Lensa Lensa berasal dari jaringan ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan hampir transparan sempurna. Lensa berbentuk seperti lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Secara fisiologik, lensa mempunyai sifat tertentu yaitu : Kenyal atau lentur, sehingga kelengkungannya dapat meningkat, hal inilah yang memegang peranan penting dalam akomodasi. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan. Lensa dalam perjalanannya semasa kita bertumbuh dan menjadi tua akan semakin bertambah besar dan berat. (7,8) Badan kaca Badan kaca adalah suatu jaringan seperti kaca bening karena tidak terdapat pembuluh darah dan terletak diantara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair didalam bola mata yang mengandung air sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Fungsi dari badan kaca yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. (7,8) Retina Retina disebut juga selaput jala yang merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina mempunyai ketebalan 0,5 mm. Warna retina biasanya jingga, tetapi dapat berubah menjadi pucat pada anemia/iskemia dan merah pada hiperemia. Letak sel epitel pigmen retina berbatasan dengan koroid, dimana terbagi dalam beberapa lapis, diantaranya yaitu : Lapisan fotoreseptor (lapisan terluar, terdiri dari sel batang & sel kerucut) Membran limitan eksterna (suatu membran ilusi) Lapisan nukleus luar (merupakan susunan nucleus sel kerucut dan batang)

21 8 Lapisan pleksiform luar (lapisan aseluler dan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal) Lapisan nukleus dalam (berisi tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller) Lapisan pleksiform dalam (lapisan aseluler dan tempat sinapsis sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion) Lapisan sel gangglion (lapisan badan sel dari neuron kedua) Lapisan serabut saraf (lapisan akson sel ganglion menuju ke saraf optik) Membran limitan interna (membran hialin antara retina dan badan kaca) (7,10) 2. 2 Mekanisme penglihatan Mata merupakan organ indera penglihatan yang berevolusi dari bintik bintik peka sinar yang primitif pada permukaan invertebrata. Didalam wadah yang protektif, setiap mata memiliki lapisan reseptor reseptor, sistem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sebuah sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak. (7,8,11) Mata mengubah energi dalam spektrum tampak menjadi potensial aksi disaraf optik. Berkas cahaya yang masuk difokuskan ke retina untuk mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan sel batang, kemudian impuls yang timbul di retina akan berjalan melalui saraf optik, sampai di kiasma optikum, semua impuls saraf akan berjalan menyilang ke sisi yang berlawanan, dimana impuls saraf tersebut akan bergabung dengan saraf dari retina untuk membentuk jalur optik. Saraf dari setiap sinaps optik berada dalam inti geniculate dorsal lateral, kemudian saraf akan dihantarkan ke korteks serebrum terutama korteks visual primer di lobus oksipital, tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi penglihatan. (8,11) Pada mata normal akan menempatkan bayangan benda tepat di retina pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi. (7,11)

22 Tajam Penglihatan Tajam penglihatan adalah suatu fenomena kompleks dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor optik misalnya keadaan mekanisme pembentukan bayangan pada mata, faktor retina misalnya keadaan sel kerucut, dan faktor rangsangan termasuk penerangan, terangnya ransang, kontras antara rangsang dan latar belakang, dan lama waktu subyek terpajan rangsangan. (8,10) Kelainan fungsi mata yang dapat dirasakan oleh penderita adalah menurunnya tajam penglihatan, termasuk penglihatan warna, gangguan lapang pandangan dan gangguan pergerakan mata. Untuk mengetahui terdapatnya hal tersebut, perlu diketahui keadaan normal pada mata seseorang. Penglihatan atau perkembangan penglihatan, gangguan lapang pandangan dan pergerakan mata normal serta keadaan patologiknya akan dapat dilihat pada penguraian berikut. Dua titik dapat terlihat terpisah bila membuat sudut 1 menit. Satu huruf akan terlihat bila membuat sudut 5 menit. Makin jauh benda atau huruf yang akan dilihat makin perlu dibesarkan benda atau huruf tersebut untuk dapat dilihat dengan jelas. Pemeriksaan tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan gangguan penglihatan. Mata hanya dapat membedakan 2 titik terpisah bila titik tersebut membentuk sudut 1 menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut 5 menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut 1 menit. Makin jauh huruf harus terlihat maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus tetap 5 menit. (7,10) Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, kelainan refraksi mata, serta fungsi kognitif dapat merubah tajam penglihatan (7)

23 10 Kemampuan mata melihat benda atau secara rinci sebuah objek secara kuantitatif ditentukan dengan dua cara : (7) 1. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit). Ini merupakan tajam penglihatan resolusi. Disebut juga resolusi minimum tajam penglihatan. 2. Dengan fraksi Snellen. Ini ditentukan dengan mempergunakan huruf atau cincin Landolt atau objek ekuivalen lainnya. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen. Pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak enam meter dari kartu Snellen. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan. (7,13) Istilah 6/6 adalah pecahan untuk ukuran meter, sedangkan 20/20 adalah pecahan untuk kaki. Ukuran melangkah untuk satu kaki diasumsikan sepanjang 30 cm. Jadi 20 kaki = 6 meter (19) Tabel 2.1. Konversi nilai visus Meter (Feet) Kaki 6/3 6/4.5 6/6 6/7.5 6/9 6/12 6/15 6/30 6/60 20/10 20/15 20/20 20/25 20/30 20/40 20/50 20/100 20/200

24 11 Dengan kartu Snellen ini dapat ditentukan tajam penglihatan seseorang, seperti : Bila tajam penglihatan 6/6 (20/20) berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. Bila yang diperiksa hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 30, pada jarak 6 meter berarti tajam penglihatannya 6/30 (20/100). Bila tajam penglihatan 6/60 (20/200) berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Bila ia tidak dapat melihat huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pd jarak 60 meter. Bila ia hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang di perlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatannya adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat di nilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat di nyatakan tajam penglihatannya yang lebih buruk dari pada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila ia hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, maka penilaian tajam penglihatannya adalah 1/300. Orang normal dapat melihat sinar pada jarak tidak terhingga. Terkadang seseorang yang diperiksa hanya dapat melihat sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan, ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/tidak terhingga. Bila pasien sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 ( nol ) atau buta total. (7,15)

25 12 Tabel 2.2. Tajam penglihatan normal dan penglihatan kurang (7) Sistem desimal Snellen Snellen jarak 6 meter jarak 20 kaki Penglihatan normal 2.0 6/3 20/ /5 20/ /6 20/ /7.5 20/25 Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat Penglihatan hampir normal 0.7 6/9 20/ /9 15/ /12 20/ /15 20/ /18 20/ /21 20/70 Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebab mungkin suatu penyakit yang masih dapat diperbaiki Low vision sedang /24 20/ /30 20/100 0,15 6/38 20/125 Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat Low vision berat Yang dinyatakan buta di Amerika Serikat 0.1 6/60 20/200 Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum, akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar yang kuat dan membaca menjadi lamban.

26 Penyebab Gangguan Penglihatan Jauh Tajam penglihatan dapat berkurang akibat beberapa hal seperti pada penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang menyebabkan kelainan retina, kelainan kongenital, katarak, glaukoma, ambliopia, uveitis, serta kelainan refaksi. Kelainan refraksi ini dibagi lagi yaitu gangguan akomodasi, presbiopia, ametropia. Bentuk-bentuk kelainan Ametropia adalah Miopia, Hipermetropia, dan Astigmatisme. Dan diantara kelainan mata tersebut di atas, prevalensi yang paling banyak menyebabkan gangguan tajam penglihatan jarak jauh adalah Miopia. (7,20) Menurut David Dunaway, tahun 2006, diperkirakan jumlah penderita gangguan refraksi di dunia berkisar dari 800 juta sampai 2,3 miliar manusia. (12) Dan pada tahun yang sama, menurut American Optometric Association (AOA) prevalensi penderita miopia pada masyarakat di Amerika Serikat mencapai 30%. (13) 2. 5 Pemeriksaan Tajam Penglihatan Jauh Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan bagian penting pada pemeriksaan fungsi mata. (7) Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan pemeriksaan penglihatan jauh dengan menggunakan : (3) 1. Snellen Chart Umumnya sering digunakan untuk pemeriksaan penglihatan jauh mata jauh Pasien yang akan diperiksa harus mengenali huruf abjad Dapat dipergunakan dengan jarak yang berbeda, misalnya kartu Snellen dipantulkan pada kaca, tapi pada prinsipnya sama Kekurangannya ukuran huruf setiap baris tidak sama dan jarak antar huruf terlalu rapat. Ketepatan yang terbatas pada pasien dengan gangguan penglihatan berat

27 14 2. E Chart Dapat digunakan pada anak-anak atau pada orang dengan buta huruf Tampilan seperti Snellen chart dengan baris-baris E pada arah yang berbeda Pasien menyebutkan posisi huruf E yang ditunjuk pemeriksa Pasien dalam keadaan sadar dan koperatif Tidak begitu akurat karena huruf E pada pemeriksaan dengan E-Chart hanya bisa menampilkan dari empat arah yang berbeda. 3. Logmar Chart Paling banyak digunakan untuk program skrining nasional Skotlandia. Terdiri dari 5 huruf pada setiap baris, jarak antar huruf sama, dengan tingkat kesulitan yang sama Pasien harus mengenali huruf abjad. 4. Kay Picture Test Chart Dapat digunakan pada anak-anak dan pada orang kesulitan berkomunikasi Terdiri dari gambar-gambar sederhana pada kartu, dimana penurunan ukuran gambar akan diberikan setelah pasien dapat mencocokan gambar dengan benar Tidak terlalu akurat, waktu yang dibutuhkan lama dan diperlukan dua pemeriksa 5. Sheridan Gardiner Test Dapat digunakan pada anak-anak dan pada orang dengan kesulitan bicara Tes yang bersifat portable Terdiri dari huruf-huruf pada kartu tes, kartu yang dipegang harus dicocokan dengan kartu master Hanya ada tujuh huruf yang berbeda, Memakan waktu yang lama Yang akan dibahas penulis pada kesempatan ini adalah pemeriksaan penglihatan jauh dengan menggunakan Snellen Chart sebagai alat standar, dan alat Vision Tester yang akan diuji tingkat kesesuaian, kemudian hasil yang didapat akan dibandingkan dan dianalisis.

28 Pemeriksaan penglihatan jauh menggunakan Snellen Chart Snellen Chart diciptakan oleh seorang dokter spesialis mata berkebangsaan Belanda yang bernama Herman Snellen pada tahun Sampai sekarang Snellen Chart merupakan instrumen yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan tajam penglihatan jauh. (3,14) Pemeriksaan dengan Snellen Chart, kita dapat memeriksa kemampuan seseorang untuk melihat pada jarak jauh. Pemeriksaan ini menggunakan tabel dinding yang memiliki beberapa baris huruf. Huruf-huruf pada baris atas adalah yang paling besar, sedangkan huruf-huruf di baris bawah adalah yang paling kecil. (15) Gambar 4. Snellen Chart (22) Gambar 2.2. Snellen Chart (16) Sumber : Gambar Snellen Chart, diunduh tanggal 7 november 2011, : research_group.

29 16 Dengan huruf yang ada pada kartu Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan dimana mata hanya dapat membedakan dua titik terpisah bila titik tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut satu menit. Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak enam meter, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi. (7) Berikut ini adalah pemeriksaan penglihatan jauh dengan Snellen Chart : Subyek berdiri atau duduk dengan jarak 6 meter (20 kaki) dari kartu Snellen. Pencahayaan harus cukup kuat Periksa mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup, tetapi jangan sampai menekan bola mata Subyek diminta untuk menyebutkan huruf yang paling atas, kemudian dilanjutkan ke bawah sampai subyek tidak dapat menyebutkannya lagi. Dan ketika subyek tidak dapat menyebutkan huruf kurang dari 50% jumlahnya pada baris tertentu, maka hasil penglihatan jauh yang didapat adalah pada baris sebelumnya. Kemudian hasil yang didapat pada mata kanan dicatat dalam lembar pemeriksaan, lalu pemeriksaan dilanjutkan pada mata kiri, mata kanan ditutup. Lalu hasil yang didapat pada mata kiri dicatat pada lembar pemeriksaan. Jika subyek yang diperiksa menggunakan kacamata, maka pemeriksaan akan di lakukan kembali dengan menggunakan kacamata. (15)

30 Pemeriksaan penglihatan jauh menggunakan alat Vision Tester Gambar 2.3. Optec Vision Tester (4) Sumber : Stereo Optical Co., Inc. Industrial Slides Optec Vision Tester telah banyak digunakan untuk skrining penglihatan calon pekerja di berbagai organisasi yang berbeda, termasuk industri otomotif, farmasi, dan berbagai perusahaan lainnya. Alat ini dapat menyediakan skrining okupasi lengkap dengan menggunakan target yang akurat dan mudah dimengerti untuk membantu menentukan penglihatan. Alat Vision Tester ini menawarkan pemeriksaan skrining mata secara cepat dan dapat disesuaikan menurut kebutuhan. Alat ini dapat melakukan beberapa macam pengujian dalam suatu rangkaian pemeriksaan. Subjek diminta untuk melihat ke dalam celah yang ukurannya tepat untuk kedua mata yang merupakan suatu jendela untuk melihat target uji skrining yang berupa slide-slide pengujian. Mekanisme kerja alat vision tester adalah sebagai berikut ini: Peralatan vision tester merupakan suatu kesatuan perangkat yang terdiri atas lensa depan sebagai lensa okuler, cermin, lensa pembantu, dan tampilan gambar. Cermin yang dipasang dapat berputar ke dalam casing belakang lensa depan, tampilan gambar dipasang juga dapat berputar di dalam casing, serta lensa

31 18 tambahan juga dipasang dapat berputar didalam casing dan letaknya sejajar antara tampilan gambar objek dan cermin, cara kerjanya dengan jalan sebuah bayangan yang tampil dari tampilan gambar objek yang sebenarnya melewati lensa tambahan yang dapat memperbesar gambar, lalu memantulkan cahaya kecermin, dan bayangan diteruskan sampai ke lensa depan yang juga dapat memperbesar gambar, lalu sampai ke penglihatan mata subyek. Tampilan penglihatan jauh disimulasikan pada jarak 20 feet atau 6 meter sesuai dengan ukuran lensa depan dan tambahan. (22) Adapun yang merupakan features internal dari alat vision tester adalah : (17) Sebuah sistem lampu yang membuat tampilan layar berwarna cahaya putih homogen, menghasilkan gambar dengan kontras yang tinggi dan lebih tepat memberikan warna. Ada penyekat untuk memisahkan mata kiri dan kanan, sehingga menghilangkan cahaya yang tidak diinginkan sewaktu pemeriksaan mata monokuler. Kaca pada permukaan depan bebas dari halangan sehingga memberikan hasil pemeriksaan lebih akurat sesuai dengan jarak penglihatan. Terdapat 12 slide untuk pemeriksaan mata, slide dengan mudah dapat dirubah atau diganti dalam hitungan detik. Slide dari Stereo Optical dibuat dari sebuah film fotografi resolusi tinggi dan ditempatkan diantara 2 lapisan kaca. Dengan resolusi yang tinggi (500/line pairs/mm) sehingga menghasilkan tingkat ketajaman yang lebih halus dan pemeriksaan lebih akurat. Slide Stereo Optical bersifat tembus pandang untuk menghilangkan silau dan pantulan. Menghasilkan gambar yang jelas, dan hasil pemeriksaan lebih akurat. Di balik kelebihan yang ditawarkan oleh Optec Vision Tester, terdapat beberapa keterbatasan fungsi alat tersebut, yaitu: (17) Sebuah vision tester tidak dapat digunakan untuk penegakan diagnosis kelainan mata, karena fungsinya terbatas hanya untuk skrining.

32 19 Harga per unit sebuah vision tester relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga instrumen skrining mata konvensional. Persiapan sebelum melakukan pemeriksaan Tempatkan instrumen di atas sebuah meja datar dengan ketinggian konvensional dan daerah atasnya bebas supaya operator dapat memanipulasi kontrol dan mencatat hasil pemeriksaan dengan leluasa. Hubungkan panel kontrol dengan instrumen menggunakan kabel yang telah disediakan. Sambungkan kabel listrik ke stop kontak, nyalakan tombol ON. Lakukan pengujian pada setiap tombol untuk memastikan pengoperasian yang baik. Cek kebersihan lensa. Gunakan kain lap halus untuk mengelap lensa bila ada kotoran atau pengembunan. Tempatkan formulir pencatatan dan peralatan lain yang dibutuhkan di dekat instrumen. Hindari penempatan di mana berkas cahaya terang sinar matahari langsung mengenai instrumen atau wajah subyek atau pasien yang akan diperiksa. Bersihkan sandaran kepala sebelum mulai digunakan. Pastikan posisi pasien senyaman mungkin pada waktu diperiksa: Pasien harus duduk atau berdiri dengan nyaman. Pastikan dahi pasien menekan sandaran kepala. Pastikan punggung dan leher pasien tidak dalam posisi menekuk. Atur ketinggian instrumen sesuai dengan tinggi badan pasien, agar pasien merasa nyaman. Badan instrumen dapat disesuaikan ketinggiannya sesuai dengan ketinggian pasien dari permukaan meja.

33 20 Gambar 2.4. Tampilan remote control Optec Vision Tester (4) Sumber : Stereo Optical Co., Inc. Industrial Slides Pemeriksaan dengan Slide No. 2, untuk pemeriksaan tajam penglihatan jauh kedua mata dengan indikator cincin Landolt 1. Putar kenop ke indikator nomor Pastikan tanda lampu penanda Far ( ) menyala dengan menekan tombol NEAR/FAR. 3. Pastikan tanda untuk mata kanan dan kiri ( ) menyala dengan menekan tombol RIGHT EYE dan LEFT EYE. Gambar 2.5. Tampilan slide untuk pemeriksaan penglihatan jauh (17) Sumber : Stereo Optical Co., Inc. Industrial Slides Pertanyaan yang diberikan kepada subyek: Pada saat pemeriksaan subyek diminta pertama-tama untuk melihat pada gambar nomor satu, subyek ditanyakan apakah cincin yang paling atas terputus seperti cincin-cincin yang lain? Atau tidak putus? Dimana cincin yang tidak putus pada

34 21 gambar 2? Apakah di bawah, kiri, atas, atau kanan? Kemudian pertanyaan dilanjutkan pada nomor gambar berikutnya sampai subyek tidak dapat menjawab dua pertanyaan berturut-turut. Jika subyek tidak dapat menjawab gambar 5, lalu dilakukan pemeriksaan kembali pada gambar 4 atau gambar 3, dan seterusnya sampai cincin dapat dinilai dengan benar. (17) Penilaian : Pemeriksaan dilakukan sampai subyek tidak dapat menjawab dua pertanyaan berturut-turut dengan benar. Kemudian berikan tanda pada jawaban yang terakhir benar. Apabila pada suatu nomor gambar tertentu subyek tidak dapat menjawab pertanyaan, tetapi jawaban pada gambar berikutnya benar, pemeriksaan dilanjutkan sampai subyek tidak dapat menjawab dua nomor gambar berikutnya dengan benar. Bahkan hal ini berlaku jika itu terjadi lagi pada pemeriksaan yang sama. Tabel 2.3. Interpretasi hasil pemeriksaan penglihatan jauh Binokuler Target Key L R L B R T T B R T B R T L Acuity Level Pemeriksaan dengan alat Vision Tester dilakukan dengan cara, alat diletakkan diatas meja konvensional, subyek melihat kedalam celah yang ada ditempat paling atas alat. Selama pemeriksaan berlangsung, pemeriksa berada di sisi subyek dengan kunci jawaban dipegang pemeriksa tanpa diketahui oleh subyek Skrining atau Penyaringan Skrining digunakan untuk mendeteksi penyakit pada subyek yang asimtomatik atau tidak ada gejala sakit, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dini dapat ditegakkan. Alat skrining yang ideal adalah hasil pemeriksaan tidak jauh berbeda dengan alat standar, lebih nyaman bagi subyek, murah untuk

35 22 dipakai, mudah untuk diaplikasikan serta dapat mendeteksi penyakit pada fase lebih dini. (5) Nilai diagnostik suatu uji skrining dinyatakan dalam angka sensitivitas dan spesifisitas. Uji skrining yang baik harus mempunyai nilai sensitivitas yang sangat tinggi, meskipun spesifisitasnya mungkin saja sedikit lebih rendah. Tidak jarang diperlukan suatu pengujian terhadap uji skrining baru yang memberikan manfaat lebih dibanding uji yang sudah ada, misalnya untuk mencari uji skrining yang nilai diagnostik yang lebih baik. Namun tidak jarang suatu penelitian dilakukan untuk memperoleh uji skrining yang nilai diagnostiknya tidak lebih baik dari yang telah ada. Jika ingin dilakukan suatu pengujian terhadap suatu alat skrining baru, sebaiknya dilakukan perbandingan dengan gold standard, sehingga dapat dicari angka sensitivitas dan spesifisitasnya. Akan tetapi dalam hal tertentu di mana alat gold standard tidak tersedia, maka tidak dapat ditentukan nilai sensitivitas dan spesifisitas alat skrining baru tersebut. Sehingga yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah mencari tingkat kesesuaian antara alat skrining yang hendak diuji dengan alat yang selama ini banyak digunakan. (5) 2. 7 Uji Kesesuaian Uji kesesuaian adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian dari hasil pengukuran yang didapat dari suatu alat ukur atau metode yang berbeda. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat vision tester dan Snellen chart yang dianggap mempunyai level yang setara karena sama-sama mengukur tajam penglihatan jauh. Penilaian kesesuaian akan dihitung menggunakan rumus Kappa Cohen untuk mendapatkan nilai Kappa. Nilai Kappa berkisar antara nol hingga satu (0-1) dimana semakin mendekati angka satu maka semakin besar tingkat kesesuaiannya. (18)

36 23 Nilai Kappa dihitung menggunakan rumus : = 1 Di mana: O = E = = + h = + = = Untuk melakukan pengukuran maka diperlukan subyek yang cukup sehingga didapat angka-angka yang nantinya akan dianalisa menggunakan analisa Kappa. Perkiraan jumlah subyek yang akan dijadikan sampel dihitung dengan rumus : =! "1 " # %1 % & Di mana: n = k = π = Besar sampel. Nilai Kappa minimal yang dianggap memadai, ditentukan oleh peneliti. Prediksi hasil pemeriksaan positif yang sesungguhnya, ditentukan oleh peneliti. d = α = Zα = Presisi nilai Kappa, ditentukan oleh peneliti. Kesalahan yang masih dapat diterima, ditentukan oleh peneliti. Deviat baku alpha, ditentukan oleh peneliti. Sedangkan untuk interpretasi nilai Kappa menurut Fleiss adalah sebagai berikut: Nilai Kappa di atas 0,75, berarti kesesuaiannya dianggap excellent Nilai Kappa antara 0,40-0,75, berarti kesesuaiannya dianggap fair to good Nilai Kappa di bawah 0,40, berarti kesesuaiannya dianggap poor (24)

37 Kerangka Teori TAJAM PENGLIHATAN Normal Penurunan tajam penglihatan Komplikasi penyakit sistemik Penyakit mata organik Kelainan refraksi PEMERIKSAAN PENGLIHATAN JAUH SNELLEN CHART VISION TESTER

38 Kerangka konsep Subyek (Umur, Jenis kelamin) Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan dengan Vision Tester Hasil pemeriksaan dengan Snellen Chart Visus Normal 6/7,5 Visus Abnormal <6/7,5 Visus Normal 6/7,5 Visus Abnormal <6/7,5 Analisis Uji Kappa Nilai Kappa

39 26 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis kesesuaian menggunakan uji Kappa. (18) 3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel penelitian diambil dari data sekunder hasil medical check-up pada pekerja di Perusahaan X pada bulan Mei Sedangkan, waktu dilakukannya penelitian untuk menganalisis data sekunder hasil medical check-up adalah pada bulan Januari 2013, atau setelah mendapatkan Surat Keterangan Lolos Kaji Etik Populasi dan Sampel Penelitian Populasi target adalah pekerja yang menjalani MCU. Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua pekerja yang menjalani MCU di Perusahaan X Sampel subyek diambil dari lembar data pemeriksaan pekerja yang telah menjalani pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan Snellen chart dan vision tester Besar Sampel Besar sampel dihitung berdasarkan rumus sampel untuk uji Kappa dengan nilai : k = 0,8 (nilai Kappa minimal yang dianggap memadai) π = 0,30 (angka prevalensi) d = 0,1 (presisi nilai Kappa) α = 5% (kesalahan yang dianggap masih dapat diterima) Zα = 1,96

40 27 Maka : =! "1 " # %1 % & =1,96 "1 0,8 0,1 " #1 0,81 2 0,8 + 0,82 0,8 2 0,301 0,30.=166 Jadi besar sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian ini 166 sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi : Semua subyek yang memiliki data lengkap dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh binokuler tanpa koreksi dengan alat Vision Tester maupun Snellen Chart, dan sudah mendapatkan ijin dari pihak perusahaan x. Kriteria eksklusi : Subyek yang tidak memiliki data hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh mata binokuler tanpa koreksi dari alat Vision Tester maupun Snellen Chart, atau keduanya Jenis Data Pengumpulan data subyek mencakup: a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin d. Hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh mata binokuler tanpa koreksi dari Snellen chart e. Hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh mata binokuler tanpa koreksi dari vision tester.

41 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.1: Tabel 3.1. Daftar variabel yang digunakan dalam penelitian ini No. Variabel Satuan Hasil 1 Umur -- Tahun 2 Jenis Kelamin -- Pria, Wanita 3 Hasil Pemeriksaan Snellen chart Meter 6/5, 6/6, 6/7,5, 6/9, 6/12, 6/15, 6/18, 6/24, 6/30, 6/36, 6/48, 6/60. 4 Hasil Pemeriksaan vision tester Meter 6/4, 6/4,5, 6/5, 6/5,5, 6/6, 6/6,5, 6/7,5, 6/9, 6/10, 6/12, 6/15, 6/21, 6/30, 6/ Prosedur pemeriksaan tajam penglihatan jauh sewaktu MCU a. Pemeriksa adalah seorang dokter b. Untuk setiap pemeriksa tidak boleh mengetahui hasil dari pemeriksaan yang lain. c. Subyek yang akan diperiksa tajam penglihatan jauh dengan alat Vision tester dan Snellen chart sesuai dengan alur kegiatan MCU yang telah ditetapkan panitia. d. Hasil dari pemeriksaan tajam penglihatan jauh dicatat pada lembar pemeriksaan. Cara pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan Snellen Chart : Pertama-tama dipersiapkan ruangan dengan panjang enam meter, pencahayaan yang cukup untuk membaca, kartu Snellen ditempel pada dinding sejajar dengan tinggi dari subyek. Setelah semua persiapan dilakukan, lalu pemeriksa mulai memeriksa tajam penglihatan subyek. Berikut ini pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan Snellen Chart : Periksa mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup dengan menggunakan penghalang berupa kertas dari bahan karton, tetapi jangan

42 29 sampai mengenai bola mata, setelah itu mata kiri yang diperiksa dan mata kanan ditutup, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan kedua mata terbuka. Subyek diminta untuk menyebutkan huruf yang paling atas, kemudian dilanjutkan ke bawah sampai subyek tidak dapat menyebutkannya lagi. Dan ketika subyek tidak dapat menyebutkan huruf kurang dari 50% jumlahnya pada baris tertentu, maka hasil yang didapat adalah pada baris sebelumnya. Kemudian hasilnya ditulis pada lembar hasil pemeriksaan. Cara pemeriksaan penglihatan jauh mata dengan Vision Tester : Lakukanlah persiapan pemasangan alat, alat ditaruh diatas meja dengan tinggi yang sesuai dengan subyek. Setelah semua persiapan alat dilakukan, Diatur posisi subyek senyaman mungkin pada waktu diperiksa: Posisi subyek duduk atau berdiri dengan nyaman. Pastikan dahi subyek menekan sandaran kepala, supaya cahaya lampu yang ada di dalam alat menyala untuk menerangi objek. Punggung dan leher subyek tidak dalam posisi menekuk. Selanjutnya pemeriksa mulai memeriksa dengan memberikan petunjuk dan pertanyaan sebagai berikut kepada subyek : Pertama-tama alat vision tester disetel pada posisi far dan binokuler, pemeriksa berada disamping subyek, kunci jawaban dipegang oleh pemeriksa, dan pemeriksa mulai melakukan pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan kepada subyek. Pertanyaannya yang diajukan kepada subyek adalah Apakah cincin pada gambar nomor satu yang paling atas terputus seperti cincin-cincin yang lain? Atau tidak putus? Dimana cincin yang tidak putus pada gambar 2? Apakah di bawah, kiri, atas, atau kanan? Kemudian pertanyaan dilanjutkan pada nomor gambar berikutnya sampai subyek tidak dapat menjawab dua pertanyaan berturut-turut. Jika subyek tidak dapat menjawab gambar 5, lalu dilakukan pemeriksaan kembali pada gambar 4 atau gambar 3, dan seterusnya sampai cincin dapat dinilai dengan benar.

43 30 Penilaian tajam penglihatan : Pemeriksaan dilakukan sampai subyek tidak dapat menjawab dua pertanyaan berturut-turut dengan benar. Kemudian berikan tanda pada jawaban yang terakhir benar. Apabila pada suatu nomor gambar tertentu subyek tidak dapat menjawab pertanyaan, tetapi jawaban pada gambar berikutnya benar, pemeriksaan dilanjutkan sampai subyek tidak dapat menjawab dua nomor gambar berikutnya dengan benar. Bahkan hal ini berlaku jika itu terjadi lagi pada pemeriksaan yang sama. Pemeriksaan dilanjutkan pada masing-masing mata, slide ke tiga untuk mata kanan, dan slide ke empat untuk mata kiri, lalu dilanjutkan pemeriksaan binokuler. Lalu hasil yang didapat ditulis pada lembar pemeriksaan. (17) 3. 9 Analisis Statistik Setelah didapatkan data dari kedua hasil pemeriksaan, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil dan mengolah data pemeriksaan tajam penglihatan jauh binokuler tanpa koreksi, lalu ditentukanlah cut-off point dari hasil pemeriksaan. Untuk hasil tajam penglihatan jauh normal dikategorikan sebagai negatif, hasil tajam penglihatan jauh tidak normal dikategorikan sebagai positif. Dalam hal ini, tajam penglihatan normal adalah 6/7,5. Sedangkan mata dengan gangguan tajam penglihatan jauh adalah <6/7,5. Kemudian data yang didapat disajikan dalam tabel silang 2x2. Selanjutnya seluruh hasil yang didapat diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 untuk mendapatkan nilai Kappa.

44 Alur Kerja Data-data hasil MCU : Umur, Jenis kelamin, hasil pemeriksaan tajam penglihatan Snellen chart dan vision tester Dimasukkan dalam master table di Excell Ya Data termasuk kriteria inklusi Tidak Data data dimasukkan dalam master table, kemudian dilakukan verifikasi dan validasi data Dikeluarkan Data tidak termasuk kriteria eksklusi Ya Tidak Data data dimasukkan dalam program SSPS dan diolah secara statistik Nilai Kappa

45 Definisi Operasional Tajam penglihatan adalah suatu fenomena kompleks dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor optik misalnya keadaan mekanisme pembentukan citra pada mata, faktor retina misalnya keadaan sel kerucut, dan faktor rangsangan termasuk penerangan, terangnya ransang, kontras antara rangsang dan latar belakang, dan lama waktu subyek terpajan rangsangan. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah tajam penglihatan jauh binokuler. Nilai tajam penglihatan normal adalah 6/7,5 (7) Nilai tajam penglihatan abnormal adalah <6/7,5, terdiri dari gangguan tajam penglihatan ringan adalah 6/9-6/21, gangguan penglihatan sedang adalah 6/24-6/48, gangguan penglihatan berat adalah 6/60 (7) Penglihatan binokuler tanpa koreksi adalah pemeriksaan kedua mata tanpa kacamata. Umur adalah usia subyek yang tercantum pada lembar data pemeriksaan MCU dan digolongkan atas kategori <40 tahun dan 40 tahun. Jenis Kelamin adalah data gender yang tercantum pada lembar data pemeriksaan MCU dan digolongkan atas pria dan wanita. Konjungtivitis adalah merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Vision Tester adalah suatu instrumen skrining penglihatan yang diproduksi oleh Stereo Optical Co., Inc. Snellen Chart adalah suatu alat standar untuk pemeriksaan tajam penglihatan jauh.

46 Etika Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan etika terhadap subyek. Nama subyek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan hasil penelitian, melainkan hanya menggunakan inisial dan kode untuk mengetahui keikutsertaannya dalam penelitian. Informasi yang telah diperoleh dari lembar data subyek dijamin kerahasiaannya, dan tidak akan disebarluaskan ke masyarakat umum. Penelitian ini telah mendapatkan Keterangan Lolos Kaji Etik pada tanggal 2 Oktober 2012, dengan nomor 593/PT02.FK/ETIK/2012.

47 34 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini data didapat dari hasil Medical Check-Up Perusahaan X tahun Sewaktu perusahaan tersebut melakukan Medical Check-Up berkala, dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan Snellen Chart dan juga dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan menggunakan alat Vision Tester. Semua pemeriksaan dilakukan oleh PPDS kedokteran Okupasi. Dan semua data-data subyek beserta hasil pemeriksaan dicatat dalam lembar data yang sudah disediakan sebelumnya. Jumlah subyek yang tercatat dalam lembar data sewaktu MCU di Perusahaan X sebanyak 182 pekerja. Dari seluruh lembar data yang terkumpul dilakukan penyeleksian berdasarkan kriteria inklusi, yaitu seluruh subyek yang mempunyai data lengkap hasil pemeriksaan tajam penglihatan mata binokuler tanpa koreksi (Snellen chart dan vision tester). Jumlah data subyek yang diambil dan memenuhi kriteria inklusi adalah 166 pekerja, jumlah data subyek ini sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Seluruh data subyek yang akan dianalisis, dimasukkan ke dalam Master Table yang dibuat dengan program Excel 2007, termasuk nama subyek (inisial), umur, jenis kelamin, hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh menggunakan Snellen chart dan alat vision tester. Setelah semua data selesai dimasukkan dalam Master Table, dilakukan verifikasi dan validasi data dengan cara mengecek ulang hasil pemasukan data dengan lembar pemeriksaan. Data-data yang terkumpul kemudian dimasukkan sebagai variabel ke dalam Program SPSS untuk diolah secara statistik.

PEMERIKSAAN VISUS MATA

PEMERIKSAAN VISUS MATA PEMERIKSAAN VISUS MATA Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alat Optik merupakan salah satu alat yang memanfaatkan sifat cahaya, hukum pemantulan, dan hukum pembiasan cahaya untuk membuat suatu bayangan suatu benda.

Lebih terperinci

REFRAKSI ENAM PRINSIP REFRAKSI 3/28/2017. Status refraksi yang ideal : EMETROPIA. Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi

REFRAKSI ENAM PRINSIP REFRAKSI 3/28/2017. Status refraksi yang ideal : EMETROPIA. Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi REFRAKSI RIA SANDY DENESKA Status refraksi yang ideal : EMETROPIA Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi Pada mata EMMETROPIA : kekuatan kornea +lensa digabungkan untuk memfokuskan

Lebih terperinci

Sumber : Tortora, 2009 Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata

Sumber : Tortora, 2009 Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas cahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak Struktur Proses Hasil Petugas : 1. Dokter Puskesmas 2. Pramedis 3. Kader Katarak Anamnesis Gejala dan tanda : 1. Penurunan tajam penglihatan secara perlahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 Jason Alim Sanjaya, 2014, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di klinik Instalasi

Lebih terperinci

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan: 1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Lebih terperinci

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER O P T I K dan REFRAKSI SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER SINAR MATA (Organ Penglihatan) KORNEA + 43 D B M D Media optik PUPIL LENSA + 20 D MEDIA REFRAKSI BADAN

Lebih terperinci

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan.

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan. Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan. Cara memeriksa visus ada beberapa tahap: Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata Mata merupakan organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain) sinar

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komputer Komputer adalah penemuan paling menarik sejak abad ke-20 (Izquierdo, 2010). Komputer adalah alat elektronik atau mesin yang dapat diprogram untuk menerima data dan

Lebih terperinci

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

KESEHATAN MATA DAN TELINGA KESEHATAN MATA DAN TELINGA Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA DAN TELINGA INDERA PENGLIHAT ( MATA ) Mata adalah indera penglihatan,

Lebih terperinci

fisika CAHAYA DAN OPTIK

fisika CAHAYA DAN OPTIK Persiapan UN SMP 2017 fisika CAHAYA DAN OPTIK A. Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik sehingga cahaya dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN SO P PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA No. Dokumen : 03-08020503-07.P-019 No. Revisi : Tanggal Terbit : 04 Januari 2016 Halaman : KEPALA PUSKESMAS MERBAU MATARAM SUCIPTO, SKM, MKes 1.

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MIOPIA Miopia merupakan gangguan tajam penglihatan, dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopia terjadi

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq ALAT ALAT wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui OPTIK Sri Cahyaningsih

Lebih terperinci

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita. MATA Indra pertama yang dapat penting yaitu indra penglihatan yaitu mata. Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di Anatomi Retina Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh korpus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

Alat Optik dalam Kehidupan

Alat Optik dalam Kehidupan Mata merupakan alat optik yang terpenting bagi manusia, tetapi daya penglihatan mata manusia sangatlah terbatas. Oleh karena itu, dibuatlah alatalat optik lain untuk membantu manusia, misalnya untuk melihat

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan ke : 1 : Mahasiswa dapat memahami garis besar mata kuliah oftalmologi dan perannya dalam pendidikan anak tunanetra : 1. Ruang lingkup mata kuliah oftalmologi 2. Kontrak perkuliahan Pendahuluan

Lebih terperinci

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb ERGONOMI - PENCAHAYAAN - Ajeng Yeni Setianingrum Universitas Mercu Buana 2011 Sistem Penglihatan Manusia KORNEA IRIS PUPIL LENSA RETINA SARAF OPTIK dsb http://www.google.co.id/imgres?q=mata&hl=id&biw=1024&bih=437&gb

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi bola mata Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, 2011). Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan

Lebih terperinci

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA SEL SARAF, terdiri dari 1. Dendrit 2. Badan Sel 3. Neurit (Akson) Menerima dan mengantarkan impuls dari dan ke sumsum tulang belakang atau otak ORGAN PENYUSUN SISTEM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Sumber: Oftalmologi Umum, Riordan, 2014 Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna BAB IV SISTEM INDERA A. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna Dasar teori Mata merupakan organ sensorik yang kompleks, yang

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: SISTEM VISUAL 1. Prinsip umum persepsi visual 2. Cahaya Memasuki Mata dan Mencapai Retina 3. Retina dan Translasi Cahaya 4. Dari Retina ke Korteks Visual Primer 5. Melihat Batas

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL

BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL GLOBE DIMENSI MATA OTOT MATA KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL KELOPAK MATA BULU MATA CONJUCTIVA SCLERA KORNEA BILIK/RONGGA

Lebih terperinci

Alat-Alat Optik. Bab. Peta Konsep. Gambar 18.1 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Bagian-bagian mata. rusak Mata. Cacat mata dibantu.

Alat-Alat Optik. Bab. Peta Konsep. Gambar 18.1 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Bagian-bagian mata. rusak Mata. Cacat mata dibantu. Bab 18 Alat-Alat Optik Sumber: www.google.com Gambar 18.1 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop Coba kamu perhatikan orang yang sedang melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Orang tersebut

Lebih terperinci

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan

Lebih terperinci

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani Glaukoma Penyakit glaukoma disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan kemudian menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinarsinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan dibiaskan

Lebih terperinci

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG MATA Kornea, bagian depan mata memiliki lengkung lebih tajam dan dilapisi selaput cahaya Aquaeous humor, berfungsi membiaskan cahaya yang

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Anatomi Mata

Gambar 2.1 Anatomi Mata 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisologi Mata Gambar 2.1 Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula).

Lebih terperinci

maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60. Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif 1. Pemeriksaan Visus Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai Snellen Chart atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan

Lebih terperinci

2. MATA DAN KACAMATA A. Bagian Bagian Mata Diagram mata manusia ditunjukkan pada gambar berikut.

2. MATA DAN KACAMATA A. Bagian Bagian Mata Diagram mata manusia ditunjukkan pada gambar berikut. 1. PENGERTIAN ALAT OPTIK Alat optik adalah alat penglihatan manusia, baik alamiah maupun buatan manusia. Alat optik alamiah adalah mata dan alat optik buatan adalah alat bantu penglihatan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi organ penglihatan Gambar 2.1. Anatomi bola mata Mata merupakan sebuah bola yang berisi cairan dengan diameter kurang lebih 24 mm. 8 Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mungkin beberapa di antara kita harus memakai kacamata agar dapat melihat dengan baik. Orangtua kita mungkin juga berkacamata. Kacamata adalah alat bantu bagi seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan

Lebih terperinci

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SMk KELAS XII SEMESTER 1 OLEH : MUJIYONO,S.Pd SMK GAJAH TUNGGAL METRO MATERI : ALAT-ALAT OPTIK TUJUAN PEMBELAJARAN : Standar Kompetensi: 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Lebih terperinci

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Intensitas

Lebih terperinci

INDERA PENGLIHATAN (MATA)

INDERA PENGLIHATAN (MATA) M INDERA PENGLIHATAN (MATA) ata manusia secara keseluruhan berbentuk seperti bola sehingga sering disebut bola mata. Media penglihatan terdiri dari kornea, aquous humor (terletak antara kornea dan lensa),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

BAB II KAJIAN TEORI Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan dimana Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah: ALAT-ALAT OPTIK Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi

Lebih terperinci

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata,

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata, BAB II ANATOMI Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata, sebaiknya terlebih dahulu dipahami tentang anatomi mata dan anatomi operasinya. Dibawah ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

10/6/2011 INDERA MATA. Paryono

10/6/2011 INDERA MATA. Paryono INDERA MATA Paryono 1 INDERA PENGLIHATAN BOLA MATA TDD: 3 LAPISAN YAKNI, LAPISAN TERLUAR SKLERA, KERUH YG SEMAKIN KE DEPAN SE-MAKIN TEMBUS PANDANG KORNEA LAPISAN KEDUA KHOROID, HITAM (GELAP), KE DEPAN

Lebih terperinci

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RAKHILLA PINASTI 1) ANDIK SETIYONO 2) ANTO PURWANTO 3) Students of the Faculty of Occupational

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata merupakan alat indra penglihatan yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek

Lebih terperinci

ALAT - ALAT OPTIK MATA

ALAT - ALAT OPTIK MATA ALAT - ALAT OPTIK MATA Mata manusia sebagai alat indra penglihatan dapat dipandang sebagai alat optik yang sangat penting bagi manusia. Bagian-bagian mata menurut kegunaan isis sebagai alat optik : A.

Lebih terperinci

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNANETRA Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.

Lebih terperinci

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3 Latihan 7.3 1. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan cahaya? 2. Bagaimanakah bunyi hukum pembiasan cahaya? 3. Apa hubungan pembiasan dengan peristiwa terebntuknya pelangi setelah hujan? Jelaskan! 4. Suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA Tujuan Instruksional Khusus: - Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).: MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian hubungan gangguan tidur dengan terjadinya miopia pada anak merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional

Lebih terperinci

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda Alat optik Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda lain dengan lebih jelas. Beberapa jenis yang termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien katarak senilis pascaoperasi fakoemulsifikasi di Rumah Sakit PKU

Lebih terperinci

Mata Manusia. Eye Structure

Mata Manusia. Eye Structure OPTICAL DEVICES Suryani Dyah Astuti Mata Manusia Eye Structure MATA MANUSIA: lensa korekti CAHAYA masuk melalui LENSA, Diaragma (SELAPUT PELANGI) menyesuaikan secara otomatis banyaknya cahaya yg masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata a. Pengertian Mata adalah salah satu organ tubuh vital manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga dan mencegah hal-hal yang dapat merusak mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata 2.1.1 Anatomi mata Gambar. 1 Anatomi mata 54 Mata mempunyai 3 lapisan dinding yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera berfungsi untuk melindung bola mata dari gangguan.

Lebih terperinci

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma? Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti terhadap

Lebih terperinci

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc REFRAKSI Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc REFRAKSI PENGANTAR Mata : Media refraksi Media refrakta Pilem : Retina Sifat bayangan retina? Kesadaran di otak? REFRAKSI PADA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA Tujuan Instruksional Khusus: - Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan pergerakan mata. - Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dimana peneliti menggunakan kasus yang sudah ada dan memilih kontrol (non kasus) yang sebanding.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-benda di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014 Soal berikut ini disusun untuk mengukur kemampuan kognitif dengan pembelajaran menggunakan strategi inquiry menggunakan reading infusion dan science reflective journal writing pada materi optik dan alat

Lebih terperinci

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin PENGUKURAN FISIOLOGI Mohamad Sugiarmin PENGATAR PENJELASAN SILABI LINGKUP PERKULIAHAN TUGAS PRAKTEK EVALUASI Indera dan Pengukurannya Pengukuran indera ada dua cara 1. Menurut Bentuk a. Indera khusus terutama

Lebih terperinci

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi SENSASI PERSEPSI Biopsikologi UNITA WERDI RAHAJENG www.unita.lecture.ub.ac.id Sensasi: Sensasi dan Persepsi Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh bendabenda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan

Lebih terperinci

Interaksi Manusia dan Komputer. Aspek Manusia dalam IMK

Interaksi Manusia dan Komputer. Aspek Manusia dalam IMK Interaksi Manusia dan Komputer Tujuan Perkuliahan Menjelaskan aspek-aspek manusia yang terkait dengan IMK Mengetahui pentingnya aspek manusia dalam merancang IMK Coba Diskusikan Hal Berikut ini: 1. Bagaimana

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI 1. SISTEM SARAF 2. SISTEM ENDOKRIN 3. SISTEM INDERA 4. SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN SISTEM SARAF PADA MANUSIA Sistem saraf tersusun

Lebih terperinci

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 1 Modul Penginderaan Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Pendahuluan Fungsi utama mata

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014 Soal berikut ini disusun untuk mengukur kemampuan kognitif dengan pembelajaran menggunakan strategi inquiry menggunakan reading infusion dan science reflective journal writing pada materi optik dan alat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata. 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Kariadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Refraksi Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca),

Lebih terperinci

kacamata lup mikroskop teropong 2. menerapkan prnsip kerja lup dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan

kacamata lup mikroskop teropong 2. menerapkan prnsip kerja lup dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan alat-alat optik adalah benda/alat yang menerapkan sifat-sifat cahaya mata indra untuk melihat ALAT - ALAT OPTIK kacamata alat-alat optik lup mikroskop teropong alat optik yang digunakan untuk membuat sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. 1. Mata. Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut.

BAHAN AJAR. 1. Mata. Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut. BAHAN AJAR 1. Mata Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Diagram bagian-bagian mata manusia dan pembentukan Mata merupakan alat optik yang mempunyai cara kerja seperti kamera.

Lebih terperinci