BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Diagram Alur Berfikir. Gambar 3.1 Diagram Alur Berfikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Diagram Alur Berfikir. Gambar 3.1 Diagram Alur Berfikir"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Diagram Alur Berfikir Gambar 3.1 Diagram Alur Berfikir 65

2 66 Penjabaran diagram alur berfikir pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut: 1. Yang dilakukan pertama kali melakukan identifikasi masalah, metode identifikasi masalah yang digunakan ialah wawancara. 2. Melakukan studi literatur dengan mencari jurnal internasional dan buku untuk menentukan dasar teori tentang DSLAM dan GPON beserta parameter pengukuran yang digunakan dalam perbandingan performansi jaringan. 3. Pengambilan data performansi jaringan pada sistem existing (DSLAM) menggunakan tools : Embassy dan Iperf, data yang diambil adalah a) Attenuation Rate b) Attenaible Rate c) SNR d) QoS ( Throughput, Delay, Packet Loss) 4. Melakukan perancangan jaringan GPON sesuai dengan dasar teori yang sudah dipelajari, pada bagian perancangan yang dilakukan adalah a) Membuat arsitektur jaringan GPON untuk implementasi WiFi-ID. b) Implementasi layanan WiFi-ID menggunakan jaringan akses GPON (Penentuan jumlah AP dan ONT, desain denah lokasi AP dan ONT pada daerah yang ditentukan untuk implementasi, perancangan topologi jaringan GPON exsisting dari pusat terminal sampai daerah tempat AP dan ONT dipasang, serta perhitungan redaman pada jalur jaringan GPON yang telah dirancang). c) Melakukan konfigurasi ONT. d) Melakukan test dari hasil konfigurasi, jika terjadi error maka kembali ke konfigurasi. e) Jika berhasil maka perancangan GPON telah selesai. 5. Pengambilan data pengukuran performansi jaringan pada sistem GPON yang telah dirancang menggunakan tools : Embassy & Iperf, data yang diambil adalah a) Attenuation Rate b) Attenaible Rate

3 67 c) SNR d) QoS ( Throughput, Delay, Packet Loss) 6. Melakukan perbandingan antara teknologi DSLAM dan GPON, dengan cara membandingkan hasil pengukuran performansi jaringan dari kedua sistem tersebut. 7. Menulis kesimpulan dari hasil perbandingan pengukuran DSLAM dan GPON. 8. Selesai. 3.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, information, media, Edutainment dan service (TIMES) di kawasan regional. Misi 1. Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. 2. Menjaga model pengelolaan koorporasi terbaik di Indonesia. Tujuan Menciptakan posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legency dan meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan pada tahun Inisiatif Strategis 1. Mengoptimalkan layanan sambungan telepon kabel tidak bergerak / Fixed Wireline (FWL). 2. Memperkuat dan mengembangkan bisnis sambungan telepon nirkabel tidak bergerak / Fixed Wireless Access (FWA) dan mengelola portofolio nirkabel. 3. Melakukan investasi pada jaringan broadband. 4. Mengembangkan layanan Teknologi Informasi termasuk e-payment. 5. Berinvestasi di bisnis media dan Edutainment.

4 68 6. Berinvestasi pada peluang bisnis internasional yang strategis. 7. Mengintegrasikan Next Generation Network (NGN) dan Operational Support System, Customer Support System dan Enterprise Relations Mana gement (OBCE). 8. Menyelaraskan struktur bisnis dan pengelolaan portofolio. 9. Melakukan transformasi budaya perusahaan. 3.3 Analisis Kebutuhan dan Identifikasi Masalah Analisis Wawancara Proses penelitian diawali dengan wawancara pihak telkom, dalam hal ini narasumber menjabat sebagai Manager Opertaion PT.Telkom Akses Jakarta Barat. Setelah dilakukan wawancara (sesuai dengan lampiran wawancara) disumpulkan bahwa: 1. PT.Telkom membutuhkan suatu teknologi yang dapat menyediakan Bandwidth maksimal untuk setiap AP (Access Point) yaitu sebesar 10Mbps. 2. PT.Telkom ingin meningkatkan performansi jaringannya sampai ke AP (Access Point) yang berjarak jauh dari pusat terminal (kantor STO PT.Telkom), karena dengan sistem yang lama jarak maksimal sampai ke AP yaitu 2 KM yang disebabkan kualitas jaringan akses tembaga. 3. PT.Telkom ingin melakukan modernisasi pada sistem lama yang diharapkan mampu mengakomodasi kekurangan dari sistem DSLAM yaitu kekurangan untuk bisa menyediakan bandwidth sesuai dengan standard layanan WiFi-ID sebesar 10Mbps dan kekurangan dari performansi jaringan akses tembaga. Berdasarkan hasil kesimpulan wawancara, diketahui bahwa PT.Telkom memiliki masalah seputar sistem yang sedang berjalan sekarang yaitu sistem DSLAM. Dengan keterbatasan dari sistem tersebut, PT.Telkom berkesimpulan bahwa sistem yang sedang berjalan tidak dapat

5 69 memaksimalkan penyediaan bandwidth pada setiap AP yaitu sebesar 10 Mbps, serta tidak mampu mengoptimalkan performansi jaringan yang berjarak lebih dari 2 KM dari pusat terminal (kantor STO) Deskripsi Layanan WiFi-ID Adalah layanan internet publik bekecepatan tinggi yang menggunakan jaringan akses broadband dan diluncurkan PT.Telkom Indonesia pada 25 Desember WiFi-ID menawarkan fleksibilitas kepada penggunanya karena menggunakan teknologi Wi-Fi (Wireless Fidelity) yang digunakan untuk menghubungkan antar komputer, smartphone, laptop dan perangkat lainnya. Jaringan WiFi-ID juga dilengkapi dengan sistem kontrol dan monitoring terpadu yang dapat menyalurkan lebih dari satu layanan Broadband dengan tingkat kualitas yang dapat terjaminkan yaitu dengan kecepatan sampai 10Mbps pada setiap AP (Access Point). Didalam WiFi-ID terdapat dua layanan yaitu layanan berbayar dan layanan tidak berbayar, berikut akan dijelaskan masing masing layanan tersebut : 1. Layanan Tidak Berbayar Didalam layanan tidak berbayar WiFi-ID, pengguna WiFi-ID bisa mendapatkan akses internet tanpa harus membayar terlebih dahulu, atau tanpa harus registrasi terlebih dahulu, pengguna bisa Langsung terhubung dengan internet melalui SSID yang terdapat dalam WiFi-ID, yang digolongkan kedalam kelompok pelanggan yaitu: a. Pelanggan selain pelanggan Telkom Group Akses Yaitu layanan internet berbasis WiFi yang bisa digunakan oleh seluruh pengguna WiFi-ID diluar pelanggan Telkom Group dengan menggunakan SSID free@wifi.id, dimana layanan tersebut berupa layanan internet dengan kecepatan 1Mbps tanpa harus registrasi dengan pembatasan waktu penggunaan sampai 20 menit.

6 70 b. Pelanggan Telkom Group Akses Yaitu layanan internet berbasis WiFi yang bisa digunakan oleh seluruh pengguna WiFi-ID dengan menggunakan SSID khusus pelanggan Telkom Group (pengguna Telkomsel, Flexi, Speedy), dimana layanan tersebut berupa layanan internet dengan kecepatan 5 Mbps dan harus registrasi terlebih dahulu terhadap operator yang digunakan oleh pelanggan serta mendapatkan pembatasan waktu penggunaan WiFi sampai 1 jam. Berikut SSID khusus pelanggan Telkom Group, dan cara untuk terhubung kedalam WiFi-ID : Flashzone (SSID : FlashZone@wifi.id): SSID yang bisa digunakan oleh pengguna kartu Telkomsel yang menggunakan ponsel atau laptop untuk tersambung pada WiFi-ID. o Call ke *303*601# o Pelanggan akan memperoleh balasan SMS berupa informasi password untuk login. o Pelanggan akses dengan menggunakan o USERNAME:[Nomor Ponsel], Password:[Balasan SMS] Flashzone seamless (SSID : flashzone-seamless@wifi.id): SSID yang bisa digunakan oleh pelanggan Telkomsel yang telah berlangganan layanan data, dapat melakukan mobile WiFi Seamless, yaitu perpindahan koneksi jaringan dari 2G/3G ke WiFi tanpa perlu memasukkan USERNAME dan PASSWORD untuk memperoleh akses. Username dan Password yang sudah ada di dalam SIM Card perlu diaktifkan dengan cara men-setting otentikasi handheld yang digunakan menjadi otentikasi EAP SIM. Speedy SSID yang bisa digunakan oleh pelanggan speedy dengan 2 cara untuk terhubung yaitu: o Menggunakan USERNAME dan PASSWORD sesuai yang telah dimiliki. o Menggunakan USERNAME: [Nomor Speedy] dan PASSWORD: [Nomor Telepon Rumah].

7 71 Flexizone FlexiZone): SSID yang bisa digunakan oleh pelanggan flexi yang menggunakan ponsel untuk terhubung pada layanan internet WiFi-ID, dengan cara: o Telah terdaftar sebagai pelanggan Flexi Mobile Broadband (FMB) atau FlexiNet (Fnet). o Pelanggan akses dengan menggunakan USERNAME & PASSWORD yang ada di FMB/Fnet. 2. Layanan Berbayar Didalam layanan berbayar WiFi-ID, layanan yang diberikan adalah internet dengan kecepatan 10Mbps dan waktu koneksi tergantung dengan paket yang digunakan pengguna WiFi-ID, pengguna bisa terhubung ke jaringan internet dengan cara membeli paket (Time Based) yang menggunakan Digital voucher sebagai alat bayar, berikut cara registrasi dan harga paketnya: Tabel 3.1 Paket Layanan Berbayar WiFi-ID Nama Paket Harga Cara Registrasi Paket 1 Jam Rp ,- SMS : Net <Spasi> 3000 kirim ke 8108 Paket 2 Jam Rp ,- SMS : Net <Spasi> 3000 kirim ke Identifikasi Sistem Berjalan Untuk dapat menyediakan layanan WiFi-ID kepada pelanggan, saat ini PT.Telkom menggunakan jaringan akses teknologi DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) yang masih menggunakan akses kabel tembaga ke arah AP dengan teknologi ADSL (sesuai dengan gambar 3.2). DSLAM itu sendiri merupakan piranti keras (Asymetric Digital Subscriber Line) yang diletakkan pada sentral office dari penyedia layanan suara dan data, yang fungsinya sebagai alat multiplexing, yaitu sebuah proses

8 72 penggambungan beberapa sinyal untuk dikirimkan melalui suatu kanal transmisi (Media fisik berupa kabel tembaga). Gambar 3.2 Arsitektur Jaringan DSLAM 1. Konfigurasi DSLAM Didalam konfigurasi DSLAM pada penelitian ini akan dibahas cara konfigurasi perangkat dari DSLAM huawei 5600 untuk dapat menjalankan layanan WiFi-ID pada setiap AP. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan konfigurasi perangkat DSLAM yaitu melalui web page, telnet maupun hyper terminal sesuai dengan prosedur DSLAM yang ada. Pada penelitian ini konfigurasi DSLAM dilakukan melalui Telnet, berikut beberapa tahapan yang perlu di perhatikan dalam mengkonfigurasi DSLAM : a. Melakukan konfigurasi VLAN yang sudah ditentukan WAC untuk layanan WiFi-ID pada setiap port yang terhubung dengan modem yang ada pada setiap titik untuk menyalurkan layanan WiFi-ID. b. Melakukan konfigurasi Line Profile untuk setiap port sesuai dengan kebutuhan layanan WiFi-ID.

9 73 Berikut akan dijelaskan cara dari masing masing tahapan diatas. a. Konfigurasi VLAN pada setiap Port Setiap layanan pada DSLAM menggunakan VLAN ID yang berbeda digunakan sebagai koneksi logic dari DSLAM sampai pada penyedia layanan tersebut. VLAN ID untuk layanan WIFI-ID ditentukan oleh WAC sebagai penyedia layanan internet WIFI-ID yaitu vlan Konfigurasi VLAN pada DSLAM diawali dengan membuat VLAN ID yang sudah dialokasikan oleh WAC pada DSLAM tertentu. Untuk membuat VLAN ID pada DSLAM menggunakan perintah (#vlan 2223 smart), dan tagging ke arah port uplink sebagai koneksi logic menuju WAC sebagai penyedia layanan, berikut gambar dari pembuatan VLAN Gambar 3.3. Konfigurasi VLAN Pada Port Uplink DSLAM Gambar 3.4 Konfigurasi VLAN pada Port Downlink DSLAM

10 74 Pada gambar 3.4 merupakan contoh konfigurasi port 0/4/20 dengan VLAN 2223 melalui command (#service-port vlan 2223 adsl 0/4/20 vpi 1 vci 34 rx-cttr 7 tx-cttr 7), diasumsikan bahwa port yang digunakan adalah port 0/4/20 yang ingin diberikan layanan WiFi-ID dengan menggunakan VLANID yang sudah di tentukan WAC yaitu VLAN 2223 yang melalui Virtual Connection kearah modem dengan VPI 1 dan VCI 34. VPI dan VCI adalah komponen dari Identifier dari VC (Virtual Connection) yang merupakan bagian dari kanal informasi pada protocol ATM (Asynchronous Transfer Mode), dan merupakan teknologi yang digunakan untuk komunikasi antara DSLAM dan modem. b. Konfigurasi Line Profile pada Port Konfigurasi line profile disini dimaksudkan untuk mengatur besarnya line rate atau bandwidth pada port DSLAM ke arah modem melalui jaringan kabel tembaga. Penggunaan line profile disini disesuaikan dengan layanan yang akan digunakan pada modem pelanggan, dalam hal ini line profile yang digunakan untuk layanan WIFI-ID dengan line rate 10 Mbps sesui dengan QoS WIFI-ID yang telah ditentukan oleh WAC untuk setiap AP. Cara Konfigurasi Line Profile pada Port Dalam hal ini profile indeks untuk layanan WiFi-ID adalah profile indeks 105 dengan parameter downstream Kbps dan upstream 1024 Kbps, contoh port yang digunakan adalah port 0/9/37. Gambar 3.5 Konfigurasi Line Profile pada Port

11 75 Pada gambar 3.5 merupakan gambar contoh dari konfigurasi line profile pada port, digunakan command (#Interface adsl 0/4) untuk masuk kedalam Interface dari slot 0/4, lalu mematikan terlebih dahulu port didalam Interface slot 0/9 tersebut dengan command (#deactivate 20). Command tersebut bertujuan untuk menonaktifkan terlebih dahulu port yang akan di setting untuk profile indeks 105, apabila sudah tidak aktif, maka akan diaktifkan kembali untuk menggunakan profile indeks 105 dengan menggunakan command (#activate 20 profile-indeks 105). Cara Verifikasi Konfigurasi Line Profile pada Port Untuk melakukan verifikasi dari konfigurasi Line Profile pada port berhasil atau tidak, digunakan command (#display adsl port state 0/4/20). Gambar 3.6 Aktivasi Konfigurasi Line Profile pada Port Gambar 3.7 Verifikasi Konfigurasi Line Profile pada Port Pada gambar 3.6 merupakan gambar status dari port 20 dalam proses aktifasi dengan menggunakan line profile 105, terlihat bahwa status dari port 20 masih dalam keadaan Activating, yang artinya port tersebut belum dalam kondisi aktif sepenuhnya, apabila

12 76 port tersebut sudah benar benar aktif maka akan terlihat seperti gambar 3.7, pada kolom status menunjukkan port 20 dalam keadaan Activated yang berarti port 20 sudah aktif sepenuhnya dan sudah bisa digunakan. 2. Spesifikasi Sistem DSLAM Perangkat DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan media penghantar kabel tembaga (cooper). Gambar 3.8 Perangkat DSLAM Huawei 5600 DSLAM Huawei 5600 atau biasa disebut MA5600 merupakan jenis DSLAM yang digunakan PT.Telkom saat ini, MA5600 mempunyai modul dengan kode ADEE sebagai modul untuk transmisi data ke pelanggan, dan modul dengan kode SCUB untuk modul uplink dari DSLAM kearah metro cloud dari PT.Telkom. Satu slot dari service board DSLAM 5600 dapat memuat hingga 64 port.

13 77 Gambar 3.9 Frame Arsitektur MA 5600 Pada gambar 3.8 adalah frame arsitektur dari DSLAM 5600 yang terdiri dari service frame dan splitter frame. Berikut bagian dan fungsi dari masing-masing bagian set frame tersebut : a) Service frame Frame yang terdiri dari 3 macam board berbeda yang masing masing memiliki fungsi sebagai service board, main control board, dan intelligent service unit board. Service board Fungsi utama adalah sebagai board layanan ADSL, VDSL, dan SHDSL, Berada pada slot 0-6 dan 9-15 pada board MA5600, yang terdiri dari beberapa macam tipe board service berbeda, yaitu tipe board ADEF, ADBF, ADGE, ADEE, dan SHEA (Pada PT.Telkom seluruh slot pada service menggunakan tipe board ADEE yang mendukung layanan ADSL 2+, dengan kecepatan transmisi ditingkatkan pada 2,3 Mbps upstream dan 24 Mps downstream. (Standard ITU-T G.992.5)

14 78 Service board terdiri dari : Control Module : memuat board software, control running dari software dan mengatur semua board. Power Module : menyediakan power ke setiap function module dari board. Clock Module : menyediakan signal clock untuk setiap function module dari board. Interface Module : menyediakan splitter yang memisahkan signal narrowband dan broadband dari signal ADSL2+ over POTS, pada arah uplink meneruskan signal ADSL2+ ke board ADEE sedangkan signal narrowband ke port PSTN. Pada arah sebaliknya (arah downlink), signal ADSL2+ dari ADEE dan signal POTS dari PSTN digabungkan menjadi signal ADSL2+ over POTS dan meneruskan ke ATU-R (ADSL Terminal Unit - Remote) atau biasa disebut modem ADSL melalui line telepon. Proses kerja Service board ADEE: Pada arah upstream, Interface module mengkonversi signal ADSL2+ kedalam cell flow, kumpulan cell flow diteruskan ke forwarding module, dan kemudian mengumpulkan kembali cell flow kedalam paket ATM. Forwarding module membungkus (encapsulates) paket yang dikumpulkan dan memastikan bandwidth dari subscriber. Kemudian paket diteruskan ke board SCU melalui bus di backplane, setelah paket diproses oleh board SCU, proses upstream dikirimkan melalui port optical atau electrical yang terdapat pada board SCU. Pada arah downstream, forwarding module membongkar (reencapsulates) data dari ethernet, menyesuaikan data ke koneksi ATM, dan mengirimkan data ke Interface module. Interface module mengkonversi data kedalam signal analog, dan mengirimkan signal analog ke subscriber line.

15 79 Control board Fungsinya adalah sebagai pusat kontrol dari DSLAM, memonitor perangkat, konfigurasi perangkat, manajemen dan operasi, layer 2 atau layer 3 switching, dan switchover antara active dan standby SCU board. Control board berada pada slot 7 dan 8 pada board MA5600. Gambar 3.10 Arsitektur Control board Control board terdiri dari: - Control module mengatur keseluruhan sistem, mengumpulkan dan melaporkan informasi status dan memproses protokol. - Switching module mengalokasikan bus-bus GE pada backplane. - Power module menyediakan power ke setiap function module dari board. - Clock module menyediakan signal clock untuk setiap function module dari board. Intelligent Service Unit Board Fungsinya adalah melakukan autentikasi berdasarkan jenis komunikasi yang digunakan (PPOE atau VLAN), dan melakukan accounting berdasarkan traffic atau jangka waktu, berada pada slot pada MA 5600.

16 80 b) Splitter Frame Frame yang terdiri dari kumpulan port splitter pada setiap boardnya, fungsinya adalah menyediakan GE/FE uplink port untuk setiap service frame dan untuk memisahkan sinyal suara dan sinyal ADSL untuk selanjutnya di proses oleh masing masing bagian dari service frame. 3. Hasil Pengukuran Performansi Jaringan DSLAM Hasil pengukuran performansi jaringan DSLAM dibagi atas 2 hasil pengukuran yaitu hasil pengukuran kualitas jaringan (Attainable Rate, SNR, dan Attenuation) serta hasil pengukuran kualitas layanan (Throughput, Delay, Packet Loss, dan Jitter). a. Hasil Pengukuran Kualitas Jaringan DSLAM Berikut akan ditampilkan hasil pengukuran kualitas jaringan DSLAM dengan menggunakan perangkat lunak EMBASSY. Tabel 3.2 Hasil pengukuran Attainable Rate Jaringan DSLAM Keterangan Attainable Rate (Kbps) Downstream Upstream Modem Jarak 1KM Modem Jarak 2KM Modem Jarak 3KM Modem Jarak 4KM Modem Jarak 5KM Mean Attainable Rate DSLAM 6561,8 950,4 Pada tabel 3.2 merupakan hasil pengukuran parameter Attainable Rate pada modem yang berjarak 1-5 KM dari pusat

17 81 terminal. Pada jarak 1 KM attainable rate yang didapat adalah 9,644 Kbps downstream dan 1,012 Kbps upstream, pada pengukuran modem berjarak sekitar 2 KM didapat downstream sebesar 8,992 Kbps dan upstream sebesar 1,002 Kbps. Kemudian pada pengukuran selanjutnya pada 3 KM didapat downstream sebesar 7024 Kbps dan upstream sebesar 986 Kbps. Selanjutnya pada pengukuran jarak 4 KM didapar downstream sebesar 5009 Kbps dan upstream sebesar 904 Kbps. Hingga pada pengukuran modem berjarak sekitar 5 KM didapat downstream sebesar 2,140 Kbps dan upstream sebesar 848 Kbps. Dengan semakin jauh jarak modem dari kantor STO maka attainable rate yang dihasilkan juga akan menurun. Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Attenuation Jaringan DSLAM Keterangan Attenuation (db) Downstream Upstream Modem Jarak 1KM 19,6 13,6 Modem Jarak 2 KM 33 14,3 Modem Jarak 3 KM 52 23,6 Modem Jarak 4 KM 60 25,5 Modem Jarak 5 KM 67,1 27,5 Mean Attenuation DSLAM 46,34 20,9 Pada tabel 3.3 menunjukkan level attenuation pada pengukuran modem berjarak 1-5 KM dari pusat terminal. Pada jarak sekitar 1 KM tingkat atenuasi sebesar 19,6 db untuk downstream dan 13,6 db untuk upstream, hingga pengukuran modem yang berjarak 5 KM dari pusat terminal dengan tingkat attenuation sebesar 67,1 db pada downstream dan 27,5 db pada upstream. Semakin kecil tingkat attenuation yang dihasilkan jaringan, maka akan semakin baik kualitas jaringan tersebut.

18 82 Tabel 3.4 Hasil pengukuran SNR Jaringan DSLAM Keterangan SNR (db) Downstream Upstream Modem Jarak 1KM 20,8 20,8 Modem Jarak 2KM 19,7 11,3 Modem Jarak 3KM 18 6,6 Modem Jarak 4KM 11,9 6 Modem Jarak 5KM 10,2 5,2 Mean 16,12 9,98 Pada tabel 3.4 merupakan hasil pengukuran parameter SNR pada pengukuran modem yang berjarak 1 5 KM dari pust terminal. Hasil yang didapat pada pengukuran modem pertama yaitu nilai SNR sebesar 20,8 db untuk downstream dan 20,8 db untuk upstream. Hingga pengukuran modem berjarak 5 KM nilai SNR sebesar 10,2 db untuk downstream dan 5,2 db untuk upstream. Makin besar nilai SNR yang dihasilkan pada sebuah jaringan maka akan menghasilkan kualitas jaringan yang baik. b. Hasil Pengukuran Kualitas Layanan (QoS) DSLAM Berikut akan ditampilkan hasil pengukuran QoS antara PC 1 yang dianggap sebagai server dan PC 2 yang dianggap sebagai client yang terhubung dengan layanan WiFi-ID. Skenario yang dilakukan adalah mengukur parameter throughput, packet loss, latency, dan jitter menggunakan simulasi 1-5 user yang diasumsikan terhubung pada jaringan dan melakukan proses transmisi data selama 50 detik secara bersamaan, berikut data hasil pengukuran :

19 83 Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Throughput Jaringan DSLAM Jumlah Client Throughput (Kbps) Mean 6805 Kategori 68% Indeks QoS 3 Pada tabel 3.5 merupakan hasil pengukuran parameter throughput dari jaringan DSLAM yang didapat data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah client yang terkoneksi dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, sehingga setelah proses pengukuran dilakukan, didapat hasil pengukuran pada parameter throughput untuk 1 client yaitu sebesar 6817 Kbps, lalu untuk 2 client sebesar 6813 Kbps, kemudian untuk 3 client sebesar 6808 Kbps, selanjutnya 4 client sebesar 6798 Kbps, dan terakhir untuk pengukuran pada simulasi 5 client didapat hasil sebesar 6793 Kbps. Dari 5 hasil pengukuran throughput tersebut didapat rata-rata sebesar 6805,80 Kbps yang artinya bandwidth yang mampu di sediakan oleh jaringan DSLAM belum mampu mencapai bandwidth yang diinginkan PT.Telkom yakni sebesar 10 Mbps atau sama dengan Kbps, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS throughput maka hasil pengukuran throughput jaringan DSLAM dikategorikan pada indeks 3.

20 84 Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Delay/Latency Jaringan DSLAM Jumlah Client Latency (ms) Mean 93,8 Indeks QoS 4 Pada tabel 3.6 merupakan hasil pengukuran parameter latency dari jaringan DSLAM, skenario untuk pengukuran latency adalah membanjiri jaringan dengan melakukan koneksi TCP antara PC client dan PC server, lalu melihat berapa latency yang dihasilkan. Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user yang terkoneksi dalam jaringan simulasi pengukuran berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran latency pada 1 client sebesar 36 ms, kemudian pada 2 client sebesar 82 ms, selanjutnya untuk 3 client sebesar 101 ms, pada 4 client sebesar 118 ms, dan terakhir pada pengukuran 5 client sebesar 132 ms. Dari 5 hasil pengukuran latency didapatkan rata-rata sebesar 93,8 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil pegukuran latency jaringan DSLAM dapat dikategorikan ke dalam indeks 4.

21 85 Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Packet Loss Jaringan DSLAM Jumlah Client Packet Loss (%) 1 10,9 2 15, , , ,8 Mean 19,56 Indeks QoS 2 Pada tabel 3.7 merupakan hasil pengukuran parameter packet loss dari jaringan DSLAM, skenario dari pengukuran packet loss adalah membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang memakai bandwidth sebesar 10 Mbps/client dengan simulasi 1 5 client yang terhubung dengan server, lalu melihat berapa packet loss yang dihasilkan. Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client, didapat hasil pengukuran packet loss pada 1 client sebesar 10,9 %, 2 client sebesar 15,63 %, 3 client sebesar 20,36 %, 4 client sebesar 23,11%, dan 5 client sebesar 27,8 %. Tabel 3.8 Hasil Pengukuran Jitter Jaringan DSLAM Jumlah Client Jitter (ms) 1 35, , , , ,41 Mean 78,18 Indeks QoS 2

22 86 Pada tabel 3.8 merupakan hasil pengukuran parameter jitter dari jaringan DSLAM, skenario dari pengukuran jitter adalah membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang memakai bandwidth 10 Mbps untuk PC client yang terkoneksi dengan PC server, lalu melihat berapa jitter yang dihasilkan dari koneksi tersebut, data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah client dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1-5 client yang menggunakan bandwidth 10 Mbps/client. Didapat hasil pengukuran jitter pada 1 client sebesar 35,72 ms, 2 client sebesar 82,49 ms, 3 client sebesar 88,56 ms, 4 client sebesar 90,73 ms, dan 5 client sebesar 93,41 ms. Dari 5 hasil pengukuran jitter didapatkan rata-rata sebesar 78,18 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil pegukuran jitter jaringan DSLAM dapat dikategorikan ke dalam indeks Usulan Pemecahan Pemilihan teknologi GPON oleh pihak PT.Telkom merupakan teknologi yang bisa menjadi solusi bagi masalah yang ditemui pada jaringan saat ini digunakan. Mengacu pada studi literatur pada bab 2, disimpulkan bahwa GPON dapat menyediakan bandwidth maksimal yang memiliki upstream & downstream yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi sekarang (DSLAM) yakni, Gbps untuk downstream dan Gbps untuk upstream. 3.5 Perancangan Sistem Baru Berikut adalah arsitektur dari jaringan GPON, sebagai rancangan modernisasi jaringan pada PT.Telkom, yang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang didapati dari sistem yang lama yaitu masalah penyediaan bandwidth untuk masing masing AP (Access Point) sebesar 10 Mbps dan masalah buruknya performansi jaringan pada AP yang berjarak jauh dari pusat terminal yang berada di kantor STO PT.Telkom.

23 87 Gambar 3.11 Arsitektur Jaringan GPON Gambar 3.10 merupakan perancangan arsitektur dari penggunaan jaringan GPON pada layanan WiFi-ID PT.Telkom, arsitektur tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Optical Line Terminal (OLT) OLT menyediakan antarmuka antara sistem PON dengan PT. Telkom (service provider) berupa layanan data. Dalam menyalurkan layanan data yang sudah diatur oleh EMS, OLT menggunakan panjang gelombang yang berbeda yaitu 1490nm untuk arah downlink pada AP dan 1310nm untuk arah uplink pada AP. 2. Optical Distribution Network (ODN) ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif, ODN menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU, ODN sendiri terdiri dari ODC(Optical Distribution Cabinet), ODP (Optical Distribution Point), Jaringan Fiber optic, dan Splices.

24 88 3. Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU) ONT / ONU menyediakan Interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONT atau ONU menjadikan sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan.

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT) BAB 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1 Spesifikasi Sistem GPON 1. Optical Line Termination (OLT) Berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan media transmisi fiber optic. Gambar 4.1 OLT ZTE ZXA10 C220

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM Nurul Kholifah 1), Maria Ulfah, S.T.,M.T 2) 1),2) Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab ini dibahas mengenai beberapa parameter-parameter yang menjadi tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan DSLAM (Digital Subscriber

Lebih terperinci

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar-dasar GPON GPON atau Gigabit Passive Optical Network merupakan sebuah arsitektur point-to-multipoint yang menggunakan media transmisi berupa fiber optik. GPON mampu mendukung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI I.G.A. Sutresna Mudri 1, P.K. Sudiarta 2, N. Gunantara 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBANDINGAN JARINGAN IPTV GPON DAN DSLAM DI PT. TELKOM

ANALISIS DAN PERBANDINGAN JARINGAN IPTV GPON DAN DSLAM DI PT. TELKOM ANALISIS DAN PERBANDINGAN JARINGAN IPTV GPON DAN DSLAM DI PT. TELKOM Robby Tamaro Yohanes Panji Putra Nugroho Entang Ramlan Rudi Tjiptadi PT. Telkom Indonesia Jl. Medan Merdeka Selatan No. 12 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014) Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 1 DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi Prima Kristalina (Desember 2014) 2 Overview Latar Belakang Kondisi Jarlokat saat ini Konsep Dasar DSL Teknik

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto Solichah Larasati 1 Wahyu Pamungkas 2 Eka Wahyudi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI N.O. Pramundia 1, P.K. Sudiarta 2, N. Gunantara 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY Fratika Arie Yolanda (1), Naemah Mubarrakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The 54 BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The Home baru di suatu lokasi yang ditentukan dengan menggunakkan teknologi GPON yang ada di PT. Telkom,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM ANALYSIS IMPLEMENTATION FIBER TO THE HOME DEVICES with OPTISYSTEM

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Metodologi Analisis yang digunakan Pada penganalisisan ini menggunakan metodologi analisis Ex Post Facto dimana memiliki pengertian yaitu melakukan analisis peristiwa yang telah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini menunjukkan perubahan yang demikian cepat. Hal ini ditandai dengan semakin diminatinya layanan multiservice berbasis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE 4.1 Analisa Konfigurasi Konfigurasi pada Gigabit Passive Optical Network (GPON) terbagi menjadi 2, yaitu Konfigurasi Logic dan Konfigurasi Fisik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH USER AKTIF TERHADAP BANDWIDTH USED PADA LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT. TELKOM, Tbk. PURWOKERTO

ANALISIS PENGARUH JUMLAH USER AKTIF TERHADAP BANDWIDTH USED PADA LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT. TELKOM, Tbk. PURWOKERTO ANALISIS PENGARUH JUMLAH USER AKTIF TERHADAP BANDWIDTH USED PADA LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT. TELKOM, Tbk. PURWOKERTO Anggun Fitrian Isnawati 1 Nunung Sadtomo P. 2 Mela Yuniati 3 1,2,3 Akademi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK Puti Mayangsari Fhatony (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL Anggun Fitrian Isnawati 1) Irwan Susanto 2) Renny Ayu Purwanita 3) 1,2,3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG ABSTRAK Asynchronous Transfer Mode Passive Optical Network (APON) yang merupakan infrastruktur bagi kota besar oleh telecommunication carrier dan equipment vendor dianggap sebagai broadband access platform

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO Wahyu Pamungkas 1, Nunung Sadtomo.P 2, Erlinda Febrianingtyas 3 Program

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Divisi Wireless Broadband Sebelum bernama Divisi Wireless Broadband, divisi ini bernama Divisi Telkom Flexi yang memanfaatkan CDMA sebagai bisnis telekomunikasinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu manusia untuk mendapatkan kebutuhan sarana dan prasarana yang praktis, mudah dan efisien. Seperti halnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Macam macam Perangkat Akses 2.1.1 DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) merupakan suatu peralatan yang memungkinkan

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Oleh : MADE SUHENDRA NRP. 2203109044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Gatot Kusrahardjo, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN BAB III METEODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Analisis Gangguan Gambar 3.1 Flowchart alur analisis gangguan Dalam menganalisis gangguan triple play, penulis menggunakan standart system konfigurasi dan standart

Lebih terperinci

Analisis Performansi Konektifitas Pada Jaringan Wireless Broadband di Bandung

Analisis Performansi Konektifitas Pada Jaringan Wireless Broadband di Bandung Jurnal ELKOMIKA Teknik Elektro Itenas No.2 Vol. 2 Institut Teknologi Nasional Bandung Juli - Desember 2014 Analisis Performansi Konektifitas Pada Jaringan Wireless Broadband di Bandung OTNIEL TONAPA 1,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG Andi Muh B Soelkifly 1), Dwiki Kurnia 2), Ahmad Hidayat 3) Hervyn Junianto Kuen 4) Erna Sri Sugesti 5) 1),2),3

Lebih terperinci

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM Dian Ratna Kumala Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom kumaladianratna@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

FUNGSI NETWORK MANAGEMENT SYSTEM

FUNGSI NETWORK MANAGEMENT SYSTEM Makalah Seminar Kerja Praktek FUNGSI NETWORK MANAGEMENT SYSTEM (NMS) SEBAGAI MENEJEMEN DSLAM dan SISTEM PENOMORAN PELANGGAN SPEEDY PADA DSLAM di UNIT CPE M. Jazilun Niam (L2F 005 553) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Kecepatan akses internet sama dengan kecepatan transfer data Kecepatan transfer data adalah jumlah data dalam bit yang melewati suatu media tertentu

Kecepatan akses internet sama dengan kecepatan transfer data Kecepatan transfer data adalah jumlah data dalam bit yang melewati suatu media tertentu Kecepatan akses internet sama dengan kecepatan transfer data Kecepatan transfer data adalah jumlah data dalam bit yang melewati suatu media tertentu dalam satu detik. Kecepatan transfer data dinyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL Anggun Fitrian Isnawati 1) Irwan Susanto 2) Renny Ayu Purwanita 3) 1,2,3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA Disusun oleh : I Gusti Dwiki Ary Wibowo (1022019) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri, MPH. No.

Lebih terperinci

Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing

Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing Internet, Sharing, dan Penggunaan Router 5.1 Koneksi Internet untuk Sharing Setelah dari Bab 1 sampai dengan Bab 4 kita belajar membuat serta menggunakan jaringan lokal (LAN), marilah pada bab ini kita

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JARINGAN USEETV CABLE MENGGUNAKAN KABEL TEMBAGA PADA PT TELKOM PONTIANAK

ANALISIS KUALITAS JARINGAN USEETV CABLE MENGGUNAKAN KABEL TEMBAGA PADA PT TELKOM PONTIANAK ANALISIS KUALITAS JARINGAN USEETV CABLE MENGGUNAKAN KABEL TEMBAGA PADA PT TELKOM PONTIANAK Novi Aryani Fitri 1), Hidayat Srihendayana 2), Dasril 3) Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING Analysis Implementation Fiber To The Home Devices With Optisystem on the Tower

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote BAB II DASAR TEORI 2.1. Jaringan Lokal Akses Fiber Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan yang menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote Unit (RU) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN DATA DAN INTERNET MEMANFAATKAN SNMP DI PT. INFOMEDIA NUSANTARA. Hendra Gunawan Setiadi Gunawan ABSTRAK

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN DATA DAN INTERNET MEMANFAATKAN SNMP DI PT. INFOMEDIA NUSANTARA. Hendra Gunawan Setiadi Gunawan ABSTRAK PERANCANGAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN DATA DAN INTERNET MEMANFAATKAN SNMP DI PT. INFOMEDIA NUSANTARA Hendra Gunawan Setiadi Gunawan ABSTRAK Perkembangan jaringan komputer di PT.TELKOM Tbk. berhasil menjadikan

Lebih terperinci

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom INTERNET-INTRANET 2 Bambang Pujiarto, S.Kom Teknologi Internet Perangkat : PC /Komputer Modem, saluran telepon (Dial-Up) Router / Gateway (ISP) Ketentuan: Memiliki IP address dan atau jalur routing yang

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM BAB 4. PERANCANGAN SISTEM 4.1. Diagram Alur Perancangan. Langkah awal dari analisa perancangan jaringan adalah lokasi. Setelah lokasi ditentukan, lakukan pengumpulan data data yang diperlukan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK 2.1 FAKTOR PENDORONG PENGUNAAN KABEL OPTIK Mulai tahun 1990 an, operator telekomunikasi sudah mulai mengimplementasikan jaringan kabel optik di beberapa bagian infrastrukturnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Telkom Akses (PTTA) merupakan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Telkom. PTTA bergerak dalam bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK

Lebih terperinci

Pengukuran dan Analisis Performansi Jaringan Berbasis IP Pada DSLAM Sebagai Acess Node Pada pelanggan SPEEDY

Pengukuran dan Analisis Performansi Jaringan Berbasis IP Pada DSLAM Sebagai Acess Node Pada pelanggan SPEEDY Pengukuran dan Analisis Performansi Jaringan Berbasis IP Pada DSLAM Sebagai Acess Node Pada pelanggan SPEEDY Nioga Tama / 0422100 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Krtisten Maranatha,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN 34 BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN 4.1 PERFORMANSI LINK BACKHAUL Dalam studi kasus ini, link backhaul dari jaringan MPLS VPN IP mempunyai 2 link backhaul yaitu main link backhaul dan backup link backhaul.

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan 4.1.1 Usulan Perancangan Jaringan Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan teknologi Frame Relay. Daripada menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Secara konvensional, data dikirimkam melalui partikel elektron yang merambat pada medium yang bersifat konduktor. Kecepatan rambat elektron pada media konduktor terbilang

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME UNTUK TEKNOLOGI GPON DAN MSAN DI STO DARUSSALAM

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME UNTUK TEKNOLOGI GPON DAN MSAN DI STO DARUSSALAM : 27-34 ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME UNTUK TEKNOLOGI GPON DAN MSAN DI STO DARUSSALAM Dhian Ulfa Safitri 1), Rizal Munadi 2), Hubbul Walidainy 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro dan Komputer,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY. Fratika Arie Yolanda NIM :

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY. Fratika Arie Yolanda NIM : TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mengirimkan services sampai ke premise pelanggan menggunakan kabel fiber optik. Jika sebelumnya pelanggan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

XIII. PENGEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER

XIII. PENGEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER XIII. PENGEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER LAN untuk kantor kecil. LAN dengan topologi STAR dilengkapi dengan sepasang Server dan sepasang Modem, agar para karyawan dapat mengakses internet. Komputer yang digunakan

Lebih terperinci

(Gigabit Passive Optical Network)

(Gigabit Passive Optical Network) (Gigabit Passive Optical Network) GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai Broadband Access berbasis kabel serat optik. GPON merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET 3.1 Diagram Alur Penelitian Selama proses penelitian dimulai dengan penentuan lokasi kemudian dilakukan perumusan masalah, dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat berpindahpindah tempat. Meskipun

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 1,2, Prodi D3 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Ilmu Terapan,

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK JARINGAN AKSES WIFI PT TELKOM INDONESIA WITEL BANTEN BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTIK JARINGAN AKSES WIFI PT TELKOM INDONESIA WITEL BANTEN BARAT LAPORAN KERJA PRAKTIK JARINGAN AKSES WIFI PT TELKOM INDONESIA WITEL BANTEN BARAT Periode 23 Mei 1 Juli 2016 Oleh : Wibisono Sabdo Utomo (NIM : 1101130299) Pembimbing Akademik Linda Meylani (NIP : 10790599-1)

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH OPTISYSTEM FOR PERMATA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 MSAN (Multi Service Access Node) MSAN (Multi Service Access Node) adalah layanan multi service yang

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 MSAN (Multi Service Access Node) MSAN (Multi Service Access Node) adalah layanan multi service yang BAB III PEMBAHASAN 3.1 MSAN (Multi Service Access Node) MSAN (Multi Service Access Node) adalah layanan multi service yang menyediakan fungsi broadband akses multiplexer melalui jaringan kabel tembaga

Lebih terperinci

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh : MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) 1. Pendahuluan Gagasan untuk menggunakan serat optik untuk menghubungkan perangkat premise pelanggan dengan fasilitas penyedia telah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Ethernet Over SDH SDH (Synchronous Digital Hierarchy) menjelaskan tentang transfer data dengan kapasitas yang besar menggunakan media transmisi serat opti, sistem detakan

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI. Triple Play. Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti ( )

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI. Triple Play. Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti ( ) TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI Triple Play Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti (15101105) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016 BAB I LATAR

Lebih terperinci

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas WAN WAN adalah sebuah jaringan komunikasi data yang tersebar pada suatu area geografik yang besar seperti propinsi atau negara. WAN selalu menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ Teknologi WAN Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep jaringan komputer pertama kali bermula pada sekitar tahun 1940-an, di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu perangkat

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB III TEORI PENDUDUKUNG BAB III TEORI PENDUDUKUNG Dalam Laporan kerja praktek ini didukung dengan beberapa teori diantaranya yaituteori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur dari

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN SISTEM 31 BAB III PERENCANAAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Tugas Akhir ini merupakan pengembangan dari Tugas Akhir yang berjudul Simulasi dan Analisis Performansi QoS pada Aplikasi Video Live Streaming menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat dan pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan masyrakat akan layanan akses komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY 3.1 Konfigurasi Logic Perangkat GPON mampu menyalurkan atau membawa multi layanan, yaitu : Data, IPTV, Voice, IP Phone dalam satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG Abstrak DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 Page 1404 PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KONEKSI INTERNET

JENIS-JENIS KONEKSI INTERNET JENIS-JENIS KONEKSI INTERNET Jenis-jenis dari koneksi Internet adalah senagai berikut : A. Koneksi fisik, misalnya ethernet, fiber-optik, modem, ADSL, wave-lan, satelit, dan masih banyak lagi. Dari segi

Lebih terperinci

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS Fahmi Alfian 1, Prima Kristalina 2, Idris Winarno 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci

Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter. 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi

Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter. 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi Nama Kelompok : 1. Arvita Mizza Utami (12/327968/SV/00144) >> Presenter 2. Chusnul Khotimah M (12/327950/SV/00126) >>presenter & pencari materi 3. Naufanti Zulfah (12/332429/SV/01145) >>Pembuat slide I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Biaya yang harus dikeluarkan untuk berlangganan jalur koneksi internet melalu ISP (Internet Service Provider) yang relatif mahal untuk pengusaha Warnet karena sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI

BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI 4.1 HASIL DESAIN APLIKASI Pada peta yang ada, baik yang merupakan model maupun diagram sebenarnya pada RA dan RAV, akan diberikan parameter awal Q (Max

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, telah diputuskan untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3. 1 Riwayat Perusahaan PT Hipernet IndoData yang lebih dikenal dengan HyperNet yang berarti "jaringan yang melebihi layanan jaringan biasa", merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini pertumbuhan jumlah user internet semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi internet dan tingkat kebutuhan manusia untuk melakukan pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa perubahan yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia telekomunikasi, komunikasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA TUGAS AKHIR PERANCANGAN JARINGAN AKSES FTTH DENGAN KONFIGURASI BUS DUAL STAGE PASSIVE SPLITTER MELALUI SALURAN PENCATU BAWAH TANAH (SPBT) DI CLUSTER MISSISIPI, JAKARTA GARDEN CITY Disusun oleh : ALVEN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Widya Teknika Vol.18 No.1; Maret 2010 ISSN 1411 0660 : 1-5 ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Anis Qustoniah 1), Dewi Mashitah 2) Abstrak ISDN (Integrated

Lebih terperinci

STT Telematika Telkom Purwokerto

STT Telematika Telkom Purwokerto PENERAPAN JARINGAN MULTI SERVICE ACCESS NETWORK UNTUK MENDUKUNG NGN Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar pada mata kuliah Kinerja Telekomunikasi prodi S1 Teknik Telekomunikasi. Oleh : Lina Azhari

Lebih terperinci