TINJAUAN PUSTAKA Sistem Akuntansi
|
|
- Verawati Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Akuntansi Pengertian Sistem Akuntansi Menurut Krismiaji (2002;1) Sistem adalah serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan Sedangkan menurut Mulyadi (2001;5) Sistem adalah suatu jaringan pekerjaan yang berhubungan dengan rangkaian prosedur pencatatan yang erat hubunganya satu sama lain dengan tujuan menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan Berkaitan dengan hal diatas Mulyadi (2001;11) menjelaskan bahwa Sistem akuntansi merupakan salah satu sistem informasi diantara diantara sistem informasi yang digunakan oleh menejemen dalam mengelola perusahaannya Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (1994;319.5) Sistem akuntansi terdiri dari metode-metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan mencatat dan melaporkan transaksi satuan usaha untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut Unsur-Unsur Sistem Akuntansi Menurut Mulyadi (2001;3) Unsur suatu sistem akuntansi terdiri dari : 1. Formulir Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut juga dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkan atau didokumentasikan diatas secarik kertas. 2. Jurnal Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan serta data lainya. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya
2 13 diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. 3. Buku Besar Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. 4. Buku Pembantu Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam buku besar. 5. Laporan Hasil akhir dari suatu proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya Tujuan Sistem Akuntansi Menurut Mulyadi (2002;19) Tujuan dari sistem akuntansi adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan usaha baru 2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern 4. Unutk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi Akuntansi Pemerintahan Akuntansi adalah proses yang berkaitan dengan pencatatan, pengklasifikasian dan menyimpulkan data yang berhubungan dengan transaksi perusahaan dan kejadian lainya. Akuntansi umum ini memiliki sejumlah lapangan-lapangan akuntansi khusus yang telah berkembang. Salah satu dari lapangan akuntansi khusus ini adalah akuntansi pemerintahan.
3 14 Akuntansi pemerintahan mecoba untuk dapat memberikan informasi akuntansi yang berguna bila dipandang dari aspek administrasi publik serta membantu mengadakan pengawasan pengeluaran dana dari masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku Pengertian Akuntansi Pemerintahan Revrisond Baswir (2000;7) mengemukakan pengertian akuntansi pemerintahan sebagai berikut : Akuntansi pemerintahan adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Sehungunan dengan pendapat tersebut, di dalam akuntansi pemerintahan tidak diperlukan pencatatan laba rugi, seperti yang dilakukan pada akuntansi perusahaan Karakteristik Akuntansi Pemerintahan Organisasi pemerintahan melakukan kegiatanya pada sektor publik, sehingga mempunyai keunikan yang hampir sama dengan organisasi nirlaba lainya. Revrisond Baswir (2000;11) menyebutkan karakteristik akuntansi pemerintahan antara lain : 1. Keinginan mengejar laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatan lembaga pemerintah dan pencatatan laba rugi tidak perlu dilakukan. 2. Lembaga pemerintah tidak memiliki secara pribadi sebagaimana halnya perusahaan, oleh karena itu pencatatan pemilikan pribadi juga tidak perlu dilakukan. 3. Sistem akuntansi pemerintahan suatu negara sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang bersangkutan, maka bentuk akuntansi pemerintahan berbeda antara satu negara dengan negara yang lain tergantung pada sistem pemerintahannya. 4. Fungsi akuntansi pemerintahan adalah mencatat, menggolong-golongkan, meringkas dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran suatu negara, maka penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa dipisahkan dari
4 15 mekanisme pengurusan keuangan dan sistem anggaran tiap-tiap negara Akuntansi Sektor Publik Pada awalnya akuntansi sektor publik merupakan suatu profesi yang spesifik dan relatif kecil, dan belum banyak difahami dan diminati. Saat ini akuntansi sektor publik mengalami perkembangan yang pesat, dan banyak dibutuhkan pada domain publik. Hal ini seiring dnegan berkembangnya birokrasi pemerintahan. Dalam perkembangannya tugas dan fungsi birokrasi pemerintahan dapat dilaksanakan oleh sektor swasta, akan tetapi tidak seluruh fungsi pemerintahan yang berkaitan dengan publik dapat dilaksanakan oleh swasta, beberapa tugas dan fungsi tersebut tetap dilaksanakan oleh birokrasi pemerintahan. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan tersebut, akuntansi sektor publik sangat diperlukan Pengertian Akuntansi Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2002;2) pengertian sektor publik adalah sebagai berikut : Sektor publik dapat difahami sebagai suatu entitas yang aktifitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Dari pengertian diatas dapat difahami bahwa akuntansi sektor publik adalah suatu aktifitas yang berkaitan dengan pencatatan, pengklasifikasian dan menyimpulkan data yang berhubungan dengan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik Karateristik Akuntansi Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2002;7) terdapat perbedaan yang mendasar antara akuntansi sektor swasta dengan akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik memiliki karakteristik sebagaimana terdapat dalam tabel 2.1 berikut ini :
5 Tabel 2.1 KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DENGAN SEKTOR SWASTA 16 NO SEKTOR PUBLIK 1 Dari segi tujuan akuntansi sektor publik menekankan pada pelayanan kepada publik, tanpa mengutamakan profit 2 Dari segi pembiayaan, akuntansi sektor publik sumber pembiayaan berasal dari pajak dan retribusi, pajak pelayanan, laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah dalam bentuk hutang luar negeri dan obligasi pemerintah dan lainlain pendapatan yang syah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan 3 Dari segi pola pertanggungjawaban, sektor publik menejemen bertanggungjawab kepada masyarakat, karena sumber dana yang digunakan oleh organisasi berasal dari pajak yang dipungut dari masyarakat 4 Sektor publik memiliki struktur organisasi yang bersifat birokratis, kaku dan hirarkis 5 Anggaran sektor publik dalam perencanaan anggaran disosialisasikan kepada publik secara terbuka dan merupakan dokumen yang syah yang dapat diakses oleh siapa saja 6 Sistem akuntansi sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi berbasis kas SEKTOR SWASTA Akuntansi sektor swasta yang benar-benar mengutamakan profit dalam kegiatannya Sektor swasta memiliki sumber pembiayaan dari bagian laba, hutang bank, penerbiyan obligasi dan penerbitan saham baru Sektor swasta menejemen bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan, juga kepada fihak yang memberi pinjaman modal Sektor swasta memiliki struktur yang lebih fleksibel. Hal ini dimungkinkan karena struktur organisasi sektor swasta memiliki bentuk yang datar, piramid, lintas dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan Sektor swasta dokumen anggaran merupakan dokumen yang sifatnya rahasia yang tidak dapat dipublikasikan karena sifatnya rahasia bagi perusahaan Sektor swasta lebih berbasis akrual 2.4. Otonomi Daerah Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sebagai konsekwensi atau akibat dari pelaksanaan desentralisasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia maka kemudian timbulah daerah-daerah otonom atau daerah yang mempunyai otonomi.
6 Sebelum diguanakan secara luas dalam skripsi ini maka penulis menguraikan pengertian dan hal-hal yang berhubungan dengan otonomi daerah Pengertian Otonomi Daerah Otonomi atau autonomy adalah berasal dari kata Yunani, auto berarti sendiri dan nomos berarti hukum atau peraturan. Menurut Encyclopedia Of Social Science seperi yang dikutif oleh Sarundajang (2001;33) : Otonomi dalam pengertian asli adalah the legal self sufficiency body and acts actual independence. Dalam kaitanya dengan politik atau pemerintah, otonomi daerah berarti self government atau the condition of living under one s own laws. Jadi daerah otonomi adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws. Namun demikian, walaupun otonomi tersebut sebagai self government, self sufficiency dan actual independent keotonomian tersebut tetap berada dalam batas yang tidak melampaui wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada daerah. Otonomi daerah pada dasarnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tanggannya sendiri. Hak tersebut diperoleh daerah, melalui penyerahan urusan pemerintahan, dari pemerintah pusat, atau daerah tingkat atasnya, sesuai dengan kemampuan. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan dari pelaksanaan otonomi daerah ini adalah berguna bagi pengalokasian dan pendistribusian kekuasaan, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab, pengambilan keputusan yang berkualitas, pemberian pelayanan yang memuaskan. Otonomi daerah juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi beban pemerintah pusat, yang kian lama kian berat, menumbuhkan kemandirian dan kedewasaan daerah, menghasilkan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemerintah daerah dan meningkatkan daya saing daerah dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 menyebutkan pengertian otonomi daerah adalah sebagai berikut : Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyrakat sesuai dengan peraturan perundang-
7 adalah : undangan. Pengertian daerah otonom menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999 Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 18 Daerah otonom, pada kenyataannya terdiri dari dua tingkat yaitu Propinsi dan Kabupaten/Kota. Walaupun daerah otonom itu terdiri dari Propinsi dan Kabupaten/Kota namun dalam penyelenggaraan pemerintahan, diantara keduannya tidak terdapat hubungan hirarki, atau hubungan sebagai atasan dan bawahan. Kedua daerah otonom tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur urusan rumah tanggannya sendiri-sendiri. Pemberian kewenangan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dengan penekanan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di dasarkan kepada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab Tujuan Otonomi Daerah Menurut Johermansyah Johan (1997;15) ada delapan tujuan otonomi daerah sebagai berikut : Paling tidak ada delapan makna yang terkandung dalam otonomi yang dititikberatkan apada daerah kabupaten/kota, yaitu : 1. Otonomi daerah yang ditetapkan di daerah Kabupaten/Kota akan menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan pemerintah menjadi lebih dekat dengan rakyat, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil lebih sesuai dengan aspirasi masyarakat. 2. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota berarti lebih mendekatkan pemerintah dengan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat, sedhingga pemerintah lebih cepat dapat mengetahui dan memantau perkembangan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, berarti pemerintah dapat lebih menyesuaikan program-program pembangunan yang dibuat, dengan masyarakat yang sebenarnya, baik kebutuhan ekonomi, politik, sosial budaya, sepiritual maupun faktor-faktor indigeneous lainya.
8 4. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, merujuk pada sistem dan mekanisme birokrasi pemerintahan daerah, yang berpijak pada mekanisme sosial yang hidup dalam masyarakat setempat. 5. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, berupaya mengoptimalkan produktifitas sektor-sektor yang memiliki keunggulan komparatif di daerah yang bersangkutan, atau faktor ekonomi yang dominan, atau wilayah-wilayah unggul untuk suatu komoditi dengan keikutsertaan daerah secara maksimal. 6. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, harus menuju kepada terciptanya birokrasi pemerintahan yang diwarnai oleh kondisi-kondisi kedaerahan dan karakter kependudukan, sehingga akan terwujud suatu menejemen pemerintahan yang berbeda satu sama lain. 7. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, bertujuan meringankan beban pemerintah pusat, karena beban tersebut telah dilimpahkan kepada daerah Kabupaten/Kota, dengan tetap memperhatikan parameter efisiensi dan efektifitas. 8. Otonomi Daerah yang dititikberatkan pada daerah Kabupaten/Kota, berarti mengutamakan kepentingan daerah, dimana masing-masing Kabupaten/Kota dapat menampilkan keunggulan, keistimewaan dan kreasinya Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah Untuk dapat melaksanakan tugas otonomi sebaik-baiknya maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti yang dikemukakan oleh Josep Riwu Kaho (2003;66) sebagai berikut : 1. Manusia pelaksananya harus baik; 2. Keuangan harus cukup baik; 3. Peralatan harus cukup dan baik; 4. Organisasi dan menejemen harus baik. Berikut ini penjelasan mengenai keempat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah : 1. Manusia pelaksananya harus baik ; Faktor manusia sebagai pelaksana otonomi merupakan faktor yang esensial dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pentingnya faktor ini adalah karena manusia merupakan subyek dalam setiap aktifitas pemerintahan. Manusialah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam sistem pemerintahan. Oleh karena itu agar mekanisme pemerintahan berjalan dengan sebaik-baiknya, maka manusia sebagai
9 20 pelakunya juga harus baik. Pengertian baik meliputi mentalitas atau moral yang jujur, mempunyai rasa tanggungjawab yang besar terhadap pekerjaannya, dapat bersikap sebagai abdi masyarakat, memiliki kecakapan yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugasnya. 2. Keuangan harus cukup baik; Istilah keuangan disini mengandung arti setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku. Faktor keuangan penting dalam setiap kegiata pemerintahan, karena hampir tidak ada kegiatan yang tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia, makin banyak pula kemungkinan kegiatan yang dapat dilaksanakan. Demikian pula semakin baik pengeloaannya, maka semakin berdayaguna pemakaian uang tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menciptakan suatu pemerintahan di daerah yang baik dan dapat melaksanakan tugas otonominya dengan baik faktor keuangan ini mutlak diperlukan. 3. Peralatan harus cukup dan baik; Pengertian peralatan disini adalah setiap benda atau alat yang dapat dipergunakan untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintahan di daerah. Peralatan yang baik dalam hal ini jelas diperlukan bagi terciptanya suatu pemerintahan daerah yang baik, seperti alat-alat kantor, alat-alat transportasi dan alat-alat komunikasi. Dalam organisasi pemerintahan yang serba kompleks diabad teknologi modern sekarang ini, alat-alat yang serba praktis dan efisien sangat dibutuhkan sekali, namun dilain fihak peralatan yang aik tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki serta kecakapan manusia atau aparat yang menggunakannya. 4. Organisasi dan menejemen harus baik; Organisasi yang dimaksud adalah organisasi dalam arti struktur, yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan dalam organisasi beserta segenap pejabat, kekuasaan, tugas dan hubunganya satu sama lain, dalam rangka
10 21 mencapai suatu tujuan tertentu. Yang dimaksud dengan menejemen adalah proses manusia yang menggerakkan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa agar otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan organisasi dan menejemen pemerintahan daerah yang baik pula Pendapatan Asli Daerah Didalam keuangan daerah terdapat hak-hak yang dapat dinilai dengan uang, yang tercermin dalam hal pemungutan pendapatan daerah, dimana pemungutan pendapatan daerah ini jika dapat direalisir akan tercipta menjadi penerimaan daerah. Pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup dan memadai, karena dalam pelaksanaan pembangunan daerah itu diperlukan biaya yang besar. Sehubungan dengan pentingnya sumber keuangan, Gade (1993;120) mengatakan bahwa : Pendapatan merupakan penambahan kas pemerintah pusat yang terdiri dari berbagai sumber, antara lain mencakup penerimaan pajak dan cukai, penerimaan minyak, pendapatan yang berasal dari investasi, penerimaan bantuan luar negeri dan dalam negeri serta hibah. Sedangkan pengertian pendapatan menurut Arinta (1993;31) pendapatan dirumuskan sebagai : Penambahan hak milik selama periode yang telah ditentukan dan juga sebagai penambahan aktiva tanpa penambahan utang bukan pengembalian biaya dan pembatalan utang tanpa penambahan utang lainya/pengurangan aktiva. Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999 pendapatan daerah yaitu : Semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hal atas daerah yang menjelaskan tentang jumlah anggaran dan realisasi dari : 1. Bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu; 2. Bagian pendapatan asli daerah; 3. Pendapatan dari pemerintah/instansi yang lebih tinggi; 4. Lain-lain pendapatan yang syah.
11 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 07 tahun 2003 dijelaskan sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut pasal 79 Undang-undang nomor 22 tahun 1999 menjelaskan bahwa sumber-sumber pendapatan asli daerah terdiri dari : 1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil perusahaan milik daerah 4. Hasil pengelolaan kekayaan daerah 5. Lain-lain pendapatan daerah lainnya yang syah. Menurut pasal 1 ayat (6) Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah mengatakan bahwa bahwa : Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal (1) disebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah : Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan menurut Ibnu Syamsi (1994;221) retribusi adalah : Iuran dari masyarakat tertentu (individu) yang bersangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjuk secara langsung dan pelaksanaannya dapat dipaksakan. Dengan kata lain yang lebih sederhana retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmati jasas secara langsung.
12 23 Menurut Ermaya Suradinata (1998;86) perusahaan daerah adalah : Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk mengembangkan perekonomian daerahnya untuk menambah penerimaan daerah. Adapun ciri pokok perusahaan daerah adalah adanya kesatuan produksi (regional) dalam arti luas termasuk memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. Beberapa perusahaan daerah milik pemerintah Kota Bandung diantaranya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar) Perusahaan Daerah Kebersihan (PD Kebersihan) dan lain sebagainya. Menurut penjelasan pasal (3) Undang-undang nomor 25 tahun 1999 yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan yang syah adalah : Hibah, dana darurat dan penerimaan lainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pasal (4) dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut : Lain-lain pendapatan asli daerah yang syah, antara lain hasil penjualan asset tetap daerah dan jasa giro. Dengan demikian masing masing daerah dapat menggali sumber lain-lain pendapatan asli daerah yang syah. Penggalian sumber-sumber penerimaan ini dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku Kebijakan Tentang Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Bandung telah mengambil kebijakan strategis dalam hal menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kebijakan tersebut dituangkan dalan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bandung nomor 07 tahun Dalam pasal 2 Perda 07 tahun 2003 dijelaskan sebagai berikut : Dalan rangka kegiatan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dapat diberikan biaya pemungutan. Biaya sebagaimana dimaksud Pasal 2 diperhitungkan sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan Pajak Daerah, 10% (sepuluh persen) dari realisasi penerimaan Retribusi Daerah dan 2,5% (dua koma lima persen) dan realisasi penerimaan lain-lain Pendaftaran Asli di Daerah yang sah.
13 Sedangkan dalam pasal 4 dijelaskan lebihlanjut sebagai berikut : Penggunaan biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah ditujukan untuk meningkatkan kinerja dan pembinaan kesejahteraan aparatur Pemerintah Daerah serta aparatur penunjang yang lainnya. Alokasi biaya pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini ditetapkan melalui Keputusan Walikota. Pasal 5 biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah harus dianggarkan dalam APBD untuk tahun anggaran berjalan. Pasal 6 alokasi biaya pemungutan Pendaparan Asli Daerah dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali. 24
BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi daerah Istilah Otonomi Daerah atau Autonomy berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah merupakan landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia, akan tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah di Indonesia memasuki babak baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2003 TAHUN 2003 NOMOR 14 S E R I D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah
BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperincidiungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah pada awalnya diberlakukan melalui Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, hingga pada akhirnya berlaku Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengembangan Wilayah Pada dasarnya pengembangan adalah proses dimana individu, kelompok, organisasi, institusi dan masyarakat meningkatkan kemampuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Sejak beberapa tahun terakhir ini, di dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur
Lebih terperinciL E M B A R A N D A E R A H
L E M B A R A N D A E R A H TAHUN 2003 NOMOR 19 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan
Lebih terperinciPeraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010
Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan Nomor, tanggal 11/PMK.07/2010 25 Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia. Namun semenjak tahun 2001 pola tersebut berganti dengan pola baru yang disebut desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, terlihat dari pelaksanaan pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 18 TAHUN 2014 SERI A.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten Bekasi merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan reformasi keuangan daerah di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya Undang-Undang No.
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA
No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG
NOMOR 5 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR PADA PT. BANK NAGARI
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN
CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan dari masyarakat oleh negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN
11 BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka Penulisan Laporan Tugas Akhir ini mendasarkan pada teori-teori yang relevan sehingga mendukung bagi tercapainya hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah berlaku secara efektif sejak awal Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak diundangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diganti
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan
Lebih terperinciBAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada
11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SAMARINDA
PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 04 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA SAMARINDA KEPADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD BPR) KOTA SAMARINDA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi
Lebih terperinciBUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014
BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 2 SERI A PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG
PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005
- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
(RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI
PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah pada prinsipnya lebih berorientasi kepada pembangunan dengan berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan daerah untuk mengatur
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan
Lebih terperinciBAB 8 STRATEGI PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN
8-1 BAB 8 STRATEGI PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN 8.1. Pendapatan Daerah 8.1.1. Permasalahan Lambatnya perkembangan pembangunan Provinsi Papua Barat saat ini merupakan dampak dari kebijakan masa lalu yang lebih
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
Lebih terperinci-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG
-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional tidak dapat dipisahkan dari Keuangan Daerah dan Pembangunan Daerah karena pada dasarnya pembangunan itu dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun pada kenyataannya, pemerintah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Fiscal Stress Ada beberapa definisi yang digunakan dalam beberapa literature. Fiscal stress terjadi ketika pendapatan pemerintah daerah mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan persaingan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dana Alokasi Umum (DAU) Diera otonomi daerah ini ternyata juga membawa perubahan pada pengelolaan keuangan daerah. Diantaranya dalam hal sumber-sumber penerimaan pemerintahan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN BIAYA KEGIATAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperincic. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:
92.6 97.15 81.92 ANGGARAN 1,1,392,65,856 667,87,927,784 343,34,678,72 212 213 REALISASI 956,324,159,986 639,977,39,628 316,346,769,358 LEBIH (KURANG) (54,68,445,87) (27,11,537,156) (26,957,98,714) 94.65
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kreatifitas pemerintah daerah masing-masing, karena memperoleh
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : dalam rangka pelaksanaan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang
Lebih terperinci11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN
11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN Contributed by Administrator Monday, 25 January 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup segala bidang yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rusyadi, 2005).
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2012
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang
Lebih terperinciWALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN TENTANG IKOTA B PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara materiil maupun spiritual yang lebih baik. Pembangunan
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,
Lebih terperinci