GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN KUNCIRAN INDAH TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN KUNCIRAN INDAH TANGERANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN KUNCIRAN INDAH TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan PUTRI PERTIWI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JULI 2012

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Keperawatan. Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan skripsi ini dan mendapatkan banyak pengalaman baru. Saya menyadari bahwa tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya megucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Ibu Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., MN selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan masukan yang berharga, menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini; 2. Staff pengajar FIK UI yang telah memberikan dukungan, informasi, dan materi selama perkuliahan, sehingga membantu saya dalam penyusunan skripsi ini; 3. Kepala Kelurahan, seluruh Ketua RW, dan kader di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang yang telah memberi ijin kepada saya dan membantu dalam penelitian di Kelurahan Kunciran Indah; 4. Mama (Sukaenah) dan Bapak (Kodim Sutardi) yang tidak pernah putus memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini untuk Mama dan Bapak; 5. Kakak-kakak tercinta Aarie, Aabi, Mba Rina, dan Mba Trisna. Terima kasih atas semangat, doa, dan segala hal positif yang telah diberikan; 6. Sahabat terbaik saya Winda Andriana dan Masbud (Windy, Dini, Rosma, Bayu, dan Dedi) atas doa dan keceriaan yang diberikan selama ini; 7. Teman satu kamar saya, Rina Siti, teman-teman di rumah Ranger (Nindy, Merlin, Darti, dan Resti), teman-teman Huru-Hara (Komang, iv

5 Mila, Fika, dan Rijun), dan teman-teman satu bimbingan (Ika, Nike, dan Risa) atas semua doa, semangat, dan keceriaannya. 8. Teman-teman seperjuangan FIK UI reguler angkatan 2008 yang selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita dimudahkan dalam mencapai cita-cita yang kita inginkan. Aamiin. 9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kemajuan kesehatan di Indonesia. Depok, Juni 2012 Penulis v

6 vi

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Putri Pertiwi : Ilmu Keperawatan : Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun cakupan pemberian ASI eksklusif di beberapa daerah di Indonesia masih di bawah target Departemen Kesehatan sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana pada 106 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Hasil penelitian mendapatkan, sebesar 91,5% responden memberikan ASI, namun hanya 31,1% yang memberikannya secara eksklusif. Hasil faktor internal, sebanyak 87,7% responden berpengetahuan baik, 57,7% berpersepsi negatif, dan kondisi kesehatan menghambat pemberian ASI sebesar 50,9%. Hasil faktor eksternal, 50,9% petugas kesehatan kurang mendukung, 50,9% terpajan promosi susu formula, 99% orang terdekat mendukung, 71,7% memberikan ASI sesuai tradisi, dan 38,7% memberikan makanan/minuman karena tradisi. Penelitian ini merekomendasikan agar petugas kesehatan dapat meningkatkan dukungan melalui edukasi agar dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Kata Kunci: ASI eksklusif, faktor ekskternal, faktor internal, Kelurahan Kunciran Indah vii

8 ABSTRACT Name Study Program Title : Putri Pertiwi : Science Nursing : Factors that Influence Exclusive Breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang WHO recommended exclusive breastfeeding for six months, but the number of exclusive breastfeeding still below the Health Department target as big as 80%. The objective of this research is to determine factors that influence exclusive breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. This research used a simple descriptive design to 106 mothers at Kunciran Indah who has 6-24 moths old baby. The result was 91,5% mothers gave breast milk, but only 31,1% who gave it exclusively. Result of internal factors were 87,7% respondent has a good knowledge, 55,7% has a negative perception, and health condition inhibit the breastfeed were 50,9%. Result of external factors were 50,9% health care professional has less support, 50,9% saw the formula milk promotion, 99% relatives support,71,7% gave breast milk as a tradition, and 38,7% gave additional food/drink because of tradition. This research recommend healthcare professional to increase support through education so that number of exclusive breastfeeding would be increased. Key word: exclusive breastfeeding, extending breastfeed, extending breastfeeding factor, Kelurahan Kunciran Indah viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi ABSTRAK vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR SKEMA xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat aplikatif Manfaat teoritis Manfaat Metodologi 7 2. TINJAUAN PUSTAKA Air Susu Ibu Kandungan ASI Manfaat Menyusui Faktor Internal 13 a. Usia 13 b. Kondisi Kesehatan 14 c. Pengetahuan 16 d. Persepsi Faktor Eksternal 17 a. Pendidikan 17 b. Dukungan Petugas Kesehatan 17 c. Dukungan Orang Terdekat 18 d. Promosi Susu Formula 18 e. Budaya 19 f. Status Pekerjaan 21 g. Tempat Bersalin Kerangka Teori 22 ix

10 3. KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Konsep Definisi Operasional METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Populasi dan Sampel Tempat dan Waktu Penelitian Etika Penelitian Alat Pengumpulan Data Proses Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Sarana Penelitian HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penyajian Hasil Penelitian Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Gambaran Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang PEMBAHASAN Interpretasi dan Diskusi Hasil Pemberian ASI Eksklusif Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Keterbatasan Penelitian Implikasi Keperawatan PENUTUP Kesimpulan Saran Pelayanan Kesehatan Penelitian Keperawatan Pendidikan Keperawatan 54 x

11 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula 10 Tabel 3.1 Definisi Operasional 24 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) 39 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) 41 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) 42 xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori 22 Gambar 3.2 Kerangka Konsep 23 Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang (n=106) 39 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informed consent Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Lampiran 5 Biodata Lampiran 6 Surat Izin Penelitian xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebanyak anak Indonesia kehilangan kesempatan hidup sebelum berusi 5 tahun (UNICEF, 2011). Meskipun angka kematian bayi di dunia turun dalam sepuluh tahun terkahir, UNICEF menyatakan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Jika dibandingkan negara-negara di ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh yang belum sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim, 2001). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali daripada bayi yang diberi ASI. ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit akut dan kronik. McNiel, Labbok, & Abrahams (2010) mengemukakan bayi yang diberikan ASI memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit otitis media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan infeksi saluran napas bagian bawah. Penelitian yang dipublikasikan oleh Off Our Backs, Inc (2011) menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan alami untuk bayi yang berasal dari ibu. ASI memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI dapat dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena 1

16 2 mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004). Kebaikan ASI tersebut mendorong WHO merekomendasikan pemberian ASI selama enam bulan secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud adalah memberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup. Selanjutnya, UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan beberapa negara lain menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (Amiruddin, 2006). Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27-42% bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007) menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9 bulan (Pee, et al., 2002). Rendahnya angka balita yang disusui dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu yang berasal dari ibu, diantaranya, tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi ibu. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa dukungan orang terdekat, petugas kesehatan, promosi susu formula, dan budaya di lingkungan tempat tinggal ibu. Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil dalam pemberian ASI eksklusif. Novita (2008) menemukan tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding

17 3 terbalik dengan pemberian ASI pada bayi. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Faktor selanjutnya yaitu persepsi. Hal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada faktor ini yaitu munculnya persepsi ibu tentang kurangnya produksi ASI yaitu sindroma ASI kurang. Hal ini dapat menghambat pemberian ASI eksklusif karena persepsi tersebut memicu terjadinya peralihan dari ASI menuju susu formula (Siregar, 2004; Off Our Backs, Inc, 2011). Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu yang menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh virus, seperti TB dan HIV, cenderung memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena khawatir menularkan penyakit yang ia derita kepada bayinya. Studi yang dilakukan Swarts et al (2010) di KwaZulu-Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih untuk menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI karena dinilai dapat menginfeksi bayinya (Coad & Dunstall, 2005; McNiel, Labbok, & Abrahams, 2010). Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan. Studi pada tahun 2010 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts, Kruger, & Dolman, 2010). Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh petugas kesehatan terhadap pemberian makan yang dilakukan ibu menunjukkan hasil yang signifikan. Sebanyak 90% responden yang menerima konseling dari petugas kesehatan tentang metode pemberian makan pada bayi, baik ASI maupun

18 4 susu formula, menunjukkan adanya pengaruh petugas kesehatan dalam pengambilan keputusan pemberian makan. Wanita yang memperoleh informasi mengenai ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif dalam waktu yang lama (Chezem, Friensen, & Clark, 2001; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz, Humprey, Iliff, et all, 2007; Piwoz, Ferguson, Bentley, et all, 2006; Swarts, Kruger, & Dolman, 2010; Doherty, Chopra, Nkonki, et all, 2006;). Penelitian yang dilakukan Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) menunjukkan susu formula menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Promosi susu formula menyebabkan ibu memiliki alasan untuk tidak memberikan atau mengombinasikan pemberian ASI. Responden yang diwawancara saat penelitian dilakukan menyatakan salah satu alasan ia menggunakan susu formula karena pemerintah memberikannya secara cuma-cuma (Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010). Faktor eksternal yang terakhir adalah budaya. Budaya memiliki peran yang sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif. Budaya yang dianut seseorang secara turun temurun cenderung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan di Indonesia yang menghambat pemberian ASI eksklusif karena beberapa persepsi budaya. Sebagai contoh, pada masyarakat Lombok memiliki persepsi bayi yang tidak diberi nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi besar dan kuat seperti yang diharapkan (Pratiwi, 1998). Persepsi budaya seperti ini dapat membuat pencapaian pemberian ASI eksklusif menurun. Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010 menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang, namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar

19 5 24,87%. Proporsi ini masih jauh dari target departemen kesehatan. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang. 1.2 Rumusan Masalah Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, meskipun angka kematian bayi di dunia turun dalam sepuluh tahun terakhir (UNICEF, 2011). Kematian bayi disebabkan oleh infeksi penyakit. Infeksi saluran pernapasan merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Pencegahan penyakit dilakukan salah satunya dengan memberikan ASI. ASI dinilai sebagai nutrisi terbaik untuk bayi. Oleh sebab itu, WHO merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan cairan lain maupun makanan. Vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup merupakan pengecualian. UNICEF bersama WHA juga menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun rekomendasi tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia. Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010 menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang, namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar 24,87%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik internal ibu maupun eksternal ibu. Penelitian ini merumuskan masalah penelitian yaitu belum diketahuinya gambaran faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah,

20 6 Tangerang. Adapun pertanyaan penelitian dari masalah ini sebagai berikut. a. Bagaimana persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah? b. Apa saja faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah? c. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI di Kelurahan Kunciran Indah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tujuan Khusus Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui: a. Persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah b. Gambaran faktor internal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah c. Gambaran faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui seberapa besar faktor internal dan eksternal mempengaruhi pemberian ASI. Selanjutnya baik petugas kesehatan maupun pemerintah dapat menentukan strategi yang tepat dalam peningkatan angka pemberian ASI eksklusif berdasarkan faktor-faktor yang diteliti.

21 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan keperawatan maternitas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang tentang faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif Manfaat Metodologi Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor pemberian ASI untuk melihat kembali masing-masing faktor secara mendalam. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan referensi atau data bagi penelitian selanjutnya terkait pemberian ASI eksklusif.

22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif. Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. 2.1 Air Susu Ibu (ASI) ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti WHO, UNICEF, dan WHA merekomendasikan pemberian ASI saja selama enam bulan (Amiruddin, 2006). Departemen kesehatan juga menargetkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%. Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004). ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Vitamin, mineral, maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2007). 8

23 Kandungan ASI ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena kandungan gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat menampung cairan sebanyak ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2009). ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi (transitional milk), dan ASI matang (mature milk). Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuningkuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan Iminoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2000; Roesli, 2003; Brown, 2004). ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring

24 10 dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003). ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003). Kandungan ASI secara rinci, serta perbandingannya dengan kolostrum dan susu formula dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula Kandunga n Energi Air Protein Laktosa Kolostru m immunogl obulin untuk meningkat kan kandungan protein Sedikit laktosa ASI (100 ml) Susu Sapi (100 ml) Keterangan 70 (kkal) 66 (kkal) Kolostrum diproduksi dalam jumlah kecil, namun lebih mudah dicerna. 1.3 g 3.5 g Kolostrum mengandung (sebagian (banyak banyak imun pasif sebagai besar air mengandu proteksi pertama bagi dadih); ng kasein) bayi; susu sapi lebih sulit lactalbumin; dicerna karena immunoglob mengandung kasein, juga ulin; mengandung laktoglobulin laktoferin; yang tidak ditemukan pada lisozim; ASI (diduga sebagai enzim; penyebab alergi pada susu hormon. sapi); perbedaan rasio protein menyebabkan anak sapi lebih cepat tumbuh 7.0 g menyediakan 37% dari kebutuhan energi daripada bayi manusia. 4.9 g Rasa ASI lebih manis dari susu sapi

25 11 Kandungan Kolostru ASI (100 Susu Sapi Keterangan m ml) (100 ml) Lemak Sedikit lemak 4.2 g (98% trigliserida 3.7 g Semua susu mamalia kaya akan lemak berkaitan dengan tingginya ) energi yang dihasilkan dari menyediak metabolisme lemak an kurang lebih 50% dari kebutuhan energi Sodium 15 mg 22 mg Konsentrasi ion lebih tinggi pada Potasium 60 mg 35 mg susu sapi; ginjal neonatus Klorida 43 mg 29 mg mungkin tidak dapat mengatur Kalsium 35 mg 117 mg konsentrasi ion yang lebih tinggi Posfor 15 mg 92 mg berkaitan dengan ketidakmaturan Magnesium 2.8 g Vit. A Level meningkat 60 µm Lebih sedikit Vit. D 0.01 µm Vit. E Level 0.35 µm meningkat Vit. K Level 0.21 µm 6 µm meningkat Tiamin 16 µm 44 Riboflavin 30 µm 175 µm Nicotinic 230 µm acid B µm 0.4 µm B 6 6 µm Folat 5.2 µm 5.5 µm Pentotenic 260 µm acid Biotin 3.8 µm Vit. C 3.8 mg 1.1 mg Besi 76 µm 5 mg ASI memiliki tingkat besi yang rendah, namun besi dapat diserap kurang lebih 20 kali lebih efisien daripada besi tambahan Tembaga 76 µm Zinc 295 µm Iodin 7 µm Sumber: Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy and physiology for midwives. 2 nd edition. London: Elsevier Mosby. p

26 Manfaat Menyusui Proses menyusui berarti memberikan susu pada bayi (KBBI, 2003). Susu yang dimaksud dalam pengertian ini adalah ASI. Pemberian ASI memiliki manfaat karena ASI mengandung nutrisi optimal untuk bayi yang memberikan berbagai kebaikan. Manfaat menyusui tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapai juga oleh ibu. Manfaat tersebut diantaranya manfaat imunologis, nutrisi, dan psikologis. Manfaat imunologis yang diberikan ASI mencangkup perlindungan dari infeksi respirasi dan gastrointestinal, otitis media, meningitis, sepsis, dan alergi. Perlindungan ini didapat bayi mulai dari periode neonatal sampai immunoglobulin pada bayi aktif pada usia 18 bulan. Immunoglobulin seperti secretory IgA mengandung antivirus dan antibakteri. Secretory IgA berperan dalam mengurangi permiabilitas usus halus terhadap makromolekul antigenik. Kandungan lain dalam kolostrum seperti Lactobacillus bifidus, lisosim, laktoperoksidase, laktoferin, transferin, dan berbagai immunoglobulin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan virus (Olds et all, 2000). Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral. Kadar kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka panjang yang buruk pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds et all, 2000)). ASI mengandung mineral dengan jumlah yang lebih sesuai dibandingkan dengan susu formula. Meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih rendah dari susu formula, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan cukup untuk memenuhi kebutukan zat besi bayi pada usia empat sampai enam bulan (Olds et all, 2000).

27 13 Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI tidak hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam bulan (Olds et all, 2000). Manfaat psikologis yang diperoleh dari menyusui yaitu menyusui dapat meningkatkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena selama proses menyusui terjadi kontak secara langsung antara keduanya. Kemampuan bayi dalam merasakan sentuhan berkembang pesat setelah bayi lahir dan menjadi bentuk utama dalam berkomunikasi. Hal ini dapat memberikan kehangatan, kedekatan, dan kenyamanan, juda meningkatnya kedekatan antara ibu dan bayi (Olds et all, 2000). 2.2 Faktor Internal Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti biologis, kognitif, dan afektif (William et al, 2011). Ketiga dimensi dalam faktor internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi biologis yang akan dibahas mencangkup usia dan kondisi kesehatan, kognitif mencangkup pengetahuan, dan afektif yang mencangkup persepsi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif. a. Usia Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008).

28 14 Penelitian yang dilakukan Asmijati (2001) menemukan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia sampai dengan 30 tahun lebih banyak dari ibu yang berusia lebih dari 30 tahun. b. Kondisi Kesehatan Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter & Perry (2005) mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat (Potter & Perry, 2005). Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu menyusui. Hasil penelitian MacLaen (1998) yang dibahas dalam William (2011) menunjukkan masalah kesehatan dalam memberikan ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau tidak memberikan ASI pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Masalah kesehatan atau penyakit yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu. Olds, dkk (2000) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera mungkin. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat merubah galaktosa menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan bayi (Adams, dkk, 2007). Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002).

29 15 Penelitian yang dilakukan oleh Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) di KwaZulu Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui karena dapat menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI. WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula, direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah dikerjakan (feasible), mampu (affordable), digunakan terus menerus (sustainable), dan aman (safe). Tingginya presentasi ibu yang memilih susu formula di KwaZulu Natal menjadi fokus perhatian karena lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu formula. Bayi yang diberikan susu formula memiliki risiko meninggal tiga kali lebih besar pada umur dua bulan, empat kali lebih besar pada umur dua sampai tiga bulan, dan duasetengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur yang sama. Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak mengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah emosi yang paling umum dialami yaitu stress. Wagner (2012) menyatakan stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi cepat marah dan sering mencari susu ibu. Beliau juga mengatakan stres memiliki pengaruh terhadap produksi ASI. Siregar (2004) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan secara emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam menyusui bayinya, karena keadaan emosi dapat mempengaruhi let-down reflex saat menyusui. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let

30 16 down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex. c. Pengetahuan Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat diingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter & Perry, 2005). Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI eksklusif hal ini telah dibuktikan oleh Yuliandarin (2009) dalam penelitiannya, yaitu ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif. Asmijati (2001) juga mendapatkan hasil serupa pada penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 6,7941 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu yang memiliki pengetahuan rendah. d. Persepsi Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar (2004), yaitu sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa payudara sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian William et al (2011) yang menyebutkan ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui bayinya karena khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.

31 17 Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering menangis saat minta disusui (Siregar, 2004). Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga bayi lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga perut bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu diberikan minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat (Siregar, 2004; William, dkk, 2011). 2.3 Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial demografi (William et al, 2011). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan; sosial yaitu dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdeka dan promosi susu formula; dan sosial demografi seperti pendidikan, pekerjaan, dan suku/budaya. a. Pendidikan Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang berpendidikan tinggi. b. Dukungan Petugas Kesehatan Penelitian di Afrika Selatan juga menunjukkan edukasi mengenai pemberian makan yang dilakukan di klinik berperan penting dalam pemilihan menyusui secara dini. Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting dilakukan

32 18 sebelum atau selama kehamilan dan dilanjutkan setelah melahirkan. Persepsi dari tenaga kesehatan sangat penting karena mereka persepsi tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu (Chezem, Friensen, & Clark, 2001; Doherty, Chopra, Nkonki, et al, 2006; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz, Ferguson, Bentley, et all, 2006; Piwoz, Humprey, Iliff, et al, 2007; Swarts, Kruger, & Dolman, 2010;). Sebesar 90% responden menerima konseling dari petugas kesehatan tentang metode pemberian makanan pada bayi dan hal tersebut mempengaruhi keputusan responden. Hal tersebut telah dibuktikan di penelitian lain yang dilakukan Chezem (2001), Doherty (2006) dan Piwoz (2006). Wanita yang memperoleh informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif untuk jangka waktu yang lama. c. Dukungan Orang Terdekat Olds, London, dan Ladewig (2000) menyatakan keputusan untuk memberikan ASI sering dipengaruhi oleh keluarga terutama suami dan orangtua, teman, dan lingkungan sosial ibu daripada pengetahuan ibu. Dukungan keduanya telah terbukti berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukkan, dalam memutuskan pemberian ASI atau susu formula, 13% responden dipengaruhi oleh ibunya atau saudara perempuannya (Swarts, Kruger, & Dolman, 2010). d. Promosi Susu Formula Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi dan diproses menjadi susu formula yang menjadi asupan untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan susu manusia, namun secara kualitas keduanya berbeda. Perbedaan antara kuantitas dan kualitas antara ASI dan susu sapi sebelumnya telah ditampilkan

33 19 dalam tabel 2.1. Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut, bayi yang mengonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi yang mengonsumsi susu formula (Coad & Dunstall, 2005). Widodo (2007) dalam tesisnya menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI ke susu formula terjadi karena susu formula dianggap lebih bergengsi. Beliau mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh media yang didominasi oleh televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam memberikan nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Mardaya (2002) yang menemukan akses informasi memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan pemberian ASI eksklusif. Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI. Alasan terkahir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah memberikannya secara cuma-cuma. e. Budaya Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara eksklusif. Sebagian besar hasil studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang dilakukan karena pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal yang menghambat keberhasilan ASI eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya belum dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan

34 20 di beberapa wilayah di Indonesia seperti pada masyarakat Bandainera, To Bunggu, Lombok, dan Betawi. Swasono & Soelisa dalam bukunya menyebutkan masyarakat Bandainera, Maluku Tengah menganggap ASI sebagai makanan utama bagi bayi. Pemberian kolostrum pada bayi dilakukan setelah ibu mendapat penyuluhan dari puskesmas setempat. Penyapihan dapat terjadi lebih cepat jika ibu berada dalam keadaan tidak sehat. Sebagai pengganti ASI dapat diberikan teh manis serta makanan tambahan. Selain ASI, masyarakat Bandainera juga menggunakan susu kaleng sebagai makanan tambahan bayi maupun sebagai pengganti ASI dalam keadaan terpaksa. Selain ASI makanan tambahan yang banyak tersedia di lingkungan setempat adalah pisang dan bubur nasi. Tim sayuran juga diberikan setelah bayi berusia lebih dari tiga bulan (Swasono & Soselisa, 1998). Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar yang keluar harus dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit perut. Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Keadaan tersebut umumnya ditunjukkan bayi saat berusia dua minggu hingga dua bulan (Mustamin, 1998). Hal ini menunjukkan budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian ASI eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada pengetahuan budaya yang mereka peroleh dari generasi sebelummnya. Bayi di daerah Lombok diberi makanan pertama berupa ASI (Pratiwi, 1998). Kolostrum yang disebut susu kuning diberikan pada bayi jika bayi menginginkannya. Jika bayi belum mau menyusu, ibu mengoleskan madu pada puting susu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa amis pada kolostrum.

35 21 Namun pada kasus tertentu ketika air susu belum keluar, bayi harus diberi makanan berupa nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh ibunya. Pemberian makanan tambahan dilakukan karena penduduk setempat beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi cepat besar dan kuat (Pratiwi, 1998). Pada umumnya masyarakat di Desa Ragunan sudah memperkenalkan nasi kepada bayinya dalam umur satu hari. Selama menunggu keluarnya ASI, bayi akan diberi nasi uleg yang terdiri dari nasi dan pisang siam kukus yang dilumatkan menjadi satu. Sebelum itu, bayi juga diberi makan kelapa muda yang masih berbentuk lendir. Masyarakat di Desa Ragunan juga memberi makanan tambahan berupa pisang ambon, nasi uleg, bubur saring, nasi tim, bubur dari tepung beras dengan gula kelapa, biskuit, susu kaleng, atau nasi biasa. Umumnya makanan tambahan ini diberikan pada bayi berusia enam bulan (Gularso, 1998). f. Status Pekerjaan Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004) menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayi secara eksklusif. g. Tempat bersalin Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh, ibu yang

36 22 melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin di fasilitas non kesehatan. 2.4 Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori tentang pemberian ASI yang telah dibahas sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini. ASI Kandungan ASI Manfaat ASI Faktor-faktor Faktor Internal -Usia -Pengetahuan -Persepsi -Kondisi kesehatan Faktor Eksternal -Pendidikan -Pekerjaan -Tempat bersalin -Dukungan petugas kesehatan -Dukungan orang terdekat -Promosi susuformula -Budaya Pemberian ASI Eksklusif : Memberikan ASI selama enam bulan tanpa makanan/minuman tambahan Sumber: Pearl et al (2004); Dee (2007); (William, 2011) Gambar 2.1 Kerangka Teori Tidak eksklusif: tidak memberikan ASI selama enam bulan tanpa makanan/minuman tambahan

37 BAB 3 KERANGKA KERJA PENELITIAN Bab ini berisi uraian kerangka konsep dan definisi operasional yang memberi batasan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran faktor internal dan eksternal pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan diteliti dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. 3.1 Kerangka Konsep Faktor internal meliputi usia pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan faktor emosional. Selanjutnya faktor eksternal yang diteliti meliputi pendidikan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat, dan budaya. Faktor Internal Usia Pengetahuan Kondisi kesehatan Persepsi Pemberian ASI eksklusif Faktor Eksternal Pendidikan Pekerjaan Tempat bersalin Dukungan petugas kesehatan Promosi susu formula Budaya Dukungan orang terdekat (sumber dukungan, bentuk dukungan, dan lama pemberian dukungan) Gambar 3.1 Kerangka Konsep 23

38 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Faktor Internal Usia Usia dihitung dari tanggal lahir sampai tanggal saat dilakukan penelitian Pernyataan dalam kuesioner A Kuesioner A no tahun 2. >30 tahun Ordinal Pengetahuan Hal yang diketahui responden tentang pemberian ASI eksklusif yaitu waktu, pemberian colostrum, pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI, dan pemberian makanan tambahan Kondisi kesehatan Persepsi Kondisi fisik dan emosional dan pengaruhnya terhadap pemberian ASI Pandangan yang dipercaya atau dirasakan ibu terkait dengan pemberian ASI Kuesioner berupa pilihan ganda dengan 1 jawaban benar dengan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Kuesioner menggunakan skala Likert. Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner menggunakan skala Likert. Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner B no 1-5 Kuesioner B no 9, 10, 13, 14, 15 Kuesioner B no 6, 7, 8, 11, Kurang, jika responden menjawab benar <4 pertanyaan 2. Baik, jika responden menjawab benar 4 pertanyaan 1. Kurang, jika nilai <13,09 (mean) 2. Baik, jika nilai 13,09 (mean) 1. Negatif, jika nilai <14,16 (mean) 2. Positif, jika nilai 14,16 (mean) Ordinal Ordinal Ordinal

39 25 Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Faktor Eksternal Pendidikan Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah dicapai ibu dalam pendidikan formal Pernyataan dalam kuesioner A Kuesioner A no 2 1. Buta huruf-sd rendah 2. SMP-SMA menengah 3. Akademi tinggi/pt Ordinal Pekerjaan saat menyusui Tempat besalin Suku Dukungan petugas kesehatan Jenis pekerjaan yang dilakukan ibu di dalam dan luar rumah untuk membantu penghasilan keluarga saat menyusui Sarana yang digunakan saat melakukan persalinan Sesuatu yang berhubungan dengan budaya atau ras khusus sekelompok orang Dorongan yang didapat ibu dari dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI eksklusif Pernyataan dalam kuesioner A Pertanyaan dalam kuesioner A Pernyataan dalam kuesioner A Pertanyaan dalam kuesioner C Kuesioner A no 3 Kuesioner A no 5 Kuesioner A no 4 Kuesioner C no 1 dan 2 1. Bekerja di luar rumah 2. Bekerja di dalam rumah 3. Tidak bekerja 1. Bukan fasilitas kesehatan 2. Fasilitas kesehatan 1. Jawa 2. Sunda 3. Betawi 4. Batak 5. Minang 6. Palembang 7. Lain-lain 1. Kurang mendukung, jika nilai <6,63(mean) 2. Mendukung, jika nilai 6,63(mean) Nominal Nominal Nominal Ordinal

40 26 Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Faktor Eksternal (lanjutan) Dukungan orang terdekat Sumber dorongan yang didapat ibu mengenai pemberian Meminta responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner C Kuesioner C no 9 1. Kurang mendukung 2. Mendukung Nominal Promosi susu formula ASI eksklusif Bentuk dorongan yang didapat ibu mengenai pemberian ASI eksklusif Bentuk dorongan yang didapat ibu mengenai pemberian ASI eksklusif Informasi mengenai susu formula yang didapat ibu sebelum, selama, dan setelah memberikan ASI Meminta responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner C Meminta responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner C Kuesioner menggunakan skala Likert. Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner C no 10 Kuesioner C no 11 Kuesioner C no Informasi Motivasi 1. Sampai 2 bulan 2. Sampai 4 bulan 3. Sampai 6 bulan atau lebih 1. Tidak terpajan, jika nilai 10 (median) 2. Terpajan, jika nilai>10 Nominal Nominal Ordinal

41 27 Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Faktor Eksternal (lanjutan) Pengaruh budaya Kuesioner C no Setuju 2. Tidak setuju Nominal Pemberian ASI eksklusif Pengaruh tradisi/kebiasaan ibu dalam memberikan ASI dan makanan/minuman tambahan Pemberian ASI saja selama enam bulan tanpa makanan/minuman tambahan Kuesioner menggunakan skala Likert. Sangat setuju (SS)= 1, setuju (S)=2, tidak setuju (TS)=3, dan sangat tidak setuju (STS)=4. Kemudian dikelompokkan menjadi 2, setuju jika nilainya 2 dan tidak setuju 3 pada masing-masing pertanyaan Pemberian ASI Eksklusif Meminta responden menjawab pertanayaan dalam kuesioner D no 1. Jika jawaban yang dicentang hanya ASI, maka ya; jika ada jawaban selain ASI, maka tidak diberikan ASI eksklusif Kuesioner D no 1 1. Tidak 2. Ya Nominal

42 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data, metode pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan. 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu di Kelurahan Kunciran Indah yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kriteria inklusi sampel adalah ibu yang memiliki anak terakhir berusia 6-24 bulan yang bersedia menjadi responden. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif berikut ini (Dahlan, 2010). n Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan sampel penelitian sebanyak 96 responden. Untuk mengantisipasi data yang kurang lengkap atau responden drop out, besar sampel penelitian ditambah 10% sehingga menjadi 106 responden. 28

43 29 Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster. Teknik cluster sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan mengambil gugusan atau kelompok sebagai sampel yang dalam penelitian ini berupa wilayah RW yang berjumlah 15 RW. Teknik ini sesuai dengan penelitian karena peneliti tidak mendaftar semua anggota yang ada dalam populasi tersebut (Notoatmodjo, 2011). 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Kelurahan Kunciran Indah yang terdiri dari 15 RW. Peneliti memilih Kelurahan Kunciran Indah sebagai tempat penelitian karena wilayah ini memiliki jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 kelurahan di Kota Tangerang, namun memiliki cakupan ASI eksklusif kedua terendah dibandingkan daerah lainnya di Kota Tangerang. Pengumpulan data dilakukan pada 31 April-28 Mei Etika Penelitian Responden yang terlibat dalam penelitian, terlebih dahulu diminta kesediaannya secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama dan hanya meniliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 4.5 Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Proses penyusunan kuesioner mengacu pada penelitian-penelitaian yang telah

44 30 dilakukan sebelumnya dan disesuaikan dan dikembangkan oleh peneliti dengan melihat kerangka konsep dan tinjauan teori yang telah dibuat. Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian dengan total pertanyaan sebanyak 32 butir, yaiu: (a) Bagian pertama merupakan karakteristik responden meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat bersalin (b) Bagian kedua merupakan variabel yang termasuk dalam faktor internal meliputi tingkat pengetahuan, persepsi, dan kondisi kesehatan (c) Bagian ketiga merupakan variabel yang termasuk dalam faktor eksternal mencangkup fasilitas kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat, promosi susu formula, dan budaya, dan (d) Bagian keempat merupakan variabel pemberian ASI eksklusif. Kuesioner B no 1-5 yang mengukur tingkat pengetahuan tentang pemberianasi eksklusif dimodifikasi dari kuesioner penelitian Asmijati (2001). Bagian ini terdiri dari pertanyaan berupa pilihan ganda. Pada setiap pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar yang bernilai satu dan jawaban salah bernlai nol. Kuesioner bagian kedua dan ketiga yaitu pertanyaan B6 sampai B15 dan C1 sampai C8 menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Soal dalam skala Likert terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Variabel kondisi kesehatan terdiri dari kuesioner B no 9, 10, 13, 14, dan 15 yang merupakan pernyataan negatif. Variabel persepsi diukur melalui kuesioner B no 11 dan 12 untuk pernyataan positif dan 6, 7, dan 8 untuk pernyataan negatif. Variabel susu formula diukur melaui kuesioner C no 3, 4, 5, dan 6 yang merupakan pernyataan negatif. Variabel budaya diukur melalui kuesioner C no 7 untuk pernyataan positif dan 8 untuk pernyataan negatif. Penilaian masing-masing pilihan jawaban dilakukan secara berbeda untuk pertanyaan positif dan negatif. Sangat setuju=4, setuju=3, tidak setuju=2, dan

45 31 sangat tidak setuju=1 merupakan penilaian untuk pernyataan positif, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi nilai sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3, dan sangat tidak setuju=4. Uji coba kuesioner dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi syarat validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan. Validitas kuesioner dapat diketahui dengan melihat korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Variabel dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Hastono, 2007). Pelaksanaan uji coba instrumen telah dilakukan sebanyak dua kali pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang akan diuji. Pertama dilakukan uji keterbacaan kepada 9 responden pada tanggal 28, 29, dan 30 April Pertanyaan yang memiliki perubahan atau penambahan kata sebanyak 5 pertanyaan yaitu B5, C7, C8, C11, dan D1. Setelah kuesioner diperbaiki, peneliti melakukan uji validitas kepada 22 responden sehingga diperoleh df=20. Pada taraf signifikansi 5% dan df(20) diperoleh r tabel 0,423. Semua pertanyaan dari variabel kondisi kesehatan, persepsi valid, dan susu formula valid, namun pertanyaan dari budaya tidak valid. Untuk pertanyaan yang tidak valid dilakukan modifikasi dengan kata-kata lain dengan inti pertanyaan yang sama. Semua pertanyaan yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas. Pertanyaan dinyatakan reliabel jika nilai crombach alpha>r tabel yaitu 0,423 (Hastono 2007). Crombach alpha masing-masing variabel yaitu kondisi kesehatan yaitu 0,765; persepsi yaitu 0,791; dan susu formula yaitu 0,838. Ketiga nilai crombach alpha pada variabel tersebut berada diatas r tabel, sehingga dinyatakan reliabel.

46 Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner dan wawancara. Pengumpulan data kuesioner dan wawancara dilakukan oleh peneliti pada satu waktu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahapan berikut. 1. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Ilmu Keperawatan untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. 2. Peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. 3. Peneliti menyerahkan surat ke ketua Rukun Warga (RW) yang akan menjadi lokasi penelitian yaitu setiap RW di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. 4. Peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan. 5. Jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner, selanjutnya responden diberikan informed consent untuk ditandatangani. 6. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. 7. Peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner. 8. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner. 4.7 Pengolahan Data Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan informasi apaapa. Pengolahan data yang dilakukan membuat data mentah berubah menjadi informasi dan simpulan dari hasil penelitian. Agar penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilakukan (Hastono, 2007; Notoatmodjo, 2010).

47 Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi kuesioner yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan, kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi jawaban dengan jawaban lainnya. Dari 119 kuesioner yang disebar, terkumpul sebanyak 112 kuesioner, namun kuesioner yang lolos tahap editing sebanyak 106 kuesioner Coding Hasil editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding. Coding yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Hastono, 2007). Pertama, peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai berikut. 1. Usia: 30 tahun diberi kode 1 dan >30 tahun diberi kode Pendidikan: tidak sekolah-sd diberi kode 1 dan diberi label rendah, SMP-SMA diberi kode 2 dan diberi label menengah, dan akademi/pt diberi kode 3 dan diberi label tinggi. 3. Pekerjaan: bekerja di luar rumahdiberi kode 1, bekerja di dalam rumah diberi kode 2, dan tidak bekerja diberi kode Suku: Jawa diberi kode 1, Sunda diberi kode 2, Betawi diberi kode 3, Batak diberi kode 4, Minang diberi kode 5, Palembang diberi kode 6, dan lain-lain diberi kode Tempat bersalin: RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, praktik bidan diberi kode 1 dan diberi label fasilitas kesehatan ; paraji dan lainlain diberi kode 2 dan diberi label bukan fasilitas kesehatan. 6. Variabel tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dikur menggunakan kuesioner B no 1-5. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik dan

48 34 kurang merujuk pada total skorx76% (Arikunto, 2006). Pengetahuan tinggi diberi kode 1 dan pengetahuan rendah diberi kode Variabel kondisi kesehatan diukur melalui kuesioner B yang terdiri dari 5 pernyataan. Pada pernyataan 9, 10, 13, 14, dan 15 diberi kode 1 jika sangat setuju, 2 jika setuju, 3 jika tidak setuju, dan 4 jika sangat tidak setuju. Kondisi kesehatan dikategorikan menjadi baik dan kurang berdasarkan pada nilai mean yaitu 13,09 karena data terdistribusi normal (Hastono, 2007). Kondisi kesehatan kurang jika nilai <13,09 diberi kode 1 dan baik jika nilai 13,09 diberi kode Variabel persepsi diukur melalui kuesioner B terdiri dari 5 pernyataan. Pada pernyataan 11 dan 12 diberi kode 1 jika sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, dan 4 jika sangat setuju. Pertanyaan 6, 7, dan 8 diberi kode 1 jika sangat setuju, 2 jika setuju, 3 jika tidak setuju, dan 4 jika sangat tidak setuju. Persepsi dikategorikan menjadi positif dan negatif merujuk pada nilai mean 14,16 karena data terdistribusi normal (Hastono, 2007). Kondisi persepsi negatif jika nilai <14,16 diberi kode 1 dan positif jika nilai 14,16 diberi kode Variabel dukungan petugas kesehatan diukur melalui kuesioner C no 1 dan 2. Diberi kode 1 jika sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, dan 4 jika sangat setuju. 10. Variabel dukungan orang terdekat diukur melalui kuesioner C no 9, 10, dan 11. Diberi kode 1 jika didukung oleh suami, 2 jika didukung orangtua, 3 jika didukung mertua, 4 jika didukung saudara kandung, 5 jika didukung teman, 6 jika didukung tetangga, dan 7 jika didukung lainlain. 11. Variabel promosi susu formula terdiri dari 4 pertanyaan. Pernyataan 3, 4, 5,dan 6 diberi kode 1 jika sangat setuju 2 jika setuju, 3 jika tidak setuju, dan 4 jika sangat tidak setuju. Promosi susu formula dikategorikan menjadi terpajan dan tidak terpajan berdasarkan pada nilai median yaitu 10 karena data tidak terdistribusi normal (Hastono, 2007). Tidak terpajan

49 35 promosi susu formula jika nilai 10 diberi kode 1 dan terpajan promosi susu formula jika nilai >10 diberi kode Variabel budaya terdiri dari 2 pertanyaan. Peryataan 9 diberi kode 1 jika sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, 4 jika sangat setuju Processing Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke paket komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk kode (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program atau perangkat lunak komputer. Peneliti memasukkan kode data dari 106 kuesioner yang telah lolos tahap editing dan telah dilakukan coding Cleaning Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan hal lainnya. Dari data yang 3telah dimasukkan sebelumnya tidak ada data missing. 4.8 Analisis Data Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer berbasis statistik. Pengolahan tersebut menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Hasilnya akan menggambarkan frekuensi dan persentase dari seluruh variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden, pemberian ASI eksklusif variabel yang termasuk faktor internal, dan eksternal pemberian ASI eksklusif. Karaktersistik responden yang terdapat dalam kuesioner A, faktor internal dan eksternal yang menggunakan skala Likert, pemberian ASI eksklusif, dukungan

50 36 petugas kesehatan, dan dukungan orang terdekat ibu diolah dengan menggunakan uji proporsi berikut ini. Persentasi = F x 100% N Keterangan: F = Frekuensi N = Jumlah sampel Variabel pengetahuan pada kuesioner B diukur bukan dengan menggunakan mean atau median karena distribusi data sangat tidak normal. Variabel pengetahuan memiliki total skor lima. Penilaian pengetahuan baik dan kurang dilakukan dengan menentukan nilai batas pengetahuan tinggi yaitu 76% dari total skor, sehingga 76%x5 adalah 3,8 (Arikunto, 2010). Jika nilai < 3,8 maka tergolong pengetahuan kurang dan nilai 3,8 dikategorikan sebagai pengetahuan baik. Hasil perhitungan seluruh variabel kemudian diinterpretasikan dengan kriteria tidak seorangpun responden jika persentase sebesar 0%; 1-19% diinterpretasikan sebagai sangat sedikit responden; 20-39% untuk sebagian kecil responden; 40-59% untuk sebagian responden; 60-79% untuk sebagian besar responden; 80-99% untuk hampir seluruh responden; dan 100% untuk seluruh responden (Arikunto, 2002). 4.9 Sarana Penelitian Sarana yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, komputer jinjing, kuesioner, motor untuk memudahkan ke tempat penelitian, dan surat ijin penelitian.

51 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Pelaksanaan Penelitian Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 31 April-28 Mei Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden yang masuk dalam kriteria inklusi, yaitu ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kuesioner yang disebar sebanyak 119, namun yang dapat digunakan untuk mengolah data hanya 106 buah. 5.2 Penyajian Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa distribusi responden berdasarkan variabel yang diteliti yang akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi data karakteristik responden. Bagian kedua menampilkan proporsi ibu dalam memberikan ASI dan minuman/makanan tambahan. Bagian ketiga dan kempat secarabertutur-turut menampilkan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Responden penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Responden yang masuk dalam kriteria inklusi dan mengisi kuesioner dengan lengkap berjumlah 106 responden. Karakteristik responden yang diteliti terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat bersalin. Usia responden dikelompokkan menjadi dua berdasarkan usia produksi ASI yaitu 30 tahun dan kelompok usia >30 tahun. Distribusi responden berdasarkan usia didominasi oleh usia 30 tahun, yaitu sebanyak 65 orang (61,3%). 37

52 38 Pendidikan terakhir responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Responden tergolong pendidikan rendah bila pendidikan terakhir tidak sekolah sampai SD, menengah untuk SMP dan SMA, dan tinggi untuk Akademi dan PT. Sebagian besar responden yaitu 72 orang (67,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah dan hanya 11,3% (12 orang) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan saat menyusui dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bekerja di luar rumah (PNS, guru, karyawan swasta), bekerja di dalam rumah (konveksi, warung, dan catering), dan tidak bekerja (ibu rumah tangga). Sebagian besar responden yaitu 71 orang (67%) tidak bekerja. Hanya 8 orang (7,5%) yang memiliki pekerjaan di dalam rumah. Karakteristik suku responden bervariasi seperti Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Minang, dan Palembang. Beberapa suku seperti Melayu, buton, Madura, Lampung, dan India termasuk dalam kategori lain-lain karena memiliki jumlah yang sedikit. Paling banyak responden, yaitu 48 orang (45,3%) berasal dari suku Jawa. Proporsi suku paling kecil yaitu suku Buton, Lampung, dan India dengan jumlah responden masing-masing satu orang. Tempat bersalin responden dikelompokkan menjadi fasilitas kesehatan dan bukan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang digunakan responden seperti RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, dan praktik bidan. Bukan fasilitas kesehatan seperti rumah paraji dan rumah sendiri. Paling banyak responden, 35 orang (33%), memilih RS umum/swasta sebagai tempat bersalin. Sebesar 96,2% responden (102 orang) memlih fasilitas kesehatan sebagai sarana melahirkan. Hanya 3,8% responden (4 orang) yang tidak menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Secara rinci, distribusi karakteristik responden ditampilkan dalam tabel 5.1.

53 39 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Usia responden 30 tahun 65 61,3 >30 tahun 41 38,7 Tingkat pendidikan Rendah 12 11,3 Menengah 72 67,9 Tinggi 22 20,8 Pekerjaan saat menyusui Bekerja di luar rumah 27 25,5 Bekerja di dalam rumah 8 7,5 Tidak bekerja Suku Jawa 48 45,3 Sunda 7 6,6 Betawi 34 32,1 Batak 4 3,8 Minang 4 3,8 Palembang 3 2,8 Lain-lain 6 5,7 Tempat bersalin Fasilitas kesehatan ,2 Bukan fasilitas kesehatan 4 3, Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Sebanyak 91,5% responden (97 orang) memberikan ASI pada bayinya, namun tidak seluruhnya memberikan ASI secara eksklusif. Hanya sebesar 31,3% responden (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif, sisanya sebesar 68,9% responden (73 orang) tidak memberikan ASI secara eksklusif. Secara rinci, distribusi responden tersaji dalam diagram berikut. 68,9% 31,3% Ya Tidak Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang (n=106)

54 Gambaran Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Faktor internal yang pertama, yaitu pengetahuan, diukur melalui pertanyaan tentang waktu pemberian ASI pertama kali, pemberian kolostrum, pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI eksklusif, dan waktu pemberian makanan/minuman tambahan. Hampir semua responden (96,2%) menjawab benar pada pertanyaan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif. Hasilnya, sebesar 87,7% responden (93 orang) memiliki pengetahuan baik dan 12,3% responden (13 orang) memiliki pengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Secara rinci, distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tersaji dalam tabel 5.1. Kondisi kesehatan diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan emosional dalam pemberian ASI. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk melihat hambatan yang ibu rasakan dalam memberikan ASI saat kondisi fisik dan emosi ibu tidak baik. Hasil dikategorikan menjadi kondisi kesehatan menghambat pemberian ASI dan tidak menghambat pemberian ASI. Proporsi responden terdistribusi secara merata yaitu 50,9% (54 orang) untuk kaegori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori tidak menghambat. Gambaran persepsi responden diukur dengan mengajukan pertanyaan terkait hal-hal yang responden rasakan dalam memberikan ASI. Gambaran variabel ini kemudian dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif. Hasil menunjukkan responden terdistribusi hampir merata. Sebanyak 55,7% responden (59 orang) tergolong dalam persepsi negatif dan 44,3% responden (47 orang) tergolong dalam persepsi positif. Secara rinci, distribusi frekuensi responden dapat dilihat dalam tabel 5.2.

55 41 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Pengetahuan Kurang 13 12,3 Baik 93 87,7 Kondisi kesehatan Menghambat 54 50,9 Tidak menghambat 52 49,1 Persepsi Negatif 59 55,7 Positif 47 44, Gambaran Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada tidaknya dukungan dan informasi dari petugas kesehatan. Hasil terdistribusi secara merata antara kurang mendukung dan mendukung. Sebesar 50,9% responden (54) tergolong dalam kategori kurang mendukung dan 49,1% responden (52 orang) tergolong dalam kategori mendukung. Promosi susu formula diukur untuk melihat pandangan dan perilaku responden terhadap promosi susu formula. Salah satu pertanyaan yang diajukan yang memiliki persentase yang tinggi yaitu 62,3% (66 orang) setuju bahwa iklan susu formula membantu dalam memilih nutrisi tambahan. Hasil pengkategorian menunjukkan 50,9% responden terpajan promosi susu formula dan 49,1% tidak terpajan promosi susu formula. Variabel budaya diukur untuk mengetahui adanya pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan. Hasil menunjukkan sebagian besar responden (71,7%) memberikan ASI sesuai dengan tradisi dalam keluarga. Sebanyak 41 responden (38,3%) memberikan makanan/minuman pada bayi kurang dari enam bulan karena tradisi dalam keluarga. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

56 42 Hampir seluruh responden (100 orang) didukung oleh suami dalam memberikan ASI eksklusif. Bentuk dukungan yang diberikan paling banyak (82 orang) berupa motivasi. Paling banyak responden (82 orang) didukung selama 6 bulan atau lebih. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Dukungan petugas kesehatan Kurang mendukung 54 50,9 Mendukung 52 49,1 Promosi susu formula Terpajan 54 50,9 Tidak terpajan 52 49,1 Pengaruh budaya Memberikan ASI sesuai tradisi 76 71,7 Memberikan minuman/makanan karena tradisi 41 38,7 Dukungan orang terdekat Suami Ya ,3 Tidak 6 5,7 Orangtua Ya 83 78,3 Tidak 23 21,7 Mertua Ya 59 55,7 Tidak 47 44,3 Saudara kandung Ya 41 38,7 Tidak 65 61,3 Teman Ya 26 24,5 Tidak 80 75,5 Tetangga Ya 20 18,9 Tidak 86 81,1 dr. Anak Ya 1 1 Tidak Bentuk dukungan orang terdekat Dukungan informasi Dukungan motivasi Lama pemberian dukungan 2 bulan 16 15,1 4 bulan 8 7,5 6 bulan atau lebih 82 77,4

57 BAB 6 PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Pembahasan penelitian akan dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan menginterpretasikan hasil penelitian dengan melihat keterkaitan dan kesenjangan dengan teori yang ada. Bagian kedua yaitu keterbatasan penelitian, peneliti akan memaparkan hal-hal apa saja yang menjadi hambatan selama dilakukannya penelitian. Bagian ketiga yaitu implikasi penelitian untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian. 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Bagian ini berisi diskusi hasil penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan tujuan penelitian, bagian ini akan menginterpretasi dan mendiskusikan pemberian ASI eksklusif, faktor internal, serta eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang menunjukkan sebanyak 91,5% ibu (97 orang) memberikan ASI pada bayinya, namun hanya sebesar 31,3% ibu (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif. Persentase ini lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2007) di propinsi Banten yaitu sebesar 27% dan penelitian Kusnadi (2007) di Kabupaten Tangerang yang hanya sebesar 18,5%. Meskipun lebih besar dari dua penelitian sebelumnya, hasil ini masih jauh dari target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal ibu. 43

58 Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Variabel yang akan dibahas dalam faktor internal meliputi usia, pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. a. Usia Usia ibu dikelompokkan menjadi 30 tahun dan >30 tahun berdasarkan usia efektif dalam memproduksi ASI (Suraatmadja, 1997). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu (61,3%) berusia kurang dari 30 tahun. Hasil tersebut didukung dengan data kependudukan kota Tangerang di Kecamatan Pinang yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari wanita yang berusia 35 sampai 49 tahun (BPS Kota Tangerang, 2010). Ibu yang berusia dibawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI secara eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Novita (2008) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara keseluruhan setelah usia 30 tahun.. b. Pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh ibu (87,7%) memiliki pengetahuan yang baik terkait pemberian ASI eksklusif. Meskipun hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik, cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Asmijati (2001) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. DeLaune & Ladner mengatakan pengalaman hidup dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dalam penelitian ini tidak diteliti pengalaman ibu dalam menyusui, namun jika dilihat dari usia, sebagian besar ibu berada dalam

59 45 berusia muda yang memiliki kemungkinan kurang memiliki pengalaman dalam menyusui. Penelitian terkait hal tersebut diperkuat oleh penelitian Semenic, Loiselle, dan Gottlieb (2008) yang menemukan hanya 5% ibu primipara yang memberikan ASI secara eksklusif. c. Kondisi Kesehatan Gambaran kondisi kesehatan ibu diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan emosional ibu dalam memberikan ASI. Hasil penelitian pada variabel kondisi kesehatan dikategorikan menjadi menghambat dan tidak menghambat. Hasil penelitian terdistribusi secara merata pada kedua kategori, yaitu 50,9% (54 orang) untuk kategori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori tidak menghambat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Swarts et all (2010) yang menunjukkan disribusi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang terinfeksi penyakit. Penelitiannya menunjukkan distribusi yang merata antara ibu yang memberikan ASI dengan yang tidak memberikan ASI. Pemberian ASI eksklusif pada ibu dalam kondisi sakit salah satunya dihambat oleh pemberian susu formula, karena ibu khawatir jika ia memberi ASI, bayinya akan tertular. Hal ini sesuai dengan jawaban ibu pada pertanyaan terkait kondisi kesehatan yaitu sebesar 44,3% ibu memberikan minuman selain ASI, yaitu susu formula karena khawatir bayi tertular penyakit melalui ASI. d. Persepsi Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan ibu yang memiliki persepsi positif dan negatif secara berturut-turut sebesar 44,3% dan 55,7%. Persepsi negatif yang paling banyak dirasakan ibu terkait dengan kebiasaan bayi dalam menyusu. Sebesar 48,1% ibu merasa perlu untuk memberikan minuman selain ASI karena bayi sering minta disusui.

60 46 Hasil yang menunjukkan lebih besar persentase ibu yang memiliki persepsi buruk dan lebih kecil ibu yang memberikan ASI pada bayinya sesuai dengan teori Sheila (2003). Sheila (2003) dalam bukunya yang mengemukakan persepsi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku. Ibu yang memilliki persepsi negatif cenderung kurang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan rendahnya cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Faktor Eksternal a. Pendidikan Pendidikan terakhir ibu dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan rendah (tidak sekolah-sd), menengah (SMP-SMA), dan tinggi (Akademi-PT). Sebagian besar responden yaitu 72 orang (67,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah dan hanya 11,3% (12 orang) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan data kependudukan kota Tangerang di Kecamatan Pinang yaitu paling banyak telah tamat SMP dan SMA sebanyak orang dan yang menempuh pendidikan Akademi-PT hanya orang. Tingkat pendidikan ibu sebagian besar menengah dan cakupan ASI eksklusif dalam penelitian ini masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjanah (2007) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan ibu yang hanya menengah menyebabkan angka pemberian ASI menjadi rendah. b. Pekerjaan Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi tiga, yaitu bekerja diluar rumah, bekerja di dalam rumah, dan tidak bekerja. Sebagian besar ibu (67%) tidak bekerja dan sebagian kecil (7,5%) memiliki usaha di dalam rumah. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu, yaitu sebagian besar ibu memiliki tingkat

61 47 pendidikan menengah, sehingga banyak ibu yang tidak bekerja/ibu rumah tangga. Penelitian ini mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja/berada di rumah memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI secara eksklusif, namun pada penelitian ini angka pemberian ASI masih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Subrata (2004) yang menemukan proporsi ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif. c. Fasilitas Kesehatan Hampir seluruh ibu (96,2%) menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Banyaknya ibu yang menggunakan fasilitas kesehatan disebabkan oleh banyaknya fasilitas kesehatan seperti bidan, rumah sakit, dan puskesmas yang dekat dengan wilayah Kunciran Indah. Kesadaran akan pengguanaan fasilitas kesehatan di Kunciran Indah sangat tinggi, namun masih ada ibu yang memilih melahirkan di rumah karena alasan perawatan bayi. Ibu yang melahirkan di rumah ditolong oleh dukun bayi dan dukun bayi tersebut yang juga merawat bayi hingga umur 40 hari (wawancara dengan responden pada 17 Mei 2012). Hampir seluruh ibu menggunakan fasilitas kesehatan, namun cakupan ASI masih rendah. Fasilitas kesehatan yang digunakan ibu bervariasi seperti rumah sakit umum/swasta, puskesmas, bidan, dan klinik bersalin. Ibu yang menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan akan ditolong oleh petugas kesehatan. Rendahnya cakupan ASI dalam penelitian berkaitan dengan dukungan yang diberikan petugas kesehatan sebagai penyedia informasi. Penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh jumlah responden kurang mendapatkan dukungan kesehatan,sehingga angka pemberian ASI rendah.

62 48 d. Dukungan Petugas Kesehatan Gambaran dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif diukur dengan adanya dukungan dan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil menunjukkan distribusi yang hampir merata. Sebesar 49,1% responden didukung oleh petugas kesehatan dan sebesar 50,9% responden kurang mendapat dukungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2001) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Dukungan petugas kesehatan sangat penting dalam kelangsungan ASI karena dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu dan berperan sebagai penyedia informasi yang diperlukan. Pada penelitian ini persentase dukungan yang diberikan petugas kesehatan lebih kecil dari persentase yang tidak mendukung, sehingga menyebabkan sebagian besar ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif e. Dukungan Orang Terdekat Hampir seluruh ibu mendapatkan dukungan dari orang terdekat yaitu sebesar 99%. Hasil penelitian ini menemukan,dari semua orang terdekat yang mendukung seperti suami, orangtua, mertua, saudara kandung, teman, tetangga, dan dr Anak, paling banyak ibu didukung oleh suami yaitu sebanyak 100 orang. Bentuk dukungan yang diberikan oleh orang terdekat dalam penelitian ini berupa informasi dan kata-kata yang memotivasi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yuliandarin (2009) yang menunjukkan ibu yang diberikan dukungan oleh suami memiliki peluang 12,98 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan. Roesli (2000) mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya.

63 49 Dukungan tersebut dapat memperlancar reflek pengeluaran ASI karena ibu mendapat dukungan secara psikologis dan emosi. f. Promosi Susu Formula Variabel susu formula diukur dengan menggunakan empat item, salah satunya yaitu sebagian besar ibu (62,3%) setuju bahwa iklan susu formula membantu ibu dalam memilih nutrisi tambahan. Setelah dikategorikan, lebih banyak ibu (53,8%) yang terpajan dengan promosi susu formula. Hasil penelitian ini sejalan dengan penrnyataan Widodo (2007) dalam tesisnya yang mengemukakan penggunaan susu formula semakin meningkat karena gencarnya pemasaran susu formula. Bahkan penelitian Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) menemukan alasan ibu menggunakan susu formula karena pemerintah memberikannya secara cuma-cuma. g. Budaya Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena pada masyarakat di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada sebelumnya. Variabel budaya diukur dengan melihat tradisi di keluarga ibu dalam memberikan ASI dan makanan/minuman tambahan pada bayi kurang dari enam bulan. Hasil penelitian ini menunjukan, sebesar 71,7% responden memberikan ASI sesuai dengan tradisi dan 38,7% responden memberikan minuman/makanan tambahan karena tradisi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Swasono (1998) yaitu masih adanya praktik memberikan makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan. Pada beberapa daerah di Indonesia seperti pada masyarakat To Bungu, Lombok, dan Betawi menunjukkan pemberian makanan/minuman tambahan pada bayi berusia kurang dari enam bulan merupakan hal yang dilakukan secara turun menurun.

64 50 Hal yang sama juga peneliti temukan saat melakukan studi preliminary di Desa Cigugur Jawa Barat (3-4 Desember 2011). Hasil wawancara menunjukkan hampir seluruh warga Desa memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan, namun pada penelitian ini hanya 38,7% ibu yang memberikan makanan/minuman sesuai dengan tradisi. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik tempat. Studi preliminari dilakukan di desa, sementara penelitian dilakukan di kota. Masyarakat desa lebih banyak yang memberikan makanan tambahan dengan alasan hal tersebut sudah dilakukan bertahun-tahun di daerah tersebut. Selain itu, masyarakat desa memiliki kepercayaan budaya yang lebih kental sehingga membuat ibu memberikan makanan/minuman sebelum bayi berusia 6 bulan. 6.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut. 1. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pengembangan dari penelitian sebelumnya dan tinjauan pustaka yang telah dibuat, sehingga terdapat beberapa pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan realibitas yang belum mencukupi. Pertanyaan yang tidak valid yaitu variabel budaya yang memiliki nilai crombach alpha 0,483. Pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang rendah tidak diuji kembali karena keterbatasan waktu sehingga hanya dilakukan perubahan kata tanpa menghilangkan tujuan dari pernyataan, namun pada saat dilakukan uji kembali pada 106 responden semua pertanyaan dalam kuesioner valid dan reliabel. 2. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster sampling. Pada perencanaan, penelitian ini akan melibatkan sresponden di seluruh RW dengan proporsi yang sama, namun pada saat pengambilan data terjadi kendala, sehingga proporsi responden pada masing-masing RW tidak sama.

65 Implikasi Keperawatan Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif, meskipun hampir seluruh ibu memberikan ASI pada bayinya. Hasil penelitian ini berguna bagi pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, maupun penelitian keperawatan. Implikasi bagi bidang pelayanan kesehatan yaitu penelitian ini memberikan masukan bagi perawat di pelayanan kesehatan maupun komunitas untuk lebih gencar lagi dalam melakukan edukasi dan sosialisasi ASI eksklusif di masyarakat. Perawat dapat bekerja sama dengan posyandu untuk melakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Selain itu, hal ini memberikan masukan pada pendidikan keperawatan untuk selalu memperhatikan aspek budaya yang ada dalam masyarakat dalam melakukan pendekatan keperawatan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumber data jika akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. Peneliti lain dapat melanjutkan penelitian dengan menganalisis lebih dalam faktor persepsi, motivasi, dan kondisi kesehatan ibu serta menghubungkannya dengan pemberian ASI eksklusif. Selanjutnya penelitian tersebut dapat menganalisis faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

66 BAB 7 PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari penelitian tentang gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang. Pada bagian pertama peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan. Bagian kedua berisi saran terkait hasil penelitian yang berguna bagi pelayanan kesehatan, profesi keperawatan, dan penelitian selanjutnya. 7.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan pada 106 ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan, meskipun sebagian besar responden memberikan ASI pada bayinya, cakupan pemberian ASI eksklusif masih berada jauh di bawah target pemerintah. Hal ini dipengaruhi faktor-faktor internal dan ekskternal yang diteliti. Gambaran hasil faktor internal yaitu sebagian besar ibu berusia kurang dari sama dengan 30 tahun, hampir seluruh ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sebagian ibu memiliki persepsi negatif, dan kondisi kesehatan pada lebih dari separuh jumlah ibu dinilai menghambat dalam memberikan ASI. Gambaran faktor eksternal diperoleh sebagian besar ibu berada pada tingkat pendidikan menengah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, bersuku Jawa, dan menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi yang hampir merata antara petugas kesehatan yang mendukung dan kurang mendukung. Hampir selutruh ibu mendapatkan dukungan dalam memberikan ASI eksklusif baik dari orang terdekat yang diberikan melalui informasi dan motivasi. Promosi susu formula yang gencar dilakukan membuat sebagian ibu terpajan promosi tersebut. Faktor budaya 52

67 53 juga dirasakan oleh sebagian besar ibu sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dalam memberikan ASI dan makanan tambahan. Kesimpulan dari seluruh penelitian yaitu meskipun sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik dan hampir seluruhnya didukung oleh orang terdekat, cakupan pemberian ASI secara eksklusif tetap masih di bawah target pemerintah. Hasil analisis menunjukkan faktor persepsi negatif memiliki proporsi yang lebih besar. 7.2 Saran Pelayanan Kesehatan Pelayanan keperawatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas dan posyandu perlu lebih gencar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait ASI eksklusif. Edukasi dapat dilakukan dengan melihat manfaat pemberian ASI, sehingga ibu lebih termotivasi untuk memberikan ASI. Posyandu sebagai sarana kesehatan yang dekat dengan ibu sebaiknya meyediakan pojok konsultasi ASI terutama untuk ibu yang sedang hamil agar rencana untuk memberikan ASI dapat diputuskan dengan segera Penelitian Keperawatan Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan instrumen penelitian yang telah baku. Selain itu peneliti lain disarankan untuk menghubungkan variabel dalam faktor internal dan eksternal dengan pemberian ASI sehingga dapat diketahui faktor dominan yang mempengaruhi pemberian ASI. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga hasilnya dapat digeneralisasi.

68 Pendidikan Keperawatan Penelitian ini menunjukkan masih terdapat ibu yang memberikan ASI dan makanan/minuman tambahan karena tradisi dalam keluarga atau masyarakat. Hal ini memberikan masukan pada pendidikan keperawatan, khususnya mahasiswa keperawatan, agar memperhatikan aspek budaya dalam memberikan informasi atau edukasi terkait pemberian ASI eksklusif. Pendekatan budaya diperlukan untuk mengetahui penyebab munculnya persepsi-persepsi budaya terkait pemberian ASI dan makanan/minuman tambahan. Hal tersebut dapat berguna untuk menentukan strategi yang tepat dalam edukasi.

69 DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, Ridwan, & Rosita. (2006). Promosi susu formula menghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa BAeng-BAeng Makassar tahun Skripsi. Universitas Hasanudin. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asmijati. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tiga Raksa Kecamatan Tiga Raksa DATI II Tangerang. Tesis. Depok: Program Studi Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. (2011). Tangerang dalam angka e4d485c5a755005cd.pdf. April, 13, Chezem, J., Friensen, C., & Clark, H. (2001). Sources of infant feeding information used by pregnant women. The Journal of Perinatal Education, Dahlan, M. S. (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan (3 ed.). Jakarta: Salemba Medika. Dee, D. L. (2007). Breastfeeding practices among North Carlina WIC clients from 1996 through 2002: Patterns, Correlates, and the effects if in-home postpartum support. Chapel Hill. Doherty, T., Chopra, M., Nkonki, L., Jackson, D., & Greiner, T. (2006). Effect of the HIV epidemic on infant feeding in South Africa: When they see me coming with the tins they laugh at me. Bulletin of the World Health Organization, Gularso, E. P. (1998). Kelahiran anak dalam tradisi orang Betawi di Desa Ragunan, Jakarta Selatan. In M. F. Swasono, Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya (pp ). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Hastono, S.P & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. Lestari, D. (2009). Faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun Skipsi.. Depok. 55

70 56 McNiel, M. E., Labbok, M. H., & Abrahams, S. W. (2010, March). What are the risks associated with formula feeding? a re-analysis and review. BIRTH, T=P&P=AN&K= &S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMMTo50Se pru4zdnyolcmr0meprjsrqm4sk%2bwxwxs&contentcustomer=dgjymp GnrkqurrJJuePfgeyx4YHs1%2BaE. Minnie, C. S., & Greeff, M. (2006). The choice of baby feeding mode within the reality of HIV/AIDS epidemic: Health education implications. Curationis, 29 (4), Mustamin, A. (1998). Kelahiran dan kematian bayi pada masyarakat terasing To Bunggu di Sulawesi Selatan. In M. F. Swasono, Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya (pp ). Jakarta: Penerbit (UI-Press). Naim, K. (2001). Hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian pneumonia pada anak umur 4-34 bulan di Kabupaten Indramayu. Tesis. Universitas Indonesia. Depok. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novita, D. (2008). Hubungan karakteristik ibu, faktor pelayanan kesehatan, immediate breastfeeding dan pemberian kolostrum dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas Depok tahun Skripsi.. Depok. Nuraeni, A. (2002). Hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI pada bayi usia 0-12 bulan dalam konteks keperawatan komunitas di Desa Waru Jawa Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Tesis.. Pearl, J. K., Allen, J., Nguyen, N., Hayen, A., Oddy, W. H., & Mihrshahi, S. (2004). Motherhood meets epidemiology: measuring risk factor for breast-feeding cessation. Public Health Nutrition, 7, Pee, S. d., Diekhans, J., Stallkamp, G., Kiess, L., Moench-Pfanner, R., Martini, E., et al. (2002). Breastfeeding and complementary feeding practices in Indonesia. (F. Gracian, Ed.) Nutrition & Health Surveillance System Annual Report 2002, Penelitian dan Pengembangan Kota Tangerang. (2010). Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif.

71 57 jumlah-bayi-yang-diberi-asi-eksklusif?tahun1=2010&tahun2=0&kecamatan=0 (April, 13, 2012). Philips, C. R. (1996). Family-centered maternity and newborn care: A basic text. St. Louis: Mosby. Piwoz, E. G., Ferguson, Y. O., Bentley, M. E., Corneli, A. L., Moses, A., & Nkhoma, J. (2006). Differences between international recommendations on breastfeeding in the presence of HIV and the attitudes and counselling messages of health workers in Lilongwe, Malawi. International Breastfeeding Journal, 1-8. Piwoz, E. G., Humprey, J. H., Iliff, P. J., Marinda, E. T., Tavengwa, N. V., & Zunguza, C. D. (2007). The impact of safer breastfeeding practices on postnatal HIV-1 transmission in Zimbabwe. American journal of public health, 9 (7), Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Pratiwi, S. (1998). Pandangan budaya daalam sistem perawatan bayi di Pulau Lombok. In M. F. Swasno, Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya (pp ). Jakarta: Penerbit (UI-Press). Reynolds, N. (2001, 5 14). The monday page: Why breast are for babies. ProQuest, 9. Siregar, A. (2004). Pemberian ASI ekslusif dan faktor yang mempengaruhinya. Oktober, 14, Suzely, M., Livia, Z., Nemre, S., & Orland, S. (2008, September). Association between breast-feeding practices and sucking habbits: A cross-sectional study of children in their first year of life. J Indian Soc Pedrod Prevent Dent, Swarts, S., Kruger, H. S., & Dolman, R. C. (2010). Factors affecting mothers' choice of breastfeeding vs. formula: Feeding in the lower Umfolozi district war memorial hospital, KwaZulu-Natal. Journal of Interdisciplinary Health Sciences, 15, Swasono, M. F., & Soselisa, H. L. (1998). Kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca kelahiran bagi ibu dan bayi di Bandaneira, Kabupaten maluku Tengah. In M. F. Swasono, & M. F. Swasono (Ed.), Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan

72 58 bayi: Dalam konteks budaya (pp ). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). UNICEF. (2011). Indonesia s infant mortality rate still high: UNICEF. Juni, 3, Wagner, C. L. (2011). Counseling the breastfeeding mother. Juni, 13, Widodo, P. T. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI saja di Indonesia (Analisis hasil SDKI ). Tesis. Depok: Program Studi Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Yuliandarin, E. M. (2009, Juli). Faktor faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat Tahun Skripsi.. Depok.

73 Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Saya Putri Pertiwi, mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK UI). Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan jenjang S1 di FIK UI. Dosen pembimbing saya dalam penelitian ini adalah Ibu Dr. Yati Afiyanti, SKp., MN yang juga merupakan dosen Keperawatan Maternitas di FIK UI. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi secara sukarela menjadi responden dalam penelitian ini. Jika Ibu bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Ibu. Jawaban yang diberikan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Jika Ibu masih memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, Ibu dapat menghubungi atau SMS saya ke nomor Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih. Depok, April 2012 Putri Pertiwi

74 Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian Peneliti Pembimbing : Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah : Putri Pertiwi (Mahasiswi Reguler FIK UI) : Dr. Yati Afiyanti, SKp., MN Setelah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan, saya menyatakan bersedia untuk ikut serta sebagai responden pada penelitian ini dan mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada diri saya maupun keluarga serta segala informasi yang saya berikan akan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Saya memahami bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti bahwa keikutsertaan saya sebagai responden penelitian hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Demikianlah pernyataan ini saya kemukakan, dengan menandatangani pernyataan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari siapapun. Tangerang, Responden (...)

75 Lampiran 3 KUESIONER Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Kode Responden : : (diisi oleh peneliti) Tanggal Pengisian : Petunjuk pengisian lembar kuesioner a. Bacalah pertanyaan pada setiap kuesioner dengan teliti dan pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan yang Ibu rasakan. b. Ibu diharapkan mengisi dengan pulpen dan tidak diperkenankan menggunakan pensil ataupun tipe-x dalam mengisi dan menghapus jawaban pada lembar kuesioner c. Apabila jawaban salah dan Ibu ingin mengganti pilihan jawaban, coret jawaban yang akan diganti dengan dua garis mendatar (a) dan pilih jawaban lain yang sesuai d. Setiap satu pertanyaan hanya boleh diisi oleh satu jawaban kecuali pada pertanyaan yang diberi keterangan boleh diisi lebih dari satu jawaban e. Apabila terdapat pernyataan yang kurang jelas atau tidak dimengerti, Ibu dapat menanyakan kepada peneliti untuk menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut f. Segera serahkan kembali kepada peneliti setelah selesai mengisi lembar kuesioner.

76 Lampiran 3 Kuesioner A: Data demografi Jawablah dengan memberikan tanda centang ( ) dalam kotak pada pilihan yang Ibu anggap paling tepat 1. Usia ibu : < 20 thn thn thn > 35 thn thn 2. Pendidikan terakhir : Buta huruf - SD SMP - SMA Akademi/PT 3. Pekerjaan saat menyusui: Bekerja di luar rumah Bekerja di dalam rumah Tidak bekerja (Ibu rumah tangga) 4. Suku : Jawa Batak Sunda Minang Betawi lain-lain, sebutkan Tempat bersalin : RS umum/swasta Praktik bidan Puskesmas Paraji Rumah bersalin lain-lain, sebutkan...

77 Lampiran 3 Kuesioner B Faktor Internal Pilihlah jawaban yang Ibu anggap paling benar dengan melingkari huruf di depan jawaban 1. Menurut ibu, kapan sebaiknya bayi diberi ASI pertama kali setelah lahir? a. Sesegera mungkin c. Lebih dari 1 jam setelah lahir b. 30 menit setelah lahir d. Tidak tahu 2. Menurut ibu, susu yang pertama kali keluar berwarna kekuning-kuningan setelah bayi lahir sebaiknya diberikan atau dibuang? a. Diberikan b. Dibuang c. Tidak tahu 3. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. ASI yang diberikan 1 jam setelah kelahiran bayi sampai usia 4 bulan b. ASI yang diberikan sesegera mungkin setelah bayi lahir sampai usia 6 bulan tanpa memberikan minuman/makanan lain c. ASI yang diberikan > 1 jam setelah bayi lahir sampai usia 6 bulan d. Tidak tahu 4. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif? a. Membuat bayi tidak mudah diserang penyakit b. Memmbuat bayi terkena alergi c. Membuat payudara bengkak d. Menurunkan kekebalan tubuh ibu e. Tidak tahu 5. Menurut Ibu, kapan bayi diberikan makanan tambahan? a. >4 bulan b. > 6 bulan c. > 12 bulan d. Tidak tahu

78 Lampiran 3 Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang ( ) pada jawaban yang Ibu anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu. Keterangan pengisian: SS : jika Ibu SANGAT SETUJU dengan pernyataan dalam kolom S : jika Ibu SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom TS : jika Ibu TIDAK SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom STS : jika Ibu SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan dalam kolom NO Pernyataan SS S TS STS Saat bayi saya berusia 0-6 bulan 6 Saya merasa ASI saya kurang memenuhi kebutuhan nutrisi bayi saya 7 Pengeluaran ASI saya semakin lama semakin berkurang 8 Saya memberikan minuman selain ASI (seperti air putih, susu formula, air gula) karena bayi saya sering minta disusui 9 Saat saya sakit, pemberian ASI pada bayi menjadi berkurang 10 Saat saya sakit, saya memberikan minuman selain ASI karena takut bayi saya tertular penyakit melalui ASI 11 Saya selalu yakin pada diri saya, saya dapat memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan 12 Saya memiliki motivasi/dorongan yang kuat dalam diri saya untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan 13 Kondisi emosi saya mempengaruhi pemberian ASI 14 Pengeluaran ASI saya menjadi berkurang saat kondisi emosi tidak baik (missal saat marah, stress) 15 Saya tidak memberikan ASI saat keadaan emosi saya tidak baik

79 Lampiran 3 Kuesioner C Faktor Eksternal Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang ( ) pada jawaban yang Ibu anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu. Keterangan pengisian: SS : jika Ibu SANGAT SETUJU dengan pernyataan dalam kolom S : jika Ibu SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom TS : jika Ibu TIDAK SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom STS : jika Ibu SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan dalam kolom NO Pernyataan SS S TS STS Saat bayi saya berusia 0-6 bulan 1 Saya mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan di tempat saya bersalin 2 Petugas kesehatan di tempat saya bersalin, sangat mendukung pemberian ASI Eksklusif 3 Saya memberikan susu formula pada bayi saya 4 Iklan susu formula membantu saya dalam memilih nutrisi tambahan untuk bayi saya 5 Saya merasa susu formula memiliki nutrisi yang penting bagi bayi 6 Selain ASI, bayi saya juga membutuhkan susu formula 7 Saya memberikan ASI sesuai dengan tradisi/kebiasaan dalam keluarga saya 8 Saya memberikan makanan/minuman tambahan (seperti teh, susu formula, bubur bayi) pada bayi saya karena tradisi/ kebiasaan dalam keluarga saya

80 Lampiran 3 Jawablah dengan memberikan tanda centang ( ) dalam kotak pada pilihan yang Ibu anggap paling tepat 9. Siapa saja yang mendukung ibu dalam memberikan ASI Ekslusif? (boleh pilih lebih dari satu) Suami Teman Orangtua Tetangga Mertua Lain-lain, sebutkan Saudara kandung 10. Apa bentuk dukungan yang diberikan oleh orang terdekat Ibu? Memberikan informasi Memberikan kata-kata yang memotivasi Lain-lain, sebutkan 11. Berapa lama orang terdekat ibumemberikan dukungan kepada Ibu dalam memberikan ASI? sampai bayi saya berusia 2 bulan sampai bayi saya berusia 4 bulan sampai bayi saya berusia lebih dari 6 bulan Kuesioner D Pemberian ASI Eksklusif 1. Minuman dan makanan yang ibu berikan pada bayi saat berusia 0-6 bulan: (boleh pilih lebih dari satu) ASI Madu Air putih Bubur bayi Air gula Pisang Air tajin Jus buah Susu formula Nasi tim Teh Lain-lain, sebutkan ~ Terima Kasih atas partisipasi Ibu ~

81 Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Penelitian Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Kegiatan Sep 11- Jan 12 Penyusunan proposal penelitian Revisi proposal penelitian Pembuatan instrumen Pengecekan validasi instrumen Pengumpulan data Pengolahan dan analisis data Pembahasan Pembuatan manuscript publikasi Sidang penelitian Penggandaan Laporan Feb Maret April Mei Juni Juli

82 Lampiran 5 BIODATA MAHASISWA 1. Nama Lengkap : Putri Pertiwi 2. Agama : Islam 3. Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 22 Desember Suku : Sunda 5. Alamat : Jl. Camar Blok A16/5 Kunciran Indah Tangerang, Banten 6. Hp : putri.pertiwi@ui.ac.id putripertiwi.indonesia@yahoo.com 8. Riwayat Pendidikan : a. TK Al-Ashar ( ) b. SDN Pinang 3 ( ) c. SMPN 4 Tangerang ( ) d. SMAN 2 Tangerang ( ) e. Fakultas Ilmu Keperawatan UI ( )

83 Lampiran 6

84 Lampiran 6 (lanjutan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) & ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Primigravida merupakan ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya (Chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang baru pertama kali hamil belum mengetahui pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Berdasarkan hasil survey demografi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tempat : Puskesmas Turen Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Turen Tanggal : Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

Melindungi kesehatan ibu :

Melindungi kesehatan ibu : KONSELING MENYUSUI 1/1 MANFAAT MENYUSUI A S I Zat-zat gizi yang lengkap Mudah di cerna, diserap secara efesien Melindungi terhadap infeksi MENYUSUI Membantu bonding dan perkembangan Membantu menunda kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu Sejak lahir makanan pokok bayi adalah Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 20 Juli 2013 di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dengan jumlah responden sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

(Analisa Data Sekunder) SKRIPSI DIAN NOVITA NPM:

(Analisa Data Sekunder) SKRIPSI DIAN NOVITA NPM: HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN, IMMEDIATE BREASTFEEDING DAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORAN MAS DEPOK TAHUN 2008 (Analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan disajikan tentang latar belakang dari penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka konsep, definisi konseptual dan operasional, pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF ASI adalah satu satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada kehidupan pertama bayi, karena colostrum mengandung Zat kekebalan tubuh terutama immunoglobulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes PENDAHULUAN Bayi : Umur 0-12 bulan Bayi Cukup Bulan (Full term) Usia kehamilan Berat Badan Tinggi Badan : 270 290 hari : 2,7 3,2 kg : 48 50 cm 2. Bayi Prematur 3. Bayi BBLR Masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KELUARAHAN SEI. PUTRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI RELATIONSHIP AWARENESS BREASTFEEDING MOM ABOUT

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU MELATI DESA KWARASAN NOGOTIRTO YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU MELATI DESA KWARASAN NOGOTIRTO YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU MELATI DESA KWARASAN NOGOTIRTO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FITRIANINGSI 201110201093 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu. ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu dipersiapkan sebelum bayi lahir. ASI hendaknya sudah dipersiapkan sejak janin masih dalam kandungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan Bidang Studi Topik Subtopik Sasaran : Ilmu keperawatan : Keperawatan maternitas : Asi eksklusif 6 bulan : Masyarakat Jam : 11:00 11.20 Hari/Tangga : Kamis/18

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif HUBUNGAN SIKAP IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M. THAHA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Harlen Yunita Akademi Kebidanan Manna Abstrak: ASI eksklusif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat proiritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti dicapai hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat pada angka kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI Eksklusif dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimilki oleh para ibu mengenai segala nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami, sehingga jarang sekali ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya. Meskipun demikian, menyusui juga perlu

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan LAMPIRAN KUESIONER Identitas 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : a. < 20 tahun b. 20-30 tahun c. 31-40 tahun d. > 40 tahun 4. Pendidikan formal terakhir : a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD b. SD / sederajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi dan ditentukan oleh tingkat kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut ditentukan oleh status

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI Padahal kita tahu Manfaat ASI bagi bayi Sebagai nutrisi Meningkatkan kecerdasan Meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Satus Gizi Bayi Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Oleh : Daniel

Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Oleh : Daniel Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Oleh : Daniel 090100153 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Gambaran Pengetahuan Wanita pada Usia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Nambo, Kabupaten Bandung Characteristic Of Relationship With The Mother Of Exclusive Breastfeeding

Lebih terperinci

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan di Indonesia (Hidayat, 2008). Masalah kesehatan anak ditandai dengan tingginya angka kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Tinjauan Teori Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI ( Air Susu Ibu) eksklusif adalah bayi hanya diberi saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASI PADA BAYI BARU LAHIR ASI adalah satu-satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kolostrum 2.1.1 Pengertian Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman 2004). Seperti halnya ketika bayi didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau sering disebut dengan ASI merupakan air susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu yang dimiliki ibu. ASI adalah suatu emulsi dari lemak, laktosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan adalah sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.

Lebih terperinci

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak v Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak Speaker: dr. FALLA ADINDA BIOGRAFI dr. Fala Adinda Pringgayuda Dokter Laktasi sertifikasi SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) Head consultant doctor PT Pathlab Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI (Air Susu Ibu ) adalah suatu cara pemberian makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan emosional yang unik bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Definisi ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, di berikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama

Lebih terperinci

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang

Lebih terperinci

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjlasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR Istiqamah 1, Sitti Khadijah 2, Nurul Maulida 2 1 Prodi DIV Bidan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting bagi pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN ZAT GIZI MIKRO SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN SKRIPSI OLEH: TRISNA SUTANTI SINAMBELA 091101041 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009 Putri Rahmasari 1, Sri Subiyatun 2, Ismarwati 3 Abstract:

Lebih terperinci

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Desilestia Dwi Salmarini¹, Elvine Ivana Kabuhung², Reni Ovilla Yulianti 1 1 Akademi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan pada bayi mulai dari lahir hingga usia 6 bulan tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24 bulan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran napas yang sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia adalah salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari waktu kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah masa dimana pada saat itu seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi gizi kurang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya

Lebih terperinci

8

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar ASI 1. Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Asi Eksklusif a. Definisi ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU BUTEKI PADA KALANGAN PEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PERUSAHAAN X, SEMARANG TAHUN 2007

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU BUTEKI PADA KALANGAN PEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PERUSAHAAN X, SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU BUTEKI PADA KALANGAN PEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PERUSAHAAN X, SEMARANG TAHUN 2007 Eunike Ita Susanti 0210023 Pembimbing : DR. Felix Kasim,

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 1 1 Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan dan memahami sepenuhnya

Lebih terperinci