EXECUTIVE SUMMARY INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EXECUTIVE SUMMARY INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016"

Transkripsi

1 EXECUTIVE SUMMARY INFORMASI KINERJA INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH LINGKUNGAN (IKPLHD) HIDUP DAERAH KABUPATEN (IKPLHD) MALANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017

2 Ringkasan Eksekutif Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Malang Disusunnya Laporan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Malang merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah daerah selaku pengelola lingkungan hidup sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab II Pasal 3. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud di atas meliputi, diantaranya: 1) menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; 2) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; 3) menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa mendatang; 4) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; 5) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; dan 6) mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pemerintah Daerah Kabupaten Malang memiliki luas wilayah km² dengan isu-isu strategis yang dipetakan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada hingga saat ini. Dari hasil analisis tersebut kemudian dijabarkan akan kondisi (state), tekanan (pressure) dan tanggapan (response) pemerintah daerah terhadap isu-isu strategis yang terjadi. Isu-isu prioritas bidang lingkungan hidup di Kabupaten Malang saat ini meliputi: 1) alih fungsi lahan; 2) pencemaran (air dan udara) dan kerusakan lingkungan; serta 3) pengolahan sampah dan limbah industri. Secara umum gambaran kondisi (state), tekanan yang ada/terjadi pada lingkungan saat ini (pressure) dan respons pemerintah terkait kebijakan dan program yang dilaksanakan berkenaan dengan state dan pressure yang terjadi dapat dijabarkan sebagai berikut: Executive Summary 1

3 1. Tata guna lahan State Penggunaan lahan di Kabupaten Malang pada 2016 mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Data luas lahan sawah menunjukkan penurunan dari yang semula ,24 Ha turun menjadi Ha pada tahun 2016, atau turun sebesar 0,88%. Luas tegalan juga menunjukkan penurunan ,59 Ha menjadi ,41 atau turun sebesar 1,02%. Luas lahan perkebunan semula ,92 Ha menjadi ,62 Ha atau turun sebesar 0,003%. Sebaliknya luas lahan permukiman yang semula ,21 Ha meningkat menjadi Ha pada tahun 2016, atau naik sebesar 3%; dan lahan industri meningkat dari 390,13 Ha menjadi 537,66 Ha, atau meningkat sebesar 27,44%. Demikian pula luas lahan pertambangan meningkat dari 82,01 Ha menjadi 88,37 Ha atau sebesar 7,20%. Akumulasi peningkatan lahan permukiman, industri dan pertambangan yang cukup signifikan ini memberikan tekanan tersendiri terhadap kondisi lingkungan. Pressure Tekanan tata guna lahan paling utama adalah terjadi akibat angka pertumbuhan penduduk yang pada 5 tahun belakang berkisar 0,68% (tahun 2011 sampai dengan tahun 2016) dan pergeseran pola pikir masyarakat untuk memaksimalkan produktivitas lahan yang dimilikinya, sehingga berakibat terhadap perubahan fungsi lahan yang semula berupa lahan pertanian, tegalan atau perkebunan menjadi lahan permukiman, pertambangan, maupun industri. Response Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang untuk meningkatkan mengatasi tekanan dan kondisi tersebut adalah dengan membuat beberapa strategi, antara lain: 1) meningkatkan pengawasan lingkungan di wilayah tambang, 2) meningkatkan nilai indeks tutupan lahan dan 3) meningkatkan pengawasan hutan lindung. Untuk mewujudkan strategi tersebut, Pemerintah Kabupaten Malang melaksanakan beberapa program yaitu: 1) pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan, 2) program perlindungan dan konservasi sumber daya alam (SDA), dan 3) program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan. Executive Summary 2

4 Saat ini indeks tutupan lahan di Kabupaten Malang masih mencapai 50,57. Dengan dibuatnya program perlindungan dan konservasi SDA, Pemerintah Kabupaten Malang menargetkan pemenuhan indeks tutupan lahan terus meningkat sehingga dapat memberikan dukungan peningkatan IKLH sesuai target lima tahun mencapai 68,5. Kondisi persentase penanganan pada kawasan lindung saat ini sebesar 2,19%, dengan adanya pembuatan program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan ditargetkan persentase penanganan pada kawasan lindung meningkat menjadi 13,15% pada lima tahun mendatang sesuai dengan penjabaran pada RPJMD Kabupaten Malang Tahun Kualitas air State Sistem pemantauan kualitas air di Kabupaten Malang terhadap air permukaan dilakukan dalam waktu 2 (dua) kali setahun, pengukuran pertama dilakukan pada kurun waktu bulan Maret Juni dan pengukuran kedua pada kurun waktu bulan Juli - Oktober. Secara keseluruhan hasil pengukuran p ert ama dan k ed u a terdapat t ot al s ej umlah 60 s ampel kualitas air sungai. Dari hasil analisis, sebagian besar sungai-sungai tersebut tidak memenuhi standar b a k u m u t u b a d a n a i r b e r d a s a r k a r k a n P e r a t u r a n P e m e r i n t a h Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil analisis status mutu air sungai berdasarkan perhitungan indeks pencemaran air (Indeks Kualitas Air) diketahui sungai-sungai di Kabupaten Malang hanya 8% sampel air ungai yang memenuhi baku mutu air, sedangkan 88% sampel air sungai masuk kategori cemar ringan dan sebesar 3% sampel air sungai masuk ketgori cemar sedang. Pemantauan kualitas air tanah dilakukan sekali dalam setahun oleh Badan Lingkungan Hidup yaitu di bulan November pada 7 (tujuh) lokasi berbeda. Dari hasil analisis air tanah di Kabupaten Malang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, terdapat satu parameter yang melebihi baku mutu yaitu parameter deterjen. Jumlah deterjen yang melebihi baku mutu air bersih tersebut sebagian besar berasal dari air limbah rumah tangga (domestik). Sedangkan pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukkan hasil adanya Executive Summary 3

5 beberapa sampel sebanyak 9,5% tidak memenuhi baku mutu terutama karena adanya parameter Total Coliform yang tinggi. Pressure Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Malang sebanding dengan peningkatan debit air limbah permukiman, demikian pula pertambahan jumlah industri yang hampir mencapai 30% merupakan faktor pendukung penyebab pencemaran air, khususnya air permukaan. Pertambahan jumlah penduduk berimplikasi terhadap kenaikan debit air limbah domestik ke perairan. Keluaran IPAL komunal untuk permukiman dan IPAL industri yang belum melalui proses pengolahan yang sesuai standar air buangan merupakan pemicu terjadinya pencemaran air permukaan. Kedua faktor di atas bisa dipastikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada belum sebanding terhadap peningkatan kedua faktor tersebut di atas. Fasilitas sebuah IPAL Komunal masyarakat diperuntukkan bagi 65 KK, dengan asumsi 1 KK setara dengan 5 jiwa. Sedangkan akumulasi jumlah IPAL Komunal di seluruh Kabupaten Malang adalah 120 buah. Setara dengan pelayanan terhadap jiwa. Sedangkan jumlah penduduk secara keseluruhan adalah berkisar jiwa, sehingga cakupan pelayanan instalasi bagi rumah tangga adalah hanya sekitar 1,44%. Yang bisa dikategorikan sebagai air limbah domestik adalah air limbah rumah sakit yang berasal dari toilet, dapur dan tempat cucian pakaian rumah sakit. Jumlah rumah sakit di Kabupaten Malang adalah 23 buah rumah sakit, dan seluruhnya sudah memiliki fasilitas IPAL. Dari pemantauan terhadap 16 rumah sakit yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2016 menunjukkan hasil terdapat 8 buah rumah sakit yang memenuhi standar baku mutu effluent-nya. Jumlah industri yang ada di Kabupaten Malang pada akhir tahun 2015 adalah dengan berbagai kategori (RPJMD Kab. Malang, ). Dari pemantauan terhadap 51 industri dan kegiatan usaha yang berpotensi mencemari lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2016 terdapat Executive Summary 4

6 76,47% sudah mempunyai IPAL dan 92,16% sudah mempunyai dokumen pengelolaan lingkungan. Pencemaran air juga terjadi di waduk yang ada di Kabupaten Malang. Dari hasil analisis kualitas air di Waduk Sutami menunjukkan bahwa parameter DO, BOD dan COD di bagian hulu, tengah dan hilir pada kedalaman 0,3-5 meter tidak memenuhi baku mutu di beberapa titik pengambilan sampel. Hal tersebut juga terjadi di Waduk Sengguruh. Parameter DO hanya memenuhi baku mutu pada kedalaman 0,3 meter sedangkan pada kedalaman 5 meter, DO waduk Sengguruh melebihi baku mutu. Parameter BOD tidak memenuhi baku mutu pada kedalaman 0,3 dan 5 meter, sedangkan COD nya memenuhi baku mutu. Response Untuk menanggulangi masalah kualitas air tersebut, Pemerintah Kabupaten Malang membuat strategi dengan menaikkan indeks angka pencemaran air melalui kebijakan peningkatan kegiatan untuk capaian indeks pencemaran air. Dalam upayanya untuk meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), Pemerintah Kabupaten Malang melaksanakan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. Program tersebut mencakup kegiatan : (1) Pemantauan Kualitas Lingkungan melalui pemantauan dan pengujian kualitas air badan air, pemantauan kualitas limbah cair kegiatan usaha dan limbah domestik; (2) Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Lingkungan Hidup melalui pengawasan ketaatan kegiatan usaha terhadap peraturan perundangan yang berlaku termasuk yang terkait dengan pengelolaan limbah cair; (3) Koordinasi Penyusunan Amdal melalui rekomendasi dokumen Amdal, UKL-UPL dan SPPL (dokumen pengelolaan lingkungan bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan); (4) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Lingkungan Hidup melalui sosialisasi, edukasi dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta (5) Pembangunan Sarana Pengolahan Air Limbah. Saat ini, angka indeks pencemaran air menunjukkan capaian sebesar 51, sedangkan target sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kab. Malang Tahun adalah sebesar 54,6. Capaian kinerja dibanding target tersebut masih 93,41%. Oleh karena Executive Summary 5

7 itu pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan nilai indeks kualitas air melalui pembinaan kepada pelaku usaha dengan mengupayakan penerapan sanksi sesuai perundangan yang berlaku; pembinaan kepada masyarakat untuk turut serta menjaga kualitas air sungai dengan tidak melakukan aktivitas yang menambah beban pencemaran terhadap sungai; pemyediaan IPAL komunal untuk membantu pengolahan limbah domestik; serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja pemantauan dengan meningkatkan kesadaran pelaku usaha terhadap ketaatan perundang-undangan. Diharapkan angka ini akan meningkat di tahun-tahun berikutnya sehingga dapat memberikan memberikan dukungan pada peningkatan IKLH sampai dengan lima tahun mendatang yang diharapkan dapat tercapai IKLH sebesar 68,5. 3. Kualitas Udara State Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara ambien yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang pada Tahun 2016, kualitas udara ambien di Kabupaten Malang termasuk baik. Hasil pengujian kualitas udara ambien di 3 (tiga) lokasi yang mewakili daerah pemukiman, industri dan padat lalu lintas menunjukkan parameter udara ambien (SO 2 dan NO 2 ) telah memenuhi baku mutu. Paremeter tersebut mengacu pada parameter untuk perhitungan indeks kualitas udara. Hasil pengukuran untuk parameter lainnya, menunjukkan hanya parameter debu dan kebisingan yang melebihi baku mutu pada beberapa lokasi. Pressure Parameter udara ambien yang melebihi baku mutu pada waktu dan tempattempat tertentu khususnya pada parameter debu dan kebisingan disebabkan oleh terjadinya musim kemarau yang ditunjang dengan volume lalu lintas yang padat sehingga di beberapa lokasi parameter debu dan kebisingan melebihi baku mutu udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak di Jawa Timur berdasarkan Pergub. Jatim No. 10 Tahun 2009 dan baku mutu kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 718 Tahun Executive Summary 6

8 Semakin bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan resiko pencemaran udara oleh gas buang kendaraan tersebut. Bahan pencemar yang terutama terdapat di dalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NO 2 ) dan sulfur (SO 2 ), dan partikulat debu termasuk timbal (Pb). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbal organik dilepaskan ke udara karena adanya penguapan sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan bermotor juga dapat meningkatkan kadar partikulat debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban, dan rem. Persentase kenaikan penjualan kendaraan tertinggi adalah kendaraan roda dua dengan kenaikan mencapai 19,31% dan kendaraan bus besar pribadi dengan kenaikan 16,31%. Hal ini justru berbanding terbalik dengan bus besar umum yang justru mengalami penurunan sebesar 8,28%. Bertambahnya jumlah kendaraan ini secara langsung akan menambah tingkat pencemaran udara di Kabupaten Malang yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan-kendaraan tersebut. Response Dalam upaya untuk meningkatkan indeks kualitas udara, Pemerintah Kabupaten Malang membuat strategi pemenuhan persentase baku mutu udara dengan membuat kebijakan peningkatan kualitas udara melalui pengawasan dan pengendalian pencemaran udara pada kegiatan usaha. Dalam hal ini dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang melalui Program Pengendalian Penceamaran dan Perusakan Lingkungan. Secara periodik dilakukan pemantauan kualitas udara emisi dari sumber tidak bergerak (industri) pada industri yang mempunyai cerobong sebagaimana ketentuan dalam Standar Pelayanan Minimal bidang Lingkungan Hidup. Sedangkan untuk pemantauan udara emisi dari sumber bergerak dilakukan oleh Dinas Perhubungan melalui pengukuran emisi kendaraan bermotor. Penanganan terkait tingkat kebisingan dan debu yang melebihi baku mutu ditindaklanjuti dengan kegiatan penghijauan di sekitar kanan kiri jalan serta perluasan Ruang Terbuka Hijau. Executive Summary 7

9 Pemantauan dan pengujian kualitas udara ambien dilakukan secara berkala untuk memantau kualitas udara pada daerah-daerah yang mewakili daerah permukiman, industri dan padat lalu lintas. Hasil pengujian kualitas udara ambien tersebut salah satunya bermanfaat sebagai bahan analisis untuk mengetahui nilai indeks kualitas udara. Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun telah menetapkan target indikator kerja berupa Indeks Kualitas Udara sebesar 87,64 dan diharapkan akan naik menjadi 100 pada lima tahun mendatang sesuai dengan penjabaran pada RPJMD Kabupaten Malang Tahun Resiko Bencana State Kabupaten Malang memiliki beberapa wilayah yang termasuk pada kawasan rawan bencana. Adapun bencana yang rawan terjadi di Kabupaten Malang antara lain: angin kencang, banjir, kebakaran, puting beliung, tanah bergerak dan tanah longsor. Wilayah yang termasuk rawan terjadi bencana disajikan pada peta persebaran bencana Kabupaten Malang. Peta tersebut menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai informasi kepada masyarakat, pemerintah daerah dan provinsi dan sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar dapat terhindar dari bencana. Berdasarkan laporan Dinas Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang, bahwa bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Malang adalah berupa tanah longsor dengan perkiraan kerugian sebesar Rp ,00 pada tahun Kabupaten Malang memiliki luas kawasan rawan bencana tanah longsor sebesar Ha dari total Ha atau sebesar 21,82% yang tersebar di 15 kecamatan yang meliputi 32 desa. Kawasan tersebut antara lain kecamatan: 1)Ampelgading, 2)Dampit, 3)Tirtoyudo, 4)Sumbermanjing Wetan, 5)Bantur, 6)Gedangan, 7)Donomulyo, 8)Kalipare, 9)Wonosari, 10)Poncokusmo, 11)Jabung, 12)Lawang, 13)Karangploso, 14)Ngantang, dan 15)Kasembon. Pembangunan saluran irigasi di lahan-lahan pertanian di daerah pegunungan yang tidak sesuai menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir bandang pada saat Executive Summary 8

10 terjadi hujan ekstrim. Hujan ekstrim merupakan fenomena hujan yang mempunyai potensi menimbulkan bencana yang ditunjukkan dengan curah hujan yang tidak normal dan melebihi rata-rata hujan pada umumnya. Data dari stasiun pengamat hujan Lanud Abdurrahman Saleh dan Stasiun Iklim Malang menunjukkan selama tahun 2016 terdapat beberapa kejadian hujan ekstrim di Kabupaten Malang yaitu pada bulan Februari sebesar 620 mm dan bulan November sebesar 628 mm. Sedangkan curah hujan rata-rata di Kabupaten Malang sebesar 261 mm. Hujan ekstrim pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena air akan melalui tanah yang merekah dan masuk serta terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bencana longsor yang terjadi pada tahun 2016 terjadi sebanyak 36 kali, dengan korban jiwa sebanyak 2 (dua) orang dan kerugian harta benda yang mencapai 4 (empat) miliar lebih. Pada tahun 2016 hujan ekstrim yang turun menyebabkan terjadinya tanah longsor di Taman Wisata Coban Rondo. Bencana ini menyebabkan kerusakan 9 (sembilan) kios pedagang hilang, 1 (satu) unit koperasi dan ruang informasi taman wisata rusak berat, 1 (satu) lahan parkir rusak berat, 1 (satu) bak penampung PDAM rusak berat, 1 (satu) saluran pipa PDAM rusak berat demikian pula menutup akses jalan Malang-Kediri. Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah longsor itu terjadi di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka korban jiwa yang ditimbulkannya akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor. Selain bencana tanah longsor, beberapa kawasan di Kabupaten Malang merupakan kawasan yang rawan banjir, khususnya di kecamatan-kecamatan yang berada di hilir DAS misalnya Kecamatan Tirtoyudo. Banjir yang terjadi selama tahun 2016 telah mengakibatkan kerugian material senilai Rp ,00 dan 5 kepala keluarga mengungsi serta merendam sekitar 7 Ha lahan. Banjir yang terjadi di Kecamatan Tirtoyudo selama tahun 2016 telah mengakibatkan 14 rumah rusak berat; 15 rumah rusak sedang; 164 rumah rusak ringan; 1 (satu) titik tanggul Kali Wader rusak total; 1 (satu) titik jalan desa putus dan 1 (satu) titik sayap jembatan rusak Executive Summary 9

11 berat. Penyebab bencana banjir ini bisa oleh karena: 1) penggundulan hutan di kawasan konservasi; 2) kondisi kontur lahan yang bersifat cekungan; 3) kombinasi antara hujan dan rob; dan 4) terjadinya hujan ekstrim. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Malang berada di sekitar Sub DAS Sumber Brantas yang melewati Kecamatan Pujon, Kasembon dan Ngantang, Sub DAS Metro yang melewati Kecamatan Tirtoyudo dan Ampelgading, dan Sub DAS Lesti yang melewati Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Turen, Wajak, Bululawang, Gondanglegi, Pagelaran, Gedangan, Bantur dan Pagak. Beberapa penyebab l a i n terjadinya banjir ini antara lain j u g a disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan resapan air, dan semakin rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah hulu DAS-DAS tersebut. Pressure Penyebab utama banjir berasal dari curah hujan yang sangat tinggi (ekstrim) akibat pemanasan global tidak terhindarkan. Curah hujan di Kabupaten Malang memiliki potensi kerusakan lingkungan rendah hingga sedang, namun jika yang terjadi adalah hujan ekstrim (curah hujan yang baik intensitas maupun durasinya lebih besar dari pada hujan biasa), maka kerusakan yang diakibatkan menjadi lebih besar lagi. Apabila hujan besar turun terus-menerus selama beberapa jam dalam beberapa hari, maka air tidak bisa masuk ke saluran drainasi, karena kapasitas saluran tersebut terlampaui, sehingga berubah menjadi genangan. Genangan air tersebut lama-kelamaan akan semakin tinggi dan fasilitas jalan berupa aspal akibat terkikis oleh air hujan. Penyebab kedua adalah akibat penggundulan hutan di kawasan konservasi. Salah satu contoh adalah longsor yang terjadi di Kecamatan Pujon. Bencana tanah longsor ini terjadi akibat faktor kesalahan manusia dalam memanfaatkan lahan hutan konservasi. Hutan yang seharusnya menjadi area resapan air, digunduli untuk dijadikan lahan pertanian oleh penduduk sekitar tanpa memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan. Penyebab ketiga adalah kombinasi antara hujan dan rob. Salah satu contoh kasus terjadi di Pantai Tamban, Dusun Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Executive Summary 10

12 Wetan dengan luas area yang terendam sebesar 7 Ha yang menyebabkan kerusakan 11 unit rumah atau 25 KK dan 68 KK tidak dapat melaut. Response Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Malang telah melakukan identifikasi dan memetakan daerah-daerah yang rawan bencana. Diketahui bahwa Kabupaten Malang sering terjadi bencana, seperti: tanah longsor, banjir, gempa bumi dan angin puting beliung yang mengakibatkan banyak kerugian. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang untuk menangani masalah bencana alam banjir dan tanah longsor adalah dengan meningkatkan jumlah desa tangguh bencana. Desa tangguh tersebut antara lain telah terbentuk di Kecamatan Tirtoyudo, Ampelgading, SumbermanjingWetan dan Ngantang. Persentase penduduk yang terlayani untuk pembangunan desa tangguh bencana pada saat ini adalah 17 Desa dan akan ditingkatkan sampai 32 Desa pada tahun Meningkatkan bantuan sosial terhadap korban bencana dengan program kedaruratan dan logistik penanggulangan bencana. Presentase penanganan bencana pada saat ini 81 % dan akan ditingkatkan sampai 85 % pada tahun Penanganan bencana dilakukan oleh BPBD bekerjasama dengan semua organisasi perangkat daerah di lingkup Pemerintah Kabupaten Malang serta para relawan (pelaku usaha, perguruan tinggi, LSM, masyarkat). Telah terbentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) penanggulangan bencana dengan jumlah anggita 50 personil. Selain itu telah dibentuk juga Satgas Penanggulangan Bencana di tingkat Kecamatan yang terdiri dari unsur MUSPIKA Kecamatan, Perangkat Kecamatan, Dunia Usaha, Tokoh Masyarakat, Unsur Profesi dan LSM di masing-masing kecamatan (33 kecamatan). Di tingkat desa daerah rawan bencana juga telah dibentuk satgas dengan jumlah anggota mencapai 184 orang. Satgas tersebut dibentuk pada 17 kecamatan rawan yang merupakan daerah rawan bencana. Sedangkan untuk penanganan bencana di kawasan pesisir pantai juga telah dibentuk Beach Rescue Centre (BRC) di pantai Licin, Lenggoksono, Tamban, Sendang Biru, Goa Cina, Bajul Mati, Wonorogo, Balekambang, Kondang Merak, Kondang Iwak, Ngliyep dan Jugring Saloka. Executive Summary 11

13 Persentase penduduk yang terlayani untuk pembangunan desa tangguh bencana pada saat ini ada 17 desa dan akan ditingkatkan menjadi 32 desa pada tahun Meningkatkan bantuan sosial terhadap korban bencana dengan program kedaruratan dan logistik penanggulangan bencana. Presentase penanganan bencana pada saat ini 81% dan akan ditingkatkan sampai 85% pada tahun Perkotaan State Besarnya produksi sampah di Kabupaten Malang berbanding lurus dengan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan. Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang tahun 2016, produksi sampah di Kabupaten Malang diperkirakan mencapai m 3 /hari yang tersebar pada 33 kecamatan. Jumlah timbulan sampah terbesar adalah di Kecamatan Singosari dan Kecamatan Pakis yaitu sebesar 346 m 3 /hari dan 284 m 3 /hari. Salah satu sumber sampah yaitu terminal, sebesar 1.280,7 m 3 /hari; objek wisata sebesar 100 m 3 /hari dan hotel sebesar 159,20 m 3 /hari. Jumlah timbulan sampah terangkut berdasarkan data inventarisasi TPST 3R yaitu sebesar 430,5 m 3 /hari Dari sampah tersebut, sebesar 309,7 m 3 /hari sampah berhasil diolah atau sebesar 71,93%, sisanya sebesar 119,1 m 3 /hari atau 27,67% masih belum diolah. Sampah yang belum terolah di TPST 3R ini diangkut ke TPA untuk mengolahannya. Pada saat ini, Kabupaten Malang memiliki 4 (empat) TPA yang beropreasi dengan sistem control landfill. Keempat TPA tersebut yaitu: 1) TPA Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen; 2)TPA Randuagung Singosari; 3)TPA Paras Poncokusumo, 4)TPA Rejosari Bantur. TPA Talangagung dan Paras memiliki sisa umur operasi 2 tahun lagi dengan sisa lahan sebesar 87 Ha dan 162,2 Ha. Pressure Tekanan persampahan paling utama adalah banyaknya jumlah penduduk. Produksi sampah terbanyak berasal dari Kecamatan Singosari dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, sedangkan produksi sampah terkecil berasal dari Kecamatan Kasembon dengan jumlah penduduk sebesar jiwa. Dari data Executive Summary 12

14 inventarisasi TPST 3R, TPS-TPS dan bank-bank sampah, sampah diproduksi setiap harinya tidak bisa terolah semuanya atau hanya sekitar 27,67%. Sisa sampah yang belum terolah ini memerlukan penanganan supaya tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Response Dalam upaya melakukan pengelolaan persampahan selain penangangan berupa pemberian layanan penanganan persampahan yang selanjutnya diproses pada TPA yang ada, Pemerintah Kabupaten Malang juga terus mendorong dibangunnnya TPST 3R. Sampai dengan 2016 telah ada 39 TPST 3R. Pada TPST 3R ini mampu mengolah sampah sebanyak 309,7 m 3 /hari. Di lokasi TPST 3R ini, sampah yang masuk dipilah sesuai jenisnya untuk memudahkan pengolahannya. Salah satu TPST 3R yang ada di Kabupaten Malang yaitu TPST 3R Mulyoagung Bersatu. Dengan keberhasilan TPST 3R Mulyoagung dalam mengolah sampah, maka Pemerintah Kabupaten Malang dalam upayanya mengendalikan masalah persampahan akan membangun tempat-tempat sejenis di beberapa kecamatan untuk menaggulangi sampah yang belum terolah di TPA serta akan membangun TPA terpadu dengan memanfaatkan hasil olahan sampah menjadi produk layak jual dan pakai. Melalui program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Persampahan Pemerintah Kabupaten Malang selain terus berupaya dalam penyediaan sarana dan prasanara persampahan, juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi untuk memperkokoh kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup khususnya dalam pengelolaan sampah. Melalui kegiatan Peningkatan Peran serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah, secara intensif dilakukan sosialisasi, pembinaan dan dampingan pada masyarakat tentang pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Masyarakat di tingkat RT/RW didorong untuk membentuk bank-bank sampah agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini diharapkan dapat mereduksi sampah dari tingkat sumbernya. Hal ini juga mengingat wilayah layanan persampahan Kabupaten Malang yang cukup luas yang cukup sulit untuk dapat dijangkau semuanya. Sehingga peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri sangat dibutuhkan tidak hanya untuk mereduksi jumlah sampah tetapi yang Executive Summary 13

15 juga agar lingkungan terjaga tidak tercemar oleh sampah. Jumlah bank sampah yang telah terbentuk menurut hasil identifikasi oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang adalah sebanyak 255 unit. Keterlibatan bank sampah mengelola sampah secara mandiri ditingkat sumber sampah ini mampu mengurangi sekitar 4% dari total produksi sampah yang ada. Selain program-program tersebut, Pemerintah Kabupaten Malang juga mengembangkan beberapa inovasi di bidang lingkungan hidup khususnya dalam pengelolaan sampah antara lain: 1) Pelayanan sapu bumi dimana masyarakat diajak untuk bersama-sama mengelola sampahnya skala kawasan dengan layanan door-todoor (dari rumah ke rumah) diangkut kendaraan roda tiga selanjutnya di tempatkan di instalasi pengolahan sampah di TPST 3R; 2) Penggunaan Bambu Petung sebagai alternatif penangkap gas metana di TPA Paras Poncokusumo, dan 3) Wisata edukasi di TPA Talangagung sebagai media pembelajaran pengolahan sampah terpadu; 4) Pemanfaatan gas metana sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan pengganti kompor gas. Gas metana dari TPA Paras didistribusikan melalui jaringan perpipaan ke permukiman warga di sekitar TPA sebagai bahan bakar alternatif untuk kompor gas. Jumlah pemanfaatan saat ini sebanyak 165 KK. Teknologi sederhana ini dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Cempoko Mulyo. Hal ini dapat dikembangkan lebih luas lagi untuk menjangkau lebih banyak KK, mengingat teknologi pemanfaatan gas metana ini bersifat sederhana dan tidak membutuhkan skill atau keahlian khusus dalam mengelolanya. Keuntungan dari teknologi ini adalah bahan mudah didapat, bisa menggunakan bahan lokal misalnya bambu, murah biayanya, bahan bambu tahan terhadap tekanan alat berat dan panas, tangkapan dan tekanan gas metana sangat tinggi, pengoperasian dan pemeliharaan sangat mudah dan bisa dipindahkan (fleksibel). Pemanfaatan gas metana juga telah dirasakan oleh masyarakat sekitar TPA Talangagung. Sampai saat ini telah tersambung saluran gas metana ke masyarakat sejumlah 200 KK di sekitar lokasi TPA Talangagung. Gas metana tersebut juga dimanfaatkan untuk air mandi hangat, dengan pengembangan pendaaan diperoleh dari sumbangan sukarela masyarakat setempat dan partisipasi pihak swasta. Executive Summary 14

16 Salah satu ukuran keberhasilan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dari prestasi dan penghargaan yang diterima baik dari tingkat pusat maupun tingkat provinsi. Beberapa penghargaan tingkat nasional dan provinsi di bidang lingkungan hidup yang telah diperoleh di tahun 2016 antara lain, Adipura Kirana untuk ketegori Kota Kecil Kepanjen yang merupakan penghargaan Adipura ke 9 yang diterima Pemerintah Kabupaten Malang, Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional yang diraih oleh 2 sekolah dan 5 sekolah meraih penghargaan Adiwiyata tingkat Provinsi, Kampung Proklim, Kalpataru tingkat Provinsi untuk kategori Perintis, Pengabdi dan Penyelamat Lingkungan dan Peringkat Pertama Program Menuju Provinsi Hijau Tingkat Provinsi Jawa Timur. Di tingkat daerah, dalam upaya untuk mendukung meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Pemerintah Kabupaten Malang juga memberikan apresiasi dengan memberikan penghargaan lingkungan kepada perorangan/individu atau kelompok masyarakat atau pelaku usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai kepedulian dan berjasa meningkatkan kualitas lingkungan. Sasaran kegiatan tersebut dimulai dari sekolah, desa, Perusahaan/Industri, baik kelompok maupun perorangan. Executive Summary 15

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET Meningkatkan kualitas dan fungsi LH melalui upaya pencegahan dan pengendalian terhadap pencemaran air dan udara Meningkatkan

Lebih terperinci

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) MENGGUNAKAN METODE BAYES Studi Kasus : BPBD Kabupaten Malang R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso

Lebih terperinci

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LAPORAN INFORMASI KINERJA INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH LINGKUNGAN (IKPLHD) HIDUP DAERAH KABUPATEN (IKPLHD) MALANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENDAPATAN PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP JL. Pemuda Soempono Kel. Gedog Kec. Sananwetan Telp.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2016 DINAS LINGKUNGAN HIDUP, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA SALINAN -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR LAPORAN KABUPATEN MALANG TAHUN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI PROFIL DINAS KABUPATEN WONOGIRI Alamat : Jln. Diponegoro Km 3,5 Bulusari, Bulusulur, Wonogiri Telp : (0273) 321929 Fax : (0273) 323947 Email : dinaslhwonogiri@gmail.com Visi Visi Dinas Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017 TATACARA PENYUSUNAN a. Tim Penyusun dan Bentuk Dokumen disusun oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah, yang keanggotaannya melibatkan unsur-unsur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, Perguruan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi

Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Program/Kegiatan Peningkatan IPLT Tririh Lor Mengingat makin banyaknya pemukiman pada wilayah-wilayah perkotaan seperti Cilacap kota, Kroya, Majenang, Maos yang berpotensi menjadi

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dengan memperhatikan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016

LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 LAPORAN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (IKPLHD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR LAPORAN KABUPATEN MALANG TAHUN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG Siti Rahmatia Pratiwi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuang sampah di jalan, saluran selokan, sungai dan lahan-lahan terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. membuang sampah di jalan, saluran selokan, sungai dan lahan-lahan terbuka. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya volume jumlah sampah setiap harinya diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penambahan jumlah penduduk, meningkatnya daerah permukiman dan tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD I ndikator kinerja menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 2016 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN TARGET PROGRAM Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 66,70% Pengembangan Kinerja Pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator Mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan yang layak dan berwawasan lingkungan. Pada misi III yaitu mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) SEKOLAH MENENGAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA p PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia. 2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN

RENCANA STRATEGIS KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN TAHUN 2007 RENCANA STRATEGIS KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2007-2010 NO PROGRAM PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN SUMBER TUJUAN KEGIATAN TARGET GROUP KET PEMBIAYAAN 1 2 3 4 1 Program Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing : ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A008036 Dosen Pembimbing : Drs. Herbasuki Nurcahyanto, MT & Dra. Maryam Musawa, MSi

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : KEPALA SUB BIDANG PEMBEEDAYAAN MASYARAKAT DAN KOMUNIKASI LINGKUNGAN 2. TUGAS : melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan strategis, koordinasi

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI Talangagung Tantangan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian besar tempat pemrosesan akhir sampah di Indonesia

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015 Hal 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI Formulir RKA SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN : 1.0. LINGKUNGAN HIDUP ORGANISASI : 1.0.01. KANTOR LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

KERANGKA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

KERANGKA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KERANGKA KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017-2020 SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP RPJMD I STRATEGIS sistem tata kelola yang baik dalam menjamin pelayanan prima Persentase rata-rata ketercapaian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS

BAB III ISU STRATEGIS BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci