STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or."

Transkripsi

1 TRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JAMANI Oleh : Drs. Nuruddin PB, M.Or. A. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian perlu adanya guru pendidikan jasmani yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk mengampu pelajaran pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang memiliki kewenangan dan kemampuan tersebut dihasilkan oleh berbagai jenjang pendidikan dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP dan FKIP yang memiliki Fakultas atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. ebenarnya cukup banyak lulusan guru pendidikan jasmani dari LPTK tersebut, tetapi kondisi Negara yang kurang baik belum bias menempatkan mereka bekerja sebagai guru. Oleh karena itu masih banyak guru yang bukan bidangnya mengajar pendidikan jasmani. Hal ini diperarah lagi dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang menunjang pelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kendala lain adalah cara mengajar pendidikan jasmani yang berorientasi pada olahraga prestasi, sehingga kurang melibatkan partisipasi gerak dan tingkat perkembangan siswa. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus dapat mengakomodasi nilainilai pendidikan. elama ini peran pendidikan jasmani sebagai bagian dari system pendidikan dirasa masih belum optimal. elain faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai, masih banyak faktor lain yang perlu dibenahi dalam mengoptimalkan peran pendidikan jasmani di sekolah, seperti kurikulum kualitas guru dan strategi pembelajaran. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

2 ebagai bagian integral dari pendidikan maka tujuan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang istem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. edangkan tentang pendidikan jasmani terdapat dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 Tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di ekolah, Bab VI Pasal 9, yang berbunyi : Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah. Baik dari tujuan pendidikan maupun pendidikan maupun pendidikan jasmani keduanya mengacu pada pendidikan anak seutuhnya yang harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani, pertumbuhan jiwa dan raga menuju keselarasan untuk menghindari pendidikan yang hanya mengarah kepada intelektualisme. Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani yang tercantum dalam Undang-undang sifatnya sangat umum. Untuk mencapai tujuan yang sifatnya umum tersebut diperlukan pentahapan yang dirancang dan dapat dilaksanakan sebagai tujuan yang sifatnya khusus. Tujuan pendidikan mencakup tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Untuk pendidikan jasmani perlu ditambah dengan ranah fisik/jasmani (Annarino dkk., 1980:65). Ranah kognitif mencakup tujuan yang berkaitan dengan intelektual, berpikir, pengetahuan, dan pemahaman. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, minat, dan apresiasi. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan gerak, sedangkan ranah fisik berkaitan dengan tujuan berfungsinya dengan baik sistem tubuh, seperti meningkatkan kekuatan, kecakapan, daya tahan, kelentukan, dan sebagainya. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

3 B. PENGAJARAN PENDIDIKAN JAMANI Memilih strategi mengajar yang tepat merupakan salah satu unsur penting dalam pengajaran pendidikan jasmani. Ketepatan dalam memilih strategi mengajar akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan mengajar. Keberhasilan dalam mencapai tujuan mengajar kan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh guru disebut sebagai perilaku mengajar, sedangkan keputusan yang dibuat oleh siswa disebut perilaku belajar sehingga proses pembelajaran yang dulu kita kenal sebagai proses belajar mengajar adalah interaksi antara perilaku guru dan perilaku siswa. Pola-pola keputusan disebut gaya mengajar (teaching style), sedangkan kerangka kerja yang menopang gaya-gaya mengajar disbeut spectrum gaya mengajar. pectrum mengidentifikasi struktur setiap gaya mengajar dengan menggambarkan keputusan-keputusan yang diambil baik oleh guru maupun siswa. pectrum menggambarkan bagaimana cara pergeseran atau pergantian keputusan yang tepat dari guru ke siswa, karena pergantian dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain. pectrum juga menggambarkan pengaruh tiap gaya mengajar terhadap siswa dalam ranah kognitif, afektif, social, fisik maupun moral. Mengajar merupakan kemampuan berperilaku dalam cara yang tepat dengan menggunakan gaya mengajar yang sesuai dengan tujuan. Mengajar yang terampil adalah kemampuan untuk mengganti secara tepat dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain, karena tujuan mengajar selalu berubah dari satu episode mengajar ke episode mengajar yang lain. Dalam kesempatan yang singkat ini akan dibahas mengenai aspek-aspek yang mendasari strategi mengajar yang sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Aspek-aspek tersebut meliputi spectrum gaya mengajar, anatomi gaya mengajar dan pelaksanaan penerapan gaya mengajar. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

4 C. PEKTRUM GAYA MENGAJAR Tujuan spectrum gaya mengajar adalah untuk memberikan pengetahuan yang kongkrit tentang alternatif dalam aktivitas mengajar bagi guru dan mengajak mereka untuk melaksanakannya bersama siswa guna mencapai tujuan tertentu. Rumusan spectrum gaya mengajar yang mendasar adalah bahwa mengajar diatur dengan proses penyatuan pengambilan keputusan. etiap aktivitas mengajar yang baik adalah dari keputusan sebelumnya. Membuat mengajar, misalnya : bagaimana mengorganisasikan siswa, pokok bahasan, siswa, memilih perilaku verbal, menciptakan susunan social-afektif atau menyelenggarakan hubunganhubungan kognitif dengan siswa. Mengidentifikasi keputusan-keputusan utama dan memahami kombinasi keputusan yang memungkinkan, akan membuka pandangan yang luas untuk melihat hubungan guru dan siswa. etiap pilihan dalam hubungan guru dan siswa memiliki struktur keputusan tertentu yang dibuat oleh guru dan siswa. pectrum gaya mengajar mengidentifikasikan pilihan-pilihan atau gayagaya mengajar, struktur keputusan, peran khusus guru dan siswa dalam setiap gaya mengajar dan tujuan yang ingin dicapai. truktur spectrum terdiri dari : 1. Aksioma (The Axion) eluruh struktur spectrum berasala dari premis sebelumnya yang menyatakan bahwa perilaku mengajar adalah suatu rangkaian pengambilan keputusan. Tiap aktivitas mengajar yang tepat adalah hasil dari keputusan sebelumnya. 2. Anatomi Gaya Mengajar (The Anatomy of Any tyle) Anatomi gaya mengajar terdiri dari kategori-kategori keputusan yang mungkin yang harus diambil dalam transaksi belajar-mengajar. Kategori ini dikelompokkan kedalam tiga tahap, yaitu : Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

5 (1) Pra Pertemuan (Preimpact set) Keputusan-keputusan yang harus dibuat sebelum transaksi belajarmengajar berlangsung. (2) elama Pertemuan (Impact set) Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan inti transaksi belajarmengajar. (3) Pasca Pertemuan (Postimpact set) Mengidentifikasi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan evaluasi transaksi belajar-mengajar. 3. Pembuatan Keputusan (The Decision Makers) Baik guru maupun siswa dapat membuat keputusan-keputusan dalam berbagai kategori-kategori yang disajikan dalam anatomi gaya mengajar. Jika semua atau sebagian besar keputusan dalam kategori menjadi tanggung jawab guru misalnya, maka guru tersebut memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat maksimum, dan sebaliknya siswa memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat minimum 4. pektrum Gaya Mengajar (pectrum) Dengan menentukan siapa yang membuat keputusan, tentang apa dan kapan, maka memungkinkan untuk mengidentifikasi struktur dari 11 gaya mengajar, dan juga gaya mengajar alternative yang memungkinkan yang berada diantara spectrum gaya-gaya mengajar tersebut. 5. Kluster (Clusters) truktur gaya mengajar mencerminkan dua kapasitas dasar, yaitu kapasitas untuk reproduksi dan kapasitas produksi. Pada dasarnya tiap manusia memiliki kapasitas untuk mereproduksi pengetahuan, meniru model, dan berlatih ketrampilan. Disamping itu, manusia juga memiliki kapasitas untuk mereproduksi ide, sesuatu, dan kapasitas untuk mengajukan hal-hal yang baru dan yang belum diketahui. 6. Efek Pengembangan (The Developmental Effects) Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

6 Karena keputusan-keputusan selalu berpengaruh terhadap apa yang terjadi pada siswa, maka tiap gaya berpengaruh pada perkembangn siswa. prektrum gaya mengajar memberikan kerangka kerja untuk mengkaji pengaruh tiap gaya dalam domain kognitif, afektif, social, fisik, dan domain moral. Hubungan Guru-iswa-Tujuan Interaksi diantara guru dengan siswa selalu mencerminkan perilaku mengajar, perilaku belajar, dan seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Ikatan diantara perilaku guru (G), perilaku belajar (), dan tujuan (T) tidak mungkin dipisahkan G--T selalu ada dalam satu kesatuan sebagai kesatuan pedogogis. Ada dua perangkat tujuan yang ingin dicapai dalam interaksi guru-siswa, yaitu tujuan pokok bahasan (ubject matter objectives) dan tujuan perilaku (Behaviour objectives). D. PERENCANAAN MENGAJAR Perencanaan mengajar dapat dilihat dalam anatomi gaya mengajar. Gaya mengajar mengidentifikasi dan diorganisasikan dalam tiga tahap, yaitu : (1) Tahap Pra Pertemuan (The Preimpact et); (2) Tahap Pertemuan (The Impact et); dan (3) Tahap Pasca Pertemuan (The Pastimpact et). 1. Tahap Pra Pertemuan (Persiapan) a. Tujuan episode Keputusan ini mengidentifikasi tujuan episode 1) Dimana guru berperan? 2) Dimana siswa berperan? 3) Harapan-harapan spesifik apa dari episode tersebut (G--T)? b. Pemilihan gaya mengajar Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

7 Keputusan ini mengidentifikasi perilaku mengajar yang akan membangkitkan perilaku belajar yang mengarahkan siswa pada tujuan episode (G--T). c. Gaya belajar yang diharapkan Keputusan ini dapat didekati dengan dua cara: 1) Jika gaya mengajar dipergunakan sebagai tempat masuk (entry point) pada perilaku episode, maka gaya mengajar yang diharapkan merupakan refleksi dari penerapan gaya mengajar tersebut. 2) Jika kebutuhan siswa dipergunakan sebagai tempat masuk, maka kebutuhan siswa tersebut menentukan dalam memilih gaya mengajar (G--T). d. iapa yang akan diajar uatu keputusan harus dibuat untuk individu-individu yang terlibat dalam episode. 1) Kepada siapa dialamatkan? 2) Apakah untuk seluruh kelas, sebagian kelas, atau unuk perorangan? e. Pokok Bahasan/Materi Pelajaran Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang apa yang diajarkan dan apa yang tidak diajarkan. Pokok bahasan ini meliputi keputusankeputusan tentang : 1) Jenis pokok bahasan 2) Jumlah aktivitas 3) Kualitas pelaksanaan 4) Urutan pelaksanaan f. Kapan Mengajar Keputusan-keputusan waktu harus disusun: 1) Waktu mulai untuk tiap aktivitas tertentu 2) Kecepatan dan irama aktivitas kecepatan pelaksanaan aktivitas/tugas. 3) Durasi-lama waktu per aktivitas Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

8 4) Interval-waktu diantara berbagai aktivitas atau episode 5) Waktu berakhir untuk seluruh episode atau pelajaran g. Cara komunikasi Keputusan ini berkaitan dengan cara berkomunikasi yang akan digunakan dalam episode mengajar. Berbeda-beda dan pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. h. Pengorganisasian Pengorganisasian ini berkaitan dengn keputusan-keputusan tentang berbagai kebutuhan logistic dan manajemen kelas. i. Dimana mengajar Keputusan ini mengidentifikasi tempat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas. j. Posture Keputusan ini menunjukkan hubungan diantara posisi-posisi bagian tubuh selama melakukan aktivitas. k. Pakaian dan Penampilan l. Parameter Keputusan ini menunjukkan pada batas-batas, terutama dalam hubungan dengan kategori tempat, posture, pakaian, dan penampilan. m. uasana Kelas uasana kelas menunjukkan kondisi afektif dan social yang berkembang didalam kelas. n. Materi dan Prosedur Evaluasi Keputusan-keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan evaluasi yang akan dilakukan pada tahap pasca pertemuan. o. Lain-lain Anatomi gaya mengajar ini merupakan struktur yang terbuka. 2. Tahap Pertemuan (Pelaksanaan) a. Mengimplementasikan dan mengikuti keputusan-keputusan pada tahap Pra Pertemuan. Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

9 bagaimana melaksanakan keputusan-keputusan dalam kategori nomor b. Karena perencanaan tidak dapat selalu sempurna, maka pelaksanaannya juga tidak sempurna. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian keputusan yang harus dibuat. Ada dua pilihan yang dapat dilakukan : 1) Mengidentifikasi keputusan yang menyebabkan masalah, kemudian mengoreksinya dan melanjutkan episode mengajarnya. 2) Jika masalah tersebut serius, maka mengakhiri episode tersebut dan berganti ke aktivitas lain. c. Lain-lain Model ini bersifat terbuka. 3. Tahap Pasca Pertemuan (Evaluasi) a. Mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan pada tahap pertemuan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati, mendengarkan, sentuhan, dan lain-lain. b. Minimal Informasi dengan Kriteria Keputusan-keputusan dibuat untuk membandingkan dan mencocokkan antara pelaksanaan dengan kriteria, standar atau model. c. Memberikan Umpan Balik Kepada iswa Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana cara memberikan umpan balik, yaitu informasi atau penilaian tentang kinerja aktivitas siswa, dan tentang peran siswa dalam membuat keputusan. Umpan balik dapat segera atau ditunda, dan dapat diberikan dengan sikap, gerak-isyarat, simbol atau perilaku verbal. Ada empat bentuk pemberian umpan balik, yaitu: 1) Pernyataan nilai 2) Pernyataan korektif 3) Pernyataan netral 4) Pernyataan bermakna ganda Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

10 d. Cara mengajukan pertanyaan Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaiman cara mengajukan pertanyaan. e. Menilai gaya mengajar yang dipilih Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana kefektivan gaya mengajar yang digunakan dalam menyelesaikan episode dan pengaruhnya terhadap siswa. f. Minimal gaya belajar yang diharapkan Dalam hubungannya dengan kategori yang dibuat sebelumnya (menilai gaya mengajar yang dipilih), sebuah keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan apakah siswa telah mencapai tujuan episode tersebut. Kesesuaian diantara tujuan dan tindakan atau aktivitas harus dinilai dan dicocokkan dengan gaya mengajar dan gaya belajar. g. Penyesuaian-penyesuaian Berdasarkan penilaian episode tersebut, keputusan-keputusan harus dibuat untuk penyesuaian dan penyempurnaan yang diperlukan pada episode berikutnya. h. Lain-lain Model ini bersifat terbuka Moston dan Asworth (1994) mengemukakan 11 (sebelas) gaya mengajar mulai dari gaya Komando (A) hingga gaya Mengajar endiri (K). gaya-gaya mengajar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Gaya Komando (A) (Command tyle) Belajar melaksanakan tugas dengan tepat dan dalam waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan yang dibuat oleh guru. Pemberian respons yang cepat kepada stimulus. Pelaksanaan tugas dilakukan dengan tepat dan cepat. Menirukan model. 2. Gaya Latihan (B) (Practice tyle) Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

11 Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja secara individu dan memberikan kesempatan guru menyampaikan umpan balik secara individu. Waktu yang diberikan siswa untuk melaksanakan tugas secara individu dan waktu yang diberikan guru untuk memberikan umpan balik kepada siswa secara individu. 3. Resipirokal (C) (Reciprocal tyle) iswa bekerja dengan pasangan dan memberikan umpan balik kepada pasangan, yang didasarkan atas kriteria yang dipersiapkan guru. iswa bekerja dengan pasangan, menerima umpan balik segera; mengikuti kriteris pelaksanaan yang dirancang oleh guru; dan mengembangkan umpan balik dan ketrampilan sosialisasi. 4. Gaya Periksa endiri (D) (The elf Check tyle) Belajar melaksanakan tugas dan memeriksa pekerjaan sendiri. iswa melaksanakan tugas secara individu dan memberikan umpan balik sendiri dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh guru. 5. Gaya Inklusi (E) (The Inclusion tyle) Belajar memilih level tugas yang dapat dilakukan dan memberikan tantangan untuk memeriksa pekerjaannya sendiri. Tugas yang sama dirancang untuk tingkat kesulitan yang berbeda. iswa menentukan entry point kedalam tugasnya dan kapan berpindah pada level tugas yang lain. 6. Gaya Diskaveri Terbimbing (F) (The Discovery tyle) Menemukan konsep dengan menjawab serangkaian pertanyaan yang disajikan oleh guru. Guru, dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tertentu, secara sistematis mengarahkan siswa menemukan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya yang belum diketahui oleh siswa. 7. Gaya Diskaveri Konvergen (G) (The Discovery Convergent tyle) iswa menemukan solusi terhadap suatu masalah dan belajar mengklarifikasi isu serta mengambil kesimpulan dengan menggunakan prosedur logis, pemikiran/pertimbangan, dan berfikir kritis. Guru menyajikan pertanyaan. truktur intrinsic tugas (pertanyaan) memerlukan jawaban tunggal yang benar. iswa dilibatkan dalam pemikiran (operasi Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

12 kognitif lain) dan mencari untuk menemukan jawaban/solusi tunggal yang benar. 8. Gaya Produksi Divergen (H) (The Divergent Production tyle) iswa dilibatkan dalam memproduksi (menemukan) respons ganda untuk pertanyaan tunggal. iswa dilibatkan dalam memproduksi respons divergen (berbeda) untuk pertanyaan tunggal. truktur instrinsik tugas (pertanyaan) memberikan respons ganda yang mungkin. Respons ganda dinilai dengan prosedur Possible-Feasible-Desiable Procedure atau dengan memverifikasi aturan disiplin yang diberikan. 9. Gaya Program Individual Rancangan iswa (I) (The Individual Program Learner s Design tyle) Merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan yang dikonsultasikan dengan guru. iswa merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan. iswa memilih topic, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, menemukan jawaban, dan mengorganisasikan informasi. Guru menentukan bidang pokok bahasan umum. 10. Gaya Inisiatif iswa (J) (The Learner-Initiated tyle) iswa memulai pengalaman belajar, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan criteria yang disepakati bersama. iswa memulai gaya ini dimana ia akan melakukan episode atau serangkaian episode. iswa memiliki pilihan untuk menentukan berbagai gaya mengajar pada spektrum ini. 11. Gaya Mengajar endiri (K) (The elf Teaching tyle) Memberikan kesempatan siswa untuk membuat keputusan maksimum tentang pengalaman belajarnya, yakni tanpa keterlibatan langsung dari guru. Gaya ini jarang digunakan di sekolah. Gaya ini lebih tepat untuk mengembangkan hobi atau mengisi waktu luang. iswa memulai pengalaman belajar, merancang, dan mengevaluasinya. iswa memutuskan seberapa banyak keterlibatan guru. Guru menerima keputusan belajar Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

13 siswa dan memberikan kondisi umum untuk agar siswa merencanakan apa yang akan dilakukan di sekolah. A B C D E F G H I J K Pra Pertemuan G G G G G G G G G Pertemuan G PL G G G G Pasca Pertemuan G G Pn G G G Gambar 1. pektrum Gaya Mengajar Keterangan : G : Guru : iswa PL : iswa sebagai pelaku Pn : iswa sebagai pengamat Tabel 1. Karakteristik Gaya Mengajar Karakteristik umum (Tujuan) Gaya A-E 1. Reproduksi pengetahuan dan ketrampilan 2. Pokok bahasan konkrit, terutama berisi fakta, aturan, dan ketrampilan khusus (Pengetahuan dasar, pengetahuan tertentu atau pasif) 3. Hanya ada satu cara yang benar untuk melaksanakan tugas, yaitu dengan berusaha menyamai model yang disajikan 4. Waktu digunakan untuk berlatih dan belajar guna mengikuti model. Karakteristik umum (Tujuan) Gaya F-J 1. Produksi pengetahuan dan ketrampilan baru untuk siswa dan/atau guru 2. Pokok bahasan merupakan variable, sebagian besar berisi konsep, strategi, dan prinsipprinsip. 3. Mendatangkan alternatif-alternatif dalam rancangan dan kinerja. Tidak ada satu model yang harus diikuti. 4. Waktu digunakan untuk prosesproses kognitif yang terlibat. 5. Waktu digunakan untuk Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

14 5. ebagian besar operasi kognitif yang dilibatkan adalah memori dan pengingatan kembali 6. Umpan balik bersifat khusus dan menunjukkan kinerja tugas dan kesesuaiannya dengan model 7. Perbedaan individu diterima hanya dalam batas-batas fisik dan emosional 8. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk suatu pelaksanaan model, pengulangan, dan mengurangi kesalahan. mengembangkan iklim efektif yang kondusif untuk memproduksi dan menerima berbagai alternatif dan pilihan. 6. Operasi kognitif dilibatkan dalam membandingkan mengkontraksikan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menemukan sesuatu, dan lain-lain. 7. Penemuan dan kreativitas dimanifestasikan melalui operasi kognitif. 8. Penemuan oleh siswa dikembangkan melalui proses konvergen dam divergen atau kombinasi dari keduanya. 9. Umpan balik berkaitan dengan memproduksi alternatif-alternatif dan bukan merupakan solusi tunggal. 10. Perbedaan individual dalam hal kuantitas, kecepatan, dan jenis produksi sangat penting untuk menjaga dan melanjutkan gaya mengajar ini. 11. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk pencarian, pengujian validitas alternatif, dan melebihi hal-hal yang telah diketahui. E. PELAKANAAN DAN PENERAPAN GAYA MENGAJAR Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Ada berbagai Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

15 perkembangan dalam penerapan gaya mengajar (Dougherly dan Bonanno, 1983) sebagai berikut : 1. Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. etiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu, berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu. Hal ini yang harus diperhatikan adalah kesiapan siswa untuk mengambil keputusan, peralatan yang tersedia, kesesuaian dengan pokok bahasan dan berbagai faktor lain. 2. Ada periode yang menyebabkan penghentian yang harus diamati, jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekankan kepada siswa pada akhir rangkaian kesatuan gaya mengajar. Peralihan sangat efektif apabila dilakukan secara perlahan dan cermat, agar lebih meningkatkan dalam pembuatan keputusan-keputusan sederhana dari diberikan terlalu banyak tetapi sulit dilaksanakan siswa. 3. ebelum menjalankan gaya mengajar yang dipilih, sebaiknya berhati-hati dalam menilai semua variable atau factor didalam situasi mengajar jika pelajaran ternyata tidak berhasil. Banyak kemungkinan kesulitan yang tidak tampak pada setiap gaya mengajar. Beberapa hal yang perlu ditinjau kembali apabila terjadi kegagalan pelajaran adalah : a. Apakah siswa mempersiapkan untuk membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan harapan? b. Apakah guru menyampaikan informasi persiapan yang cukup kepada siswa? c. Apakah guru melakukan gaya mengajar dengan benar? d. Apakah guru memberikan umpan balik (feed back) yang benar? e. Apakah pemilihan gaya mengajar sesuai dengan pelajaran? 4. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dimungkinkan untuk mengkombinasikan dan memodifikasi gaya-gaya mengajar agar sesuai dengan kebutuhan. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

16 5. Gaya mengajar dikatakan baik apabila pelakunya baik, dilakukan dengan baik dengan persiapan yang cermat dan teliti. Guru seharusnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan siswanya. pektrum gaya mengajar memberikan bermacam-macam strategi mengajar yang menarik, produktif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap situasi mengajar yang baru. F. PENUTUP Guru pendidikan jasmani harus memiliki kewenangan, kemampuan, dan menguasai berbagai metode mengajar serta persiapan mengajar yang baik. Perencanaan mengajar sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian model perencanaannya tergantung metode yang dipilih. Model pendekatan mengajar semacam ini masih perlu disebarluaskan dan memerlukan kerjasama yang baik dengan bidang-bidang lain, seperti pengembangan kurikulum, interaksi pembelajaran, strategi pembelajaran, pengajaran mikro dan sebagainya. BIODATA PENULI Nama : Nuruddin Priya B. Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 3 Desember 1962 Pendidikan : 1 Universitas ebelas Maret 2 Jurusan Ilmu Olahraga UN urakarta Alamat Kantor : FKIP-UTP. urakarta, Jln. Walanda Meramis no.31 Cengklik urakarta. Telp (0271) Alamat Rumah : Tempursari, Ngawen, Klaten RT 01/06 Telp (0272) HP Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

17 Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : Vol. 10. No. 2. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mengajar adalah suatu usaha guru memimpin siswa kepada perubahan dalam arti kemajuan atau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dalam keberlangsungan dan perkembangan hidup manusia, karena di dalam proses pendidikan setiap orang akan mendapatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DI KELAS VII MTs N SURAKARTA II TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

Keterampilan tertutup merupakan motorik yang terjadi dalam lingkungan yang relatif stabil dan penggerak biasanya menguasai pelaksanaan gerakan.

Keterampilan tertutup merupakan motorik yang terjadi dalam lingkungan yang relatif stabil dan penggerak biasanya menguasai pelaksanaan gerakan. METODE MENGAJAR Pengantar Untuk membahas berbagai pendekatan mengajar dan kegunaannya, pertama harus dipikirkan proses-proses apa yang terlibat dalam belajar. Dalam pelajaran pertama, kita akan meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada. BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi dan tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

Lebih terperinci

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Dalam Undang undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), lembaga pendidikan harus dapat menciptakan sumber daya manusia yang tanggguh dan berkualitas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd) STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd) 1. Hakekat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via aktivitas jasmani dengan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk membuat perubahan ke arah lebih baik pada peserta didik. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN SMP NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI GAYA MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN SMP NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA Gaya Mengajar Guru... (Febrian Wismoyo N) 1 IDENTIFIKASI GAYA MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN SMP NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA IDENTIFICATION OF THE TEACHING STYLES OF PUBLIC JUNIOR HIGH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan usaha menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 ditujukan pada peningkatan kecerdasan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan. 1 A. Konteks Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam era modernisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan kunci utama dalam tumbuh kembangnya sebuah organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui proses pembelajaran dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara ketiga pihak diharapkan dapat menciptakan / mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 29 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak pernah berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan reformasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Upaya untuk meningkatkan efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA DITINJAU DARI MEDIA PEMBELAJARAN DAN INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH PROGDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FKIP UMS TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan bangsa di semua bidang kehidupan, dan salah satu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko INKONSISTENSI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya lulusan pendidikan jenjang menengah atas memiliki posisi yang cukup tinggi. Mutu lulusan yang dimaksud adalah kualitas hasil belajar siswa baik menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam kehidupannya. Dimana pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci