BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian"

Transkripsi

1 97 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian Sejarah Singkat Priangan Priangan atau Parahyangan berasal dari kata rahyang atau hyang yang berarti roh leluhur atau dewa. Priangan atau Parahyangan berasal dari gabungan kata para-hyang-an. Para menunjukkan bentuk jamak, sedangkan akhiran an menunjukkan tempat. Jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam. Masyarakat Sunda kuno percaya bahwa roh leluhur atau para dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Sejak zaman kerajaan Sunda, wilayah jajaran pegunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Menurut legenda Sunda, tanah Priangan tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah dan restunya. Kisah ini bermaksud untuk menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur. Pada masa kekuasaan Kerajaan Sunda, wilayah Priangan mencakup wilayah antara sungai Cipamali di sebelah timur dan sungai Cisadane di sebelah barat, kecuali wilayah Pakuan Pajajaran dan Cirebon. Setelah kekuasaan Kerajaan Sunda di Pakuan diruntuhkan oleh Kesultanan Banten (1579/1580), wilayah peninggalannya terbagi ke dalam dua kekuasaan. Kerajaan Sumedang Larang dan

2 98 Kerajaan Galuh. Sumedang Larang yang pusat pemerintahannya di Kutamaya (wilayah barat kabupaten Sumedang saat ini) dipimpin oleh Prabu Geusan Ulun ( ). Setelah jatuh ke dalam kekuasaan Mataram, Sumedang Larang diubah menjadi Kabupaten Sumedang di bawah kekuasaan Mataram, demikian pula wilayah lainnya yang kemudian menjadi bawahan Mataram yang diawasi oleh Wedana Bupati Priangan. Untuk jabatan Wedana Bupati Priangan, Sultan Agung memilih Aria Suriadiwangsa dengan gelar Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata (Rangga Gempol I, ). Ketika kekuasaan Priangan dipegang oleh Pangeran Rangga Gede (mewakili Rangga Gempol yang ditugaskan untuk menaklukkan daerah Sampang, Madura), Sumedang diserang Banten. Karena tidak mampu mengatasi serangan Banten, Rangga Gede kemudian ditahan di Mataram, sedangkan Priangan diserahkan kepada Dipati Ukur, dengan syarat harus merebut Batavia dari VOC. Dipati Ukur saat itu menjabat Wedana Bupati Priangan di wilayah Bandung saat ini, yang membawahi wilayah Sumedang, Sukapura, Bandung, Limbangan, serta sebagian Cianjur. Namun, karena gagal memenuhi syarat merebut Batavia (1628), dan sadar bahwa dirinya akan dihukum oleh Sultan Agung, Dipati Ukur berontak. Pemberontakan Dipati Ukur baru bisa dilumpuhkan pada tahun 1632, setelah Mataram dibantu oleh beberapa pemimpin Priangan. Jabatan Wedana Bupati Priangan selanjutnya diserahkan kembali kepada Rangga Gede. Akibat pemberontakan Dipati Ukur, dalam Piagam Sultan Agung bertanggal 9 Muharam tahun Alip (menurut F. de Haan, tahun Alip sama dengan tahun 1641 Masehi, tetapi ada beberapa keterangan lain yang menyebutkan bahwa

3 99 tahun Alip identik dengan tahun 1633), daerah Priangan di luar Galuh dibagi lagi menjadi empat kabupaten : 1. Sumedang (Rangga Gempol II, sekaligus Wedana Bupati Priangan) 2. Sukapura (Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, bergelar Tumenggung Wiradadaha) 3. Bandung (Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, Tumenggung Wiraanggun-anggun) 4. Parakan Muncang (Ki Somahita Umbul Sindangkasih, bergelar Tumenggung Tanubaya) Wilayah Priangan jatuh ke dalam kekuasaan VOC sebelum Mataram benar-benar takluk kepada VOC (1757). Berdasarkan perjanjian antara Mataram dan VOC tahun 1677 (perjanjian Oktober), Priangan Barat dan Tengah diserahkan kepada VOC, sedangkan Priangan Timur tahun 1705 (perjanjian 5 Oktober). Pada masa Hindia Belanda (setelah VOC bangkrut), Gubernur H.W. Daendels menggiatkan penanaman kopi di Priangan, terutama di daerah Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Parakan Muncang ( ). Pada masa pemerintahan Hindia Belanda ( ), status Priangan adalah Karesidenan yang beribukota Cianjur (namun kemudian sejak tahun 1864 dipindahkan ke Bandung). Dengan masuknya Galuh (awal abad ke-20), Wilayah Karesidenan Priangan bertambah : Priangan menjadi enam kabupaten : Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan, Sukapura, dan Galuh.

4 Letak Geografis Priangan Saat ini Priangan merupakan salah satu wilayah Propinsi Jawa Barat yang mencakup wilayah : Tabel 4.1 Wilayah Priangan Jawa Barat No. Wilayah Priangan 1 Kota Bandung 2 Kota Cimahi 3 Kota Tasikmalaya 4 Kota Banjar 5 Kabupaten Bandung 6 Kabupaten Bandung Barat 7 Kabupaten Garut 8 Kabupaten Sumedang 9 Kabupaten Tasikmalaya 10 Kabupaten Ciamis Sumber : Perda Prov.Jabar No. 2 Tahun 2009 Luas wilayah Priangan mencapai seperenam pulau Jawa (kurang lebih km persegi). Bagian utara Priangan berbatasan dengan Karawang, Purwakarta, Subang dan Indramayu. Sebelah selatan dengan Majalengka, Kuningan dan Jawa Tengah. Sebelah timur dibatasi oleh sungai citanduy. Di sebelah barat berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi. Sedangkan di selatan berhadapan dengan Samudera Indonesia.

5 101 Relief tanah daerah Priangan dibentuk oleh dataran rendah, bukit-bukit dan rangkaian gunung : Gunung Kancana, Gunung Masigit (Cianjur), Gunung Tangkuban Peraru, Gunung Burangrang, Gunung Malabar, Gunung Bukit Tunggul (Bandung); Gunung Tampomas, Gunung Calancang, Gunung Cakra Buana (Sumedang) ; Gunung Guntur, Gunung Haruman, Gunung Talagabodas, Gunung Karacak, Gunung Galunggung (Garut) ; Gunung Cupu, Gunung Cula Badak, Gunung Bongkok (Tasikmalaya) ; Gunung Syawal (Ciamis) Deskripsi Data Responden Adapun yang menjadi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Akuntansi pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang mengisi kuesioner untuk variabel Penerapan standar akuntansi pemerintahan dan variabel Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dipilih, karena menurut Permendagri 59 tahun 2007, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai instansi yang berwenang menyusun dan menyajikan serta mengkonsolidasikan laporan keuangan pemerintah daerah serta yang melaksanakan sistem akuntansi keuangan daerah. Responden berjumlah 10 orang, masing-masing satu responden untuk setiap bagian yang mewakili pemerintahan daerahnya di wilayah Priangan Jawa Barat. Sedangkan responden yang mengisi kuesioner untuk variabel Kualitas laporan keuangan daerah adalah Instansi Inspektorat. Inspektorat dipilih karena lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan review dan menilai kualitas laporan keuangan daerah secara intern untuk pemerintah daerahnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam PP. No. 2 Tahun 2008 tentang wewenang Inspektorat.

6 102 Responden berjumlah 10 orang, masing-masing satu responden untuk setiap bagian yang mewakili pemerintahan daerahnya di wilayah Priangan Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya tentang deskripsi data responden Kepala Bagian Akuntansi pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan Inspektorat pada pemerintahan kabupaten kota di wilayah Priangan Jawa Barat dapat dilihat pada sub bab berikut ini : 1. Deskripsi Data Responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD Tabel 4.2 Profil Responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD Keterangan Kabag Akuntansi PPKD Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Pria 9 90 Wanita 1 10 Jumlah Pendidikan S S S3 0 0 Jumlah Lama Bekerja < 1 tahun tahun 8 80 > 5 tahun 2 20 Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel 4.8 di atas, dapat dilihat terdapat 10 responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD yang mengisi kuesioner. Setiap responden mewakili setiap daerah yang ada di wilayah Priangan Jawa Barat. Responden dari Kepala Bagian Akuntansi PPKD terdiri dari 9 orang Pria dan 1 orang wanita dengan persentase pria 90% dan wanita 10%. Dari kategori jenis kelamin, jelas menunjukkan bahwa pria jauh lebih banyak atau dominan sebagai responden yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner.

7 103 Pada tingkat pendidikan, untuk Kepala Bagian Akuntansi PPKD persentase terbesar adalah pada sarjana S1 yaitu 7 orang S1 dan 3 orang S2. Hal ini memungkinkan responden lebih menguasai dan memahami dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Dari kategori lamanya bekerja, persentase terbesar adalah lama antara bekerja 1-5 tahun, hal ini menunjukkan bahwa perputaran kerja pada instansi PPKD selaku lembaga yang melaksanakan penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah ini sangat cepat. Dari segi positifnya, masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong relatif singkat dapat menghindari atau meminimalisir terjadinya tingkat kecurangan atau penyalahgunaan wewenang. Dari segi negatifnya, masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong relatif singkat adalah belum memiliki pengalaman yang baik dan memadai atas jabatan yang diembannya. 2. Deskripsi Data Inspektorat Tabel 4.3 Profil Responden Inspektorat Keterangan Inspektorat Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Pria Wanita 0 0 Jumlah Pendidikan S S S3 0 0 Jumlah Lama Bekerja < 1 tahun tahun 4 40 > 5 tahun 6 60 Jumlah Sumber : Hasil pengolahan data

8 104 Responden yang berpartisipasi untuk mengisi variabel Kualitas laporan keuangan daerah adalah Inspektorat sebagai lembaga yang berwenang melakukan review dan menilai kinerja serta kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerahnya. Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa total responden yang terlibat untuk mengisi kuesioner Kualitas laporan keuangan daerah adalah berjumlah 10 orang. Masing-masing responden mewakili pemerintah daerahnya yang ada di wilayah Priangan Jawa Barat. Dilihat dari kategori jenis kelamin, seluruh responden yang mengisi kuesioner Kualitas laporan keuangan daerah adalah pria. Pada tingkat pendidikan, terlihat persentase terbesar adalah pada sarjana S1dan S2, sehingga memungkin responden lebih mampu dan memahami dalam memberikan penilaian terhadap Kualitas lapoan keuangan daerah di pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat. Dari kategori lamanya bekerja, rata-rata lama bekerja untuk Inpektorat sendiri adalah lebih dari 5 tahun, hal ini menunjukkan dengan masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong lama telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang baik dan memadai atas jabatan yang diembannya Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Variabel X 1, X 2 dan Y Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan, dan menunjukkan tingkat kevaliditasan suatu instrumen, serta seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Instrumen dikatakan valid jika instrumen sudah mampu mengukur apa yang diinginkan dan

9 105 mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Hal ini berarti apabila peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Menurut Saifuddin Azwar dalam Widi Lestari (2010:55) ditetapkan patokan besaran koefisien item total dikorekksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item pertanyaan dan pernyataan yang meiliki koefisien korelasi item total dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai dan kurang dari 0,25 atau 0.30 diindikasikan item tersebut tidak valid. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan koefisien korelasi Rank Spearman. Item Pertanyaan Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel X 1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) r hitung r tabel Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid

10 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Item Pertanyaan Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel X 2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) r hitung r tabel Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid

11 Valid Valid Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Item r hitung r tabel Keterangan Pertanyaan Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa untuk variabel X 1 (Penerapan standar akuntansi pemerintahan), dari 35 item pernyataan ada 30 item pernyataan dinyatakan Valid dan 5 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Pada tabel 4.3, dapat dilihat bahwa untuk variabel X 2 (Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah), dari 27 item pernyataan ada 23 item pernyataan dinyatakan Valid dan 4 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Pada tabel 4.4, dapat dilihat bahwa untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah), dari 12 item pernyataan ada 11 item pernyataan dinyatakan Valid dan 1 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Selanjutnya item yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan tidak dipakai.

12 Uji Reliabilitas Variabel X 1, X 2 dan Y Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan uji statistik Cronbach Alpha (α ). Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil perhitungan uji reliabilitas pada variabel X (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) dengan menggunakan SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel: Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X 1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) Cronbach's Alpha N of Items Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X 2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) Cronbach's Alpha N of Items Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 nilai r hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai Cronbach Alpha, yaitu 0,973 > 0,60, dan 0,982 > 0,60 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa 30 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel X 1 (Penerapan standar akuntansi pemerintahan) dan 23 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel X 2 (Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah) adalah reliabel.

13 109 Sedangkan perhitungan uji reliabilitas untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah) dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Uji ReliabilitasVariabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Cronbach's Alpha N of Items Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel 4.7, r hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai Cronbach Alpha, yaitu 0,923 > 0,60, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa 11 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah) adalah reliabel Deskripsi Data Variabel X 1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikatorindikator variabel X 1 berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada sub bab teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel X 1 yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 10 responden tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang terdiri dari 12 dimensi. Dimensi dan indikator diambil dari 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkandung dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dari dimensi dan indikator tersebut dijabarkan ke dalam 35 pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel X 1.

14 Deskripsi Data Variabel X 1 Per Indikator Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator : 1. PSAP No. 01 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 01 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Komponen laporan Sangat Efektif keuangan 2 Identifikasi laporan Sangat Efektif keuangan 3 Periode pelaporan Sangat Efektif TOTAL 129 Rata-rata 43 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel tersebut untuk indikator komponen laporan keuangan sebagian besar pemerintah daerah telah menyajkan akun-akun ke dalam tujuh komponen laporan keuangan, hal ini mengindikasikan mayoritas pemerintah daerah telah memahami fungsi dan tujuan penyajian akun-akun ke dalam komponen laporan keuangan, meskipun demikian ternyata ada dua pemerintah daerah yang belum sepenuhnya menyajikan akun-akun pada seluruh komponen laporan keuangan yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Laporan perubahan saldo anggaran lebih, Neraca, Laporan operasional, Laporan arus kas, Laporan perubahan ekuitas, Catatan atas laporan keuangan berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentan SAP berbasis akrual. Pelaksanaan identifikasi laporan keuangan sebagian besar telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah namun ternyata ada satu pemerintah daerah yang kadang-kadang mengidentifikasi dan membedakan laporan keuangan dengan

15 111 jelas, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut belum sepenuhnya mengidentifikasi dan membedakan secara jelas laporan keuangan dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. Kemudian untuk indikator periode pelaporan sebagian besar pemerintah daerah telah dengan baik menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, namun demikian terdapat satu pemerintah daerah yang ternyata masih kadang-kadang mampu menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. 2. PSAP No. 02 Tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas Tabel 4.11 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 02 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Basis kas Sangat Efektif 5 Periode pelaporan Efektif 6 Isi laporan realisasi Efektif anggaran TOTAL 122 Rata-rata 40,66 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas skor item yang dipeoleh indikator periode pelaporan dan indikator isi laporan realisasi anggaran berada di bawah rata-rata. Pada indikator periode pelaporan enam pemerintah daerah sebagian besar telah menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, namun demikian tenyata terdapat dua pemerintah daerah yang masih belum tepat waktu menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Sedangkan pada indikator isi laporan realisasi anggaran terdapat tiga pemerintah daerah yang belum sepenuhnya menyajikan isi laporan realisasi anggaran yang terdiri dari Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, Surplus/defisit-LRA, Penerimaan

16 112 pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan, Pembiayaan neto, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA). 3. PSAP No. 03 Tentang Laporan Arus Kas Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 03 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Aktivitas operasi kas Efektif masuk 8 Aktivitas operasi kas keluar Efektif 10 Aktivitas investasi kas keluar Efektif 11 Aktivitas pendanaan Efektif kas masuk 12 Aktivitas pendanaan Efektif kas keluar 13 Aktivitas transitoris kas masuk Sangat Efektif 14 Aktivitas transitoris kas keluar Sangat Efektif TOTAL 272 Rata-rata 38,85 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas skor item yang diperoleh indikator aktivitas pendanaan kas masuk dan indikator aktivitas pendanaan kas keluar berada di bawah rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa pada indikator aktivitas pendanaan kas masuk pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan laporan arus kas masuk dari aktivitas pendanaan yang terdiri dari : Penerimaan utang luar negeri, Penerimaan dari utang obligasi, Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah, Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara. Begitu juga pada skor item yang diperoleh indikator aktivitas pendanaan kas keluar mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan

17 113 laporan arus kas keluar dari aktivitas pendanaan yang terdiri dari : Pembayaran pokok utang luar negeri, Pembayaran pokok utang obligasi, Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah, Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. 4. PSAP No. 04 Tentang Catatan Atas Laporan Keuangan Tabel 4.13 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 04 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Susunan catatan atas Efektif laporan keuangan TOTAL 39 Rata-rata 39 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tanggapan responden pada tabel di atas sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan baik yang meliputi : kebijakan fiskal, ekonomi makro, pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan, namun demikian terdapat dua pemerintah daerah yang masih belum sepenuhnya menerapkan atau menyajikan kelima komponen yang terdapat dalam PSAP No. 4 tentang catatan laporan keuangan tersebut. 5. PSAP No. 05 Tentang Akuntansi Persediaan Tabel 4.14 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 05 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Pengukuran persediaan Efektif TOTAL 38 Rata-rata 38 Efektif Sumber : Data primer diolah

18 114 Berdasarkan tabel di atas tanggapan responden terhadap pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP) No.05 menggambarkan bahwa PSAP No. 05 tentang akuntansi persediaan sebagian besar telah diterapkan oleh tujuh pemerintah daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah mampu mencatat dan mengukur persediaan berdasarkan biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, akan tetapi terdapat dua pemerintah daerah yang belum mampu mencatat dan mengukur persediaan berdasarkan biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian dengan efektif. 6. PSAP No. 06 Tentang Akuntansi Investasi Tabel 4.15 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 06 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Klasifikasi investasi Efektif 19 Pengakuan investasi Sangat Efektif TOTAL 84 Rata-rata 42 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas skor item yang dipeoleh indikator klasifikasi investasi menunjukkan berada di bawah rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah masih belum sepenuhnya mampu dengan baik dalam mengklasifikasikan investasi pemerintah ke dalam investasi jangka pendek yang merupakan kelompok aset lancar, dan membagi investasi jangka panjang. menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.

19 PSAP No. 07 Tentang Akuntansi Aset Tetap Tabel 4.16 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 07 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Klasifikasi aset tetap Efektif 22 Pengakuan aset tetap Efektif 23 Pengukuran aset tetap Efektif TOTAL 112 Rata-rata 37,33 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator pengakuan aset. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu sepenuhnya mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Karena untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Berwujud; (b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; (d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. 8. PSAP No. 08 Tentang Akuntansi Kontruksi Dalam Pengerjaan Tabel 4.17 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 08 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Pengakuan kontruksi Sangat Efektif dalam pengerjaan 25 Pengukuran kontruksi Efektif dalam pengerjaan TOTAL 82 Rata-rata 41 Efektif Sumber : Data primer diolah

20 116 Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator pengukuran kontruksi dalam pengerjaan hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mencatat konstruksi dalam pengerjaan dengan biaya perolehan. 9. PSAP No. 09 Tentang Akuntansi Kewajiban Tabel 4.18 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 09 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Klasifikasi kewajiban Efektif 28 Pengukuran kewajiban Sangat Efektif TOTAL 82 Rata-rata 41 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator klasifikasi kewajiban. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu mengklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. 10. PSAP No. 10 Tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan Tabel 4.19 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 10 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Jawaban Koreksi kesalahan Sangat Efektif 30 Perubahan kebijakan Sangat Efektif

21 117 akuntansi 32 Operasi yang tidak Efektif dilanjutkan TOTAL 126 Rata-rata 42 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator operasi yang tidak dilanjutkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan mengenai informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan. 11. PSAP No. 11 Tentang Laporan Keuangan Konsolidasian Tabel 4.20 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 11 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Jawaban Penyajian laporan Efektif keuangan konsolidasian TOTAL 39 Rata-rata 39 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel tanggapan responden di atas sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan laporan keuangan konsolidasian, namun terdapat dua pemerintah daerah yang dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian belum sepenuhnya memasukkan semua komponen laporan keuangan konsolidasian yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

22 PSAP No. 12 Tentang Laporan Operasional Tabel 4.21 Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 12 No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Jawaban Periode pelaporan Sangat operasional Efektif 35 Struktur dan isi laporan operasional Cukup Efektif TOTAL 75 Rata-rata 37,5 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator struktur dan isi laporan operasional. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan operasional yang terdiri dari : Pendapatan-LO, Beban, Surplus/defisit dari operasi, Surplus/defisit dari kegiatan non operasional, Surplus/defisit sebelum pos luar biasa, Pos luar biasa, Surplus/defisit-LO belum semua komponen-komponen tersebut disajikan dengan baik Deskripsi Data Variabel X 1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) Secara Keseluruhan Tabel 4.22 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel X1 No. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Rata-Rata 1 PSAP No.01 Penyajian Laporan Keuangan 43 2 PSAP No.02 Laporan Realisasi Anggaran 40,66 Berbasis Kas 3 PSAP No.03 Laporan Arus Kas 39,75 4 PSAP No.04 Catatan Atas Laporan Keuangan 39 5 PSAP No.05 Akuntansi Persediaan 38 6 PSAP No.06 Akuntansi Investasi 42 7 PSAP No.07 Akuntansi Aset Tetap 37,33 8 PSAP No.08 Akuntansi Kontruksi Dalam 41 Pengerjaan 9 PSAP No.09 Akuntansi Kewajiban 41

23 PSAP No.10 Koreksi Kesalahan, Perubahan 42 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan 11 PSAP No. 11 Laporan Keuangan Konsolidasian PSAP No.12 Laporan Operasional 37,50 Jumlah 480,24 Rata-Rata 40,02 Sumber : Data primer diolah Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel X 1 yaitu penerapan standar akuntansi pemerintahan, total skor yang diperoleh adalah 480,24 dengan rata-rata 40,02 dari 12 (dua belas) dimensi pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP). Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 40,02 berada pada kategori efektif, sehingga hal ini menunjukkan bahwa penerapan 12 (duabelas) pernyataan standar akuntansi pemerintahan pada pemerintahan Kabupaten Kota wilayah Priangan Jawa Barat sudah diterapkan dengan baik atau efektif pada proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Dari 12 (duabelas) PSAP terlihat bahwa total skor tertinggi terdapat pada PSAP No.01 tentang penyajian laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah memahami dan menerapkan dengan baik indikator-indikator yang terdapat dalam PSAP No. 01, sehingga hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu mengidentifikasi dan membedakan secara jelas laporan keuangan dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama, menyajikan tujuh komponen laporan keuangan dan menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Namun total skor yang paling terendah dari 12 PSAP dan berada di bawah rata-rata terdapat pada PSAP No. 07 akuntansi aset tetap yaitu sebesar 37,33. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat untuk PSAP No. 07 tentang akuntansi aset tetap belum sepenuhnya dapat dipahami dan

24 120 diimplementasikan dengan baik oleh aparatur pemerintah daerah, terutama hal pengakuan, penilaian, dan penyajian aset tetap yaitu mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal dan menilai aset tetap berdasarkan harga perolehan dan mencantumkan dalam neraca setelah ada bukti kepemilikan aset tersebut Deskripsi Data Variabel X 2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikatorindikator variabel X 2 berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada sub bab teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel X 2 yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 10 (sepuluh) responden tentang Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang terdiri dari lima indikator. Indikator diambil dari Prosedur akuntansi keuangan daerah yang terdapat dalam Permendagri No. 59 Tahun Kelima indikator tersebut terdiri dari : 1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas 2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas 3. Prosedur Akuntansi Aset 4. Prosedur Akuntansi Selain Kas 5. Penyajian Laporan Keuangan Dari lima indikator tersebut dijabarkan ke dalam 27 (dua puluh tujuh) pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel X 2.

25 Deskripsi Data Variabel X 2 Per Indikator Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator : 1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas Tabel 4.23 Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Jawaban Dilaksanakan oleh Sangat Efektif fungsi akuntansi SKPKD 2 Menggunakan bukti Sangat Efektif transaksi : surat ketetapan pajak daerah (SKP-daerah), STS dll. 3 Disertai dengan bukti Sangat Efektif transfer 4 Disertai dengan nota kredit bank Sangat Efektif 5 Pencatatan ke dalam Sangat Efektif jurnal penerimaan kas 6 Dicatat dalam buku Efektif besar kas 7 Dicatat dalam buku Sangat Efektif besar pembantu TOTAL 303 Rata-rata 43,28 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh indikator prosedur akuntansi penerimaan kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Namun total skor indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dicatat dalam buku besar kas, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besar kas rekening berkenaan belum dilakukan dengan sepenuhnya dengan baik.

26 Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Tabel 4.24 Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Jawaban Bukti transaksi berupa Sangat Efektif SP2D 10 Disertai dengan bukti transfer Sangat Efektif 12 Pencatatan ke dalam Sangat Efektif jurnal pengeluaran kas 13 Dicatat dalam buku Sangat Efektif besar kas 14 Dicatat dalam buku Sangat Efektif besar pembantu TOTAL 217 Rata-rata 43,4 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal pengeluaran kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting kedalam buku besar rekening berkenaan. Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator Bukti transaksi berupa SP2D, Disertai dengan bukti transfer, dan Pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menggunakan bukti transaksi SP2D dalam melakukan pencairan dana, menggunakan bukti transaksi SP2D dalam melakukan pencairan dana, dan melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

27 Prosedur Akuntansi Aset Tabel 4.25 Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Aset No. Item Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Item Kategori Dilaksanakan oleh Sangat Efektif fungsi akuntansi SKPKD 16 Bukti transaksi Efektif 18 Pencatatan ke dalam jurnal Efektif 19 Dicatat dalam buku Sangat Efektif besar selain kas 20 Dicatat dalam buku Efektif besar pembantu TOTAL 208 Rata-rata 41,6 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat bukti memorial. Bukti memorial sekurangkurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan. Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dicatat dalam buku besar pembantu, Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menggolongkan transaksi-transaksi aktiva tetap menurut rincian yang dianggap perlu dicatat dalam buku besar pembantu.

28 Prosedur Akuntansi Selain Kas Tabel 4.26 Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Selain Kas No. Item Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Item Kategori Bukti memorial Sangat Efektif 23 Koreksi kesalahan Sangat Efektif pembukuan 24 Penyesuaian terhadap akun tertentu Sangat Efektif 25 Reklasifikasi belanja Efektif modal 26 Reklasifikasi akibat Efektif koreksi TOTAL 206 Rata-rata 41,2 Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat bukti memorial. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator Reklasifikasi belanja modal dan Reklasifikasi akibat koreks, Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya melaksanakan reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap dan melaksanakan reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan di kemudian hari.

29 Penyajian Laporan Keuangan Tabel 4.27 Tanggapan Responden Tentang Penyajian Laporan Keuangan No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Laporan keuangan Sangat terdiri dari : LRA, Efektif neraca, CALK, Laporan arus kas TOTAL 43 Rata-rata 43 Sangat Efektif Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari : LRA, neraca, CALK, Laporan arus kas. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah memahami tujuan penyajian laporan keuangan yaitu: Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang diisyaratkan. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Namun demikian masih terdapat dua pemerintah daerah yang kadangkadang menerapkan, yang artinya bahwa komponen laporan keuangan yang terdiri dari : LRA, neraca, CALK, Laporan arus kas belum sepenuhnya disajikan dengan baik oleh pemerintah daerah tersebut.

30 Deskripsi Data Variabel X 2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ) Secara Keseluruhan Tabel 4.28 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel X 2 No. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Rata-Rata Kategori 1 Prosedur Akuntansi 43,28 Sangat Efektif Penerimaan Kas 2 Prosedur Akuntansi 43,4 Sangat Efektif Pengeluaran Kas 3 Prosedur Akuntansi Aset 41,6 Efektif 4 Prosedur Akuntansi Selain 41,2 Efektif Kas 5 Penyajian Laporan Keuangan 43 Sangat Efektif Jumlah 212,48 Rata-Rata 42,49 Sangat Efektif Sumber : Data primer diolah Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel X 2 yaitu penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, total skor yang diperoleh adalah 212,48 dengan rata-rata 42,49 dari lima dimensi penerapan sistem akuntansi keuangan daerah Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 42,49 berada pada sangat kategori efektif, sehingga hal ini menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan telah diimplementasikan dengan baik oleh pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat. Skor tertinggi terdapat pada indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas, hal ini mengindikasikan bahwa Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal pengeluaran kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting kedalam buku besar rekening berkenaan.

31 127 Namun demikian, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada indikator prosedur akuntansi aset dan prosedur akuntansi selain kas mendapat total skor di bawah rata-rata. Hal ini mengindkasikan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat belum sepenuhnya mampu menggolongkan semua transaksi aktiva tetap dalam buku besar aktiva tetap dan melaksanakan reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap serta Melaksanakan reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan di kemudian hari Deskripsi Data Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikatorindikator variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada subbab teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sepuluh responden tentang Kualitas Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari empat indikator dengan duabelas pernyataan. Indikator diambil dari karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dari empat indikator tersebut dijabarkan ke dalam duabelas pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah). Dan berikut di bawah ini deskripsi data variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah).

32 Deskripsi Data Variabel Y Per Indikator Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator : 1. Relevan Tabel 4.29 Tanggapan Responden Tentang Relevan No. Pernyataan Frekuensi Skor Kategori Item Jawaban Item Digunakan sebagai alat evaluasi dan koreksi Sangat berkualitas 2 Digunakan sebagai Berkualitas dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya 3 Disampaikan tepat Sangat berkualitas waktu 4 Dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan Berkualitas TOTAL 200 Rata-rata 40 Berkualitas Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa empat indikator relevan pada kualitas laporan keuangan daerah sebagian besar sudah dimiki oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan koreksi dan disampaikan tepat waktu. Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi akuntansi keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

33 Andal Tabel 4.30 Tanggapan Responden Tentang Andal No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Disajikan secara jujur Berkualitas dan wajar 7 Dapat diverifikasi oleh pihak yang berbeda Berkualitas 8 Disajikan untuk Sangat kebutuhan umum dan Berkualitas tidak berpihak kepada pihak tertentu TOTAL 119 Rata-rata 39,66 Berkualitas Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tiga indikator andal pada kualitas laporan keuangan daerah sebagian besar sudah dimiki oleh laporan keuangan pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan yang yang disajikan pemerintah daerah dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda. Dan Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator disajikan secara jujur dan wajar. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan laporan keuangan secara jujur dan wajar. Artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah belum sepenuhnya memberikan Informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

34 Dapat Dibandingkan Tabel 4.31 Tanggapan Responden Tentang Dapat Dibandingkan No Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Laporan keuangan Sangat dapat dibandingkan Berkualitas dengan tahun sebelumnya 10 Konsistensi laporan Berkualitas antar periode TOTAL 83 Rata-rata 41,5 Berkualitas Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator konsistensi laporan antar periode. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan dan mengklasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan antar periode secara konsisten 4. Dapat Dipahami Tabel 4.32 Tanggapan Responden Tentang Dapat Dipahami No. Pernyataan Frekuensi Skor Item Kategori Item Jawaban Penyajian laporan Sangat keuangan Berkualitas 12 Atribut laporan Sangat keuangan Berkualitas TOTAL 86 Rata-rata 43 Sangat Berkualitas Sumber : Data primer diolah

35 131 Berdasarkan tanggapan responden pada tabel 4.32 tanggapan responden tentang dapat dipahami, sebagian besar terlihat bahwa laporan keuangan yang dihasilkan disajikan dengan bentuk istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram ataupun grafik hasil kinerja pemerintah yang mudah dipahami, hal ini ditunjukkan dengan pernyataan dapat dipahami dan atribut laporan keuangan yang menghasilkan skor 43 dan masuk dalam kategori sangat sangat berkualitas. Namun demikian masih terdapat satu pemerintah daerah yang masih kadang-kadang bisa menyajikan laporan keuangan dengan bentuk istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna Deskripsi Data Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Secara Keseluruhan Tabel 4.33 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel Y No. Kualitas Laporan Rata-Rata Kategori Keuangan Daerah 1 Relevan 40 Berkualitas 2 Andal 39,66 Berkualitas 3 Dapat dibandingkan 41,5 Berkualitas 4 Dapat dipahami 43 Sangat Berkualitas Jumlah 164,16 Rata-Rata 41,04 Berkualitas Sumber :Data primer diolah Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel Y yaitu kualitas laporan keuangan daerah, total skor yang diperoleh adalah 164,16 dengan rata-rata 41,04 dari empat dimensi kualitas laporan keuangan daerah. Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 41,04 berada pada kategori berkualitas. Skor tertinggi terdapat pada indikator dapat dipahami, hal ini

36 132 mengindikasikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Namun demikian skor terendah terdapat pada indikator andal. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat belum sepenuhnya mampu menyajikan laporan keuangan yang andal yang memenuhi kriteria penyajian jujur, dapat diverifikasi, dan netralitas. Yaitu dalam hal menyajikan laporan keuangan secara jujur dan wajar, Menguji informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, Menunjukan kesimpulan yang sama apabila diuji dan diverifikasi lebih dari satu kali oleh pihak yang berbeda, Menyajikan setiap informasi dalam laporan keuagan yang ditujukan untuk kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak pihak tertentu Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 16,0. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan daerah dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah, terlebih dahulu menganalisis pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Sehingga dalam pengujian dilakukan dua tahap pengujian, yaitu tahap pertama pengujian pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2), tahap kedua

37 133 pengujian pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Berikut dilakukan analisis korelasi dan regresi variabel-variabel penelitian, yang hasilnya ialah sebagai berikut : 1. Analisis Jalur Sub Struktur 1 Persamaan analisis jalur sub struktur 1 dinyatakan oleh : X2 = ρ x2x1 X1 + e1. Diagram jalur untuk model sub struktur 1 adalah sebagai berikut : X 1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintaan) ρ x2x1 X 2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) e1 Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 1 Gambar 4.1 di atas menjelaskan hubungan kausal antara penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang ditunjukkan dengan koefisien jalur antara variabel X1 (penerapan standar akuntansi pemerintahan) dan variabel X2 (penerapan sistem akuntansi keuangan daerah).

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Penelitian pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Priangan Jawa Barat) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

B U P A T I K U N I N G A N

B U P A T I K U N I N G A N B U P A T I K U N I N G A N PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 ayat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH 6 PILAR TEKNIK AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1. PP 71/2010 PMDN 64/2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI & SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2014 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS PSAP 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS TUJUAN LAPORAN KEUANGAN a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN A. KERANGKA DASAR 1. Tujuan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara umum. Menurut Arif Bachtiar, dkk (2002:3) mendefinisikan akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara umum. Menurut Arif Bachtiar, dkk (2002:3) mendefinisikan akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Pengertian akuntansi pemerintahan tidak terlepas dari pengertian akuntansi secara umum. Menurut Arif

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183 LAMPIRAN 1: KUESIONER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183 Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Responden di tempat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PADA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdul Hafiz Tanjung (35, 2009) Akuntansi Keuangan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdul Hafiz Tanjung (35, 2009) Akuntansi Keuangan Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Menurut Alam S (8, 2004) sistem akuntansi adalah bidang akuntansi yang mengkhususkan diri dalam perencanaan dan pelaksanaan prosedur pengumpulan,

Lebih terperinci

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI KEWAJIBAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI KEWAJIBAN LAMPIRAN XIII. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI KEWAJIBAN A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Yogyakarta yaitu sebanyak 48 SKPD. Dari populasi ditarik sejumlah sampel,

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT N O M O R 5 4 T A H U N 2 0 1 5 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG SISTIM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN LAMPIRAN IV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 9 TAHUN 24 TANGGAL : 3 MEI 24 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 4 AKUNTANSI PEMBIAYAAN A. UMUM. Definisi Berdasarkan Peraturan Pemerintah 7 Tahun 2 PSAP

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT YANG BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH PENDAHULUAN Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN... DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN... 2 A. PENDAHULUAN... 2 B. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa guna untuk menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PPKD

SISTEM AKUNTANSI PPKD LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN SISTEM AKUNTANSI PPKD A. PENGERTIAN Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AKUNTANSI DAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL UNTUK SKPD DAN PPKD PADA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sulistyo (2016) mengenai Evaluasi Implementasi Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B

PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B BERITA DAERAH NOMOR 42 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi Investasi : Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, dan atau manfaat sosial, sehingga dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT SALINAN Menimbang Mengingat : : GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS LAMPIRAN V. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS A. UMUM 1. Definisi Mengacu pada Paragraf 8

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH...

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH... DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN... 1 8 Tujuan Umum Kebijakan Akuntansi... 1 2 Tujuan Khusus Kebijakan Akuntansi... 3 Ruang Lingkup Kebijakan Akuntansi... 4 5 Basis Akuntansi... 6 8 DEFINISI... 9 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), dinyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH A. KETENTUAN UMUM Dalam Bab ini yang dimaksud dengan: 1. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH SALINAN draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. nilai. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. nilai. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian disebut juga variabel penelitian. Menurut Moh. Nazir (2003:123) variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai bermacammacam nilai.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Investasi Pemerintah. Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 209/PMK.05/2015 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan BAB II Tinjauan Teori dan Studi Pustaka A. Reviu Penelitian Terdahulu Permana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN

BAB IV SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN BAB IV SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN A. UMUM 1. Definisi Berdasarkan Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010 PSAP 02 Paragraf 50 mendefinisikan pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 15 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pemerintah Kota Cimahi. Penulis ditempatkan pada bagian Keuangan Sub Bagian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DASAR HUKUM Psl 1 UU17/2003 Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih Belanja

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Konsep Laporan Keuangan Konsolidasi Kertas Kerja (Worksheet) Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi tedi last 04/17 Pengertian : KONSEP DASAR 1. Laporan keuangan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 4 A TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Lampiran : 3 (tiga). DENGAN

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI 6/11/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 PERMENDAGRI NO. 64/ 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH 6/11/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 239

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TANGGAL : 8 MARET 2012 SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD I. SISTEM AKUNTANSI SKPD A. Prosedur Akuntansi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RANCANGAN BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci