9 atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya. 3 Pengertian diatas jelas mengungkapkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "9 atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya. 3 Pengertian diatas jelas mengungkapkan"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN 1.1 Film Pengertian Film Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan an dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. 1 Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, karena berbentuk pita seluloid atau hanya sekeping compact disc (CD). Tapi di sisi lain, pengertian kedua memberikan gambaran yang lebih kompleks, sebagai perekam sejarah yang baik. 2 Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar (audio video) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan 1 Heru Effendy. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta : Erlangga. Edisi Kedua hal Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi Format Acara Televisi Drama. Depok : Mind 8 Publishing House hal. 2 8

2 9 atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya. 3 Pengertian diatas jelas mengungkapkan bahwa film adalah sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Sebagai sebuah proses, banyak aspek yang tercakup dalam sebuah film. Mulai dari pemain atau artisnya, produksi, bioskop, penonton, dan sebagainya. Film juga identik sebagai hasil karya seni kolektif yang melibatkan sejumlah orang, modal, dan manajemen. Dalam proses pembuatannya, pada dasarnya arnya film merupakan komoditi jasa kreatif untuk dinikmati masyarakat luas. Dinilai dari sudut manapun, film adalah acuan otentik tentang berbagai hal, termasuk perkembangan sejarah suatu bangsa. Film merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan Film Sebagai Media Massa Film bermula pada akhir abad ke 19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur 3 ibid 4 ibid

3 10 dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja yang telah dinikmati oleh kelompok sosial mereka yang cukup baik. Di nilai dari pertumbuhannya yang fenomenal, permintaan yang dipenuhi oleh film sangatlah tinggi. 5 Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif dan negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar-benar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa sa elektronik. Film misalnya dalam penyampaian pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan Jenis-Jenis Film Fim dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis film, sebagai berikut : 7 1. Film Cerita (story film) Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan 5 Denis McQuail, Op. cit. hal James Monaco. Cara Menghayati Sebuah Film. Jakarta : Yayasan Citra hal Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Op.cit. hal. 210

4 11 suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur cerita. 2. Film Berita (newsreel) Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta. Peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Sebenarnya kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio sifat newsyfact nya film berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus aktual, sedang berita yang dihidangkan oleh film berita tidak pernah aktual. Ini disebabkan oleh proses pembuatannya dan penyajiannya kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya TV yang juga sifatnya auditif visual seperti film. Maka berita yang di filmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih cepat dari pada kalau dipertunjukan di gedung-gedung bioskop mengawali film utama yang sudah tentu film cerita. 3. Film Dokumenter (documentary film) Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita (news value) untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Film berita sering dibuat dalam waktu yang sangat tergesa-gesa. Karena itu mutunya sering tidak memuaskan. Sedangkan untuk membuat film

5 12 dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang. Berbeda pula dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan dan seks, film dokumenter tidak demikian. Dalam merencanakan suatu film dokumenter diperlukan usaha keras dalam imajinasi, karena sering sekali mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari hal-hal yang menjemukan. Sedang publik yang akan dihidangi film tersebut harus tertarik, bahkan mereka harus dihibur. 4. Film Kartun (cartoon film) Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat disuruh memegang peranan apa saja, yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba dan lain-lain Unsur-Unsur Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur

6 13 sinematik atau juga sering di istilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film : a. Unsur Naratif Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk dalam unsur naratif yaitu : 8 1. Cerita dan Plot Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak. Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. 2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang. Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas. 3. Hubungan naratif dengan waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu. Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu. 4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni : 8 Himawan Pratista.Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Hal. 1

7 14 a. Pencitraan terbatas (Restricted Narration) informasi cerita dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja. b. Pencitraan tak terbatas (Omniscient Narration) informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja. 5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan. 6. Pola struktur naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup. 7. Struktur tiga babak Model stuktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi. 8. Alternatif struktur tiga babak Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tak terbatas. Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi-plot, naratif realistik, serta pola non linier. b. Unsur Sinematik

8 15 Unsur sinematik dalam film terdiri dari : 9 1. Mise-en-scene : Hal hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film. Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah : a. Setting Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi dan sebagainya b. Kostum dan tata rias wajah (Make-up) Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Sedangkan tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. c. Pencahayaan (Lighting) Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta dimensi ruang. d. Performance para pemain dan pergerakannya (Acting) Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan selalubergerak dalam melakukan sebuah aksi dengan memunculkan ekspresi. Hal ini lebih ditekankan pada hal body language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran dalam film tersebut. 9 Nathan Abrams, Ian Bell, and Jan Udris. Studying The Media: Studying Film, New York: Oxford University Press, Inc Hal

9 16 2. Mest En Shot (Sinematografi) : memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah film. Hal hal yang termasuk dalam mest en shot : a. Framing Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi, yaitu bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar) Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah film. Macam-macam shot size antara lain : extreme long shot (ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya. c. Durasi gambar Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. d. Pergerakan Kamera Hal-hal yang termasuk dalam pergerakan kamera : crane shot (pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara horizontal juga,

10 17 tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat dolly yang berjalan di atas rel.) e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth of field) 3. Editing Proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Mencakup teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shotnya. 4. Suara (Sound) Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film. Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni : a. Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film, yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur narasi film, yakni musik (backsound), efek suara, dan narasi (voice over).

11 Drama Pengertian Drama Drama berasal dari kata yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung. 10 Pada umumnya, drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas pengertian drama adalah sebuah bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan didepan orang banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung. Berikut ini macammacam am drama berdasarkan isi kandungan cerita : Drama romantis atau romance (melodrama) Drama romantis adalah drama yang sangat menyentuh perasaan, mendebarkan hati, dan mengharukan. Umumnya menggambarkan percintaan antara manusia, dua orang atau tiga orang. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Contohnya, film Ayat-Ayat Cinta, Ada Apa dengan Cinta. 10 Andi Fachruddin. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta : ANDI hal ibid

12 19 2. Drama komedi Drama komedi adalah drama yang sifatnya menghibur/ lucu, dialog kocak dan menggelitik penuh keceriaan, biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Bagi penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi dan mengerti alur ceritanya akan tertawa menyaksikannya. Contohnya, film Mister Bean. 3. Drama tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan atau drama percintaan yang bersifat sedih. Tokoh-tokohnya terlibat bencana atau masalah besar, yaitu pertentangan antara tokoh protagonis dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis. Contohnya, drama Romeo and Juliet film Titanic. 4. Drama tragedi komedi Drama tragedi komedi adalah drama yang dalam ceritanya ada bagian sedih dan ada lucunya. 5. Lelucon/ dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah polah jenaka merangsang gelak tawa penonton. Isi ceritanya bisa kasar, lentur, dan vulgar. Dagelan tidak memiliki kesetiaan terhadap alur cerita, iramanya bisa melantur, dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokohnya dapat

13 20 berubah watak secara tiba-tiba dari awal hingga akhir cerita. Contohnya, Teater Srimulat, ketoprak Humor. Penampilan cerita drama biasa diwujudkan dalam setting dan media yang beragam. Drama juga memiliki beberapa macam berdasarkan cara penyajiannya di atas pentas pertunjukan, seperti berikut : Drama teatrikal (drama yang dipentaskan) Drama teatrikal adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan di atas panggung. 2. Drama radio Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog/ audio yang diucapkan melalui radio. Drama radio menonjolkan variasi dialog, nuansa cerita dengan selingan music, sound effect, dan jenis suara, biasanya direkam melalui kaset. Adegan dan babak bisa diiubah sebanyak mungkin karena tanpa pergantian set dekorasi. Contohnya : Butir-butir Pasir di Laut, Tutur Tinular. 3. Drama televisi Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui televisi. Keunggulan drama televisi mampu mendramatisir ketika 12 ibid. hal 197

14 21 melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario certa ditampilkan dalam film, sinetron, atau telenovela Unsur-Unsur Drama Drama sebagai salah satu seni pertunjukan yang merupakan karya cipta seniman dimanfaatkan sebagai hiburan dan pelestarian budaya masyarakat. Drama sebagai karya seni akan terbentuk atau berjalan sukses karena dalam drama terdapat dua unsur yang bersifat umum, yaitu : Unsur ekstrinsik Merupakan budaya dan adat istiadat yang berlaku di sekitar kehidupan pengarang, biografi penulis, sehingga menjiwai alur cerita sebuah karya atau bisa juga akibat kritik sosial dan pengaruh pementasan drama terhadap kehidupan masyarakat luas. 2. Unsur intrinsik adalah a. Naskah drama b. Pemain atau tokoh drama c. Sutradara drama adalah orang yang memimpin dalam pementasan atau pengaturan adegan drama. d. Tata rias dalam drama 13 ibid. hal

15 22 adalah bagian yang terpenting terutama bagi pemain, sesuai dengan watak dan peran di dalam pertunjukan drama. e. Tata busana adalah unsur drama yang mengatur busana atau kostum para pemain, mulai dari jenis pakaian, model, sampai cara pemakaian. f. Tata panggung adalah penataan arena atau panggung (set desain) untuk pementasan/ adegan drama. g. Tata lampu (lighting) adalah pengaturan pencahayaan dalam panggung pada waktu pengadegan atau pementasan drama. h. Tata suara adalah pengaturan terhadap suara-suara yang berhubungan dengan pementasan. 1.3 Teori Editing Pengertian Editing Editing dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik dan teknis. 14 Editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesuaikan gambar itu dengan 14 Sam Sarumpaet, (ed). Job Description Pekerja Film. Jakarta : FFTV-IKJ hal

16 23 gambar berikutnya sehingga menjadi suatu sekuen yang memiliki cerita yang logis dan saling berkaitan Pengertian Editor Editor adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh. Seorang editor dituntut memiliki sanse of story telling (kesadaran/ rasa/ indera penceritaan) yang kuat, sehingga tentunya dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shot yang ada. Kekuatan yang dimaksud bahwa seorang editor harus mengerti akan konstruksi struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada dalam shot-shot t yang disusun dan mampu membuat kesinambungan aspek emosionalnya, serta bisa membentuk irama adegan/ cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film Sistem Editing Secara umum proses editing video dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dari teknologi mana yang akan digunakan oleh editor. Dua teknologi tersebut, adalah : Linier Editing / Analog 15 Morisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta : Prenada Media Group hal Sam Sarumpaet, (ed). Job Description Pekerja Film. Op. cit., hal M Bayu Widagdo, Winastwan Gora S. Bikin Sendiri Film Kamu. Yogyakarta : PD Anindya. 2004, hal. 115

17 24 Linier editing secara sederhana dilakukan dengan pola kerja menata gambar satu demi satu shot secara urut dari awal hingga akhir sehingga tercipta kesinambungan. Secara teknis jika seorang editor melakukan kesalahan, maka harus mengulanginya kembali dari titik tempat dia melakukan kesalahan itu. Artinya jika kesalahan berada di titik awal dari seluruh adegan film, maka proses editing harus diulangi dari titik tersebut dan meneruskan kebelakang persis seperti apa yang telah dikerjakan, dengan sistem linier ini editor harus hati-hati dan teliti mengatur susunan shot. 2. Non Linier Editing / Digital Non linier editing secara teknis edit gambar dapat dilakukan secara acak, maksudnya tidak mutlak harus dikerjakan dari awal hingga akhir secara urut. Oleh karena itu digital editing dipandang lebih mudah dan mengenal kompromi. Karena apabila terjadi kesalahan editing, maka tidak harus mengulangi dari titik kesalahan kebelakang, namun cukup memperbaiki kesalahan dititik itu dengan tidak mengubah bentuk hasil edit yang ada di belakangnya Tahapan-Tahapan Editing Tahapan-tahapan editing yang harus dilakukan adalah : 18 a. Logging 18 ibid. hal

18 25 Logging, yaitu proses editor memotong gambar, mencatat waktu pengambilan gambar dan memilih shot-shot yang ada disesuaikan dengan camera report. Proses logging ini diperlukan sebagai antisipasi penuhnya kapasitas hard disc, sehingga dengan memilih gambar yang paling baik, maka hard disc tidak terlalu penuh. b. Digitizing Digitizing adalah proses merekam/ memasukan gambar dan suara yang telah di logging tadi. Disini editor mulai mengontrol kualitas gambar dan suara disetarakan sesuai dengan konsep film dan konsep edit yang telah disetujui sutradara. c. Offline editing Offline editing merupakan sebuah proses menata gambar digitized sesuai dengan scenario dan urutan shot yang telah ditentukan sutradara. Dalam proses offline editing ini ada aktifitas memanggil file gambar yang telah dilogging dan digitized untuk diurutkan sesuai konsep cerita. d. Online editing Online editing adalah proses editing ketika seorang editor mulai memperhalus hasil offline, memperbaiki kualitas hasil dan memberi tambahan transisi serta effect khusus yang dibutuhkan. e. Mixing

19 26 Mixing, berkaitan dengan proses synchronizing audio dan juga memberi ilustrasi musik maupun audio effect. Yang harus di mixing pada proses ini yaitu dialog, effect, dan musik. Dialog adalah suara yang berasal dari dialog adegan, atau narasi yang direkam di studio atau dubbing. Effect suara digunakan untuk mempertegas suasana dan memberi informasi benda, misal pesawat, mobil melaju, atau suara gelas pecah yang jatuh ke lantai Perangkat Lunak (Software) Editing Penggunaan software merupakan loncatan besar teknologi dalam video editing. ing. Jika pada zaman dahulu, editor melakukan editing dengan pemotongan film secara langsung, dengan berkembangnya teknologi personal computer (PC) berkemampuan tinggi, seorang editor tidak saja mampu melakukan pemotongan dan penyambungan gambar, tetapi juga menambah berbagai macam am transisi dan visual effect yang sudah disediakan oleh pembuat software. 19 Pada dasarnya, hampir semua program video editing mempunyai pola yang sama. Masing-masing bisa melakukan proses capture menjadi format digital, pemotongan dan penyambungan gambar, penambahan transisi, teks/ judul, efek, dan perekaman ke media baik tape, CD maupun DVD, asal PC yang digunakan dilengkapi dengan peralatan-peralatan khusus. Untuk 19 Bambang Semedhi. Sinematografi-Videografi : Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia. 2011, hal. 87

20 27 melakukan editing dengan menggunakan software, spesifikasi computer minimum yang diperlukan adalah, sebagai berikut : 20 PC dengan processor minimal 500 MHz, 512 Mb RAM, dan 128 Mb VGA card. Harddisk dengan space minimal 40 GB. Video berkualitas DV memerlukan kapasitas penyimpanan 12 GB per jam. Software video editing CD atau DVD RW untuk penyimpanan hasil akhir Teori Editing Montage Sergei Eisenstein Eisenstein merupakan sineas kunci yang kedua di Rusia. Sebagai sutradara, ia mungkin yang terbesar. Ia juga menulis secara luas tentang ide-ide film dan mengajar suatu generasi sutradara muda Rusia saat itu. Di awal tahun 1920-an, ia menjadi sineas muda yang sangat berkomitmen. Dengan latar belakang teater dan desain, Eisenstein mencoba menterjemahkan pelajaran dari film-film Griffith dan pelajaran dari Karl Marx ke dalam pengalaman tunggal penonton. Dimulai dengan film Strike (1924), Eisenstein mencoba menteorikan editing film sebagai perbenturan antara imaji-imaji dan ide-ide. Prinsip dialektika sesuai dengan subyek-subyek yang dihubungkan kepada masalah atau peristiwa pra revolusi dan revolusi. Pemogokan, baik pada revolusi 1905 maupun revolusi 1917, merupakan subyek paling awal yang Eisenstein buat. 20 ibid, hal 87-88

21 28 Eisenstein berhasil menemukan lima komponen teori penting dalam editing, yakni : Metric montage, Rhythmic montage, Tonal montage, Overtonal montage, dan Intellectual montage Metric montage Metric montage mengacu pada panjang shot yang berhubungan dengan shot lain. Dengan mengabaikan isi, kita memanjang-pendekan shot untuk menyingkatkan waktu yang penonton harus serap informasi setiap shotnya. Hal ini meningkatkan tensi (ketegangan) yang terjadi dalam adegan. Penggunaan close up dengan shot-shot yang makin pendek menciptakan adegan yang makin intense. 2. Rhythmic montage Rhythmic montage mengacu pada kesinambungan yang muncul dari pola visual di dalam shot. Kesinambungan yang didasarkan kesinambungan aksi dan screen direction adalah contoh rhythmic montage. Montage jenis ini benar-benar berpotensi untuk memperlihatkan konflik, karena kekuatan yang berlawanan dapat di perlihatkan berkenaan dengan screen direction yang berlawanan seperti halnya masalah frame. 3. Tonal montage Tonal montage mengacu kepada keputusan-keputusan editing yang dibuat untuk membentuk karakter emosional dari sebuah adegan yang bisa berubah 21 Aris Hardhianto, The Technique of Film an Video Editing-History, Theory, and Practice, Diakses dari tanggal 21 april 2017 pukul 18.15

22 29 selama berlangsungnya adegan tersebut. Nada (tone) atau suasana (mood) digunakan sebagai pedoman untuk menginterpretasi tonal montage. Walaupun teorinya mulai terdengar intelektual, namun tidak ada bedanya pernyataan Ingmar Bergman bahwa editing sama dengan musik. Suatu permainan emosi dari adegan-adegan yang berbeda. Ketika emosi berubah, demikian juga dengan nada scene. 4. Overtonal montage Overtonal montage adalah montage dengan saling mempengaruhi antara metric, rhythmic, dan tonal montage. Saling mempengaruhi itu juga menggabungkan antara ide-ide dan emosi yang menyebabkan efek emosional pada diri penonton. 5. Intellectual montage Intellectual montage mengacu pada pengenalan ide adegan yang sangat dibentuk emosinya. Contoh intellectual montage adalah sebuah adegan dalam film October (1928). George Kerensky, pemimpin Menshevik dari Revolusi Rusia pertama, naik tangga secepat seperti ia mendaki ke sebuah kedudukan setelah jatuhnya Tsar. Shot naiknya ia itu disambung selang seling dengan shot-shot burung merak sedang memamerkan bulu-bulunya (bersolek).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN

BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn Struktur Editing Drama STRUKTUR FILM yang baik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 2 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn LOGIKA EDITING DRAMA Dalam melakukan editing film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan media massa masyarakat dapat mengetahui apa saja yang sedang terjadi disekitarnya. Media massa

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia (Jarot s & Shenia, 2009) Multimedia, ditinjau dari bahasanya, terdiri dari 2 kata, yaitu multi dan media. Multi memiliki arti banyak atau lebih dari satu. Sedangkan

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Menurut (Munir, 2012) secara umum, multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Misalnya, video musik adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Editor adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara indah dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 6 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn METODE DAN GAYA EDITING METODE DAN GAYA EDITING Metode

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN PENULISAN NASKAH NON BERITA TELEVISI POKOK BAHASAN : KREATIFITAS PEMBUATAN DRAMA

MODUL PERKULIAHAN PENULISAN NASKAH NON BERITA TELEVISI POKOK BAHASAN : KREATIFITAS PEMBUATAN DRAMA MODUL PERKULIAHAN PENULISAN NASKAH NON BERITA TELEVISI POKOK BAHASAN : KREATIFITAS PEMBUATAN DRAMA Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Broadcasting 14 41019 Patricia

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : C11.04602 / Cinematography Revisi ke : 1 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 25 Februari 2014 Jml Jam kuliah dalam

Lebih terperinci

Menjelaskan pengertian editing Menjelaskan teknik editing Menjelaskan teknik pengaturan gambar sesuai dengan skenario Terampil menguasai teknik

Menjelaskan pengertian editing Menjelaskan teknik editing Menjelaskan teknik pengaturan gambar sesuai dengan skenario Terampil menguasai teknik Editing Video Menjelaskan pengertian editing Menjelaskan teknik editing i Menjelaskan teknik pengaturan gambar sesuai dengan skenario Terampil menguasai teknik editing Editing adalah suatu proses mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara spektakuler. Film merupakan cabang seni yang paling muda, tetapi juga yang paling dinamis

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya No Judul Program Isi Program Perbedaan dengan Program yang Dibuat 1 Swara Liyan (TVRI) Menyajikan informasi mengenai kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi sudah menjadi alat komunikasi yang efektif didalam masyarakat Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya membuat televisi

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pulau Giliyang Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon katanya pulau ini dihuni oleh masyarakat yang berasal dari Sumenep (Pulau Madura) di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting. Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER Fakultas Ilmu Komunikasi Bagus Rizki Novagyatna Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994) Tahapan Pelakasanaan Produksi Suatu produksi audio video yang melibatkan banyak orang, biaya yang besar dan banyak peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan produksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tracking berjudul Obsesi ini dilatar belakangi menurunnya semangat para pelajar

BAB I PENDAHULUAN. tracking berjudul Obsesi ini dilatar belakangi menurunnya semangat para pelajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film bergenre drama dengan menggabungkan teknik tracing vector dan motion tracking berjudul Obsesi ini dilatar belakangi menurunnya semangat para pelajar kususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma kritis yang berangkat dari cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar khalayak. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

Harwanto dan M. Arif, penulis mendapatkan penjelasan mengenai peran editor dalam. proses produksi Redaksi Pagi. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Harwanto dan M. Arif, penulis mendapatkan penjelasan mengenai peran editor dalam. proses produksi Redaksi Pagi. Hasilnya adalah sebagai berikut: 4.2 Hasil Penelitian Berdasarka wawancara yang penulis lakukan dengan editor Redaksi Pagi Trans 7, Fani Fuji pada tanggal 18 Desember 2009, dan produser Redaksi Pagi Ervi Harwanto dan M. Arif, penulis

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain film, macam-macam

Lebih terperinci

ANIMATION PIPELINE PROSES PRODUKSI SEBUAH FILM ANIMASI

ANIMATION PIPELINE PROSES PRODUKSI SEBUAH FILM ANIMASI ANIMATION PIPELINE PROSES PRODUKSI SEBUAH FILM ANIMASI Mengapa Animasi? Cave Painting = Animasi tertua di dunia Telah ada sekitar 30.000 32.000 tahun yang lalu, cave painting didesain seolah menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti memilih program lenong rempong trans 7 karena program yang menarik dan banyak sekali keunikan di program tersebut. Banyak sekali kejadian yang menghibur pada

Lebih terperinci

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya. KODE UNIT : TIK.MM02.022.01 JUDUL UNIT : Menulis Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah...

Lebih terperinci

PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO

PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO KAMERAMAN EDITOR Judul : Lokasi/Shoo0ng : Bentuk Pencatatan Adegan NOMOR SCENE SHOT TAKE ADEGAN KET CASSETE 01 1 1 2 MCU - Rindu mendekati Angga, berbisik dan terjatuh.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Radio dan Produksi Radio Untuk dapat memperoleh hasil yang baik dalam proses perancangan produksi berita ini maka dibutuhkanlah sebuah kajian teoritis. Pada stasiun radio, perencanaan

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 16 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 PRODUKSI BERITA TELEVISI Tele artinya Jauh, sementara Vision artinya Gambar, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Prosopagnosia pertama kali ditemukan pada tahun 1947 oleh Joachim Bodamer, dalam bahasa Inggris penyakit ini dinamakan face blindness atau buta wajah penyakit

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

REVIEW KARYA AUDIO VISUAL VIDEO MUSIK KISAH HATI. Kelompok 3. Disusun Oleh : Devita Nela Sari ( ) Ogy Prabu Santosa ( )

REVIEW KARYA AUDIO VISUAL VIDEO MUSIK KISAH HATI. Kelompok 3. Disusun Oleh : Devita Nela Sari ( ) Ogy Prabu Santosa ( ) REVIEW KARYA AUDIO VISUAL VIDEO MUSIK KISAH HATI Kelompok 3 Disusun Oleh : Devita Nela Sari (1414816) Ogy Prabu Santosa (14148156) FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUS SENI INDONESIA SURAKARTA 2015 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Materi 5 STORYBOARD Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Storyboard Proses membuat storyboard, awalnya dikembangkan oleh studio Walt Disney pada awal 1930 Menurut John

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini di dalam komunikasi massa, baik media cetak maupun elektronik di Indonesia ini sudah demikian pesat. Informasi yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing By Abednego Diyan Pramudya, S.Sos Perangkat editing yang banyak digunakan televisi di Indonesia adalah menggunakan perangkat edit linear yang bekerja dengan merekam

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI

SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI SINE MATO GRAFI SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI DESKRIPSI SINEMATOGRAFI Merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris : cinematography kinema (latin) yg artinya gambar. Sinematografi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kesenjangan. Serta pengertian Digital Audio Workstation.

BAB II LANDASAN TEORI. kesenjangan. Serta pengertian Digital Audio Workstation. BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek bergenre drama sosial berjudul Do it ini, maka akan digunakan beberapa landasan teori yang dibutuhkan. Landasan teori yang dipergunakan meliputi

Lebih terperinci

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis

Lebih terperinci