Rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG A. Pengertian Tugas utama bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia adalah membutuhkan pembangunan yang berkeadilan dan demokrasi secara bertahap dan berkesinambungan. Upaya menjamin pembangunan yang efektif, efisien, dan bersasaran diperlukan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wujud nyata yang dilakukan pemerintah yaitu dengan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Regulasi-regulasi tersebut menjadi acuan/pedoman bagi pemerintah daerah melaksanakan perencanaan pembangunan. Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan sistem pembangunan nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, Bab I Ketentuan Umum). Dari tujuan pembangunan dan pengertian di atas, daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan perencanaan pembangunan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat dengan RPJMD. RPJMD merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. Berdasarkan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Oganisasi Perangkat Daerah, lintas Organisasi Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang disingkat RPJMD Kabupaten Kaur Tahun sebagai sebuah dokumen perencanaan memiliki nilai (value) strategis dan penting, diantaranya: 1. RPJMD merupakan dokumen yang menjadi pedoman pembangunan di daerah selama 5 (lima) tahun, sebagai implementasi dari janji Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih pada saat kampanye PILKADA. 2. RPJMD merupakan dokumen yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD). 1

2 3. RPJMD merupakan alat atau instrumen pengendalian bagi Satuan Pengawas Internal (SPI) dan BAPPEDA agar pelaksanaan pembangunan jangka menengah dan tahunan daerah, mengarah pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan serta indikator capaian kinerja yang ditetapkan. 4. RPJMD menjadi alat atau instrumen mengukur tingkat pencapaian kinerja kepala Perangkat Daerah (PD) dengan mempertanggungjawabkan pelaksanaan program dan kegiatan baik jangka menengah maupun tahunan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing-masing. 5. RPJMD menjadi pedoman evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, yang hasilnya identik dengan keberhasilan seorang kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah selama masa baktinya 5 (lima) tahun. Nilai tersebut dibangun atas prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah yang meliputi: 1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; 2. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; 3. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; dan 4. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Adapun tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 terdiri atas 7 tahap, yakni: 1. Tahap Pertama : Gambaran Bagan Alir Penyusunan RPJMD; 2. Tahap Kedua : Persiapan Penyusunan RPJMD; 3. Tahap Ketiga : Penyusunan Rancangan Awal RPJMD; 4. Tahap Keempat, : Penyusunan Rancangan RPJMD; 5. Tahap kelima : Pelaksanaan Musrenbang RPJMD; 6. Tahap Keenam : Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD; 7. Tahap Ketujuh : Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJMD. Dari tahapan penyusunan RPJMD di atas, maka RPJMD memiliki beberapa kegiatan yang perlu dilakukan antara lain: 1. Tahap Pertama: Gambaran Bagan Alir Penyusunan RPJMD Bagan Alir Penyusunan RPJMD memberikan makna bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) memiliki proses yang secara bertahap perlu dilakukan dengan sistematis yang dimulai dari Penyusunan Rancangan Awal sampai dengan Penetapan RPJMD. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Gambaran bagan alir penyusunan RPJMD tersebut adalah sebagai berikut: 2

3 Gambar 1.1 BAGAN ALIR TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN KAUR Sumber: Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun Tahap Kedua: Persiapan Penyusunan RPJMD Tahapan persiapan penyusunan RPJMD dilakukan untuk menyiapkan keseluruhan kegiatan penyusunan RPJMD yang meliputi: (1) Pembentukan Tim Penyusun RPJMD; (2) Orientasi mengenai RPJMD; (3) Penyusunan Agenda Kerja Tim RPJMD; (4) Pengumpulan Data dan Informasi. 3. Tahap Ketiga: Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Penyusunan rancangan awal RPJMD merupakan salah satu dari tahapan penyusunan RPJMD yang dilakukan melalui dua tahapan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup: a. Perumusan rancangan awal RPJMD; dan b. Penyajian rancangan awal RPJMD. 4. Tahap Keempat: Penyusunan Rancangan RPJMD Penyusunan rancangan RPJMD merupakan salah satu dari tahapan penyusunan RPJMD yang dilakukan melalui tiga tahapan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup: a. Penyiapan surat edaran kepala daerah, perihal penyusunan rancangan Renstra-PD; b. Verifikasi dan integrasi Renstra-PD menjadi Rancangan RPJMD; dan c. Penyajian rancangan RPJMD. 5. Tahap Kelima: Pelaksanaan Musrenbang RPJMD Musrenbang RPJMD merupakan forum musyawarah antara para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJMD. Tujuan musrenbang RPJMD untuk 3

4 mendapatkan masukan dan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan daerah sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJM Daerah menjadi rancangan akhir RPJMD. Musrenbang RPJMD dilaksanakan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dilantik. Untuk optimalisasi pelaksanaan musrenbang RPJPD, tata tertib pelaksanaan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.Musrenbang jangka menengah daerah dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : a. Penyiapan musrenbang RPJMD; dan b. Penyelenggaraan musrenbang RPJMD. 6. Tahap Keenam: Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD Rancangan akhir RPJMD dirumuskan berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil musrenbang RPJMD, selanjutnya dibahas dengan seluruh kepala PD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil musrenbang dan ditampung dalam rancangan akhir RPJMD. Rancangan akhir RPJMD diajukan kepada kepala daerah untuk meminta persetujuan dikonsultasikan kepada Gubernur untuk rancangan akhir RPJMD kabupaten. Konsultasi rancangan akhir RPJMD kabupaten dengan Gubernur bertujuan untuk memperoleh saran pertimbangan berdasarkan landasan hukum penyusunan, sistematika dan teknis penyusunan, konsistensi menindaklanjuti kesepakatan hasil musrenbang RPJMD kabupaten/kota, serta keselarasan dengan RPJPD kabupaten/kota, RTRW kabupaten/kota, RTRW provinsi, RPJMN dan RPJMD dan RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota lainnya. Selanjutnya Bupati menindak lanjuti hasil konsultasi rancangan RPJMD kabupaten dengan Gubernur. Tindak lanjut dimaksud yaitu menyempurnakan rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil-hasil konsultasi yang disampaikan dengan surat Gubernur. 7. Tahap Ketujuh: Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJMD RPJMD yang telah disusun secara sistematis melalui tahapan dan tata cara yang diuraikan di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah sebagai landasan hukum pedoman perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. Hal yang dilakukan dalam penetapan RPJMD antara lain: a. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang RPJMD kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan bersama, paling lama 5 (lima) bulan setelah dilantik. b. Penyampaian rancangan peraturan daerah tentang RPJMD dengan lampiran rancangan akhir RPJMD yang telah dikonsultasikan dengan Menteri/Gubernur disertai dengan: 1) Berita acara kesepakatan hasil musrenbang rpjmd; dan 2) Surat menteri/gubernur perihal hasil konsultasi rancangan akhir RPJMD. c. Mekanisme pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang RPJMD dengan DPRD sesuai dengan ketentuan perundang-undangan d. Rancangan peraturan daerah tentang RPJMD provinsi/kabupaten/kota ditetapkan menjadi peraturan daerah tentang RPJMD paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah terpilih dilantik. e. Peraturan daerah tentang RPJMD provinsi disampaikan kepada menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan untuk diklarifikasi dan peraturan daerah tentang RPJMD 4

5 kabupaten/kota, disampaikan kepada Gubernur untuk diklarifikasi dengan tembusan kepada menteri. Ketujuh tahapan di atas, mengisyaratkan bahwa penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun memerlukan unsur manusia secara professional, kelengkapan data dan informasi, kelengkapan sarana dan prasarana, serta dukungan dari stakeholder secara profesional sebagai wujud menuju perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Kaur yang berkualitas. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dalam penyusunan RPJMD ini, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai rujukan, yaitu: 1. Landasan idiil Pancasila; 2. Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945; 3. Landasan operasional: a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4266); c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4286); d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3455); e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4400); f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran 5

6 Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); i. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4578); j. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); k. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); l. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737); m. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4741); n. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); o. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; q. Peraturan Daerah Kabupaten Kaur Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur ; r. Peraturan Bupati Kaur Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur ; 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, RPJMD merupakan satu kesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kaur khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnnya adalah sebagai berikut: A. Hubungan RPJMD dengan RPJMN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJMD harus mengacu dan selaras dengan RPJP dan RPJM Nasional karena keberhasilan pembangunan di daerah seperti yang direncanakan akan menjadi bagian dari keberhasilan pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Nasional dalam kurun waktu 5 tahun ( ) yang tertuang dalam RPJM Nasional menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kaur dalam merancang pembangunan di daerah sesuai kondisi daerah. Substansi 6

7 tujuan pembangunan nasional lima tahunan untuk kesejahteraan rakyat menjadi inti dari rencana pembangunan sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun yang selanjutnya dirinci dalam rencana tahunan (RKPD). Mempedomani RPJM Nasional Tahun , terkait dengan agenda pembangunan wilayah pulau sumatera, maka penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur Tahun diarahkan untuk mendukung seluruh program kewilayahan terkhusus di provinsi Bengkulu guna mensinergian program pusat-provinsi-kabupaten. B. RPJMD Kabupaten Kaur dan RPJMD Provinsi Bengkulu RPJMD Kabupaten Kaur Tahun mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bengkulu Tahun yang terkait dengan agenda pembangunan kewilayahan. Hal ini bertujuan agar terciptanya sinergitas program unggulan daerah dengan program provinsi Bengkulu. Sehingga diharapkan mampu mewujudkan programprogram yang telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Perangkat Daerah, lintas Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Kondisi masyarakat Kabupaten Kaur yang memiliki berbagai permasalahan dan tantangan dalam 5 (lima) tahun mendatang perlu diurai secara lebih jelas dengan memperhitungkan faktor strategis dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, pemangku kepentingan serta pemerintah daerah Kabupaten Kaur. Merujuk dari visi pembangunan Kabupaten Kaur Tahun yaitu : KAUR MANDIRI DAN SEJAHTERA BERBASISKAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Visi di atas merupakan cita-cita pembangunan dalam mewujudkan keinginan masyarakat Kabupaten Kaur dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD Visi Pembangunan Kabupaten Kaur tersebut ditempuh melalui misi antara lain: 1. Mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan yang berwawasan gender dan pengamalan nilai-nilai agama diiringi dengan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai dasar negara secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 2. Memberikan layanan masyarakat secara profesional untuk mencapai pelayanan prima; 3. Menfasilitasi pembangunan infrastruktur guna mendorong peningkatan pembangunan yang proporsional, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; 4. Mendorong pembangunan di sembilan sektor perekonomian daerah, dengan memprioritaskan pada sektor-sektor yang paling potensial guna mewujudkan peningkatan taraf hidup masyarakat secara layak; 5. Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembangunan daerah; 6. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan sarana-prasarana pendidikan, kesehatan, dan peningkatan pendapatan perkapita guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 7

8 7. Mewujudkan kondisi masyarakat dan lingkungan yang aman, tentram, dan tenggang rasa guna terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif; 8. Menumbuhkan iklim demokrasi yang sehat, santun, dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika bermasyarakat; 9. Penegakan supremasi hukum di segala bidang. Berperdoman pada visi, misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur, sasaran pembangunan yang ingin dicapai disajikan pada gambar 1.4 setiap tahap pembangunan lima tahunan Kabupaten Kaur berikut ini: Gambar 1.2 TAHAP PEMBANGUNAN DAERAH LIMA TAHUNAN KABUPATEN KAUR Tahap lima tahun pertama ( ) diperioritaskan pada pembangunan modal sosial dasar (infrastruktur, pedidikan dan kesehatan) dan ekonomi lokal (perikanan, perkebunan dan tanaman pangan) yang didukung sub sektor industri rakyat dan pariwisata. diperioritaskan pada pembangunan ekonomi lokal, industri rakyat dan pariwisata yang di dukung penggalakan investasi dan pengembangan IPTEK. Tahap lima tahun kedua ( ) Tahap lima tahun ketiga ( ) diperioritaskan pada pembangunan industri rakyat, pariwisata, investasi dan IPTEK sebagai modal utama pembangunan industri sekala menengah dan besar. Tahap lima tahun keempat ( ) diperioritaskan pada pembangunan industri sekala menengah/besar dan pariwisata berbasiskan sumber daya lokal (pertanian dan kelautan). VISI PEMBANGUNAN DAERAH ( ): Kaur Mandiri dan Sejahtera Berbasiskan Agribisnis dan Agroindustri Sumber: RPJP Daerah Kabupaten Kaur Tahun Penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur Tahun saat ini merupakan pelaksanaan tahap ketiga RPJPD yang memprioritaskan pembangunan pada Industri Rakyat, Pariwisata, Investasi dan IPTEK sebagai modal utama pembangunan industri sekala menengah dan besar. Selanjutnya RPJMD tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra-PD) Tahun yang kemudian dijabarkan setiap tahunnya dalam dokumen rencana pembangunan tahunan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) atau disingkat dengan RKPD selama kurun waktu 2017 sampai dengan B. Keterkaitan Dokumen RPJMD dengan RKPD dan Renstra PD Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas: (1) RPJPD;(2) RPJMD;(3) Renstra PD;(4) RKPD; dan (5) Renja PD. Keterkaitan antar dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, dimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati. Penyusunan dokumen RPJMD tersebut berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur Tahun dan RPJM Nasional. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Perangkat Daerah (PD), lintas Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam 8

9 kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif sebagaimana digambarkan berikut ini: Gambar 1.3. KETERHUBUNGAN ANTAR DOKUMEN (RPJPD DENGAN RPJMD) Sumber : Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015 Selanjutnya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Adapun gambar keterkaitan disajikan pada gambar 1.4 berikut ini : Gambar 1.4. KETERHUBUNGAN ANTAR DOKUMEN (RPJMD DENGAN RKPD) Sumber:Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015 Terkait dengan Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra PD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Kemudian Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja-PD) disusun dengan berpedoman kepada Renstra PD dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik dilaksanakan langsung oleh pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 9

10 Berikut ini disajikan hubungan/keterkaitan dokumen RPJMD dengan Rencana Pembangunan Daerah Lainnya pada gambar 1.5 di bawah ini: Gambar 1.5. HUBUNGAN RPJMD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LAINNYA Sumber:Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri diolah BAPPEDA Kab. KaurTahun 2015 Perencanaan pembangunan daerah di atas, dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan rancangan awal RPJMD disusun menurut sistimatika yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Penyajian rancangan awal RPJMD tersebut disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hukum penyusunan, hubungan antara dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan RPJMD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD. BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi Kabupaten Kaur serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten Kaur yang meliputi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang dilakukan selama ini, dan/atau mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian berhasilan pembangunan daerah. BAB III. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah yang meliputi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan 10

11 masa lalu dan kerangka pendanaan. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. BAB IV. Analisis Isu-Isu Strategis Penyajian isu-isu strategis daerah meliputi permasalahan-permasalahan daerah dan isu-isu strategis daerah. Permasalahan daerah yang disajikan adalah permasalahan pembangunan dan permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Isu strategis daerah dapat berasal dari permasalahan daerah maupun yang berasal dari dunia international, kebijakan nasional dan regional. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah apakah isu tersebut dapat memberikan manfaat/pengaruh pada masa datang terhadap daerah tersebut. BAB V. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Bab ini berisi tentang visi dan misi Kepala Daerah terpilih yang sekaligus sebagai visi dan misi RPJMD beserta penjelasannya. Bab ini juga menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran dari setiap misi. Bab VI. Strategi dan Arah Kebijakan Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi. BAB VII. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Bab ini menjabarkan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Selain itu disajikan pula penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih. BAB VIII. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan PD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab PD. Pada bagian ini disajikan pula pencapaian target indikator kinerja per program termasuk pagu indikatif per tahunnya dan target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. BAB IX. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. BAB X. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Bab ini menjelaskan 2 (dua) hal yaitu pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan. Bagian pedoman transisi menjelaskan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan R tahun 11

12 pertama di bawah kepemimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih hasil Pemilukada pada periode berikutnya. Bagian kaidah pelaksanaan menjelaskan bahwa seluruh stakeholder pembangunan berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJMD dengan sebaik-baiknya. RPJMD juga merupakan pedoman bagi setiap kepala PD untuk menyusun Renstra PD dan pedoman bagi Bappeda dalam menyusun RKPD. 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud RPJMD Kabupaten Kaur Tahun merupakan dokumen yang ditetapkan dengan peraturan Bupati Kaur yang dilaksanakan selama periode 5 (lima) tahun dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Maksud dari penyusunan RPJMD Tahun adalah : a. Menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam rencana pembangunan periode 5 (lima) tahun yang bersifat indikatif; b. Menjabarkan kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan c. Mensinergikan dan menyelaraskan kebijakan dan program pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah, serta aspirasi masyarakat. 2. Tujuan Tujuan Penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur periode adalah (1) untuk memberikan landasan yang tepat dan gambaran akan kemajuan yang akan dicapai daerah dalam menyusun perencanaan setiap tahunnya secara terintegrasi antar PD; (2) untuk menterjemahkan visi-misi pemerintah daerah secara konkrit dan (3) untuk menilai tingkat capaian target dan program/kegiatan yang telah dilaksanakan serta penyesuaian dengan target nasional (RPJMN ). Selanjutnya dokumen RPJMD ini akan menjadi acuan untuk penyusunan : a. Rencana Strategis (RENSTRA) PD; b. Rencana Kerja Tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur dalam bentuk dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kaur; serta sebagai landasan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (R) Kabupaten Kaur. 12

13 BAB II GAMBARAN KONDISI UMUM Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko, Seluma dan Kaur di Provinsi Bengkulu memberikan amanah kepada 3 (tiga) unsur daerah yakni pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk bersama mengelola Kabupaten Kaur menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Undang-Undang tersebut menetapkan bahwa pemekaran wilayah Kabupaten Kaur sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu. Wilayah administrasi Kabupaten Kaur berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tersebut terdiri atas 7 kecamatan dan 123 desa serta 3 kelurahan. Selanjutnya, dalam dua tahun pemekaran, perkembangan terakhir sampai dengan tahun 2015, wilayah administrasi Kabupaten Kaur terdiri atas 15 kecamatan, 192 desa dan 3 Kelurahan. Secara rinci, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1. KECAMATAN DI KABUPATEN KAUR NO KECAMATAN DESA KELURAHAN 1 Nasal 17 Merpas 2 Maje 19 Linau 3 Kaur Selatan 18 1 Bintuhan 4 Tetap 12 Tetap IBUKOTA KECAMATAN 5 Kaur Tengah 8 1 Tanjung Iman 6 Luas 12 Benua Ratu 7 Muara Sahung 7 Ulak Lebar 8 Kinal 14 Gedung Wani 9 Semidang Gumay 13 Mentiring 10 Tanjung Kemuning 20 Tj. Kemuning 11 Kelam Tengah 13 Rigangan 1 12 Kaur Utara 10 1 Simpang Tiga 13 Padang Guci Hilir 9 Gunung Kaya 14 Lungkang Kule 9 Sukananti 15 Padang Guci Hulu 11 Bn. Tambun 2 Jumlah Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Dari tabel di atas, kecamatan dengan jumlah desa terbanyak yakni Kecamatan Tanjung Kemuning (20 Desa). Disusul oleh kecamatan Maje (19 Desa). Untuk kecamatan Nasal 17 Desa dan Kaur Selatan memiliki 18 Desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki Desa paling sedikit yakni Kecamatan Kaur Tengah (8 Desa) dan Kecamatan Muara Sahung (7 Desa). Selanjutnya, Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Kaur Utara dan Kecamatan Kaur Tengah memiliki Kelurahan (masing-masing 1 kelurahan). 13

14 2.1. Aspek Geografi dan Demografi A. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko, Seluma dan Kaur di Provinsi Bengkulu, kemudian diperjelas dengan Surat Mendagri Nomor : 136/205/PUM tanggal 12 September 2005, maka ditetapkan bahwa luas wilayah daratan Kabupaten Kaur mencapai km 2 atau Ha, panjang garis pantai 89,17 km dan luas kawasan laut sejauh 4 mil dari garis pantai seluas 660,59 km 2. Gambar 2.1. PETA WILAYAH KABUPATEN KAUR Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Secara administrasi Kabupaten Kaur berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. - Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Barat (pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat), Provinsi Lampung. - Sebelah Barat : Samudera Hindia. - Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Dari 195 desa/kelurahan di Kabupaten Kaur, 64 desa/kelurahan atau 32,82 persen berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Melihat pada batasan wilayah administrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kaur merupakan wilayah strategis yang dapat mendukung pembangunan Provinsi Bengkulu. Sebagai kabupaten yang berada di pintu gerbang sebelah selatan di Provinsi Bengkulu, maka Kabupaten Kaur merupakan cerminan kemajuan dan kesejahteraan provinsi Bengkulu. Adapun luas wilayah Kabupaten Kaur menurut Kecamatan disajikan pada gambar berikut : 14

15 Grafik 2.1. LUAS WILAYAH KABUPATEN KAUR MENURUT KECAMATAN (KM 2 ) Padang Guci Hilir; 115,96 Kaur Utara; 49,8 Kelam Tengah; 35,84 Semidang Gumay; 64,91 Tanjung Kemuning; 72,91 Lungkang Kule; 32 Kinal; 154,03 Padang Guci Hulu; 370,64 Muara Sahung; 256 Luas; 124,88 Nasal; 519,92 Maje; 361,04 Kaur Selatan; 92,75 Tetap; 87,92 Kaur Tengah; 26,4 Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Luas Muara Sahung Kinal Semidang Gumay Tanjung Kemuning Kelam Tengah Kaur Utara Padang Guci Hilir Lungkang Kule Padang Guci Hulu Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015 Dari gambar 2.1. terlihat persentase (%) terhadap luas wilayah kecamatan yang memiliki persentase luas wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Nasal sebesar 21,98 % dan persentase luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Kaur Tengah sebesar 1,12 %. Sedangkan jarak lurus masingmasing ibu kota kecamatan dengan ibu kota Kabupatan di Kabupaten Kaur disajikan tabel berikut ini : Tabel 2.2. JARAK LURUS IBUKOTA KECAMATAN DENGAN IBUKOTA KABUPATEN DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2014 NO KECAMATAN IBUKOTA KECAMATAN JARAK LURUS KE BINTUHAN (km) 1 Nasal Merpas 25,00 2 Maje Linau 12,00 3 Kaur Selatan Bintuhan 0,00 4 Tetap Tetap 7,00 5 Kaur Tengah Tanjung Iman 12,00 6 Luas Benua Ratu 15,00 7 Muara Sahung Ulak Lebar 30,00 8 Kinal Gedung Wani 30,00 9 Semidang Gumay Mentiring 20,00 10 Tanjung Kemuning Tj. Kemuning 35,00 11 Kelam Tengah Rigangan 1 39,00 12 Kaur Utara Simpang Tiga 48,00 13 Padang Guci Hilir Gunung Kaya 43,00 14 Lungkang Kule Sukananti 58,00 15 Padang Guci Hulu Bn. Tambun 2 54,00 Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka

16 Asumsi Interval Jarak Lurus Ibu Kota Kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten dalam wilayah Kabupaten Kaur : Sangat Dekat Dekat Sedang Jauh Sangat Jauh : 0-8 Km : 9-20 Km : Km : Km : > 61 Km Melihat pada tabel 2.2., jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten di Kabupaten Kaur yang terjauh yaitu Kecamatan Lungkang Kule (58 Km) dengan asumsi masuk dalam kategori interval jauh. Kecamatan yang masuk dalam kategori interval jauh lainnya yaitu Kecamatan Kaur Utara, Kecamatan Padang Guci Hilir dan Kecamatan Padang Guci Hulu. Sedangkan empat kecamatan yang merupakan kategori interval dengan jarak yang sedang yakni Kecamatan Tanjung Kemuning, Kecamatan Kelam Tengah, Kecamatan Muara Sahung, Kecamatan Kinal dan Kecamatan Nasal. Sementara itu, kecamatan lainnya yakni Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Maje, Kecamatan Tetap, Kecamatan Kaur Tengah, Kecamatan Luas dan Kecamatan Semidang Gumay merupakan kecamatan yang masuk dalam kategori interval dekat dan sangat dekat. Dari interval jarak lurus ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten yang terdapat di Kabupaten Kaur disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan yang masuk pada kategori interval sangat jauh (> 60 Km). hal ini diasumsikan bahwa, setiap kecamatan rata-rata dapat diakses dengan kondisi jarak yang cukup baik. Letak dan Kondisi Geografis Secara astronomis Kabupaten Kaur terletak pada posisi , ,77 Lintang Selatan (LS) dan , ,12 Bujur Timur (BT). Kondisi astronomis ini memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kaur beriklim tropis atau Iklim A karena terletak antara ½ 0 LS. Pada tahun 2015, tercatat suhu udara rata-rata minimal di Kabupaten Kaur terjadi pada bulan januari yaitu 26,30 0 C sedangkan suhu rata-rata maksimal mencapai 27,80 0 C, tekanan udara 1.010,98 mb, rata-rata jumlah hari hujan per bulan 8 kali dan rata-rata paling tinggi terjadi pada bulan januari mencapai 20 kali sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2015 mencapai 127,58 mm³. Musim yang terjadi di Kabupaten Kaur sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan (Desember-Maret) dan musim kemarau (Juni-September) sementara pada bulan April-Mei dan Oktober-November merupakan masa peralihan/pancaroba. Sedangkan secara geografis Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan, termasuk dalam wilayah administrasi paling selatan Provinsi Bengkulu, Indonesia. Berjarak sekitar 250 km dari ibukota Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Lampung ke arah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan. 16

17 Topografi Kabupaten Kaur merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang sangat besar, bervariasi antara 0 s.d >1000 m di atas permukaan laut. Jalur pertama 3,31 % dari luas wilayah terletak di ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut terdapat di sepanjang pantai, jalur kedua 21,65 % dari luas wilayah terletak di ketinggian m di atas permukaan laut terdapat di wilayah timur dari jalur pertama yang merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan dengan klasifikasi bukit Range. Sedangkan yang terletak di ketinggian m dpl seluas 29,02%, ketinggian m dpl seluas 25,06% dan yang di atas 1000 m dpl seluas 20,96% terdapat di lokasi lebih ke timur dari jalur kedua sampai ke puncak bukit barisan yang merupakan daerah vulkanis dan tektonis. Grafik 2.2. TOPOGRAFI WILAYAH KABUPATEN KAUR (Ha) Jalur pegunungan, Ha Jalur low land, Ha Jalur bukit range, Ha Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015 Dari gambar di atas, topografi wilayah Kabupaten Kaur terbagi menjadi 3 (tiga) jalur yaitu: 1. Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian m di atas permukaan laut. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Low Land mencapai 9%. Kecamatan yang termasuk ke dalam Jalur Low Land adalah Kecamatan Tanjung Kemuning, Semidang Gumay, Kaur Utara, Tetap, Kaur Selatan, Maje dan Nasal. 2. Jalur Bukit Range dengan ketinggian m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Bukit Range mencapai 61%. Semua kecamatan di Kabupaten Kaur sebagian wilayahnya ada yang masuk katagori jalur ini. 3. Jalur Pegunungan dengan ketinggian > m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Pegunungan mencapai 30%. Di Kabupaten Kaur, yang termasuk ke dalam jalur ini adalah kawasan Bukit Barisan. Selain kondisi di atas, bila ditinjau dari kondisi dan kemiringan tanah yang ada di Kabupaten Kaur sangat cocok untuk tanaman pangan yakni padi, kedele, jagung dan sebagainya. Untuk tanaman palawija seperti cabe, tomat, kacang-kacangan dan sayuran juga merupakan tanaman yang 17

18 potensial di wilayah ini. Selanjutnya selain jenis tanaman di atas, wilayah Kabupaten Kaur juga sangat cocok juga untuk dikembangkan tanaman perkebunan rakyat berupa kopi, kakao, cengkeh, kelapa, kelapa sawit ataupun sejenisnya karena selain letaknya di sisi Samudera Indonesia juga datarannya terbentang di jajaran Bukit Barisan yang terkenal subur. Tekstur Tanah yang dimiliki Kabupaten Kaur terdiri atas : (1) tekstur tanah halus seluas ,00 Ha; (2) tekstur tanah cukup halus seluas ,00 Ha; (3) tekstur tanah cukup kasar seluas ,00 Ha; (4) tekstur tanah kasar seluas ,00 Ha. Dari penjelasan di atas, ditinjau pada faktor topografi dapat disarikan bahwa Kabupaten Kaur memiliki potensi besar dalam pembangunan bidang pertanian, perkebunan. Data topografi menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Kaur wilayahnya masuk katagori jalur Bukit Range (61% atau hektar) dan Jalur Low Land mencapai 9% atau hektar. Sisanya merupakan Jalur Pegunungan yaitu kawasan Bukit Barisan. Sedangkan jika ditinjau menurut masing-masing Kecamatan berdasarkan posisi Kantor Camat, Kecamatan dengan posisi tertinggi dari permukaan laut adalah Kecamatan Padang Guci Hulu dengan ketingggian ± 287 m. Berikut ditampilkan kondisi ketinggian di atas permukaan laut masing-masing kecamatan di Kabupaten Kaur. Grafik 2.3. KETINGGIAN WILAYAH KECAMATAN DI ATAS PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN POSISI KANTOR CAMAT Ketinggian Padang Guci Hulu Lungkang Kule Padang Guci Hilir Kaur Utara Kelam Tengah Tanjung Kemuning Semidang Gumay Kinal Muara Sahung Luas Kaur Tengah Tetap Kaur Selatan Maje Nasal Sumber : Statisitik Daerah Kabupaten Kaur 2015 Adapun klasifikasi topografi diuraikan sebagai berikut : 1. Terdapat 9 (Sembilan) Kecamatan yang termasuk dalam kelompok topografi Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian m, antara lain : a. Kecamatan Nasal; b. Kecamatan Maje; c. Kecamatan Kaur Selatan; d. Kecamatan Tetap; e. Kecamatan Kaur Tengah; 18

19 f. Kecamatan Kinal; g. Kecamatan Semidang Gumay; h. Kecamatan Tanjung Kemuning; i. Kecamatan Padang Guci Hilir. 2. Terdapat 6 (enam) Kecamatan yang termasuk dalam Jalur Bukit Range dengan ketinggian m, antara lain : a. Kecamatan Muara Sahung; b. Kecamatan Luas; c. Kecamatan Lungkang Kule; d. Kecamatan Kaur Utara; e. Kecamatan Padang Guci Hulu; f. Kecamatan Kelam Tengah. Geologi Berdasarkan pembagian Mandala Geologi Tersier Pulau Sumatera, Lembar Bengkulu, sebagian terletak di lajur busur depan, busur magmatik dan busur belakang. Nama-nama yang dipakai untuk lajur-lajur tersebut adalah Lajur Bengkulu, Lajur Barisan dan Lajur Mentawai. Aktifitas magmatis pada akhir Miosin sampai awal Pleistosin dibagian Utara Timur laut, menyebabkan dihasilkannya produk-produk gunung api Rio-Andesit (QTv). Pergerakan lempeng benua dari sebelah Utara Timur laut Pulau Sumatera ke arah Selatan Barat Daya menyebabkan terbentuknya Sesar Semangko yang membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera, sampai Selat Sunda. Sesar Semangko atau disebut juga dengan sesar besar Sumatera merupakan sesar yang sampai sekarang masih aktif, dan menekan bagian utaratimur laut Pulau Sumatera, yang di respon oleh pergerakan lempeng samudera (oceanic crust) disebelah Barat Daya Pulau Sumatera dengan arah gaya ke Utara Timur laut menekan bagian sebelah Barat Pulau Sumatera. Akibat dari pergerakan kedua bagian Pulau Sumatera ini, maka terbentuklah sesar-sesar yang masih aktif sepanjang zona sesar besar Sumatera. Gaya dan pergerakan dari sesar besar Sumatera tersebut menimbulkan sesar-sesar orde dua dan selanjutnya, yang terdapat terutama dibagian Selatan-Barat Laut Kabupaten Kaur. Dari foto udara bidang-bidang/zona-zona sesar ini ditunjukkan oleh kenampakan liniasiliniasi morfologi berupa perubahan rona dan tekstur serta kenampakan liniasi-liniasi perubahan sifat-sifat geofisika, batuan pada zona tersebut. Selanjutnya dari pergerakan kedua lempeng tersebut menyebabkan peningkatan aktifitas magma yang kemudian menghasilkan pembentukan busur gunung api Tersier hingga Resent dari deretan gunung berapi, pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan tektonik lempeng benua dan samudera ini juga menyebabkan terjadinya pengangkatan (highing) yang merupakan pegunungan Bukit-Barisan di bagian Utara- Timur laut. Pelurusan-pelurusan yang berarah Barat laut Tenggara di bagian Barat laut wilayah Kaur merupakan sesar orde satu dan orde dua pada tinggian lajur Bukit Barisan. Aktifitas magmatik berikutnya pada akhir Pliosin menghasilkan produk gunung api Andesit-Basalt (Qv) yang menutupi sebagian wilayah penyelidikan paling Utara. Gaya-gaya tektonik yang bekerja sejak awal Miosin dibagian ini menyebabkan peningkatan aktifitas magmatis yang menghasilkan terobosan batuan beku Granit dan Diorit pada Miosin tengah. Proses tektonik berupa pengangkatan yang terjadi pada akhir Miosin menyebabkan Tubuh pluton ini terangkat tererosi dan tersingkap pada jalur zona patahan (fault-zone) orde I dan II, kepermukaan dibagian Utara wilayah Kabupaten Kaur. Struktur geologi pensesaran berupa sesar-sesar orde dua dan tiga, mengontrol pola sebaran terobosan pluton dan terbentuk 19

20 secara intensif dibagian ini. Sistim pensesaran ini membentuk pelurusan-pelurusan dengan arah secara umum adalah barat laut tenggara. Aktifitas magmatik yang terjadi pada akhir Miosin sampai Pliosin (setelah terbentuknya Formasi Lemau) yang mengandung batu bara di wilayah ini, juga menyebabkan percepatan proses pematangan kualitas batu bara yang terdapat pada Formasi ini. Pergeseran-pergeseran sesar diatas mengakibatkan terbentuknya zona Seismic Beniof di dasar laut yang merupakan zona gempa dengan sismistas tinggi. Hidrologi Kabupaten Kaur memiliki 14 (empat belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi : DAS Barkenang, DAS Kedurang, DAS Kinal, DAS Kolek, DAS Luas, DAS Manula, DAS Mertam Ds, DAS Nasal, DAS Padang Guci, DAS Sambat, DAS Sawang, dan DAS Seranjangan. DAS-DAS tersebut mengalir dari utara ke arah selatan kemudian bermuara di Samudera Hindia. Ke empat belas DAS tersebut terdiri dari 3 DAS Nasional dan 11 DAS lokal. DAS yang termasuk pada klasifikasi DAS Nasional yaitu DAS Luas, DAS Kinal, dan DAS Manula, sisanya termasuk klasifikasi DAS lokal. DAS-DAS tersebut di atas membentuk tiga zona kawasan yaitu (1) Kawasan Utara; (2) Kawasan Tengah, dan (3) kawasan Selatan. Zona Utara selanjutnya disebut Wilayah Utara Kabupaten Kaur terdiri dari DAS Sulau, DAS Padang Guci, DAS Seranjangan, DAS Kinal, DAS Barkenang dan DAS Kedurang. DAS Sulau melewati Kec. Padang Guci Hilir dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Padang Guci melewati Kec. Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci Hilir, Kec. Tanjung Kemuning. DAS Seranjangan melewati Kec. Kelam Tengah dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Kinal melewati Kec. Kinal dan Kec. Semidang Gumai. DAS Barkenang dan DAS Kedurang melewati Kec. Padang Guci Hulu. Zona tengah yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Tengah Kabupaten Kaur, terdiri dari DAS Luas dan DAS Tetap. DAS Luas melewati Kec. Muara Sahung, Luas dan Kaur Tengah, DAS Tetap melewati Kec. Tetap. Zona Selatan selanjutnya disebut Kaur bagian selatan. DAS yang melewati Kaur bagian selatan meliputi DAS Sambat, DAS Sawang, DAS Nasal, DAS Kolek, DAS Manula. DAS Manula melewati Kec. Kaur Selatan dan Maje, DAS Sawang melalui Kec. Maje, DAS Nasal, Kolek dan Manula berada di Kec. Nasal. Dari ke 14 DAS tersebut terdapat 2 DAS (Manula dan Nasal) yang wilayah hidrologisnya berada di TNBBS, dengan kondisi tutupan lahannya masih berupa hutan lebat mencapai 95%, terdapat 3 DAS (Seranjangan, Sulau dan Tetap) yang wilayah aliran dan wilayah hidrologisnya berada di kawasan budidaya, dan DAS-DAS lain merupakan DAS-DAS yang wilayah hiroorologinya berada di kawasan HP atau HPT dan wilayah aliran (midle stream dan down stream) berada di kawasan budidaya. Tabel 2.3. INTERPRETASI KONDISI DAS DI KABUPATEN KAUR NO DAS DAN KLASIFIKASI WILAYAH HIDROOROLOGIS (WILAYAH TANGKAPAN AIR) Up Stream Midle Stream Down Stream KONDISI ALIRAN SUNGAI 1 Bengkenang (DAS Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Kab. Bengkulu Selatan - Lokal) Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur 2 Kedurang (DAS Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Kab. Bengkulu Selatan Lokal) Sedikit di wilayah barat - Kab. Kaur 3 Kinal Berada di Kawasan hutan lindung Merupakan kawasan Merupakan kawasan Sedang, dimusim hujan ada (DAS Lokal) Raja Mendara dengan kondisi hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat potensi menyebabkan banjir. lebatnya masih berkisar 90,5 % dan itu di wilayah GSS maupun Pada batang sungai terdapat HPT Air Kinal dengan kondisi hutan wilayah tangkapan air. lekukan yang terancam oleh lebatnya mencapai 47,8% pengikisan air sungai. 20

21 NO DAS DAN KLASIFIKASI WILAYAH HIDROOROLOGIS (WILAYAH TANGKAPAN AIR) Up Stream Midle Stream Down Stream KONDISI ALIRAN SUNGAI 4 Kolek Berada di HPT Bukit Kumbang Merupakan kawasan Merupakan kawasan Buruk, pada musim kemarau air (DAS Lokal) dengan kondisi tutupan, hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat dapat surut secara drastis dan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, itu di wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat perkebunan rakyat 31 % dan semak wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir 3% 5 Luas Berada di Kawasan hutan lindung Merupakan kawasan Merupakan kawasan Sedang, dimusim hujan ada (DAS Lokal) Raja Mendara dengan kondisi hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat potensi menyebabkan banjir. lebatnya masih berkisar 90,5 % dan itu di wilayah GSS maupun Pada batang sungai terdapat HPT Air Kinal dengan kondisi hutan wilayah tangkapan air. lekukan yang terancam oleh lebatnya mencapai 47,8% pengikisan air sungai. 6 Manula Berada di TNBBS dengan kondisi Berada di NBBS dengan Merupakan kawasan Sedang, dimusim hujan ada (DAS Lokal) hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % kondisi hutan lebatnya budidaya masyarakat potensi menyebabkan banjir.. masih berkisar 93,5 %.. 7 Mertam Ds Merupakan kawasan budidaya Kawasan budidaya Kawasan budidaya Buruk, pada musim kemarau air (DAS Lokal) masyarakat, baik itu di wilayah GSS masyarakat, baik itu di masyarakat, baik itu di dapat surut secara drastis dan pada maupun wilayah tangkapan air. wilayah GSS maupun wilayah GSS maupun musim hujan dapat menimbulkan wilayah tangkapan air. wilayah tangkapan air. banjir 8 Nasal (DAS Nasional) Berada di TNBBS dengan kondisi Kawasan budidaya Kawasan budidaya Sedang, dimusim hujan ada hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % masyarakat masyarakat potensi menyebabkan banjir.. Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan semak 3% 9 Padang Guci (DAS Berada di Kawasan hutan lindung Merupakan kawasan Merupakan kawasan Baik, tetapi pada waktu-waktu Nasional) Raja Mendara dengan kondisi hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat tertentu sungai ini meluap, lebatnya masih berkisar 90,5 % dan itu di wilayah GSS maupun terutama di musim penghujan. HPT Air Kedurang dengan kondisi wilayah tangkapan air. tidak terdapat lagi hutan lebatnya. 10 Sambat (DAS Lokal) Berada di HPT Bukit Kumbang Merupakan kawasan Merupakan kawasan Buruk, pada musim kemarau air dengan kondisi tutupan, hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat dapat surut secara drastis dan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, itu di wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat perkebunan rakyat 31 % dan semak wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir 3% Dan HPT. Air Sambat kondisi tutupan, hutan belukar, 77 %, perkebunan rakyat 22 % dan semak 1% 11 Sawang ((DAS Lokal) Berada di HPT Bukit Kumbang Merupakan kawasan Merupakan kawasan Buruk, pada musim kemarau air dengan kondisi tutupan, hutan budidaya masyarakat, baik budidaya masyarakat dapat surut secara drastis dan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, itu di wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat perkebunan rakyat 31 % dan semak wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir 3% 12 Seranjangan (DAS Merupakan kawasan budidaya Kawasan budidaya Kawasan budidaya Buruk, pada musim kemarau air Lokal) masyarakat, baik itu di wilayah GSS masyarakat, baik itu di masyarakat, baik itu di dapat surut secara drastis dan maupun wilayah tangkapan air. wilayah GSS maupun wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat wilayah tangkapan air. wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir 13 Sulau (DAS Lokal) Merupakan kawasan budidaya Kawasan budidaya Kawasan budidaya Buruk, pada musim kemarau air masyarakat, baik itu di wilayah GSS masyarakat, baik itu di masyarakat, baik itu di dapat surut secara drastis dan maupun wilayah tangkapan air. wilayah GSS maupun wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat wilayah tangkapan air. wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir 14 Tetap (DAS Lokal) Berada di HPT Air Sambat dengan Kawasan budidaya Kawasan budidaya Buruk, pada musim kemarau air kondisi tutupan, hutan belukar, 77 %, masyarakat, baik itu di masyarakat, baik itu di dapat surut secara drastis dan perkebunan rakyat 22 % dan semak wilayah GSS maupun wilayah GSS maupun pada musim hujan dapat 1% wilayah tangkapan air. wilayah tangkapan air. menimbulkan banjir Sumber: Dokumen RPJMD Kabupaten Kaur Tahun

22 Melihat pada data yang disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Daerah Aliran Sungai dengan klasifikasi Nasional dan lokal di Kabupaten Kaur memiliki potensi besar bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan budidaya masyarakat. Klimatologi Keadaan iklim di Kabupaten Kaur, perkembangan rata-rata curah hujan dari tahun ke tahun (empat tahun terakhir) menunjukkan kondisi baik. Hal ini juga dapat dilihat pada rata-rata hari hujan dalam satu tahun berkisar kali. Berikut disajikan perkembangan rata-rata curah hujan yang terjadi pada grafik 2.1. di bawah ini: Grafik 2.4. RATA-RATA CURAH HUJAN (mm) DI KABUPATEN KAUR TAHUN Rata-rata Curah Hujan Rata-rata Curah Hujan Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Diolah Bappeda Kabupaten Kaur ,6 mm Di samping itu, pada tahun 2015 rata-rata suhu udara yang terjadi di Kabupaten Kaur adalah 27,02 0 C, dengan suhu udara minimum rata-rata 24,00 0 C dan suhu udara maksimum yaitu 31,63 0 C. Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Suhu udara merupakan derajat panas dari aktifitas molekul dalam atmosfer. Kapasitas udara adalah jumlah air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara tersebut. Jika dilihat pada kelembaban nisbi rata-rata yaitu 83,67 persen. Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Sedangkan kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertikal dan horizontal. Kelembaban udara juga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi/keadaan cuaca dan iklim di suatu wilayah tertentu. Secara ilmiah, kelembaban merupakan jumlah 22

23 kandungan uap air yang terkandung dalam massa udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah (tempat) tertentu. Sebagai gambaran kondisi klimatologi Kabupaten Kaur disajikan tabel 2.4 : Tabel 2.4. KEADAAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2015 BULAN SUHU UDARA TEMPERATURE( O C) KELEMBABAN UDARA Minimum Maksimum Rata-rata (%) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 23,30 23,50 24,00 24,10 24,60 24,50 23,50 23,80 23,70 24,50 24,50 24,10 30,20 31,50 31,50 31,10 32,40 32,10 32,40 32,20 31,40 32,70 31,40 30,70 26,30 26,50 27,20 26,90 27,80 27,50 27,10 27,10 26,60 27,60 27,00 26, Rata-rata 24,00 31,63 27, Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Berdasarkan pada uraian dan tabel di atas, maka disimpulkan bahwa hubungan kelembaban dengan suhu udara : (1) Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi; (2) Volume berbanding terbalik dengan tekanan; (3) Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif; (4) Udara di sekitar kita yang terlihat kosong/hampa, ini sebenarnya di dalamnya terkandung sejumlah uap air. Sehingga perlu di catat bahwa besar kecilnya kapasitas udara tergantung pada temperatur udara itu sendiri, di mana semakin tinggi temperatur suatu udara (semakin panas) maka semakin besar kapasitas udara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu udara dan kelembaban nisbi di Kabupaten Kaur dalam kondisi baik. Penggunaan Lahan 1) Kawasan budidaya : Pola ruang kawasan budidaya terdiri atas 8 (delapan) kawasan yang tersebar di Kabupaten Kaur, meliputi : 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hutan yang dirinci meliputi : kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang dapat dikonversi. 23

24 2. Kawasan Peruntukan Pertanian, dirinci meliputi : Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan. 3. Kawasan Peruntukan Perikanan meliputi : perikanan tangkap, budidaya perikanan dan pengolahan ikan. 4. Kawasan Peruntukan Pertambangan, dirinci meliputi : jenis pertambangan Mineral dan Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas. 5. Kawasan Peruntukan Industri, dirinci meliputi kawasan peruntukan industri besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga. 6. Kawasan Peruntukan Pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan : pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. rencana ini disusun berdasarkan potensi yang ada, potensi yang akan datang atau potensi yang akan dikembangkan. Pengembangan wisata ini harus diikuti wisata andalan serta yang berkaitan dengan wisata nasional. 7. Kawasan Peruntukan Permukiman, terdiri dari permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi dan sebagainya. 8. Kawasan Peruntukan Lainnya. Adapun Luas masing-masing Kawasan Budidaya dimaksud secara rinci sebagai berikut: Tabel 2.5. KAWASAN BUDIDAYA DI KABUPATEN KAUR TAHUN NO JENIS KAWASAN LUAS (HA) 1. Kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) ,27 2. Kawasan Hutan Rakyat 1.219,52 3. Kawasan Pertanian 8.464,00 4. Kawasan Perkebunan ,00 5. Kawasan pertambangan 106,99 6. Kawasan permukiman 3.186,07 7. Kawasan Peruntukan lainnya 53,00 Luas Kawasan Budidaya ,85 Sumber : RTRW Kabupaten Kaur Terlihat dari tabel 2.5 di atas bahwa Kawasan Perkebunan Rakyat mendominasi dengan luas mencapai ,00 Hektar. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan budidaya pertanian dan perkebunan memiliki potensi yang besar di Kabupaten Kaur mulai dari hulu dan hilir. Sedangkan kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) yang memiliki luas ,27 Hektar merupakan jenis kawasan budidaya yang memiliki luas kedua tertinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kawasan HP dan HPT cukup berpotensi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, namun kawasan ini perlu diperhatikan secara detail tentang batasan-batasan dengan kawasan hutan lindung. Terutama untuk daerah-daerah dengan topografi pada jalur pegunungan. 24

25 Luas Lahan (Ha) Rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) 2) Kawasan lindung Berdasarkan data yang diperoleh dari RPJMD Kabupaten Kaur Tahun pada Bab II, menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur didominasi oleh hutan negara (TNBBS, hutan lindung Raja Mendare, HPT/HP), serta perkebunan rakyat. Kawasan hutan tersebut tersebar di Kecamatan Nasal, Maje, Kaur Selatan, Tetap, Muara Sahung, Kinal, dan Padang Guci Hulu. Kecamatan yang memiliki luas hutan terluas yaitu Nasal, Padang Guci Hulu, Maje dan Kinal. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur jauh melebihi standar minimum ketersediaan kawasan hutan 20% dari luas wilayah. Konversi lahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya masih dimungkinkan dilakukan karena kawasan budidaya secara lingkungan sudah optimal. Penggunaan lahan yang dapat dikonversi berupa pemanfaatan lahan yang tidak produktif (tegalan, semak belukar), yang luasnya mencapai ,4 ha. Pemanfaatan lahan pada kawasan Hutan Produksi atau Hutan Produksi Terbatas pada saat ini tidak lagi memiliki nilai strategis bagi pembangunan Kabupaten Kaur. Exploitasi kawasan HPT/HP yang telah dilakukan menimbulkan kawasan-kawasan tidak produktif, berupa semak belukar dan padang ilalang. Kawasan kawasan tidak produktif tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan produktif yang berwawasan lingkungan. Kondisi Kawasan Hutan Lindung Raja Mendare dan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan secara umum masih baik, walaupun di beberapa kawasan terdapat gambaran berupa titik-titik berwarna merah yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan atau adanya kegiatan perusakan kawasan hutan. Grafik 2.5. KONDISI TUTUPAN LAHAN (DITINJAU DARI LUAS LAHAN) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RAJA MENDARA DAN TNBBS Penggunaan Lahan , , , , , ,00 - Alangalan g Hutan Belukar Hutan Lebat Perkeb Rakyat Sungai/D anau Tegalan/l adang Jumlah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan , , ,74 257,64 8,37 64,71 Hutan Lindung Raja Mendara 447, , ,56 231,64 153,33 10, ,00 Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD Tahun

26 Grafik 2.6. KONDISI TUTUPAN LAHAN (DITINJAU DARI PROSENTASE) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RAJA MENDARA DAN TNBBS Prosentase Penggunaan Lahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Prosentase (%) Hutan Lindung Raja Mendara Prosentase (%) 93,52 100,00 90,52 99,99-4,40 1,05 2,60 5,44 1,67 0,40 0,01 0,36 0,02 Alangalang Hutan Belukar Hutan Lebat Perkeb Rakyat Sungai/Danau Tegalan/ladang Jumlah Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD Tahun Kawasan hutan produksi ditetapkan berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan dan kriteria-kriteria teknis dalam pengawetan tanah. Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kriteria dalam penetapan kawasan hutan produksi terbatas dengan pertimbangan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan. Pengembangan kawasan hutan ini di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konservasi lainnya (SK. Menteri Pertanian Nomor : 683/KPTS/Um/11/1980). Tabel 2.6. KONDISI TUTUPAN LAHAN DI HPT DI KABUPATEN KAUR NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) % HP. Air Sambat Hutan Belukar 1.498,02 77,30 Perkeb. Rakyat 439,23 22,66 Semak 0,74 0,04 Jumlah 1.938,00 100,00 HPT. Air Kedurang Hutan Belukar 2.054,43 50,66 Perkeb. Rakyat 1.972,05 48,63 Sungai/Danau 25,18 0,62 Tegalan/lading 3,66 0,09 Jumlah 4.055,32 100,00 Nama HPT Tutupan Lahan Luas (ha) % HPT. Air Kinal Alangalang 254,41 4,57 Hutan Belukar 1.081,86 19,43 Hutan Lebat 2.661,22 47,80 Perkeb. Rakyat 1.435,43 25,78 Sungai/Danau 134,85 2,42 Jumlah 5.567,77 100,00 HPT. Bukit Kumbang Hutan Belukar 4.596,04 42,82 Hutan Lebat 2.529,78 23,57 Perkeb. Rakyat 3.345,39 31,17 Semak 250,48 2,33 Sungai/Danau 11,23 0,10 Jumlah ,91 100,00 HPT. Kaur Tengah Hutan Belukar 5.407,45 38,81 26

27 NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) % Hutan Lebat 3.040,89 21,83 Perkeb. Rakyat 5.483,93 39,36 Jumlah ,27 100,00 TWA. Way Hawang Kampung 0,49 0,76 Perkeb. Rakyat 63,51 99,24 Jumlah 64,00 100,00 Sumber : Hasil Interpretasi Citra Landsad Tahun 2005, dalam RPJMD Kab. Kaur Berikut disajikan grafik luas Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di Kabupaten Kaur : Grafik 2.7. LUAS HUTAN PRODUKSI TERBATAS (Ha) DI KABUPATEN KAUR 1.938,00 HPT. Air Sambat HPT. Air Kedurang HPT. Air Kinal HPT. Kaur Tengah HPT. Bukit Kumbang , , , ,27 Sumber: RPJMD Tahun Dari gambar di atas, disajikan bahwa HPT. Kaur Tengah merupakan HPT dengan luas tertinggi yakni memiliki luas kawasan ,27 Hektar. Luas kawasan HPT Kaur Tengah didominasi tutupan lahan perkebunan rakyat yang sebesar 5.483,93 Hektar. HPT lainnya yang mempunyai luas mencapai ,91 Ha adalah HPT Bukit Kumbang. Sedangkan HPT Air Sambat merupakan HPT dengan memiliki luas paling sedikit yakni hanya mencapai luas Hektar Potensi Pengembangan Wilayah Kawasan strategis kabupaten (RTRW Kabupaten Kaur) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan (UU No. 26/2007). Dalam konteks rencana pengembangan wilayah Kabupaten Kaur, kawasan strategis di dalam penanganannya diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Kaur dan mendorong percepatan pengembangan wilayah. Selain itu, dalam konteks efisiensi pemanfaatan sumber daya yang diukur dari besarnya nilai manfaat, kelestarian sumber daya dan dampaknya terhadap lingkungan serta mengingat kondisi yang berbeda untuk setiap wilayah, pembangunan wilayah tidak dapat dilakukan serentak dan sama besarnya setiap wilayah dan setiap kegiatan. Perlu terlebih dahulu ditentukan titik-titik pertumbuhan dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya strategis yang mampu membangkitkan putaran kegiatan lebih besar di masing-masing wilayah. Titik-titik tersebut akan 27

28 diikuti oleh terbentuknya kawasan-kawasan strategis yang diandalkan daerah karena pengaruhnya terhadap perekonomian wilayah. Dari uraian di atas, dijelaskan lebih lanjut mengenai hubungan kondisi geografi daerah dengan potensi pengembangan kawasan budidaya yang berpedoman pada rencana tata ruang wilayah yang ada. Adapun prioritas pemanfaatan ruang meliputi : 1. PerwujudanKawasan Strategis Kabupaten; 2. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kaur; 3. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kaur. secara rinci kedua hal tersebut diuraikan sesuai dengan Recana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kaur. A. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah penataan ruangnya yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Hal ini ditempuh melalui : Pertama, Program Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Kaur, dimana Kawasan strategis provinsi di Kabupaten Kaur ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Bintuhan dan perkotaan Linau sebagai Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi; Kedua, Program Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten dari Sudut Kepentingan Ekonomi, dimana Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi yang ada di Kawasan Perkotaan Bintuhan, Kawasan Minapolitan Nasal, Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Muara Sahung, dan Kawasan Agropolitan Kaur Selatan-Maje. Adapun Program pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi ini diantaranya adalah : a) Kawasan Perkotaan Bintuhan, merupakan kawasan pusat pemerintahan Kabupaten dan ditujukan untuk menciptakan kawasan pusat pertumbuhan ekonomi dengan pengembangan sektor pendidikan, perdagangan, industri dan jasa. b) Kawasan Minapolitan Nasal yang ditujukan sebagai kawasan strategis kabupaten berdasarkan pada sektor perikanan. c) Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Muara Sahung merupakan kawasan strategis kabupaten yang bertumpu pada fungsi pertumbuhan wilayah dengan pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. d) Kawasan Agropolitan Kaur Selatan Maje merupakan kawasan strategis kabupaten yang bertumpu pada fungsi pertumbuhan wilayah dengan pengembangan sektor perkebunan dan peternakan. Ketiga, Program Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten Aspek Lingkungan Hidup, dimana Kawasan strategis kabupaten Kaur dari sudut lingkungan hidup ditetapkan pada Hutan Lindung Raja Mandare dan Hutan Konservasi Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Selanjutnya, Penetapan kawasan strategis kabupaten berdasarkan aspek lingkungan hidup ditetapkan untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan aset nasional yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan fauna yang hampir punah yang harus dilindungi dan dilestarikan. B. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kaur Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kaur adalah suatu struktur yang memperlihatkan dan dibentuk oleh struktur pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan sebagai pusat pelayanan, jaringan prasarana transportasi, kelistrikan, 28

29 telekomunikasi dan prasarana lainnya dalam mendukung fungsi utama pada wilayah perkotaan sebagai pusat pelayanan, kawasan budidaya dan kawasan fungsional. Berdasarkan uarain dan ketetapan yang tertuang dalam kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Kaur sampai dengan akhir tahun rencana (2031), dirumuskan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang disusun oleh Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. Adapun sistem pusat perkotaan di wilayah Kabupaten Kaur yang dikaitkan dengan kawasan perdesaan (hinterland) dapat diklasifikasi sebagai berikut: Pertama, Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), Sesuai dengan arahan RTRWP Bengkulu, PKWp yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi adalah Perkotaan Bintuhan yang berada di Kecamatan Kaur Selatan dan Kecamatan Tetap, beberapa fasilitas yang mendukung Kota Bintuhan sebagai PKWp, meliputi; Perkantoran kabupaten (pusat pemerintahan kabupaten); Pelayanan dan jasa penunjang kegiatan pemerintahan; Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten. Pusat Pertanian, Perkebunan dan Perikanan skala wilayah. Industri Agro dan Pengolahan Perikanan. Permukiman Perkotaan; Pariwisata Kedua, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp). PKL yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu di Kabupaten Kaur dalam RTRWP Bengkulu terdapat di perkotaan Linau (Kec. Maje) dan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Tanjung Kemuning Kecamatan Tanjung Kemuning. Beberapa fasilitas yang mendukung Kota Linau sebagai PKL pusat primer dengan fungsi jasa dan pemerintahan meliputi : Pusat pemerintahan kecamatan. Pusat pelabuhan regional. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal. Pusat perikanan laut. Permukiman perkotaan; Pusat wisata Ketiga, Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi: Penetapan PPK yang merupakan kewenangan pemerintah kabupaten didasarkan pada kriteria bahwa kawasan yang ditetapkan sebagai PPK harus berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Simpang Tiga (Kec. Kaur Utara) yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan. 2. Ulak Lebar (Kec. Muara Sahung) yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, perikanan dan pariwisata 3. Merpas (Kec. Nasal) yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan perikanan Keempat, Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Penetapan PPL yang merupakan kewenangan pemerintah kabupaten didasarkan pada kriteria bahwa PPL harus merupakan pusat 29

30 permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL yang ditetapakan adalah sebagai berikut : 1. Gunung Kaya (Kec. Padang Guci Ilir), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan basah, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur, perdagangan; 2. RIGANGAN I (KEC. KELAM TENGAH), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan basah, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 3. Gedung Wani (Kec. Kinal), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur, perdagangan; 4. Bungin Tumbun II (Kec. Padang Guci Hulu), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 5. Suka Nanti (kec. Lungkang kule), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan basah, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 6. Mentiring (Kec. Semidang gumay), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 7. Tanjung Iman (Kec. Kaur Tengah), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, peternakan dan perikanan tangkap; 8. Benua Batu (Kec. Luas), yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan peternakan; 9. Muara Tetap (Kec. Tetap) yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan. No Rencana sistem pusat permukiman di wilayah Kabupaten Kaur dapat dilihat secara rinci pada Tabel berikut : Tebel 2. 7 Sitem Pusat Permukiman di Kabupaten Kaur Nama Kota/Pusat Permukiman 1 Bintuhan PKWP 2 Linau PKL 3 4 TJ.Kemuning (Kec. Tanjung Kemuning) Ulak Lebar (Kec. Muara Sahung) Hirarki Pelayanan PKLp PPK Kegiatan Utama 1. Pusat pemerintahan kabupaten; 2. Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten; 3. Pusat Pertanian, Perkebunan dan Perikanan skala wilayah 4. Industri Agro dan Pengolahan Perikanan 5. Permukiman Perkotaan; 6. Pembangunan terminal penumpang tipe B. 1. Pusat pemerintahan Kecamatan; 2. Pusat pelabuhan regional; 3. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal; 4. Pusat perikanan laut; 5. Permukiman Perkotaan; 6. Pusat wisata. 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan basah; 3. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 4. Perdagangan; 5. Pembangunan terminal Tipe C. 1. Pusat pemerintahan kecamatan : 2. Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM); 3. Perlindungan Kawasan Hutang Lindung (Hutang Lindung Raja Mendara). 30

31 No Nama Kota/Pusat Permukiman Merpas (Kec. Nasal) Simpang Tiga (Kec. Kaur Utara) Rigangan I (Kec. Kelam Tengah) Bungin Tumbun II (Kec. Padang Guci Hulu) Gunung Kaya (Kec. Padang Guci Ilir) Suka Nanti (Kec. Lungkang Kule) Mentiring (Kec. Semidang Gumai) Tanjung Iman (Kec. Kaur Tengah) Muara Tetap (Kec. Tetap) Benua Batu (Kec. Luas) Gedung Wani (Kec. Kinal) PPK PPK PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL Hirarki Pelayanan Kegiatan Utama 4. Pengembangan pertanian lahan basah; 5. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 6. Pembangunan terminal penumpang Tipe C. 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan perikanan; 3. Pembangunan terminal penumpang Tipe C. 4. Pusat Pelestarian TNBBS 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur; 3. Perdagangan. 4. Pembangunan terminal penumpang Tipe C. 1. Pusat pemerintahan kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan basah; 3. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan basah. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan. 2. Pengembangan pertanian lahan basah; 3. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan kering dan hortikultur. 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan 2. Peternakan; dan 3. Perikanan tangkap. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan 2. Pengembangan hutan produksi terbatas. 3. Pengembangan pertanian lahan kering dan peternakan. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan; 2. Pengembangan pertanian lahan kering dan peternakan. 1. Pelayanan Pemerintahan Kecamatan. 2. Pengembangan pertanian lahan kering dan peternakan. Dengan demikian sistem pusat kegiatan di Kabupaten Kaur terdiri atas 4 (empat) tingkatan/hirarki dengan fasilitas yang disediakan seperti dapat dilihat secara rinci pada berikut : 31

32 Tabel 2. 8 Fasilitasi setiap Hirarki Pusat Kegiatan di Kabupaten Kaur Hirarki Kota Fasilitas yang Disediakan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan PKLp Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 1. Bintuhan 1. Linau 2. Tanjung Kemuning 1. Ulak Lebar 2. Merpas 3. Simpang Tiga 1. Rigangan I; 2. Bungin Tumbun II 3. Gunung Kaya a. Pendidikan : perguruan tinggi, akademi, dan perpustakaan b. Kesehatan : rumah sakit tipe B; c. Peribadatan : mesjid wilayah dan sarana peribadatan lainnya; d. Fasilitas umum : gedung pertemuan, museum, gedung kesenian dan lainnya; e. Olahraga/rekreasi : taman kota, stadion /gedung olahraga; f. Pelayanan pemerintah : kantor pemerintahan skala kabupaten; g. Perbelanjaan/niaga : pasar, pertokoan, bank-bank, perusahaan swasta dan jasajasa lainnya; h. Permukiman perkotaan dengan intensitas tinggi dan fasilitasnya (listrik, air bersih, drainase, telepon); i. Transportasi : jalan antar kota dan antar kabupaten/provinsi, fasilitas intermoda; j. Fasilitas industri : pemrosesan dan perdagangan regional. a. Pendidikan : SD, SLTP dan SLTA; b. Kesehatan : puskesmas; c. Peribadatan : mesjid dan tempat peribadatan lainnya; d. Fasilitas umum: gedung serba guna; e. Olahraga/rekreasi : taman kota, lapangan olahraga; f. Pelayanan pemerintah : kantor pemerintahan skala kecamatan; g. Perbelanjaan/niaga : pasar kecamatan, toko dan warung; h. Permukiman perkotaan dengan intensitas sedang dan fasilitasnya (listrik, air bersih, drainase, telepon); i. Transportasi : jalan antar kota dan ibukota Kabupaten, pelabuhan regional. a. Pendidikan : SD dan SLTP b. Kesehatan : puskesmas pembantu c. Peribadatan: mesjid dan tempat peribadatan lainnya d. Fasilitas umum: bangunan serba guna e. Olahraga/rekreasi : taman kecamatan, lapangan olahraga f. Pelayanan pemerintah : kantor pemerintahan skala kecamatan. g. Perbelanjaan/niaga skala kecamatan. h. Permukiman perkotaan dengan intensitas sedang dan fasilitasnya (listrik, air bersih, drainase, telepon) i. Prasarana transportasi : jalan antar antar kecamatan. a. Pendidikan : SD dan SLTP b. Kesehatan : posyandu c. Peribadatan: mesjid dan tempat peribadatan lainnya 32

33 4. Suka Nanti 5. Mentiring 6. Tanjung Iman 7. Muara Tetap 8. Benua Batu 9. Gedung Wani d. Fasilitas umum: ruang serba guna e. Olahraga/rekreasi : taman lingkungan, lapangan olahraga f. Pelayanan pemerintah : kantor pemerintahan skala lingkungan. g. Perbelanjaan/niaga skala lingkungan. h. Permukiman dengan intensitas sedang dan fasilitasnya (listrik, air bersih, drainase, telepon) i. Transportasi : jalan antar desa dan ibukota kecamatan. C. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten. Perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kaur dilakukan melalui program perwujudan kawasan lindung dan program perwujudan kawasan budidaya. Program perwujudan kawasan lindung meliputi : Pertama, Program pemantapan kawasan lindung terdiri atas : a. Evaluasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung; b. Mempertahankan kawasan hutan lindung yang telah ada dan sesuai RTRWN dan RTRWP Provinsi Bengkulu c. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung guna mengembalikan/meningkatkan fungsi lindung; d. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung; e. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan; f. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung; g. Pengawasan kawasan lindung. Kedua, Program evaluasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung terdiri atas evaluasi kondisi eksisting pemanfaatan lahan kawasan lindung dan penyusunan rekomendasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung tanpa mengganggu fungsi lindung. Ketiga, Program untuk kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri atas : a. Kawasan hutan lindung Raja Mandara dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang memiliki luas Ha. b. Kawasan resapan air, merupakan daerah Hutan Lindung dan TN Bukit Barisan Selatan. Program untuk kawasan ini adalah : 1) Mencegah timbulnya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung 2) Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir. Keempat, Program Kawasan Perlindungan Setempat. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Kaur terdiri dari : a. Kawasan sempadan sungai, meliputi seluruh sungai di kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kaur, baik sungai besar maupun kecil. b. Kawasan sempadan pantai, meliputi Kec. Tanjung Kemuning, Kec. Semidang Gumai, Kec. Kaur Tengah, Kec. Tetap, Kec, Kaur Selatan, Kec. Maje dan Kec. Nasal. c. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan, menyebar di seluruh kecamatan berfungsi PKWp, PKL, PPK dan PPL d. Kawasan sempadan mata air, yang menyebar di seluruh kecamatan. 33

34 Program untuk kawasan ini adalah : 1) Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya; 2) Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai; 3) Pengamanan Daerah Aliran Sungai; dan 4) Pembatasan daerah terbangun yang dapat merusak fungsi lindung daerah aliran sungai. Kelima, Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, yang terdiri atas : a. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan seluas hektar; b. Taman Wisata Alam Way Hawang berada di Kecamatan Maje, seluas 64 hektar; c. Kawasan konservasi laut daerah (KKLD) berada di Linau, Merpas dan Sekunyit; d. Situs megalitik, makam, masjid dan rumah bersejarah; e. Program kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya bertujuan untuk pelestarian fungsi lindung dan tatanan lingkungan kawasan (peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran), pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata. Keenam, Program Kawasan Rawan Bencana Alam. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Kaur, meliputi : a. Kawasan rawan longsor. b. Kawasan rawan banjir yang tersebar di seluruh aliran sungai. c. Kawasan rawan kebakaran hutan, meliputi HL. Bukit Raja Mendara dan TNBBS. Program kawasan ini adalah : 1) Menginventarisir kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Kaur secara lebih akurat. 2) Pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana alam untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. 3) Melakukan upaya untuk mengurangi/meniadakan resiko bencana alam seperti melakukan penghijauan dan pembangunan tanggul. 4) Penyediaan jalur evakuasi bencana. Ketujuh, Program Kawasan Lindung Geologi. Program untuk kawasan lindung geologi di Kabupaten Kaur berupa penetapan kawasan rawan bencana serta penyediaan jalur evakuasi, meliputi : a. Kawasan Rawan Gempa Bumi, yaitu Kec. Padang Guci Hulu, Muara Sahung, Kinal, Maje, Nasal; b. Kawasan Rawan Gelombang/Tsunami, yatu daerah pesisir Kabupaten Kaur. Kedelapan, Program Kawasan Lindung Lainnya. Yang termasuk kawasan lindung lainnya terdiri dari cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi, meliputi Pantai Tanjung Raya, Bintuhan, Linau, Merpas, dan Tebing Rambutan. Sedangkan Program Perwujudan Kawasan Budidaya meliputi : Pertama, Program Perwujudan Kawasan Hutan Produksi Terbatas, dilakukan dengan : 34

35 a. Pengusahaan Hutan Produksi Terbatas melalui pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH); b. Pengusahaan hutan produksi terbatas dengan menerapkan tebang pilih; c. Pembatasan dan pengendalian pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan serta penetapan batas HPH yang jelas dengan menghindari tumpang tindih untuk menjaga kelestarian kawasan-kawasan hutan yang berfungsi lindung; d. Reboisasi dan rehabilitasi lahan bekas tebangan HPH; e. Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung; f. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lahan pertanian dan pertambangan. Kedua, Program Perwujudan Kawasan Hutan Produksi Tetap, dilakukan dengan : a. Pengembangan pola hutan tanaman industri; b. Penetapan batas HPH dengan jelas di lapangan dengan pengukuran dan pematokan; c. Pemberian izin harus disesuaikan dengan kondisi lapangan terutama menyangkut tumpang tindih dengan kawasan budidaya lain dan kawasan lindung. Ketiga, Perwujudan Pengembangan Kawasan Pertanian, dilakukan dengan program pengembangan (1) kawasan pertanian lahan basah, serta (2) kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura. Program pengembangan kawasan pertanian, yaitu : a. Mendayagunakan, meningkatkan, memperluas dan mempertahankan lahan pertanian untuk peningkatan produksi beras guna mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis; b. Mempertahankan lahan-lahan produktif dan atau beririgasi teknis dari perubahan alih fungsi dan kerusakan lahan pertanian; c. Mengembangkan dan memantapkan komoditas-komoditas andalan tanaman pertanian dan tanaman perkebunan; d. Optimalisasi pengelolaan pemanfaatan dan perbaikan lahan dan tata air mikro melalui pencetakan sawah, rehabilitasi dan konservasi lahan serta jalan usaha tani untuk meningkatkan kualitas fungsi kawasan pertanian; e. Mengembangkan pembukaan akses kawasan terhadap sentra-sentra pemasaran dan produksi dengan dukungan pengembangan sarana dan prasarana yang memadai; b. Mengembangkan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah di arahkan pada upaya untuk tetap mempertahankan luas lahan yang ada disertai dengan upaya pengembangan wilayah yang mempunyai potensi kesesuaian lahan, daya dukung dan prasarana irigasi yang memadai; Pengembangan kawasan pertanian : 1) Pertanian tanaman pangan : Kec. Tanjung Kemuning, Kec. Kelam Tengah, Kec. Kaur Utara, Kec. Padang Guci Hulu, Kec. Padang Guci Hilir, Kec. Lungkang Kule, Kec. Kinal, Kec. Semidang Gumai, dan Kec. Kaur Tengah, Kec. Luas, Kec. Muara Sahung, Kec. Kaur Selatan dan Kec. Nasal 2) Tanaman hortikultura menyebar di seluruh kecamatan. 3) Tanaman perkebunan menyebar di seluruh kecamatan. 4) Pengembangan peternakan : Kecamatan Semidang Gumay, Tanjung Kemuning, Padang Guci Ilir dan Padang Guci Hulu. Keempat, Perwujudan Pengembangan Kawasan Perikanan, dilakukan dengan Program pengembangan perikanan yaitu : 35

36 a. Pengembangan sentra perikanan tangkap dengan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap di Kecamatan Nasal, Maje, Kaur Selatan, Tetap, Kaur Tengah, Semidang Gumay dan Tanjung Kemuning. b. Pengembangan perikanan budidaya melalui kolam dan tambak di Kecamatan Nasal, Muara Sahung, dan Kelam Tengah c. Pengembangan industri pengolahan perikanan di Kawasan Minapolitan yaitu di Kecamatan Nasal, Kecamatan Muara Sahung dan Kecamatan Kelam Tengah. Kelima, Perwujudan Pengembangan Kawasan Pertambangan, dilakukan dengan Program pengembangan kawasan pertambangan yang dilakukan di Kecamatan Nasal yaitu : a. Pengembangan kegiatan penambangan harus memperhatikan kelestarian lingkungan baik selama proses produksi maupun masa eksploitasi. b. Penataan kawasan permukiman disekitar kawasan pertambangan. b. Pemeliharaan fungsi kawasan pertambangan yang didasarkan pada asas kelestarian lingkungan. Keenam, Perwujudan Pengembangan Kawasan Industri, dilakukan dengan Program pengembangan industri berupa industri pengolahan yang dipusatkan di Linau sebagai PKL di Kabupaten Kaur, serta penguatan industri-industri kecil yang menyebar di seluruh kecamatan. Ketujuh, Perwujudan Pengembangan Kawasan Pariwisata, dilakukan dengan Program pengembangan kepariwisataan Kabupaten Kaur ditujukan pada kawasan unggulan wisata, yaitu : a. Penataan ruang kawasan pariwisata; b. Pengembangan hasil kerajinan rakyat dan budaya masyarakat; b. Pengembangan objek dan fasilitas pariwisata; c. Promosi dan upaya memperkenalkan objek-objek wisata; d. Penganekaragaman jenis wisata dan atraksi wisata; dan e. Perbaikan jaringan jalan dan penyediaan sarana transportasi ke lokasi obyek wisata. Kedelapan, Program Perwujudan Pengembangan Kawasan Permukiman, bertujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan kegiatan ekonomi, pengentasan kemiskinan dan pelestarian budaya, meliputi : a. menciptakan pusat-pusat permukiman baru di luar pusat kota dengan aksesibilitas tinggi; b. meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas pendukung pada pusat-pusat permukiman; c. menciptakan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, dan memiliki citra estetika serta berwawasan lingkungan; d. mengarahkan pengembangan permukiman yang sesuai dengan ekologis lingkungan dan menunjang pengembangan fungsi perkotaan. Kesembilan, Program Perwujudan Pengembangan Kawasan Peruntukan Lainya, Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya yang meliputi kawasan peruntukan perkantoran dan kawasan peruntukan pondok pusaka. Pengembangan kawasan perkantoran dan kawasan pondok pusaka bertujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan kegiatan ekonomi dan peningkatan sektor jasa pelayanan. D. Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten Kaur 1. Sistem Jaringan Transportasi Darat; Fungsi utama sistem prasarana transportasi adalah untuk melayani perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain serta menjembatani fungsional 36

37 antar kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Kaur dan wilayah tetangga yang berhubungan. Jika dikaitkan dengan tujuan pengembangan tata ruang tersebut di atas, maka tujuan pengembangan sistem prasarana transportasi di kabupaten adalah PENDUKUNG PENINGKATAN PERTUMBUHAN WILAYAH DI KABUPATEN KAUR SECARA SERASI DENGAN WILAYAH-WILAYAH LAINNYA YANG MELIPUTI : Meningkatkan eksternalistis Kabupaten Kaur; Menunjang kegiatan ekspor impor Kabupaten Kaur dengan wilayah lainnya; dan Menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Kabupaten Kaur yaitu sektor pertanian, pertambangan, perdaganggan dan jasa, industri, dan pariwisata. PENDUKUNG PEMERATAAN PEMBANGUNAN YANG MELIPUTI : Memperlancar kegiatan koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas penduduk Kabupaten Kaur; dan Meningkatkan akses ke wilayah-wilayah potensial/sentra produksi yang masih terisolasi. 2. Sistem Jaringan Transportasi Perkerataapian; Sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Bengkulu, arahan pengembangan jalur rel kereta api di Provinsi Bengkulu khususnya di Kabupaten Kaur merupakan pengembangan baru yang menghubungkan wilayah Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan dengan lintasan jalur Linau Tanjung Enim (Sumatera Selatan). Pengembangan rel kereta api ini masih memerlukan kajian tentang kelayakannya serta perencanaan dan perancangan teknis 3. Sistem Jaringan Transportasi Laut. Kebijakan Provinsi Bengkulu mengenai Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut di Kabupaten Kaur adalah dengan pengembangan angkutan laut perintis dari Linau - P.Baai - P. Enggano - Muko-Muko. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 Tahun 2002 tentang tatanan kepelabuhan Nasional pelabuhan Linau di tetapkan menjadi Pelabuhan Regional dengan kriteria : berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan dan pelabuhan pengumpan; berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi; berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil: kedalaman minimal pelabuhan 4 m LWS: memiliki dermaga minimal panjang 70 m; jarak dengan pelabuhan regional lainnya mil. Pelabuhan Pengumpan Regional Linau yang berada di Kecamatan Maje dikembangkan sebagai pengumpan untuk Pelabuhan Pulau Baai. Lebih jauh, diharapkan pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang penting bagi kegiatan ekonomi di Kabupaten Kaur dan kabupaten sekitarnya serta dikembangkan secara terpadu untuk kegiatan industri 37

38 perikanan dan menujang pengembangan agro industri di Kabupaten Kaur sebagai tempat pendistribusian hasil pertambangan dari Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Selain untuk kepentingan kegiatan ekonomi, pelabuhan ini dapat juga difungsikan untuk kepentingan kegiatan pertahanan keamanan, yaitu sebagai tempat distribusi pasukan ke pusat latihan militer TNI yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Ogan Komering Ulu Wilayah Rawan Bencana Wilayah yang berpotensi rawan bencana alam menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, wilayah yang berpotensi rawan bencana alam di maksud seperti banjir, tsunami, abrasi, longsor, kebakaran hutan, gempa tektonik dan vulkanik dan lain-lain. Pada subbagian sebelumnya (halaman 37) sesuai dengan RPJM Daerah, diuraikan bahwa Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Kaur, meliputi : 1. Kawasan rawan longsor; 2. Kawasan rawan banjir yang tersebar di seluruh aliran sungai; 3. Kawasan rawan kebakaran hutan, meliputi HL. Bukit Raja Mendara dan TNBBS. Untuk bencana gunung meletus dan gempa bumi tidak dipetakan. Bencana gunung meletus tidak dipetakan karena keberadaan gunung yang ada di Kabupaten Kaur tercatat tidak aktif, sedangkan peta gempa tidak disusun karena secara umum kondisi wilayah Kaur pada umumnya merupakan wilayah potensi gempa. Hasil pengamatan lapangan lokasi-lokasi kejadian bencana di Kabupaten Kaur secara lengkap dengan posisi koordinat mengacu koordinat bumi dan matrik bencana per-kecamatan di Kabupaten Kaur dapat disajikan pada : Tabel 2.9. LOKASI HASIL PENGAMATAN LAPANGAN NO GPS KECAMATAN LOKASI KETERANGAN 8 Nasal Lokasi Banjir Desa Tebing Rambutan Banjir 9 Nasal Sawmill dan permukiman potensi longsor 11 Nasal Kantor Kepala Desa Merpas Tsunami tahun Nasal Kantor Kepala Desa Tjg. Betuah banjir mei Nasal Desa Singai Air banjir Nasal Longsor jalan Longsor 54 Nasal Desa Air Pelawan rawan longsor pemukiman 15 Maje Kantor Kecamatan Maje potensi tsunami 21 Tetap Jalan longsor longsor (pemotongan lereng) 22 Tetap Kantor Kepala Tjg. Dalam potensi longsor 23 Tetap Jalan longsor longsor (pemotongan lereng) 25 Tetap Tebing gugur ke jalan longsor (pemotongan lereng) 48 Luas Desa Tuguk Potensi longsor 46 Muara Sahung Ulak Bandung Banjir dan rawan longsor 38

39 NO GPS KECAMATAN LOKASI KETERANGAN 59 Kinal desa bunga malur/air lantung banjir ke jalanan 65 Kinal Desa Tjg. Baru Rawan longsor 67 Kinal Longsoran ke jalan longsor (pemotongan lereng) 68 Kinal Longsoran ke jalan longsor (pemotongan lereng) 69 Kinal Longsoran ke jalan longsor (pemotongan lereng) 70 Kinal Longsoran ke jalan longsor (pemotongan lereng) 72 Kinal Rawan longsor 5 Tjg. Kemuning Lokasi longsor jalan Longsor jalan 8 Tjg. Kemuning Desa Pelajaran Longsor jalan 11 Kelam Tengah Desa Darat Sawah Longsor jalan/jembatan 42 Kelam Tengah Desa Penantian 43 Kelam Tengah Desa Penantian dan banjir satu desa pindah karena longsor Padang Guci Hilir Dusun Pulau Longsor jalan Padang Guci Hilir Desa Panggung sering banjir/rawan banjir Padang Guci Hilir Padang Guci Hilir Tl. Besar Desa Air Kering sering banjir/rawan banjir sering banjir/rawan banjir 30 Kaur Utara Desa Guru Agung rawan longsor jalan 31 Padang Guci Hilir Lokasi rawan longsor jalan 49 Padang Guci Hilir Rumah rawan Tsunami Sumber: RPJMD Tahun longsor (pemotongan lereng ) Tsunami Tabel MATRIK KERAWANAN BENCANA PER KECAMATAN DI KABUPATEN KAUR KECAMA TAN LONGSO R TINGGI LONGSO R SEDANG LONGSO R POTENSI RENDAH LONGSO R BANJIR LONGSO R TSUNAMI LONGSO R TSUNAMI BANJIR TSUNA MI KAUR SELATAN KAUR TENGAH KAUR UTARA KELAM TENGAH KINAL LUAS LUNGKAN G KULE MAJE MUARA SAHUNG NASAL TSUN AMI BANJ IR 39

40 KECAMA TAN LONGSO R TINGGI LONGSO R SEDANG LONGSO R POTENSI RENDAH LONGSO R BANJIR LONGSO R TSUNAMI LONGSO R TSUNAMI BANJIR TSUNA MI PADANG GUCI HILIR PADANG GUCI HULU SEMIDAN G GUMAI TETAP TSUN AMI BANJ IR TJG. KEMUNIN G Sumber : Pengolahan Data, 2010 (BPBD Kabupaten Kaur) 3.3. Demografi Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Sensus penduduk terakhir dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Penduduk Kabupaten Kaur adalah semua orang yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kaur selama enam bulan atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Menerangkan apa yang dirilis BPS Kabupaten Kaur yang terpublikasi melalui Kabupaten Kaur Dalam Angka (KDA Tahun 2015), bahwa Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Kaur tahun 2014 sebesar 1,33 persen, dimana penduduk Kabupaten Kaur pada tahun 2014 mencapai sedangkan pada tahun 2013 berjumlah jiwa. Dari penduduk yang mencapai jiwa (Tahun 2014) terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berikut disajikan grafik sebaran jumlah penduduk Kabupaten Kaur Tahun 2013, 2014 dan 2015 : Grafik 2.8. JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN KAUR TAHUN Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka

41 Struktur penduduk Kabupaten Kaur masih didominasi oleh usia muda dan produktif, ini terlihat dari besarnya penduduk menurut kelompok umur tahun yang mencapai jiwa, kelompok umur 0-14 tahun sebanyak jiwa dan kelompok umur 65 > berjumlah jiwa. Secara persentase disajikan pada grafik di bawah ini : Grafik 2.9. KOMPOSISI PENDUDUK KABUPATEN KAUR MENURUT KELOMPOK UMUR (PERSEN) TAHUN 2015 Jumlah (jiwa) 4,53% 29,58% 65,89% > Sumber: IPM Kabupaten Kaur, Tahun 2016 Adapun rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pada Tahun pertambahan Penduduk Kabupaten Kaur sebesar jiwa. Pertambahan penduduk tersebut tersebar pada setiap kecamatan. Data mencatat bahwa pertambahan penduduk tahun terbanyak pada Kecamatan Maje 478 jiwa, Kecamatan Kaur Selatan 354, dan Kecamatan Nasal 312 jiwa. Berikut disajikan sebaran pertambahan penduduk di Kabupaten Kaur. 600 Grafik PERTAMBAHAN PENDUDUK (JIWA) DI KABUPATEN KAUR TAHUN Maje; 478 Kaur Selatan; 354 Nasal; Tetap; 27 Padang Guci Hulu; 59 Kaur Tengah; 17 Tanjung Kemuning; 94 Lungkang Kule; 29 Luas; 18 Padang Guci Hilir; 16 Muara Sahung; 18 Kaur Utara; Semidang Gumay; 20 Series1 Kinal; 16 Kelam Tengah; 21 41

42 Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Memperhatikan grafik sebaran pertambahan penduduk di atas, Kecamatan Kaur Selatan merupakan wilayah perkotaan/sebagai Ibu Kota Kabupaten. Sedangkan kecamatan Maje dan Kecamatan Nasal merupakan wilayah transmigrasi. Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa sebaran pertambahan penduduk yang cenderung tinggi terjadi di wilayah perkotaan dan transmigrasi (Jawa-Lampung). Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Pertambahan Penduduk (LPP) Kabupaten Kaur terbagi menjadi 2 (dua) faktor yang berlawanan, yaitu : faktor pendorong dan faktor penghambat/penahan/penurun. Faktor pendorong LPP di Kabupaten Kaur diantaranya angka kelahiran dan migrasi penduduk dari wilayah lain (dari luar kabupaten Kaur) baik yang akan bertempat tinggal tetap maupun yang bersifat temporer. Faktor pendorong migrasi penduduk dari wilayah luar Kabupaten Kaur banyak terjadi di wilayah perkebunan, yaitu penduduk dari luar Kabupaten Kaur yang bermaksud tinggal menetap maupun sementara untuk melakukan usaha pengembangan perkebunan (terutama di daerah perbukitan), migrasi penduduk yang menjadi faktor pendorong LPP di Kabupaten Kaur lainnya dipengaruhi oleh pengembangan dan penambahan PNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kaur dari tahun ke tahun dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Kaur. Faktor penurun/penahan/penghambat LPP di Kabupaten Kaur adalah di beberapa lokasi transmigrasi penduduk lokasi transmigrasi melakukan migrasi keluar Kabupaten Kaur, hal ini menjadikan LPP terhambat, kasus ini terjadi di Kecamatan Semidang Gumay Lokal Transmigrasi Desa Karang Dapo, Kecamatan Muara Sahung SP III, Kecamatan Luas SP VI, Kecamatan Kelam Tengah Desa Pagar Dewa. Faktor lainnya juga banyak dijumpai rumah yang ditinggal penghuninya untuk melakukan pengembangan perkebunan di luar wilayah Kabupaten Kaur. Keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga menjadi faktor penahan LPP Kabupaten Kaur karena banyak penduduk Kabupaten Kaur melakukan migrasi ke kota yang menyediakan fasilitas pendidikan tingkat tinggi. Begitu pula fenomena yang terjadi tidak tersedianya lapangan kerja di sektor industri, sehingga berakibat tenaga-tenaga yang mempunyai keterampilan di luar perkebunan pertanian melakukan migrasi ke wilayah lain dalam rangka memperoleh pekerjaan Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB dan laju inflasi provinsi. Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, sebagai berikut : a. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam konteks ini PDRB dapat dilihat dari dua sisi pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. 42

43 Tabel NILAI SEKTOR DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KAUR ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha * 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , , , , ,6 1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian , , , , ,3 a. Tanaman Pangan , , , , ,4 b. Tanaman Hortikultura Semusim 3.326, , , , ,4 c. Perkebunan Semusim 106,6 116,6 123,4 133,3 143,4 d. tanaman Hortikultura Tahunan dan lainnya , , , , ,3 e. Perkebunan Tahunan , , , , ,5 f. Peternakan , , , , ,4 g. Jasa Pertanian dan Perburuan , , , , ,8 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu , , , , ,2 3 Perikanan , , , , ,1 B Pertambangan dan Penggalian , , , , ,8 1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Pertambangan Batubara dan Lignit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Pertambangan Bijih Logam 2,4 2, , , ,1 4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya , , , , ,7 C Industri Pengolahan , , , , ,9 1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Industri Makanan dan Minuman , , , ,9 66,624,0 3 Pengolahan Tembakau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 44,3 15,5 46,4 47,9 49,3 5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan 94,6 97,2 98,7 100,4 101,9 dan Sejenisnya 7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan 162,4 169,1 177,0 185,7 195,5 Reproduksi Media Rekaman 8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Industri Barang Galian bukan Logam 90,9 92,3 96,5 99,9 103,0 11 Industri Logam Dasar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, 1.697, , , , ,4 Optik dan Peralatan Listrik 13 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14 Industri Alat Angkutan 14,0 15,0 15,7 16,4 17,9 15 Industri Furnitur 1.103, , ,, , ,0 16 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan 58,1 59,9 62,4 63,1 63,9 mesin dan peralatan D Pengadaan Listrik dan Gas 760,0 891,7 961, , Ketenagalistrikan 750,6 881,8 951, , ,7 2 Pengadaan Gas dan Produksi Es 9,4 9,9 10,5 11,0 11,7 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.020, , , , ,3 F Konstruksi , , , , ,3 43

44 Lapangan Usaha * 2015** G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,9 1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya , , , , ,1 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,8 H Transportasi dan Pergudangan , , , , ,5 1 Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Angkutan Darat , , , , ,3 3 Angkutan Laut 62,9 65,2 67,6 70,4 72,6 4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 2.698, , , , ,5 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , , , ,4 1 Penyediaan Akomodasi 281,5 301,2 323,8 349,7 381,8 2 Penyediaan Makan Minum , , , , ,6 J Informasi dan Komunikasi , , , , ,9 K Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , ,1 1 Jasa Perantara Keuangan 9.778, , , , ,0 2 Asuransi dan Dana Pensiun 128,3 135,1 143,2 150,6 159,8 3 Jasa Keuangan Lainnya 3.747, , , , ,3 4 Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L Real Estate , , , , ,5 M,N Jasa Perusahaan 756,7 785,3 809,0 859,2 920,0 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial , , , , ,5 Wajib P Jasa Pendidikan , , , , ,6 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.203, , , , ,7 R,S, Jasa lainnya T,U 3.089, , , , ,3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,6 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur menurut Lapangan Usaha Tahun Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Kaur hingga tahun 2014 masih sangat dominan. Kedudukan sektor pertanian sebagai leading sector dalam perekonomian Kabupaten Kaur masih sulit digeser oleh sektor-sektor lainnya. Fenomena itu terlihat dari relatif besarnya kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Kaur atas dasar harga berlaku dibandingkan sektor-sektor lainnya dari tahun ke tahun. Nilai nominal PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 sebesar milyar rupiah dan peranannya dalam PDRB Kabupaten Kaur sebesar 54,31 persen. berikut tabel yang menyajikan nilai dan kontribusi masing-masing sektor. Tabel NILAI SEKTOR DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KAUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha * 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , , , , ,7 1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian , , , , ,2 a. Tanaman Pangan , , , , ,7 b. Tanaman Hortikultura Semusim 3.519, , , , ,4 c. Perkebunan Semusim 117,0 137,5 156,4 187,

45 Lapangan Usaha * 2015** d. Tanaman Holtikultura Tahunan lainnya , , , , ,4 e. Perkebunan Tahunan , , , , ,3 f. Peternakan , , , , ,0 g. Jasa Pertanian dan Perburuan , , , , ,0 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu , , , , ,8 3 Perikanan , , , , ,7 B Pertambangan dan Penggalian , , , , ,2 1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Pertambangan Batubara dan Lignit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Pertambangan Bijih Logam 5,2 7, , , ,7 4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya , , , , ,5 C Industri Pengolahan , , , , ,5 1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 Industri Makanan dan Minuman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3 Pengolahan Tembakau 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 46,2 50,2 54,5 59,4 62,4 5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman 98,4 105,0 111,0 118,7 122,7 dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi 166,5 177,4 201,0 221,3 247,3 Media Rekaman 8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10 Industri Barang Galian bukan Logam 93,3 98,9 107,9 117,8 127,3 11 Industri Logam Dasar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, 1.730, ,0 1,938, , ,1 Optik dan Peralatan Listrik 13 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14 Industri Alat Angkutan 13,6 15,3 16,4 17,6 20,9 15 Industri Furnitur 1.141, , , , ,8 16 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin 59,9 64,1 69,2 72,8 76,5 dan peralatan D Pengadaan Listrik dan Gas 664,3 734,3 690,3 832, ,5 1 Ketenagalistrikan 654,6 723,8 678,8 819, ,1 2 Pengadaan Gas dan Produksi Es 9,7 10,5 11,5 12,7 14,4 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.147, , , , ,0 F Konstruksi , , , , ,8 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,3 1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya , , , , ,1 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,2 H Transportasi dan Pergudangan , , , , ,5 1 Angkutan Rel 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2 Angkutan Darat , , , ,7 3 Angkutan Laut 64,3 69,4 75,2 82,3 88,2 4 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 2.849, , , , ,6 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , , , ,0 1 Penyediaan Akomodasi 295,9 334,9 378,9 441,7 558,0 45

46 Lapangan Usaha * 2015** 2 Penyediaan Makan Minum , , , , ,1 J Informasi dan Komunikasi , , , , ,5 K Jasa Keuangan dan Asuransi , ,2 20,756, , ,5 1 Jasa Perantara Keuangan , , , , ,3 2 Asuransi dan Dana Pensiun 129,3 136,5 149,6 163,7 190,0 3 Jasa Keuangan Lainnya 3.765, , , , ,2 4 Jasa Penunjang Keuangan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 L Real Estate , , , , ,8 M,N Jasa Perusahaan 760,0 803,8 886,9 979, ,8 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib , , , , ,3 P Jasa Pendidikan , , , , ,0 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.587, , , , ,0 R,S, Jasa lainnya T,U 3.389, , , , ,7 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,0 Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur menurut Lapangan Usaha Tahun Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam analisis pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Mengingat pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada akhirnya akan menghasilkan balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi akan meningkat. Laju pertumbuhan PDRB diperoleh dari penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Pada tahun 2014 PDRB Kabupaten Kaur atas dasar harga berlaku telah mencapai milyar rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar milyar rupiah dengan laju pertumbuhan sebesar 4,98 persen, mengalami perlambatan sebesar 0,07 persen dibanding tahun 2013 yang pertumbuhannya sebesar 5,05 persen. Adapun pertumbuhan PDRB Kabupaten Kaur Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan disajikan grafik di bawah ini : Grafik URAIAN PERTUMBUHAN PDRB BERDASARKAN 10 (SEPULUH) SEKTOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN ,00 35,00 9,47 30,00 25,00 6,74 7,86 7,72 7,14 6,73 20,00 15,00 10,00 5,00-3,92 3,55 4,63 5,74 5,97 3,77 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,37 2,07 Pertambangan & penggalian 6,11 5,87 6,15 Industri pengolahan 17,34 4,84 1,30 6,62 1,37 0,90 Listrik dan gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,63 7,40 5,19 Konstruksi 7,16 4,94 3,66 7,47 7,72 5,24 Perdagangan Transportasi dan besar dan Eceran Pergudangan Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur menurut Lapangan Usaha Tahun

47 Melihat dari 10 (sepuluh) sektor PDRB atas dasar harga konstan di atas menunjukkan bahwa Tahun 2014 sektor listrik dan gas sebesar 9,47 persen mengalami kenaikan sebesar 1,61 persen dibandingkan Tahun 2013 (7,86 persen). sektor ini merupakan sektor yang memiliki nilai tertinggi. Sedangkan sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang Tahun 2014 hanya sebesar 1,30 persen yang mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2013 (4,84 persen). Sementara itu, melihat pada 9 (Sembilan) sektor PDRB lainnya, terdapat tiga sektor lapangan usaha yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari Tahun 2013 ke Tahun 2014 yakni : (1) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum naik sebesar 4,28 Persen; (2) Jasa Pendidikan naik sebesar 4,2 Persen; dan (3) Jasa Kesehatan naik sebesar 4,54 persen. hal ini dapat dilihat pada Grafik Grafik URAIAN PERTUMBUHAN PDRB BERDASARKAN 9 (SEMBILAN) SEKTOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN ,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-9,65 2,87 8,85 5,37 4,83 4,71 7,77 2,91 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi 2,72 8,07 15,86 32,95 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,65 8,76 4,93 8,34 Real Estate 9,47 3,75 9,32 3,89 8,32 5,27 3,79 3,02 8,28 2,20 5,50 4,78 3,90 4,50 5,71 5,39 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos Wajib 2014 Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,47 2,73 2,80 2,83 Jasa Lainnya Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur menurut Lapangan Usaha Tahun Grafik PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KAUR (PERSEN) TAHUN Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur menurut Lapangan Usaha Tahun

48 Secara keseluruhan Perekonomian Kabupaten Kaur pada tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya, tapi kembali naik sebesar 0,15 persen pada tahun Hal ini memberikan arti bahwa kondisi PDRB Kabupaten Kaur kurang cukup baik. Namun kondisi terbaik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaur terjadi pada Tahun 2012 yang mencapai angka 5,45 persen. Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita. PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2014, PDRB per kapita Kabupaten Kaur mencapai 18,22 juta rupiah mengalami kenaikan sebesar 8,32 persen jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 16,82 juta rupiah per satu orang per tahun. b. Laju Inflasi Hasil analisis nilai inflasi rata-rata, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel NILAI INFLASI RATA-RATA TAHUN 2012 S.D 2014 KABUPATEN KAUR URAIAN RATA-RATA PERTUMBUHAN INFLASI 4,3 8,4 6,3 Perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi pada tabel di atas, memiliki berbagai dampak yang dapat menahan tren perbaikan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta tingkat pengangguran terbuka apabila secara terus-menerus terjadi. Fokus Kesejahteraan Sosial a. Indeks Pembangunan Manusia Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah. Karena itu, perencanaan pembangunan daerah semakin mengarah pada tujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang bermuara pada peningkatan IPM. Pembangunan manusia merupakan inventasi jangka panjang. Oleh karena itu, program pembangunan dalam upaya meningkatkan IPM tidak semata intervensi langsung terhadap komponen IPM, tetapi harus bersifat holistik dan menyeluruh pada segenap unsur kesejahteraan manusia. Selama 6 (enam) tahun terakhir, kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Kaur menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana ditunjukkan oleh perkembangan IPM wilayah. Berikut disajikan perkembangan IPM Kabupaten Kaur yang tercatat dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun

49 Grafik PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN KAUR TAHUN IPM IPM 59,00 60,00 61,00 62,00 63,00 64,00 65,00 Sumber: IPM Kabupaten Kaur Tahun 2016 Khusus tahun 2014, perhitungan IPM sudah menggunakan metode baru sehingga tidak bisa dibandingkan dengan IPM tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan IPM, tercermin dari peningkatan komponen pendukungnya yang menunjukkan adanya perbaikan pembangunan bidang kesehatan, pendidikan, dan kemampuan ekonomi. Perbaikan pembangunan kesehatan, tercermin dari meningkatnya Angka Harapan Hidup dari 67,54 pada 2011, berturut-turut meningkat menjadi 67,85 (2012), 67,93 (2013) dan pada tahun 2014 mencapai 67,93. Peningkatan bidang pendidikan, ditandai dengan semakin berkurangnya penduduk yang buta huruf dan bertambahnya rata-rata lama sekolah. Harapan Lama Sekolah (HLS) di Kabupaten Kaur menurun dari 97,37 persen pada tahun 2013, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2014 yang menjadi 95,28 persen. Komponen rata-rata lama sekolah juga menunjukkan penurunan. Bila pada tahun 2012 pada capaian angka 8,15 tahun, maka perubahan terjadi pada tahun 2014 menurun menjadi 7,90 tahun. Perbaikan ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran perkapita yang disesuaikan menggunakan purchasing power parity. Pengeluaran perkapita secara umum terus mengalami peningkatan dari 613,14 ribu (2011), berturut-turut meningkat menjadi 615,69 (2012), 619,56 ribu (2013) dan menurun menjadi 610,21 ribu pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa IPM merupakan tingkat kesenjangan antara apa yang sudah dicapai oeh suatu daerah dengan kondisi ideal (IPM=100). Artinya jika IPM Kabupaten Kaur berada pada nilai 71,54 masih mengalami kesenjangan 28,46 poin lagi untuk mencapai kondisi ideal. Laporan BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun , kesenjangan tersebut telah tereduksi sebesar 1,40 poin berdasarkan metode reduksi shortfall. Reduksi shortfall mengasumsikan bahwa laju perubahan IPM tidak linear, tetapi akan semakin melambat pada nilai IPM yang lebih tinggi. Reduksi shortfall yang rendah menunjukkan bahwa kinerja pembangunan manusia cenderung melambat dan membutuhkan semakin lama waktu untuk mencapai kondisi yang diiinginkan. Apabila Kabupaten Kaur menargetkan pencapaian IPM sebesar 80 (Nilai IPM dengan Kategori Tinggi), sementara reduksi shortfall hanya berada pada kisaran 2,37 poin seperti yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan waktu lama untuk mencapai nilai 80 tersebut. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh UNDP, tingkat pencapaian IPM dikategorikan dengan standar sebagai berikut : 49

50 NILAI IPM < IPM < IPM < STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI Atas dasar kriteria tersebut, maka IPM Kabupaten Kaur pada Tahun 2014 termasuk dalam kategori tinggi. b. Kesetaraan Gender Kesataraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dalam setiap sektor pembangunan serta kesamaaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Sama seperti IPM, Indeks Pembangunan Gender (IPG) digunakan untuk mengukur dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM namun lebih diarahkan untuk mengungkap ketimpangan antara laki- laki dan perempuan. Tabel Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu No. Kabupaten/ Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Bengkulu Selatan 91,71 91,82 92,16 93,60 94,00 2 Rejang Lebong 91,57 92,26 92,43 92,44 92,55 3 Bengkulu Utara 89,87 90,29 90,57 91,09 91,32 4 K a u r 81,63 83,15 84,39 85,34 85,66 5 Seluma 81,33 82,81 83,29 83,51 84,80 6 Muko Muko 82,58 82,95 83,13 83,84 84,25 7 Lebong 89,02 89,83 89,85 90,45 91,11 8 Kepahiang 91,11 92,42 93,73 93,75 94,99 9 Bengkulu Tengah 78,38 78,53 80,54 80,83 84,68 10 Kota Bengkulu 91,48 92,59 93,53 94,34 95,71 BENGKULU 88,88 89,47 90,51 90,55 91,02 Sumber : BPS Provinsi Bengkulu Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang disusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan wanita dalam proses pengambilan keputusan dibidang politik dan ekonomi. Indikator-indikator itu adalah indeks keterwakilan parlemen, indeks pengambilan keputusan, dan indeks distribusi pendapatan. Nilai indeks bernilai antara persen. Artinya, bila nilai IDJ semakin tinggi maka perempuan semakin berperan aktif dalam kehidupan ekonomi dan politik atau makin sempurna pemberdayaannya. 50

51 Tabel Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menurut Kabupaten/ Kota se Provinsi Bengkulu No. Kabupaten/ Kota (1) (2) (3) (4) (5) 1 Bengkulu Selatan 62,06 63,45 58,63 2 Rejang Lebong 56,69 57,23 57,76 3 Bengkulu Utara 64,38 64,81 65,15 4 K a u r 60,05 60,77 61,69 5 Seluma 58,98 68,56 66,86 6 Muko Muko 54,27 54,21 59,74 7 Lebong 69,50 69,77 77,91 8 Kepahiang 67,70 66,65 77,61 9 Bengkulu Tengah 62,70 64,50 66,22 10 Kota Bengkulu 75,21 75,64 75,97 BENGKULU 69,57 73,45 68,76 Sumber : BPS Provinsi Bengkulu c. Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka Harapan Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan oleh anak pada umur tertentu di masa datang, merupakan salah satu indikator pembangunan manusia di bidang pendidikan. Berikut disajikan beberapa indikator pendidikan Kabupaten Kaur pada tabel di bawah ini : Tabel INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN KAUR, Uraian Angka Harapan Sekolah (EYS) 12,42 12,82 Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 7,76 7,78 Angka Partisipasi Sekolah: tahun 99,61 99, tahun 98,64 96, tahun 75,72 74,72 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kaur, 2016 Pada tahun 2015, Angka Harapan sekolah penduduk Kabupaten Kaur mencapai 12,82 persen. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Kaur lamanya bersekolah hanya batas SMA atau setingkat SMA. Rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Kaur adalah berpendidikan SMP. Indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 7,78 tahun, atau memutuskan berhenti ketika kelas 1 SMP pada tahun Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Seni Budaya Kabupaten Kaur mempunyai keberagaman suku bangsa (etnik) yang secara toleran mampu hidup berdampingan dan menyebar di seluruh wilayah kabupaten. Keunikan dari heterogenitas masyarakat salah satunya karena letak geografis Kabupaten Kaur, yakni antara 51

52 lingkungan daratan dan lautan, sehingga hidup masyarakat bergantung pada kedua wilayah tersebut. Struktur masyarakat Kabupaten Kaur paling tidak terdiri dari 2 (dua) suku/etnis asli yaitu : (1) Suku Serawai (dengan marga Kaur, Luas dan Nasal); (2) Suku Semendo/Pasemah (dengan marga Saung dan Padang Guci). Adapun Penyebarannya berdasarkan pengamatan dimana suku Serawai kebanyakan tinggal di daerah Semidang Gumay, Kaur Tengah, Kaur Selatan, Tetap dan Maje. Sedangkan suku Semendo/Pasemah tinggal di daerah Kecamatan Tanjung Kemuning, Kelam Tengah, Padang Guci Hulur, Padang Guci Hilir, Kaur Utara, Lungkang Kule dan sebagian kecil di daerah Muara Sahung. Secara etnis masyarakat yang ada di Kabupaten Kaur merupakan bagian dari etnis-etnis besar yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Dua etnis besar, Serawai dan Semendo merupakan bagian dari Etnis Semendo yang ada di wilayah OKU, dan Etnis Serawai yang ada di Pagar Alam, dan Lahat. Karakteristik etnis-etnis tersebut dikatagorikan sama dengan etnis-etnis yang ada dipusat-pusat penyebaran etnis tersebut. Secara umum karakteristik mereka sama yaitu merupakan masyarakat petani ladang atau kebun yang kebiasaan mereka menanam karet atau kopi, mereka umumnya kurang menggeluti kegiatan pertanian lahan basah (sawah) atau hortikultura, mereka tidak menyukai menangkap ikan di laut serta memiliki tingkat asimilasi yang masuk pada katagori rendah. Suku Jawa, Batak, Minang dan Lampung merupakan penduduk pendatang di Kabupaten Kaur. Sebagian besar suku Jawa merupakan transmigran yang tinggal di beberapa unit pemukiman transmigrasi (UPT) di Kabupaten Kaur, baik yang masih dalam pembinaan maupun yang telah menjadi desa definitif. Mereka umumnya bermata-pencaharian sebagai petani, baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan. Suku Batak dan Minang merupakan transmigran spontan, dimana suku Batak dan suku Minang datang karena berdagang. Demikian juga suku Lampung yang wilayahnya berdampingan dengan Kabupaten Kaur datang untuk mencari pekerjaan dan akhirnya tinggal menetap di Kaur. Interaksi antara penduduk asli dengan pendatang berjalan dengan baik. Pendatang pada umumnya mempunyai sikap toleransi yang tinggi, sehingga mereka lebih mudah untuk beradaptasi dengan penduduk asli. Keberagaman suku/etnis di Kabupaten Kaur juga berdampak dengan keberagaman kesenian yang berkembang di masyarakat, yaitu di antara lain : mainangan, rabana, berdendang, ringit dan kuda lumping. b. Olahraga Perkembangan olahraga di Kabupaten Kaur selama ini belum begitu berkembang secara optimal pada setiap cabang oleharaga. Hanya beberapa cabang olahraga saja yang mampu berprestasi di level provinsi maupun nasional, yaitu: pencak silat, catur dan sepak takraw (kelompok umur yunior). Sarana prasarana olahraga yang tersedia di Kabupaten Kaur meliputi: lapangan sepak bola, lapangan sepak takraw, lapangan volly yang persebarannya hampir di setiap kecamatan. Lapangan tersebut masih berupa lapangan desa yang ukuran dan kualitasnya seadanya atau tidak standar. Bakat-bakat atlet olah raga yang muncul saat ini adalah atlet bakat alami, dimana ketrampilan mereka terbentuk dari latihan sendiri/bukanlah hasil binaan klub. Selanjutnya, sarana dan prasarana olahraga yang saat ini sudah dimiliki Kabupaten Kaur dalam kualitas yang belum begitu baik, namun sudah dapat dikatakan layak penggunaannya adalah: Lapangan Futsal, Lapangan Basket, Lapangan Batminton dan Lapangan Tenis. Persebarannya dominan pada pusat kota/ibukota Kabupaten Kaur (Bintuhan). Melalui pembangunan fasilitas ini diharapkan daerah mampu melahirkan atlet-atlet olahraga yang mampu bersaing dengan daerah lainnya secara nasional maupun internasional. 52

53 2.3. Aspek Pelayanan Umum A. Pelayanan Pendidikan Upaya pembangunan bidang pendidikan terus melakukan pembenahan baik yang bersifat peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada masyarakat maupun kualitas pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembangunan bidang pendidikan menjadi harga mati untuk peningkatan kualitas siswa dalam menghadapi persaingan di jenjang yang lebih tinggi di Kabupaten Kaur. Standar kelulusan nasional merupakan salah satu indikator dan alat ukur keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Kaur, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan upaya dan partisipasi aktif dari semua pihak dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Kaur, terutama peranan pemerintah kabupaten Kaur dan masyarakat secara umum untuk peduli dalam peningkatan kualitas pendidikan. Jumlah lembaga pendidikan, di Kabupaten Kaur pada tahun 2015 yang meliputi pendidikan dasar sampai menegah atas Kabupaten berupa lembaga sekolah baik itu negeri maupun swasta sebanyak 224 yang terdiri atas : Grafik LEMBAGA SEKOLAH (NEGERI DAN SWASTA) SETIAP STRATA PENDIDIKAN DI KABUPATEN KAUR TAHUN Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) 30 Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2016 Adapun jumlah murid pada masing-masing strata pendidikan dijelaskan pada grafik di bawah ini : 53

54 Grafik JUMLAH MURID PADA LEMBAGA SEKOLAH (NEGERI DAN SWASTA) SETIAP STRATA PENDIDIKAN DI KABUPATEN KAUR TAHUN Jumlah (Orang) Sekolah Dasar (SD/MI) Sumber: BPS Kabupaten Kaur, 2015 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) Jumlah (Orang) Jumlah guru baik itu berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS) maupun honorer yang mengajar di masing-masing sekolah pada tahun ajaran 2013/2014 terdiri atas SD/MI sebanyak orang, SMP/MTs sebanyak 596 orang dan SMA/MA/SMK sebanyak 361 orang. Sementara perbandingan jumlah guru yang mengajar di sekolah dengan murid ditunjukkan dengan rasio murid dan guru. Rasio murid dan guru pada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebesar 11 untuk murid-guru SD/MI, 11 untuk SMP/MTs, dan sebesar 12 untuk SMA/MA/SMK. Hal ini menunjukan bahwa 1 orang guru SD/MI mengajar 11 orang murid. 1. Pendidikan Pra-Sekolah Untuk tahun ajaran 2014, di Kabupaten Kaur terdapat orang murid TK dan guru TK berjumlah 570 orang. Jumlah murid meningkat dari tahun ajaran 2013, dimana pada tahun 2013 Kabupaten Kaur memiliki murid Taman Kanak-Kanak dengan jumlah orang, akan tetapi jumlah guru TK bertambah dari Pendidikan Dasar 6 Tahun Program wajib belajar 6 (enam) tahun merupakan pembangunan di bidang pendidikan yang mutlak harus terpenuhi bagi setiap warga negara untuk mengenyam pendidikan dasar, evaluasi dari perkembangan jumlah murid yang bersekolah di tingkat SD-MI atau pendidikan sederajad cenderung menurun jenjang pendidikan dasar sementara di sisi lain jumlah usia sekolah pada jenjang pendidikan dasar mengalami peningkatan mengungkapkan bahwa program wajib belajar dasar 6 tahun tersebut kurang berhasil atau mengalami kendala. Perbandingan Jumlah Murid SD di Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2012/2013 s.d TA 2013/2014. Jumlah murid pendidikan dasar (SD) tahun ajaran 2013/2014 adalah dibandingkan tahun ajaran 2012/2013sebanyak , atau mengalami kenaikan sebanyak 556 murid (3,82 %). Kenaikan murid juga terjadi di sekolah MI pada tahun ajaran 2013/2014 yaitu 748, hal ini dipengaruhi oleh adanya penambahan MIS baru di kecamatan Nasal. Perbandingan Jumlah Murid SD - MI dirinci menurut jenis kelamin di Kabupaten Kaur tahun Ajaran 2013/2014 Terjadi perimbangan perbandingan jumlah murid pendidikan tingkat dasar 54

55 berdasarkan jenis kelamin. 52% berjenis kelamin laki-laki dan 48% berjenis kelamin perempuan. Tahun ajaran 2012/2013 di Kabupaten Kaur terdapat pengurangan 1 sekolah tingkat dasar dari total 139 sekolah menjadi 138 sekolah pendidikan dasar. Perkembangan Jumlah Guru Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Kaur Tahun Ajaran 2012/2013 dari 884 menjadi 978 orang 2013/2014. Program Pendidikan kelanjutan dari wajib belajar 6 tahun yang digulirkan pemerintah dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan adalah pendidikan tingkat lanjutan pertama atau dikenal dengan istilah pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun, dimana kementrian pendidikan nasional melakukan beberapa terobosan agar beban masyarakat yaitu diantaranya melakukan pembebasan biaya untuk sekolah sampai tingkat SMP. Di Kabupaten Kaur seiring dengan bertambahnya jumlah murid ditingkat pendidikan tingkat lanjutan pertama ini peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu prioritas utama, dengan melakukan penambahan tenaga profesional pengajar (guru) dan sarana infrastruktur pendukung dari pembangunan pendidikan di Kabupaten Kaur, pada tahun 2014 terjadi penambahan jumlah murid tingkat lanjutan pertama (Mts) hanya bertambah dari 856 pada tahun 2010 ini jumlah murid Mts menjadi % murid pendidikan dasar 9 tahun bersekolah di pendidikan SLTP, sedangkan hanya 10% yang bersekolah di MTs. Jumlah murid berjenis kelamin perempuan lebih banyak 2% dibandingkan dengan jumlah murid berjenis kelamin laki-laki yang duduk bersekolah di tingkat pendidikan dasar lanjutan pertama. Tahun 2014 jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Kaur untuk jenjang pendidikan tingkat pertama berjumlah 38 sekolah yang terinci 41 sekolah SLTP dan 8 sekolah MTs. Rasio guru terhadap sekolah 11,68 Jumlah Guru 443 orang, artinya 1 guru di kab. Kaur menanggani 12 murid, Rasio sekolah MTs terhadap murid 92, sedangkan rasio Guru terhadap murid 20,87. pada sekalah MTSN terjadi penambahan jumlah guru dari 115 menjadi 167 karena ada Penambahan Sekolah. 3. Pendidikan Menengah Tingkat Lanjutan Atas Pencanangan Wajar 12 tahun sudah sangat mendesak. Sebab, maraknya pungutan yang dilakukan sekolah terhadap siswa di jenjang SMA dan SMK (Data Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2010), oleh karena itu wacana pencanangan pendidikan Wajib Belajar 12 tahun saat ini sedang diupayakan oleh kementerian Pendidikan Nasional, dalam rangka persiapan wacana tersebut dibutuhkan kesiapan pembangunan kualitas pendidikan menengah atas harus lebih ditingkatkan, untuk mewujudkan Wajar 12 tahun harus ada pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SMA dan SMK. Sekarang ini, sudah ada insentif serupa yang diberikan kepada sekolah menengah yaitu Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), keinginan pemerintah adalah keterjangkauan oleh masyarakat dalam mendapatkan kelayakan dibidang pendidikan. Jumlah Murid untuk jenjang pendidikan tingkat lanjutan atas pada tahun ajaran 2013/2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan hal ini ini dipengaruhi oleh adanya tambahan pencatatan dari Diknas Kab. Kaur untuk jumlah murid yang bersekolah di MA 263 dengan jumlah guru 33 dan rasio guru terhadap murid 8 %, untuk jumlah murid yang bersekolah di SMA dengan jumlah guru 202 dan rasio guru terhadap murid 21,06%, sedangkan di sekolah keagamaan MA di tahun 20011/2012 terjadi penurunan ditahun 2011/2012. minat pelajar belajar di bangku Sekolah jenis SMA lebih mendominasi di Kabupaten Kaur sebesar 68% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011/2012 terjadi penambahan SMK, sedangkan minat pelajar yang duduk dibangku sekolah kejuruan mencapai 24%, dan minat pelajar belajar di bangku sekolah Madrasah Aliyah mencapai 8%. 55

56 B. FASILITAS KESEHATAN Upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah sebagai penjabaran dari arah kebijaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Kaur diantaranya yaitu meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Kaur oleh pemerintah kabupaten Kaur terus dilakukan pembenahan dan berupaya melakukan pelayanan kesehatan untuk lebih dekat dengan masyarakat, hal ini terbukti dengan dibangunnya beberapa fasilitas kesehatan di beberapa kecamatan dengan dilengkapi dengan fasilitas kesehatan pendukungnya, sampai pada tahun 2012 Kabupaten Kaur menyediakan fasilitas kesehatan untuk umum 1 buah Rumah Sakit, 16 buah puskesmas dan 29 buah puskesmas pembantu dan 34 Pos Kesehatan Masyarakat Desa serta 5 Apotek tersebar dalam ke lima belas kecamatan di kabupaten Kaur, pelayanan kesehatan diharapkan mampu mencapai ke daerah terpencil. Dinas kesehatan kabupaten Kaur menyediakan Poskesdes yang dilokasikan didaerah daerah sulit terjangkau sebagai pos penanggulangan kesehatan garda paling depan di kabupaten Kaur ini. 1. Tenaga Medis Tahun 2013 tercatat mempunyai Dokter 34 Orang, Dokter spesialis 5, Dokter gigi 4 dan Dokter Umum 25, Kabupaten Kaur di tenaga medis 373 tenaga medis di berbagai profesi kesehatan, dibanding tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 71 jumlah tenaga medis di kabupaten Kaur. Pada tahun 2012, Tenaga medis di Kabupaten Kaur 302 tenaga medis. Selain dokter, perawat kesehatan dan bidan merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tenaga perawat kesehatan berperan dalam memberi tindakan atau pertolongan pertama kesehatan sebelum ditangani dokter. Sedangkan bidan terutama bidan desa selain berperan menolong persalinan secara medis, juga berperan sebagai tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, fenomena kenaikan tenaga medis di kabupaten Kaur di tahun 2010, lebih banyak dipengaruhi oleh adanya penambahan dari formasi PNS di bidang kesehatan, sebagai tindak lanjut peningkatan pembangunan di bidang kesehatan dan meningkatkan rasio jumlah tenaga medis dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang dianggap masih sangat kurang. Faktor pendorong yang menjadi penyebab banyak tenaga medis yang melakukan mutasi ke daerah lain adalah sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintahan di tahun 2016 mendatang. 2. Keluarga Berencana Dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebutkan bahwa, perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk. Pengendalian jumlah penduduk di Indonesia diimplementasikan pemerintah dalam bentuk pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan KB Kabupaten Kaur, jumlah peserta KB aktif atau akseptor aktif di Kabupaten Kaur pada tahun 2014 tercatat orang. Dibandingkan dengan tahun 2013 yang jumlahnya mencapai orang, didapati jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Kaur mengalami penurunan. Akseptor aktif di Kabupaten Kaur umumnya lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi suntikan dan pil. Pada tahun 2014 tercatat orang yang menggunakan alat kontrasepsi pil, orang menggunakan Implant dan orang menggunakan Suntikan. Menggunakan IUD orang dan akseptor KB yang menggunakan kondom sebanyak 522 orang. 56

57 2.4. Aspek Daya Saing Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus kemampuan ekonomi daerah Kemampuan ekonomi daerah dipengaruhi oleh beberapa sektor yang secara signifikan mampu memberikan kontribusi bagi terbentuknya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana sektor-sektor tersebut bersentuhan langsung dengan aktivitas kehidupan masyarakat di Kabupaten Kaur. PDRB saat ini dibagi kedalam 17 kategori lapangan usaha dari sebelumnya 9 (sembilan) sektor. Adapun kategori atau lapangan usaha utama di Kabupaten Kaur adalah Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 38,17 persen terhadap total pendapatan regional, kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Sepeda Motor sebesar 14,55 persen, dan kategori rasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 9,6 persen. Meskipun terdapat 57 persen penduduk yang bekerja di sektor pertanian, namun kontribusinya terhadap pendapatan regional tercatat hanya 38,17 persen saja di tahun Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Infrastruktur merupakan pendukung pembangunan suatu wilayah serta sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan tersedianya infrastruktur yang memadai maka mobilitas kegiatan ekonomi akan dapat berjalan dengan baik. Sebagai contoh aktivitas transportasi yang merupakan tulang punggung distribusi baik distribusi barang maupun distribusi jasa penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, dan sarana olah raga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Kaur dilalui oleh jalan arteri yang menghubungkan Kabupaten Bengkulu Selatan dengan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung yang merupakan jalan lintas barat. Adapun rincian jalan berdasarkan Status Jalan tahun 2015 yaitu: Berdasarkan status antara lain : 1. Panjang Jalan Negara : 85,25 Km 2. Panjang Jalan provinsi : 120,30 Km 3. Panjang Jalan Kabupaten : 447,99 Km Terkait dengan penyediaan infrastruktur tersebut permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kaur adalah belum meratanya pembangunan infrastruktur khususnya infrastruktur pertanian dan pedesaan. Pembangunan infrastruktur pertanian (irigasi), jalan sentra produksi dan lainnya merupakan prasarana penting dalam mendukung pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan pangan sedangkan pembangunan jalan merupakan prasarana transportasi yang penting untuk memperlancar distribusi barang antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk. Dalam konteks pembangunan pertanian dan pedesaan, jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil. Dari panjang jalan yang ada sekitar 52 persen jalan dalam keadaan diaspal, 48 persen bukan aspal. Kondisi jalan baik 54 persen jalan kondisi sedang 15 persen sebanyak 14 persen rusak dan 18 persen berada dalam kondisi rusak berat. Pada aspek daya saing, beberapa hal yang menjadi upaya dalam pembangunan ke depan antara lain : 1. Peningkatan iklim investasi dan usaha (Ease of doing bussiness) 57

58 2. Percepatan pembangunan infrastruktur : domestic connectivity 3. Meningkatnya pembangunan industri di berbagai koridor ekonomi 4. Penciptaan kesempatan kerja khususnya tenaga kerja muda Upaya di atas, merupakan wujud pemerintah daerah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pembangunan infrastruktur seperti transportasi, ketenagalistrikan, telekomunikasi dan per-bank-an, serta perindustrian dan perdagangan. 58

59 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek anggaran, akuntansi dan pemeriksaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Sedangkan Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Seperti halnya pemerintah pusat, pemerintah daerah baik itu tingkat provinsi maupun kabupaten/kota juga mneyusun perencanaan pengelolaan keuangan daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun kedepan. Keuangan daerah merupakan komponen paling penting dalam perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu dilakukan untuk memperoleh proyeksi yang tepat mengenai kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan pemecahan permasalahan strategis secara tepat. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalamrangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai denganuang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hakdan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akanterlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahandiikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepadadaerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (moneyfollow function). Selanjutnya belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalamkerangka ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulanterhadap perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangkapengembangan yang lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagipeningkatan kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu maka kebijakandalam pengelolaan keuangan daerah perlu disusun dalam kerangka yangsistematis dan terpola. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan melahirkan kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah () padadasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumberdaya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakanpemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaransecara baik. Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasanantara kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budgeting)antara pemerintah dengan pemerintah daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah () merupakanrencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintahan daerah yangdisetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hubungannyadengan RPJMD, merupakan komitmen politik 59

60 penyelenggarapemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuanprogram dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun.penganggaran yang sesuai kemampuan keuangan daerah, diarahkan dan dikelola bedasarkan azas : 1. Fungsi otorisasi : anggaran daerah merupakan dasar pelaksanaan 2. Fungsi perencanaan : anggaran daerah merupakan pedoman perencanaan 3. Fungsi pengawasan : anggaran daerah merupakan pedoman untuk mengevaluasi 4. Fungsi alokasi : anggaran daerah meningkatkan fungsi efisiensi dan efektifitas perekonomian 5. Fungsi distribusi : anggaran daerah memperhatikan asas keadilan dan kepatutan 6. Fungsi stabilitas : anggaran daerah dapat mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian BeberapaPrinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah antara lain adalah: 1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; 2. Penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam /Perubahan ; 3. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam, dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah. Secara keseluruhan Bab ini memuat penjelasan tentang realisasi dan proyeksi pengelolaan keuangan daerah, dari aspek kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan kerangka pendanaan. Adapun cakupan yang perlu di bahas antara lain: 1. Kinerja keuangan masa lalu, meliputi: (1) kinerjapelaksanan ; (2) neracadaerah. 2. Kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, meliputi: (1) proporsi penggunaan anggaran; (2) analisis pembiayaan. 3. Kerangka Pendanaan, meliputi: analisis pengeluaran periodic wajib dan mengikat sertaprioritas utama KINERJA KEUANGAN TAHUN Kinerja Pelaksanaan Pendapatan Daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. Dalam terdapat rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan Belanja Daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dan merupakan perkiraan yang terukur secara nasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sumber pendapatan daerah diperoleh dari: a. PendapatanAsliDaerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, dan lain sebagainya. b. Dana Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dana alokasi umum, dan c. Lain lainpendapatandaerah Yang Sah misalnya hibah. 60

61 Salahsatuupaya yang dilakukandalamperencanaan terdapat target pendapatandaerah yang merupakancapaian yang harusdiperoleh, sedangkan pada akhirtahunanggaran, diketahuirealisasipenerimaan atas pendapatandaerah. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kaur selama kurun waktu adalah sebesar Rp ,22 yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp ,19 jumlah dana perimbangan adalah sebesar Rp ,00 dan jumlah lain-lain pendapatan yang dianggap sah sebesar Rp ,03.Uraian pendapatan daerah Kabupaten Kaur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Kaur Tahun Tahun Anggaran Uraian 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) PENDAPATAN DAERAH , , , , ,80 1 Pendapatan Asli Daerah , , , , ,80 Pajak Daerah , , , , ,00 Retribusi Daerah , , , , ,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain PAD yang dianggap sah , , , , , , , , , ,00 2 Dana Perimbangan , , , , ,00 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak , , , , ,00 Dana Alokasi Umum , , , , ,00 Dana Alokasi Khusus , , , , ,00 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , , , , ,00 Hibah Dana darurat Dana bagi hasi pajak dari provinsi , , , , ,00 Dana penyesuaian , , , , ,00 Bantuan keuangan dari provinsi ,00 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Komposisi pendapatan Kabupaten Kaur selama Tahun berdasarkan sumber pendapatannya, dapat dilihat pada diagram dibawah ini: 61

62 DIAGRAM 3.1 KOMPOSISI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KAUR Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 13% Pendapatan Asli Daerah 2% Dana Perimbangan 85% Pertumbuhan realisasi pendapatan total Kabupaten Kaur selama kurun waktu bersifat fluktuatif walaupun tetap dalam nilai yang positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 37,32% dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,75%. Tabel 3.2 Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kab. Kaur Tahun Anggaran Uraian 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) Rata-Rata PENDAPATAN DAERAH 24,84 8,75 17,66 37,32 22,14 1 Pendapatan Asli Daerah -0,29 63,80 86,44 28,53 44,62 Pajak Daerah 13,13 26,93 159,67 3,44 50,79 Retribusi Daerah -34,52 239,47 2,46 98,32 76,43 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 25,00-0,35 37,41-9,67 13,10 Lain-lain PAD yang dianggap sah -0,21 53,79 232,13 21,62 76,83 2 Dana Perimbangan 18,27 12,16 14,71 30,36 18,87 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 9,46-9,44 21,94 34,29 14,06 Dana Alokasi Umum 20,95 9,57 12,73 5,85 12,17 Dana Alokasi Khusus 5,45 46,47 23,40 160,11 58,86 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 108,94-21,26 26,73 100,52 53,73 Hibah Dana darurat Dana bagi hasi pajak dari provinsi 16,68 25,51 9,67 25,34 12,92 Dana penyesuaian 156,24-31,24 33,76 0,75 39,88 Bantuan keuangan dari provinsi Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Sumber Pendapatan Daerah yaitu dari PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan lainlain. Kemampuan fiskal Kabupaten Kaur masih belum tinggi karena masih bergantung pada Dana Perimbangan. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi untuk 62

63 peningkatan pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama dalam hal pajak dan retribusi daerah. Proporsi Pendapatan Daerah selama kurun waktu tahun terbesar yaitu Dana Perimbangan sebesar 85,53 %. Proporsi PAD sebesar 3,04 % dan jumlah pendapatan lain-lain yang dianggap sah sebesar 11,41 %. Komposisi proporsi secara detail dapat dilihat pada Tabel Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten Kaur sebagai berikut ini : Tabel 3.3 Proporsi Pendapatan Daerah Kab. Kaur Tahun Anggaran Uraian 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) PENDAPATAN DAERAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 1 Pendapatan Asli Daerah 2,13 1,70 2,56 4,06 3,80 Pajak Daerah 0,47 0,43 0,50 1,10 0,83 Retribusi Daerah 0,62 0,32 1,01 0,88 1,27 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0,59 0,59 0,54 0,63 0,41 Lain-lain PAD yang dianggap sah 0,46 0,36 0,51 1,45 1,29 2 Dana Perimbangan 90,20 85,45 88,14 85,92 81,57 Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 6,64 5,83 4,85 5,03 4,92 Dana Alokasi Umum 72,89 70,62 71,15 68,17 52,55 Dana Alokasi Khusus 10,67 9,01 12,14 12,73 24,11 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 7,68 12,85 9,30 10,02 14,63 Hibah Dana darurat Dana bagi hasi pajak dari provinsi 2,60 2,43 2,72 2,53 2,31 Dana penyesuaian 5,07 10,42 6,59 7,49 5,49 Bantuan keuangan dari provinsi Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur Kinerja Pelaksanaan Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Pengelolaan belanja daerah merupakan bagian dari pelaksanaan program pembangunan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan. Kebijakan pengelolaan belanja daerah didasarkan pada anggaran berbasis kinerja dengan orientasi pada pencapaian hasil dan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendgari Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman 63

64 Pengelolaan Keuangan daerah, struktur belanja daerah dibedakan menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Sedangkan belanja langsung diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan sebagai penjabaran visi dan visi serta arah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur. Uraian belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.4 Realisasi Belanja PemerintahDaerah Kab. Kaur Tahun Anggaran Uraian 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) BELANJA DAERAH , , , , ,85 Belanja Tidak Langsung , , , , ,85 Belanja Pegawai , , , , ,25 Belanja Bunga ,00 Belanja Subsidi Belanja Hibah , , , , ,00 Belanja Bantuan Sosial , ,00 - Balanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan , , , , ,00 Belanja Tidak Terduga , , , ,60 Belanja Langsung , , , , ,00 Belanja Pegawai , , , , ,00 Belanja Barang dan Jasa , , , , ,00 Belanja Modal , , , , ,00 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Secara umum, realisasi Belanja Daerah Kabupaten Kaur dari tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2013 total Belanja Daerah Kab. Kaur sebesar Rp ,08, pada tahun 2014 sebesar Rp ,34 dan pada tahun 2015 sebesar Rp ,85. Pengeluaran terbesar yaitu pada item Belanja Pegawai. Pada kurun waktu tersebut, rata-rata pertumbuhan Belanja Daerah Kab. Kaur adalah sebesar 21,92 %. Total Belanja Daerah Kabupaten Kaur selama 5 tahun terakhir dengan rincian belanja tidak langsung dan belanja langsung adalah sebesar Rp ,53 dengan persentase terbesar pada tahun Uraian komposisi belanja daerah tersebut dapat dilihat dalam diagram dibawah ini: 64

65 DIAGRAM 3.2 KOMPOSISI BELANJA DAERAH KABUPATEN KAUR BELANJA DAERAH Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tabel 3.5 Proporsi Belanja Daerah terhadap Anggaran Daerah Pemerintah Daerah Kab. Kaur Uraian Tahun Anggaran 2013(%) 2014(%) 2015(%) BELANJA DAERAH 100,00 100,00 100,00 1 Belanja Tidak Langsung 46,07 45,00 43,73 Belanja Pegawai 41,24 40,28 31,75 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 0,19 0,15 2,10 Belanja Bantuan Sosial - 0,02 - Balanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan 4,56 4,44 9,81 Belanja Tidak Terduga 0,08 0,11 0,07 2 Belanja Langsung 53,93 55,00 56,27 Belanja Pegawai 3,99 2,85 2,54 Belanja Barang dan Jasa 27,22 26,92 21,42 Belanja Modal 22,72 25,24 32,31 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur NERACA DAERAH Neraca daerah disusun berdasarkan peraturan yang ada dan disesuaikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Posisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Kaur selama kurun 65

66 waktu 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun disajikan dalam tabel aset, kewajiban dan ekuitas. a. Aset Daerah Aset adalah semua hak yang dapat digunakan untuk segala keperluan dan kebutuhan pemerintahan. Aset menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan. Aset merupakan jumlah kewajiban dan akuitas. Berikut disajikan tabel Neraca Aset Daerah Kabupaten Kaur Tahun Tabel 3.6 Neraca Aset Daerah Pemerintah Daerah Kab. Kaur Tahun Anggaran No Uraian Rupiah % Rupiah % Rupiah % ASET DAERAH , , ,13 1 Aset Lancar , , ,43 Kas ,84 62, ,05 74, ,34 77,32 Piutang ,75 18, ,98 13, ,21 11,72 Persediaan ,39 18, ,77 12, ,88 10,96 2 Investasi Jangka Panjang , , ,00 Investasi Non Permanen ,00 17, ,00 17, ,00 17,90 Investasi Permanen ,00 82, ,00 82, ,00 82,10 3 Aset Tetap , , ,47 Tanah ,06 6, ,32 5, ,32 6,11 Peralatan dan Mesin ,77 13, ,83 13, ,16 18,45 Gedung ,89 34, ,78 34, ,24 45,55 Jalan, Irigasi dan Jaringan ,42 42, ,45 42, ,12 65,33 Aset tetap lainnya ,00 2, ,83 2, ,43 2,87 Konstruksi dalam pengerjaan ,00 0, ,39 0, ,68 0,04 Akumulasi penyusutan ,38-38,35 4 Dana Cadangan Aset Lainnya , , ,23 Tagihan penjualan angsuran Tuntutan ganti rugi keuangan daerah Kemitraan dengan pihak 0, ,00 ketiga ,00 0, ,00 0,66 Aset tak berwujud ,20 27,62 Aset lain-lain ,06 99, ,06 99, ,03 71,72 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Dari tabel neraca aset 3 (tiga) tahun terakhir diatas, dapat dilihat bahwa aset daerah terbesar Kabupaten Kaur yaitu pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 66

67 ,46. Sedangkan pada tahun 2013 Neraca Aset Daerah Kab. Kaur sebesar Rp ,95 dan tahun 2015 sebesar Rp ,13 b. Kewajiban Daerah Kewajiban merupakan kebalikan dari aset. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilunasi. Kewajiban terdiri dari kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Tabel 3.7 Neraca Kewajiban Daerah Pemerintah Daerah Kab. Kaur Tahun Anggaran Uraian 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) KEWAJIBAN DAERAH , , ,00 1 Kewajiban Jangka Pendek , , ,00 Utang perhitungan pihak ketiga Utang bunga Bagian lancar utang jangka panjang Pendapatan Diterima Dimuka ,00 Utang jangka pendek lainnya , , ,00 2 Kewajiban Jangka Panjang Utang dalam negeri-sektor perbankan Utang dalam negeri-obligasi Premium obligasi Utang jangka panjang lainnya Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Dari tabel Neraca Kewajiban Daerah Kabupaten Kaur selama tiga tahun diatas, dapat dilihat bahwa total kewajban Pemerintah Kabupaten Kaur semakin berkurang setiap tahunnya. Kewajiban Daerah hanya berasal dari kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang wajib dilunasi pada jangka pendek (kurang dari waktu satu tahun). Sedangkan kewajiban jangka panjang merupaka kewajiban yang wajib dilunasi lebih dari satu periode akuntansi (lebih dari satu tahun). c. Ekuitas Daerah Seperti yang telah disebutkan diatas, aset daerah merupkan jumlah dari kewajiban dan ekuitas. Neraca ekuitas terdiri dari ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan. Berikut ditampilkan tabel Neraca Ekuitas Daerah Kab. Kaur selama 3 tahun terakhir. 67

68 Tabel 3.8 Neraca EkuitasPemerintah Daerah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran Uraian 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) EKUITAS DAERAH , , ,13 1 Ekuitas Dana Lancar , ,80 Sisa lebih pembiayaan anggaran , ,05 Pendapatan yang ditangguhkan ,00 0 Cadangan piutang , ,98 Cadangan persediaan , ,77 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek , ,00 2 Ekuitas Dana Investasi , ,66 Diinvestasikan dalam jangka panjang , ,00 Diinvestasikan dalam aset tetap , ,60 Diinvestasikan dalam aset lainnya , ,06 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang Ekuitas Dana Cadangan 0 0 Diinvestasikan dalam dana cadangan 0 0 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur 2016 Sama halnya dengan aset, jumlah ekuitas terbesar yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp ,46. Karena keterbatasan data ekuitas tahun 2015 dari Dinas Pengelolaan Pendapatan dan Aset Daerah Kab. Kaur sehingga hanya ditampilkan jumlah total keseluruhan ekuitas tanpa adanya rincian atau detail sekuitas baik itu ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan. 3.3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang lebih luas oleh pemerintah daerah tersebut harus di dukung oleh sumber pembiayaan yang memadai agar pelaksanaan dan kelangsungan kegiatan pemerintahan daerah terjamin. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 telah terjadi pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam meningkatkan efektivitas efiseinsi penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Kreativitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber keuangan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah sendiri. Di satu sisi, mobilisasi sumber daya keuangan untuk membiayai berbagai aktivitas daerah ini dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam menjalankan fungsinya. Namun demikian, mobilisasi sumber dana secara ekstensif dan berlebihan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yakni ekonomi biaya tinggi dan kurang kondusif bagi dunia usaha. 68

69 Untuk membiayai keuangan daerah, pendapatan asli daerah (PAD) idealnya menjadi sumber pendapatan pokok daerah, karena sumber pendapatan lain dapat bersifat fluktuatif dan cenderung di luar kontrol kewenangan daerah. Melalui kewengan yang dimiliki, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD, sekaligus tetap memperhatikan aspek ekonomis, efisiensi, dan netralitas. 1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Masa Lalu Pengolahan pendapatan daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur diarahkan: a. Pengolahan keuangan daerah harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan. b. Peningkatan PAD dapat dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan, baik dari pajak daerah, retribusi maupun dari sumber pendapatan lainnya yang dianggap sah. c. Mengkaji dan mengidentifikasi sumber-sumber keuangan daerah yang potensial untuk mendukung tugas desentrialisasi dan otonomi daerah. d. merupakan dasar pengolahan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu. Dalam penyusunan harus disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. e. sebagai wujud dari pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah Masa Lalu Pengelolaan Belanja Daerah memuat kebijakan umum yang berkaitan dengan belanja dan pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur yang diarahkan pada : a. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengeluaran Pemerintah Daerah, melalui penajaman alokasi anggaran agar lebih terarah dan tepat sasaran. b. Penggunaan anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan umum, mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peningkatan kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran, peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur. c. Dalam penyusunan menggunakan prinsip anggaran berimbang, diupayakan agar belanja daerah tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. 3. Kebijakan Umum Anggaran Masa Lalu Dalam rangka mendukung terwujudnya Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kebijakan umum anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah diarahkan pada : a. Pengelolaan Keuangan Daerah harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, adil, patut dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sumber Pajak, Retribusi dan Pendapatan syah lainnya diupayakan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi tanpa 69

70 harus menimbulkan ekonomi biaya tinggi serta menciptakan suasana yang kondusif bagi dunia usaha. c. Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah digunakan untuk kepentingan pelayanan umum kepada masyarakat, mendukung pertumbuhan ekonomi, Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan melalui pola Agribisnis (tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan), Infrastruktur Irigasi Desa, Jalan Kabupaten/Kecamatan menuju sentra produksi unggulan, Sarana dan Prasarana Pariwisata, sarana dan fasilitas perkantoran secara bertahap, penataan lingkungan hidup, pengembangan industri rakyat yang berbasis bahan baku lokal, Survey Potensi Bahan Tambang, peningkatan kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan, Derajat Kesehatan Masyarakat dan meningkatkan iman dan taqwa moral masyarakat serta kualitas Aparatur Pemerintah. d. Pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diarahkan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas pokok Pemerintahan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. e. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Organisasi Perangkat Daerah harus berpedoman kepada Arah Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing Organisasi Perangkat Daerah serta masalah pembangunan yang dihadapi pada tahun berdasarkan skala Prioritas. 3.4 KERANGKA PENDANAAN 1. Kebijakan dan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sumber Pendapatan Daerah Kab. Kaur terbesar berasal dari dana perimbangan. Oleh karena itu, mempengaruhi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah. Dikarenakan masih belum begitu tingginya kemampuan fiscal Kabupaten Kaur di dalam membiayai pembangunan daerah, maka perludiambil kebijakan-kebijakan guna meningkatkan pendapatan daerahseperti: 1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik intensifikasi maupun ekstensifikasi dengan menggali dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan yang sudah ada maupun sumber-sumber penerimaan baru. 2. Kebijakan dalam meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat / wajib pajak. 3. Membangun system dan prosedur adminstrasi pelayanan perpajakan dan retribusi yang nyamandan sederhana. 4. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta profesionalisme sumber daya manusia (SDM) aparatur. 5. Meningkatkan dana dari Pusat di luar DAU dan DAK ke Daerah 6. Meningkatkan kontribusi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 7. Penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Perusahaan Swasta yang tren kinerjanya baik atau sehat dan dapat menguntungkan keuangan pemerintah daerah. Dengan rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kab. Kaur pada tahun sebesar 22,14 %, proyeksi pertumbuhan Pendapatan Daerah Kab. Kaur 70

71 tahun mendatang dengan asumsi pertumbuhan sebesar % (menyesuaikan) adalah sebagai berikut : Tabel 3.9 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Kaur Tahun Tahun Anggaran Uraian 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2020 (Rp) 2021 (Rp) PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah , , , , ,26 Pajak Daerah , , , , ,87 Retribusi Daerah , , , , ,52 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah , , , , ,00 Lain-lain PAD yang dianggap sah , , , , ,87 Dana Perimbangan , , , , ,20 Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak , , , , ,72 Dana Alokasi Umum , , , , ,92 Dana Alokasi Khusus , , , , ,55 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , , , , ,33 Hibah Dana darurat Dana bagi hasi pajak dari provinsi , , , , ,40 Pendapatan Lainnya , , , , ,93 Bantuan keuangan dari provinsi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya ,00 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur Kebijakan dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun Berdasarkan data perkembangan Belanja Daerah Kab. Kaur tahun yang telah dipaparkan sebelumnya, tren Belanja Daerah masih didominasi oleh Belanja Langsung dengan rata-rata 53,4%, sedangkan Belanja Tidak Langsung rata-ratanya 46,6 %. Hal ini cukup ideal karena realisasi Belanja Langsung lebih besar dari Realisasi Belanja Tidak Langsungnya. Adapun proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Kaur Tahun yang akan datang dengan asumsi rata-rata pertumbuhan Belanja Daerah 5 tahun terakhir sebesar 21,95% akan disajikan dalam tabel dibawah ini : 71

72 Tabel 3.10 Proyeksi Belanja Pemerintah Daerah Kab. Kaur Tahun Anggaran Uraian 2017 (Rp) 2018 (Rp 2019 (Rp) 2020 (Rp) 2021 (Rp) BELANJA DAERAH , , , , ,26 Belanja Tidak Langsung , , , , ,69 Belanja Pegawai , , , , ,36 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah , , , , ,58 Belanja Bantuan Sosial Balanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan , , , , ,56 Belanja Tidak Terduga , , , , ,19 Belanja Langsung , , , , ,57 Belanja Pegawai , , , , ,52 Belanja Barang dan Jasa , , , , ,18 Belanja Modal , , , , ,44 Sumber : DPPKAD Kab. Kaur dioleh oleh Tim RPJMD Kaur

73 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1. Permasalahan Pembangunan Permasalahan pembangunan merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Secara Nasional, terdapat tiga masalah pokok bangsa Indonesia, yakni (1) merosotnya kewibawaan negara; (2) melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional; (3) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Sedangkan tantangan utama pembangunan dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu (1) meningkatnya wibawa bangsa, berupa peningkatan stabilitas dan keamanan negara,pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien, pemberantasan korupsi; (2) memperkuat sendi perekonomian bangsa, berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, percepatan pemerataan dan keadilan, keberlanjutan pembangunan; (3) memperbaiki krisis kepribadian bangsa, berupa peningkatan sumber daya manusia (SDM), pengurangan kesenjangan antar wilayah, dan percepatan pembangunan kelautan. Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan pada penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang relevan yang berdasarkan analisis yang merujuk pada capaian indikator kinerja pembangunan daerah RPJMD sebelumnya memperhatikan masalah pokok bangsa dalam RPJMN ( ) dan identifikasi permasalahan pembangunan daerah dalam perumusan rancangan awal RPJMD ( ). Permasalahan pembangunan memperhatikan hasil evaluasi capaian kinerja pembangunan daerah ( ) yang menunjukkan bahwa beberapa keberhasilan capaian indikator kinerja pembangunan. Namun beberapa permasalahan yang masih terjadi (ditinjau dari hasil Evaluasi Capaian RPJMD Kabupaten Kaur Tahun ) pada masing-masing sektor antara lain: Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaur pada tahun 2015 mencapai 4,96 persen dan ini menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,81 persen, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum sebesar 11,84 persen. dan di bawah pertumuhan ekonomi Provinsi Bengkulu yang ratarata 5,14 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kaur atas dasar harga berlaku tahun 2014 meningkat dari 1.914,7 milyar menjadi 2.106,33 milyar. Kenaikan nilai tambah mendorong peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari Rp. 18,41 juta menjadi Rp. 20,26 juta. Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang mengikuti pertumbuhan ekonomi biasanya adalah peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Kaur pada tahun 2015 sebesar 64,47 mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar 63,75. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun , Kabupaten Kaur memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM masih di bawah rata-rata Provinsi Bengkulu yang berada pada urutan 9 dari 10 yaitu di atas Kabupaten Seluma. Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah meningkatkan pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, dan sekaligus mempertahankan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. 73

74 Berikut beberapa permasalahan yang telah dilakukan pengkajian berdasarkan kondisi secara umum di Kabupaten Kaur Tata Kelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah () Kondisi Kabupaten Kaur menunjukkan ruang fiskal yang sempit sehingga memiliki keterbatasan dalam membiayai kegiatan-kegiatan prioritas. Hal ini dapat diketahui dari rasio kemandirian keuangan daerah dan derajat desentralisasi fiskal hanya sebesar 5 persen, sehingga berada pada kategori sangat kurang. Artinya, ketergantungan kebutuhan biaya pembangunan untuk percepatan pembangunan di Kabupaten Kaur pada dana pusat/fiskal pusat masih sangat besar, yakni Rp. 720 Milyar atau 95 persen. Apabila kita melihat komposisi Kabupaten Kaur, menggambarkan kesenjangan yang begitu lebar antara Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari pengembangan/pengelolaan potensi daerah dengan pendapatan dari Pemerintah dalam bentuk Dana Perimbangan serta dari Pemerintah Provinsi Bengkulu. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah hanya sebesar Rp ,80, sedangkan Dana Perimbangan sebesar Rp ,00 dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebesar Rp ,00. Berikut gambaran komposisi Kabupaten Kaur Gambar 4.1 Gambaran Komposisi Kabupaten Kaur Tahun 2016 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 13% Pendapatan Asli Daerah 2% Dana Perimbangan 85% Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Kaur, 2016 Sementara itu, beban Kabupaten Kaur masih didominasi oleh Belanja Tidak Langsung (Belanja Pegawai) yang mencapai angka 65 persen. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan pencapaian hasil pembangunan (belanja modal). Disisi lain, pengelolaan aset daerah masih menunjukkan adanya permasalahan baik dari sisi administrasi yang belum tertata dengan baik sampai kepada keadaan fisik barang aset daerah yang tidak terjaga dengan baik. Hal-hal demikian memberikan pengaruh yang tidak baik bagi penilaian kinerja pengelolaan keuangan daerah, sehingga opini atas laporan keuangan Pemerintah Daerah mengalami penurunan dari Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2015 menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pada tahun Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih progresif dan konstruktif dalam pemanfaatan dan penggunaan melalui reformasi perencanaan dan penganggaran yang lebih transparan, akuntabel dan berorientasi pada upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan publik. 74

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Amandemen ke-empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGANTAR Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI 2011 1.1. LATAR BELAKANG Dalam masa kepemimpinan Bupati terpilih untuk lima tahun mendatang, Kabupaten Gresik tentu akan menghadapi

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) memerlukan perencanaan yang baik, yang meliputi

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I Pemerintah Provinsi Banten PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan masa depan secara tepat dari sejumlah pilihan, dengan

Lebih terperinci