BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Terapi Musik Klasik a. Pengertian Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik atau mental. Dalam kehidupan sehari-hari, terapi terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, para psikolog akan mendengar dan berbicara dengan klien melalui tahapan konseling yang kadang-kadang perlu disertai terapi, ahli nutrisi akan mengajarkan tentang asupan nutrisi yang tepat, ahli fisioterapi akan memberikan berbagai latihan fisik untuk mengembalikan fungsi otot tertentu (Djohan, 2006). Kata musik dalam terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi (Djohan, 2006). Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi, yang terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya (Aizid, 2011). Terapi musik adalah terapi yang bersifat non verbal. Dengan bantuan musik, pikiran-pikiran seseorang dibiarkan mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang menyenangkan, mengangankan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan yang sedang dihadapi (Djohan, 5

2 6 2006). Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi, maka ia dapat meningkatkan, memulihkan, serta memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual setiap individu (Aizid, 2011). b. Cara Kerja Musik Terapi musik dapat mengatasi stres pada bayi dan anak-anak setelah diputarkan musik yang menenangkan dan lembut pada mereka, setidaknya selama menit, tetapi lebih lama lebih baik (Aizid, 2011). Beberapa cara kerja musik sehingga dapat mempengaruhi kondisi tubuh, antara lain : 1) Menurunkan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres; 2) Mengalihkan perhatian seseorang dari rasa takut, cemas, tegang dan masalah sehari-hari lainnya; 3) Mengaktifkan hormon endorfin (semacam protein yang dihasilkan di dalam otak dan berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit); 4) Meningkatkan perasaan rileks; 5) Menyediakan liburan mental mini yang bahkan dapat membawa pikiran seseorang menjauh dari rasa sakit fisik selama periode waktu tertentu; 6) Secara fisiologis memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga mampu menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Aizid, 2011). Menurut Turana dalam Aizid (2011) semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi, seperti lagu-lagu relaksasi, lagu populer, maupun musik klasik. Akan tetapi, yang paling dianjurkan menurutnya adalah musik atau lagu

3 7 dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat rileks seperti musik klasik. Sebab, apabila temponya terlalu cepat, maka secara tidak sadar, stimulus yang masuk akan membuat seseorang mengikuti irama tersebut, sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai. Di antara musik-musik klasik tersebut yang sering kali menjadi acuan untuk terapi musik adalah musik klasik Mozart. c. Musik Klasik Mozart Musik klasik Mozart merupakan musik klasik hasil karya seorang komponis Wolfgang Amadeus Mozart (bahasa Jerman) yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart. Wolfgang Amadeus Mozart dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah (Latifah, 2006). Selain menciptakan musik klasik yang sejalan dieranya, Mozart juga merupakan komponis serba bisa dan menciptakan musik hampir di setiap genre yang ada pada saat itu, termasuk simfoni, opera, konser solo, piano sonata, dan musik paduan suara. Mozart turut mengembangkan dan mempopulerkan konser piano yang saat itu masih tergolong baru. Mozart juga ikut menciptakan beberapa musik religius, dansa, serenade, dan berbagai bentuk musik ringan yang menghibur (Tanjung, 2014). Ciri khas dari musik yang diciptakan Mozart dapat ditemukan pada setiap karyanya. Kejernihan, keseimbangan, dan transparansi merupakan nuansa yang selalu diangkat oleh Mozart, meskipun kadang hanya menggunakan nada-nada yang sederhana. Saat mendengar lagu Mozart, pendengar bisa merasakan kejeniusan bermusik lewat setiap nada yang dipilih. Mozart menyampaikan emosi

4 8 yang kuat dengan musik bernuansa kontras antara semangat dan ketenangan (Tanjung, 2014). Banyak komponis yang begitu mengapresiasi musik karya Mozart. Gioacinno Rossini, komponis musik klasik dari Italia, menegaskan bahwa Mozart merupakan satu-satunya musisi yang memiliki banyak ilmu lewat kejeniusannya. Musisi klasik lainnya seperti Ludwig van Beethoven juga menyatakan kekagumannya kepada Mozart. Beethoven sering menggunakan Mozart sebagai panutan dalam musiknya (Tanjung, 2014). Di era musik klasik, tidak hanya Beethoven, seluruh musisi klasik yang terkenal menaruh hormat atas karya yang diciptakan Mozart. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu) secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni, musik kamar, musik piano, musik opera, dan musik paduan suara. Banyak dari karya Mozart dianggap sebagai standar konser klasik dan diakui sebagai mahakarya musik zaman klasik (Rauscher, 2006). 2. Dismenorea a. Pengertian Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada wanita muda yang datang ke klinik atau dokter (Anurogo, 2011). Dismenorea adalah nyeri pada waktu menstruasi yang terasa di perut bagian bawah atau di daerah bujur sangkar michaelis, nyeri terasa sebelum, selama dan sesudah menstruasi dan juga dapat bersifat terus-menerus (Lubis, 2013). Hampir semua wanita mengalami rasa tidak nyaman selama menstruasi ini,

5 9 seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing bahkan pingsan (Anurogo, 2011). b. Klasifikasi Klasifikasi dismenorea terdiri atas : 1) Dismenorea primer a) Pengertian Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seseorang wanita disebut sebagai menarche, dan biasanya rata-rata terjadi pada usia tahun. Menarche ini merupakan salah satu tanda pubertas pada wanita. Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Pada akhir-akhir ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah usia yang lebih muda. Hal ini bisa disebabkan oleh semakin baiknya nutrisi atau gizi dan kesehatan pada generasi sekarang. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut

6 10 bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2009). b) Penyebab Beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain : (1) Faktor endokrin Penyebab dari dismenorea adalah adanya hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh prostaglandin. Darah menstruasi wanita mengandung prostaglandin yang dapat merangsang otot polos. Prostaglandin tersebut dihasilkan oleh endometrium. Prostaglandin dapat menimbulkan rasa nyeri, ketika kadar progesteron dalam darah rendah (Wiknjosastro, 2009). Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti mual, muntah, diare, flushing respons involunter (tak terkontrol) dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas (Anurogo, 2011). (2) Faktor kejiwaan Pada wanita-wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang proses menstruasi, dapat mudah timbul dismenorea.

7 11 (3) Faktor konstitusi Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi munculnya dismenorea. (4) Faktor obstruksi kanalis servikalis Salah satu teori yang paling tua tentang penyebab munculnya dismenorea adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam keadaan hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenorea. (5) Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya hubungan antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkiale. Para peneliti menduga bahwa sebab alergi ialah toksin menstruasi (Wiknjosastro, 2009). c) Penanganan Menurut Anurogo (2011) masih banyak wanita yang biasa mengalami dismenorea menganggap bahwa dismenorea merupakan rasa sakit biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Pernyataan tersebut tidak tepat, karena seseorang yang mengalami dismenorea jika tidak dilakukan penanganan sama sekali, rasa nyeri tersebut akan tetap dirasakan bahkan bisa semakin bertambah. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak sekali wanita yang mengalami dismenorea merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, sangat

8 12 perlu adanya penanganan yang tepat terhadap dismenorea yang dirasakan agar tidak lagi mengganggu aktivitas dan konsentrasi mereka. Adapun penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenorea, antara lain: (1) Farmakologis Penanganan secara farmakologis antara lain: (a) Pemberian obat analgesik Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya (Wiknjosastro, 2009). (b) Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) Obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus. Perempuan yang mengalami dismenorea dianjurkan untuk mengonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum awal nyeri 3 kali sehari pada hari pertama hingga ketiga. (c) Kontrasepsi oral Kontrasepsi oral menekan ovulasi, mengurangi pertumbuhan endometrium, dan mengurangi kadar prostaglandin. Kontrasepsi oral yang cocok digunakan adalah kontrasepsi oral dengan kerja estrogen rendah dan kerja progesteron tinggi (Sinclair, 2009).

9 13 (2) Non-farmakologis Pencegahan dan penanganan dismenorea antara lain : (a) Menghindari stres dan relaksasi nafas dalam Pada penelitian Ernawati, dkk tahun 2010 di Universitas Muhammadiyah Semarang mengenai Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri Dismenorea menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nyeri dismenorea sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam serta ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap nyeri dismenorea. Selain itu dalam penelitian ini juga menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga hal penting yang menjadikan tindakan relaksasi bermakna secara signifikan terhadap skala nyeri yaitu posisi yang tepat, pikiran yang tenang dan lingkungan yang tenang. Kondisi-kondisi tersebut juga terjadi pada seseorang pada umumnya jika teknik relaksasi nafas dalam dilakukan secara baik ditambah dengan pikiran yang tenang dan tidak stres, sehingga sangat memberikan kontribusi dalam proses penurunan skala nyeri dismenorea. (b) Mengatur pola makan dengan baik (c) Olahraga teratur (d) Istirahat yang cukup (e) Melakukan pijatan dengan aroma terapi (Anurogo, 2011).

10 14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Serap Ejder Apay (2010) menunjukkan bahwa pijat memiliki sifat yang menenangkan, santai, dan mengurangi ketegangan. Selain itu, penggunaan pijat dengan aromaterapi lebih efektif daripada pijat biasa (pijat plasebo). Hal ini menunjukkan bahwa perpaduan dari terapi pijat dan aromaterapi akan sangat memiliki manfaat yang besar jika dipergunakan secara bersamasama daripada digunakan salah satu saja. Cara kerja bahan bahan aromaterapi yaitu melalui sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Organ penciuman merupakan indra perasa dalam berbagai reseptor saraf yang berhubungan langsung dan merupakan saluran langsung ke otak. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap, apabila masuk ke rongga hidung mellaui pernafasan akan diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman. Melalui penghirupan sebagian molekul akan masuk ke paru. Molekul aromaterapik akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus atau pada cabang halusnya (bronkiolus) dan terjadi pertukaran gas di dalam alveoli, molekul tersebut akan diangkut oleh sistem sirkulasi darah di dalam paru. Pernafasan yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromaterapik yang ada ke dalam tubuh. Respon bau yang

11 15 dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak (Guyton & Hall, 2007). (f) Mendengarkan musik (Anurogo, 2011). (g) Kompres hangat Seseorang yang diberikan terapi kompres hangat pada daerah abdomen saat menalami nyeri menstruasi (dismenorea) akan meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekauan otot serta memberikan rasa hangat dan nyaman. Selain itu panas juga dapat menyebabkan pembuluh darah meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami perubahan fungsi, dan panas juga dapat mengurangi ketegangan otot menjadi relaksasi. Relaksasi ini merupakan bentuk kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. (h) Minum minuman hangat (Laila, 2011). (i) Minum air putih minimal 8 gelas sehari Air merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh karena fungsi sel tergantung pada lingkungan cair. Untuk mempertahankan kesehatan salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menyeimbangkan cairan di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan keluaran air dan elektrolit serta pengaturan komponen-komponen tersebut (Potter & Perry, 2006). Menurut Taber (2005) cara yang dapat

12 16 dilakukan untuk mengatasi dismenorea salah satunya yaitu dengan emperbanyak air putih. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Batmanghelidj (2007) yang menyatakan bahwa minum air putih dapat mengurangi nyeri menstruasi, air dapat mengencerkan darah dan mencegah penggumpalan darah ketika beredar di dalam tubuh. Hal ini dilakukan diharapkan dengan seringnya seseorang berkemih maka tubuh akan merespon terhdap keseimbangan cairan di dalam tubuh agar minum air yang banyak sehingga aliran darah menjadi lancar (Bobak, 2007). (j) Menghindari pakaian yang ketat menjelang atau selama menstruasi (Laila, 2011). d) Faktor Risiko Faktor-faktor risiko dismenorea primer yaitu : (1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun; (2) Belum pernah melahirkan anak; (3) Menstruasi memanjang atau dalam waktu yang lama; (4) Merokok; (5) Kegemukan (Anurogo, 2011). Selain itu faktor usia dalam siklus kehidupan wanita juga ikut menjadi faktor risiko terjadinya dismenorea. Proses kognitif pada usia remaja merupakan suatu puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi terjadi pada masa remaja yang ditunjukkan dengan

13 17 sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental seperti mudah tersinggung atau marah dan mudah sedih atau murung (Yusuf, 2010). Oleh karena itu jika dihubungkan dengan menstruasi yang dialami oleh remaja putri, usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri (Zakiyah, 2015). Usia seseorang menjadi salah satu faktor dominan yang mempengaruhi respon nyeri. Usia berhubungan erat dengan tingkat kematanagan berfikir seseorang. Semakin bertambahnya usia, tingkatan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang juga semakin bertambah (Sulis, 2012). Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Apabila seseorang tidak pernah merasakan nyeri, maka perepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping individu. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian selama rentang kehidupannya. Apabila seseorang megalami nyeri tersebut dengan jenis yang sama dan berulang-ulang kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan maka akan lebih mudah bagi individu untuk menginterpretasikan sensasi nyeri tersebut (Potter dan Perry, 2007). e) Karakteristik Menurut Laurel D. Edmundson (2006), dismenorea primer memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Onset dalam 6-12 bulan setelah menstruasi pertama;

14 18 (2) Nyeri pelvis atau perut bawah dimulai dengan onset menstruasi dan berakhir selama 8-72 jam; (3) Nyeri punggung; (4) Nyeri paha di medial atau anterior; (5) Sakit kepala; (6) Diare; (7) Nausea (mual) dan vomiting (muntah). 2) Dismenorea sekunder a) Pengertian Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia tahun, setelah tahun-tahun sebelumnya normal tanpa ada nyeri menstruasi. Dismenorea sekunder dikaitkan dengan patologi pelvis dan lebih sering dialami wanita berusia di atas 20 tahun (Sinclair, 2009). b) Penyebab Beberapa penyebab dismenorea sekunder antara lain : (1) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim); (2) Endometriosis; (3) Salpingitis (Wiknjosastro, 2009). (4) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim); (5) Ovarian cysts (kista ovarium); (6) Ovarian torsion (sel telur terpelintir); (7) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul);

15 19 (8) Penyakit radang panggul; (9) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan retrofleksi terfiksasi (Anurogo, 2011). (10) Polip endometrium; (11) Malformasi kongenital; (12) Prolaps uterus; (13) Penggunaan IUD/AKDR (Sinclair, 2009). c) Faktor Risiko Faktor-faktor risiko seorang wanita mengalami dismenorea sekunder antara lain : (1) IUD; (2) Pelvic inflamatory disease (penyakit radang panggul); (3) Endometrial carcinoma (kanker endometrium); (4) Ovarian cysts (kista ovarium); (5) Congenital pelvic malformations; (6) Cervical stenosis (Anurogo, 2011). d) Karakteristik Beberapa ciri khas dari dismenorea sekunder adalah : (1) Onset pada usia sekitar tahun, setelah siklus menstruasi yang relatif tidak nyeri dimasa lalu; (2) Infertilitas; (3) Darah menstruasi yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur; (4) Rasa nyeri saat berhubungan seks;

16 20 (5) Vaginal discharge (keluar cairan yang tidak normal dari vagina); (6) Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain menstruasi (Anurogo, 2011). c. Pembagian Klinis Dismenorea terbagi menjadi tiga antara lain : 1) Dismenorea ringan Terjadi sejenak dapat pulih kembali, tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri, serta tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari. 2) Dismenorea sedang Memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit, tidak perlu meninggalkan pekerjaannya. 3) Dismenorea berat Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak mampu melakukan tugas harian, memerlukan istirahat, memerlukan obat dengan intensitas tinggi, diperlukan tindakan operasi karena mengganggu setiap menstruasi (Manuaba, 2010). d. Proses Nyeri Melzack dan Wall pada tahun 1959 menjelaskan teori gerbang kendali nyeri yang menyatakan terdapat semacam pintu gerbang yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri. Secara umum dapat dijelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat dua macam transmitter impuls nyeri. Reseptor berdiameter kecil (serabut delta A dan C) berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini biasanya berupa ujung saraf bebas yang terdapat pada seluruh permukaan kulit dan pada struktur lebih

17 21 dalam seperti tendon, fasia, tulang serta organ interna. Sementara transmitter yang berdiameter besar (serabut beta A) memiliki reseptor yang terdapat pada permukaan tubuh dan berfungsi sebagai inhibitor, yaitu mentransmisikan sensasi lain seperti getaran,sentuhan, sensasi hangat atau dingin. Pada saat terdapat rangsangan, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangaan ke dalam kornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis posterior, di medula spinalis inilah terjadi reaksi antara dua serabut berdiameter besar dan kecil di suatu area yang disebut substansia gelatinosa. Di substansia gelatinosa ini nanti akan ditentukan apakah sensasi nyeri yang diterima medula spinalis akan diteruskan ke otak atau dihambat. Apabila tidak terdapat stimulus atau impuls yang adekuat dari serabut beta A sebagai inhibitor, maka impuls nyeri akan dibawa ke otak yang akhirnya menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ketika impuls nyeri dihantarkan ke otak inilah yang dinamakan pintu gerbang terbuka. Sebaliknya apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut beta A karena adanya suatu penanganan terhadap nyeri tersebut, impuls ini akan menghambat impuls dari serabut delta A dan C sehingga sensasi yang dihantarkan oleh serabutt delta A dan C akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak sehingga tubuh tidak merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini disebut pintu gerbang tertutup. Salah satu hormon yang merangsang kerja dari serabut beta A tersebut adalah hormon endorfin (Zakiyah, 2015).

18 22 e. Pengukuran Nyeri Dismenorea Tingkatan nyeri dismenorea dapat dilakukan pengukuran dengan cara skala deskriptif seperti berikut: Keterangan : 0 : tidak merasakan nyeri Gambar 2.1 Skala Numerik Sumber: Applegate, : nyeri sedikit dan jarang dirasakan 2 : merasakan nyeri tetapi tidak mengganggu aktivitas 3 : merasakan nyeri dan kadang-kadang mengganggu konsentrasi 4 : merasakan nyeri dan mengganggu konsentrasi tetapi masih bisa beraktivitas seperti biasa 5 : nyeri yang dirasakan menghalangi beberapa aktivitas 6 : nyeri yang dirasakan sangat mengganggu sehingga menghindari aktivitas biasa 7 : perhatian terpusat pada nyeri yang dirasakan sehingga menghalangi untuk melakukan aktivitas sehari-hari 8 : merasa sangat nyeri dan kesulitan untuk melakukan aktivitas apapun

19 23 9 : tidak dapat menahan rasa nyeri dan tidak dapat melakukan aktivitas apaapa 10 : nyeri yang dirasakan sangat hebat hingga tidak peduli dengan keadaan sekitar (Applegate, 2013). 3. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Dismenorea Terdapat beberapa macam cara pencegahan dan penatalaksanaan dismenorea yang biasa dilakukan oleh wanita penderita dismenorea. Secara farmakologis, wanita-wanita tersebut biasa mengonsumsi obat-obatan pereda rasa nyeri. Namun selain cara farmakologis tersebut, ada juga cara pencegahan dan penanganan secara non-farmakologis, salah satunya dengan mendengarkan musik (Anurogo, 2011). Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk mengintepretasikan alunan musik. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek terapeutik secara bermakna (Rejeki, 2010). Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak (Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak, 2011). Hipotalamus mengontrol kerja dari kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis). Selsel neurosekresi hipotalamus mengintegrasikan fungsi-fungsi endokrin dan fungsi syaraf dengan cara mempengaruhi kelenjar hipofisis. Hipotalamus dapat berkomunikasi dengan kelenjar hipofisis dengan dua cara, yaitu dengan impuls saraf

20 24 atau dengan mengeluarkan hormon. Hipotalamus dapat mengeluarkan hormon yang disebut releasing hormone dan inhibiting hormone. Releasing hormone merangsang kelenjar hipofisis mensekresikan hormon tertentu. Inhibiting hormone menekan kelenjar hipofisis sehingga tidak mensekresikan hormon tertentu (Ferdinand, 2009). Di bawah pengarahan hormon-hormon pembebas (releasing hormone) dan penghambat (inhibiting hormone) yang dikirimkan oleh pembuluh portal khusus dari hipotalamus tersebut, hipofisis anterior menghasilkan suatu kumpulan hormon. Salah satu hormon yang dihasilkan adalah hormon endorfin. Hormon ini merupakan opiat alamiah otak, penghambat persepsi rasa sakit (Ferdinand, 2009). Hormon endorfin adalah senyawa yang mirip dengan morfin, disamping dapat meningkatkan suasana hati, kerja farmakologisnya juga luar biasa, antara lain membantu memperlambat proses penuaan dan mempercepat penyembuhan diri sendiri. Jika hormon ini dilepaskan dalam jumlah cukup, efeknya tidak hanya pada otak, tetapi sampai ke seluruh tubuh. Dampak positif inilah yang dimanfaatkan dalam terapi musik (Haruyama, 2011). Menurut Mucci (2006) mendengarkan musik yang menenangkan serta menghanyutkan perasaan, bisa mengalihkan perhatian seseorang dari rasa sakit. Sebagai pengganti bahan-bahan kimia, musik merupakan obat yang mampu membuat seseorang rileks. Di samping melepaskan emosi, musik juga memberikan keuntungan lain yang benar-benar bersifat fisik. Frekuensi atau kecepatan getaran nada merupakan sumber yang meredakan rasa sakit. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eko Purwani Asih Rejeki (2010) pada siswi kelas VIII MTs Negeri Babadan Baru Yogyakarta

21 25 mengenai Pengaruh Terapi Musik Mozart Dan Guided Imagery Terhadap Intensitas Dismenorea. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,00. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yang menunjukkan hipotesis diterima yaitu ada perbedaan intensitas dismenorea pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberi terapi musik Mozart dan guided imagery. Selain itu jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai posttest intensitas dismenorea antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa nilai posttest intensitas dismenorea pada kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan intensitas dismenorea pada kelompok kontrol.

22 26 B. KERANGKA KONSEP Pencegahan dan penanganan nonfarmakologis 1. Hindari stres 2. Pola makan baik 3. Olahraga teratur 4. Istirahat cukup 5. Mendengarkan musik 6. Pijatan dengan aroma terapi 7. Kompres panas 8. Minum minuman hangat 9. Minum air putih minimal 8 gelas sehari 10. Menghindari pakaian ketat sebelum atau selama menstruasi Faktor-faktor penyebab dismenorea: 1. Faktor endokrin 2. Faktor kejiwaan 3. Faktor konstitusi 4. Faktor obstruksi kanalis servikalis 5. Faktor alergi Terapi musik klasik Mozart Diperdengarkan melalui telinga Disalurkan dalam bentuk data digital Direspon oleh otak Masuk ke sistem limbik Nyeri menstruasi (dismenorea) Hipotalamus Hipofisis anterior Penghambat rasa sakit/nyeri Dihasilkan hormon endorfin Perasaan tenang Keterangan : : variabel bebas : variabel luar : variabel terikat : mempengaruh Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Tingkat Dismenorea

23 27 C. HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap tingkat dismenorea pada siswi kelas X SMA Negeri 5 Surakarta.

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku a. Pengertian Buku adalah kumpulan kertas tercetak dan terjilid berisi informasi yang dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan membelajarkan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi wanita adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh serta bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Semua ilmu adalah pengetahuan, namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN T o p i k : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Sub Topik : Konsep dasar Gangguan Haid/ Menstruasi T e m p a t : Kampus Stikes Al Irsyad Al Islamiyyah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan

TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik adalah segala sesuatu yang memberikan efek menyenangkan, keceriaan, dan mempunyai irama (ritme) melodi, timbre tertentu untuk membantu tubuh dan pikiran saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence berasal dari bahasa inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dismenore a. Pengertian Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya dalam mengobati dirinya sendiri atas keluhan yang dirasakan dikenal dengan istilah swamedikasi atau self medication. Swamedikasi merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan atau keadaan khawatir dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahasiswa, belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi telah melanda setiap bangsa di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Arus ini membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi adalah proses alami pada wanita ditandai dengan proses deskuamasi, atau meluruhnya endometrium bersama dengan darah melalui vagina. Terjadi setiap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender secara inhalasi terhadap nyeri jahitan perineum pada ibu

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi. Status gizi ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan istirahat saat mengalami dismenore

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. Kehamilan terjadi karena adanya proses pembuahan yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sel spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu istilah yang menunjukkan masa peralihan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu periode waktu yang menampilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan kematangan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan kematangan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan BAB V PEMBAHASAN A. Karateristik Responden Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan Februari sampai bulan April

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

BAB I PENDAHULUAN. paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. 1 Pada saat menstruasi terjadi pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah 1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah A. Selaput mielin B. Sel schwann C. Nodus ranvier D. Inti sel Schwann E. Tidak ada jawaban yang benar Jawaban : A Selaput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RURIYANI 070201071 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wanita pada umumnya menginjak usia pubertas pada usia 8 hingga 10 tahun. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013

EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013 Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 56-61 EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013 Maria Alia Rahayu, S.SiT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, dan penyakit saluran

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Pada remaja putri adanya kematangan organ-organ seks primer ditandai dengan adanya berkembangnya rahim, vagina, ovarium (indung telur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci