BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Dewi Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam karyanya Emotional Intelegence, psikolog dan pemerhati perilaku manusia Daniel Goleman memaparkan secara garis besar bahwa, kecerdasan emosional memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan seseorang di dalam kehidupannya (Lihat: Daniel Goleman Emotional Intelegence. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama). Manusia dikenal sebagai makhluk dengan emosi yang beragam. Mengapa emosi perlu dikaji, dan apa manfaat dari pengetahuan itu? untuk menjawab pertanyaan ini, maka Goleman menawarkan sebuah teori yang ia sebut Emotional Quotient (EQ), yang mana menurut teori ini, keberhasilan seseorang dalam hidupnya tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelegensi, melainkan didukung oleh kemampuan penguasaan emosi yang baik. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Hal senada juga diungkapkan oleh Steven Covey dalam karyanya The Seven Habit Effective People. Meskipun istilah emosi sangat dekat dengan kehidupan manusia, namun kata emosi masih menjadi istilah yang maknanya diperdebatkan oleh para ahli psikologi maupun ahli filsafat. Sementara pengertian yang terlanjur berkembang di tengah masyarakat pun tak luput pula dari kekeliruan definitif di mana emosi seringkali diidentifikasi dengan marah, padahal, marah adalah salah satu ekspresi perasaan manusia ketika menghadapi sebuah realitas tertentu yang ada di hadapannya. Menurut etimology bahasa, kata emosi berasal dari akar kata movere (Latin), berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh. Sedangkan makna harfiah tentang emosi (emotion), dalam Oxford English Dictionary ditemukan definisi emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
2 Masih dalam kerangka pengertian emosi, lebih jauh lagi Goleman memaparkan bahwa, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak (Goleman, 2006: 411). Penulis cenderung menyepakati pemaparan Goleman tersebut untuk mendeskripsikan emosi secara lebih spesifik sebagai sebuah ungkapan perasaan dan pikiran khas seseorang, terlebih jika makna tersebut disejajarkan dengan pemaparan Rakhmat (1994) dalam (Sobur, 2003: 400). Dengan ungkapan dan penuturan yang cukup khas, Rakhmat menyatakan bahwa emosi memberikan bumbu kepada kehidupan, tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang. Emosi dapat merupakan kecendrungan yang membuat seseorang menjadi frustasi, tetapi emosi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagian dan keberhasilan hidup. Semua itu bergantung pada emosi mana yang dipilih dalam reaksi seseorang terhadap orang lain. Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah kajian emosi berada dalam aspek kejiwaan dan perilaku manusia. Kesimpulan ini semakin dikukuhkan oleh Darwis Hude (2006) yang membagi ekspresi emosi ke dalam dua bagian, yaitu ekspresi emosi positif dan negatif. Landasan teologis (Al-Qur an) yang dijadikan rujukan utama oleh Hude dalam membangun teori-teorinya tersebut menunjukkan ekspresi emosi positif merupakan emosi yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang seperti: (1) Cinta الحب /al-hubbu/. Pada umumnya, cinta tertuju kepada Allah, keluarga, harta (dalam berbagai bentuknya), lawan jenis, hasil karya (budaya), kesucian, idola. Sementara itu, psikologi membahas cinta dalam kaitan antarsesama manusia. sa idun/. /fariḥa wa فرح و سعد (2) Gembira dan Bahagia Emosi gembira dan bahagia umumnya dipahami sebagai segala sesuatu yang melahirkan kesenangan dalam kehidupan. Kesenangan itu pada tataran praktis bisa berwujud material atau immaterial, bergantung pada persepsi masing-masing. (3) Euforia (Euphoria). Euforia lazim diartikan sebagai perasaan senang berlebihan yang terjadi karena pengaruh emosi senang yang sangat kuat.
3 Sedangkan ekspresi emosi negatif merupakan emosi yang sejatinya tidak dikehendaki oleh manusia, sehingga selalu diusahakan untuk dihindari. Emosi negatif yang kerap menghantui manusia seperti: (1) Kecemasan قلق /qalaqun/. Kecemasan merupakan warna dalam kehidupan seseorang, karena memiliki banyak reaksi seperti kegelisahan, berkeringat dingin, bahkan berjalan mondar-mandir akibat khawatir akan terjadi hal-hal negatif dalam diri seseorang. Pada dasarnya, kecemasan membawa akibat yang tidak baik bagi kesehatan mental seseorang. Orang yang selalu dihinggapi kecemasan dipastikan akan terus-menerus tertekan dan jauh dari ketenangan. (2) Fobia الرهاب الفوبيا /al-ruhāb al-f ūbiyā/ Ketakutan merupakan salah satu instrumen penting yang diperlukan manusia untuk mempertahankan kehidupan. Dengan emosi takut yang muncul, manusia dapat mengambil sikap dan tindakan untuk mempertahankan diri. Namun, ketakutan itu akan menjadi fobia manakala terjadi dalam waktu yang panjang. Menurut Kartini Kartono (1989: 112) fobia adalah ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol oleh situasi atau obyek tertentu. Rasa takut itu tidak masuk akal dan disadari oleh pengidapnya, namun ia tak dapat menjelaskan atau mengatasinya. (3) Marah dan Benci غضب و ابغض /gaḍiba wa abgaḍa/. Emosi marah adalah emosi yang paling sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari karena masyarakat umumnya mengidentikkan istilah emosi dengan marah. Dalam perspektif psikologi, memendam amarah bsa menimbulkan kegoncangan mental. Menarik untuk disimak bahwa ketika membahas emosi, para ahli tidak memulainya dengan definisi yang lazim, pembahasan tentang emosi biasanya diawali dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dirasakan, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian (Hude, 2006: 18). Sesuai dengan fakta yang ada bahwa, pada hakikatnya setiap orang mempunyai kadar kecerdasan dan kecenderungan emosi yang berbeda satu sama lain. Karena mulai bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur pada malam harinya, setiap orang mengalami berbagai pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi. Ungkapan-ungkapan kesedihan, kemarahan, kecemasan dan sebagainya seringkali
4 muncul pada diri seseorang bergaris-lurus dengan pengalaman atau realitas kehidupan yang ia hadapi. Aspek emosi ini juga dijumpai dalam karya sastra yang memerlukan daya nalar yang tinggi dari penulis atau pembaca. Emosi ini disebabkan adanya pertautan rasa (hati) dari dua sisi yakni penulis dan pembaca tersebut. Ada sebuah adagium yang mengatakan bahwa, Hati hanya dapat disentuh dengan hati ungkapan ini penulis fahami maksudnya adalah, hati manusia dapat tersentuh sisi-sisi emosionalitasnya ketika ia menangkap sebuah informasi yang datangnya bersumber dari dalam (hati) juga. Sastra, sebagaimana yang mafhum diketahui adalah suatu kegiatan kreatif atau sebuah karya seni yang terwujud dalam bentuk bahasa. Istilah sastra kemudian diadaptasi untuk menyebut sebuah gejala budaya yang dapat dijumpai di tengahtengah masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidaklah merupakan keharusan, namun sastra dapat menjadi tolok ukur serta cerminan peradaban sebuah masyarakat. Karena pada umumnya sebuah karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Kehadiran sastra senantiasa dilatarbelakangi oleh sebuah keinginan untuk menaruh kepedulian terhadap masalahmasalah kemanusian. Para penggiat dan pemerhati sastra semacam Fannanie menyatakan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu menggunakan aspek estetik, baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun makna (Fananie, 2000: 6). Sementara Abdul Azis dalam (Muzakki, 2006: 32) secara lebih spesifik menyebutkan sastra dalam bahasa Arab sebagai : الادب كل شعراو نثر يو ثر في النفس ويهذب الخلق ويدعو الى الفضيلة ويبعد عن الرذيلة باسلوب جميل /al-adabu kullu syi rin aw naṡrin yua ṡṡru fī al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqu wa yad ū ilā al- faḍilati wa yub idu an al-rażīlati bi uslūbin jamīlin/. sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta
5 menjauhkan perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah. Adapun syair yang diadaptasi dari bahasa Arab syi ir ( perasaan) menurut Husein dalam (Muzakki, 2006: 45) adalah: الشعر هو الكلام الذي يعتميد لفظه على الموسيقي والوزن فيتالف من اجزاء يشبه بعضها بعضا في اطول والقصر والحركة /al-syi ru huwa al-kalāmu al-lażī ya tamidu lafzuhu ala al-mūsīqī wa al-wazni fayata allafu min ajzā`a yusyibihu ba ḍuhā ba ḍan fi aṭ-ṭuli wa al-qaṣri wa alharakati/. syair adalah susunan beberapa kata-kata yang pengucapannya terkait dengan irama dan pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harkat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harkat panjang maupun pendek. Secara masyhur diketahui bahwa bangsa Arab memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap syair. Mereka memiliki pandangan bahwa syair adalah puncak keindahan dalam sastra, sebab syair adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal, sehingga tidaklah begitu mengherankan jika bangsa Arab lebih menyenangi syair dibandingkan dengan hasil sastra lainnya. Dalam disiplin ilmu sastra, syair-syair yang ditulis oleh para ulama sufi seperti Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, Rabi ah Al-Adawiyah dan yang lainnya, masuk dalam kategori sastra murni. Tokoh pemerhati sastra sufi seperti Abdul Hadi WM menyatakan bahwa sastra sufi adalah misal (simbolisasi) dari ide-ide, penglihatan dan pengalaman kerohanian (Hadi, 2010: 75). Dengan mengutip Braginsky, Hadi mengemukakan bahwa, sastra sufi adalah karangan-karangan mengenai perjalanan seorang ahli suluk dalam mencapai kesempurnaan rohani. Tujuannya ialah musyahadah, penyaksian bahwa Allah itu Esa. Argumentasi tersebut diperkuat Hadi dengan mengutip Nasr bahwa, sastra sufi tidak lain adalah karangan ahli-ahli tasawuf berkenaan dengan peringkat-peringkat (maqamat) dan keadaan-keadaan rohani (ahwal) yang mereka capai. Setiap pengarang sufi memberi gambaran dan tanggapan berbeda tentang kedua hal yang mereka alami. Salah satu contoh terbaik karya penyair sufi yang dapat menjelaskan apa hakikat sastra sufi itu, serta bagaimana pengarangnya mengolah bahan verbal karyanya menjadi penuturan simbolik sastra, ialah Mantiq al-tayr (Musyawarah Burung) karya Fariduddin al-`attar (Hadi, 2010: 76). Dari pemaparan Hadi di atas dapat dipahami bahwa, karya-karya sastra yang ditulis oleh ulama sufi memiliki keterkaitan erat dengan aspek-aspek emosi yang
6 mereka rasakan. Dimana aspek-aspek tersebut berada di dalam wilayah kejiwaan/psikologi manusia. Senada dengan hal ini, Rene Wellek dan Austin Warren (1962: 92-93) dalam (Ratna, 2004: 350) menyatakan bahwa dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sudah menyatu menjadi karya seni. Oleh karena itu, tugas peneliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan oleh karya tersebut. Karena di dalam menelaah karya sastra, perlu dibantu melalui pendekatan dari luar karya tersebut, salah satunya adalah pendekatan psikologi yang berguna untuk melengkapi penelaahan terhadap suatu karya. Wellek dan Warren adalah orang yang pertama kali mengaitkan sastra pada psikologi. Dengan mengusung teori psikoanalisa Sigmund Freud ( ) dalam pengaruhnya kepada ilmu sastra. Mereka berusaha memahami sastra melalui pendekatan secara psikologi pada setiap karya sastra, baik secara pendekatan pengarang sastra, karya-karya sastra yang dihasilkannya, maupun para pembaca karya sastra itu sendiri. Pada tataran ini, psikologi sastra merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu terapan yang berbeda, yakni ilmu psikologi dan ilmu sastra. Sehubungan dengan adanya pendekatan psikologi sastra dalam memahami karya sastra, baik melalui pendekatan pengarang sastra, karya-karya sastra yang dihasilkan maupun para pembaca karya sastra itu sendiri, maka kata kunci yang melandasi penelitian ini adalah emosi Al-Ghazali yang ada di dalam syairnya yang terdapat dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/. Penulis menjadikan syair-syair Imam Ghazali dalam karya monumentalnya khususnya bab amar ma ruf dan nahi munkar sebagai pusat orientasi kajian dan penulisan. Adapun teoritis yang dijadikan landasan dalam penulisan ini merujuk pada teori yang dipaparkan oleh M. Darwis Hude dengan bukunya Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur an sebagai rujukan primer. Sedangkan teori selain itu, seperti Atar Semi dan Siswantoro penulis ambil sebagai rujukan skunder.
7 1.2 Batasan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis memberikan batasan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang diinginkan. Adapun yang menjadi batasan masalah yakni : 1. Bagaimanakah emosi yang terdapat pada syair Imam Ghazali dalam kitab 385) 333 /`I ḥyā`u Ulūmi al-dīni/ (buku asli jilid 2 hal إحياء علوم الدين khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar? 1.3 Tujuan Penelitian yaitu : Secara teoritis, tujuan utama yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini, 1. Mengungkapkan emosi yang terdapat pada syair Imam Ghazali dalam kitab /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar إحياء علوم الدين ma ruf dan nahi munkar. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memperkaya penelitian kesusasteraan antara lain : 1. Untuk memperluas wawasan dan pemahaman penulis tentang emosi yang didapati pada syair Imam Ghazali dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar. 2. Untuk memaparkan relasi antara sebuah karya sastra dengan emosi pengarangnya, yakni syair amar ma ruf dan nahi munkar karya Imam Ghazali dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/. 3. Untuk memahami makna terdalam yang terkandung dalam syair Imam Al- Ghazali melalui pendekatan ilmu psikologi terapan. 4. Untuk penambahan khasanah perpustakaan Bahasa Arab Fakultas Sastra.
8 1.5 Metode Penelitian Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif, yaitu suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyususun atau mengklasifikasi, menganalisis data dan menginterpretasikannya. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa ragam bahasa إحياء علوم الدين kitab tulis yang berbentuk syair Imam Ghazali dalam /`I ḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar. Adapun data berupa data representatif, yakni data sebagaimana adanya. Selain itu, penulis juga menggunakan metode Telaah Wacana dengan upaya mencermati tulisan Imam Al-Ghazali yang berbentuk syair kemudian menguraikannya secara narasi. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, penulis memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No b/u/1987 tanggal 22 Januari Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah : 1. Mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan bahasan penelitian. Kemudian mempelajari dengan cermat dan menganalisis data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 2. Mengklasifikasi data. 3. Data-data yang telah dipelajari, dianalisis dengan mengacu kepada teori M. Darwis Hude (2006) sebagai rujukan primer, serta Atar Semi (1988) dan Siswantoro (2005) sebagai rujukan skunder. 4. Kemudian disusun menjadi suatu laporan penelitian berupa skripsi..
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Aziz dalam (Muzakki, 2006:32) sastra dalam bahasa Arab. adalah:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sas yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran tra berarti alat, dan sarana. Secara leksikal sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang dibutuhkan manusia dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Sastra juga suatu bentuk kreatifitas imajiner, yang terkadang dilakukan
Lebih terperinciالا دب كل شعر ا و نثر يو ثر في النفس و يهذب الخلق و يدعو الى الفضيلة و يبعد عن الرذيلة با سلوب جميل
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu ا نشاءالله /`in syā`a `allāhu/ yang dinyanyikan oleh Maher Zain merupakan salah satu lagu yang banyak dinyanyikan oleh umat Islam khususnya di kalangan remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia untuk menyampaikan gagasan atau pikiran, dan ide- idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam istilah bahasa Arab disebut dengan./ al-adabu /الادب Al-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia telah dikaruniai oleh pencipta-nya untuk hidup berbudaya, dan salah satu dari unsur budaya itu adalah sastra. Sastra dikatakan sebagai salah satu dari unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). Perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang menyentuh hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus dipahami
Lebih terperinciPENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif karya seni. Selain itu, karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah lagu merupakan hasil salah satu jenis karya sastra yaitu puisi yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan manusia. Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperankan oleh tokoh cerita. Kepribadian yang dimiliki para tokoh dalam cerita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan hidup seseorang dapat ditemui dalam karya sastra yang diperankan oleh tokoh cerita. Kepribadian yang dimiliki para tokoh dalam cerita menarik untuk dikaji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Selain itu, dalam UU RI No. 20,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk unik, ia menjadi subjek dan objek kajian sekaligus. Ia bertindak selaku subjek karena memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang berobjek manusia dan bermedium bahasa dalam kehidupan masyarakat. Sastra sebagai karya kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan wujud dari gagasan dan pemikiran seseorang, wujud dari sastra itu sendiri adalah berupa karya yang berbentuk tulisan atau karangan. Gagasan seseorang
Lebih terperinci