LAMPIRAN III PEMANFAATAN DATA
|
|
- Ari Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI PUSKESMAS PEMANFAATAN DATA Data yang diperoleh dari kegiatan dan hasil kegiatan dalam Sistem Infformasi Puskesmas, dapat menjadi basis informasi yang diperlukan untuk perencanaan, pemantauan untuk deteksi wabah, pemantauan masalah kesehatan, penilaian dan evaluasi guna menunjang tugas dan fungsi Puskesmas. Untuk dapat melaksanakan pemanfaatan data terlebih dahulu perlu memahami konsep ukuran statistik dan tahapan analisis. UKURAN 1. I. KONSEP UKURAN STATISTIK 1. Konsep dan Penggunaan Ukuran Frekuensi Ukuran frekuensi menggambarkan karakteristik kejadian suatu penyakit atau masalah di dalam populasi. Ukuran frekuensi mengukur kejadian penyakit, cacat, ataupun kematian pada populasi. 2. Konsep dan Penggunaan Ukuran Proporsi Disebut pula sebagai distribusi proporsional, yaitu persentase (proporsi) di antara jumlah keseluruhan peristiwa/kejadian dari suatu seri data yang muncul dalam suatu kategori seri data termaksud. Rumus: Proporsi = x = jumlah kejadian atau penderita dan lain-lain, yang timbul dalam suatu kategori atau subgrup tertentu dari suatu kelompok yang lebih besar y = jumlah keseluruhan dari kejadian atau penduduk dan lain-lain muncul pada semua kategori dari suatu seri data tertentu k = selalu sama dengan 100
2 Contoh: a. Jumlah posyandu di Puskesmas B adalah 16, dan 6 diantaranya adalah Posyandu Pratama. Berarti proporsi Posyandu Pratama pada Puskesmas B adalah : 6 16 X 100 % = 37,5 % b. Jumlah sarana air bersih di Puskesmas M adalah 100, dengan rincian sumur gali (SG) 40; Penampungan Mata Air (PMA) 50; dan Sumur Pompa Tangan (SPT) 10. Dengan demikian, proporsi dari masingmasing (jenis) SAB adalah 40% SG, 50% PMA, dan 10% SPT. 3. Konsep dan Penggunaan Ukuran Rasio Rasio adalah suatu ukuran frekuensi relatif terjadinya suatu peristiwa/kejadian dibandingkan dengan frekuensi peristiwa/kejadian yang lain (perbandingan antara suatu nilai dengan nilai yang lain) Rasio dapat juga menunjukkan tingkat hubungan atau keterkaitan antara suatu variabel lainnya dan menunjukkan seuatu arti tertentu. Rumus: Rasio = x y X k x = jumlah kejadian, orang, dan lain-lain yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri tertentu y = jumlah kejadian, orang yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri tertentu, namun ciri tersebut berbeda dengan ciri-ciri kelompok X k = 1 Contoh: a. Rasio tambal-cabut gigi (penambalan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap)
3 Jumlah penambal gigi tetap adalah 100 gigi dan jumlah pencabutan gigi adalah 150 gigi, berarti rasio tambal-cabut gigi di Puskesmas adalah: 100 gigi : 200 gigi = ½ atau setiap penambalan 1 gigi tetap ada pencabutan 2 gigi tetap. b. Seks rasio Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan A adalah 875 orang dan 961 orang, berarti seks rasio di Kecamatan A adalah: 961: 875 = 1,1 atau setiap 10 orang laki-laki ada 11 orang perempuan. 4. Konsep dan Penggunaan Ukuran Rate, Angka Prevalensi, Angka Insiden, Angka Serangan Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan, yaitu : Insiden, yang menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu, dan Prevalensi, yang menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu. Untuk memudahkan pemahaman, setiap individu dalam populasi dianggap masuk dalam salah satu dari dua kategori ini: sakit, atau tidak sakit. Prevalensi menggambarkan proporsi populasi yang sakit pada satu saat tertentu, sedangkan insidens menggambarkan perpindahan dari kategori tidak sakit ke kategori sakit. Oleh karena itu, prevalens adalah sinonim dengan status suatu penyakit, sedangkan insiden adalah kejadian (event) penyakit atau perubahan dari status sehat ke status sakit. Insiden merupakan probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain. Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut. Dalam investigasi wabah penyakit menular, periode pengamatan yang dipakai biasanya adalah selama periode wabah berlangsung, atau periode waktu dimana kasus primer terjadi. Dalam kejadian yang demikian ini insiden kumulatif (risk) seringkali disebut attack rate (angka serangan).
4 Rate adalah suatu ukuran frekuensi suatu peristiwa/kejadian pada suatu populasi tertentu, baik pada suatu saat maupun selama periode waktu tertentu. Rumus: Rate = x y X k x = jumlah orang di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (berdasarkan waktu, t empat, dan orang) yang mengalami suatu kejadian (kasus) selama periode tertentu. y = jumlah orang dalam suatu kelompok masyarakat tertentu selama jangka waktu yang sama dengan munculnya kasus. Biasanya populasi ini diambil dari jumlah populasi pada pertengahan jangka waktu tertentu. k = suatu angka konstanta yang biasanya dibuat sehingga rate yang terkecil yang dapat dipakai dalam perhitungan paling kurang satu desimal (4,2/1000 bukan 0,42/1000) Contoh-1 (angka insiden): Jumlah penderita baru campak umur <15 tahun yang berobat ke Puskesmas A tahun 2014 adalah 20 penderita. Jumlah penduduk berumur <15 pada wilayah Puskesmas A adalah 1200 orang. Maka incidence rate(angka insiden) di wilayah Puskesmas A pada tahun 2014 adalah: = 20 penderita baru campak berobat umur <15 tahun 1200 penduduk berumur <15 tahun X = 17 penderita per 1000 penduduk < 15 tahun Contoh-2 (angka prevalensi): Jumlah penderita HIV pada penduduk dewasa umur >15 tahun di Kabupaten A sampai bulan Desember 2013 adalah 20 penderita. Selama tahun 2014 ada penambahan 3 kasus baru HIV pada penduduk dewasa
5 umur >15 tahun. Jumlah penduduk berumur >15 di Kabupaten A adalah 1200 orang. Maka prevalence rate(angka prevalensi) HIV di Kabupaten A pada tahun 2014 adalah: = 20 penderita lama HIV + 4 penderita baru HIV umur >15 tahun 1200 penduduk berumur >15 tahun X S = 20 penderita per 1000 penduduk > 15 tahun Sedangkan incidence rate HIV di Kabupaten A pada tahun 2014 adalah: = 4 penderita baru HIV umur >15 tahun 1200 penduduk berumur >15 tahun X = 3 penderita per 1000 penduduk >15 tahun Contoh-3 (angka kematian/kefatalan kasus): Jumlah penderita HIV pada penduduk dewasa umur >15 tahun di Kabupaten A sampai bulan Desember 2013 adalah 20 penderita. Selama tahun 2014 ada penambahan 3 kasus baru HIV pada penduduk dewasa umur >15 tahun. Jumlah penduduk berumur >15 di Kabupaten A adalah 1200 orang. Selama tahun 2014 ada 4 penderita HIV yang meninggal. Maka case fatality ratehiv di Kabupaten A pada tahun 2014 adalah: = 4 penderita HIV umur >15 tahun meninggal 24 penderita HIV berumur >15 tahun X = 17 kematian per 100 penderita HIV Contoh-4 (angka serangan): Selama tiga bulan terjadi wabah kolera di desa Warna Sari, Kecamatan Belimbing. Dari 3800 penghuni desa tersebut, 162 diantaranya terserang kolera.
6 Insiden kumulatif (angka serangan) = = = 4,3 % II. TAHAPAN ANALISIS 1. PRA ANALISIS Tahap pra analisis adalah tahap yang dilakukan sebelum melakukan analisis data untuk menentukan apakah data layak di analisis atau tidak. Pada tahap pra analisis akan dilakukan pembersihan data. Metode pembersihan data dapat dilakukan ada 2 cara yaitu: a. Cek Kesesuaian Data Dalam Satu Program (logical check) Cek kesesuaian dalam satu program adalah metode untuk mengetahui kesesuaian suatu data melalui pengecekan hubungan antar data dan variabel lain yang terkait dalam satu program. Contoh data yang dapat dibandingkan adalah cakupan K1 dan K4; jumlah ibu hamil dan ibu bersalin; jumlah bayi diimunisasi DPT-HB1 dan BCG Langkah langkah pelaksanaan : 1) Siapkan data yang akan di cek, kelengkapan data > 80% 2) Pilihlah beberapa indikator yang ada hubungan satu dengan lainnya pada periode waktu yang sama, kemudian data tersebut disandingkan 3) Bandingkan antar data indikator tersebut menurut urutan proses pelaksanaan kegiatan program 4) Kemudian dinilai apakah data tersebut wajar. Data disebut wajar bila tidak ada data yang memiliki kesenjangan yang menyolok 5) Bila data tidak wajar maka harus dilakukan verifikasi ke sumber data, kemudian diperbaiki Contoh : 1) Kesehatan Anak Laporan program kesehatan anak Puskesmas A : Jumlah ibu bersalin di Puskesmas A= 432 orang. Jumlah bayi = 582 bayi. Jumlah KN1 = 583 Immunisasi HB0 = 964
7 Immunisasi BCG = 892 Data diatas menunjukkan: a) Adanya kesenjangan antara jumlah ibu bersalin dengan jumlah kunjungan neonatus pertama kali (KN1), yaitu: = neonatus. Pertanyaannya adalah, Mengapa terjadi perbedaan yang sangat besar?. Kunjungan Neonatus pertama kali (KN1) dilaksanakan pada usia 6-48 jam setelah lahir. Oleh karena itu jumlah KN1 seharusnya sama dengan ibu bersalin. b) Adanya kesenjangan antara jumlah bayi dengan jumlah bayi mendapat imunisasi HB0, yaitu = Pertanyaannya adalah, Mengapa terjadi perbedaan yang sangat besar?. Immunisasi HB0 biasanya diberikan segera setelah bayi lahir, maka jumlah bayi yang mendapat imunisasi HB0 seharusnya sama dengan jumlah bayi. Perbedaan data kunjungan neonatus dengan ibu bersalin dan jumlah bayi dengan jumlah bayi yang mendapat imunisasi HB0 tersebut bisa disebabkan : perpindahan antar wilayah, bayi kembar, kesalahan pencatatan, atau data tersebut benar. Untuk memastikan kesesuaian data tersebut, perlu dilakukan verifikasi pada sumber data 2) Gizi Balita Berdasarkan laporan program Gizi di Provinsi Kepulauan Riau dapat diketahui bahwa : Jumlah balita : balita. Jumlah balita ditimbang : balita. Jumlah balita yang tidak ditimbang : balita. Jumlah balita dengan gizi kurang yang dilaporkan : 347 balita Jumlah balita dengan gizi buruk yang dilaporkan : 22 balita. Sedangkan berdasrkan data Riskesdas 2013 dapat diketahui bahwa :
8 Jumlah balita gizi kurang di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 11,6 %, artinya bahwa di Provinsi Kepulauan Riau terdapat balita (0,116 x ) gizi kurang. Jumlah balita gizi buruk di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 4%, artinya bahwa di Provinsi Kepulauan Riau terdapat balita (0,04 x ) gizi buruk. Dari 2 kondisi di atas terlihat kesenjangan data status gizi yang sangat jauh antara yang dilaporkan dengan hasil riskesdas yang merupakan representasi dari populasinya, yaitu: Gizi kurang : = balita. Gizi buruk : = balita. Pertanyaannya: " berada dimana sebanyak balita gizi kurang dan gizi buruk itu? apakah terdapat diantara balita yang tidak ditimbang? b. Cek Kesesuaian Data Antar Program 1) Siapkan dan urutkan data berdasarkan proses, contohnya proses kehidupan (life cycle process). 2) Bandingkan data berdasarkan urutan prosesnya. Contoh: Program kesehatan ibu (variabel persalinan oleh tenaga kesehatan) dibandingkan dengan program kesehatan anak (variabel kunjungan neonatus 1). Jumlah kunjungan neonatus 1 (KN1) idealnya sama atau lebih rendah dibandingkan dengan jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes). Oleh karena itu apabila jumlah KN1 lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah linakes, maka data tersebut dianggap tidak logis. 3) Jika hasil cek kesesuaiaan tersebut logis, maka data siap untuk dianalisis. Namun, jika hasil cek kesesuaiaan data tersebut tidak logis, maka harus dilakukan verifikasi lebih lanjut ke sumber data dan dilakukan perbaikan. Dua data yang diperbandingkan dianggap masih sesuai/logis apabila besar perbedaanya tidak lebih dari ±15%.
9 TAHAP ANALISIS Metode analisis ada 2 macam yaitu metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial Pada umumnya di Puskesmas menerapkan metode analisis statistik deskriptif yang disesuaikan dengan keperluan bidang kesehatan. Analisis ini dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan kejadian wabah, pemantauan masalah kesehatan, serta penilaian dan evaluasi. Analisis statistik deskriptif menurut waktu, orang, dan tempat. Terdapat tiga jenis analisis statistik deskriptif yang dapat diterapkan di puskesmas, yaitu: a. Analisis Deskriptif Menurut Waktu, Tempat dan Orang Analisis ini menggambarkan kejadian kesehatan yang dikelompokkan berdasarkan waktu, tempat kejadian dan karakteristik orang Analisis ini dapat disajikan dalam bentuk: 1) Analisis Menurut Waktu (kecenderungan berdasarkan hari, minggu, bulan, tahun) Analisis menurut waktu dimanfaatkan untuk meramalkan kejadian pada masa yang akan datang, baik kecenderungan peningkatan atau kecenderungan penurunan suatu kejadian. Contoh:
10 AS/100 pdd JUMLAH KASUS Kasusus Diare Bontonyaleng, KASUS MENINGGAL BULAN ) Analisis Menurut Orang Analisis menurut kelompok (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan) dapat dimanfaatkan untuk melihat perbandingan kejadian pada masing-masing kelompok, sehingga dapat diketahui kelompok mana yang lebih berisiko kesehatan Angka Serangan Diare Menurut Jenis Kelamin. Desa, Puskesmas Bontonyaleng, Januari Laki-laki Perempuan Total Jenis Kelamin
11 Rate per 100 Rate per Angka Serangan Diare Menurut Golongan Umur. Puskesmas Bontonyaleng, Januari <1 th '1-4 '5-9 '10-14 '15-24 ;25-29 Golongan Umur 3) Analisis Menurut Tempat Analisis menurut tempat (area geografis, wilayah menurut batas administrasi) dapat dimanfaatkan untuk melihat perbandingan kejadian pada masing-masing jenis tempat, sehingga dapat diketahui tempat mana yang lebih berisiko kesehatan. Contoh: Angka Serangan Diare Menurut Desa. Puskesmas Bontonyaleng, Januari Blebah Kranji Solo Rogo DESA b. Analisis Deskriptif Komparatif Analisis ini dimanfaatkan untuk membandingkan hasil kegiatan program dengan dengan target yang telah ditentukan sebelumnya, atau membandingkan data dari sumberdata yang berbeda. Contoh: Membandingkan cakupan imunisasi dengan target imunisasi Membandingkan data rutin dengan data survei
12 Rate per 100 Cakupan per Bulan c. Analisis Deskriptif Hubungan Antar Program Analisis hubungan antar program adalah analisis yang menjelaskan hubungan/keterkaitan variabel antar program yang secara logika memiliki hubungan misalnya cakupan K1, K4, PN dan KN 100 Gambar 5. Cakupan Pelayanan KIA di Puskesmas Raharja, Agustus K1 K4 PN KN 20 0 Brebah Kranji Solo Rogo Puskesmas DESA 3. INTERPRETASI HASIL ANALISIS Hasil analisis data tidak hanya dalam bentuk grafik, tabel atau peta akan juga hasil penarikan kesimpulan dari serangkaian data yang telah ditampilkan dalam tabel, grafik atau peta tersebut. Contoh: a. Dari grafik dibawah ini kita dapa menjelaskan sebagai berikut: 120 Angka Serangan Diare Menurut Desa dan Jenis kelamin, Puskesmas Bontonyaleng, Blebah Kranji Solo Rogo DESA
13 Dari grafik ini dapat diketahui risiko menderita diare laki-laki lebih tinggi dari risiko menderita diare perempuan di semua dena yang ada. 4. TAHAP ALTERNATIF TINDAK LANJUT Setelah diperoleh kesimpulan dari proses analisis yang telah dilaksanakan, maka ditetapkan alternatif tindaklanjut. Alternatif tindaklanjut dapat berupa alternatif pemecahan masalah atau tetap melanjutkan program sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan. Contoh: Bila diketahui di desa Anis, Sugih dan Carak jumlah penderita diare lebih banyak penderita laki laki dibanding perempuan dan sebaliknya terjadi di desa Gindi dimana penderita lebih banyak perempuan. Alternatif tindak lanjutnya adalah dicari penyebab mengapa penderita diare di desa Anis, Sugih dan Carak lebih banyak laki laki, dan mengapa di desa Gindi lebih banyak perempuan.
14 CONTOH Contoh 1. Laporan KIA Tabel 1. Laporan Bulanan Puskesmas Bontonyaleng Kode Puskesmas : Laporan Diterima Puskesmas : BONTONYELENG Maret April Mei Kecamatan : GANTARANG Puskesmas Pembantu yang ada : Kabupaten : BULUKUMBA Provinsi : SULAWESI SELATAN LAPORAN BULANAN GIZI KIA NO KEGIATAN JML JML JML I. GIZI 1 Jumlah Anak Balita dapat Vit. A dosis tinggi ( IU) 2 Jumlah Ibu nifas dapat Vit A dosis tinggi Jumlah Ibu hamil dapat tablet darah (Fe) 30 tablet (Fe1) Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) 90 tablet (Fe3) Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol I 150 cc (Fe botl) 6 Jumlah balita dapat sirup tambah darah (Fe) botol II 300 cc (Fe botl) 7 Jumlah bayi (< 1 bln) ditimbang Jumlah anak balita ( 1-4 thn ) ditimbang Jumlah Bayi dan Anak Balita dengan berat badan dibawah garis merah (BGM) Jumlah Bumil dan Buteki mendapat kapsul yodium 11 Jumlah WUS mendapat kapsul yodium 12 Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) baru (15-45 thn ) yang diukur 86 LILA (Lingkaran Lengan Atas) 13 Jumlah WUS baru dengan LILA < 23,5 cm 1 5 II. KIA 1 Jumlah Kunjungan K1 Ibu Hamil Jumlah Kunjungan K4 Ibu Hamil Jumlah Kunjungan Ibu Hamil dengan faktorresiko (Umur < 20 thn atau 35 thn Paritas > 4 Jarak Kehamilan < 2 Thn LILA < 23,5 cm dan TB < 145 cm) Jumlah Bumil resiko tinggi (Pendarahan, infeksi, abrotus, keracunan kehamilan, partus lama) yang di tangani 0 5 Jumlah Bumil resiko tinggi (Pendarahan, infeksi, abrotus, keracunan kehamilan, partus lama) yang di rujuk ke rumah sakit Jumlah Persalinan oleh tenaga kesehatan, termasuk didampingin tenaga kesehatan Jumlah Bayi lahir hidup dengan BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah < 2500 gr) Jumlah Lahir mati Jumlah Kunjungan Neonatus Jumlah Neonatus Resti (Aspiksia, trauma lahir, tetanus neonatorum), dirujuk ke RS Jumlah Kematian neonatus dilaporkan (bayi usia dibawah 28 hari) Jumlah Kematian maternal dilaporkan (ibu hamil/ melahirkan/ nifas) 0 13 Jumlah Balita dideteksi/ Stimulasi tumbuh kembang (kontak pertama) 0 14 Jumlah Anak prasekolah dideteksi/ Stimulasi tumbuh kembang (kontak pertama) 0
15 Tahap Pra Analisis Dalam tahap Pra Analisis, kita mempersiapkan data agar siap untuk dianalisis. Dari contoh data laporan tersebut di atas, nampak data belum terisi lengkap atau masih banyak bolong-bolong. Apabila kita menjumpai data seperti ini, maka sebaiknya jangan dianalisis terlebih dahulu tetapi lakukanlah verifikasi dengan cara menghubungi sumber data untuk melengkapi data, kemudian dilakukan Logical Check. Logical Check dimulai dengan memilih beberapa indikator menurut periode waktu yang sama untuk dijejerkan (disandingkan), kemudian nilailah kesesuaian data menurut sekuens indikator tersebut. Lihat contoh di bawah ini. Tabel 2. Logical Check data KIA Kode Puskesmas : Laporan Diterima Puskesmas : BONTONYELENG Maret April Mei Kecamatan : GANTARANG Puskesmas Pembantu yang ada : Kabupaten : BULUKUMBA Provinsi : SULAWESI SELATAN LAPORAN BULANAN GIZI KIA NO KEGIATAN JML JML JML 1 Jumlah Kunjungan K1 Ibu Hamil Jumlah Kunjungan K4 Ibu Hamil Jumlah Ibu hamil dapat tablet darah (Fe) 30 tablet (Fe1) Jumlah Persalinan oleh tenaga kesehatan, termasuk didampingin tenaga kesehatan Jumlah Kunjungan Neonatus Jumlah Ibu nifas dapat Vit A dosis tinggi Tabel di atas berisi data yang sudah disandingkan untuk keperluan Logical Check. Ada 6 indikator yang akan diuji kewajarannya, masing-masing 3 indikator dari Program Kesehatan Ibu. Kita akan menilai kewajaran data jumlah kunjungan K1 dan K4 ibu hamil serta jumlah ibu hamil mendapat tablet penambah darah (Fe) pada bulan Maret sampai Mei Data ini tidak menunjukkan tren kenaikan, ada yang stagnan dan menurun. Bila kita melihat data Kunjungan K1 Ibu Hamil, pada bulan April terdapat kenaikan tetapi pada bulan Mei tidak ada kenaikan (tetap sama dengan data bulan April 2015) yaitu sebesar 31. Begitu juga data jumlah Kunjungan K4 Ibu Hamil tidak nampak kenaikan pada bulan Mei 2015,
16 malah turun. Oleh karena itu data ini kita anggap tidak logis sehingga perlu diverifikasi lebih lanjut ke sumber datanya yaitu menanyakan kepada petugas pengelola data KIA di Puskesmas Bontonyeleng. Selanjutnya kita akan menilai kewajaran data jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah kunjungan neonatus, dan jumlah ibu nifas mendapat Vitamin A dosis tinggi. Bila kita melihat data ketiga indikator yang sudah disandingkan tersebut (nomor urut 4, 5, dan 6), nampak jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan tren yang meningkat dari bulan Maret sampai Mei Demikian pula data jumlah kunjungan neonatus menunjukkan tren yang meningkat dari bulan Maret sampai Mei Namun terdapat keanehan pada data Jumlah Ibu Nifas mendapat Vitamin A Dosis Tinggi, yaitu pada bulan Maret tidak ada data, bulan April sebesar 29, Mei sebesar 22. Data Jumlah Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Dosis Tinggi pada bulan Mei bukannya naik mengikuti besarnya jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan, tetapi malah turun. Oleh karena itu data ini kita anggap tidak logis sehingga perlu diverifikasi lebih lanjut ke sumber datanya yaitu menanyakan kepada petugas pengelola data KIA di Puskesmas Bontonyeleng. Apabila kita sandingkan data ketiga indikator tersebut, pada bulan April 2015 jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 29, jumlah ibu nifas mendapat Vitamin A sebanyak 29, maka ini dapat dikatakan logis karena semua ibu nifas memang seharusnya diberikan Vitamin A dosis tinggi. Namun data jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan dan jumlah ibu nifas mendapat Vitamin A pada bulan Mei 2015 masih perlu dipertanyakan. Bila kita melihat data bulan Mei 2015, nampak jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 41, sedangkan jumlah ibu nifas mendapat Vitamin A sebanyak 22, maka data ini dapat dikatakan kurang logis sebab ibu nifas yang diberikan vitamin A hanya separuhnya atau terdapat perbedaan hampir 2 kali lipat. Oleh karena itu, data ini perlu diverifikasi ke sumber data untuk menanyakan kebenarannya sekaligus melengkapi data yang belum terisi (bolong) yaitu Data Jumlah Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Dosis Tinggi pada bulan Maret. Contoh data pada tabel 1 tidak perlu dianalisis karena tidak logis. Apabila kemudian data ini sudah diverifikasi dan kemudian diperbaiki maka data tersebut sudah bisa dianalisis.
17 Contoh 2: data Cakupan K1 dan K4 Ibu Hamil di Puskesmas Pulo Armyn Tahap Pra Analisis Pada tahap Pra Analisis diperlukan untuk mempersiapkan data agar siap untuk dianalisis. Mari kita melihat contoh data di bawah ini, nampak data cakupan K1 dan K4 Puskesmas Pulo Armyn per bulan pada tahun 2014, sudah terisi semua atau kelengkapan data mencapai 100%. Selanjutnya lakukanlah logical check dengan cara menyandingkan dalam satu tabel cakupan K1 dan K4 dari masing-masing Desa atau rata-rata cakupan K1 dan K4 di tingkat Puskesmas. K1 Tabel 3 Target dan Capaian Pelayanan K1 Per Desa di Puskesmas Pulo Armyn, Tahun 2014 Target (2014) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Kumulatif 8,25 16,5 24, ,25 49,5 Capaian Kumulatif Tajur 13,2 25,69 29,86 34,722 41,67 49,31 Sindangrasa 7,42 13,23 21,29 31,29 40,97 49,03 Sindangsari 5,86 11,71 22,07 32,883 40,54 48,2 Sukasari 5,65 12,1 22,18 33,065 41,53 49,19 TOTAL 8,03 15,68 23,85 32,99 41,18 48,93 K1 Target (2014) Juli Agt Sep Okt Nop Des Kumulatif 57, ,25 82,5 90,75 99 Capaian Kumulatif Tajur 56,94 66,67 76,38 84,02 90,97 99,31 Sindangrasa 56,13 65,48 75,16 83,87 91,29 98,39 Sindangsari 55,86 65,77 76,12 84,23 91,44 99,55 Sukasari 56,45 65,73 75,40 83,87 90,32 98,39 TOTAL 56,35 65,91 75,77 84,00 91,01 98,91
18 Tabel 4 Target dan Capaian Pelayanan K4 Per Desa di Puskesmas Pulo Armyn, Tahun 2014 K4 Target (2014) Jan Feb Mar Apr Mei Juni Kumulatif 7,92 15,83 23,75 31,66 39,58 47,5 Capaian Kumulatif Tajur 11,8 24,31 28,47 34,02 40,97 47,92 Sindangrasa 6,77 11, , ,74 Sindangsari 5,41 11,26 22,07 33,33 42,34 50,45 Sukasari 5,24 11,29 20,16 31,85 40,73 48,39 TOTAL 7,31 14,7 22,68 32,46 41,01 48,62 K4 Target (2014) Juli Agt Sep Okt Nop Des Kumulatif 55,42 63,33 71,25 79,16 87,08 95 Capaian Kumulatif Tajur 56,25 65,28 73,61 80,55 86,81 97,92 Sindangrasa 54,52 62,9 71,93 80,64 87,42 98,06 Sindangsari 56,31 63,51 72,07 80,18 86,49 97,75 Sukasari 56,05 64,92 73,79 81,45 87,1 97,98 TOTAL 55,78 64,15 72,85 80,70 86,95 97,93 Logical Check Contoh tabel logical check dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 di bawah ini. Dalam logical check, kita menyandingkan data cakupan K1 dan K4 dari desa yang sama dalam sekuens waktu yang sama, misalnya cakupan K1 dan K4 di Desa Tajur (lihat tabel 5). Logical check data cakupan K1 dan K4 total di tingkat Puskesmas, seperti contoh pada tabel 6. Tabel 5 Tabel logical check indikator capaian Pelayanan K1 dan K4 di Desa Tajur, Tahun 2014 Desa Indikator Jan Feb Mar Apr Mei Juni Capaian Kumulatif Tajur K1 13,2 25,69 29,86 34,72 41,67 49,31 Tajur K4 11,8 24,31 28,47 34,02 40,97 47,92
19 Desa Indikator Juli Agt Sep Okt Nop Des Capaian Kumulatif Tajur K1 56,94 66,67 76,39 84,03 90,97 99,31 Tajur K4 56,25 65,28 73,61 80,55 86,81 97,92 Tabel 5 menunjukkan data cakupan pelayanan K1 dan K4 di Desa Tajur dari bulan ke bulan pada tahun 2014 menunjukkan kelengkapan data mencapai 100% dengan tren yang meningkat secara gradual dalam batas-batas yang wajar. Secara logical check, data nampak logis karena tingkat konsistensi data K1/K4 tidak melebihi 15% atau dapat dikatakan data konsisten. Tabel 6 Tabel logical check indikator capaian Pelayanan K1 dan K4 Per Desa di Puskesmas Pulo Armyn, Tahun 2014 Puskesmas Indikator Jan Feb Mar Apr Mei Juni Capaian Kumulatif Pulo Armyn K1 8,03 15,68 23,85 32,99 41,18 48,93 Pulo Armyn K4 7,31 14,70 22,68 32,47 41,01 48,62 Puskesmas Indikator Juli Agt Sep Okt Nop Des Capaian Kumulatif Pulo Armyn K1 56,35 65,91 75,77 84,00 91,01 98,91 Pulo Armyn K4 55,78 64,15 72,85 80,71 86,95 97,93 Tabel 6 menunjukkan rata-rata cakupan pelayanan K1 dan K4 di Puskesmas Pulo Armyn dari bulan ke bulan pada tahun 2014 menunjukkan kelengkapan data mencapai 100% dengan tren yang meningkat secara gradual dalam batasbatas yang wajar. Terdapat perbedaan kecil antara cakupan K1 dan cakupan K4, namun tingkat konsistensi data K1/K4 tidak melebihi 15% sehingga secara logical check, data nampak logis, Untuk mempermudah analisis, tabel logical check dapat pula dibuatkan grafik seperti contoh Grafik 1 di bawah ini.
20 CAKUPAN (%) Grafik 1. Cakupan K1 dan K4 Puskesmas Pulo Armyn Per Bulan, Tahun 2014 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des BULAN K1 K4 Grafik 1 menunjukkan data cakupan pelayanan K1 dan K4 di Desa Tajur Puskesmas Pulo Armyn dari bulan ke bulan pada tahun 2014 menunjukkan kelengkapan data mencapai 100% dengan tren yang meningkat secara gradual dalam batas-batas yang wajar. Secara logical check, data nampak logis, terdapat perbedaan kecil antara cakupan K1 dan cakupan K4, namun tingkat konsistensi data K1/K4 tidak melebihi 15%. Konsistensi K1 dan K4 selalu lebih tinggi daripada cakupan K4. Berdasarkan logical check, Contoh data pada tabel 3 dan 4 bisa dikatakan logis sehingga sudah bisa dianalisis lebih lanjut. Tahap Analisis Data yang telah dilakukan logical check, bila nampak logis, selanjutnya dianalisis. Data yang dianalisis adalah data pada tabel 3 dan 4. Dalam tahap analisis, kita kembali melihat data pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat capaian target pelayanan K1 per desa di Puskesmas Pulo Armyn. Dari 4 desa yang ada di wilayah Puskesmas Pulo Armyn, hanya Desa Tajur yang sudah melampaui target capaian yang telah ditetapkan, sedangkan ketiga desa lainnya (Desa Sindangrasa, Sindang sari, dan Sukasari) belum mencapai target sehingga berdampak pada capaian puskesmas. Pada akhir tahun 2014 capaian pelayanan Puskesmas Pulo Armyn belum mencapai target yang telah ditetapkan. Selanjutnya kita menganalisis data Tabel 4 sebagai berikut: Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat capaian target pelayanan K4 per desa di Puskesmas Pulo Armyn. Dari 4 desa yang ada di wilayah Puskesmas Pulo Armyn, semua desa sudah melampaui target capaian yang telah ditetapkan
21 pada akhir tahun Namun pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014, tiga desa (Desa Sindangrasa, Sindang sari, dan Sukasari) belum mencapai target. Pada akhir tahun 2014 capaian rata-rata pelayanan K4 di Puskesmas Pulo Armyn sudah melebihi target yang telah ditetapkan. Tahap Alternatif Tindak Lanjut Sebelum didiseminasikan dan dibahas dalam rapat, hasil analisis data rutin seharusnya sudah dilihat dan disahkan oleh Kepala Puskesmas. Hasil analisis sebaiknya didiskusikan antara pimpinan puskesmas dan semua staf dalam pertemuan (rapat) atau lokmin agar dapat dibuatkan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Berdasarkan hasil analisis pada contoh data di atas, dibuat RTL untuk berbagai aspek kegiatan seperti aspek intervensi program, aspek pengelolaan data, dan aspek pembiayaan. Contoh RTL untuk aspek intervensi program, dari sisi input seperti menambah jumlah SDM, meningkatkan kapasitas SDM, dan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana & pra sarana penunjang program kesehatan ibu. Dari sisi proses adalah pelaksanaan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan program kesehatan ibu, seperti meningkatkan kuantitas dan kualitas kunjungan Ante Natal Care (ANC) ke rumah ibu hamil, mempercepat pengadaan vitamin dan zat besi untuk ibu hamil, membentuk kelas-kelas ibu hamil di desa-desa, dan pelaksanaan pertemuan dengan lintas sektor di tingkat kecamatan dan desa dalam rangka Contoh RTL untuk aspek pengelolaan data, sama seperti RTL untuk aspek intervensi program. Semua perencanaan dari aspek intervensi program dan pengelolaan data akan berimbas kepada aspek pembiayaan sehingga perlu dibuat pula RTL pembiayaan. Dari aspek pembiayaan, dibuat Rancangan Anggaran Belanja untuk masing-masing komponen di atas.
22 Contoh 3 Analisis Lintas Program Merupakan analisis yang terintegrasi antara satu program dengan program lainnya, termasuk dengan lintas sektor terkait. Analisis dimaksudkan untuk mengetahui lebih rinci latar belakang/penyebab masalah kesehatan, mengetahui intervensi spesifik yang perlu dilakukan, dan mengetahui kesiapan dalam menangani masalah kesehatan. Misalnya, analisis data morbiditas dan mortalitas pada anak Balita dilakukan terintegrasi dengan analisis program KIA dan program gizi serta program imunisasi, sehingga didapatkan informasi yang komprehensif tentang kesehatan anak yang berhubungan dengan kesehatan ibu, gizi, dan imunisasi. Analisis dapat dilakukan secara deskriptif dan analitik pada setiap indikator/variabel program kesehatan, juga dapat dilakukan pada setiap tingkat atau jenjang pelayanan, baik di tingkat puskesmas, kabupaten, kota, provinsi dan tingkat pusat. Contoh: Kepala Puskesmas Harum Wangi ingin menurunkan kejadian diare yang 5 tahun terakhir cenderung meningkat dan merupakan 3 penyakit terbanyak di Puskesmas-nya. Angka insiden diare di Puskesmas Harum Wangi selalu tertinggi dibandingkan puskesmas lain menurut hasil pertemuan Kepala Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten. Maka dilakukan analisis mengenai kejadian diare selama 5 tahun terakhir. 1. Analisis angka insiden diare menurut desa. a. Pra analisis: 1) Disiapkan data kasus diare dan jumlah penduduk menurut desa selama 5 tahun terakhir. 2) Cek kelengkapan data, didapatkan data angka kejadian diare per desa 5 tahun terakhir kelengkapan >80%. Logical check tidak ada angka yang tidak logis. b. Analisis angka insiden diare menurut desa: Dibuat grafik angka insiden diare menurut desa selama 5 tahun c. Interpretasi: Didapatkan angka insiden diare tertinggi selama 4 tahun adalah di desa Puja Air dengan perbedaan yang besar dibandingkan desa-desa lain.
23 Jumlah penduduk Jumlah kasus diare Jumlah sarana air minum Jumlah sarana air minum berisiko tinggi dan amat tinggi Desa bebas BABS Jumlah Balita Jumlah Balita ditimbang Jumlah balita kurus Dst Dilakukan analisis antar program untuk variabel terkait diare a. Pra analisis: 1) Disiapkan data per desa mengenai: a) Kesehatan lingkungan: (1) Jumlah sarana air minum berisiko tinggi dan amat tinggi. (2) Desa/kelurahan bebas dari buang air besar sembarangan (open defecation free/odf) b) Gizi balita: (1) jumlah balita (2) jumlah balita ditimbang (3) jumlah balita kurus dan BGM c) Sarana dan tenaga pelayanan kesehatan: (1) Jaringan puskesmas (2) Swasta d) Kegiatan promosi kesehatan: (1) Jumlah kegiatan Promosi Kesehatan didalam dan diluar gedung di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu topik diare. (2) Jumlah klien/pasien/perseorangan mendapat konseling kesehatan lingkungan di rumahnya e) Ketersediaan obat: oralit, zinc 2) Cek kelengkapan masing-masing data 3) Logical check, semua variabel dijejerkan, dilihat jika ada data yang tidak logis maka dicek ulang ke sumber data: Desa A B dst Contoh data tidak logis: Jumlah balita ditimbang lebih kecil dari pada jumlah balita kurus.
24 b. Analisis: 1) Untuk analisis, dibuat dalam proporsi atau rasio agar dapat dibandingkan Desa A Insidens diare % sarana air minum berisiko tinggi dan amat tinggi Desa bebas BABS % Balita ditimbang % Balita kurus/ BGM dst B dst 2) Masing-masing variabel dibuat grafik menurut desa. Misalnya: Insidens diare menurut desa, % sarana air minum berisiko tinggi dan amat tinggi, dst. a) Interpretasi: (1) Dari tabel dan grafik yang dibuat, akan terlihat faktor risiko diare yang ada di masing-masing desa untuk menjadi perhatian bagi masing-masing desa dan puskesmas secara keseluruhan. (2) Mengingat Desa Puja Air insidens diare paling tinggi maka dilakukan pengamatan khusus kondisi Desa Puja Air dalam 5 tahun terakhir: (a) % sarana air minum 50% berisiko tinggi dan amat tinggi karena mengandalkan air sungai, dan masih ada penduduk yang BABS (b) Tidak ada balita gizi buruk namun % balita yang ditimbang hanya 20%. (c) Terdapat Poskesdes, namun 2 tahun terakhir bidan desa tidak ada. (d) Kegiatan promkes penyuluhan masyarakat dengan topik diare terakhir dilaksanakan 3 tahun yang lalu.
25 Alternatif Tindak Lanjut a. Mengingat Desa Puja Air dengan insidens tertinggi diare, dengan menurunkan insidens diare di Desa Puja Air akan lebih bermakna untuk menurunkan insidens diare puskesmas. Maka dapat diupayakan intervensi terhadap faktor risiko diare yang ada di Desa Puja Air, misalnya: 1) Meningkatkan kegiatan promosi kesahatan 2) Mengajukan usulan tenaga kesehatan 3) Meningkatkan penjaringan balita. b. Hasil analisis faktor risiko masing-masing desa menjadi acuan dalam melakukan peningkatan upaya pencegahan diare yang lebih fokus bagi masing-masing desa. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NILA FARID MOELOEK
SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT
SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciPROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012
PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3
DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2009 telah selesai dengan baik. Laporan Tahunan tahun 2009 ini disusun dengan
Lebih terperinciPROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012
PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA
Lebih terperinciJUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN
TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI
Lebih terperinciPELAYANAN KESEHATAN DASAR
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN
Lebih terperinciUpaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi
Lebih terperinciUKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI
UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI 1. PROPORSI Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi Rumus
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciB A B IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
B A B IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1. PROMOSI KESEHATAN dan PERAN SERTA MASYARAKAT Kondisi keaktifan posyandu tahun 2016 100 % dari 121 posyandu dimana se-kecamatan Tebet terdapat 95,87% posyandu mandiri
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R
DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat
Lebih terperinciAkhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciKata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Lebih terperinciHASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciTim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...
Lebih terperinciBAB IV METOLOGI PENELITIAN
BAB IV METOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional berupa penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dimana data diambil
Lebih terperinciTABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013
TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42
Lebih terperinciLAPORAN PROGRAM KIA DI PUSKESMAS PETANG II, BADUNG
LAPORAN PROGRAM KIA DI PUSKESMAS PETANG II, BADUNG Nama Mahasiswa: I Gst Ayu Mahaprani Danastri Dosen Pembimbing: dr. Made Dharma, MPH Saravanan Krishnan DP Puskesmas : dr Ni L.K Ayu Ratnawati Che Haniff
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI
Lebih terperinciBUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011
BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria
Lebih terperinciRESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012
RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI
Lebih terperinciSeluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.
Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i
KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0
Lebih terperinciPROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012
-1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciDr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK
Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI
KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI I. PENDAHULUAN Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu
Lebih terperinci1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.
Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciPENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN
Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya
Lebih terperinciRESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011
RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463
Lebih terperinciOleh JUSTIN DARREN RAJ
Oleh JUSTIN DARREN RAJ 0810314259 Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan. Sebagai
Lebih terperinciStandar Ponkesdes 91
Lampiran 2 PENILAIAN STANDAR PONKESDES TAHUN DESA :..... NAMA PONKESDES /PUSKESMAS :../... KABUPATEN/KOTA :..... NO VARIABEL STANDAR PENGUKURAN NILAI PENCAPAIAN 2 3 4 5 I ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN A Kelembagaan,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi
KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM KIA TAHUN 2017
N Upaya o Kesehatan 1 Kesehatan Ibu dan Anak RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM TAHUN Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sasaran A. PERENCANAAN 1. Membuat laporan tahunan 2. Perencanaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan
Lebih terperincib. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN
KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN I. PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Lebih terperinciPEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS
PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS BAB 1 PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK A. Latar Belakang Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
Lebih terperinciPANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI
PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis
Lebih terperinciRENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017
RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak dari tahun ke tahun. AKI merupakan Indikator penting yang menggambarkan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya
Lebih terperinciArah Pembangunan Kesehatan
Gurendro Putro Arah Pembangunan Kesehatan RPJMN III 2015-2019, Akses Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap RPJMN IV 2020-2025, Kesehatan Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Lebih terperinci3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun
3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016
LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 Nama : dr. Adinda Ferinawati Tanggal Orientasi : 16 Januari 2017-23 Januari 2017 Tempat Orientasi : Puskesmas Sidorejo
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47
2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR UPT PUSKESMAS KECAMATAN CIGOMBONG
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR UPT PUSKESMAS KECAMATAN CIGOMBONG Jl.Mayjen HR. Edi Sukma No. 75 Bogor Telepon (0251) 8221047 Email : uptpuskesmascigombong@yahoo.co.id KERANGKA
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang
1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT
BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Analisis A n a lis is adal ah suat u pem eri ksaan dan evaluasi dari suat u inf or m asi yang sesuai dan r el evant dalam menyeleksi
Lebih terperinciJUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN
JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH
Lebih terperinciKUESIONER UNTUK KADER
KUESIONER UNTUK KADER Petunjuk Pengisian. 1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara lengkap dan dengan sejujurnya. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut pendapat anda benar.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN
KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN Pertemuan Pemutakhiran Data Provinsi Bali 12-15 Pebruari 2018 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, RI LATAR BELAKANG Profil Kesehatan merupakan Media Publikasi
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciKata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor
DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan
Lebih terperinciOleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU
Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Ukuran Frekuensi; Ukuran Asosiasi; Ukuran Dampak. Ukuran frekuensi merupakan ukuran dalam epidemiologi deskriptif; Ukuran
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET
EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...
DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V
Lebih terperinciBAB III INDIKATOR PEMANTAUAN
BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang diuraikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Angka prevalensi anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data
Lebih terperinciMeja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
5 MEJA POSYANDU Langkah ke Posyandu Pelaksanaan kegiatan di Posyandu Cahaya dikenal dengan nama sistem 5 meja, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja
Lebih terperinciDisampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012
Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Lebih terperinciMATERI 6 PENCATATAN KEGIATAN POSYANDU
MATERI 6 PENCATATAN KEGIATAN POSYANDU Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat menjelaskan pengertian SIP dan manfaatnya Peserta dapat menyebutkan nama-nama format SIP Peserta dapat
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.
PUSKESMA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM Revisi Halaman 1. Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat / sasaran program adalah Kegiatan mencari, menemukan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
Lebih terperinciKETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROPINSI
KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROPINSI LUAS WILAYAH : 35.400,25 KM 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KAB/KOTA : 7.511.800 JIWA : 10 KAB/KOTA SPOG : 24 SPA : 17 DOKTER PNS : 281 DOKTER PTT : 114 DOKTER
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat
Lebih terperinciTabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data
Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati teratas di
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin (KVA) dan obesitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN
PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
Lebih terperinci