DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii BAB I PENDAHULUAN... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii BAB I PENDAHULUAN... 1"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Kegiatan Keluaran Metodologi Pelaksana Kegiatan... 2 BAB 2 PEMBAHASAN DAN ANALISIS Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi... 5 BAB 3 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi i

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi... 9 Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme Gambar 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam... 8 Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional Tabel 2.4 Kegiatan Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik Tabel 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme.. 14 Tabel 2.7 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum) Tabel 2.8 Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tabel 2.9 Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15 Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan Tabel 2.10 Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp Tabel 2.11 Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak Tabel 2.12 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam 24 Tabel 2.13 Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik Tabel 2.14 Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi Tabel 2.16 Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret Tabel 2.17 Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret Tabel 2.18 Sasaran Utama dan Indikator untuk sub bidang politik luar negeri Tabel 2.19 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemlu Tabel 2.20 Pembahasan Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPR Tabel 2.21 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan MPR Tabel 2.22 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPD tanggal 29 April iii

5 LAPORAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2017 BIDANG POLITIK DAN KOMUNIKASI BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsipprinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan nasional dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan di daerah. Rencana pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Proses perencanaan pembangunan nasional ini harus melibatkan para pelaku pembangunan dan dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan di berbagai bidang Rencana pembangunan tersebut disusun dalam jangka panjang (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), jangka menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dan tahunan (Rencana Kerja Pemerintah). Penyusunan rencana pembangunan bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Bappenas setiap tahun bertugas untuk menyusun RKP bersama mitra kerja K/L dan stakeholders lainnya. I.2. TUJUAN DAN SASARAN Kegiatan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah yang dilakukan Direktorat Politik dan Komunikasi bertujuan untuk menyusun Dokumen RKP Tahunan (RKP 2017) Bidang Politik dan Komunikasi mencakup pelaksanaan pembangunan nasional, perkembangan isu aktual, sasaran pembangunan yang akan dicapai, arah kebijakan nasional serta strategi yang dilakukan dalam pembangunan baik bidang Politik Dalam Negeri, Politik Luar Negeri dan Komunikasi Informasi Publik. I.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN Ruang lingkup kegiatan penyusunan RKP Bidang Politik dan Komunikasi (RKP 2017) adalah sebagai berikut: 1

6 1. Membahas dan mendiskusikan bersama mitra k/l terkait hasil pembangunan nasional, perkembangan isu aktual, sasaran pembangunan yang akan dicapai serta hambatan dalam pelaksanaan pembangunan untuk penyusunan dokumen RKP bidang politik dan komunikasi 2. Membahas dan mendiskusikan bersama dengan K/L mitra kerja, pemerintah daerah, LSM/Tokoh/Masyakat, Akademisi, Swasta dan mitra terkait lainnya dalam diskusi hasil pembangunan nasional, perkembangan isu aktual, sasaran pembangunan yang akan dicapai serta hambatan pelaksanaan pembangunan dalam proses penyusunan dokumen RKP 3. Melakukan Pembahasan, penyelarasan dan harmonisasi kebutuhan program/kegiatan, sasaran kegiatan, indikator-indikator output kegiatan mitra k/l termasuk target capaian, detail lokasi kegiatan yang akan dilaksanakan beserta alokasi anggaran di dokumen RKP 2017 (disesuaikan dengan RPJMN ) 4. Melakukan pembahasan menyeluruh dokumen matriks berisikan program/kegiatan yang menjadi lampiran dalam RKP 2017 (Mencakup matriks per mitra k/l, matriks Bidang Pembangunan Politik, matriks Lintas Bidang) 5. Melakukan pembahasan, penelaahan dan persandingan antara Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis K/L Teknis dan Rencana Kerja Anggaran KL baik substansi dan anggaran I.4 KELUARAN Keluaran ataupun output dari kegiatan penyusunan RKP 2017 berupa Dokumen RKP 2017 Bidang Politik dan Komunikasi (narasi) dan lampiran Dokumen RKP yaitu Matrik Program/Kegiatan Kemlu, Kemenko Polhukam, Bawaslu, KPU, BNPT, Ditjen Kesbangpol (Kemendagri), Kemkominfo, DPD, MPR dan DPR; Matriks Pembangunan Politik serta matriks lintas bidang. I.5 METODOLOGI Metode untuk melakukan kegiatan penguatan demokrasi Indonesia adalah : 1. Studi dokumen, untuk analisis data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : RPJMN serta RKP tahun 2016, dokumen hasil pelaksanaan/laporan program/kegiatan mitra k/l, serta dokumen terkait lainnya untuk penyusunan draft RKP 2017; 2. Observasi Lapangan ke daerah guna menjaring masukan dan sosialiasi draft RKP 2017, serta partisipasi dalam rangkaian musrenbangnas/prov RKP 2017; 3. Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dengan mitra kerja direktorat dalam perencanaan pembangunan lingkup bidang politik dan komunikasi; 4. Pembahasan lanjutan sinkronisasi dan penyelarasan draft dokumen RKP, Renja K/L dan RKA KL; 5. Penyusunan materi narasi dan lampiran dokumen RKP 2017 bidang politik dan komunikasi. I.6 PELAKSANA KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan koordinasi ini akan dilakukan secara swakelola dan berkoordinasi dengan K/L terkait. Penanggung jawab dari kegiatan ini adalah Deputi 2

7 Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Kegiatan penyusunan RKP 2017 akan dilaksanakan oleh Direktorat Politik dan Komunikasi Bappenas, dengan melibatkan staf Direktorat Politik dan Komunikasi. 3

8 BAB 2. PEMBAHASAN DAN ANALISIS 2.1. Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi Kegiatan Koordinasi penguatan demokrasi Indonesia tahun 2016 dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Bidang Politik dan Komunikasi berlangsung sejak awal tahun di penyusunan draft RKP di Bulan Januari hingga Bulan Pertengahan Juli saat penetapan Perpres RKP Secara umum, RKP 2017 masih sama dengan RKP 2016, namun memuat narasi yang lebih singkat dan padat yang berisikan arah kebijakan, sasaran dan strategi pembangunan di tiap sektor dan kewilayahan. Selain itu RKP 2017 memuat lampiran program/kegiatan dari Kementerian/Lembaga (K/L) yang hanya merupakan Prioritas Nasional saja berbeda dengan tahun tahun sebelumnya dimana lampiran RKP memuat semua Program/Kegiatan K/L baik termasuk prioritas Nasional, Bidang, prioritas K/L lainnya secara lengkap. Kegiatan Koordinasi di awal bulan Januari dilakukan dengan serangkaian pertemuan meeting yaitu multilateral, bilateral dan trilateral meeting antara Bappenas bersama Pemerintahan Pusat (mencakup kementerian dan lembaga teknis, Kantor Staf Presiden) dan Pemerintahan Daerah (Bappeda dan dinas daerah terkait) untuk merumuskan program program Nasional besar yang akan dilakukan di tahun 2017 sesuai dengan tema RKP 2017 yaitu Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatakan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah. Tema RKP 2017 sejalan sengan tema RKP 2016 yaitu Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas. Serangkaian rapat koordinasi yang dilakukan sangat penting dilakukan agar koordinasi pembangunan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat bersinergi serta memastikan dukungan anggaran yang cukup dan tepat. Dalam Rapat koordinasi multilateral, Bilateral dan Trilateral Meeting dalam rangka penyusunan RKP 2017 disampaikan kebijakan pembangunan harus money follow program yang berarti kebijakan anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan money follow function dimana semua tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata. Arahan Presiden lainnya dalam penyusunan RKP 2017 yaitu bahwa setiap menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnnya (tidak boleh pembagian anggaran hanya diserahkan ke Biro Perencanaan), Anggaran negara harus berorientasi pada manfaat untuk rakyat dan pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, serta memangkas program yang memiliki nomenklatur yang tidak jelas manafaatnya kurang langsung tertuju pada rakyat (mencermati nama kegiatan yang ambigu seperti fasilitasi, pemberdayaan, peningkatan kapasitas dan lainnya). Adapun serangkaian rapat koordinasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Tanggal Rapat Koordinasi Agenda Pembahasan 10 Februari Sidang Kabinet Perumusan Tentang Tema, Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan RKP Februari 2016 Rapat Kerja Penyampaian tentang Tema, Arah 4

9 Tanggal Rapat Koordinasi Agenda Pembahasan Kementerian/Lembaga dan Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan Temu Konsultasi Triwulanan RKP 2017 Bappenas-Bappeda Februari 2016 Multilateral Meeting - Pembahasan Prioritas Nasional - Pencapaian kesepakatan terhadap Program dan Kegiatan Prioritas 4-11 Maret 2016 Bilateral Meeting Pencapaian kesepakatan masing-masing K/L terhadap sasaran, program dan kegiatan K/L, indikator sasaran untuk mendukung Program dan Kegiatan Prioritas 5 April 2016 Sidang Kabinet Penetapan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 April 2016 Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) Penyampaian Rancangan Awal RKP TA 2017 dan Pagu Indikatif 2017 (SB MenPPN/Bappenas Menkeu I April s.d Minggu III April 2016 Rangkaian Provinsi Minggu IV April 2016 Musrenbang Nasional Juni awal Juli 2016 Perpres RKP 2017 Musrenbang Penyampaian masing-masing prioritas nasional dalam Rancangan Awal RKP 2017 untuk masing-masing provinsi Proses kerangka penyusunan RKP 2017 mengalami perubahan dari penyusunan RKP Kerangka penyusunan RKP 2017 terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Rencana Awal RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (Januari-Maret) Prinsip Money folow Program yaitu dengan mengamankan alokasi pada prioritas, melakukan efisiensi sebesar 39,1 T (implikasi 61 dari 87 K/L alokasi non operasionalnya turun dari APBN 2016), serta memanfaatkan efisiensi dan tambahan belanja untuk belanja prioritas yang sesuai dengan tema RKP Hal yang perlu diperkuat dalam proses ini adalah mensortir program/kegiatan prioritas yang masih terlalu banyak, serta melakukan integrasi mendalam berbagai sumber pendanaan K/L, Subsidi/PSO, Hibah, DAK, Dana Desa, dan pembiayaan BUMN). Selain itu perlu dilakukan pembahasan mendetail untuk kesiapan proyek. Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi secara umum mempunyai tugas dan fungsi dalam kewenangan pusat, oleh karena itu proses penyusunan program dan anggaran pembangunan tidak terlalu terlibat dengan alokasi anggaran antara lain Subsidi, PSO, Hibah, DAK, Dana Desa dan pembiayaan BUMN. 5

10 2. Penajaman Rancangan RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (maret-juni) Pada Tahapan ini dilakukan penajaman program/kegiatan prioritas (termasuk penyederhanaan nomenklatur) yang memfokuskan pada kegiatan yang berdampak signifikan bagi pencapaian sasaran pembangunan serta pada kegiatan yang dapat diselesaikan pada masa periode kabinet kerja. Proses integrasi juga dilakukan pada sumber sumber pendanaan antara lain belanja K/L, Subsidi/PSO, hibah, DAK, Dana Desa dan Pembiayaan BUMN. Proses penajaman juga akan membahas detail kesiapan pelaksanaan proyek yang meliputi Lahan, Detail Engineering dan Design (DED). Penajaman rancangan RKP dan Pagu indikatif tersebut dilakukan melalui: Multilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait) Bilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait (K/L non K/L) Trilateral Meeting (Bappenas, Kemkeu dan K/L) Rangkaian Musrenbang (Bappenas, K/L dan Pemerintah Daerah) 3. Perpres RKP dan Penyiapan Nota Keuangan/RAPBN 2017 (juli-agustus) Tahap terakhir adalah finalisasi dokumen RKP baik narasi dan lampiran program/kegiatan nasional serta alokasi anggaran tahun 2017 dan estimasi kebutuhan anggaran di tahun selanjutnya. Hasil Koordinasi Multilateral, Bilateral, Trilateral dan rangkaian musrenbang yang telah dilakukan telah menghasilkan Dokumen RKP 2017 yang memuat pada Buku Utama terdiri dari Pendahuluan; Tema dan Sasaran Pembangunan Nasional; Prioritas Pembangunan Nasional; Pembangunan Bidang serta bagian yang memuat Kerangka Ekonoi Makro, Arah Pengembangan Wilayah dan Pendanaan Pembangunan. Dimensi pembanhunan dalam dokumen RKP 2017 dapat dijabarkan sebagai berikut: A. Pembangunan Manusia dan Masyarakat Pembangunan Manusia dan Masyarakat meliputi pembahasan terkait revolusi mental, Kesehatan, Pendidikan. Kebijakan utama dalam pembangunan manusia dan masyarakat yaitu: - pengarustamaan revolusi mental dalam setiap prioritas dan kegiatan pembangunan - Mempertahankan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing 20% APBN dan 5 % APBN (kebijakan pokok antara lain distribusi guru yang merata yang sekaligus akan mengendalikan biaya gaji dan tunjangan guru yang saat ini sudah sekitar separuh anggaran pendidikan - Melanjutkan pembangunan perumahan yang sudah dimulai di APBN P 2015 dengan program sejuta rumah Sedangkan arah kebijakan dalam pembangunan revolusi mental mencakup arah kebijakan di bidang penegakan hokum dan kelembaan politik; Reformasi Birokrasi Pemerintahan; Peningkatan Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa; Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa; Penguatan Daya Rekat Sosial dalam Kemajemukan. 6

11 B. Pembangunan Sektor Unggulan Penekanan sektor unggulan sudah dimulai sejak APBN-P 2015 yaitu meliputi kebijakan untuk pembangunan di bidang kedaulatan pangan, kedaulatan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pengembangan kawasan pariwisata dan industri. Arah kebijakan pembangunan sektor unggulan ini antara lain untuk peningkatan produksi energi primer, peningkatan cadangan penyangga dan operasional energi, peningkatan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi, peningkatan aksesibilitas dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi. C. Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan Dokumen RKP 2017 memuat pembangunan pemerataan dan kewilayahan terkait dengan pengelompokan bidang Antar Kelompok Pendapatan, Reforma Agraria, Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Desa dan Kawasan Pendesaan, Perkotaan dan Konektivitas. Kebijakan terkait pembangunan pemerataan dan kewilayahan ini antara lain: - Pencapaian pemerataan pendapatan antarkelompok penduduk perlu dilakukan secara terintegrasi dengan cara memutus siklus ketimpangan antargenerasi - Menjamin peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin dalam kondisi perekonomian yang masih tumbuh antara 5-6% melalui peningkatan penerima Bantuan Tunai Bersyarat dalam RKP 2017 dan mempertahankan dukungan unuk mengurangi beban penduduk miskin dan rentan. - Reforma agraria ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian hak milik atas tanah yang meliputi redistribusi tanah dan legalisasi aset redistribusi tanah seiring dengan meningkatnya Kepastian Hukum Hak Atas Tanah. - Pembangunan kawasan perbatasan difokuskan pada 2 (dua) sasaran pembangunan yaitu meningkatkan pertahanan dan keamanan serta pengembangan pusat ekonomi perbatasan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. - Pengurangan kesenjangan secara tegas diamanatkan Nawacita ke tiga dengan membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa serta pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan Indonesia (Indonesia sentris) lebih diutamakan dibandingkan pembangunan di Jawa (Jawa Sentris), walaupun RoI lebih tinggi di Jawa. Pendulum pembangunan harus banyak bergerak ke luar Jawa. - Menekankan konektivitas antar wilayah dalam RKP 2017 pada penyelesaiaan proyek-proyek yang akan menurunkan biaya logistik dan mendukung pembangunan kawasan. D. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam) merupakan kondisi perlu dalam dokumen RKP Hal hal utama yang menjadi sasaran utama dalam Pembangunan Polhukhankam yaitu: 7

12 - Memenuhi secara bertahap Minimum Essential Forces dengan peran industri pertahanan dalam negeri yang makin meningkat - Memantapkan kepastian dan penegakan hukum - Memantapkan reformasi birokrasi - Memantapkan konsolidasi demokrasi melalui penguatan aspek-aspek demokrasi termasuk komunikasi dan informasi publik serta menguatkan efektivitas diplomasi dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan, perlindungan WNI/BHI, pelaksanaan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular Pembangunan bidang Polhukhankam terbagi yaitu Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi Sasaran dan Arah Kebijakan; Stabilitas Keamanan dan Ketertiban; Kepastian dan Penegakan Hukum; Reformasi Birokrasi. Adapun pelaksanaan koordinasi sekaligus penguatan demokrasi yang dilakukan guna penyusunan RKP 2017 oleh Direktorat Politik dan Komunikasi masuk dalam pembangunan bidang Kondisi Perlu. Hasil pembahasan dan diskusi penyusunan RKP 2017 menghasulkan sasaran utama terkait Indeks Demokrasi Indonesia, target penyelesaian sengketa informasi publik, dan berkurangnya konflik berlatar belakang isu SARA. Sasaran tersebut dapat diamati dalam tabel sasaran pembangunan kondisi perlu dibawah ini: Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam No Sasaran Indeks Demokrasi Indonesia 73, ,3 74, Penyelesaian sengketa informasi publik 3. Berkurangnya jumlah konflik berlatar belakang isu SARA 4. Persentase peningkatan daya tangkal masyarakat dari pengaruh radikal teroris 5. Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional 60% 60% 70% 80% 90% <5 <5 <5 <5 <5 n.a 30% 40% 50% 60% 89% 89% 89% 89% 89% Pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi merupakan hasil pembahasan penyusunan RKP yang disusun oleh Direktorat Politik dan Komunikasi. Arah kebijakan dalam pembangunan konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi yaitu meliputi: peningkatan kualitas lembaga demokrasi dan hak-hak politik, serta kebebasan sipil; Peningkatan efektivitas penanggulangan konflik kekerasan dan ancaman terorisme; Peningkatan akses dan kualitas informasi publik; Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan; Perlindungan WNI/BHI di luar negeri; Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama 8

13 pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular; Pemantapan peran di ASEAN dan efektivitas politik luar negeri yang bebas aktif. Berikut adalah hasil penyusunan RKP untuk konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Demokrasi yang mempunyai 9 program prioritas yaitu penguatan lembaga demokrasi; peningkatan akses dan kualitas informasi publik, pemenuhan kebebasan sipil dan hak hak politik, pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan terorisme, pemeliharaan stabilitas keamanan kawasn, perlindungan WNI/BHI di luar negeri, penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan, pemantapan peran di ASEAN, serta penguatan diplomasi soft power. Ilustrasi dibawah ini merupakan Kementerian/Lembaga terkait yang mempunyai kontribusi dalam pelaksanaan program prioritas tersebut. Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi E. Pembangunan Ekonomi Dokumen RKP menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai 5,6 5,9 persen di tahun Asumsi ini didasari oleh sisi penawaran yaitu Pemulihan ekonomi global baik di AS dan Uni Eropa mendorong pertumbuhan ekspor hingga mencapai 4,5 5,0 persen terutama ekspor produk nonmigas; Membaiknya iklim investasi dan peluang pasar domestik yang luas mendorong investasi tumbuh 6,0-6,6 persen ; Tingkat inflasi yang stabil di kisaran 4,0 persen akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya akan mendorong konsumsi masyarakat tumbuh 5,4-5,5 persen; Konsumsi pemerintah tumbuh 6,7 9

14 persen yang didorong oleh penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas dengan program-program pembangunan yang semakin efisien. Selain itu asumsi penawaran dari industri pengolahan yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,0-6,5 % dengan investasi tahun 2017 yang diperkirakan akan sebesar triliun yang disumbang oleh investasi pemerintah dan investasi masyarakat sebesar 11,3 persen dan 88,7 persen. F. Pembangunan Bidang Lainnya Pembangunan Bidang Lainnya adalah merupakan pembangun bidang yang masih terkait dan merupakan pendukung dari pembangunan nasional prioritas yang terkait dengan pembahasan pembangunan nasional yang sebelumnya sudah dijelaskan baik terkait pembangunan manusia, sektor unggulan, pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan pembangunan Polhukhankam, pembangunan ekonomi. G. Kerangka Ekonomi Makro, Arah Pengembangan Wilayah dan Pendanaan Pembangunan. Alokasi pada prioritas pembangunan nasional terbagi dalam 6 prioritas nasional yang dapat terlihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional No Prioritas Nasional SELISIH 1 Pembangunan Pariwisata , , ,1 2 Pelayanan Pendidikan , , ,4 3 Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK) , , ,9 4 Pelayanan Kesehatan , , ,7 5 Antar Kelompok pendapatan , , ,6 6 DaerahTertinggal , , ,9 15 PRIORITAS LAINNYA , , ,4 TOTAL , , ,0 10

15 Adapun distribusi pemanfaatan tambahan lokasi yaitu pembangunan pariwisata 26,8%, pendidikan 21,8 %, Percepatan Pertumbuhan industri dan KEK 19,9 %, Kesehatan 18,5 %, Antar Kelompok Pendapatan 17,0%, Daerah Tertinggal 14,5% dan Lainnya 57,8 %. DAERAH TERTINGGAL 14,5% LAINNYA 57,8% PEMBANGUNAN PARIWISATA 26,8% PENDIDIKAN 21,8% ANTAR KELOMPOK PENDAPATAN 17,0% KESEHATAN 18,5% PERCEPATAN PERTUMBUHAN INDUSTRI & KEK 19,9% Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi Dalam penyusunan RKP 2017 khususnya pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi telah dilaksanakan serangkaian koordinasi baik multilateral meeting, bilateral meeting serta trilateral meeting yang dihadiri oleh Bappenas, Kemenkeu serta kementerian teknis terkait. Pembahasan selanjutnya adalah hasil catatan penting dari trilateral meeting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Politik dan Komunikasi bersama mitra kerja Penyusunan RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam Negeri (Trilateral Meeting) Penyusunan RKP Sub Bidang Politik Dalam Negeri adalah Konsolidasi Demokrasi dengan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia. RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam Negeri terdiri dari 3 Program Prioritas yaitu Penguatan Lembaga Demokrasi, Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak-Hak Politik, Pencegahan Konflik Sosial Politik dan Penanggulangan Terorisme. Hasil pembahasan Multilateral, Bilateral dan Trilateral meeting disepakati untuk ketiga program prioritas ini mempuyai kegiatan prioritas antara lain: Penguatan kelembagaan penyelenggara pemilu; Peningkatan peran parpol melalui bantuan keuangan parpol; Revisi UU Kepemiluan; Peningkatan Hak Memilih dan Dipilih Kelompok Marjinal; 11

16 Pengawasan Partisipatif Masyarakat terhadap Pemilu; Pusat Pendidikan Pemilih; Peningkatan Peran Forum-Forum Dialog Masyarakat; Pemantapan Wawasan Kebangsaan dan Karakter bangsa di Kalangan Aparatur Negara Melalui Pelaksanaan Renaksi; Peningkatan Peran Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK); Penguatan Tim Terpadu Penanganan Konflik; Peningkatan Upaya Deradikalisasi dan Kontra Radikal Terorisme; Peningkatan Penegakan Hukum pada Organisasi Terorisme. Adapun Pengeleompon kegiatan prioritas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi Tabel 2.4 Kegiatan Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi 12

17 Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik 13

18 Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme Tabel 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme 14

19 Adapun Hasil Pertemuan Trilateral Meeting Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi Sub Direktorat Politik Dalam Negeri telah dilakukan dengan BNPT, Ditjen Polpum (Kemendagri), KPU, Bawaslu, Kemenkopolhukam di awal Tahun pada bulan Maret- Juni Direktorat Jenderal Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 membahas seluruh program/kegiatan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam negeri guna disesuaikan dengan norma dan standar. Dalam pembahasan Trilateral meeting Ditjen Polpum mengusulkan adanya tambahan anggaran sebesar 8.96 Triliun yang akan dialokasikan untuk pendanaan urusan pemerintahan umum pada Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun; Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar. Tabel 2.7 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum) Program Pembinaan Politik dan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum Catatan Ditjen Polpum mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp.8,96 Kementerian Trilyun, yang akan dialokasikan untuk: Dalam Negeri a. Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun. b. Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan Catatan Kementerian PPN/Bappenas: dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar. 1. Semua usulan tersebut harus dikaitkan dukungan terhadap pencapaian target Prioritas Nasional; 2. Memperhatikan kemampuan fiskal Negara; 3. Mempertimbangkan kesesuaian dengan kewenangan dan Tusi Kemendagri (merupakan kewenangan Pusat); 4. Memperhatikan kesiapan pelaksanaan; 5. Terkait dengan pembangunan sarpras Kementerian PPN/Bappenas meminta agar dikoordinasikan dengan Kemenkeu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kebijakan moratorium pembangunan gedung baru; 15

20 Catatan Kementerian Keuangan: 1. Usulan agar mempertimbangkan tupoksi dan skala prioritas penggunaan anggaran disertai justifikasi urgensinya dengan memperhatikan kemampuan penyerapan serta pelaksanaan kegiatan; 2. Semua pengusulan harus mempertimbangkan kemampuan fiskal Negara, kesiapan pelaksanaan (kapasitas sumber daya yang tersedia). 3. Usulan Kemendagri dipertimbangkan setelah dasar hukum ditetapkan. Badan Nasional Pemberantasan Terorisme Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 membahas seluruh program/kegiatan BNPT guna disesuaikan dengan norma dan standar. Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting tersebut antara lain: 1. Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar 441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017, BNPT mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah. Tambahan anggaran sebesar 63 miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas Nasional sebagai berikut: Program Kegiatan Program Penanggulangan Terorisme (BAGIAN ANGGARAN 113) Kegiatan Bidang Pencegahan (5096) Kegiatan Bidang Penindakan (5097) Kegiatan Bidang Kerjasama Internasional (5098) Kegiatan Dukungan Adminsitrasi dan SDM (5099) Rancangan Pagu Indikatif (dlm juta Rp) Tambahan Alokasi (dlm juta rupiah) Alokasi Pagu Indikatif (dlm juta rupiah) 441,992 63, , ,498 25, , ,817 31, ,417 40,048 7,000 47,048 89,514-89, Penambahan alokasi anggaran tersebut berimplikasi pada kegiatan pencegahan terorisme, kegiatan penindakan terorisme, dan kegiatan kerjasama internasional. 16

21 No Program/Kegiatan/Indikator Semula Menjadi Target Alokasi Target Alokasi Program Penanggulangan Terorisme 1. Kegiatan Pencegahan Terorisme a. Jumlah Operasi Intelijen Pencegahan dan Kontra Propaganda b. Jumlah napi teroris, mantan napi, mantan teroris, keluarga dan jaringannya serta perorangan dan kelompok yang berpotensi radikal yang meninggalkan ideologi radikal dan aksi kekerasan 2. Kegiatan Penindakan Terorisme a. Jumlah operasi penindakan, operasi intelijen, dan penyiapan satuan dalam kesiapsiagaan nasional b. Jumlah fasilitasi dan koordinasi perlindungan terhadap aparat penegak hukum dan saksi serta korban dalam penanganan perkara tindak pidana terorisme 3 Kegiatan Kerjasama Internasional a. Jumlah laporan pengembangan jejaring intelijen, monitoring dan analisa perkembangan terorisme internasional, diplomasi, sharing informasi dan kesepakatan dengan negara mitra kerja 19 Operasi 500 Orang 81 Operasi 10 Dokumen 6 Laporan , Operasi , Orang , Operasi 6.329, Dokumen ,900 9 Laporan , , , , ,900 17

22 Tabel 2.8 Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN Kerangka Pendanaan 1 Konfirmasi Norma dan Standar Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar 2 Kebutuhan Tambahan Mendesak 3 Dukungan Sumber pendanaan lainnya 4 Hal lainnya (jika diperlukan/ sesuai dengan kebutuhan) - Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar 441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017, BNPT mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah. Tambahan anggaran sebesar 63 miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas Nasional sebagai berikut : PROGRAM / KEGIATAN PROGRAM PENANGGULAN GAN TERORISME (BAGIAN ANGGARAN 113) Kegiatan Bidang Pencegahan (5096) Kegiatan Bidang Penindakan (5097) Kegiatan Bidang Kerjasama Internasional (5098) Kegiatan Dukungan Adminsitrasi dan SDM (5099) RANCANGAN PAGU INDIKATIF (dlm juta Rp) TAMBAHAN ALOKASI (dlm juta rupiah) ALOKASI PAGU INDIKATIF (dlm juta rupiah) 441,992 63, , ,498 25, , ,817 31, ,417 40,048 7,000 47,048 89,514-89,514 - Penambahan alokasi anggaran ini memberikan konsekuensi pada perubahan target indicator masing-masing kegiatan, sebagai berikut : 18

23 NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN Semula Menjadi N Program/Kegiatan Target Alokasi Target Alokasi o /Indikator Program Penanggulangan Terorisme 1 Kegiatan Pencegahan Terorisme a a. Jumlah Operasi , ,6 Intelijen Pencegahan Operasi 64 Operasi 64 dan Kontra Propaganda b Jumlah napi teroris, , ,2 mantan napi, mantan teroris, keluarga dan Orang 97 Orang 97 jaringannya serta perorangan dan kelompok yang berpotensi radikal yang meninggalkan ideologi radikal dan aksi kekerasan 2 Kegiatan Penindakan Terorisme a Jumlah operasi , , penindakan, operasi Operasi 000 Operasi 000 intelijen, dan penyiapan satuan dalam kesiapsiagaan nasional b Jumlah fasilitasi dan koordinasi perlindungan terhadap aparat penegak hukum dan saksi serta korban 10 Dokum en 6.329, Dokum en ,7 33 dalam penanganan perkara tindak pidana terorisme 3 Kegiatan Kerjasama Internasional a Jumlah laporan , ,9 pengembangan Lapora 00 Lapora 00 jejaring intelijen, n n monitoring dan analisa perkembangan terorisme internasional, diplomasi, sharing informasi dan kesepakatan dengan negara mitra kerja - Disepakati untuk melakukan realokasi anggaran dari Belanja Non Operasional ke Belanja Operasional sebesar 16,82 Milyar untuk pemenuhan kebutuhan layanan perkantoran yaitu untuk keperluan sebagai berikut : - Pembiayaan sewa gedung kantor BNPT di Jakarta sebesar 16,82 Milyar 19

24 NO POKOK BAHASAN KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN - CATATAN PEMBAHASAN Komisi Pemilihan Umum Hasil pembahasan Trilateral Meeting KPU yang utama adalah kebutuhan tambahan anggaran mendesak untuk pemilukada serentak tahun 2017 dan tahapan pemilukada 2018, serta Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017 yang masih membutuhkan tambahan anggaran sebesar 100 Miliar. Berikut Pembahasan trilateral meeting KPU terkait program/kegiatan yang masih membutuhkan tambahan anggaran: 1. Pemilukada Serentak Tahun 2017 dan Tahapan Pemilukada Alokasi anggaran Non Operasional KPU berdasarkan Rancangan PI Tahun 2017 sebesar Rp ,6 juta belum termasuk untuk memenuhi kebutuhan anggaran Pemilukada Serentak Tahun Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 8 Penyelenggaraan Pemilihan/Pilkada menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. Sedangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tanggal 18 Maret 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang pada Pasal 8 Penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dan Pasal 10A KPU memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Pemilihan oleh KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, dan petugas pemutakhiran data Pemilih - Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, KPU dalam Pemilukada mempunyai tugas dan wewenang untuk (a) menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah; (b) mengkoordinasi dan memantau tahapan Pemilihan; (c) melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemilihan; (d) menerima laporan hasil Pemilihan dari KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota; (e) memfasilitasi pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam melanjutkan tahapan pelaksanaan Pemilihan jika Provinsi, Kabupaten, dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan Pemilihan secara berjenjang; dan (f) melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undanga tugas untuk supervisi dan monitoring serta pengawasan kegiatan Pilkada Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, alokasi anggaran yang diperlukan KPU untuk Supervisi dan monitoring Pemilukada Serentak Tahun 2017 pada 101 Satker (7 Prov dan 104 Kabupaten/Kota) adalah sebesar Rp 150 Milyar (Pilkada 2017 sebesar Rp ,- ; Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp

25 Tabel 2.9 Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15 Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan. 1 Pelaporan Dana Hibah Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota Tahun Penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun Perhitungan Suara Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa Konsultan Hukum 7 Pelaksanaan Komunitas Peduli Pemilu pelaksanaan Pemilihan Serentak Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring pemilihan JUMLAH Tabel 2.10 Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp Penyusunan dan bimtek Pedoman Pengelolaan Dana Hibah Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota Tahun Penyusunan dan bimbingan Teknis Standar Kebutuhan Barang dan Jasa serta Honorarium Pilkada Penyusunan Program, Anggaran dan Bimtek Tata Cara Revisi Anggaran Hibah Pemilihan 4 Pengelolaan dan penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun Bimbingan Teknis Tata Cara Perhitungan Suara Pemilihan Gubernur/ Bupati/ Walikota Tahun Pemungutan suara secara elektronik/ti : Bimtek Operator, IT dan Pelaksanaan Tabulasi Penghitungan Suara Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun 2017 bekerjasama dengan BPKP Bimtek penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa Konsultan Hukum 10 Pembentukan Relawan Demokrasi pelaksanaan Pemilihan 21

26 Serentak Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan Pemilihan JUMLAH Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017 KPU meminta tambahan anggaran untuk kebutuhan sosialisasi pemilukada serentak tahun Sosialiasi ini diperlukan agar pelaksanaan pemilukada berjalan efektif dan lancer serta tingkat partisipasi masyarakat sesuai dengan target RPJMN yaitu 77%. Adapun tabel usulan tambahan anggaran tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.11 Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak 1 Pembentukan Rumah Pintar Pemilu Riset Tingkat Partisipasi Masyarakat Pengembangan Komunitas Peduli Pemilu Fasilitasi Kegiatan Partisipasi Masyarakat Pemilu Kerjasama Dengan LSM/Ormas Penggalangan Partisipasi Pemilih Melalui Aktivitas Massal (Sosial, Budaya dan Keagamaan) dalam Pilkada Penggalangan Relawan Demokrasi dalam Pilkada 8 Fasilitasi Pemantau, Lembaga Survey, Hitung Cepat Pilkada 9 Penayangan Iklan Advertorial/Iklan Layanan Masyarakat di media cetak dan elektronik Penerbitan Bahan Informasi dan bahan sosialisasi Pilkada Peliputan, pemberitaan dan dokumentasi Pilkada Penerbitan Majalah dan Jurnal KPU JUMLAH

27 Badan Pengawas Pemilu Hasil pembahasan Trilateral Meeting antara Bappenas, Kemenkeu dan Bawaslu RKP 2017 yang utama antara lain mengenai usulan tambahan anggaran dengan pertimbangan adanya peningkatan kegiatan Bawaslu di tahun Adapun catatan penting dari pembahasan trilateral Meeting tersebut antara lain: 1. Terkait dengan keterbatasan jumlah pegawai ASN di Bawaslu dan meningkatnya kegiatan pada Tahun 2017 sebagai konsekuensi dari tahapan Pemilu Tahun 2019 dan Pilkada Serentak Tahun 2018, maka diperlukan penambahan tenaga pendukung sehingga Bawaslu mengusulkan untuk menambah belanja operasional pegawai dan belanja barang. Dalam tahapan Pemilu 2019 dan Pilkada 2018 yang bersamaan dengan tahapan dan pelaksanaan Pilkada 2017, karena keterbatasan ASN di lingkup Sekretariat Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Panwas Kab/kota diperlukan penambahan tenaga pendukung untuk mendukung kegiatan tahapan Pemilu dan Pilkada tersebut dimana kebutuhan Bawaslu RI sebanyak 80 orang (kebutuhan sebear 3,36 Miliar) dan kebutuhan Bawaslu Provinsi sebesar 34 orang (kebutuhan anggara sebesar 12,240 Miliar). 2. Kebutuhan operasional untuk perekrutan Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi di 33 Provinsi yang masa jabatannya akan berakhir di tahun 2017, belum terakomodasi kepada usulan baseline Bawaslu kepada DJA.Anggaran yang diperlukan dalam perekrutan Bawaslu Provinsi yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 yaitu: 25 Provinsi x Rp ,- = Rp ,-. 3. Pelaksanaan kegiatan dalam mendukung penyelenggaraan pengawasan Pemilu Tahun 2019 yang tahapannya dimulai tahun Perkiraan anggaran dukungan tahapan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 berdasarkan alokasi pagu penyelenggaraan Pileg dan Pilpres Tahun 2014 sebesar Rp untuk memenuhi kebutuhan: Pembentukan Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam, PPL, Pengawas TPS, dan PPLN; Honorarium dan operasional perkantoran lembaga ad-hoc; Penguatan kapasitas aparatur Panwas dan sekretariat baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta PPLN; Pengawasan Tahapan Pileg baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta PPLN; Sosialisasi/pengawasan partisipatif dalam rangka pileg dan pilpres; Advokasi hukum; Musyawarah Penyelesaian Sengketa; Kegiatan Sentra Gakkumdu; Penegakan kode etik penyelenggara Pemilu. 4. Pembinaan dan supervisi Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun Dalam rangka penguatan kapasitas aparatur Pengawas dan sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi pelaksanaan Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun 2018 dibutuhkan anggaran sebesar Rp Berdasarkan rancangan Undang-Undang Pilkada, terdapat amanat untuk penguatan peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran Pilkada. Oleh karena itu dalam mendukung ini akan dilakukan peningkatan kapasitas aparatur Pengawas dan sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi pelaksanaan 23

28 Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun Terkait dengan kegiatan pengembangan dan sosialisasi pengawasan Pemilu partisipatif, Bawaslu RI masih menunggu perkembangan dari revisi UU Penyelengara Pemilu yang kemungkinan akan digabung menjadi Kitab UU Pemilu. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Alokasi belanja prioritas KemenkoPolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN sebesar 118,2M. KemenkoPolhukam perlu memperhitungkan capaian target indikator pelaksanaan kegiatan prioritas dengan alokasi anggaran yang ada. Adapun tugas dan fungsi Kemenkopolhukam mendukung sasaran utama antara lain: 1) Penguatan lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi bagi penguatan dan pembentukan regulasi terkait pelaksanaan pemilu dan pilkada langsung serentak, serta mendorong percepatan pembentukan Pusat Pendidikan Pemilih dan pengawasan pemilu yang partisipatif; 2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas setelah terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi terkait ormas; 3)Pemantapan kelembagaan penanganan konflik sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; 4)Pemantapan pelaksanaan keterbukaan informasi publik secara konsisten pada semua badan publik di pusat maupun daerah; 5) Penataan regulasi untuk memperkuat upaya penanggulangan terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi penanggulangan terorisme. Adapun pembahasan Trilateral Meeting dapat dilihat dibawah ini: Tabel 2.12 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan Kemenko Polhukam (1) (2) (3) (4) (5) 1. Belanja Operasional Belanja operasional terkait pegawai dan barang adalah hal utama yang mesti dicukupi sebelum memperhitungkan hal lainnya. Belanja operasional harus dapat dipenuhi secara on top, tidak mengandalkan realokasi dari belanja prioritas. Hal ini yang seharusnya menjadi pegangan setiap kementerian/lembaga Peningkatan tunjangan kinerja, setiap tahun akan otomatis dihitung dan dikeluarkan setelah ada cadangan sisa anggaran dari Kemenkeu yang akan di Perpreskan kemudian Belanja Operasional KemenkoPolhukam berdasar PI 2016 adalah Belanja Pegawai Rp ,- Alokasi anggaran Belanja Pegawai Operasional untuk Kemenko Polhukam pada PI 2016 sebesar Rp ,-. Terdiri dari Kemenko Polhukam sebesar Rp , Kompolnas sebesar Rp , Komjak sebesar Rp ,- dan Bakamla sebesar Rp ,- Sedangkan proyeksi kebutuhan belanja 24

29 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan (1) (2) (3) (4) (5) Permasalahan di Bakorkamla terkait belanja pegawai adalah pada tahun sebelumnya dihitung masih menjadi CPNS, di tahun depannya sudah menjadi PNS (pengalihan status), dan setelah dihitung kembali hasilnya naik 2,5M Selisih perhitungan sebanyak 2,5M karena peralihan status kepegawaian yang belum terakomodasikan, seharusnya menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya. (meliputi: Gaji dan tunjangan sebesar Rp ,-; Tunjangan kinerja sebesar Rp ,-; Uang makan dan uang lembur sebesar Rp ,-) dan Belanja Barang Rp ,- (untuk Biaya pemeliharaan Gedung dan Bangunan; Biaya pemeliharaan Peralatan dan Mesin; Langganan Daya dan Jasa, dan lain-lain), serta Belanja nonoperasional berkarakteristrik operasional tidak ada. Belum ada kesepakatan tentang besaran anggaran untuk belanja pegawai, apabila kebutuhannya melebihi PI yang ada maka bisa refocusing atau diusulkan sebagai usulan tambahan. KemenkoPolhukam perlu untuk menyampaikan kebutuhan riil belanja pegawainya untuk dapat diakomodasi dalam Pagu Anggaran. Kemenko Polhukam pegawai operasional sebesar Rp ,-. Pada alokasi anggaran belanja barang operasional untuk Kemenko Polhukam pada PI 2016 sebesar Rp Terdiri dari Kemenko Polhukam sebesar Rp , Kompolnas sebesar Rp , Komjak sebesar Rp ,- dan Bakamla sebesar Rp ,- Sedangkan proyeksi kebutuhan belanja barang operasional sebesar Rp ,- Sehingga terdapat kekurangan belanja pegawai sebesar Rp ,-. Proyeksi penambahan belanja operasional pegawai untuk menindaklanjuti rencana kebijakan kenaikan tunjangan kinerja di Satker Kemenko Polhukam dan Kekurangan belanja barang operasional sebesar Rp pada satker Kemenko Polhukam. Harapan Kemenkopolhukam terkait remunerasi ini, 25

30 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan Kemenko Polhukam (1) (2) (3) (4) (5) tidak dilakukan dengan refocusing dengan memotong anggaran dari kegiatan-kegiatan lain, agar pekerjaan Kemenkopolhukam menjadi maksimal 2. Belanja untuk Prioritas Alokasi anggaran belanja untuk prioritas KemenkoPolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN sebesar 118,2M. KemenkoPolhukam perlu memperhitungkan capaian target indikator pelaksanaan kegiatan prioritas dengan alokasi anggaran yang ada. Apabila dengan alokasi anggaran yang ada, dirasa belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan maka KemenkoPolhukam dapat mengajukan usulan tambahan anggaran Berikut adalah langkah perkuatan sasaran utama TA sesuai RPJMN , yaitu: (1) Penguatan lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi bagi Berdasarkan PI 2016, Belanja Non Operasional KemenkoPolhukam sebesar Rp ,- Sisa cadangan anggaran TA, 2016 sebesar 19,3 Triliun. Sisa ini diperhitungkan untuk mengakomodasi hasil Musrenbang yang baru saja dilaksanakan. Jika Kemenkopolhukam mempunyai program prioritas yang sangat penting, maka bisa diusulkan untuk mendapatkan alokasi tambahan anggaran Pagu Indikatif ini belum final kecuali untuk 001 dan 002 yang sudah tidak boleh diganggu gugat kembali. Namun, untuk program prioritas dapat dilakukan refocusing dengan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan prioritas dan mengurangi program lainnya yang tidak menjadi prioritas. Terkait dengan belanja prioritas KemenkoPolhukam telah menyesuaikan dengan RPJMN dan Nawa Cita, dengan isu strategis bidang polhukam, yaitu: (1) Kepastian dan Penegakkan Hukum; (2) Keamanan dan Ketertiban; (3) Politik dan Demokrasi; (4) Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KemenkoPolhukam lebih banyak bersifat rapat koordinasi dan kunjungan ke daerah, karena memang kondisinya memerlukan hal tersebut. Hal ini karena banyak permasalahanpermasalahan di lapangan yang membutuhkan penyelesaian langsung. Walaupun K/L teknis menanganinya, Kemenko juga 26

31 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan (1) (2) (3) (4) (5) penguatan dan pembentukan regulasi terkait pelaksanaan pemilu dan pilkada langsung serentak, serta mendorong percepatan pembentukan Pusat Pendidikan Pemilih dan pengawasan pemilu yang partisipatif; (2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas setelah terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi terkait ormas; (3) Pemantapan kelembagaan penanganan konflik sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Kemenko Polhukam mempunyai tugas untuk mengetahui permasalahan sebenarnya di lapangan, terutama terkait perbatasan sesuai dengan fokus Nawa Cita Presiden Jokowi. Pengurangan alokasi anggaran akan berpengaruh terhadap penyelesaian masalah bidang polhukam. Di Kemenko Polhukam, kegiatankegiatan yang sifatnya adhoc juga sering terjadi dan ini perlu anggaran. Padahal kegiatan dimaksud belum dialokasikan di dokumen anggaran. 27

32 No. Lingkup Kementerian Kementerian Kemenko Pembahasan PPN/Bappenas Keuangan Polhukam (1) (2) (3) (4) (5) Penanganan Konflik Sosial; (4) Pemantapan pelaksanaan keterbukaan informasi publik secara konsisten pada semua badan publik di pusat maupun daerah; (5) Penataan regulasi untuk memperkuat upaya penanggulangan terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi penanggulangan terorisme. 3. Usulan Kebutuhan Tambahan Pendanaan Usulan tambahan anggaran oleh K/L harus diperkuat dengan dasar dari RPJMN dan Nawa Cita, sehingga jika memang dasar substansi dan dasar hukum pelaksanaanya kuat, maka kita tegaskan di catatan Trilateral Meeting ini, untuk nantinya akan dibawa ke forum yang lebih tinggi, yaitu sidang kabinet dan pada akhirnya sidang DPR untuk Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam forum trilateral meeting. Pagu Indikatif bersifat ancar-ancar sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja K/L. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan KemenkoPolhukam mengusulkan tambahan alokasi anggaran sebagai berikut : 1. Belanja operasional, meliputi : - Rencana kenaikan tunjangan kinerja satker Kemenko Polhukam sebesar Rp ,- - Kekurangan 28

33 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan (1) (2) (3) (4) (5) RAPBN. Untuk itu wajib dialokasikan, pimpinan di Kemenko merupakan ancarancar dapat mengirim surat dan bersifat ke Menteri Keuangan indikatif, sehingga agar usulan dimungkinkan untuk tambahan anggaran dilakukan pergeseran dari Trilateral antarprogram Meeting ini dapat segera disesuaikan. Terkait dengan wilayah perbatasan, hal ini juga ada K/L yang khusus menangani permasalahan ini yaitu BNPP. BNPP kemungkinan juga sudah mempunyai target untuk menjawab permasalahan tersebut. Harapannya, Kemenkopolhukam dapat melakukan koordinasi dengan BNPP untuk menajamkan prioritas program yang akan dilakukan BNPP di daerah perbatasan. Sebenarnya, setiap tahun sudah ada penghematan terhadap perjalanan dinas. Namun, kebijakan ini adalah kebijakan top down langsung dari Presiden melalui Inpres dan Permenpan yang berdampak langsung ke seluruh K/L. Hal ini menganggu kinerja penyerapan APBN dan penghitungan APBN-P 2015, terutama untuk K/L yang besar-besar seperti KemenPU dan Kemendagri yang Kemenko Polhukam belanja operasional Bakamla sebesar Rp , - 2. Belanja Prioritas, meliputi : - Kegiatan Koordinasi Pembinaan Keamanan dan Kerja Sama Keamanan (Indeks Keamanan Dalam Negeri), sebesar Rp , - - Kegiatan Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara mengusulkan tambahan Rp , - - Kegiatan Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan mengusulkan tambahan Rp , - Usulan penambahan anggaran lainnya adalah terkait intelijen Negara. Khususnya, dengan 29

34 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan (1) (2) (3) (4) (5) mempunyai kantorkantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. 4. Program Tematik Dasar hukum sangatlah penting untuk mendapatkan tambahan usulan anggaran, seperti Inpres dan Perpres. Biasanya, pertimbangan kami akan lebih dalam jika terlampir dasar hukum pelaksanaan tersebut Kemenko Polhukam kegiatan-kegiatan intelijen di luar negeri. Walaupun, ini dibawah kegiatan Kemenhan dan Mabes TNI, namun harapannya Kemenkopolhukam juga dapat menghadiri forum intelijen tersebut 5. Catatan Lainnya Secara teoritis, Pagu Indikatif TA belum final, oleh karena itu menyesuaikan catatan hasil Trilateral Meeting hari ini. Kemenhan dan TNI memang bukan mitra langsung Ditpolkom, Bappenas. Namun, catatan dari Trilateral Meeting ini akan disampaikan kepada Direktorat lain yang bermitrakan Kemenhan dan TNI. Sehingga, Direktorat terkait dapat mengetahui permasalahanpermasalahan yang muncul di Trilateral Meeting hari ini, terkait dengan K/L yang menjadi mitranya. Pagu Indikatif TA adalah perkiraan berapa/baseline besar jumlah APBN yang akan keluar pada tahun Apabila terdapat halhal yang menjadi prioritas di K/L dan belum tertera di Matrik K/L, maka segera di refocusing penajaman prioritas. Pada saat penghitungan Pagu Indikatif TA sebenarnya ada peningkatan yang cukup dari APBN TA Lampiran 6 disediakan khusus untuk mengakomodasi usulan-usulan tambahan dari K/L dengan mempertajam prioritas programnya dan diusulkan berapa kebutuhan Kemenkopolhukam mempunyai dua Satker yaitu Kemenkopolhukam dan Barkorkamla. Penyerapan anggaran Satker Kemenkopolhukam TA adalah 94%. Penyerapan Satker Bakorkamla secara terpisah adalah 64%, sehingga jika digabung dengan penyerapan anggaran Satker Bakorkamla, menjadi jauh lebih rendah, yaitu 76,51%. Penyerapan Bakorkamla rendah dikarenakan pembelian tanah dan pembangunan gedung tidak dapat dilaksanakan, serta Bakorkamla mendapat pinjaman gedung dari Pemda 30

35 No. Lingkup Pembahasan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Keuangan (1) (2) (3) (4) (5) Harus ada kejelasan anggarannya. DKI. dari BPKP untuk memberikan review Terkait tunjangan persetujuannya kinerja, kami setuju kepada Kemenkeu, dihitung sesuai agar segera dengan prestasi ditindaklanjuti untuk kinerja K/L, namun mengejar waktu yang sekarang kita tinggal terus berjalan ini menunggu sebelum sidang Perpresnya. kabinet. Untuk pemanfaatan dana optimalisasi, Kemenkeu meminta K/L untuk di review terlebih dahulu dari BPKP agar sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Hasil review dari BPKP akan disampaikan ke Kemenkeu, dan jika sudah memenuhi kriteria akan dicairkan dan yang belum sesuai kriteria belum akan dicairkan. Kemenko Polhukam Realisasi anggaran Kemenkopolhukam pada tahun 2014 adalah 77%, namun jika dirinci lebih jauh penyerapan yang rendah terdapat di Satker Bakorkamla yaitu hanya sekitar 63%. Terdapat perbedaan Pagu Indikatif TA dari Surat Bersama Menkeu dan Menteri Bappenas dan exercise DJA Kemenkeu pada slide Trilateral Meeting. Sesuai dengan hasil Trilateral Meeting Bakamla pada tanggal 31 April 2015, penyesuaian penghitungan Belanja Operasional Bakamla pada Bagian Anggaran 034 bahwa alokasi belanja operasional sesuai dengan Pagu Indikatif (Tidak mengusulkan tambahan anggaran pada belanja operasional TA 2016) 31

36 2.1.2 Penyusunan RKP 2016 Sub Bidang Komunikasi dan Informasi Publik (Trilateral Meeting) Hasil penyusunan RKP 2017 terkait dengan sub Direktorat Komununikasi dan Informasi Publik yaitu untuk penyusunan program prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Informasi Publik. Hasil pembahasan melalui multilateral, bilateral dan trilateral meeting dihasilkan 3 kegiatan prioritas dalam peningkatan akses dan kualitas informasi publik yaitu: 1. Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik Tabel 2.13 Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik K/L Program K/L Kegiatan K/L Kemkomino Komisi Informasi Pusat Kemenkopol hukam Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik Program Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas treknis lainnya kementerian komunikasi dan informatika Program peningkatan koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan - Pelayanan Informasi kenegaraan melalui media publik - Pembinaaan dan Pengembangan Kemitraan lembaga komunikasi - Pelayanan informasi kenegaraan melalui media publik - Pembinaan dan pengembangan kebijakan komunikasi nasional Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Komisi Informasi (KI) pusat (penyelesaian sengketa informasi publik, peningkatan keterbukaan informasi di badan publik Koordinsai informasi publik dan media massa Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik antara lain: 65% kasus/sengketa sengketa keterbukaan informasi publik diselesaikan; 70 % Badan Publik Pemerintah melaksanakan ketentuan UU Keterbukaan Informasi Publik (Pembentukan, daftar informasi publik); 700 peserta dari 20 kab/kota Bimtek Kelompok Informasi Masyarakat : 350 peserta Bimtek Media Komunitas di daerah perbatasan/terluar/tertinggal dan pasca konflik; peserta forum edukasi literasi media untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan/kapasitas masyarakat untuk memilih dan memanfaatkan media sesuai kebutuhannya; 250 peserta Bimtek PPID untuk implementasi Undang-Undang KIP; SDM Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik Negara yang meningkat kemampuannya dalam implementasi UU KIP; orang (masyarakat) yang meningkat pemahamannya tentang UU KIP. 32

37 2. Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik Tabel 2.14 Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik K/L Program K/L Kegiatan K/L Kemkominfo Komisi Penyiaran Indonesia Dewan Pers Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik Program Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas treknis lainnya kementerian komunikasi dan informatika Program Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas treknis lainnya kementerian komunikasi dan informatika - Pengelolaan dan Penyediaan informasi Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Komisin Penyiaran Indonesia (KPI) (penyelesaian pengaduan masalah konten siaran, penyusunan indeks kualitas siaran televisi Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Dewan Pers (Penyusunan Indeks Kemerdekaan Pers, Pelaksanaan World Press Freedom Day Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas konten informasi publik yaitu: 90 % Penyelesaian Pengaduan Masalah Konten Siaran; Pemantauan langsung program/isi siaran pada lembaga penyiaran yang melaksanakan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di 15 TV Berjaringan + 4 TV Berlangganan + 20 Radio; 5 Publikasi pemeringkatan (rating) kualitas program/isi siaran televisi di Media Nasional; 1 Dokumen Indeks Kemerdekaan Pers; World Press Freedom Day (800 peserta). 3. Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi K/L Program K/L Kegiatan K/L Kemkominfo Program Penelitian dan pengembanga Komunikasi dan Informatika - Pengembangan Literasi dan profesi serta pengembangan SDM Komunikasi dan Informatika - Penelitian dan pengembangan komunikasi dan informatika dan pengembangan SDM komunikasi dan Informatika B2P2KI - Pelatihan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi yaitu: 250 peserta bimbingan teknis literasi komunikasi bagi SDM (aparat, industri, masyarakat); 288 penerima beasiswa Dalam Negeri/Luar Negeri; peserta peningkatan literasi TIK untuk disabilitas, wanita, dan anak usia sekolah; 8000 peserta pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI bidang Kominfo. 33

38 Adapun catatan penting Bilateral dan Trilateral meeting antara Bappenas, Kemenkeu, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (termasuk KPI, KIP dan dewan pers) adalah sebagai berikut: 1. Seluruh Program/Kegiatan telah dicermati dan telah memenuhi Norma dan Standar 2. Penyelenggaraan World Press Freedom Day memerlukan persiapan teknis dengan melibatkan berbagai K/L terkait diantaranya Bappenas, Kemkominfo, Kemkeu, Kemlu, UNESCO Pendidikan, Kemdikbud, Kemsetneg. 3. Program/Kegiatan Kemkominfo Tahun Anggaran 2017 akan berkontribusi dan mendukung pencapaian : Prioritas Nasional Pembangunan Manusia (Revolusi mental, Pendidikan, Kesehatan); Prioritas Nasional Pembangunan sektor unggulan (pariwisata dan kawasan industri dan KEK); Prioritas Nasional Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan (pemerataan antar kelompok pendapatan, Perbatasan negara dan daerah tertinggal dan perdesaan dan perkotaan, konektivitas nasional); serta Kondisi Perlu (Stabilitas keamanan dan ketertiban, demokrasi dan efektivitas diplomasi, ketertiban, kepastian dan penegakkan hukum, reformasi birokrasi). 4. Sehubungan dengan berlakunya Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai kegiatankegiatan prioritas terkait Government Public Relations (Penyiapan narasi tunggal, termasuk database infografis dan videografis yang mudah dipahami oleh masyarakat), Tenaga Humas Pemerintah. 5. Bulan Maret 2016 Kemkominfo sedang mengusulkan untuk melakukan konversi PNBP menjadi Rupiah Murni sebesar Rp 316 Miliar yang direncanakan akan dipergunakan untuk Program/Kegiatan di SDPPI 164 Miliar dan di PPI sebesar 152 miliar, hal ini akan berimplikasi pada perubahan alokasi anggaran dan target baik RKP/Renja 2016 maupun penyusunan RKP Konversi PNBP dapat dilaksanakan pada bulan juli Tahun 2016 merupakan kelanjutan proses penyusunan UU Perlindungan Data Pribadi pada RKP Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar 100 miliar yang dialokasikan untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi dan pembentukkan LSP). Tambahan anggaran ini menaikan target peserta pelatihan dari 2500 orang menjadi orang 34

39 Tabel 2.16 Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret 2016 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN 1. Konfirmasi Norma dan Standar Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar (Pembahasan terlampir) 2. Kebutuhan Tambahan Mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan diurutkan berdasarkan skala prioritas) - 3. Dukungan Sumber pendanaan lainnya Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar Rp ,630 Juta dengan rincian sebagai berikut: a. Berdasarkan Jenis Belanja : i) Belanja Operasional sebesar Rp ,465 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) sebesar Rp ,496 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai (komponen 002) sebesar Rp ,969 Juta; ii) Belanja Non Operasional sebesar Rp ,165 Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,400 Juta; - PNBP : Rp ,954 Juta; - BLU : Rp ,815 - PLN : Rp46.799,996 Juta; b. Berdasarkan Program : i) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp ,512 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp74.877,130 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,200 Juta; - PNBP : Rp1.456,768 Juta; ii) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp ,921 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp2.166,528 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp14.492,300 Juta; iii) Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sebesar Rp ,318 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,437 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,693 Juta; - PNBP : Rp ,188 Juta; iv) Program Pengembangan Aplikasi Informatika sebesar Rp ,202 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,360 35

40 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 5.666,842 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,000 Juta; v) Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika sebesar Rp ,697 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,732 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,613 Juta; - PNBP : Rp ,541 Juta; - BLU : Rp ,815 Juta; - PLN : Rp ,996 Juta; vi) Program Penelitian dan Pengembangan SDM sebesar Rp ,533 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,295 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,481 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,300Juta; - PNBP : Rp ,457 Juta; Termasuk Anggaran Pendidikan Rp ,000 Juta vii) Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik sebesar Rp ,447 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,165 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,682 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,600 Juta; viii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 500,000 Juta; c. Berdasarkan Sumber Dana : o Rupiah Murni : Rp ,865 Juta PNBP : Rp ,954 Juta; BLU : Rp ,815 PLN : Rp ,996 Juta; Pagu Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI akan diusulkan disesuaikan dengan Ijin Penggunaan PNBP sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 281/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada saat penyusunan Pagu Anggaran 2017 (sekitar bulan Juni 2016). Kemkominfo agar segera menyampaikan usulan penggunaan RM hasil konversi PNBP 36

41 tersebut, baik dari satker penghasil PNBP maupun satker lain, ke Kementerian Keuangan cq Ditjen Anggaran. 4. Hal lainnya (jika diperlukan/sesuai dengan kebutuhan) Pagu Anggaran 2017 Kemkominfo akan diusulkan agar mengakomodir perubahan KMK tentang Ijin Penggunaan Sebagian PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, dimana sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh Direktur PNBP, Ditjen Anggaran Kemenkeu, dan Kepala Biro Keuangan, Setjen Kemkominfo, bahwa rincian perubahan Pagu PNBP pada Kemkominfo adalah sebagai berikut: a. Pagu PNBP Ditjen SDPPI semula sebesar Rp ,000 Juta, menjadi sebesar Rp ,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp ,000 Juta b. Pagu PNBP Ditjen PPI semula sebesar Rp ,000 Juta, menjadi sebesar Rp ,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp ,000 Juta c. Maka total penurunan Pagu PNBP Kemenkominfo TA 2017 sebesar Rp ,000 Juta, nilai tersebut diusulkan dikonversi dalam bentuk Rupiah Murni, sebagaimana disampaikan dalam surat Menteri Keuangan Nomor S-294/MK.02/2016 tanggal 12 April 2016 hal Perubahan Ijin Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, untuk memenuhi program-program prioritas tahun 2016 Kemkominfo yang berlanjut di tahun 2017 antara lain: - DNS - Satu Juta Nama Domain - Technopreneur - Mail Server Nasional - Diklat Revolusi Mental - Sistem PMO Kemkominfo - Sosialisasi Program Prioritas Kemkominfo - Diseminasi terkait GPR Ditjen IKP - Program pendukung Prioritas pada Ditjen SDPPI dan PPI d. Dalam Berita Acara tersebut juga disebutkan bahwa Pagu PNBP MMTC pada tahun 2017 bertambah sebesar Rp 1.612,000 Juta. Hal ini mempengaruhi jumlah total Pagu Kemkominfo yang semula sebesar Rp ,000 Juta, diusulkan menjadi sebesar Rp ,000 Juta dan agar dapat diakomodir pada Pagu Anggaran tahun 2017 e. Kemkominfo akan segera bersurat kepada Menkeu dan Bappenas, setelah ada ketetapan Menkominfo terkait rincian penggunaan anggaran RM sebesar Rp ,000 Juta tersebut di poin c. Bidang Infrastruktur Regulasi e-gov perlu diperkuat dengan pembentukan NCIO yang berfungsi mengkoordinasikan penerapan e- gov dalam pemerintahan. Regulasi-regulasi yang dapat disimplifikasi perlu diidentifikasi sehingga dapat mendukung arahan presiden dalam upaya meningkatkan iklim investasi di dalam negeri. Perlu diidentifikasi juga regulasi yang berpotensi menghambat pembangunan terkait sektor 37

42 kominfo. Bidang Politik dan Komunikasi Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar 100 miliar yang dialokasikan untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi dan pembentukkan LSP). Tambahan anggaran ini menaikan target peserta pelatihan dari 2500 orang menjadi orang Tahun 2017 akan diadakannya pelaksanaan event internasional yaitu World Press Freedom Day serta penyelenggaraan KTT IORA. Kemkominfo perlu mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan media center. Masih diperlukan pembahasan lebh lanjut anggaran untuk pelaksanaan World Press Freedom Day di Dewan Pers atau di Kesekjenan Kemkominfo Perlu ada pertemuan antara Bappenas, Kominfo, Kemdagri dan KemenPAN-RB untuk membahas pembentukan NCIO Tabel 2.17 Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret 2016 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN 1. Konfirmasi Norma dan Standar 2. Kebutuhan Tambahan Mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan diurutkan berdasarkan skala prioritas) 3. Dukungan Sumber pendanaan lainnya Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar (Pembahasan terlampir) - Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar Rp ,630 Juta dengan rincian sebagai berikut: d. Berdasarkan Jenis Belanja : iii) Belanja Operasional sebesar Rp ,465 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) sebesar Rp ,496 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai (komponen 002) sebesar Rp ,969 Juta; iv) Belanja Non Operasional sebesar Rp ,165 Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,400 Juta; - PNBP : Rp ,954 Juta; - BLU : Rp ,815 - PLN : Rp46.799,996 Juta; 38

43 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN e. Berdasarkan Program : ix) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp ,512 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp74.877,130 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,200 Juta; - PNBP : Rp1.456,768 Juta; x) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp ,921 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp2.166,528 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp14.492,300 Juta; xi) Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sebesar Rp ,318 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,437 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,693 Juta; - PNBP : Rp ,188 Juta; xii) Program Pengembangan Aplikasi Informatika sebesar Rp ,202 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,360 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 5.666,842 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,000 Juta; xiii) Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika sebesar Rp ,697 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,732 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,613 Juta; - PNBP : Rp ,541 Juta; 39

44 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN - BLU : Rp ,815 Juta; - PLN : Rp ,996 Juta; xiv) Program Penelitian dan Pengembangan SDM sebesar Rp ,533 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,295 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,481 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,300Juta; - PNBP : Rp ,457 Juta; Termasuk Anggaran Pendidikan Rp ,000 Juta xv) Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik sebesar Rp ,447 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp ,165 Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp ,682 Juta; - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp ,600 Juta; xvi) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 500,000 Juta; f. Berdasarkan Sumber Dana : o Rupiah Murni : Rp ,865 Juta PNBP : Rp ,954 Juta; BLU : Rp ,815 PLN : Rp ,996 Juta; Pagu Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI akan diusulkan disesuaikan dengan Ijin Penggunaan PNBP sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 281/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 40

45 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN pada saat penyusunan Pagu Anggaran 2017 (sekitar bulan Juni 2016). Kemkominfo agar segera menyampaikan usulan penggunaan RM hasil konversi PNBP tersebut, baik dari satker penghasil PNBP maupun satker lain, ke Kementerian Keuangan cq Ditjen Anggaran. Pagu Anggaran 2017 Kemkominfo akan diusulkan agar mengakomodir perubahan KMK tentang Ijin Penggunaan Sebagian PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, dimana sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh Direktur PNBP, Ditjen Anggaran Kemenkeu, dan Kepala Biro Keuangan, Setjen Kemkominfo, bahwa rincian perubahan Pagu PNBP pada Kemkominfo adalah sebagai berikut: f. Pagu PNBP Ditjen SDPPI semula sebesar Rp ,000 Juta, menjadi sebesar Rp ,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp ,000 Juta g. Pagu PNBP Ditjen PPI semula sebesar Rp ,000 Juta, menjadi sebesar Rp ,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp ,000 Juta h. Maka total penurunan Pagu PNBP Kemenkominfo TA 2017 sebesar Rp ,000 Juta, nilai tersebut diusulkan dikonversi dalam bentuk Rupiah Murni, sebagaimana disampaikan dalam surat Menteri Keuangan Nomor S- 294/MK.02/2016 tanggal 12 April 2016 hal Perubahan Ijin Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, untuk memenuhi program-program prioritas tahun 2016 Kemkominfo yang berlanjut di tahun 2017 antara lain: - DNS - Satu Juta Nama Domain - Technopreneur - Mail Server Nasional - Diklat Revolusi Mental - Sistem PMO Kemkominfo - Sosialisasi Program Prioritas Kemkominfo - Diseminasi terkait GPR Ditjen IKP 41

46 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN - Program pendukung Prioritas pada Ditjen SDPPI dan PPI i. Dalam Berita Acara tersebut juga disebutkan bahwa Pagu PNBP MMTC pada tahun 2017 bertambah sebesar Rp 1.612,000 Juta. Hal ini mempengaruhi jumlah total Pagu Kemkominfo yang semula sebesar Rp ,000 Juta, diusulkan menjadi sebesar Rp ,000 Juta dan agar dapat diakomodir pada Pagu Anggaran tahun 2017 j. Kemkominfo akan segera bersurat kepada Menkeu dan Bappenas, setelah ada ketetapan Menkominfo terkait rincian penggunaan anggaran RM sebesar Rp ,000 Juta tersebut di poin c. 4. Hal lainnya (jika diperlukan/sesuai dengan kebutuhan) Bidang Infrastruktur Regulasi e-gov perlu diperkuat dengan pembentukan NCIO yang berfungsi mengkoordinasikan penerapan e-gov dalam pemerintahan. Regulasi-regulasi yang dapat disimplifikasi perlu diidentifikasi sehingga dapat mendukung arahan presiden dalam upaya meningkatkan iklim investasi di dalam negeri. Perlu diidentifikasi juga regulasi yang berpotensi menghambat pembangunan terkait sektor kominfo. Bidang Politik dan Komunikasi Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar 100 miliar yang dialokasikan untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi dan pembentukkan LSP). Tambahan anggaran ini menaikan target peserta pelatihan dari 2500 orang menjadi orang Tahun 2017 akan diadakannya pelaksanaan event internasional yaitu World Press Freedom Day serta penyelenggaraan KTT IORA. Kemkominfo perlu mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan media center. Masih diperlukan pembahasan lebh lanjut anggaran untuk 42

47 NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN pelaksanaan World Press Freedom Day di Dewan Pers atau di Kesekjenan Kemkominfo Perlu ada pertemuan antara Bappenas, Kominfo, Kemdagri dan KemenPAN-RB untuk membahas pembentukan NCIO Penyusunan RKP 2016 Sub Bidang Politik Luar Negeri (Trilateral Meeting) Hasil penyusunan RKP 2017 terkait dengan sub Politik Luar Negeri dapat terlihat dari gambar dibawah ini yang menunjukan adanya 4 kegiatan prioritas yaitu Stabilitas Keamanan Kawasan, Penguatan Diplomnasi Ekonomi, Kerjasama Pembangunan dan Perlindungan WNI/BHI. Gambar 2.6 Adapun sasaran utama dan Indikator untuk sub bidang politik luar negeri yaitu Kepemimpinan dan Peran Indonesia dalam Kerjasama Internasional yang berpengaruh. 43

DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii Bab I Pendahuluan... 1

DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii Bab I Pendahuluan... 1 DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar gambar... ii Daftar tabel... iii Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Dasar... 2 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan... 2 1.4. Keluaran... 3 1.5. Metodologi...

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL Oleh : Direktur Keuangan Negara dan Analisa

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG PENDAHULUAN 1 Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran Amanat konstitusi menegaskan bahwa ANGGARAN NEGARA adalah INSTRUMEN untuk mencapai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, 30 April 2018 2 Pendahuluan: Agenda Penyusunan RKP 2019 Januari

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RKPD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 DAN INOVASI PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RKPD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 DAN INOVASI PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RKPD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 DAN INOVASI PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD INOVASI DALAM MENINGKATKAN KETERKAITAN DATA DOKUMEN PERENCANAAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK...

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK... ii DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH... iii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK... 2 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Pertemuan Tiga Pihak... 2 2.2 Institusi Peserta Pertemuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Disampaikan pada Focus Group Disscussion (FGD) Perspektif Stakeholder terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Jakarta, 5 Juni 2013 1 1 Analisis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG DAN SEKJEN KOMISI YUDISIAL ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 4/JUKLAK/SESMEN/12/2014 TENTANG PEDOMAN TRILATERAL MEETING (PERTEMUAN

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Lebih terperinci

Konsultasi Regional Kementerian PUPR Tahun 2016

Konsultasi Regional Kementerian PUPR Tahun 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Panduan Panduan Pelaksanaan Pelaksanaan Konsultasi Regional Kementerian PUPR Tahun 2016 Draft #4 Jakarta, 19 April 2016 HASIL PRA KONREG 2016 Satminkal Baseline

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Disampaikan dalam Konsultasi Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sleman Jakarta, 29 Januari 2014 2/10/2014 BIRO ANALISA APBN SETJEN DPR RI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDANAAN PROGRAM PRIORITAS DAN RKP 2017

PENDANAAN PROGRAM PRIORITAS DAN RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENDANAAN PROGRAM PRIORITAS DAN RKP 2017 Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Jakarta, 13 April 2016 PENDAHULUAN : KETENTUAN

Lebih terperinci

ALOKASI PADA PRIORITAS RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2019

ALOKASI PADA PRIORITAS RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2019 ALOKASI PADA PRIORITAS RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2019 Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat Jakarta, 18 April 2018 2 REPUBLIK PENGANTAR PP

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 (6) () (6..) DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KPU SATUAN KERJA () PROPINSI () DKI JAKARTA () DKI JAKARTA PERHITUNGAN TAHUN 6 /KEGIATAN/OUUT/ SUB OUUT / KOMPONEN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN TANGGAMUS RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN KOTA AGUNG, 15 FEBRUARI 2018 PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Created by Bidang Pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSRENBANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan 25 November 2013 Dasar Hukum UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Lebih terperinci

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA KEDIRI -NOMOR : 14 TAHUN 2016 -TANGGAL : 27 Mei 2016 PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Kediri Tahun 2017 disusun berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Disampaikan dalam RAKORNAS dalam Rangka Pemantapan Pelaksanaan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, Balai Sidang Jakarta Convention

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016. DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016. DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015 RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016 DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015 OUTLINE 1 Rancangan Awal RKP 2016 2 3 Pagu Indikatif Tahun 2016 Pertemuan Tiga Pihak 4 Tindak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

Tahun terakhir RPJMN

Tahun terakhir RPJMN 1 2 3 4 2 1 DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Nawacita 5 Revolusi Mental Nawacita 8 & 9 Pendidikan Kesehatan Perumahan (Nawacita 4) Kepastian dan Penegakan Hukum RKP 2015*) Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

Akuntabilitas Kinerja. Laporan. Laporan. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Akuntabilitas Kinerja. Laporan. Laporan. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional i Tahun 2013 KATA PENGANTAR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Tahun 2013 merupakan wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

MATRIKS VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BAWASLU RI TAHUN

MATRIKS VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BAWASLU RI TAHUN -36- LAMPIRAN II PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TAHUN 2015-2019 MATRIKS VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.

Lebih terperinci

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan oleh: MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS Rapat Koordinasi Nasional Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tahun 2017 Jakarta 15 Maret

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN RI PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, 11 JULI 2014 DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1 POKOK BAHASAN 12 Dasar Hukum Penyusunan Pagu Anggaran TA 2015 2

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa atas berkat rahmat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KERANGKA PENDANAAN BILATERAL MEETING

PEMBAHASAN KERANGKA PENDANAAN BILATERAL MEETING KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBAHASAN KERANGKA PENDANAAN BILATERAL MEETING KEDEPUTIAN BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE)

PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE) PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE) Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Temu Konsultasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 28

Lebih terperinci

II. DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM

II. DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM II. DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM KODE PROGRAM/INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP)/KEGIATAN/ INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) SEMULA MENJADI OPS NON OPS JUMLAH OPS 1 2 3 4 5 6 7 8 010.03.11 PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA, 9-11 NOVEMBER 2017

RUMUSAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA, 9-11 NOVEMBER 2017 RUMUSAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA, 9-11 NOVEMBER 2017 I. PENDAHULUAN Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula Latar belakang Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis UU

Lebih terperinci

Pengendalian Program Prioritas Nasional. Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan

Pengendalian Program Prioritas Nasional. Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan Pengendalian Program Prioritas Nasional Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan PENGENDALIAN PROGRAM PRIORITAS NASIONAL Tujuan Menyusun laporan capaian kegiatan prioritas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci