BAB II. Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir"

Transkripsi

1 BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu memuat hasil-hasil analisis sebelumnya terhadap novel 99 Cahaya di Langit Eropa dan kajian proses kreatif. Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji sebagai penentu kualitas keaslian, adalah sebagai berikut. a) Riza Hernita (2014), mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, yang berjudul Implikatur Percakapan Pada Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra Serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti memilih 15 penggalan percakapan yang mempunyai implikatur sebagai implikasi dari pelanggaran maksim percakapan oleh peserta tutur. Beberapa data itu melanggar maksimmaksim seperti maksim cara, kuantitas, kualitas, dan relevansi. Data-data itu dikutip dari percakapan pada novel dan dipilih dari data 1 sampai 15 yang mengandung pelanggaran maksim. Selain itu, Riza Hernita juga mengkaji pengaruh komunikasi siswa-siswa SMA kelas XII semester ganjil dari novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Untuk itu Riza Hernita meneliti permasalahan implikasi 13

2 14 implikatur terhadap percakapan-percakapan tersebut sebelum dikaji penggunaannya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. b) Muhammad Ahsanul Falah (2014), mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang berjudul Penulisan Novel 99 Cahaya di Langit Eropa oleh Hanum Salsabiela Rais sebagai Media Dakwah. Penelitian dilakukan dengan menganalisis proses penulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa sebagai media dakwah. Novel dianggap sebagai media komunikasi yang paling fleksibel dan efektif dalam menyampaikan pesan-pesan islami. Selain itu, novel ini juga ditulis sebagai penyampai kenangan Hanum Salsabiela Rais selama melakukan perjalanan di Eropa. Kemudian Muhammad Ahsanul Falah juga meninjaunya dari segi proses kreatif untuk dapat menghubungkannya dengan kegiatan dakwah. Proses itu dimulai dari pratulis, penulisan, revisi, penyuntingan, dan publikasi. c) Hidayatur Riyana (2012), mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Proses Kreatif Dinda Natasha dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru : Suatu Pendekatan Ekspresif. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis proses kreatif Dinda Natasya dalam kumpulan cerita pendek yang berjudul Dialog Cinta Oase Samudera Biru dalam dua hal, yaitu proses kreatif itu sendiri dan proses pengolahan pikiran terhadap realitas objektif menjadi karya sastra. Mengenai proses kreatif Dinda Natasya, Hidayatur Riyana menjelaskan tentang tahapan proses kreatif sesuai dengan yang dikemukakan oleh William Miller. Tahapantahapan itu dimulai dari tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap inspirasi, dan tahap

3 15 penulisan. Sedangkan mengenai proses pengeksplorasian pengalaman Dinda Natasha menjadi karya sastra, Hidayatur Riyana menjelaskan 4 (empat) konkretisasi mengenai persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam buku Dialog Cinta Oase Samudera biru secara ekspresif. Konkretisasikonkretisasi itu antara lain hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan cinta kasih antara remaja, hubungan konflik sosial antara sesama manusia, dan konflik dengan batinnya sendiri. d) Andry Kristian (2006), mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film Eliana, Eliana. Andry Kristian meneliti proses kreatif Riri Riza dalam penulisan skenario film berjudul Eliana, Eliana. Proses kreatif Riri Riza ini ditinjau dari empat tahapan berdasarkan pendapat Vita Breavis yang terdiri dari beberapa hal antara lain tahap berbenihnya bibit cerita, perenungan, penulisan, dan penyempurnaan. Peneliti menjelaskan seluk-beluk kehidupan Riri Riza sebelum menulis skenario film Eliana, Eliana. Bagaimana Riri Riza menuliskan pengalaman hidupnya, teknis pencarian ide, isi karya, hingga penyempurnaan dengan melakukan diskusi bersama Prima Rusdi dan Mira Lesmana selaku tim kreatif. e) Agus Tri Wibowo (2006), mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan skripsi berjudul Proses Kreatif dan Obsesi Ratih Kumala dalam Novel Tabula Rasa. Permasalahan tentang proses kreatif Ratih Kumala dalam novel Tabula Rasa dideskripsikan dalam dua hal berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan. Pertama,

4 16 tentang proses kreatif Ratih Kumala dalam novel Tabula Rasa, Agus Tri Wibowo menjelaskan tahapan-tahapan proses kreatif Ratih Kumala dalam empat tahapan sesuai dengan pernyataan Vita Breavis. Tahapan-tahapan itu dimulai dari tahap pertumbuhan ide, tahap pemikiran (meditasi), tahap penulisan, dan tahap penyempurnaan. Tahap ide dalam penelitian ini dimulai dari pemikiran pengarang terhadap fenomena lesbian yang dianggap tabu dan tidak mendapat perhatian. Tahap pemikiran yaitu tahap pengendapan ide dan memikirkan struktur cerita dari awal sampai akhir. Tahap penulisan, Ratih Kumala menulis secara spontan menurut keinginannya dalam menulis. Terakhir adalah tahap penyempurnaan, Ratih dalam penelitian ini mencetak naskah yang telah jadi dan dibaca secara berulang, mengoreksi tulisan, kemudian diedit dan diketik dalam komputer. Kedua, tentang obsesi Ratih Kumala. Agus Tri Wibowo menjelaskan tentang obsesi pengarang yang diantaranya ingin dikenal masyarakat Indonesia secara luas, dapat laku di pasaran, dan ingin memberikan suatu persuasi kepada pembaca agar menghargai serta melindungi kaum lesbian sebagai kaum minoritas. 2. Landasan Teori a. Proses Kreatif Secara umum, proses kreatif adalah karya yang dihasilkan dari pemikiran dan gagasan (Supardi, 2004: 9). Proses kreatif seseorang dapat menghasilkan karya yang baru, berbeda dengan orang lain, tergantung teknik peneluran gagasan. Dalam dunia sastra, proses kreatif adalah proses mencipta karya sastra dari awal sampai akhir disertai dengan kemauan dan tekad yang kuat untuk mencipta karya tulis (Pranoto,

5 : 6). Klausul ini membuktikan bahwa proses kreatif dapat diterapkan di hampir segala bidang. Namun, untuk menghasilkan kualitas tulisan sastra yang menarik perlu ditekankan dari segi kreativitas. Berbicara tentang proses kreatif, tentunya perlu memahami tentang pengarang sebagai pencipta karya sastra. Pengarang merupakan seorang pencipta yang menuangkan nilai-nilai kebenaran melalui pikirannya. Hal ini tentu dilakukan dengan pengamatan dan kejelian dalam mengamati realita. Sebagaimana jurnalis yang menyampaikan kebenaran menurut apa yang terjadi, pengarang menyampaikan kebenaran menurut apa yang ada dalam pikiran. Aristoteles (Anwar, 2010: 5) menjelaskan proses kreatif sebagai mimesis, yaitu peniruan kenyataan dengan implementasi ide dalam karya sastra (puisi maupun prosa) untuk menggambarkan realita. Hal itu membuktikan, apa yang dihasilkan pengarang dalam karya sastra dapat dijelaskan berdasarkan apa yang dipikirkannya. Hal ini juga berlaku terhadap proses kreatif yang dapat menjabarkan pemahaman tentang inovasi ide pengarang dalam penciptaan karya sastra yang orisinil. Menurut Gie (1992: 1) kegiatan karang-mengarang meliputi rangkaian perbuatan dari mengolah gagasan sampai menyusun kalimat, berbagai pengalaman dan perasaan, serta mempunyai kualitas dari segi bentuk. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik-teknik dan pola-pola tertentu. Menulis bisa memberikan nilai yang merupakan suatu keberhasilan yang timbul dari perbuatan, pengalaman, dan karya yang dihasilkan oleh perbuatan seseorang.

6 18 Nilai-nilai itu antara lain; (1) nilai kecerdasan, (2) nilai kependidikan, (3) nilai kejiwaan, (4) nilai kemasyarakatan, (5) nilai keuangan, dan (6) nilai filosofis. Nilai kecerdasan menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan kerangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang suatu perkataan yang tepat. Nilai pendidikan dalam mengarang tidak lepas dari kesalahan sehingga menyebabkan naskah yang diterbitkan berkali-kali ditolak, hal itu mendidik pengarang untuk menjadi tabah, ulet, dan tekun. Nilai kejiwaan ketika menulis akan menimbulkan kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Nilai kemasyarakatan dapat diperoleh dari penghargaan oleh masyarakat terhadap karya yang dihasilkan. Nilai keuntungan dalam menghasilkan karya yaitu ketika ia mendapat imbalan berupa uang dari lembaga yang menerbitkan karyanya. Nilai filosofis dapat tercermin dari bertahannya pikiran seseorang dalam jangka waktu lama karena kualitas nilai pemikirannya (Gie, 1992: 1-2). Proses kreatif juga memainkan peran penting dalam peneluran ide. Ide dihasilkan dari penemuan ilham pengarang yang harus hidup untuk memperhatikan segala yang ditangkap dengan panca indera (Hadimadja, 1981: 34). Karena ilham berkaitan dengan peneluran ide maka hal itu bisa dikatakan sebagai sarana penyalur hasrat terhadap realita yang dihadapi. Jiwa pengarang dapat bergerak mengikuti irama kehidupan. Apa yang terjadi di lingkungan sekitar pengarang dapat dijadikan sebagai objek tulisan. Kepekaan pengarang akan memunculkan reaksi apabila ilham muncul dengan menggerakkan hasrat pengarang untuk menulis. Senada dengan Atmowiloto (2002: 14), proses datangnya ilham dilalui oleh letikan atau sekelebat mimpi yang

7 19 bertebaran dalam pikiran. Setelah mendapat letikan tersebut, seseorang bisa menangkap ide penulisan. Sebelum ilham membentuk kepekaan batin, seniman harus memperkaya batinnya dengan menemukan bahan-bahan yang dapat digali dan dicari dalam waktu yang lama. Sebagaimana dikatakan Kasnadi dan Sutedjo (2008: 194), ilham dapat diperoleh dengan pembacaan terhadap karya orang lain, mengamati lingkungan sosial di mana ia berada, mendengar cerita orang, membaca berita, menggabungkan kejadian, berdiskusi, dan mengkritisi fenomena sosial. Setelah ilham tersebut ditampung oleh ide, selanjutnya dapat menjadi gagasan dalam tulisan. Gagasan tersebut berisi berbagai pengalaman yang didapat dan dirasakan pengarang untuk selanjutnya menjadi bank ilham atau kotak penyimpanan yang berisi segala macam ilham. Beberapa langkah dalam mengkaji proses kreatif pengarang antara lain dengan memahami riwayat hidupnya, asal mula pengarang memilih profesi kepengarangan, masalah dan tema yang sering dijadikan pokok kepengarangan, kepuasan pengarang, proses pemunculan ide, maksud-maksud tertentu dalam mengarang, produktivitas dan keberhasilan pengarang, arti dan makna karya yang dihasilkan, kejiwaan pengarang, dan daya kepekaan pengarang (Sugihastuti, 2002: 2). Langkah-langkah ini bertujuan untuk dapat mengetahui seluk-beluk proses kreatif secara matang. Juhl (Sugihastuti, 2002: 3) mengatakan bahwa kualitas sebuah karya sastra akan bertambah apabila arti sebuah karya itu sesuai dengan maksud pengarang. Aturan-aturan kebahasaan ditata sedemikian rupa oleh pengarangnya agar mendapatkan arti dalam karya sastranya. Selain itu, sudah menjadi pandangan umum bahwa pengalaman seseorang dalam

8 20 kehidupan pribadinya akan membentuk keyakinan dan nilai-nilai hidupnya atau pengetahuan. Terdapat beberapa metode dalam penulisan kreatif novel yang disebut sebagai proses kreatif. Miller (Sumardjo, 2001: 69) membagi proses kreatif dibagi dalam empat tahapan, antara lain sebagai berikut. a. Tahap persiapan (prapenulisan) yaitu ketika pengarang telah memahami apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah munculnya gagasan atau isi tulisan. Kemudian, bagaimana ia menuangkan gagasan tersebut adalah terkait bentuk tulisan. Bentuk tulisan tersebut dapat menjadi syarat teknis penulisan. b. Tahap inkubasi yaitu tahap ketika gagasan yang telah muncul itu disimpan dan dipikir secara matang sampai menemukan waktu yang tepat. Pengarang memroses informasi yang didapat atau dimiliki sedemikian rupa, sehingga mengantarkanya pada pemecahan masalah. c. Tahap inspirasi/iluminasi yaitu ketika pengarang mendapatkan inspirasi berupa gagasan yang datang secara tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran. Pada tahap ini, pengarang telah menemukan gagasannya yang ideal sehingga muncul desakan untuk segera menuliskannya dan tidak bisa ditunda. d. Tahap penulisan yaitu ketika gagasan yang telah ditemukan atau sesuai ide pengarang segera dikembangkan dalam tulisan. Tulisan tersebut disusun dengan penentuan unsur-unsur pembentuk cerita seperti tema, alur, tokoh, seting, sudut pandang, amanat, dan ditambah dengan unsur ekstrinsik sebagai pelengkap.

9 21 e. Tahap evaluasi/revisi yaitu ketika hasil tulisan yang telah melalui proses-proses penciptaan novel dievaluasi, diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai fokus tulisan. Pada tahap ini, pengarang perlu menilai dan memeriksa tulisan berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang dimiliki pengarang. Berdasarkan empat tahapan yang telah disusun, ada pula teknik praktis proses kreatif dari Kasnadi dan Sutedjo (2008: ). Kaitannya dengan proses kreatif dari Miller, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap prapenulisan berkaitan dengan kejelian dalam menangkap ide (ilham). b. Tahap inkubasi meliputi: (1) pengandungan ide, (2) pengasuhan ide selama dalam pengeraman, (3) pentingnya internalisasi dengan pengendapan dan perenungan terhadap dunia ambang sadar sebagai wilayah kejujuran, dan (4) kemampuan menyeleksi ide (ilham). Penekanan pentingnya hal ini terletak pada pemahaman tentang proses penjalinan cerita, proses pengandungannya sebagai janin karya, proses pengasuhan orok (bayi), sampai proses pengentasannya. c. Tahap iluminasi merupakan peristiwa munculnya gagasan seorang pengarang setelah lama ia memikirkannya. Gagasan ini menemukan bentuknya yang ideal setelah menyeleksi ide. d. Tahap Penulisan merupakan sebuah proses ketika gagasan yang disimpan akan dikembangkan dalam bentuk tulisan. Untuk memulai penulisan, pengarang perlu mengikuti beberapa konkret seperti: (1) pengawalan novel secara menarik, (2) pengolahan bahasa yang dapat memikat pembaca, (3) pemilihan gaya bahasa dan diksi yang tepat, (4) pemilihan imaji untuk menghidupkan cerita, (5) pemilihan aliran dan tema yang sesuai, (6) pemilihan sudut pandang, (7) penggunaan seting,

10 22 (8) penciptaan karakter yang memikat, (9) penentuan awal konflik dan efek tegang dalam sebuah cerita, (10) pemilihan konflik cerita, (11) pengakhiran konflik cerita, (12) penggunaan alur cerita, (13) penciptaan suasana cerita, (14) penulisan akhir cerita, (15) penentuan unsur ekstrinsik cerita, (16) penyisipan pesan, dan (17) pemilihan judul. e. Tahap Evaluasi/Revisi dilakukan dengan memperbaiki hasil tulisan, dari ide hingga penulisan, yang memengaruhi penulisan karya sastra. b. Psikologi Sastra Sebagaimana dikatakan oleh Wiyatmi (2011: 20) bahwa pemahaman terhadap proses kreatif karya sastra dapat dilakukan melalui keadaan jiwa atau batin pengarang. Kondisi batin pengarang ini dapat menjelaskan proses kreatif dalam penciptaan karya sastra dengan mengacu pada daya kepekaan, hasrat, dan perasaan yang lebih mendalam tentang kodrat manusia yang memiliki tingkat sensitivitas rasa, hasrat, dan kepekaan yang tinggi. Pendekatan ekspresif ini yang dapat menjelaskan pengaruh kondisi batin pengarang dalam proses kreatif. Untuk itu perlu pendekatan psikologi sastra sebagai sebuah pendekatan yang dapat menjelaskan kondisi batin pengarang dalam proses kreatif penciptaan karya sastra. Psikologi sastra merupakan kajian interdisipliner antara ilmu psikologi dengan sastra. Secara implisit, psikologi sastra mengkaji kondisi batin manusia yang dilukiskan dalam karya sastra sebagai potret jiwa. Jiwa seseorang dalam karya sastra tidak hanya melingkupi kepribadian pengarang namun juga jiwa orang lain meskipun ia kerap menambah pengalaman sendiri dan sering dialami oleh orang lain (Minderop,

11 : 59). Berbagai pengalaman yang menyangkut peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang dapat dituliskan kembali. Hal ini membuktikan bahwa karya sastra merupakan implementasi dari batin seseorang. Meneliti kepribadian seseorang diperlukan beberapa langkah. Pertama, perlu mengamati ekspresi pengarang untuk menjelaskan karyanya. Telaah ini dilakukan terhadap eksponen yang menjelaskan kualitas khusus karya sastra menurut kualitas nalar, kehidupan, dan lingkungan si pengarang. Kedua, memahami pengarang atau penulis terlepas dari karyanya dengan cara mengamati biografinya untuk merekonstruksi kehidupannya dan menggunakan karyanya sebagai rekaman kehidupan dan perwatakan. Ketiga, membaca karya yang diteliti untuk menemukan cerminan kepribadian pengarang (Minderop, 2010: 59). Kuatnya pengaruh psikologi dalam karya sastra ditentukan oleh beberapa faktor yang memengaruhi kualitas kejiwaan pengarang. Pertama, suatu karya harus merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya. Kedua, karya sastra harus mempunyai keistimewaan dalam hal gaya bahasa sebagai ungkapan perasaan dan pikiran. Ketiga, masalah gaya, struktur, dan tema karya sastra harus mencerminkan pikiran dan perasaan individu yang mencangkup pesan utama, peminatan, gelora jiwa, dan sensasi tertentu yang memberi kesinambungan dan koherensi terhadap kepribadian (Minderop, 2010: 61-62). Menurut Wilson (Minderop, 2010: 62) elemen terpenting dalam karya sastra yaitu terdapatnya beberapa masalah yang menyangkut kepribadian pengarang di antaranya daya imajinasi yang mampu menampilkan citra melalui para tokoh, situasi,

12 24 dan konflik yang dialami para tokoh. Perwatakan tokoh merupakan personifikasi dari kepribadian pengarang sebagai penghubung antara elemen-elemen tersebut dengan cerita dalam karya prosa sebagai hubungan antarelemen yang pernah dialaminya. Namun, tidak semua tokoh selalu berhubungan dengan pengarang karena tidak mendapat bagian dan sedikitnya kemuculan dalam cerita. Apa yang ditulis merupakan hasil refleksi dari keinginan dan hasrat pengarang. Hal-hal yang ada dalam pemikiran pengarang bisa dilukiskan dengan penggunaan bahasa dalam karya sastra. Sebagaimana yang disampaikan Freud (Wellek dan Warren, 1993: 92) bahwa seniman adalah seorang yang ingin lari dari kenyataan ketika ia tidak dapat memenuhi keinginan untuk pemuasan instingnya. Pengarang, ketika mendapatkan ilham atas peristiwa yang menurutnya menarik dan terkait dengan halhal yang dirasa mengusik jiwanya, akan mencari cara kreatif yaitu memuaskan keinginan yang merangsang jiwanya. Pemuasan itu dapat mengantarnya menemukan jalan keluar dari dunia fantasi menuju kehidupan nyata. Ditambah lagi, dengan bakatnya yang istimewa, ia dapat membentuk fantasinya menjadi suatu realitas baru dan orang menerimanya sebagai bentuk perenungannya yang bernilai. Kondisi yang menimbulkan kepuasan batin dapat diwujudkan pengarang dengan menulis karya sastra. Apa yang tertuang dalam ide pengarang akan tersampaikan berdasarkan ekspektasinya dalam mempengaruhi pembaca. Saling memengaruhi antara pengarang dengan pembaca dalam kepengarangan tidak hanya sekedar meniru kehidupan tetapi juga membentuknya (Wellek dan Warren, 1993: 120). Pengarang, secara langsung ataupun tidak langsung, mempunyai hubungan dengan masyarakat. Namun agar dapat

13 25 menyampaikan suatu keinginan kepada masyarakat, pengarang harus membuat sebuah karya yang dapat menghibur sekaligus mampu memberi manfaat. Sebagaimana konsep dulce et utile yang disampaikan Horatius bahwa seni mempunyai fungsi hiburan sekaligus pengetahuan. Freud menambahkan pula dalam konsep delir mimpi. Konsep ini meliputi hasrat-hasrat tersembunyi pengarang dalam mengutarakan keinginan. Mimpi merupakan sebuah aktivitas mental yang selalu dialami seseorang saat tidur (Freud, 2010: 37). Ketika tidur, seseorang akan bermimpi tentang suatu hal yang terimplementasi dari pikiran-pikiran laten. Bahkan seorang pengarang harus merasakan kesenangan dalam tidur dan seperti biasanya ia harus menerima tambahan lintasan mimpi dalam kejiwaannya seperti halusinasi, harapan, khayalan, dan lain-lain (Freud, 2010: 40). Maka dari sini mimpi bisa muncul di mana saja dan kapan saja serta dapat terlintas secara sekilas. Namun pemenuhannya tergantung keinginan seseorang. Ada di antara mereka yang menyimpan mimpi itu setelah muncul dalam benaknya, ada yang ketika muncul begitu saja ia simpan dalam memorinya dan langsung dicatat, serta berbagai cara dalam merespon mimpi. Selanjutnya, teori mimpi Freud diasumsikan oleh Milner (1992: 48) sebagai perwujudan hasrat. Mimpi dapat melukiskan berbagai keinginan pengarang berdasarkan isi mimpi laten. Isi mimpi laten adalah teks asli yang keberadaannya primitif dan harus disusun kembali melalui gambar yang sudah diputarbalikkan oleh mimpi yang manifes. Mimpi manifes adalah gambar-gambar yang kita ingat ketika bangun dan kemudian muncul ke pikiran kita ketika berusaha mengingatnya. Berdasarkan asumsi di atas, mimpi laten dapat dimunculkan oleh mimpi manifet

14 26 sebagai aplikasi pemenuhan hasrat. Mimpi laten berisi sesuatu yang tersembunyi. Teks-teks yang ada dalam isi pikiran mimpi laten dapat diterjemahkan oleh mimpi manifes. Isi mimpi itu dihasilkan dari mimpi manifes setelah orang itu bangun dan merasakan sesuatu yang berkelebat berupa mimpi yang dialami dalam tidurnya. Maka mimpi dalam analisis Freud dibagi menjadi dua yaitu mimpi manifes dan mimpi laten. Hal itu yang kemudian dibagi Milner ke dalam empat pola perwujudan mimpi yaitu figurasi, kondensasi, pemindahan, dan simbol. Namun, untuk peneluran hasrat secara langsung, digunakanlah figurasi sebagai transformasi pikiran ke dalam gambaran atau teks karena mimpi merupakan cara tertentu melihat hasrat seseorang terwujud. Bertens (2006: 15-16) menyatakan, mimpi adalah via regia atau jalan utama yang menghantarkan seseorang kepada ketidaksadaran. Analisis tentang mimpi memerlukan berbagai sebab tentang latar belakangnya yang memengaruhi struktur kejiwaan seseorang. Beberapa alasan itu adalah: (1) persamaan yang ditemukan antara reaksi-reaksi para pasien dalam keadaan hipnosis dengan mimpi biasa, (2) cerita dalam mimpi-mimpi menjadi suatu unsur penting dalam pengobatan psikoanalisis, dan (3) pengalaman tentang mimpi-mimpinya sendiri, sebab analisis tentang hal itu memungkinkan Freud melakukan psikoanalisis terhadap dirinya sendiri. Maka karena mimpi sebagai konflik antara daya-daya psikis, maka masuk akallah kalau Freud menganggap mimpi sebagai perwujudan konflik. Isi mimpi yang ada dalam diri pengarang itu selanjutnya diterjemahkan ke dalam suatu bentuk menurut hasratnya. Mimpi tersebut adalah hasil penggambaran peristiwa dalam bentuk lain yang dapat diterima masyarakat. Menurut Freud terdapat tiga aspek kejiwaan dalam pemenuhannya yaitu id, ego, dan superego (Siswantoro,

15 : 38-39). Id yaitu mekanisme pemenuhan hasrat yang harus dipenuhi sesegera mungkin. Kemudian ego yang merupakan prinsip realitas yaitu ketika seseorang mempunyai hasrat maka secara realistis ia akan mencari suatu media untuk perwujudannya. Superego yaitu penyesuaian terhadap nilai-nilai yang dipegang dan dianut seseorang sebagai prinsip hidup. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, penelitian mengenai proses kreatif dapat ditinjau dari psikologi pengarang untuk memahami konsep tentang mimpi sebagai mekanisme perwujudan hasrat. Mimpi merupakan gejala batin yang ada dalam diri pengarang. Menurut Freud (Milner, 1992: 48), mimpi merupakan perwujudan hasrat seseorang sebagai pelampiasan keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan. Proses kreatif dalam psikologi sastra dibagi menjadi empat berdasarkan pemenuhan hasrat antara lain figurasi, kondensasi, pemindahan, dan simbol (Milner, 1992: 27-28). Hal-hal itu dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Figurasi yaitu teknik transformasi pikiran ke dalam gambar atau kata-kata. Gambar ini dihasilkan dari mimpi yang merupakan cara tertentu untuk melihat hasrat kita terwujud. Pikiran-pikiran optatif (bersifat abstrak karena muncul dari hasrat) itu digantikan oleh pikiran yang aktual berdasarkan keinginan pengarang. 2. Kondensasi, yaitu peralihan dari berbagai mimpi yang digabung menjadi satu imaji tunggal. Setiap orang seringkali mengalami kemunculan mimpi yang berkelebat dengan berbagai kondisi. Ada yang kemunculannya banyak namun ada

16 28 yang sedikit tergantung kepekaan. Seperti seseorang mempunyai banyak cita-cita namun harus mempertimbangkan kesesuaiannya. 3. Pemindahan, yaitu menonjolkan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan pikiran laten. Kemunculan mimpi itu kadang diwujudkan dengan pemaknaan yang berlawanan dari isi pikiran laten. 4. Simbol, yaitu pewujudan mimpi yang berhubungan dengan pikiran tersembunyi melalui hubungan yang bersifat analogis. Objek-objek dalam isi pikiran dihubungkan secara simbolis yaitu pemaknaan mimpi yang tidak secara konkret melainkan ada hubungannya dengan objek terkait. Misalnya tali dihubungkan dengan ular, mawar berhubungan dengan wanita, merah bisa berarti darah, dan lain-lain. Endraswara (2008: 213) membagi sastrawan ke dalam tiga golongan berdasarkan keadaan jiwa yang mendorong lahirnya proses kreatif karya sastra. Golongan-golongan tersebut antara lain: 1. Jiwa sedang iba, yaitu keadaan psikis sastrawan merasa kasihan terhadap fenomena. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kejadian yang menyayat hati dan menyentuh rasa hingga melahirkan proses kreatif. 2. Jiwa sedang geram, yaitu ketika dalam keadaan marah dan kecewa. Suasana ini dapat dimunculkan dalam karya sastra. Hal ini dapat ditandai dengan adanya katakata yang mengandung kemarahan seperti kata-kata kasar, kata-kata negatif yang mengandung kebencian, dan kata-kata yang mengandung perasaan kecewa terhadap fenomena. Hal ini yang dapat memunculkan proses kreatif pengarang.

17 29 3. Jiwa merasa kagum, yaitu ketika pengarang merasakan keheranan, penuh tanda tanya, dan rasa keagungan. Pada suasana ini pengarang hendak menyatakan rasa syukur, pantulan imajinatif ke arah profetik, dan sejenisnya. Ketika suasana kejiwaan yang dirasakan demikian, akan menjadi inspirasi kritis bagi pengarang yaitu daya dorong kuat psikis yang mengharuskan sastrawan berekspresi. Proses penciptaan karya sastra yang berkaitan dengan psikologi memainkan peran penting dalam memengaruhi kesadaran individu. Menurut Jung (2005: 159), fokus utama psikologi sastra yang berkaitan dengan ranah kesadaran manusia adalah terdapatnya pandangan hidup, guncangan emosional, pengalaman yang membuat pengarang mendapat gairah untuk mengekspresikan pandangan, dan daya krisis mengenai takdir manusia pada umumnya. Semuanya itu membangun kesadaran manusia dan kesadaran hidup yang dirasakan secara pribadi. Pengalaman manusia seperti guncangan emosi, pengalaman pribadi, dan krisis mengenai nasib hidup umat manusia dapat membentuk pandangan hidupnya dalam mewujudkan proses kreativitas sastranya. Semua proses itu dikendalikan oleh sensor sebagai pengendali mekanisme hasrat. Hal ini menimbulkan apa yang disebut Freud sebagai represi. Keseluruhan proses di atas membentuk pekerjaan mimpi dan membantu menyamarkan hasrat yang tidak dapat terwujud saat sadar. Keadaan psikis dalam keadaan bangun merupakan suatu arus yang mengubah kesan-kesan inderawi menjadi suatu penggerak, dengan memunculkannya ke dalam wilayah sadar. Akan tetapi harus melalui dua zona atau sistem yaitu sistem taksadar dan sistem prasadar. Sistem taksadar yaitu penimbunan jejak-jejak kenangan dari kesan-kesan inderawi sekaligus kekuatan energi yang

18 30 menjadi sumber hasrat. Untuk menjadikan kekuatan energi itu kuat dan peka, maka sistem itu harus lepas dari sadar. Setelah mencapai zona prasadar, kesan inderawi dapat terpendam di situ karena tidak cukup intens atau mendapat perhatian serta dapat segera menjadi sadar. Sensor hanya membiarkan kesan-kesan inderawi yang tidak membangkitkan resistensi. Hambatan-hambatan sensor bekerja untuk menghalangi hasrat-hasrat tak sadar yang terpendam untuk mewujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberi kepuasan batin. Sensor di atas dapat berupa pertimbanganpertimbangan seseorang sebelum menentukan pilihan. Sensor menyebabkan berbagai kejadian yang dialami masa lalu bisa terlupakan. Namun apabila kedua sistem yang peka dan motoris tadi tertidur, gerakannya berubah terbalik yaitu dari progredien (gerakan dari kesan inderawi) menjadi regredien (sadar). Gerakan tersebut dapat menghidupkan kembali kesankesan yang dilupakan, sebagai akibat melemahnya sensor yang masuk ke dalam sadar melalui transposisi tertentu. Penggerak kehidupan psikis secara eksklusif adalah hasrat. Hasrat tersebut dapat terlihat sebagai sadar yang direpresi sehari sebelumnya. Tetapi menurut Freud, dalam taksadar terdapat akar hasrat yang menimbulkan mimpi (Milner, 1992: 29-31). Kesan-kesan inderawi manusia akan bekerja bila sensor dalam dirinya tidak bekerja. Kesan-kesan ini akan tercipta melalui bahasa sebagai ungkapan ekspresi.

19 31 B. Kerangka Pikir Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, dapat dipetakan kerangka pikir untuk dapat memperjelas teknis penelitian. Adapun bagan kerangka pikir adalah sebagai berikut: Proses Kreatif Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra 99 Cahaya di Langit Eropa Tahap-tahap Proses Kreatif William Miller: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Inkubasi 3. Tahap Inspirasi/Iluminasi 4. Tahap Penulisan 5. Tahap Verifikasi Proses Peneluran Hasrat Sigmund Freud: 1. Id 2. Ego 3. Superego Proses Kreatif Psikologi Sastra Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan

I. PENDAHULUAN. sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Karya sastra adalah gambaran kehidupan manusia yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Feri Muhamad Sukur, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Feri Muhamad Sukur, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dalam karya sastra adalah simbol psikis dan bingkisan makna psikis yang dalam (Endraswara, 2008: 4). Bahasa itu dikonstruksikan oleh pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Salah satu bentuk pendidikan adalah pendidikan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra. Berdasarkan yang diungkapkan Nurgiyantoro (1995: 272) bahasa dalam seni sastra ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang yang kemudian lahir sebuah karya

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Resmiyati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang hari dari zaman ke zaman (Semi, 2002:1). Menurut

I. PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang hari dari zaman ke zaman (Semi, 2002:1). Menurut 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra menampilkan potret kehidupan manusia. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci