Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion Model (HPM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion Model (HPM)"

Transkripsi

1 Faktor Determinan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi dengan Pendekatan Health Promotion Model (HPM) 1* Elizar Fatmi, 1 Teuku Tahlil, 2 Mulyadi 1 Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia; 2 Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia. *Corresponding Author: elizar.fatmi@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien hipertensi dengan menggunakan pendekatan Health Promotion Model (HPM). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study yangdilakukan pada 90 orang pasien hipertensi yang berkunjung ke Poli Jantung RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember Analisa data mencakup analisis deskriptif, Chi Square Test dan Binary Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini 61,1% laki-laki dan 38,9% perempuan. Hasil uji Chi Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet hipertensi dengan persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi (p=0,000), persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi (p=0,012), persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi (p=0,000), sikap tentang aktivitas mengatur diet hipertensi (p=0,000) dan pengaruh interpersonal (p=0,023). Berdasarkan dari hasil uji Regresi Logistik Regression diperoleh hasil bahwa secara simultan variabel persepsi tentang manfaat dan kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi (pvalue 0,026 dan 0,001, secara berurutan), sedangkan persepsi hambatan, sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan teradap kepatuhan diet hipertensi (pvalue 0,321, 0,654, 0,184 dan 0,099, secara berurutan). Kata Kunci: Faktor determinan, kepatuhan, hipertensi, Health Promotion Model Pendahuluan Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah besar diseluruh dunia karena prevalensinya yang masih tinggi dan terus meningkat. Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan mengakibatkan hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya atau sekitar 13% dari total kematian di dunia (Gusmira, 2012). Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. Di Indonesia berdasarkan data Kemenkes RI (2013), B102

2 penyakit hipertensi termasuk penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada pasien rawat jalan yaitu kasus dan merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,81% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%). Di Provinsi Aceh, hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) dengan jumlah kasus tertinggi dibandingkan dengan kasus PTM lainnya. Jumlah kasus hipertensi di Provinsi Aceh tahun 2013 adalah sebesar 21,5% (Riskesdas, 2013). Sementara itu di RSUD dr.zainoel Abidin Banda Aceh, berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti, angka kunjungan pasien hipertensi di Poli Jantung pada Desember 2015 sebanyak 910 orang atau rata-rata 46 pasien perhari. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting bagi terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal, dan retinopati. Terapi hipertensi yang adekuat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 40% dan risiko miokard infark sampai 15%. Seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7) merekomendasikan modifikasi gaya hidup sebagai terapi yang penting pada hipertensi. Modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan salah satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran yang besar dalam mencegah kenaikan tekanan darah pada individu yang tidak menderita hipertensi, serta menurunkan tekanan darah pada prehipertensi dan penderita hipertensi (Kumala, 2014). Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pola makan pasien. Namun, banyak penderita hipertensi yang masih mempunyai perilaku diet hipertensi yang kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60,4% penderita hipertensi memiliki perilaku yang kurang baik terhadap diet hipertensi (Firmayanti et al., 2014). Diet adalah salah satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi merubah dan mempertahankan perilaku tidak mudah karena tanggung jawab besar dari kepatuhan diet tergantung pada pasien dan perawatan diri adalah penting untuk mengontrol tekanan darah. Bukti menunjukkan bahwa intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol tekanan darah dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan masyarakat. Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah ini. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan perilaku kepatuhan diet dari individu (Kamran et al., 2015). Agar dapat mencapai keberhasilan dan keberlanjutan perilaku pengelolaan hipertensi diperlukan upaya untuk memahami persepsi pasien/ penderita hipertensi tentang efektifitas pengaturan diet. Pemahaman tentang persepsi untuk melakukan kepatuhan diet hipertensi yang baik dapat dilakukan melalui pendekatan aplikasi Health Promotion Model (HPM), yaitu suatu model promosi kesehatan yang dikembangkan oleh Pender tahun Model ini memiliki komponen yang terdapat dalam perilaku spesifik pengetahuan dan sikap, terdiri atas persepsi terhadap manfaat tindakan (perceived benefit of action), persepsi terhadap hambatan untuk tindakan (perceived barrier to action), kemampuan diri (perceived selfefficacy), sikap yang berhubungan dengan aktivitas (activity related affect), pengaruh interpersonal (interpersonal influences), dan pengaruh situasional (situational influences) (Tomey & Alligood, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kepatuhan diet pada pasien hipertensi dengan pendekatan Health Promotion Model (HPM). B103

3 Bahan dan Metode Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berkunjung ke Poli Jantung pada salah satu rumah sakit umum di Banda Acehyang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengankriteria inklusi antara lain dinyatakan sedang menderita hipertensi oleh petugas kesehatan, tidak menderita penyakit komplikasi lain yang membutuhkan diet tertentu, umur minimal 18 tahun, dan bisa membaca dan menulis. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung pada salah satu rumah sakit umumdi Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 9 Desember 2016 dengan menggunakan questioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Izin etik penelitian didapatkan dari Komite Etik Penelitian Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Analisa data Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS, mencakup analisis deskriptif, Chi Square Test dan Binary Logistic Regression. Hasil dan Pembahasan Data Demografi Data demografi responden ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa hampir semua responden tinggal dengan keluarga inti (98,9%) dengan lama pengobatan < 5 tahun (77,8%); sebagian besar responden berusia antara tahun(54,4%), berjenis kelamin laki-laki (61,1%), lama menderita hipertensi < 5 tahun (70%), mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (63,3), dan; hampir setengah responden berpendidikan dasar(38,9), bekerja sebagai wiraswasta (35,6%) dan memiliki pendapatan keluarga antara Rp Rp (48,9%). B104

4 Tabel 1. Data Demografi Responden penelitian (n=90) Karakteristik Demografi Frekuensi (f) Persentase (%) Umur 1. Dewasa Awal (18-35 Tahun) 2. Dewasa Pertengahan (36-45 Tahun) 3. Dewasa Akhir (45-60 Tahun) 4. Lanjut Usia (> 60 Tahun) Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Status Tinggal 1. Sendirian/terpisah dengan keluarga inti 2. Bersama keluarga inti Pendidikan Terakhir 1. Tinggi 2. Menengah 3. Dasar Pekerjaan 1. PNS 2. Wiraswasta 3. Pensiunan 4. Petani 5. Tidak Bekerja Pendapatan Keluarga 1. <Rp Rp Rp >Rp Lama Menderita Hipertensi 1. < 5 Tahun 2. 5s/d 10 Tahun 3. >10 Tahun Lama Pengobatan 1. < 5 Tahun 2. 5s/d 10 Tahun 3. >10 Tahun Riwayat keluarga yang menderita hipertensi 1. Tidak Ada 2. Ada ,6 5,6 54,4 34,4 61,1 38,9 1,1 98,9 28,9 32,2 38,9 14,4 35,6 16,7 10,0 23,3 41,1 48, ,7 13,3 77,8 13,3 8,9 36,7 63,3 Hubungan antara persepsi individu tentang manfaat, kemampuan diri, sikap, dan faktor interpersonal dengan kepatuhan diet Hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi individu tentang manfaat mengatur diet hipertensi (p=0000), persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi (p=0,012), persepsi tentang kemampuan diri (p=0,000), sikap (p=0,000), dan faktor interpersonall (p=0,023) dengan kepatuhan diet hipertensi, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh situasional dengan kepatuhan diet hipertensi (p>0.05). Faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet Hasil uji Logistik regression untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet penderita ditunjukkan pada Tabel 2. B105

5 Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet penderita Persepsi_manfaat Persepsi_hambatan Kemampuan_diri Sikap_aktivitas Faktor Interpersonal Faktor Situasional Constant B S.E Wald Df Sig. Exp(B) 1,424,639 4,970 1,026 4,155,651,657,984 1,321 1,918 3,163,980 10,424 1,001 23,648 -,465 1,036,201 1,654,628,867,652 1,769 1,184 2,381-1,049,636 2,718 1,099,350 6,903 1,821 14,372 1,000 0,001 Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua) subvariabel yang berpengaruh secara signifikanterhadap kepatuhan diet, yaitu persepsi tentang manfaat mengatur diet (p=0,026) dan persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet (p=0,001). Tabel 2 di atas juga menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi sebesar 4,155 kali dan persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi sebesar 23,648 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi. Seperti yang telah dijelaskan diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebahagian besar pasien penderita hipertensi merasakan manfaat dari mengatur diet hipertensi, sehingga mereka sangat patuh melakukan diet sesuai anjuran bagi penderita hipertensi. Hal ini juga berarti bahwa semakin bagus manfaat yang dipersepsikan maka akan semakin baik pula perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien. Hayden (2009) menyebutkan bahwa persepsi terhadap manfaat yang dirasakan mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit). Tindakan yang diambil oleh seseorang untuk perawatan dan pengobatan penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari persepsi terhadap kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility to disease) dan persepsi terhadap manfaat yang dirasakan (perceived benefits of preventive action), sehingga orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan jika hal tersebut dianggap menguntungkan. Seseorang cenderung mengadopsi perilaku sehat jika mereka percaya perilaku sehat tersebut akan mengurangi peluang mereka untuk terkena penyakit (kerentanan). Persepsi terhadap manfaat yang dirasakan memainkan peran penting dalam adopsi perilaku positif untuk melaksanakan rehabilitasi dan perawatan penyakit kronis di rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhadi (2011) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan persepsi manfaat terapi farmakologi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Lansia yang telah memiliki keyakinan dan merasakan manfaat dari terapi farmakologi yang dapat menurunkan dan mengurangi keluhan hipertensi sehingga meningkatkan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi tentang hambatan mengatur diet hipertensi secara terpisah atau parsial dari variabel independen lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi. Hasil ini bermakna pasien mempersepsikan bahwa tidak ada hambatan yang bermakna untuk melakukan perilaku kepatuhan diet hipertensi. Akan tetapi secara simultan atau bersama-sama dengan variabel lainnya, persepsi keluarga tentang hambatan mengatur diet hipertensi tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan diet hipertensi yang dilakukan pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan bahwa tidak ada hambatan untuk menerapkan kepatuhan diet hipertensi, sehingga persepsi mereka tentang hambatan untuk mengatur diet hipertensi bukan merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi. B106

6 Centers for Disease Control and Prevention (Jones & Bartlett, 2008) menyatakan bahwa agar perilaku kesehatan yang baru dapat diadopsi, maka seseorang perlu percaya bahwa manfaat dari perilaku kesehatan baru tersebut lebih besar dari pada konsekuensi melanjutkan perilaku yang lama. Hal ini mempermudah untuk mengatasi hambatan yang ada dan perilaku baru dapat diadopsi secara baik. Persepsi terhadap hambatan yang dirasakan mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan dalam melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan. Persepsi ini terjadi apabila perasaan seseorang terhadap analisis biaya atau manfaat dari tindakan kesehatan bertentangan atau bertolak belakang dengan persepsi tentang mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, resiko bahaya yang harus dihadapi (misalnya efek samping), perasaan yang tidak menyenangkan dari melakukan tindakan kesehatan (misalnya merasa sakit), lamanya waktu yang harus dijalani untuk melakukan tindakan kesehatan dan ketidaknyaman yang ditimbulkan dari tindakan kesehatan tersebut. Glanz dan Viswanath (2008) menyebutkan persepsi terhadap hambatan (perceived barriers) adalah evaluasi diri individu tentang hambatan yang menghalanginya untuk mengadopsi perilaku baru. Apabila hambatan yang dirasakan sangat besar maka seseorang tidak akan melakukannya. Dari semua konstruksi, hambatan yang dirasakan adalah yang paling penting dalam menentukan perubahan perilaku seseorang. Hasil lainnya dari penelitian ini adalah persepsi tentang kemampuan diri untuk mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar pasien penderita hipertensi yang yang terlibat dalam penelitian ini memiliki self-efficacy yang sangat baik, sehingga mereka sangat antusias menerapkan perilaku kepatuhan diet. Hal ini juga berarti bahwa semakin baik kemampuan diri yang dipersepsikan (Perceived self efficacy) maka akan semakin baik pula perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien. Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Keyakinan seseorang terhadap keberhasilannya memiliki efek yang beragam, seperti: keyakinan mempengaruhi tindakan yang dipilih seseorang, berapa besar usaha yang mereka lakukan dalam mencapai apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan (Bandura, 2001). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi dan Pradopo (2006), bahwa self efficacy berpengaruh positif dan signifikan tehadap kemampuan afektif, dimana respon positif akan memudahkan seseorang menerima suatu inovasi baru dan menerapkan beberapa inovasi dalam kehidupannya. Hasil penelitian pada Tabel 2 diperoleh bahwa sikap terhadap aktivitas mengatur diet hipetensi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian pasien hipertensi yang menjadi responden penelitian memiliki sikap yang baik terhadap aktivitas kepatuhan diet hipertensi, tetapi tidak signifikan mempengaruhi mereka dalam menerapkan perilaku kepatuhan diet hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baiktidak baik dan sebagainya).dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; dan kecenderungan untuk bertindak. B107

7 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati (2009), menunjukkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalankan diet hipertensi seperti diet rendah garam dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan suatu yang bersifat positif maupun negatif serta pengetahuan dan sikap mempengaruhi penderita hipertensi berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi. Hasil penelitian pada tabel 2 diketahui bahwa faktor interpersonal secara terpisah atau parsial dari variabel independen lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan diet hipertensi.hasil ini bermakna bahwa pasien mendapat dukungan interpersonal yang baik dalam menerapkan kepatuhan diet hipertensi.akan tetapi secara simultan atau bersama-sama dengan variabel lainnya, faktor interpersonal tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan diet hipertensi yang dilakukan pasien.berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian responden penelitian mendapat dukungan interpersonal yang baik untuk menerapkan kepatuhan diet hipertensi, tetapi bukan merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi pasien dalam menerapkan kepatuhan diet hipertensi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mariner (1998), bahwa pengaruh interpersonal menyangkut perilaku, kepercayaan, atau sikap, pengaruh interpersonal termasuk norma-norma, dukungan social (instrumental dan dorongan emosional), dan modeling (pembelajaran melalui observasi orang lain yang melibatkan perilaku khusus). Sumber utama dari pengaruh interpersonal adalah keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Fungsi sosialisasi dalam keluarga bertujuan mengajarkan anggota keluarga untuk dapat melakukan hubungan interpersonal yang harmonis, baik sesama anggota keluarga ataupun dengan masyarakat lainnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Novian (2013), menunjukkanbahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan diit pasien hipertensi. Dimana keluarga berperan sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dengan hipertensi.dan ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan diit pasien dengan hipertensi.dukungan petugas kesehatan sangatlah besar bagi penderita, dimana petugas adalah pengelola penderita sebab petugas adalah yang paling sering berinteraksi dengan pasien, sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis menjadi lebih baik dengan sering baik.sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita dengan baik. Hasil penelitian pada Tabel 2 diketahui bahwa faktor situasional tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi.berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebahagian pasien penderita hipertensi yang terlibat dalam penelitian ini memiliki faktor situasionalyang kurang baik, namun tidak mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi diterapkan pasien. Hal ini juga berarti bahwa factor situasional tidak berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan yang diterapkan pasien. Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tomey dan Alligood (2006), yang menyatakan bahwa pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan kesadaran terhadap beberapa situasi yang diberikan atau suatu konteks yang dapat memfasilitasi atau perilaku yang menghalangi. Pengaruh ini termasuk persepsi dari pilihan yang tersedia, karakteristik permintaan, dan segi estetis lingkungan yang telah diberikan perilaku promosi kesehatan untuk diselesaikan.pengaruh situasional mungkin mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung pada perilaku kesehatan. Sebuah perilaku dimulai melalui sebuah komitmen untuk bertindak kecuali terdapat permintaan persaingan yang tidak dapat dihindari atau sebuah persaingan yang tidak dapat dipertahankan (Pender et al., 2002). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyati et al. (2013) menunjukkan self efficacy, keyakinan diri terhadap efektivitas perilaku B108

8 Self Management Behaviour (SMB), dukungan sosial dan kemampuan komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan dengan pasien memiliki hubungan signifikan terhadap SBMpada pasien hipertensi.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhadi (2011) tidak ada hubungan yang signifikan antara dampak dukungan lingkungan dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi Kesimpulan Hasil penelitian membuktikan bahwa keberhasilan dan keberlanjutan perilaku pengelolaan hipertensi sangat ditentukan oleh persepsi atau keyakinan terhadap manfaat dan efektivitas tindakan. Sehingga sangat penting dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap manfaat dari perilaku kepatuhan diet hipertensi. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih kepada kepada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah memberi fasilitas untuk penelitian. Daftar Pustaka Bandura, A. (2001). Self efficacy and health. In N. J. Smelzer & P. B. Baltes (Eds). International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol. 20. Firmayanti, E, Rasyida, Z. M & Santosa, T. (2014). Pengaruh Blog Edukatif Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Perilaku Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarya. Muhammadiyah Journal of Nursing. Glanz, K., Rimer, B K., Viswanath, K., (2008), Health Behavior and Health Education Theory, Research and Practice, Josseybass Publishing Gusmira, S. (2012). Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Jurnal Departemen Farmasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Universitas Indonesia, Volume 16 No. 2. Hayden, J. (2009), Introduction to Health Behaviour Theory, Burlington: Jones and Barlett Learning. Jones and Bartlett. (2008). Health Belief Model. Jones and Bartlett Publisher. Kamran. A, Sherkarchi. A, Sharirad, G. (2015). The Relationship between blood pressure and the structures of pender s health promotion model in rural hypertension patients. Journal Educ health Promot v.4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). (2013). Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kumala, M. (2014). Peran Diet Dalam Pencegahan Dan Terapi Hipertensi. Damianus Journal Of Medicine Vol 13 No. 1. Mardiyati, Y. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Sikap Menjalani Diet Hipertensi Di Puskesmas Ngawan I Kabupaten Gunung Kidul Propinsi D.I.Y. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mariner, A. (1998). Nursing Theorits And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven Published Mulyati. L, Yetti. K dan Sukmarini. L. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Self Management Behaviour Pada Pasien Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan Padjajaran Vol. 1 No.2. Novian, A. (2013). Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pender,N.J, Carolyn L. M & Mary A. P. (2002). Health Promotion in Nursing Practice. New Jersey: Pearson education, Inc. B109

9 Pratiwi, N.L dan Pradopo, S. (2006). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Peningkatan Kemampuan Afektif Kader Kesehatan Dan Dampak Pada Perilaku Sehat Gigi Melalui Model Deteksi OHI-S, DMFT Indeks. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 9 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Suhadi. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Lansia Dalam Perawatan Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang. Tesis. Universitas Indonesia. Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorist and Their Work (6 th ed). St. louis: Mosby inc. B110

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

1

1 BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah

Lebih terperinci

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Dengan Pendekatan Health Promotion Model

Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Dengan Pendekatan Health Promotion Model Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Dengan Pendekatan Health Promotion Model The Family Support In Caring Of Mental Disorder Patients With Health Promotion Model Approach Nirwan 1, Teuku Tahlil 1, Said

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmhg (Depkes, 2006a). Hipertensi juga disebut sebagai the sillent killer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder (Lewis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun (Susilo & Wulandari, 2011). usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (2010) 524 juta orang berusia 65 tahun

BAB I PENDAHULUAN tahun (Susilo & Wulandari, 2011). usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (2010) 524 juta orang berusia 65 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM). Hipertensi adalah kondisi tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg (WHO, 2013). Hipertensi juga sering disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PENDERITA HIPERTENSI DALAM PERAWATAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

Ria Fitriani A12/A Tingkatan teori

Ria Fitriani A12/A Tingkatan teori Ria Fitriani 131211132026 A12/A-2 1. Tingkatan teori Model promosi kesehatan Nolla J. Pender termasuk dalam middle-range theory yaitu teori yang menyeimbangkan kepesifikanya dengan konsep ekonomi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan ISH (International Society

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular adalah akibat dari terjadinya epidemiologi yang paralel dengan transisi teknologi di dunia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat oleh data dari WHO (2014), yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) dan Center Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus meningkat. Data pasien hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFIKASI DIRI PADA PASIEN TB PARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFIKASI DIRI PADA PASIEN TB PARU FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFIKASI DIRI PADA PASIEN TB PARU Erika Dewi Noorratri 1, Ani Margawati 2, Meidiana Dwidiyanti 3 1 Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum di jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis pada sistem sirkulasi dan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 4 (3) (2015) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR. PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.H. ALOE SABOE GORONTALO Salman, Sofyawati Talibo, Nur Rahmi Amma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian pengaruh penyuluhan obat antihipertensi terhadap pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Ketabang Surabaya Pusat adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Health Belief Model

Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Health Belief Model Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Health Belief Model The Family Health Task In Prevention Of Dengue Hemorrhagic Fever With Health Belief Model Approach

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dijalankan pemerintah saat ini mempengaruhi kualitas kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif

Lebih terperinci