BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Migas (Minyak dan Gas bumi) Minyak dan Gas bumi Minyak dan gas bumi merupakan bahan yang paling penting didunia dewasa ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak berbagai mesin motor, mesin diesel, mesin jet untuk pesawat terbang, serta mesin mesin lain untuk penggerak industri. Sifat cair dari minyak bumi menyebabkan cairan dari proses pemisahan minyak bumi menjadi mudah di simpan dalam berbagai macam bentuk. Seperti ditempatkan kedalam tanki kilang minyak dan mengalirkannya melalui pipa pipa untuk kemudian digunakan. Gas bumi memiliki sifat gas yang juga mempunyai keunggulan daripada zat padat, dan sebetulnya juga terhadap zat cair karena dapat dimampatkan, sehingga volumenya dapat di perkecil. Selain itu, gas sangat mudah mengalir dan kebocoran sulit diketahui, sehingga memerlukan teknologi lebih tinggi dalam penyimpanannya (Koesoemadinata, 1990) Proses Pengolahan di Industri Migas (Minyak dan Gas Bumi) Menurut Hardjono (2007), sifat sifat minyak mentah sangat bervariasi dan jenis produk yang dapat dihasilkan juga dan sangat banyak, maka istilah kilang tidaklah memberikan gambaran yang jelas mengenai operasi operasi apa saja yang

2 dilakukan oleh suatu kilang. Suatu operasi yang tentu dijumpai dalam semua kilang adalah destilasi yang memisahkan minyak bumi ke dalam fraksi fraksinya berdasarkan titik didihnya. Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya, dapat sederhana atau kompleks, tergantung kepada produk produk yang akan di buat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua buah kilang minyak yang mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Dalam kenyataannya kilang minyak terdiri dari unit unit atau pabrik manufaktur yang berbeda, karena unit unit tersebut mengolah bahan minyak yang berbeda dan menghasilkan produk produk yang berbeda pula. Makin kompleks kilang minyak atau makin beragam unit yang ada didalam kilang maka kilang akan semakin fleksibel, karena produk yang tidak dapat dipasarkan dapat diubah kedalam produk yang dapat dipasarkan. Adanya produk yang tidak dapat dipasarkan akan menyebabkan tangki produk pada suatu saat akan penuh, sehingga operasi kilang terpaksa harus dihentikan. Perlu dikemukakan disini, bahwa tidak ada skema proses pengolahan yang berlaku umum untuk semua kilang minyak karena tidak ada kilang minyak yang mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Bagaimana minyak mentah di ubah menjadi berbagai macam produk dapat ditunjukkan dengan diagram alir pada gambar 2.1 berikut (Hardjono, 2007).

3 Gambar 2.1. Diagram alir proses kilang minyak Beberapa Ragam Model Keselamatan Kerja Migas Lapangan kerja migas secara umum terbagi dua, yakni kegiatan offshore dan kegiatan onshore. Jenis keselamatan kerja migas offshore atau kegiatan pertambangan migas diatas laut, adalah:

4 1. Keselamatan kerja transportasi laut. 2. Keselamatan kerja discharge (pembongkaran) material diatas laut. 3. Keselamatan kerja lifthing (pengangkatan) material. 4. Keselamatan kerja di atas ketinggian (working at height). 5. Keselamatan kerja di area terbatas (confine space). 6. Keselamatan kerja perform welding (pengelasan). 7. Keselamatan kerja penyelamatan di laut. 8. Keelamatan kerja pendaratan chopper (helicopter) di atas pad (titik pendaratan). 9. Keselamatan kerja pengapalan material di atas laut. 10. Keselamatan kerja antisipasi kebakaran di laut. Kemudian keselamatan kerja migas onshore atau kegiatan pertambangan di darat, sebagai berikut: 1. Keselamatan kerja blasting (peledakan sumber minyak). 2. Keselamatan kerja drilling (pengeboran). 3. Keselamatan kerja discharge material di darat. 4. Keselamatan kerja pengoperasian forklift. 5. Keselamatan kerja pengoperasian crane truck/boom truck. 6. Keselamatan kerja pencegahan atau penanganan kebakaran. 7. Keselamatan kerja di ketinggian/scaffolding. 8. Keselamatan kerja area terbatas. 9. Keselamatan kerja di lifting material.

5 10. Keselamatan kerja mechanical. 11. Keselamatan kerja di kantor (Ahira, 2011) Potensi Bahaya (Potential Hazard) ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian. Potensi bahaya merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa: a. Faktor fisik : kebisingan, cahaya, radiasi, vibrasi, suhu b. Faktor kimia : solven, gas, asap, uap, debu c. Faktor biologik : tumbuhan, hewan, bakteri, virus d. Aspek ergonomik : desain, sikap kerja, e. Stresor : tekanan produksi/beban kerja, monoton, kejemuan f. Listrik dan sumber energi lainnya, mesin, peralatan kerja, tata rumah tangga (house keeping), kebakaran, peledakan, kebocoran g. Pelaksana/manusia : perilaku, kondisi fisik, interaksi (Budiono, 2008). Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur - unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja. Dalam

6 proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur unsur produksi tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010). Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki risiko tinggi, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu, pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki risiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Risiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak, meliputi: a. Jenis pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia b.crude oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah meledak, keracunan sulfur c. Cuaca, misalnya petir (Signage, 2010). Ada beberapa panduan daftar bahaya potensial yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

7 Tabel 2.1. Daftar Bahaya Potensial No Uraian Bahaya Potensial 1 Lingkungan kerja 1. Udara kotor 2. Temperatur ekstrim a. Kontak dengan benda panas atau dingin b. Terkena Lingkungan panas atau dingin 3. Tekanan mental a. Gertakan/gangguan b. Kekerasan c. Kerja shift 2 Energi 1. Kebisingan a. Bising tiba - tiba b. Bising dalam waktu lama 3 Zat Kimia 1. Kontak dengan zat kimia 2. Kebakaran dan ledakan 3. Debu dan gas 4. Asap, uap dan kabut 4 Pekerjaan manual Ergonomis (desain tempat kerja tidak baik) (Suardi, 2005) Menurut Syukri sahab (1997) dalam Hayati (2009), umumnya sumber bahaya yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi berasal dari: a. Manusia Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami persentase kecelakaan yang tinggi. Tenaga kerja tersebut di pandang cenderung menderita kecelakaan. Statistik kecelakaan menunjukkan bahwa 10-25% tenaga kerja terlibat dalam 55-85% dari seluruh kecelakaan. b. Mesin dan peralatan Mesin dan peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya maka seluruh peralatan harus di desain, di pelihara dan digunakan dengan baik. Pengendalian

8 potensi bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk peralatan, ukuran, berat ringannya peralatan, kenyamanan operator dan kekuatan yang diperlukan untuk menggunakan atau mengoperasikan peralatan kerja dan mesin mesin. c. Metode Kerja atau Cara Kerja Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain: 1. Cara mengangkat dan mengangkut 2. Cara kerja yang mengakibatkan kecelakaan dan cedera terutama yang sering terjadi adalah pada tulang punggung. 3. Memakai Alat Pelindung Diri yang tidak semestinya dan cara pemakaiannya salah. d. Lingkungan Kerja Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut antara lain berdasarkan: 1. Faktor Lingkungan Fisik Bahaya yang bersifat fisik seperti suhu yang panas, terlalu dingin, terpapar bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan adanya paparan radiasi. 2. Faktor Lingkungan Kimia Bahaya yang bersifat kimia berasal dari bahan bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini terpapar di

9 lingkungan kerja karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses. 3. Faktor Lingkungan Biologi Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja. 4. Faktor Ergonomi Gangguan yang disebabkan oleh beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja atau tidak sesuai dengan anthropometri tubuh tenaga kerja. 5. Faktor Psikologi Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti berhubungan dengan atasan dan bawahan yang tidak harmonis Sumber Bahaya yang Berasal dari Lingkungan Kerja Sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, kimia, biologi, dan psikologi terhadap pekerja. Beberapa sumber bahaya di lingkungan dan pengaruhnya terhadap pekerja, sebagai berikut : 1. Suhu Kerja Iklim (cuaca) atau suhu kerja mempengaruhi daya kerja. Produktivitas, efisiensi dan efektivitas kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim (cuaca) kerja. Iklim kerja yang termonetral (suhu netral), jadi tidak dingin sehingga tidak

10 menyebabkan tenaga kerja kedinginan atau tidak panas sehingga tenaga kerja tidak gerah kepanasan biasanya kondusif tidak hanya untuk melaksanakan pekerjaan tetapi juga untuk memperoleh hasil kerja yang baik. Pada kisaran suhu termonetral untuk bekerja, terdapat suhu nyaman atau mendukung untuk bekerja. Untuk menentukan suhu netral atau nyaman untuk bekerja perlu dilakukan angket. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara o C. Suhu yang lebih dingin katakan 20 o C (suhu paling cocok bagi penduduk sub tropis) mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan kemampuan berfikir demikian sangat luar biasa terjadi sesudah suhu udara melampaui 32 o C. suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang. Orang Indonesia pada umumya beraklimatisasi iklim tropis, yang suhunya berkisar o C dengan kelembaban sekitar 85-95% bahkan mungkin lebih. Aklimatisasi terhadap suatu iklim (cuaca) berarti penyesuaian yang terjadi pada seseorang terhadap suatu iklim (cuaca) tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap cuaca tersebut dan kondisi fisik, faal, psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim (Suma mur, 2009). Pekerja didalam lingkungan panas, seperti di sekitar boiler, oven, tungku atau bekerja diluar ruangan seperti dibawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena

11 peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah seperti, vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat dan suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lain lain. Selanjutnya apabiila pemaparan tekanan panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat. Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat mengakibatkan : a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian, dan lain lain. b. Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. c. Heat cramps, yaitu kejang kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan kehilangan garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. d. Heat Syncope atau Fainting, disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. e. Heat Exhaustion, keadaan ini tejadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum terbiasa terhadap suhu udara yang panas (Tarwaka, 2004).

12 3. Kebisingan Kebisingan menurut Kepmennaker adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat alat proses produksi dan atau alat alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan ditempat kerja berdasarkan Kepmennaker Nomor PER. 13/MEN/X/2011, besarnya rata rata adalah 85 db untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam seminggu. Tarwaka (2004), pengaruh kebisingan Intensitas tinggi (berada diatas NAB), yaitu mengalami gangguan kesehatan, seperti : meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan. Sedangkan pengaruh kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB), yaitu: a. Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur. b. Gangguan reaksi psikomotorik. c. Kehilangan konsentrasi. d. Gangguan komunikasi antara lawan bicara. e. Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja Sumber Bahaya yang Berasal dari Pekerja (unsafe action) Faktor manusia di tempat kerja mengacu pada setiap masalah yang memengaruhi pendekatan individu ke pekerjaan dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya. Pengaruh tersebut ada di setiap kegiatan harian pekerja,

13 baik di rumah, di tempat kerja, dalam perkumpulan sosial, maupun dalam kegiatan kegiatan diwaktu luang. Faktor manusia merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku. Faktor faktor manusia secara umum mencakup : a. Sikap pekerja terhadap pekerjaannya b. Hubungan antara pekerja dengan kelompok kerjanya c. Interaksi antara pekerja dengan pekerjaannya atau lingkungan pekerjaannya d. Kemampuan kerja dan kekeliruan (human error) e. Perilaku setiap individu f. Cakupan pelatihan dan instruksi yang disediakan g. Desain kondisi pabrik dan perlengkapan h. Aturan aturan dan sistem kerja yang tidak dapat diterima Adapun, faktor negatif yang dapat mengakibatkan potensi bahaya pada industri adalah: a. Minimnya pelatihan dan tugas tugas b. Bersikap menentang terhadap aturan aturan dan pengamanan c. Mengabaikan atau melewati pengamanan dan mengambil jalan pintas untuk meningkatkan pendapatan d. Salah memahami prosedur pekerjaan yang akan dilakukan e. Gagal memberitahukan atau menginstruksikan pekerjaan dengan benar

14 f. Desain dan tata letak pabrik dan perlengkapan yang buruk sehingga tidak memperhitungkan keterbatasan manusia, baik secara fisikmaupun mental (ergonomis) Menghilangkan faktor negatif dan membangun faktor positif akan memberikan sumbangan yang besar terhadap lingkungan kerja yang lebih aman dan selamat (Ridley, 2008) Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan seperti penyimpanan, pengangkutan, pengguanaan, pembuatan, dan pembuangan (Budiono, 2008). Pada penggunaan bahan bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko kecelakaan. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan bahan kimia yang dihadapi pekerja. Dalam menangani zat zat kimia, baik selama tahap pemasokan, pemakaian atau pembuangan, haruslah mengikuti setiap prosedur untuk keselamatan pekerja (Ridley, 2008). Menurut Suma mur (2009), peralatan dan mesin pada suatu industri dapat menimbulkan bahaya seperti bising dan getaran. Bahaya bahaya tersebut selain tidak diinginkan oleh manusia, ternyata juga dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

15 Keselamatan penggunaan permesinan dapat ditinjau dari bahaya bahaya yang ditimbulkan oleh perlengkapan tertentu. Jika setiap bahaya bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil. Pemeliharaan permesinan adalah suatu jenis pekerjaan yang lebih berbahaya dan memerlukan perhatian khusus untuk menilai risikonya, serta mempersiapkan pelaksanaan kerja yang aman (Ridley, 2008) Kecelakaan Kerja Keadaan hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near miss atau near accident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya da risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (Budiono, 2008).

16 Ramli (2010), risiko K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) antara lain : 1. Kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan 2. Kebakaran dan peledakan 3. Penyakit akibat kerja 4. Kerusakan sarana produksi 5. Gangguan operasi. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja dilingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengamanan yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009) Klasifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO (1962), yaitu : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh b. Tertimpa benda jatuh c. Tertumbuk atau terkena benda benda, terkecuali benda jatuh

17 d. Terjepit oleh benda e. Gerakan gerakan melebihi kemampuan f. Pengaruh suhu tinggi g. Terkena arus listrik h. Kontak dengan bahan bahan berbahaya atau radiasi i. Jenis jenis lain termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut. 2. Klasifikasi menurut penyebab a. Mesin Pembangkit tenaga terkecuali motor motor listrik, mesin penyalur, mesin mesin unttuk mengerjakan logam, mesin mesin pengolah kayu, mesin mesin pertanian, mesin mesin pertambangan, mesin mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. b. Alat angkat dan angkut Mesin pengangkat dan peralatannya, alat angkut diatas rel, alat angkut yang beroda kecuali kereta api, alat angkut udara dan air, alat alat angkut lainnya. c. Peralatan lain Bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik kecuali alat alat listrik (tangan), alat alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat alat listrik, tangga, peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut. d. Bahan bahan, zat zat dan radiasi

18 Bahan peledak, debu, gas, cairan, zat zat kimia lainnya, benda benda melayang, bahan bahan yang belum termasuk golongan tersebut. e. Lingkungan Diluar bangunan, didalam bangunan, dibawah tanah. f. Penyebab penyebab yang belum termasuk dalam golongan golongan tersebut. 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan Patah tulang, renggang otot/urat, memar dan luka dalam lainnya, amputasi, gegar dan remuk, luka bakar, luka di permukaan, keracunan akut, mati lemas, pengaruh arus listrik dan radiasi, akibat cuaca dan lain lain. 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh Kepala, leher, badan, anggota gerak atas, anggota gerak bawah, banyak tempat, kelainan umum, dan lain lain (Notoadmodjo, 2003) Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum, penyebab kecelakaan kerja bersumber dari penyebab dasar, penyebab tidak langsung, dan penyebab langsung. Penyebab dasar adalah kebijakan yang tidak memperhatikan aspek aspek keselamatan kerja. Penyebab tidak langsung bersumber dari kondisi kondisi dan perilaku yang tidak aman. Penyebab langsung bersumber pada sebuah interaksi yang memicu kecelakaan terjadi (Hadiguna, 2009).

19 Faktor faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembapan, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan, dan lain lain. 2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda benda padat. 3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun tumbuh tumbuhan. 4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja. 5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya (Suardi, 2005). Beberapa perilaku dan kondisi yang tidak aman sebagai penyebab tidak langsung kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan menurut H. W. Heinrich, yaitu: A. Perilaku tidak aman (unsafe action) 1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak. 2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah. 3. Menggunakan peralatan yang tidak layak. 4. Menggunakan peralatan yang telah rusak atau cacat. 5. Gagal memperingatkan pekerja dan peralatan. 6. Tidak menggunakan alat pelindung diri. 7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman.

20 8. Bermain main, bersenda gurau. 9. Konsumsi alkohol. 10. Konsumsi obat obatan. B. Kondisi tidak aman (unsafe conditions) 1. Kurang pengawasan. 2. Tidak tersedianya peralatan. 3. Kurangnya sistem peringatan. 4. Bahaya kebakaran dan peledakan. 5. Kurangnya housekeeping 6. Bahaya kondisi diudara (gas, kabut, debu, uap). 7. Bising (excessive noise). 8. Kurang penerangan. 9. Kurang ventilasi. 10. Terpapar radiasi (Heinrich, 1980) Prinsip Pencegahan Kecelakaan Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga seminimal mungkin. Beberapa pencegahan kecelakaan dapat dilakukan seperti berikut : a. Mengidentifikasi potensi bahaya b. Menghilangkan bahaya

21 c. Mengurangi bahaya hingga seminimal mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat dilakukan d. Melakukan penilaian risiko e. Mengendalikan risiko (Ridley, 2008). Dalam melakukan penelitian, prioritas yang harus kita lakukan adalah memulai dari tindakan yang terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka kita menurunkan tingkat pengendaliannya ke tingkat yang lebih rendah atau lebih mudah. Tahapan tahapan disajikan berdasarkan pertimbangan biaya. Semakin tinggi tingkat kendali yang dipilih semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Tetapi, tingkat risiko yang berkurang semakin besar pula (Suardi, 2005). Ramli (2010), khusus untuk risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, yaitu: 1. Hazops (Hazards and Operability Study) adalah teknik identifikasi bahaya dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat mengahsilkan kajian yang komprehensif. Namun, kelemahan Hazops adalah karena memerlukan waktu yang panjang, perlu tim ahli, dan sering membosankan. 2. Job Safety Analysis (JSA) yaitu salah satu teknik analisa yang sangat populer dan banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan seperti mengganti bola lampu, memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep dan lainnya.

22 3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) yaitu metoda analisa yang bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam suatu proses, misalnya kebakaran atau ledakan Analisa Risiko Kecelakaan Kerja Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisa risiko. Baik secara kualitatif, semi kuantitatif maupun kuantitatif. Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa termasuk kekerapan/frekuenskinya. Dalam hal ini, probabilitas merupakan teknik analisa risiko kuantitatif yang dicerminkan dari kemungkinan yang ditimbulkannya. Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat seperti pada metoda semikuantitatif. Hasil perhitungan secara kuantitatif akan memberikan gambaran tentang risiko suatu kegiatan atau bahaya (Ramli, 2010) Landasan Teori Potensi bahaya ditempat kerja merupakan sumber risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang sering dijumpai pada mesin/peralatan kerja, bahan kimia (gas, asap, uap, cairan, logam berat), sikap/cara kerja, dan pelaksana/manusia (perilaku, kondisi fisik, interaksi). Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (Budiono, 2008).

23 Menurut Ramli (2010), bahaya di tempat kerja terjadi ketika ada interaksi antara unsur unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses dan metoda kerja. Siahaan (2009), kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) antara lain kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana produksi dan gangguan operasi (Ramli, 2010) Teori Wigglesworth (1972), mengemukakan bahwa dengan hanya melihat adanya kesalahan (error), bahan berbahaya (hazards) maka kemungkinan akan terjadi kecelakaan (accident) dan cedera (injury) dapat diprediksi (Budiono, 2008). Berdasarkan teori Domino yang dikemukakan oleh Heinrich, faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan ditempat kerja yaitu: 1) Social Environment, yaitu kondisi yang membuat seseorang harus mengambil atau menerima risiko. 2) Undesirable Human Traits, yaitu kemarahan, kecerobohan, kelelahan, salah pengertian, tidak sengaja. 3) Unsafe Acts or Conditions (mechanical or physical or chemical hazard), yaitu perencanaan buruk, perilaku pekerja yang tidak aman dalam bekerja, peralatan tidak aman, lingkungan berbahaya. 4) The Accidents, yaitu kecelakaan terjadi ketika kejadian kejadian diatas bersamaan menyebabkan sesuatu berjalan salah. 5) The Injury, yaitu luka luka (cedera) terjadi ketika mengalami kerusakan (Siahaan, 2009).

24 2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan diatas, penulis membentuk kerangka konsep penelitian untuk melihat adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen seperti yang terlihat pada gambar berikut. Variabel Independen Potensi bahaya dalam proses produksi a. Tenaga Kerja b. Peralatan/mesin c. Material Kimia d. Metoda Kerja Variabel Dependen Risiko Kecelakaan kerja Gambar 2.2. Diagram Kerangka Konsep Penelitian Kecelakaan kerja memiliki kaitan dengan sumber bahaya yang berada di lingkungan kerja dan timbul dalam setiap aktivitas kerja yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau prosedur kerja (Ramli, 2010). Dalam hal ini, lingkungan kerja diasumsikan telah mewakili setiap aspek potensi bahaya dalam proses produksi seperti tenaga kerja, peralatan/mesin, material dan metoda kerja. Faktor lingkungan fisik dapat berasal dari peralatan/mesin, sedangkan faktor lingkungan kimia berasal dari material kimia seperti gas H 2 S, debu sulfur, cairan sulfinol, cairan LNG, cairan karbonat, cairan DEA (Dietil Amin), dan cairan kondensat (yang mengandung senyawa heksana). Beberapa bahaya yang bersumber dari faktor lingkungan lain seperti psikologi dan ergonomi berasal dari tenaga kerja dan metoda kerja. Misalkan pada unit LNG process terdapat bahaya pada proses pemisahan gas dengan pengotor (impurities)

25 sampai dihasilkan produk LNG (gas alam cair), bahaya bahaya tersebut seperti terpapar DEA dan karbonat jika pipa pipa/pompa mengalami kebocoran, dan terpapar bising dari turbin. Pada unit utility terdapat bahaya seperti radiasi pada generator listrik (power generation plant), paparan gas di flare system serta nitrogen plant Pada storage and loading bahaya berupa paparan yang timbul akibat dari kebocoran pipa dan tangki pada pemuatan LNG (gas alam cair) dan kondensat. Sedangkan pada unit NSO (North Sumatera Offshore), bahaya berupa paparan sulfur dan gas serta bahaya panas yang terdapat pada reaktor H 2 S.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah proses-proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan, dari permulaan sekali sampai lepada terakhir. Harus diketahui pasti tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA KESELAMATAN KERJA PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA Menurut Achmadi (1991) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan perkakas kerja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya kegiatan pemanenan hutan dicirikan oleh kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh salah satu faktor dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene Perusahaan Dalam Higene Perusahaan adalah yang menyangkut secara luas faktor-faktor kimia dan fisik yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang dari penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Setiap hari manusia terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

Dasar Manajemen Lingkungan

Dasar Manajemen Lingkungan Dasar Manajemen Lingkungan Setiap kegiatan / usaha manusia dan pembangunan akan menimbulkan perubahan lingkungan hidup sebagai hasil sampingan pembangunan Pembangunan adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Indah Pratiwi* Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, terbuka, tertutup, bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, terbuka atau tertutup, bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 1 tentang keselamatan kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri sehingga setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan perancangan dan pengaturan layout

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metoda Fault Tree Analysis (FTA) yang merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian kualitatif untuk

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja HAL-HAL YANGMENJADIISU DIK3 MENGAPA PERLU PENGELOLAAN K3 TUJUAN DARI SISTEM MANAJEMEN K3: 1. Sebagai alat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat dan membawa perubahan-perubahan dalam skala besar terhadap tata kehidupan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin.

BAB I PENDAHULUAN. dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat kerja Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tempat kerja

Lebih terperinci

pekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di segala aspek mendorong kita untuk dapat mengimbanginya.

Lebih terperinci