KATA PENGANTAR. 3. DR. Tasrifin Tahara. S.Sos., M.Si selaku pembimbing I dan Muh. Neil S.Sos,. M.Si

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. 3. DR. Tasrifin Tahara. S.Sos., M.Si selaku pembimbing I dan Muh. Neil S.Sos,. M.Si"

Transkripsi

1

2

3

4 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah سبحناه و تعالى atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-nya serta Kemuliaan Abadi untuk Junjunganku Baginda Rasululah SAW, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Jurusan Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tentunya tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Abdul Halil Machmud dan Ibunda Siti Nuraeni, yang telah menuntunku untuk mengerti akan arti sebuah perjuangan hidup. Serta kepada kedua saudaraku tersayang, Eva Mina Ufa dan Alan Ridha Al-Husni kalian bagian dari hidupku. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang memberikan bantuan dan dukungan : 1. Bapak Prof.Dr.dr.Idrus A.Paturusi,sp.B.,Sp,BO selaku Rektor Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu di Universitas Hasanuddin. 2. Dekan dan para pembantu dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Antropologi, segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin yang telah banyak melakukan transformasi ilmu serta bimbingan bagi penulis dan tidak lupa pada segenap pegawai administrasi di lingkungan Universitas Hasanuddin. 3. DR. Tasrifin Tahara. S.Sos., M.Si selaku pembimbing I dan Muh. Neil S.Sos,. M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 4. Para keluarga dan rekan-rekan yang selama ini setia menemani dalam berbagai suka dan duka, dan terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya bagi penulis.

5 5. Para responden dan informan yang penuh keikhlasan memberikan informasi dan datadata yang sesuai dengan objek penelitian. 6. Kepada seluruh kerabat Antropologi tanpa terkecuali, terkhusus untuk angkatan Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait terutama bagi penulis Insya Allah semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan pahala yang setimpal kepada Bapak, Ibu serta Saudara (i) atas segala bantuannya kepada penulis, Amien Ya Rabbal Alamin. Makassar, 30 Juli Penulis.

6 ABSTRAK Firman, E dengan judul skripsi Karaoke Keluarga, Studi Tentang Gaya Hidup di Perkotaan dengan pembimbing DR. Tasrifin Tahara S.Sos., M.Si dan Muh. Neil S.Sos., M.Si selaku konsultan I dan II. Penelitian ini mengkaji tentang gaya hidup masyarakat perkotaan di terhadap Karaoke Keluarga. Berlokasi di E-club jalan Boulevard, kota Makassar. Kajian ini membahas permasalahan mengenai persepsi masyarakat perkotaan tentang karaoke, situasi sosial di tempat hiburan karaoke, dan manfaat yang diperoleh dengan karaoke. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat perkotaan tentang karaoke, untuk mengetahui situasi sosial di tempat hiburan karaoke, dan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dengan karaoke. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi partisipasi, observasi tanpa partisipasi, dan wawancara kepada 15 informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis (filed note) dan tape recorder. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karaoke sebagai suatu gaya hidup masyarakat perkotaan karena dengan karaoke mereka memperoleh kepuasan dan kesenangan yang mampu menghilangkan beban pikiran yang mereka rasakan. Berkumpul dan bercanda dengan teman-teman di dalam ruangan karaoke dianggap sebagian masyarakat perkotaan sebagai salah satu cara yang ampuh untuk menghibur diri dan menghilangkan stres.

7 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan Pembimbing ii Halaman Penerimaan Tim Evaluasi iii Kata Pengantar iv Abstrak vi Daftar Isi vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang.. 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Lokasi Penelitian.. 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian 5 F. Kerangka Konseptual 5 G. Metode Penelitian.. 13 A. Jenis Penelitian.. 13 B. Teknik Pengumpulan Data Data Primer 15 - Wawancara Observasi Data Sekunder C. Narasumber 16 - Informan Key Informan.. 17 D. Teknik Analisis Data. 18 E. Teknik Keabsahan Data 19 H. Sistimatika Penulisan.. 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Life Style: Sebuah Fenomena Kebudayaan Masyarakat Perkotaan B. Karaoke: Sejarah Perkembangannya 31 C. Karaoke dan Rekonstruksi Sosial. 35 D. Karaoke dan Bentuk Makna Lembaga Keluarga di Indonesia 38 E. Sekilas Profil E-club Karaoke Keluarga 39 viii

8 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 42 A. Gambaran Umum Kota Makassar a. Pendidikan Penduduk 44 b. Agama Pendidikan 45 c. Sarana Dan Prasarana 46 B. Profil Informan.. 46 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 49 A. Karaoke dan Masyarakat Perkotaan a. Alasan Gengsi b. Ajakan Teman 52 c. Alasan Hiburan 53 B. Pandangan Masyarakat Terhadap Karaoke 57 C. Manfaat Karaoke 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.. 61 B. Saran-Saran. 63 DAFTAR PUSTAKA. 65 LAMPIRAN viii

9 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah سبحناه و تعالى atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-nya serta Kemuliaan Abadi untuk Junjunganku Baginda Rasululah SAW, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Jurusan Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tentunya tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Abdul Halil Machmud dan Ibunda Siti Nuraeni, yang telah menuntunku untuk mengerti akan arti sebuah perjuangan hidup. Serta kepada kedua saudaraku tersayang, Eva Mina Ufa dan Alan Ridha Al- Husni kalian bagian dari hidupku. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada pihak yang memberikan bantuan dan dukungan : 1. Bapak Prof.Dr.dr.Idrus A.Paturusi,sp.B.,Sp,BO selaku Rektor Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu di Universitas Hasanuddin. 2. Dekan dan para pembantu dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Antropologi, segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin yang telah banyak melakukan transformasi ilmu serta bimbingan bagi penulis dan tidak lupa pada segenap pegawai administrasi di lingkungan Universitas Hasanuddin. 3. DR. Tasrifin Tahara. S.Sos., M.Si selaku pembimbing I dan Muh. Neil S.Sos,. M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 4. Para keluarga dan rekan-rekan yang selama ini setia menemani dalam berbagai suka dan duka, dan terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya bagi penulis.

10 5. Para responden dan informan yang penuh keikhlasan memberikan informasi dan datadata yang sesuai dengan objek penelitian. 6. Kepada seluruh kerabat Antropologi tanpa terkecuali, terkhusus untuk angkatan Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait terutama bagi penulis Insya Allah semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan pahala yang setimpal kepada Bapak, Ibu serta Saudara (i) atas segala bantuannya kepada penulis, Amien Ya Rabbal Alamin. Makassar, 30 Juli Penulis.

11 ABSTRAK Firman, E dengan judul skripsi Karaoke Keluarga, Studi Tentang Gaya Hidup di Perkotaan dengan pembimbing DR. Tasrifin Tahara S.Sos., M.Si dan Muh. Neil S.Sos., M.Si selaku konsultan I dan II. Penelitian ini mengkaji tentang gaya hidup masyarakat perkotaan di terhadap Karaoke Keluarga. Berlokasi di E-club jalan Boulevard, kota Makassar. Kajian ini membahas permasalahan mengenai persepsi masyarakat perkotaan tentang karaoke, situasi sosial di tempat hiburan karaoke, dan manfaat yang diperoleh dengan karaoke. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat perkotaan tentang karaoke, untuk mengetahui situasi sosial di tempat hiburan karaoke, dan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dengan karaoke. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi partisipasi, observasi tanpa partisipasi, dan wawancara kepada 15 informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis (filed note) dan tape recorder. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karaoke sebagai suatu gaya hidup masyarakat perkotaan karena dengan karaoke mereka memperoleh kepuasan dan kesenangan yang mampu menghilangkan beban pikiran yang mereka rasakan. Berkumpul dan bercanda dengan teman-teman di dalam ruangan karaoke dianggap sebagian masyarakat perkotaan sebagai salah satu cara yang ampuh untuk menghibur diri dan menghilangkan stres.

12 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi Nama : Karaoke (Studi Tentang Kegiatan Karaoke di Happy Puppy pada Mahasiswa FISIP UNHAS) : Firman NIM : E Jurusan Program Studi : Antropologi : Antropologi Sosial Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diajukan Pada Ujian Proposal Menyetujui: Penasehat Akademik Muhammad Neil, S.Sos, M.Si NIP Mengetahui: Ketua Jurusan Antropologi Fisip Unhas Sekretaris Jurusan Antropologi Fisip Unhas Dr. Munsi Lampe, MA Drs. Yahya, MA NIP NIP

13 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan Pembimbing ii Halaman Penerimaan Tim Evaluasi iii Kata Pengantar iv Abstrak vi Daftar Isi vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang.. 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Lokasi Penelitian.. 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian 5 F. Kerangka Konseptual 5 G. Metode Penelitian.. 13 A. Jenis Penelitian..13 B. Teknik Pengumpulan Data Data Primer 15 - Wawancara Observasi Data Sekunder C. Narasumber 16 - Informan Key Informan.. 17 D. Teknik Analisis Data.18 E. Teknik Keabsahan Data 19 H. Sistimatika Penulisan.. 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Life Style: Sebuah Fenomena Kebudayaan Masyarakat Perkotaan B. Karaoke: Sejarah Perkembangannya 31 C. Karaoke dan Rekonstruksi Sosial. 35 D. Karaoke dan Bentuk Makna Lembaga Keluarga di Indonesia 38 E. Sekilas Profil E-club Karaoke Keluarga 39 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 42 A. Gambaran Umum Kota Makassar a. Pendidikan Penduduk 44 b. Agama Pendidikan 45 c. Sarana Dan Prasarana 46 B. Profil Informan.. 46

14 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 49 A. Karaoke dan Masyarakat Perkotaan a. Alasan Gengsi b. Ajakan Teman 52 c. Alasan Hiburan 53 B. Pandangan Masyarakat Terhadap Karaoke 57 C. Manfaat Karaoke 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.. 61 B. Saran-Saran. 63 DAFTAR PUSTAKA. 65 LAMPIRAN

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah pada sektor industri hiburan. Berbagai tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan terus bertambah, mulai dari tempat hiburan yang hanya dinikmati oleh golongangolongan tertentu, hingga tempat hiburan yang dapat dinikmati semua golongan. Setiap tempat hiburan memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki penikmatnya masing-masing. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan dan salah satu tempat hiburan yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi adalah tempat karaoke. Memang sampai saat ini tidak ada data yang benar-benar valid kapan dan di mana karaoke pertama kali didirikan di Indonesia. Namun, berdasarkan data yang ada karaoke pada awalnya dianggap sebagai hiburan yang mahal dan dipandang sebagai hiburan malam yang berkonotasi negatif oleh sebagian masyarakat Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan negatif ini semakin lama semakin menipis, bahkan telah hilang sama sekali pada masa sekarang. Menjamurnya karaoke-karaoke yang mengklasifikasikan dirinya sebagai karaoke keluarga di kota-kota besar, bahkan sudah pula masuk ke kota-kota kabupaten. Ini merupakan sebuah bukti yang jelas bahwa karaoke sudah dianggap sebagai sebuah bentuk hiburan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat Indonesia.

16 Karaoke berasal dari bahasa Jepang yaitu kara dari kata karappo yang berarti kosong dan oke dari kata okesutura atau orkestra. Karaoke berarti sebuah musik orkestra yang kosong atau tidak dilengkapi dengan suara vokal. Meski awalnya hanya sekedar hiburan untuk melepas kepenatan, kini karaoke telah menjelma menjadi salah satu bagian yang dianggap mempunyai andil dalam perkembangan dunia musik. Bagaimana tidak, dengan karaoke setiap orang tanpa harus mempunyai suara bagus bisa langsung merasakan menjadi penyanyi sungguhan karena mereka menyanyi diiringi musik yang sama dengan yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya Oleh karena konotasi karaoke di Indonesia sudah demikian identiknya dengan hiburan malam, maka ditambahlah kata keluarga setelah kata karaoke sebagai upaya penekanan bahwa hiburan yang disediakan adalah hiburan yang baik untuk keluarga atau hiburan untuk orang yang baik-baik. Karaoke keluarga adalah tempat hiburan keluarga di mana pengunjung dapat bernyanyi bersama keluarga, teman-teman, teman kerja, relasi kerja dalam suasana kekeluargaan dan bersih serta jauh dari kesan maksiat. Saat ini E-club Karaoke Keluarga di Kota Makassar merupakan salah satu tempat hiburan yang banyak dipilih oleh sebagian masyarakat Kota Makassar sebagai tempat mereka menghabiskan sebagian waktu mereka untuk bernyanyi. Segudang aktivitas yang dilalui masyarakat perkotaan akhir-akhir ini memaksa mereka untuk menetralisasikan kepenatan mereka dengan berkaraoke sebagai pelampiasannya. Disadari ataupun tidak, karaoke telah mengubah gaya hidup mereka.

17

18 Idealnya gaya hidup masyarakat perkotaan, seperti halnya pelajar seharusnya membaca buku, diskusi ataupun mengerjakan tugas, pegawai kantoran yang seharusnya sibuk penyelesaikan kerja kantoran, dan lainnya, akan tetapi kenyataannya sekarang karaoke telah dijadikan masyarakat perkotaan itu sebagai gaya hidup mereka. Bahkan, yang lebih mengherankannya lagi mereka sampai lupa waktu bila berada di tempat karaoke. Inilah yang membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gaya hidup masyarakat perkotaan di E-club Karaoke Keluarga di Kota Makassar. Kedewasaan manusia tidak terlepas dan dipisahkan dari latar belakang sosial budaya tempat seseorang dibesarkan, karena kebudayaan adalah pedoman bertingkah laku, cara seseorang membawa diri, dan menjadi bagian masyarakatnya. Kebudayaan diciptakan manusia dan menciptakan manusia yang selalu berhadapan dengan berbagai kemungkinan perubahan yang terjadi karena kemajuan teknologi. Walaupun setiap masyarakat dan kebudayaan berbeda dalam cara mempersiapkan seseorang atau anggotanya, untuk menghadapinya, namun kesamaannya adalah memberikan kematangan, kemandirian, pengetahuan, ketegasan untuk mengadakan pemilihan terhadap hal-hal yang dihadapi (Hans J. Daeng:2000). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana gaya hidup masyarakat perkotaan di E- club Karaoke Keluarga di Kota Makassar?. Permasalahan ini akan diuraikan ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian yaitu :

19 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap karaoke keluarga? 2. Bagaimana situasi sosial di tempat hiburan karaoke keluarga? 3. Apa manfaat yang diperoleh masyarakat perkotaan dengan karaoke? C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jalan Boulevard, tepatnya di E-club Karaoke Keluarga, Kota Makassar. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah berdasarkan hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa di E-club Karaoke Keluarga ini lebih sering dikunjungi oleh masyarakat, karena letaknya di salah satu centrum keramaian kota Makassar. Dalam proses observasi awal penulis mencoba mengidentifikasi infoman dengan cara memperhatikan proses pengunjung untuk reservasi. Sebelum masuk ke tempat karaoke para pengunjung yang datang ke E-club Karaoke Keluarga harus reservation terlebih dahulu, lalu resepsionis akan menanyakan atas nama siapa, pekerjaannya apa, pilih ruangan yang mana, dan melalui resepsionis ini penulis memperoleh informasi tentang identitas pengunjung yang datang dan pekerjaannya untuk kemudian penulis gunakan untuk kepentingan penelitian. D. Tujuan Penelitian Setiap penelitian membutuhkan tujuan agar penelitian yang dilakukan nantinya dapat berjalan dengan baik, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang karaoke. 2. Untuk mengetahui situasi sosial di tempat hiburan karaoke keluarga. 3. Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh masyarakat perkotaan dengan karaoke.

20 E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian selain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proses kegiatannya juga dapat memberikan manfaat, adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai gaya hidup masyarakat perkotaan pada saat ini. 2. Dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian yang terkait dengan masalah yang penulis teliti. F. Kerangka Konseptual Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sangat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar yaitu hanya beberapa tindakannaluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan, berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam gennya bersama kelahirannya (seperti misalnya makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan (Koentjaraningrat, 2002:180). Suatu golongan sosial merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian, suatu kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal ini dapat

21 disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respon atau reaksi terhadap caranya pihak luar memandang golongan sosial tadi, atau mungkin juga karena golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma, dan adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat, 2002: ). Golongan sosial dapat terjadi karena manusia-manusia yang diklaskan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas, dan karena berdasarkan hal itu mereka dipandang oleh orang lain sebagai manusia yang menduduki suatu lapisan tertentu dalam masyarakat. Lapisan itu dapat dianggap lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari sudut orang yang memandang tadi. Karena warganya mempunyai gaya hidup khas yang sama, maka suatu lapisan atau klas sosial tentu dapat juga dianggap mempunyai suatu sistem norma yang sama, dan karena itu juga suatu rasa identitas golongan (Koentjaraningrat, 2002:153). Menurut Winarno (1980:85), gaya hidup dapat diasumsikan sebagai cara-cara bertindak yang sering disebut mekanisme penyesuaian yakni cara-cara itu menjadi cara-cara bertindak yang bersifat kebiasaan. Cara-cara itu pada kenyataannya didasarkan pada pengalaman-pengalaman seseorang dalam kehidupannya. Dengan kata lain, gaya hidup seseorang itu merupakan gambaran dari watak, status, perilaku, dan peranannya dalam masyarakat. Berbeda dengan Kartodirdjo (1987:53), gaya hidup merupakan suatu produk dari stratifikasi sosial sehingga faktor status, kedudukan, dan kekayaan dapat membentuk struktur gaya hidup. Gaya hidup ini pada hakekatnya akan membentuk suatu eksklusifme yang tidak lain bertujuan hendak membedakan status antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya dalam suatu stratifikasi sosial. Robert Redfield, seorang antropolog yang pernah melihat tentang gaya hidup petani desa sebagaimana dikutip oleh Danandjaja (1994:47) menyatakan bahwa gaya

22 hidup petani desa sebenarnya adalah semacam human type atau tipe manusia yang dapat dikenal dengan segera, agak tersebar di mana-mana, bersifat tahan lama, dan timbul sebagai akibat peradaban (civilization). Gaya hidup semacam ini mungkin dikembangkan sebagai akibat adanya adaptasi dari sifat masyarakat folk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baru yang diakibatkan oleh timbulnya kota. Selain itu, Robert Redfield sebagaimana dikutip oleh Menno (1994:44-45) juga mengemukakan bahwa komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang bersifat material dan rasional, sehingga hubungan-hubungan menjadi impersonal dan sekunder, bukan lagi relation oriented seperti yang terdapat dalam komunitaspedesaan yang mengandalkan hubungan-hubungan yang emosional dan primer, di mana orang saling mengenal secara pribadi dan dalam hampir semua aspek kehidupan. Di kota orang saling mengenal hanya dalam hubungan dengan aspek-aspek tertentu saja yang berdasarkan perhatian dan kepentingan. Akibat banyaknya dan bervariasinya tuntutan dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang berorientasi kepada sasaran (goal) dan pencapaian (achievement), maka gaya hidup masyarakat kota lebih diarahkan kepada penampilan fisik dan kualitas fisik sehingga tampak civilized. Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi. Pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadikan barang-barang ataupun jasa sebagai identitas mereka. Barang dan jasa dikonsumsi bukan dikarenakan kebutuhan mereka, melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan penunjuk identitas sosial mereka. Pola konsumsi masyarakat perkotaan ini telah mengubah nilai suatu produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi memiliki nilai simbolis. Proses konsumsi simbolis merupakan tanda penting dari

23 pembentukan gaya hidup, di mana nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktek telah mendapat penekanan yang besar dibandingkan dengan nilai-nilai fungsional. Hal ini paling tidak dapat dijelaskan dengan tiga cara. Pertama, kelas sosial telah membedakan proses konsumsi, di mana setiap kelas menunjukkan proses identifikasi yang berbeda. Secara umum memang memperlihatkan bahwa pilihan-pilihan dilakukan sesuai dengan kelas, di mana integrasi ke dalam satu tatanan umum tidak terbentuk sepenuhnya. Nilai simbolis dalam konsumsi tampak diinterpretasikansecara berbeda oleh kelompok yang berbeda. Kedua, barang yang dikonsumsi kemudian menjadi wakil dari kehadiran. Hal ini berhubungan dengan aspek-aspek psikologis, di mana konsumsi suatu produk berkaitan dengan perasaan atau rasa percaya diri yang menunjukkan bahwa itu bukan hanya sekedar aksesoris, akan tetapi barang-barang merupakan isi dari kehadiran seseorang karena dengan cara itu ia berkomunikasi (Goffman, 1951). Ketiga, berdasarkan proses konsumsi dapat dilihat bahwa konsumsi citra (image) di satu pihak telah menjadi proses konsumsi yang penting, di mana citra yang dipancarkan oleh suatu produk dan praktek (seperti pakaian atau makanan) merupakan alat ekspresi diri bagi kelompok. Bagi golongan kelas menengah atas citra yang melekat pada suatu produk merupakan instrumen modernitas yang mampu menegaskan keberadaannya dan identitasnya. Proses identifikasi yang terwujud melalui proses konsumsi merupakan proses aktif di dalam konsumsi citra yang menyebabkan intensifikasi kesadaran kelas (Irwan Abdullah, 2006:33-34). Dalam mengkonsumsi atau dalam memilih produk mana yang akan dikonsumsi, konsumen sebenarnya memiliki kebebasan penuh untuk memilihnya, walaupun kebebasan itu sendiri dalam beberapa kasus agak rancu atau apa yang oleh Zukin dan Maguire (2004:177) disebut sebagai Democratized desire. Democratizeddesire

24 adalah demokrasi yang didikte, konsumen seolah-olah memiliki kebebasan memilih padahal pilihan-pilihan tersebut diatur sepenuhnya oleh produsen, misalnya melalui iklan, sehingga kegiatan konsumsi cenderung lebih sebagai keharusan daripada sebuah pilihan. Kebebasan mengkonsumsi seharusnya adalah setiap manusiadapat mengkonsumsi apapun yang ia suka, asal ia mempunyai akses untuk itu, namun pemilihan ini juga tidak sepenuhnya atas kemauan konsumen tersebut, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh norma di masyarakat tempat ia tinggal. Ungkapan you are what you drive adalah gambaran bahwa produk apapun yang kita konsumsi akan menunjukkan siapa diri kita atau posisi kita di masyarakat, oleh karena itu dalam pemilihan produk yang akan dikonsumsi seseorang cenderung akan memperhatikan nilai atau makna dalam produk itu (Sopingi, 1995). Hal hampir senada juga diungkapkan oleh David Chaney (1996) yang menyatakan bahwa dalam dunia modern gaya hidup kita membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai, dan kekayaan, serta posisi sosial kita. Pada akhir abad ke-20 perkembangan teknologi khususnya dalam bidang komunikasi berlangsung dengan sangat pesat. Munculnya radio, televisi, dan internet menyebabkan batas ruang antara satu negara dengan negara lainnya menjadi tidak ada (Piliang, 1998:81). Keadaan ini membuat transfer kebudayaan menjadi sangat cepat. Salah satu akibat dari perpindahan budaya dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya ialah munculnya berbagai gaya hidup yang dipengaruhi oleh kegiatan konsumsi terhadap barang, jasa, dan aktivitas-aktivitas waktu luang. Kegiatan konsumsi tersebut memunculkan apa yang disebut budaya konsumen, di mana proses konsumsi dilihat sebagai perilaku manusia yang mengubah benda-benda untuk tujuan mereka sendiri (Lury, 1998:3). Oleh Lury budaya konsumen diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat

25 Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang dinikmati oleh masyarakat Eropa- Amerikakontemporer tersebut yang notabene adalah negara kaya ditiru oleh masyarakat dunia lain, termasuk kita. Budaya konsumen dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (life style). Justruvmenurut Lury (1998), proses pembentukan gaya hiduplah yang merupakan hal terbaik yang mendefinisikan budaya konsumen. Dalam budaya konsumen kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri, dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu senggang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan, dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas dan gaya hidup seseorang. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Orang tidak lagi berkomunikasi secara verbal dengan kata-kata, melainkan dengan bentuk komunikasi yang baru yang tidak mengharuskan setiap individu harus saling mengenal untuk mengetahui siapa mereka. Bentuk komunikasi inilah yang sepertinya akhir-akhir ini menjadi trend sebagai ciri masyarakat modern itu tadi. Selera dalam pemilihan barang-barang konsumsi menjadi sedemikian penting karena ini akan berkaitan dengan siapa saja seseorang itu akan diterima bergaul, karena terdapat kecenderungan bahwa individu hanya akan diterima oleh orang dengan kelas sosial yang sama. Fenomena ini tentu paling ketara ada di lingkungan masyarakat golongan kelas menengah atas yaitu mereka yang sudah terpenuhi kebutuhan primernya. Sebenarnya gejala seperti ini walaupun sedikit juga terjadi digolongan bawah, namun gejala tersebut sukar diamati karena kadarnya sangat kecil (Fernando, 2006: ). Sekarang ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatannya namun karena gaya hidup, demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, tayangan sinetron, acara infotainment,

26 ajang kompetisi para calon bintang, gaya hidup selebriti, dan sebagainya. Yang ditawarkan iklan bukanlah nilai guna suatu barang, akan tetapi citra dan gaya bagi pemakainya. Tidak penting apakah barang itu berguna atau tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. Karena itu yang kita konsumsi adalah makna yang dilekatkan pada barang itu sehingga kita tidak pernah mampu memenuhi kebutuhan kita. Seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan makmur padahal miskin (Baudrillard, 2004). Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Lebih lanjut dijelaskan Max Weber bahwa kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, sementara status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup. Banyak definisi yang disodorkan mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image dimata orang lain berkaitan dengan status sosial yang diproyeksikannya. Untuk merefleksikan image inilah dibutuhkan simbol-simbol status tertentu yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Perilaku konsumsi yang didorong oleh orientasi diri memiliki tiga kategori yaitu prinsip, status, danaction. Bagi orang yang orientasi dirinya bertumpu pada prinsip, dalam mengambil keputusan pembelian berdasarkan keyakinannya, sehingga keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk mengejar gengsi. Bisa dikatakan tipe ini lebih rasional. Sedangkan yang bertumpu pada status, keputusannya dalam mengkonsumsi didominasi oleh apa kata orang. Produk-produk branded menjadi pilihannya. Bagi yang gaya hidupnya bertumpu kepada action,

27 keputusan dalam berkonsumsi didasari oleh keinginannya untuk beraktivitas sosial maupun fisik, mendapatkan selingan atau menghadapi resiko. Sehingga demikian dapatlah dikatakan bahwa gaya hidup berkaitan dengan bagaimana seseorang memanfaatkan resourcesyang dimilikinya untuk merefleksikan dirinya berdasarkan nilai, orientasi, minat, pendapat yang berkaitan dengan status sosialnya ( Weber mengemukakan bahwa persamaan kehormatan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup (style of life). Di bidang pergaulan, gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material, kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat yang menciptakan dan melestarikan semua adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat (Kamanto Sunarto, 1993:93). Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat). Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama teman-temannya, ada yang senang menyendiri, ada yang berpergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki waktu luang dan uang berlebih untuk

28 kegiatan sosial keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang ( Status sosial seseorang atau sekelompok warga terungkap dari gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan tindakan dan interaksi sosial yang dilembagakan. Gaya hidup tertentu menjadi lambang suatu status sosial. Artinya, gaya hidup tersebut sudah menjadi ciri yang melekat pada status sosial tertentu (M. Sitorus, 2000:101). Munculnya kelas-kelas sosial dalam masyarakat perkotaan ditandai dengan adanya perbedaan-perbedaan gaya hidup dan cara hidup (style of life dan way of life), baik dalam hal pengalaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku maupun pandangan mengenai dunia sekitarnya (M. Sitorus, 2003:93). Menurut Parsudi Suparlan (1996), setiap makhluk sosial memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan danpengalamannya. Dan itu dijadikan kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong suatu perilaku. Pernyataan yang dilontarkan oleh Suparlan tadi tentunya dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat perilaku tiap-tiap individu ketika melakukan interaksi yang efektif. Semua itu ditujukan untuk mewujudkan sikap, pikiran, dan perasaan sehingga dapat tergambarkan perilaku yang khas pada masyarakat tersebut. G. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang dipilih oleh penulis untuk mengamati suatu fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada penelitian ini. Menurut Moeleong (2006:6) menjelaskan bahwa:

29 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Sedangkan menurut David Williams (dalam Moleong, 2006:5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah. Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskripstif ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang berlaku. Dalam metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau bidang tertentu. Menetapkan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang mendatang. Jadi kualitatif deskriptif merupakan penelitian jenis penelitian yang digunakan untuk membuat deskriptif, gambaran atau sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat situasi, kondisi atau fenomena dengan menggunakan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan objek yang diamati secara utuh. Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis ingin memaparkan secara deskriptif tentang gaya hidup masyarakat perkotaan, dalam fenomena Karaoke Keluarga di E-club. B. Teknik Pengumpulan Data Dalam Bungin ( 2007:107 ), metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik

30 analisi data adalah wawancara secara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet. Data biasanya dicatat dalam tulisan atau direkam melalui tape casset atau video tape recorder untuk pengambilan suara dan gambar. Data tidak sebagai apa yang diberikan oleh alam, tetapi merupakan hasil interaksi penulis dengan sumber data. Hasil penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Sugiyono (2007:137) juga mengemukakan sumber data dapat menggunakan dua (2) sumber, yaitu: 1) Data Primer Adalah Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Untuk mendapatkan hasil data primer penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti: Wawancara : Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (dalam Bungin, 2007:108). Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut ( Moleong, 2006:186 ). Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara tidak terstruktur, dimana

31 peneliti bebas mewawancara dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (dalam Sugiyono, 2008:140). Observasi Bungin ( 2007:115 ) mengemukakan bahwa: observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit, Observasi yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan data-data sebagai penunjang penelitiannya, menggunakan observasi analisis kondisi di sekitar lokasi penelitian, di untukkan mengidentifikasi informan dan mekanisme yang diterapkan E-club dalam melayani konsumennya. 2) Data Sekunder Adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau dokumen, dan data-data sekunder didapat penulis melalui: a. Company profile E-club Karaoke Keluarga. b. Daftar reservation (buku-buku referensi). c. Draft petunjuk pelaksanaan teknis E-club dalam proses pemenuhan kebutuhan konsumen. C. Narasumber Pada penelitian ini penulis menggunakan narasumber untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Informan dan Key Informan. Untuk melakukan penelitian diperlukan adanya informan dan key informan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Informan

32 Menurut Moleong (2006:132), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang suatu situasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh penulis dalam sebuah penelitian. Sedangkan menurut Bungin ( 2007:108 ), informan adalah: orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dimana terlebih dahulu penulis menetapkan siapa saja informannya dan kemudian mendelegasikan tugas dibidangnya yang sesuai dengan tema penelitian. Dalam penelitian ini, penentuan informan dan key informan diperoleh dari kantor E-clb yang bertempat di jalan boulevard key informan dipilih berdasarkan kesesuaian dengan penulis yang akan teliti. Teknis yang digunakan dalam meneliti yaitu dengan mengggunakan wawancara mendalam (indepth interview). Adapun sumber informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan yaitu: 1. Dalam proses penelitian ini, yang menjadi pedoman penulis untuk memilih sebagai informan yaitu masyarakat perkotaan baik yang memilih karaoke sebagai sebuah gaya hidup. 2. Yang tidak kalah pentingnya penulis memilih sebagai informan berikutnya adalah para staff yang bekerja di E-club, penentuan informan ini dikaitkan dengan pola pelayanan di tempat tersebut. Key Informan Key informan merupakan kunci informasi yang memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mendalam untuk bisa menjawab permasalahn yang diteliti

33 oleh penulis. Dalam menentukan key informan haruslah memilih pertimbangan-pertimbangan diantaranya adalah sebagai berikut (Bungin, 2001:101): 1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti; 2. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani; 3. Orang yang bersangkutan bersifat netral dan tidak memihak kemanapun; 4. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa; 5. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Adapun sumber informasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dari key informan. Dalam proses penelitian ini, yang menjadi pedoman penulis untuk memilih sebagai key informan yaitu Anina selaku PD (Programme Director) di E-club. Pemilihan beliau sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah karena beliau yang memegang penuh seluruh program-program teknis di E-club. Beliau dapat memberikan keterangan dan informasi yang akurat yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. D. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Penulis pada penelitian ini menggunakam teknik analisis data Model Miles dan Huberman. Analisis dilakukan pada saat pengumpulan dta berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data periode tertentu. Selanjutnya melakukan teknik analisis data guna mencari, menata, dan

34 merumuskan kesimpulan secara sistematis dari catatan hasil wawancara informan dan key informan, serta observasi langsung. Analisis data kualitatif merupakan bentuk analisis yang tidak menggunakan matematik, statistik dan ekonomi ataupun bentuk-bentuk lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya yang kemudian penulis melakukan uraian dan penafsiran. Menurut Bogdan dan Biklen ( dalam Moleong, 2006:248 ) mengemukakan bahwa: Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang didapat diceritakan kepada orang lain. Dari penjelasan diatas, penulis memahami bahwa analisis data merupakan tahap tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti guna mencari, menata, dan merumuskan hipotesis rumusan secara sistematis dari observasi langsung dan lain lain untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang ditelitinya. Dari hasil wawancara secara mendalam dan observasi serta didukung dari data lainnya, maka penulis akan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang ada tersebut, yaitu karaoke keluarga sebagai sebuah gaya hidup masyarakat perkotaan. E. Teknik Keabsahan Data Penilaian keabsahan penelitian kualitatif terjadi pada waktu proses pengumpulan data, dan untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu dan dalam memeriksa keabsahan data yang diperoleh maka penulis menggunakan teknik triangulasi data.

35 Dalam Moleong (2005:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam meneliti dibutuhkan keabsahan agar penelitian tersebut dapat dipercaya kredibilitasnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2007:274, triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dimana penulis menggunakan wawancara lalu dicek dengan observasi, atau dokumenter. Dalam Sugiyono (2007:274), teknik triangulasi terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Kredibilitas pada penelitian kualitatif dapat menentukan proses dan hasil akhir sehingga dapat diterima dan dipercaya

36 H. Sistematika Penulisan Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang rumusan masalah, kerangka konseptual, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Berisi tentang studi pustaka/tinjauan pustaka. Bab III : Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, Dalam Bab ini secara umum digambarkan letak geografis dan keadaan alam lokasi penelitian, keadaan penduduk atau demografi, mata pencaharian, serta sistem kepercayaan Bab IV : Berisi tentang hasil dan pembahasan, yang diperoleh peneliti berdasarkan data di lapangan. Bab V :Berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

37 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Life Style: Sebuah Fenomena Kebudayaan Masyarakat Perkotaan Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sangat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan, berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam gennya bersama kelahirannya (seperti misalnya makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan (Koentjaraningrat, 2002:180). Suatu golongan sosial merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian, suatu kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal ini dapat disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respon atau reaksi terhadap caranya pihak luar memandang golongan sosial tadi, atau mungkin juga karena golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma, dan adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat, 2002: ). Golongan sosial dapat terjadi karena manusia-manusia secara claster mempunyai suatu gaya hidup yang khas, dan karena berdasarkan hal itu mereka dipandang oleh orang lain sebagai manusia yang menduduki suatu lapisan tertentu

38 dalam masyarakat. Lapisan itu dapat dianggap lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari sudut orang yang memandang tadi. Karena warganya mempunyai gaya hidup khas yang sama, maka suatu lapisan atau klas sosial tentu dapat juga dianggap mempunyai suatu sistem norma yang sama, dan karena itu juga suatu rasa identitas golongan (Koentjaraningrat, 2002:153). Menurut Winarno (1980:85), gaya hidup dapat diasumsikan sebagai caracara bertindak yang sering disebut mekanisme penyesuaian yakni cara-cara itu menjadi cara-cara bertindak yang bersifat kebiasaan. Cara-cara itu pada kenyataannya didasarkan pada pengalaman-pengalaman seseorang dalam kehidupannya. Dengan kata lain, gaya hidup seseorang itu merupakan gambaran dari watak, status, perilaku, dan peranannya dalam masyarakat. Berbeda dengan Kartodirdjo (1987:53), gaya hidup merupakan suatu produk dari stratifikasi sosial sehingga faktor status, kedudukan, dan kekayaan dapat membentuk struktur gaya hidup. Gaya hidup ini pada hakekatnya akan membentuk suatu eksklusifme yang tidak lain bertujuan hendak membedakan status antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya dalam suatu stratifikasi sosial. Robert Redfield, seorang antropolog yang pernah melihat tentang gaya hidup petani desa sebagaimana dikutip oleh James Danandjaja (1994:47) menyatakan bahwa gaya hidup petani desa sebenarnya adalah semacam human type atau tipe manusia yang dapat dikenal dengan segera, agak tersebar di mana-mana, bersifat tahan lama, dan timbul sebagai akibat peradaban (civilization). Gaya hidup semacam ini mungkin dikembangkan sebagai akibat adanya adaptasi dari sifat masyarakat folk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baru yang diakibatkan oleh timbulnya kota.

39 Selain itu, Robert Redfield sebagaimana dikutip oleh Menno (1994:44-45) juga mengemukakan bahwa komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang bersifat material dan rasional, sehingga hubungan-hubungan menjadi impersonal dan sekunder, bukan lagi relation oriented seperti yang terdapat dalam komunitas pedesaan yang mengandalkan hubungan-hubungan yang emosional dan primer, di mana orang saling mengenal secara pribadi dan dalam hampir semua aspek kehidupan. Di kota orang saling mengenal hanya dalam hubungan dengan aspek- aspek tertentu saja yang berdasarkan perhatian dan kepentingan. Akibat banyaknya dan bervariasinya tuntutan dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang berorientasi kepada sasaran (goal) dan pencapaian (achievement), maka gaya hidup masyarakat kota lebih diarahkan kepada penampilan fisik dan kualitas fisik sehingga tampak civilized. Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi. Pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadikan barangbarang ataupun jasa sebagai identitas mereka. Barang dan jasa dikonsumsi bukan dikarenakan kebutuhan mereka, melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan penunjuk identitas sosial mereka. Pola konsumsi masyarakat perkotaan ini telah mengubah nilai suatu produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi memiliki nilai simbolis. Proses konsumsi simbolis merupakan tanda penting dari pembentukan gaya hidup, di mana nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktek telah mendapat penekanan yang besar dibandingkan dengan nilai-nilai fungsional. Hal ini paling tidak dapat dijelaskan dengan tiga cara. Pertama, kelas sosial telah membedakan proses konsumsi, di mana setiap kelas menunjukkan proses identifikasi yang berbeda.

40 Secara umum memang memperlihatkan bahwa pilihan-pilihan dilakukan sesuai dengan kelas, di mana integrasi ke dalam satu tatanan umum tidak terbentuk sepenuhnya. Nilai simbolis dalam konsumsi tampak diinterpretasikan secara berbeda oleh kelompok yang berbeda. Kedua, barang yang dikonsumsi kemudian menjadi wakil dari kehadiran. Hal ini berhubungan dengan aspek-aspek psikologis, di mana konsumsi suatu produk berkaitan dengan perasaan atau rasa percaya diri yang menunjukkan bahwa itu bukan hanya sekedar aksesoris, akan tetapi barangbarang merupakan isi dari kehadiran seseorang karena dengan cara itu ia berkomunikasi (Goffman, 1951). Ketiga, berdasarkan proses konsumsi dapat dilihat bahwa konsumsi citra (image) di satu pihak telah menjadi proses konsumsi yang penting, di mana citra yang dipancarkan oleh suatu produk dan praktek (seperti pakaian atau makanan) merupakan alat ekspresi diri bagi kelompok. Bagi golongan kelas menengah atas citra yang melekat pada suatu produk merupakan instrumen modernitas yang mampu menegaskan keberadaannya dan identitasnya. Proses identifikasi yang terwujud melalui proses konsumsi merupakan proses aktif di dalam konsumsi citra yang menyebabkan intensifikasi kesadaran kelas (Irwan Abdullah, 2006:3334). Dalam mengkonsumsi atau dalam memilih produk mana yang akan dikonsumsi, konsumen sebenarnya memiliki kebebasan penuh untuk memilihnya, walaupun kebebasan itu sendiri dalam beberapa kasus agak rancu atau apa yang oleh Zukin dan Maguire (2004:177) disebut sebagai Democratized desire. Democratized desire adalah demokrasi yang didikte, konsumen seolah-olah memiliki kebebasan memilih padahal pilihan-pilihan tersebut diatur sepenuhnya oleh produsen, misalnya melalui iklan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah pada sektor industri hiburan. Berbagai tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagu, sehingga oleh masyarakat baik para pekerja maupun para pelajar,

BAB I PENDAHULUAN. lagu, sehingga oleh masyarakat baik para pekerja maupun para pelajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah pada sektor industri hiburan. Berbagai tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan diatas adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja adalah penelitian kualitatif yang berdasarkan fenomenologis. Dimana pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dengan pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskripsi (descriptive research) yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskripsi (descriptive research) yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskripsi (descriptive research) yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana konflik yang di hadapi seorang Gay, tipe-tipe konflik apa yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam 34 3.1 Paradigma penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana pandangan tertentu bagaimana media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa SPBU di Daerah Kabupaten Sleman tepatnya di SPBU Jl.Seturan, SPBU Kalasan, SPBU Jl. Magelang km 5, SPBU Jl. Monjali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Bekasi lebih tepatnya di Kampung Galian Kumejing Desa Sukamurni, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara untuk menyimpulkan, menyusun dan menganalisis data tentang masalah yang menjadi objek peneliti.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Tohirin, 2012:2), penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode sangat diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti agar mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian mengenai kebahagiaan pada orang dengan epilepsi (ODE) ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang cenderung mengarah kepada metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk membuat metode dalam menjalankan penelitian. Bab ini diawali dengan penentuan lokasi penelitian, paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak melalui permainan tradisional ini dilakukan di Kampoeng Dolanan Nusantara. Kampoeng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode dan teknik penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah tersebut tradisi pemasangan tuwuhan sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan meneliti mengenai dampak ibu bekerja sebagai TKW di luar negeri terhadap berubahnya peran dan fungsi anggota keluarga. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah Gunungkidul masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan pencarian data, penyelidikan dan percobaan dalam suatu bidang tertentu yang dimaksudkan dan dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. duka cita dan strategi coping stres pada wanita dewasa awal atas kematian ayah,

BAB III METODE PENELITIAN. duka cita dan strategi coping stres pada wanita dewasa awal atas kematian ayah, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji yaitu mengenai duka cita dan strategi coping stres pada wanita dewasa awal atas kematian ayah, maka penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan produk distro sebagai bentuk penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Topik mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 1 Metode dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.8. Pendekatan Penelitian Menurut Deddy Mulyana, paradigma/pendekatan merupakan suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata karena menunjukkan apa yang penting,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode studi kasus (case study), yaitu sebuah pencarian fakta dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode studi kasus (case study), yaitu sebuah pencarian fakta dengan 53 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Penelitian pada skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study), yaitu sebuah pencarian fakta dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha memahami dan mengeksplorasi masalah-masalah manusia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha memahami dan mengeksplorasi masalah-masalah manusia 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif 1. Desain Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. John W. Creswell (1998:15) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian seperti pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian seperti pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada

BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumbar pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data; BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut: (A) Jenis dan Pendekatan Penelitian; (B) Tempat Dan Waktu Penelitian; (C) Teknik Pengumpulan Data; (D) Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif, yaitu memandu peneliti untuk mengungkapkan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di 51 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. 68 Cara ilmiah berarti kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Arikunto (2006, hlm. 192) mengatakan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan satuan penelitiannya. Metode yang dipilih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

III. METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis 36 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibutuhkan sebuah metode penelitian yang tepat. Selain itu juga dalam sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. dibutuhkan sebuah metode penelitian yang tepat. Selain itu juga dalam sebuah 3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian, agar penelitian tersebut bisa dianggap penelitian ilmiah yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan maka dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar paradigma naturalistik. Sugiyono (2007) menegaskan bahwa: Metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat penelitian mengenai fenomena perempuan pengangkut garam di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak khususnya di pangkalan KUB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, mulai dari jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, informan, teknik analisis data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif, sementara

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif, sementara BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif, sementara pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2002:61),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22).

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22). BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah riset yang berusaha mengungkap atau membuka pengetahuan karena pengetahuan yang sudah ada di alam ini masih harus diungkap untuk dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Seperti telah dikemukakan dalam tujuan dari penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode analisis yang peneliti pakai pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009 hlm. 15) mengatakan bahwa : Penelititian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam studi ini adalah sebuah pendekatan penelitian kualitatif yang merupakan sebuah pendekatan yang berusaha menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Karena diperlukan penggalian data secara mendalam dan menyeluruh dengan cara interview

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman mendalam tentang strategi yang dirumuskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) 1 yaitu semua data yang terkumpul diperoleh dari lapangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu obyek, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini masalah yang sedang diteliti yaitu mengenai peran tutor paud dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini masalah yang sedang diteliti yaitu mengenai peran tutor paud dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan orang, ataupun benda yang sedang diteliti, dimana subjek penelitian ini merupakan orang yang mengalami masalah. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mengunakan pendekatan naturalistis atau penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengungkapkan data deskriptif. Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme. Menurut Guba dan Lincoln realitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan dan analisis secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan dan analisis secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana mengenai cara pengumpulan, pengolahan dan analisis secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Malioboro, yang merupakan pusat perbelanjaan oleh-oleh di Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi tersebut selain objek yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud penelitian kualitatif adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud penelitian kualitatif adalah metode BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud penelitian kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisakan metodologi kualitatif sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian yang berjudul IMPLEMENTASI INTRANET SEBAGAI SALURAN KOMUNIKASI INTERNAL BERBASIS CYBER-PR (SUATU STUDI PADA ASTRANET PT ASTRA INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif denganmetode studi kasus. Nasution (2003: 5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar SOCIETY+ Coffee Bar & Lounge merupakan sebuah konsep kafe yang membidik pangsa pasar kelas premium (kelas A). Mulai dari menu makanan yang beragam, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian kualitatif Pengumpulan data oleh peneliti akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif berkaitan dengan mengumpulkan dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) sehubungan dengan fenomena yang peneliti temui yaitu terdapat perbedaaan

Lebih terperinci