PEMANTAUAN BENSIN, PREMIX, MINYAK TANAH DAN SOLAR DALAM AIR DENGAN GUGUSAN SENSOR GAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANTAUAN BENSIN, PREMIX, MINYAK TANAH DAN SOLAR DALAM AIR DENGAN GUGUSAN SENSOR GAS"

Transkripsi

1 PEMANTAUAN BENSIN, PREMIX, MINYAK TANAH DAN SOLAR DALAM AIR DENGAN GUGUSAN SENSOR GAS Soetarno Dosen Pembimbing Prof. Dr. R. Y. PERRY BURHAN, M.Sc. SUPRAPTO, M.Si, Ph.D

2 Alur Pembahasan 2 1. Pendahuluan 2. Metodologi penelitian 3. Hasil dan pembahasan 4. Kesimpulan dan saran

3 Pendahuluan 3 Industri berkembang kebutuhan energi energi meningkat Perlu Perlu waktu waktu lama lama Tak Tak dapat dapat diaplikasikan pada pada zat zat beracun dan dan berbahaya yang yang butuh butuh segera segera diatasi diatasi Permintaan produk mendorong minyak bumi, meningkat bumi, meningkat analisis Limbah dan dan tumpahan minyak menimbulkan menghasilkan Proses pengolahan Penyimpan an an Pendistribu sian sian Masalah lingkungan dan dan gangguan ekosistem

4 Pendahuluan 4 Pendeteksian gas masih melibatkan banyak sensor, persamaan matriks yang kompleks dan menghubungkan beberapa metode dalam satu sistem (Micon dan Guy, 2007). Zhang Zhang (2008) (2008) 6 sensor sensor TGS TGS untuk untuk menentukan kesegaran daging daging sapi sapi Fucks Fucks (2008) (2008) 6 sensor sensor TGS TGS untuk untuk evaluasi bau bau Gugusan sensor; 3 TGS, TGS, 1 Af Af dan dan metode statistik PCA PCA BISSI BISSI (2005) (2005) sensor sensor untuk untuk monitoring lingkungan Tzing Tzing (2003) (2003) enose enose untuk untuk identifikasi Metode dan dan tumpahan minyak. teknologi sensor, metode baru statistik, GC/MS GC/MS Delpha (2004), (2004), 6 Barbri Barbri (2008) (2008) 6 sensor sensor TGS, TGS, PCA PCA sensor sensor TGS, TGS, PCA PCA untuk untuk kontrol untuk untuk menentukan kelembaban kesegaran sardines atmosfera

5 PERMASALAHAN Permasalahan yang diselesaikan pada penelitian ini adalah bagaimana sensitivitas dan selektivitas gugusan sensor gas ini dalam mendeteksi produk minyak bumi (bensin, premix, minyak tanah, solar dan campuran dari masing-masing sampel tersebut) TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan selektivitas gugusan sensor gas untuk mendeteksi bensin, premix, minyak tanah, solar dan campuran dari masing-masing sampel tersebut dalam air MANFAAT PENELITIAN Pendahuluan 5 Memberikan metode analisis alternatif kepada masyarakat dan pengelola instalasi pengolah limbah yang terkait mengenai metode pendeteksian bensin, premix, minyak tanah, solar dan campuran dari masing-masing sampel tersebut secara insitu dengan menggunakan gugusan sensor gas.

6 Metode penelitian 6 Uji Pendahuluan 4 buah Sensor Gas (TGS-2201 dengan 2 elemen, sedangkan TGS- 2620, Af-30 dan TGS-2602 masing-masing dengan 1 elemen. (ada 5 elemen yang dinyatakan sebagai,,, dan ) Gugusan Sensor Gas Profil Tegangan Sebagai Fungsi Waktu Disusun dalam satu sistem Diuji kelayakan dengan senyawa uji (uji pendahuluan)

7 Metode penelitian 7 Uji pendahuluan Sistem pengkondisi Komputer Sampel uji sensor gas Kabin dan sensor gas Generator gas/wadah sampel uji Injeksi sampel uji

8 Metode penelitian 8 Uji sampel dalam air Air yang dicampur dengan senyawa uji* Perubahan tegangan sebagai fungsi waktu Di uji dengan gugusan sensor gas( 3 x pengulangan) Data grafik dengan pola tertentu Diolah dengan data statistik *) Bensin, Premix, Minyak tanah, Solar

9 Metode penelitian 9 Pemantauan/Uji sampel dalam air Gugusan sensor gas motor Air dan sampel Pengaduk sampel Air Pompa air

10 Metode penelitian 10 Monitoring data

11 11 Hasil dan pembahsan

12 Uji pendahuluan 12 Gas OFF Bensin Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.1 Plot tegangan terhadap waktu untuk bensin. Waktu respon dan waktu pemulihan = 2 detik dan 5 detik lebih baik dari pengamatan Cao (2005) 5 menit dan 20 menit.moreno dkk (2005), respon 9,4 menit dan 5 detik. Morisawa (2001), waktu respon 5 menit. Elosua waktu respon diatas 40 menit. Consales (2006) waktu respon 11 menit dan waktu pemulihan 6 menit. Gugusan sensor dapat merespon atau mendeteksi dengan baik kehadiran uap bensin. Urutan sensitivitas: Sensor4 memberikan tegangan yang paling tinggi yaitu 4,5985 Volt diikuti sebesar 1,4328, sebesar 0,6764, sebesar 0,2038 dan sebesar -0,0501 Volt.

13 Gas OFF Premix 13 Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.2 Plot tegangan terhadap waktu untuk Premix. waktu respon dan waktu pemulihan masing-masing sekitar 2 detik. Gugusan sensor gas yang dirancang dapat merespon atau mendeteksi dengan baik kehadiran uap Solar. Masing-masing sensor memiliki sensitivitas yang berbeda. Sensitivitas dari yang tinggi ke rendah terhadap solar adalah,,, dan sensor 5. Tetapi nilai tegangan masing-masing sensor paling rendah jika dibandingkan dengan bensin, Premix maupun minyak tanah

14 Gas OFF Minyak tanah 14 Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.3 Plot tegangan terhadap waktu untuk minyak tanah. waktu respon sekitar 2 detik dan waktu pemulihan sekitar 10 detik. Gugusan sensor gas yang dirancang dapat merespon atau mendeteksi dengan baik kehadiran uap minyak tanah. Masing-masing sensor memiliki sensitivitas yang berbeda. Sensitivitas dari yang tinggi ke rendah terhadap solar adalah,,, dan sensor 5. Tetapi nilai tegangan masingmasing sensor paling rendah jika dibandingkan dengan bensin, Premix maupun minyak tanah

15 Gas OFF Solar 15 Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.4 Plot tegangan terhadap waktu untuk sampel solar. Waktu respon sekitar 2 detik dan waktu pemulihan sekitar 25 detik. Gugusan sensor gas yang dirancang dapat merespon atau mendeteksi dengan baik kehadiran uap Solar. Masing-masing sensor memiliki sensitivitas yang berbeda. Sensitivitas dari yang tinggi ke rendah terhadap solar adalah,,, dan sensor 5. Tetapi nilai tegangan masing-masing sensor paling rendah jika dibandingkan dengan bensin, Premix maupun minyak tanah

16 PLOT TEGANGAN (Volt) TERHADAP WAKTU (detik) UNTUK BENSIN, PREMIX, MINYAK TANAH DAN SOLAR 16 Gas OFF Bensin Gas OFF Minyak tanah Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.1 Plot tegangan terhadap waktu untuk bensin. Gambar 4.3 Plot tegangan terhadap waktu untuk minyak tanah. Gas OFF Premix Gas OFF Solar Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Tegangan (Volt) Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.2 Plot tegangan terhadap waktu untuk Premix. Gambar 4.4 Plot tegangan terhadap waktu untuk sampel solar.

17 RESPON SENSOR TERHADAP SAMPEL UJI 17 Bensin Minyak tanah 6,0000 4,0000 Teg ang an ( Volt) 4,0000 2,0000 0,0000-2,0000 Bensin Teg ang an ( Volt) 3,0000 2,0000 1,0000 0,0000-1,0000 Minyak tanah Premix Solar Teg ang an ( Volt) Premix Teg ang an ( Volt) Solar

18 Tegangan sensor terhadap sampel uji 18 Teg ang an ( Volt) 6,0000 4,0000 2,0000 0,0000-2,0000 Jenis sensor Bensin Premix Minyak tanah Solar Bensin dan Premix menunjukkan resistansi yang hampir sama dan lebih tinggi dibanding Minyak tanah dan solar. Resistansi solar paling rendah. Hal ini dikarenakan sesuai dengan tingkat volatilitas dari bensin yang hampir sama dengan Premik, berikutnya secara berurutan dari tinggi ke rendah minyak tanah dan solar.

19 Plot tegangan sensor terhadap campuran sampel uji 19 Tegangan sensor terhadap sampel uji Tegangan (Volt) Premixbensin Premixminyak tanah Jenis sampel Premixsolar Bensinminyak tanah Bensinsolar Minyak tanahsolar Campuran sampel uji yang mengandung bensin atau Premix menunjukkan resistensi sensor yang tinggi. Campuran minyak tanah dan solar menunjukkan resistensi sensor yang rendah. Hal ini menunjukkan sensor mempunyai selektifitas yang baik

20 20 Sensitivitas Sensor 5,0000 Tegangan (Volt) 4,0000 3,0000 2,0000 1,0000 0,0000-1, (1 Bensin, 2 Premix, 3 Minyak tanah, 4 Solar) Gugusan sensor mempunyai sensitivitas yang baik namun lebh sensitif terhadap Bensin dan Premix dibanding Minyak tanah dan Solar

21 Plot score sampel uji 21 Gugusan sensor gas mempunyai selektifitas karena dapat membedakan sampel uji sesuai dengan tingkat volatilitasnya. Hal ini mendukung pengamatan Tzing (2003) bahwa kemampuan membedakan electronic nose dalam hal ini gugusan sensor gas karena sampel uji memiliki variasi tingkat volatilitas

22 Plot radar sampel uji Be nsin Premix (a) M inyak tanah (b) Solar (c) (d) Gambar 4.15 Plot radar tegangan sensor terhadap sampel uji (a) bensin, (b) premix, (c) minyak tanah, (d) solar. Area plot radar bensin dan Premix hampir sama dan lebih besar dibanding area plot radar minyak tanah dan solar yang mempunyai area yang paling kecil. Campuran yang mengandung bensin dan Premix area plot radar cenderung besar.

23 Plot radar campuran sampel uji Premix-Bensin Prem ix-minyak tanah (a) (b) Prem ix-solar Bensin-Minyak tanah (c) (d) Bensin-Solar minyak tanah-solar (e) (f) Gambar 4.16 Plot radar tegangan sensor terhadap sampel (a) Premix-bensin, (b) Premix-minyak tanah, (c) Premixsolar. (d) Bensin-minyak tanah, (e) Bensin-solar, (f) Minyak tanah-solar.

24 Pemantauan/uji Bensin, Premix, Minyak tanah dan Solar dalam air

25 Pemantauan/Uji Bensin dalam air Bensin Gas OFF 2,0000 Tegangan (Volt) 1,5000 1,0000 0, ppm 30 ppm 20 ppm 40 ppm 0, Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.18 Tegangan terhadap waktu untuk bensin dalam air Setiap kenaikan konsentrasi bensin dalam air, terjadi kenaikan tegangan

26 (ppm) Sensor1 Sensor2 Sensor3 Sensor4 Sensor5 10 0,0000±0,0000 0,0057±0,0025 0,0136±0,0109 0,4721±0,4345 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0086±0,0016 0,0307±0,0073 1,0269±0,1976 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0103±0,0010 0,0379±0,0029 1,2655±0,1027 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0117±0,0007 0,0442±0,0016 1,3806±0,0639 0,0008±0,0000 Tabel 4.1. Nilai rata-rata tegangan (Volt) dan simpangan baku pemantauan bensin dalam air. Bensin Tegangan (Volt) 1,5000 1,0000 0,5000 0,0000 Jenis sensor 10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm Gambar 4.19 Hubungan antara konsentrasi bensin dalam air dengan tegangan sensor.

27 Pemantauan/Uji Premix dalam air Premix Gas OFF 2,5000 Tegangan (Volt) 2,0000 1,5000 1,0000 0,5000 0,0000-0, ppm 30 ppm 20 ppm 40 ppm Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.20 Tegangan terhadap waktu untuk Premix dalam air Setiap kenaikan konsentrasi Premix dalam air, diikuti dengan terjadinya kenaikan tegangan sensor waktu respon sekitar 50 detik dan waktu pemulihan sekitar 20 detik.

28 Tabel 4.2. Nilai rata-rata tegangan sensor (volt) dan simpangan baku Premix dalam air. (ppm) Sensor1 Sensor2 Sensor3 Sensor4 Sensor5 10 0,0000±0,0000 0,0057±0,0025 0,0136±0,0109 0,4721±0,4345 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0086±0,0016 0,0307±0,0073 1,0269±0,1976 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0103±0,0010 0,0379±0,0029 1,2655±0,1027 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0117±0,0007 0,0442±0,0016 1,3806±0,0639 0,0008±0,0000 Premix 2,0000 Tegangan (Volt) 1,5000 1,0000 0,5000 0,0000 Sensor1 Sensor2 Sensor3 Sensor4 Sensor5 Jenis sensor 10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm Gambar 4.21 Hubungan antara konsentrasi Premix dalam air dengan tegangan sensor.

29 Pemantauan/Uji Minyak tanah dalam air Minyak tanah Gas OFF 2 Tegangan (Volt) 1,5 1 0,5 10 ppm 30 ppm 20 ppm 40 ppm Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.22 Tegangan terhadap waktu untuk minyak tanah dalam air Setiap kenaikan konsentrasi Premix dalam air, diikuti dengan terjadinya kenaikan tegangan sensor Waktu respon sekitar 30 detik dan waktu pemulihan sekitar 30 detik

30 Tabel 4.3. Nilai rata-rata tegangan dalam volt dan simpangan baku minyak tanah dalam air. (ppm) Sensor1 Sensor2 Sensor3 Sensor4 Sensor5 10 0,0000±0,0000 0,0073±0,0005 0,0138±0,0017 0,7841±0,1358 0,0007±0, ,0000±0,0000 0,0127±0,0020 0,0336±0,0054 1,3251±0,1769 0,0007±0, ,0000±0,0000 0,0148±0,0027 0,0402±0,0067 1,5707±0,1689 0,0006±0, ,0000±0,0000 0,0169±0,0023 0,0455±0,0078 1,7391±0,1582 0,0006±0,0000 Minyak tanah Tegangan (Volt) Jenis sensor 10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm Gambar 4.23 Hubungan antara konsentrasi minyak tanah dalam air dengan rata-rata puncak perubahan tegangan sensor.

31 Pemantauan/Uji Solar dalam air Solar Gas OFF Tegangan (Volt) 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0-0,2 40 ppm 30 ppm 20 ppm 10 ppm Gas ON Waktu (detik) Gambar 4.24 Tegangan terhadap waktu untuk solar dalam air Setiap kenaikan konsentrasi Premix dalam air, diikuti dengan terjadinya kenaikan tegangan sensor Waktu respon sekitar 30 detik dan waktu pemulihan sekitar 15 detik

32 Tabel 4.4. Nilai rata-rata tegangan sensor dalam volt dan simpangan baku solar dalam air. (ppm) Sensor1 Sensor2 Sensor3 Sensor4 Sensor5 10 0,0000±0,0000 0,0068±0,0011 0,0095±0,0029 0,5311±0,1571 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0088±0,0015 0,0143±0,0048 0,7753±0,1931 0,0008±0, ,0000±0,0000 0,0105±0,0011 0,0175±0,0037 0,9508±0,1305 0,0008±0, ,0015±0,0027 0,0112±0,0013 0,0188±0,0038 1,0059±0,1514 0,0008±0,0000 Solar Tegangan (Volt) 1,5 1 0, ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm Jenis sensor Gambar 4.25 Hubungan antara konsentrasi solar dalam air dengan tegangan sensor.

33 Score Plot of Petroleum Derivatives 10 ppm 1,0 Bensin Minyak tanah Solar 0,5 Minyak tanah Solar PCA2 (9,6) 0,0 P remix Ben sin Bensin P remix S o lar Minyak tanah Premix Minyak tanah Ben sin S o lar -0,5-1,0 Premix PCA 1 (88,2%) Sampel produk minyak bumi dalam air yang merupakan senyawa hidrokarbon dapat dikelompokkan dan dipisahkan dengan baik, yang menunjukkan kemampuan membedakan dari gugusan senor gas. Kesimpulannya gugusan sensor gas memiliki sensitivitas dan selektivitas serta dapat mendeteksi sampel uji

34 Kesimpulan dan saran

35 Kesimpulan Gugusan sensor gas yang dirancang dengan menggabungkan sensor tipe TGS dan Af yaitu Sensor1 (TGS2201a), Sensor2 (TGS2201b), Sensor3 (TGS2620), Sensor4 (Af30) dan Sensor5 (TGS2602), dapat digunakan untuk mendeteksi bensin, premix, minyak tanah, solar dan campuran dari masing-masing sampel produk minyak bumi maupun campurannya dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa gugusan sensor sensitif dan selektif terhadap sampel uji Kemampuan gugusan sensor gas mendeteksi adanya sampel uji tersebut didasarkan adsorbsi sampel uji pada permukaan bahan aktif sensor yang menyebabkan terjadinya perubahan tegangan sensor gas. Tegangan sensor yang tinggi terhadap bensin dan Premix namun rendah untuk minyak tanah dan solar, menjelaskan bahwa gugus sensor lebih sensitif terhadap bensin dan Premix, dan campuran yang mengandung bensin dan Premix dibanding minyak tanah dan solar. Selain itu tegangan sensor cenderung naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi sampel uji, hal ini menunjukkan gugusan sensor juga sensitif terhadap perubahan konsentrasi

36 Data analisis komponen utama memperlihatkan bahwa gugusan sensor dapat mengelompokkan sampel uji atas dasar tingkat volatilitasnya. Bensin dan Premix cenderung satu kelompok dengan volatilitas tinggi, kelompok yang lain adalah minyak tanah dan solar dengan volatilitas rendah. Hal ini menunjukan bahwa gugusan sensor gas memiliki selektivitas yang baik karena mampu membedakan bensin dan Premix dengan minyak tanah dan solar. Saran Berdasarkan hasil uji bensin, Premix, minyak tanah, solar dan campuran dari masing-masing sampel produk minyak bumi pada penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendeteksi tumpahan atau limbah produk minyak pada lingkungan air. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui akurasi dan realiabilitas sistem sensor pada monitoring tumpahan atau limbah minyak dalam lingkungan air

37 Sekian Terima kasih,

38

39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Minyak bumi (crude oil) adalah cairan kental berwarna coklat gelap yang diperoleh dari beberapa area dalam kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ikan merupakan makanan yang dikonsumsi di seluruh belahan dunia. Berdasarkan habitatnya ikan dibagi menjadi dua jenis, yaitu ikan air asin dan ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terbentuk dari berbagai macam molekul dan zat yang mudah menguap. Hampir semua aroma merupakan campuran gas kimia komplek dan mengandung ribuan unsur, perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dalam setiap harinya, manusia memerlukan protein untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premium Premium terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon dengan 5 sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh langsung dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat pada akhir akhir ini menyebabkan semakin dibutuhkannya sumber daya energi, Manusia sangat banyak

Lebih terperinci

SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN

SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN 2209100701 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi industri meningkat Contohnya adalah industri makanan, industri

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan isu strategis ketahanan pangan, terdapat arah kebijakan nasional tentang peningkatan mutu dan keamanan pangan[1]. Makanan yang aman dikonsumsi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah suatu kondisi dimana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic nose (e-nose) adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic nose (e-nose) adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic nose (e-nose) adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma. Sistem ini dibangun atas larik sensor gas yang dikenal dengan sistem

Lebih terperinci

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Presentasi Sidang Tesis SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Sugeng Dwi Riyanto 2209204004 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dijelaskan hasil pengujian alat uji emisi kendaraan roda empat berbahan bakar bensin yang dilakukan terhadap hardware dan software yang telah dibuat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat dan analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukanya pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat berbahaya, baik bagi tubuh maupun bagi lingkungan. Pencemaran logam berat merupakan isu yang sudah lama tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terbentuk dari berbagai macam molekul dan zat yang mudah menguap. Hampir semua aroma merupakan campuran gas kimia komplek dan mengandung ribuan unsur, perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sangat pesat terjadi di segala bidang, terutama bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mempengaruhi berjalannya suatu proses pekerjaan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya untuk aplikasi medis, industri, dan militer. keamanan dan keselamatan operator. Perangkat pendeteksi gas yang didesain

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya untuk aplikasi medis, industri, dan militer. keamanan dan keselamatan operator. Perangkat pendeteksi gas yang didesain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan sensor gas telah berkembang dengan pesat, dimulai dengan pendeteksian keberadaan gas yang berada di lingkungan sekitar kita, seperti karbon dioksida,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Eksperimen E-nose terdiri dari 4 buah sensor gas dimana masing-masing dari sensor tersebut memiliki kepekaan yang berbeda pada saat pendeteksian aroma Jenis teh

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI DATA LOGGER PEMANTAUAN TINGKAT KONSENTRASI GAS AMMONIA PADA INDUSTRI KULIT

SISTEM INFORMASI DATA LOGGER PEMANTAUAN TINGKAT KONSENTRASI GAS AMMONIA PADA INDUSTRI KULIT SISTEM INFORMASI DATA LOGGER PEMANTAUAN TINGKAT KONSENTRASI GAS AMMONIA PADA INDUSTRI KULIT Cyrilla Indri Parwati 1, Hadi Prasetyo Suseno 2, Erfanti Fatkhiyah 3 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pembuatan Polimer Konduktif dengan Variasi pelarut pada Fabrikasi Sensor Gas untuk Uji Bensin, Biosolar dan Minyak Tanah

Pembuatan Polimer Konduktif dengan Variasi pelarut pada Fabrikasi Sensor Gas untuk Uji Bensin, Biosolar dan Minyak Tanah Pembuatan Polimer Konduktif dengan Variasi pelarut pada Fabrikasi Sensor Gas untuk Uji Bensin, Biosolar dan Minyak Tanah Agustiana 1405 100 006 Email: agustiana.tian@yahoo.com I. Pendahuluan II. III. IV.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden ginger.

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK (Kode : B-07) DESAIN PERANGKAT ELECTRONIC NOSE SEBAGAI ALAT PENDETEKSI FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN

KIMIA ANALITIK (Kode : B-07) DESAIN PERANGKAT ELECTRONIC NOSE SEBAGAI ALAT PENDETEKSI FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-07) ISBN : 978-979-1533-85-0 DESAIN PERANGKAT ELECTRONIC NOSE SEBAGAI ALAT PENDETEKSI FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN B. Laely Herawaty 1, *, M. Rivai 2, Suprapto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi lingkungan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan guna mendukung berbagi bidang industri, transportasi, perusahaan, pemerintahan, dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB

BAB I PENDAHULUAN BAB BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Teknologi pengindraan elektronik telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pengindraan elektronik ini mengacu pada kemampuan reproduksi indra manusia menggunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRIP TES BERBASIS REAGEN ASAM SULFANILAT DAN 1-NAFTOL UNTUK DETEKSI PENGAWET NITRIT PADA SAMPEL KORNET DAGING SAPI SKRIPSI

PENGEMBANGAN STRIP TES BERBASIS REAGEN ASAM SULFANILAT DAN 1-NAFTOL UNTUK DETEKSI PENGAWET NITRIT PADA SAMPEL KORNET DAGING SAPI SKRIPSI PENGEMBANGAN STRIP TES BERBASIS REAGEN ASAM SULFANILAT DAN 1-NAFTOL UNTUK DETEKSI PENGAWET NITRIT PADA SAMPEL KORNET DAGING SAPI SKRIPSI Oleh: Nandari Dwi Pratiwi NIM 092210101078 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan kadar gula dalam tubuh penderita tinggi. Hal ini karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik atau terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

PENGARUH ASAP TERHADAP SISTEM KOMUNIKASI PADA FREKUENSI 900 MHZ

PENGARUH ASAP TERHADAP SISTEM KOMUNIKASI PADA FREKUENSI 900 MHZ PENGARUH ASAP TERHADAP SISTEM KOMUNIKASI PADA FREKUENSI 900 MHZ Oleh : ARIF GUNAWAN 2209204810 PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST,MT Eko Setijadi, ST, MT,Ph.D PENDAHULUAN Kebutuhan akan jasa layanan komunikasi

Lebih terperinci

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 Oleh : Mohammad Khoirudin Alfan Nrp. 3307100080 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah T, MAppSc NIP 195307061984032004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Data acquisition system atau DAS adalah teknik yang dilakukan pada sistem pengukuran yang mempunyai prinsip kerja mengukur/mengambil data, menyimpan sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu, teu-hu/tokwa. Kata tao/teu berarti kacang untuk membuat tahu, orang menggunakan kacang kedele kuning yang disebut wong-teu

Lebih terperinci

Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga

Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga Arif Nurhidayat Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia Email: nurhidayat86@gmail.com

Lebih terperinci

Aplikasi Pengukur Konsentrasi Asap Rokok Dengan Sensor AF-30

Aplikasi Pengukur Konsentrasi Asap Rokok Dengan Sensor AF-30 Aplikasi Pengukur Konsentrasi Asap Rokok Dengan Sensor AF-30 Pada artikel yang lalu telah dibahas bagaimana mendeteksi keberadaan asap rokok di udara. Pada artikel kali ini akan membahas contoh aplikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan perangkat sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian perangkat

Lebih terperinci

Rancang Bangun Electronic Nose untuk Mendeteksi Tingkat Kebusukan Ikan Air Tawar

Rancang Bangun Electronic Nose untuk Mendeteksi Tingkat Kebusukan Ikan Air Tawar IJEIS, Vol.6, No.2, October 2016, pp. 129~140 ISSN: 2088-3714 129 Rancang Bangun Electronic Nose untuk Mendeteksi Tingkat Kebusukan Ikan Air Tawar Chrisal Aji Lintang* 1, Triyogatama Wahyu Widodo 2, Danang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah indonesia saat ini telah mencanangkan kepada masyarakat agar mengganti bahan bakar minyak beralih menggunakan bahan bakar gas untuk keperluan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gas-gas pencemar dari gas buang kendaraan bermotor seperti gas CO dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat hemoglobin darah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil Kuantitas bio oil ini menunjukkan bahwa banyaknya dari massa bio oil, massa arang dan massa gas yang dihasilkan dari proses pirolisis

Lebih terperinci

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 130 ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT Muhammad Arsyad Habe, A.M. Anzarih, Yosrihard B 1) Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah

Lebih terperinci

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah X. BIOREMEDIASI TANAH Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah A. Composting Bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang relatif mudah terombak,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC Publikasi Jurnal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembuatan dan pengembangan instrumen analisis untuk penentuan logam berat seperti merkuri sangat penting mendapatkan perhatian karena di antara berbagai macam logam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada Bab empat ini berisi mengenai hasil pengukuran alat yang dirancang beserta perbandingan terhadap hasil dari pengukuran oleh alat pembanding dan analisa dari alat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Identifikasi kualitas suatu produk pangan dapat dilakukan, salah satunya, dengan mencium aromanya. Produk produk seperti kopi, teh, produk peternakan, daging, dapat

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

PURWARUPA PEMANTAU GAS HIDROGEN SULFIDA DALAM RUANG INDUSTRI KIMIA

PURWARUPA PEMANTAU GAS HIDROGEN SULFIDA DALAM RUANG INDUSTRI KIMIA PURWARUPA PEMANTAU GAS HIDROGEN SULFIDA DALAM RUANG INDUSTRI KIMIA Ziyaurrohman Alladany, Muhammad Arrofiq 1 1 Program Diploma Teknik Elektro, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jl. Yacaranda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S 7 yang besar, karena probe sensor sangat sensitif dan jika mengalami guncangan yang besar, dapat mengakibatkan data yang diambil kurang baik. Setelah semua disiapkan, program pengambilan data dijalankan

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-07) PENGENALAN POLA RESPON AROMA TEH DENGAN MENGGUNAKAN ELECTRONIC NOSE

KIMIA FISIKA (Kode : C-07) PENGENALAN POLA RESPON AROMA TEH DENGAN MENGGUNAKAN ELECTRONIC NOSE MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-07) ISBN : 978-979-1533-85-0 PENGENALAN POLA RESPON AROMA TEH DENGAN MENGGUNAKAN ELECTRONIC NOSE Ninin Supriatiningsih* 1, Taslim Ersam 1, M. Rivai 2, Suprapto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pembangunan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, seperti pembangunan fisik kota, industri dan transportasi. Pada pertumbuhan pembangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, menghasilkan berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang elektronika. Salah satu teknologi yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM Pada pengujian sistem ini dijelaskan hasil dan analisa pengujian yang telah dilakukan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat lunak dan perangkat keras.

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga merupakan salah satu jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia, ini merupakan

Lebih terperinci

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI Oleh : DENNY PRASETYO 0631010068 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi sebagai moda penggerak berbagai bidang dimana terjadi perpindahan orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan alat transportasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Penambahan gas hasil elektrolisa air pada motor bakar 4 langkah ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakarnya. Pengaruh penambahan gas hasil elektrolisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya potensial yang ada dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus dilakukan, tak terkecuali dunia

Lebih terperinci

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT Uji Kinerja Sensor Temperature pada Portable Portable Biodigester Oleh : Mulyayanti 2406 100 086 Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Lahan Percobaan Pengujian sifat fisik tanah dilakukan di balai penelitian tanah kota bogor. Pengujian tanah berupa nilai pf tanah, sifat fisik tanah,

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENDETEKSI KADAR GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

APLIKASI SISTEM PENDETEKSI KADAR GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR APLIKASI SISTEM PENDETEKSI KADAR GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR Bayu Nugroho Dosen pada Jurusan Sistem Komputer, Informatics & Business Institute Darmajaya Jl. Z.A Pagar Alam No 93, Bandar Lampung - Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan robotika di Indonesia cukup pesat dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan robotika di Indonesia cukup pesat dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan robotika di Indonesia cukup pesat dengan semakin banyaknya aplikasi robot yang diterapkan di industri. Perkembangan robot di dunia industri juga diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada saat ini karena udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan makhluk hidup, terutama manusia.

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 STUDI KOMPARASI DARI ZAT ADITIF SINTETIK DENGAN ZAT ADITIF ALAMI TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN GENSET MOTOR BENSIN 4-LANGKAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat besar. Indonesia sering disebut juga sebagai negara agraria atau negara yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terdiri dari molekul yang masing-masing memiliki ukuran dan bentuk tertentu. Sedangkan senyawa atau molekul aroma yang dapat dideteksi oleh hidung manusia sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik HDPE ( High Density Polyethylene ). Gambar 4.1 Reaktor Pengolahan Limbah Plastik 42 Alat ini melebur plastik dengan suhu 50 300

Lebih terperinci

Pengembangan Hidung Elektronik untuk Klasifikasi Mutu Minyak Goreng dengan Metode Principal Component Analysis

Pengembangan Hidung Elektronik untuk Klasifikasi Mutu Minyak Goreng dengan Metode Principal Component Analysis IJEIS, Vol.6, No.2, October 2016, pp. 221~230 ISSN: 2088-3714 221 Pengembangan Hidung Elektronik untuk Klasifikasi Mutu Minyak Goreng dengan Metode Principal Component Analysis Soca Baskara* 1, Danang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMANTAU MUTU UDARA DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51

PENGEMBANGAN ALAT PEMANTAU MUTU UDARA DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51 PENGEMBANGAN ALAT PEMANTAU MUTU UDARA DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51 Farid Thalib 1 Ferdi Hardian 2 1, 2 Laboratorium Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam namun mengabaikan masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan komponennya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Salah satu masalah besar dalam kehidupan manusia adalah kerusakan akibat api. Salah satu kerusakan akibat api yang sering terjadi adalah kebakaran

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

OXEA - Alat Analisis Unsur Online

OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA ( Online X-ray Elemental Analyzer) didasarkan pada teknologi fluoresens sinar X (XRF) yang terkenal di bidang laboratorium. Dengan bantuan dari sebuah prosedur yang

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KEMURNIAN PREMIUM DENGAN SENSOR GAS TGS 2620 TESIS OLEH MOLANA PINEM /KIM

ANALISIS KEMURNIAN PREMIUM DENGAN SENSOR GAS TGS 2620 TESIS OLEH MOLANA PINEM /KIM ANALISIS KEMURNIAN PREMIUM DENGAN SENSOR GAS TGS 2620 TESIS OLEH MOLANA PINEM 087006018/KIM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Berikut ini adalah hasil perancangan universal gas sensor menggunakan analog gas detector gas MQ-2 dan arduino uno r3 ditampilkan pada LCD 16x2. Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Arduino Uno R3 Pengujian sistem arduino uno r3 dilakukan dengan memprogram sistem arduino uno r3 untuk membuat Pin.4 menjadi nilai positif negative 0 dan 1 yang

Lebih terperinci