BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Good Corporate Governance Pentingnya penerapan Good Corporate Governance telah menjadi perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Isu ini terus dikaji oleh pelaku bisnis, akademis, pembuat kebajikan dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Istilah Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Komite Cadbury (1992) mendefinisikan Corporate Governance yang diterjemahkan oleh Tjager Nyoman:12 (2003) sebagai, Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholder. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya. 10

2 Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (2004) yang diterjemahkan oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006) mendefinisikan Corporate Governance adalah sebagai, Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi dewan dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus mengfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah, Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika. (Keputusan Menteri, 2002) ( Pengertian menurut Jill Solomon adalah, Corporate Governance is defined as the system checks and balances, both internal and external to companies, which ensures that companies discharge their accountability to all their stakeholders and act in a socially responsible way in all areas of their business activity. (Jill Solomon:10, 2007) Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa Good Corporate Governance adalah suatu struktur atau sistem tata kelola yang baik dengan proses yang transparan dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders. 11

3 II.2 Sejarah Good Corporate Governance Good Corporate Governance mulai berkembang sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash pada 19 Oktober 1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York, mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Di kala itu, untuk mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, banyak para eksekutif melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana menyembuyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan laporan keuangan. Dengan kesadaran tinggi untuk meningkatkan daya saing bangsa oleh segenap negarawan, cendekiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan untuk meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Gerakan ini dimulai dari tokoh-tokoh di Inggris yang dipimpin oleh Sir Adrian Cadbury, yang pada saat itu sebagai Directur Bank of England dan mantan CEO Group Cadbury. Sejak terbitnya Cadbury code on Corporate Governance pada tahun 1992, semakin banyak institusi yang terus melakukan penyempurnaan dalam prinsip-prinsip dan petunjuk teknis praktik, antara lain International Corporate Governance Network (ICGN) yang mendorong Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mengeluarkan OECD Principles on Corporate Governance. ICGN (International Corporate Governance Network) sangat berkepentingan dalam implementasi Good Corporate Governance, karena anggota mereka terdiri dari institusi dana pensiun dan asuransi yang mengelola dana nasabah untuk investasi jangka panjang. 12

4 II.3 Teori-teori yang mendasari Good Corporate Governance II.3.1 Agency Theory Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract. Dimana para manajemen perusahaan akan bergerak dengan kesadaran sendiri untuk mementingkan diri sendiri bukan sebagai pihak yang adil terhadap pemegang saham (Murwaningsari, 2009). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut (Jensen & Meckling, 1976). II.3.2 Stewardship Theory Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, 13

5 sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran organisasinya (Donaldson dan Davis, 1997). II.3.3 Stakeholder Theory Dalam Stakeholder model, perusahaan adalah organisasi yang mendapatkan sumber daya dari investor, karyawan, dan dari supplier yang selanjutnya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa untuk kemudian dijual kepada konsumen (Donaldson & Preston, 1995). Corporate Governance disini merupakan sistem yang dirancang untuk menjamin terpeliharanya keseimbangan internal dalam suatu organisasi dengan keseimbangan eksternal yang berkepentingan. Dengan menjamin bahwa semua pihak akan bertindak dan berperilaku sesuai aturan yang berlaku, maka perusahaan akan mencapai sasaran tanpa perlu menimbulkan kerugian kepada pihak stakeholders. II.4 Perbedaan Implementasi Good Corporate Governance di Amerika Serikat dengan Asia Model penerapan Good Corporate Governance pada tiap negara berbedabeda di seluruh dunia. Penerapan yang digunakan di Amerika Serikat adalah dengan menggunakan model Anglo-American model dimana model ini 14

6 menekankan dewan direksi terdiri dari campuran eksekutif dari perusahaan dan direktur non eksekutif, yang semuanya dipilih oleh pemegang saham. Di Amerika Serikat, perusahaan secara langsung diatur oleh undang-undang negara, sementara pertukaran efek dalam perusahaan diatur oleh undang-undang federal. Amerika Serikat mulai mengembangkan tata kelola perusahaan sejak tahun 1992 saatt Cadbury Report dikeluarkan. Seiring dengan berjalannya tahun terjadilah skandal Enron dan WorldCom yang menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan yang didesain untuk mendukung manajemen masa sekarang tidak dibutuhkan bagi para pemegang saham, pemegang saham hanya menginginkan kesenjangan untuk dirinya dalam masa sekarang bukan demi kesenjangan perusahaan di masa depan. Hal ini membuat Amerika Serikat mengeluarkan Sarbanes Oxley Act, dimana terjadinya perkembangan atas standar akuntansi internasional untuk perusahaan dan juga kode etik untuk akuntan-akuntan profesional untuk dapat berharmonisasi secara dunia. (Carder, 2008) Negara-negara di Asia memakai model penerapan yang sudah ditentukan standarnya dari Organization for Economic Co operation and Development (OECD) dimana pada negara Asia diterapkan secara berbeda-beda tiap negara dimana sesuai dengan kebudayaan, keadaan ekonomi dan keadaan sosial masingmasing negara. Menurut Barton, hampir semua negara di Asia yang menjadi perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek masing-masing negaranya membutuhkan adanya auditor yang independen dan komite audit (Barton et.al.,2004). Awal 15

7 permulaan berkembangnya tata kelola perusahaan yang terjadi pada negaranegara di Asia dengan yang terjadi pada negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat sangat berbeda. Pemerintah, para pemimpin perusahaan, investor, dan pengatur peraturan di Asia menyadari bahwa praktik tata kelola perusahaan tidak akan berubah dalam semalam, sehingga kesabaran sangatlah dibutuhkan dalam menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Agar perusahaanperusahaan dapat mematuhi peraturan yang baru merupakan prospek yang sulit dimana membutuhkan lebih besarnya transparansi dan pelaksanaan yang lebih baik, dengan tidak melupakan dalam pergolakan budaya di ruang dewan. Tanpa besarnya transparansi yang dilakukan oleh perusahaan maka peraturan baru dan kode pemerintah akan tata kelola perusahaan hanya akan membangun sedikit kepercayaan dari investor. Meskipun reformasi sedang berjalan, standar akuntansi di negara-negara Asia masih tetap lemah. Kurangnya akuntan profesional yang mengerti akan standar akuntansi baik di negara sendiri maupun internasional secara mendalam. Organisasi akuntansi yang membuat peraturan masih longgar baik dalam membuat peraturan maupun dalam penerapan peraturan itu sendiri. Sebagai hasil dari hal-hal tersebut maka pendapatan yang dilaporkan, arus kas, dan laporan neraca tidak dapat diandalkan atau dipercaya. (Mulyadi & Anwar, 2011) Para investor di beberapa wilayah tidak semua ingin ikut serta secara langsung dalam membangun perusahaan agar menggunakan tata kelola perusahan yang baik (Felton, 2004). Kebanyakan investor secara praktiknya menanamkan modalnya kepada perusahaan-perusahaan yang mereka percaya 16

8 dapat berkembang dan dapat memberikan imbal balik kepada mereka di masa sekarang. Jika perusahaan tidak dapat memberikan imbal balik maka mereka akan menjual kepemilikan yang mereka miliki. Hal inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya tata kelola perusahaan di negara Asia. Dimana sebenarnya investor juga perlu ikut serta dalam membantu pelaksanaan reformasi tata kelola perusahaan pada negara di Asia. Akan tetapi ada investor juga yang sudah mulai ikut serta dalam mendukung reformasi tata kelola perusahaan pada Negara di Asia. Sebagai contoh adalah di negara Singapura, The Securities Investors Association of Singapore bekerja sama dengan para perusahaan untuk mencalonkan auditor independen dan berharap untuk bekerja sama dengan manajer dana untuk mengembangkan tata kelola perusahaan dimana tempat mereka menanamkan modalnya. Di Indonesia, beberapa organisasi (Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia) bersama-sama menyelenggarakan Annual Report Award yang diadakan tiap tahun. Penghargaan ini diukur dari laporan akhir tahun perusahaan (dilihat dari isinya, pengungkapannya, dan juga termasuk laporan keuangannya) dan juga praktik tata kelola perusahaannya. Jika perusahaan tersebut terpilih dalam tiga besar pada Annual Report Award, maka itu akan membuat perusahaan tersebut diakui dari beberapa organisasi tersebut bahwa mereka memiliki laporan tahunan yang baik (pengungkapan yang baik, informasi yang baik, kualitas yang baik) dan juga pengimplementasian tata 17

9 kelola perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lain. II.5 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate Governance ini, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan ekonomi, peraturan-peraturan yang mendukung, standar audit yang digunakan, budaya dan tradisi masing-masing negara dimana itu akan membuat perbedaan dan berpengaruh pada setiap negara dalam menerapkan Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan Corporate Governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practices bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance berlandaskan kepada lima prinsip dasar, (Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 117/M-MBU/2002) yaitu : 18

10 II.5.1 Transparansi (Transparency) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. II.5.2 Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. II.5.3 Pertanggungjawaban (Responsibility) Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. II.5.4 Independensi (Independency) Suatu keadaan di mana perusahaan di kelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. II.5.5 Kewajaran (Fairness) Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 19

11 II.6 Pedoman Umum Prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menjadi acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2004 ( mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance Framework Untuk memastikan kerangka kerja tata kelola perusahaan yang efektif, perlu untuk menetapkan landasan hukum, peraturan dan kelembagaan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku pasar untuk melakukan kegiatan bisnis mereka. 2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions Kerangka tata kelola perusahaan harus melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Hak pemegang saham harus terdiri dari hak untuk dirinya dalam merasa aman bahwa dirinya sudah dicatatkan sebagai pemegang kepemilikan, dapat mengalihkan saham yang dimiliki, memperoleh informasi perusahaan secara teratur dan tepat waktu, berpartisipasi dalam rapat umum pemegang saham, memilih dewan komisaris dan direksi, dan berbagi secara proporsional pada laba perusahaan. 20

12 3. The Equitable Treatment of shareholders Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing, memperoleh perlakuan yang setara. Perlakuan yang adil harus dialami oleh semua pemegang saham dimana, semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka. 4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance Korporasi harus mendorong kerja sama aktif antara perusahaan dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan perusahaan. Semua stakeholder harus memiliki akses rutin dan tepat waktu ke informasi yang relevan, cukup dan dapat diandalkan 5. Disclosure and Transparency Kerangka tata kelola perusahaan harus menjamin transparansi, akurasi dan ketepatan waktu informasi perusahaan. Pengungkapan harus mencakup, namun tidak terbatas pada, informasi material yang berkaitan dengan kinerja keuangan, transaksi, manajemen risiko, dan korporasi tata struktur dan kebijakan, terutama prinsip tata kelola perusahaan. Informasi harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi berkualitas tinggi. Laporan keuangan harus diaudit oleh, auditor independen yang kompeten, dan sangat berkualitas. 21

13 6. The responsibilities of the Board Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan strategis pengelolaan perusahaan, pemantauan dewan, dan akuntabilitas dewan untuk perusahaan dan pemegang saham. Ini berarti bahwa dewan harus bertindak dengan itikad baik dan dengan hati-hati. Dewan Komisaris harus memperlakukan semua kelompok pemegang saham yang sama dan dengan standar etika yang tinggi. Dewan harus melakukan fungsinya seperti melakukan peninjauan kembali dan menetapkan kebijakan strategis perusahaan, memutuskan rencana perusahaan dan kebijakan manajemen risiko, menetapkan dan memantau anggaran tahunan, dan mengevaluasi dan mengelola kemungkinan konflik kepentingan di antara anggota dewan, pemegang saham, dan eksekutif manajemen kunci. II.7 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Indonesia Penerapan prinsip Good Corporate Governance di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah Indonesia dimana pemerintah Indonesia membuat Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang membuat Code of Good Corporate Governance pada tahun 1999 dan telah direvisi pada tahun 2006 ( Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang merupakan standar minimal yang mencakup: 22

14 1. Menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. 2. Prinsip tata kelola perusahaan. 3. Etika bisnis dan kode etik. 4. RUPS dan hak serta tanggung jawab pemegang saham. 5. Komposisi, persyaratan, pengangkatan atau pemberhentian, tugas dan fungsi dan pertanggungjawaban dari komponen-komponen perusahaan seperti dewan komisaris, direksi serta komite penunjang. 6. Pernyataan mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance. 7. Praktis panduan tentang pelaksanaan Good Corporate Governance. Pelaksanaan Good Corporate Governance masih bersifat voluntary dimana pedoman hanya sebagai acuan sehingga tidak ada sanksi yang diberikan. Dalam peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Jumlah direksi disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan agar perusahaan tetap efektif dalam pengambilan keputusan. Komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko dan komite kebijakan corporate governance. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap direktur utama atau kepada direktur yang membawahi tugas pengawasan internal. Ada nilai-nilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan. Walaupun dalam pedoman tidak diatur akan tetapi, Bapepam- 23

15 LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan mengenai prosedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi. II.8 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Malaysia The Malaysian Code on Corporate Governance ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas pedoman yang diterbitkan sebelumnya ( hal-hal: The Malaysian Code on Corporate Governance tahun 2007 mencakup 1. Principles Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsipprinsip sesuai dengan keadaan masing-masing perusahaan. 2. Best Practices in Corporate Governance Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan. Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktik yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya. 24

16 3. Exhortations to Other Participants Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam tata kelola perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance bersifat comply and explain dimana perusahaan wajib mengungkapkan prinsip dan praktik Good Corporate Governance baik yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan serta dengan alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Sanksi dapat diberikan oleh bursa Malaysia jika tidak mengungkapkan penerapan tata kelola di laporan tahunan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perusahaan publik di Malaysia wajib memiliki sekurang-kurangnya adalah satu per tiga dari dewan. Malaysia menganut sistem one board system dimana dewan komisaris dan direksi terletak dalam satu dewan. Komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi dan komite remunerasi. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap komite audit. Tidak ada nilai-nilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan. Komponen remunerasi harus cukup terstruktur dan dikaitkan dengan kinerja perusahaan dimana remunerasi untuk direksi dikaitkan dengan kinerja individu dan remunerasi untuk dewan komisaris mencerminkan pengalaman dan tanggung jawabnya. 25

17 II.9 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Singapura The Singapore Code of Corporate Governance ditentukan pada tahun 2005 yang dikelola secara bersama-sama oleh Singapore Exchange (SGX) dan Monetary Authority of Singapore (MAS). Kode ini mengacu ke standar internasional dan dirancang untuk melayani sebagai panduan bagi emiten untuk memenuhi harapan stakeholder atas standar dari Corporate Governance. Singapura mengadopsi pendekatan a comply or explain terhadap kode. Meskipun kepatuhan terhadap prinsip bisnis ini tidak wajib, emiten diharuskan untuk mengungkapkan praktik tata kelola perusahaan mereka dan memberikan penjelasan untuk penyimpangan dari kode dalam laporan tahunan mereka. Pada tahun 2010 The Singapore Code of Corporate Governance telah direvisi kembali oleh the Corporate Governance Council guna memperbaharui struktur dari hal - hal yang terkait dengan Corporate Governance yang ada di Singapura ( The Singapore Code of Corporate Governance mencakup hal-hal: 1. Board Matters Memuat masalah-masalah tentang bagaimana dewan dapat secara efektif dalam memimpin dan mengatur perusahaan dimana dewan harus bertindak secara independen dalam pengambilan keputusan tanpa diganggu oleh pihak manajemen yang lain. 26

18 2. Remuneration Matters Memuat masalah-masalah akan remunerasi yang harus memiliki prosedur yang transparan dalam remunerasi tiap direktur tanpa dipengaruhi baik dari direktur itu sendiri ataupun dari direktur yang lain. 3. Accountability and Audit Dewan perlu mengungkapkan kinerja, posisi finansial dan prospek ke depan dari perusahaan yang dapat dimengerti dan dipercaya oleh para stakeholders. Perusahaan harus memiliki komite audit yang akan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta memiliki kekuasaan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku. 4. Communication with Shareholders Perusahaan perlu melakukan komunikasi yang rutin, efektif dan adil terhadap semua shareholders. Perusahaan perlu memberikan partisipasi lebih kepada shareholders dan memberikan kesempatan kepada shareholders untuk menanyakan beberapa masalah yang mempengaruhi perusahaan dalam rapat umum pemegang saham ataupun rapat umum tahunan. 5. Disclosure of Corporate Governance Arrangements Bursa efek Singapura atau Singapore Exchange mengeluarkan peraturan dimana perusahaan yang terdaftar harus mengungkapkan laporan tahunan perusahaan perlu memberikan praktik tata kelola perusahaan dengan referensi khusus yang sudah diberikan melalui kode. Sebagai contoh hubungan antara dewan direksi dengan CEO, 27

19 jumlah pertemuan rapat umum pemegang saham serta jumlah direktur yang hadir dalam pertemuan rapat umum pemegang saham dan adanya remunerasi yang jelas terhadap direktur perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance bersifat comply and explain dimana perusahaan wajib mengungkapkan praktik tata kelola dengan referensi khusus serta mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaan dalam laporan tahunan perusahaan. Sanksi tidak diberikan jika tidak dijalankan akan tetapi perusahaan perlu menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak menerapkan. Perusahaan publik di Singapura wajib memiliki sekurangkurangnya adalah satu per tiga dari dewan. Anggota direksi harus mendapatkan pelatihan yang tepat mengenai tugas dan tanggung jawabnya. Komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi dan komite remunerasi. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap komite audit dan kepada Chief Executive Officer (CEO). Tidak ada nilai-nilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan. Dalam melakukan penyusunan remunerasi direksi harus dibuat secara terstruktur sehingga ada kesesuaian antara penghargaan yang diberikan dengan kinerja perusahaan dan individu. II.10 Perbandingan Pedoman Penerapan Good Corporate Governance di Negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura Good Corporate Governance yang diterapkan oleh negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura berbeda-beda. Walau mereka menggunakan model 28

20 yang sama yang dikeluarkan oleh Organisation Economic Co-operation and Development (OECD). Hal-hal yang menjadi perbedaan akan dimunculkan pada tabel ini sebagai berikut : TABEL 2.1 Perbandingan Pedoman Penerapan Good Corporate Governance Keterangan Indonesia Malaysia Singapura Metode penerapan pedoman Good Corporate Governance Jika aspek pedoman belum dijalankan maka perusahaan harus mengungkap aspek yang belum dilaksanakan beserta dengan alasannya dalam laporan tahunan tetapi pedoman hanya acuan sehingga penerapan sesuai dengan otoritas masing-masing. Perusahaan wajib mengungkapkan prinsip dan praktik Good Corporate Governance baik yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan serta dengan alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Jumlah Komisaris Independen Sanksi yang akan diberikan Jumlah direksi Komite yang dibentuk Fungsi internal audit Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku Dalam peraturan Bapepam-LK sekurangkurangnya 1 orang komisaris independen dalam BEI sekurangkurangnya 30% dari jumlah dewan komisaris Tidak ada sanksi yang diberikan Disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan Komite Audit, Komite Nominasi, Komite Kebijakan Risiko, Komite Kebijakan Corporate Governance Bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawasan internal Ada nilainilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana Perusahaan wajib mengungkapkan praktik tata kelola dengan referensi khusus serta mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaan dalam laporan tahunan perusahaan 1/3 dari anggota dewan 1/3 dari anggota dewan Dapat diberikan sanksi jika tidak mengungkapkan pelaksanaan tata kelola dalam laporan tahunan One board system dimana dewan komisaris dan direksi terletak dalam satu dewan Komite Audit, Komite Nominasi Bertanggung jawab langsung kepada Komite Audit Tidak ada ketentuan dalam etika bisnis dan pedoman perilaku Tidak ada sanksi yang diberikan akan tetapi harus menjelaskan secara rinci alasan tidak menerapkannya Direksi perlu mendapatkan pelatihan terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawabnya Komite Audit, Komite Nominasi, Komite Remunerasi Bertanggung jawab kepada ketua Komite Audit meskipun secara administratif auditor internal juga akan melapor kepada CEO Tidak ada ketentuan dalam etika bisnis dan pedoman perilaku 29

21 Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan mengenai prosedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi Remunerasi untuk direksi dikaitkan dengan kinerja individu, Remunerasi untuk dewan komisaris mencerminkan pengalaman dan tanggung jawabnya Sumber dari KNKG, BursaMalaysia dan SGX (Diolah oleh penulis) Penyusunan remunerasi direksi harus dibuat secara terstruktur sehingga ada kesesuaian antara penghargaan yang diberikan dengan kinerja perusahaan dan individu II.11 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dan pendukung dalam melakukan penilitian ini maka akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yaitu : TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu No Judul Tujuan Metodologi Simpulan 1 Corporate governance in the Asian countries (Madan Bhasin) Mengetahui penerapan tata kelola perusahaan di negaranegara asia Studi literatur dan telaah dokumen Tata kelola perusahaan sudah mulai masuk ke dalam negara Asia dan sudah mulai berkembang 2 Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia (Thomas Kaihatu) Memastikan tata kelola perusahaan dapat membuat manajemen berjalan dengan baik Studi literatur dan telaah dokumen Rendahnya pemahaman terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia International 3 Corporate Governance Membandingkan antara 2 sistem tata Studi literatur Perbedaan sistem tata kelola perusahaan antara tiap negara (Diane Denis & kelola perusahaan sangatlah jelas terlihat John McConnell) 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Pengertian Good Corporate Governance Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosakata paling hangat

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Tata Laksana (Stewardship Theory) Stewardship theory adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance, Komisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance, Komisi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Good Corporate Governance Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun masih berupa saran (exhortation) dan anekdot. Istilah ini menjadi popular seiring terkuaknya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan terhadap regulasi atau peraturan atas penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA GCG Bank

STIE DEWANTARA GCG Bank GCG Bank Manajemen Risiko, Sesi 5 Prinsip GCG a. Prinsip tata kelola perusahaan bagi bank adalah seperangkat ketentuan mengenai hubungan antara Dewan Komisaris, Dewan Direksi, seluruh pihak yang memiliki

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG di BCA Hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance pada Semester I dan Semester II tahun 2016 dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Batang

Lebih terperinci

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penelitian Tata kelola perusahaan yang baik adalah prinsip yang memandu dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan perusahaan dan otoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3.1 Latar Belakang. perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan adalah salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. 3.1 Latar Belakang. perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan adalah salah satu cara yang BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perubahan teknologi dan globalisasi dengan cepat menimbulkan persaingan yang kompetitif. Perusahaan dituntut untuk menjadi lebih baik dan lebih

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. berbeda-beda. Penerapan yang dimaksudkan disini adalah bagaimana

BAB IV PEMBAHASAN. berbeda-beda. Penerapan yang dimaksudkan disini adalah bagaimana BAB IV PEMBAHASAN Penerapan Good Corporate Governance di tiap negara sangatlah berbeda-beda. Penerapan yang dimaksudkan disini adalah bagaimana perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi tren global dan ketatnya persaingan bisnis sekarang ini, para pimpinan dan manajer dituntut untuk lebih lagi memperhatikan aspek dimensi sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk. Halaman = 1 dari 10 PIAGAM Komite Audit PT Malindo Feedmill Tbk. Jakarta Halaman = 2 dari 10 DAFTAR ISI Halaman I. Tujuan 3 II. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 3 III. Hak dan Kewenangan Komite Audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Terjadinya manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ACMF. Oleh: Tim Studi

KAJIAN TENTANG PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ACMF. Oleh: Tim Studi KAJIAN TENTANG PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ACMF Oleh: Tim Studi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN 2010 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian di Indonesia berkembang semakin pesat, dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh menjadi perusahaan

Lebih terperinci

ETIKA DAN TATA KELOLA KORPORAT

ETIKA DAN TATA KELOLA KORPORAT ETIKA DAN TATA KELOLA KORPORAT BUKU - Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Business & Professional Ethics for Directors, Executives and Accountants. South-Western College Publishing, 6Th edition. (BD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1997 pernah melanda Negara Asia yaitu Negara Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak perusahaan besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan seperti pemegang saham (investor), kreditor dan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR 8 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengukuran RPT Pengukuran RPT yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur melalui dua cara yaitu dengan melihat asset, liabilities, sales, dan expenses yang tercermin pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya akan dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance framework). Kerangka tersebut dibentuk

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM Penyusunan Pedoman Dan Kode Etik merupakan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak eksternal (pemegang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) Astri Furqani dan Isnani Yuli Andini (As3oke_dech@yahoo.com)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi Perekonomian yang saat ini masih belum pulih akibat terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, dimana perusahaan-perusahaan yang mendominasi dunia

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT A. PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mematuhi hukum dan peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. 1 BAB I DASAR DAN TUJUAN PEMBENTUKAN 1.1. Dasar Pembentukan 1.1.1 PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/ TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/ TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/20172017 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN I. UMUM Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik merupakan elemen

Lebih terperinci