ANALISA PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA INTERFERENSI CO-CHANNEL UNTUK ARSITEKTUR SELULER SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS BROADBAND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA INTERFERENSI CO-CHANNEL UNTUK ARSITEKTUR SELULER SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS BROADBAND"

Transkripsi

1 Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN: ANALISA PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA INTERFERENSI CO-CHANNEL UNTUK ARSITEKTUR SELULER SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS BROADBAND 1 Ari Wijayanti, dan 2 Haniah Mahmudah 1,2 Jurusan Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Kampur ITS Keputih Sukolilo Surabaya ariw@eepis-its.edu, haniah@eepis-its.edu Abstrak. Kebutuhan akan bandwidth yang lebar untuk layanan multimedia dengan kecepatan tinggi dan berkualitas akan mengarah pada penggunaan sistem komunikasi fixed wireless access LMDS yang beroperasi pada frekuensi gelombang millimeter yaitu antara GHz. Kinerja sistem ini sangat dipengaruhi oleh efek redaman hujan terutama untuk daerah tropis sehingga sangat penting menjadi parameter dalam analisa interferensi cho-chanel dalam suatu sistem LMDS. Pada penelitian ini dilakukuan analisa perbandingan rata-rata sinyal terhadap rata-rata interferensi (Ŝ/Î) dengan mempertimbangkan dampak redaman hujan yang diambil melalui pengukuran curah hujan di Surabaya dan arsitektur selular Downlink Ŝ/ Î menggunakan polarisasi tunggal, dan polarisasi intercell interleaving sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam mendesain sistem komunikasi fixed broadband yang handal. Prosentase probabilitas rata-rata sinyal terhadap ratarata interferensi atau Ŝ/Î (db) 0,1% pada arsitektur polarisasi tunggal horisontal ketika berada pada kerimbunan pepohonan tingkat rendah hingga tinggi (m dari 4 hingga 6) diperoleh saat m=4 sebesar 20 db, m=5 sebesar 27 db, dan m=6 sebesar 35 db. Untuk polarisasi interleaving, nilai prosentase probabilitas ratarata sinyal terhadap rata-rata interferensi atau Ŝ/Î (db) 0,1% diperoleh ketika m=4 sebesar 50 db, m=5 sebesar 55 db, dan m=6 sebesar 65 db. Didapatkan nilai Ŝ/Î yang lebih baik ketika menggunakan arsitektur seluler interleaving karena polarisasi yang berbeda mengurangi interferensi sehingga mengoptimasi kesediaan bandwidth. Kata kunci : Redaman Hujan, Interferensi Co-Channel, Local Multipoint Distribution service(lmds), S/I 1. Pendahuluan Permintaan masyarakat akan layanan komunikasi broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting, video conference yang memiliki kapasitas tinggi dan bandwith lebar telah mendorong penggunaan spectrum frekuensi radio yang tinggi. Sistem komunikasi Broadband Wireless Access (BWA) atau Local to Multipoint Distribution System (LMDS) didunia berkembang dengan cepat karena mampu memberikan layanan yang tinggi dan diinginkan oleh masyarakat.. LMDS [1] adalah sistem komunikasi fixed wireless access, line of sight (LOS) point to multipoint yang beroperasi pada frekuensi gelombang millimeter yaitu antara GHz. LMDS menyediakan layanan Broadband Wireless Access (BWA), menggunakan prinsip seluler seperti desain sel dan frekuensi reuse. Sistem LMDS dengan bandwidth diatas 1 GHz yang dialokasikan oleh Federal Communication Commission (FCC) mampu menghasilkan throughputs 1.5 Gb/s untuk downstream dan kecepatan upstream sebesar 200 Mb/s (Papazian, 2007 dan C. Smith,2000). Sistem LMDS ini memiliki keterbatasan 409

2 410 Ari Wijayanti et al. coverage area hanya beberapa km saja karena sistem ini menyalurkan layanan broadband (broadcast dan atau multimedia) dari base station ke pelanggan tetap. Selain itu penggunaan frekuensi gelombang millimeter menyebabkan terjadinya propagation losses yang tinggi yaitu free-space propagation losses dan redaman akibat hujan (Ranjan, 2004). Sehingga maksimum range perancangan LMDS bergantung pada rainzone dan probabilitas outage yang diinginkan untuk mendapatkan BER dan kecepatan transmisi yang diinginkan. Pada sistem seluler LMDS juga yang menggunakan frekuensi dan polarisasi reuse maka cochannel interference (CCI) dan adjacent hannel interference (ACI) yang dapat mengurangi kualitas sinyal pada terminal penerima tidak dapat dihindarkan sehingga interference juga menjadi parameter dalam perencanaan jaringan LTE. Sejumlah paper telah melaporkan efek cochannel interference (CCI) dan adjacent hannel interference (ACI) pada penerapan sistem LMDS. S.Q Gong dkk melakukan penelitian tentang nilai CCI pada downlink untuk sistem dengan tiga sektor antenna pada BTS akibat efek dari power control (S.Q.Gong, 1999). F.Shayan dan K.Mohsen telah melakukan penelitian mengenai interferensi co-channel pada sistem komunikasi LMDS untuk arsitektur sel persegi di kawasan Amerika dan hasilnya diperoleh grafik perhitungan Ŝ/Î terhadap power law attenuation berdasarkan polarisasi dan frekuensi yang digunakan (Shayan,2000). Ranjan Bose dkk juga telah melakukan penelitian tentang analisa interferensi 2-D Line of Sight (LOS) pada jaringan LMDS disisi uplink dan downlink (Rajan,2004). Paper in mengajukan mengajukan teknik sederhana dengan mengatur arah antenna pada sisi pelanggan dengan avaibility sistem minimum untuk mengurangi CCI. Paper ini melaporkan simulasi pengaruh nilai redaman hujan yang didapatkan dari hasil pengukuran di Surabaya terhadap nilai Ŝ/Î berdasarkan paremeter-parameter daya transmisi, directivity antena base station, directivity antena subscriber, XPD, gain antena base station, gain antena subscriber sebagai parameter perancangan system LMDS di Surabaya. Paper ini dimulai dengan pendahuluan dilanjutkan bagian kedua dengan arsitektur LMDS. Bagian ketiga dengan perhitungan Co-channel Interference pada LMDS. Berdasarkan redaman hujan dan S/I. again keempat membahas tentang hasil analisa S/I pada beberapa arsitektur seluler dan diambil kesimpulan pada bagian ke Arsitektur LMDS LMDS merupakan sistem komunikasi point to multipoint yang beroperasi pada frekuensi gelombang milimeter. Arsitetur seluler pada LMDS menggunakan konsep desain sel dan frekuensi reuse. Bentuk dan ukuran sel akan menyebabkan coverage area yang berbeda. Pada penelitian sebelumnya (Shayan, 2000) menyatakan bentuk sel persegi dengan empat antena pada tiap sudut sel memiliki coverage yang besar sehingga pada penelitian ini diasumsikan bentuk sel persegi dengan empat base station pada tiap sudut sel (bernhardt,1985). Setiap base station (BTS) diasumsikan menggunakan empat antena sektor 90 0 seperti ditunjukkan pada Gambar 1(Shayan, 2000). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

3 Analisa Pengaruh Redaman Hujan pada Sel-sel dalam struktur LMDS tentunya akan menyebabkan co-channel interference akibat dari pancaran antena yang memiliki polarisasi dan beamwidth yang besar sehingga perlu untuk dipilih model polarisasi dan beamwidth antena untuk mengurangi co-channel interference. Gambar 1. (a) Peletakan antenna BTS sector 90 0 dengan efek shadowing banguna dan pohon. (b) Skenario peletakan antenna dimana setiap user dapat mengambil sinyal dari keempat BTS (Shayan,2000) 2.1. Redaman Hujan Redaman hujan merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi performansi sistem yang menggunakan frekuensi diatas 10 GHz. Redaman hujan ini muncul akibat titiktitik hujan mengenai gelombang elektromagnetik sehingga besarnya redaman hujan akan berbeda-beda untuk setiap daerah, di Surabaya besar redaman hujan pernah terukur ISSN: Vol 2, No.1, Th, 2011

4 412 Ari Wijayanti et al. hingga 85 db pada link 5,7 km (Shalehudin, 1999). Redaman hujan spesifik dapat dihitung berdasarkan persamaan (1) (ITU-R,2001) A=a.R b... (1) dengan : A = Redaman spesifik (db/km) R a,b = Intensitas hujan (mm/h) = frekuensi 30GHz sehingga polarisasi horisontal a H = , b H =1.021 dan a V = , b V =1.00 (ITU-R, 2001) 2.2. Sinyal Interfernsi (S/I) pada Co-Channel Rata-rata perolehan sinyal dari base station diperoleh dengan persamaan (2) (Rajan, 2000) Pt Gb Gs Lrain XPD1 S 10log.... (2) 10 m r XPD dimana diasumsikan nilai untuk: Pt = Daya Transmisi= 0 dbw. (Chu,2005) Gb = Gain dari Base Station = dbi. (Rajan, 2000) Gs = Gain subscriber = dbi. (Rajan, 2000) Lrain = Redaman hujan (db/km) XPD = Cross polarization Discrimination = 16 dbw. (Rajan, 2000) r = Jarak dari base station ke base station lain dalam satu sel. m = Merupakan daerah dengan kerimbunan pepohonan rendah sampai sedang dengan nilai antara 4 sampai 6. Sedangkan nilai rata-rata daya penerima dari sumber interferensi diperoleh melalui (Rajan, 2000) Untuk sumber cross polarized. Pt Db Ds Lrain 1 I 10log m... (3) 10 r XPD Untuk sumber co-polarized. Pt Db Ds LrainXPD 1 I 10log (4) m r XPD dengan : Db = Direktivitas dari gangguan antenna pelanggan kearah antena base station. Ds = Direktivitas dari gangguan antenna base station kearah antena pelanggan. Shingga didapatkan nilai rata-rata Sinyal terhadap Rata rata Interferensi (Ŝ/Î) pada Interferensi Co-Channel seperti persamaan 5 [4] S / S / I 10log... (5) 10 Ij / j Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

5 Analisa Pengaruh Redaman Hujan pada Hasil dan Analisa Nilai Redaman hujan spesifik pada penelitian ini didapatkan melalui pengukuran curah hujan menggunakan rain gauge disurabaya pada tahun Data hasil pengukuran curah hujan seperti Gambar 2. Redaman hujan dihitung dengan polarisasi horisontal dan vertikal. Gambar 2 menunjukkan polarisasi Horisontal memiliki nilai redaman spesifik lebih besar dibandingkan dengan polarisasi vertikal karena untuk polarisasi horisontal semua titk hujan jatuh pada sinyal. Perbandingan kuantitas daya (Ratio Power quantity) untuk parameter redaman hujan spesifik (db/km) ditunjukkan pada Gambar 3. Perbandingan kuantitas daya pada polaritas horizontal juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi akibat redaman hujan yang tinggi. Nilai Redaman Hujan Polarisasi Horizontal Nilai Redaman Hujan Polarisasi Vertikal Pout/Pin polarisasi horisontal Pout/Pin polarisasi vertikal Probabilitas[Redaman Hujan > Absis y](%) Probabilitas[watt > Absis](%) Redaman Hujan(dB) Gambar 2. Grafik CCDF redaman hujan tahun Pout/Pin redaman hujan x 10 5 Gambar 3. Grafik CCDF ratio daya redaman hujan spesifik pada polarisasi horizontal dan polarisasi vertikal Jika diasumsikan directivity antena base station 45 sehingga nilai Db=15 dbi dan directivity antena pelanggan 0 sehingga nilai Ds= 35 dbi maka hasil rata-rata interferensi untuk sumber co- polarized dan cross polarized ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Probabilitas[Sumber interferensi cross-polarized horisontal > Absis](%) m=4 m=5 m= Sumber interferensi cross-polarized horisontal(db) Probabilitas[Sumber interferensi co-polarized horisontal > Absis](%) m=4 m=5 m= Sumber interferensi co-polarized horisontal(db) Gambar 4. Grafik CCDF rata-rata Interferensi crosspolarized saat polarisasi redaman hujan horisontal Gambar 5. Grafik CCDF Interferensi co-polarized saat polarisasi redaman hujan horisontal ISSN: Vol 2, No.1, Th, 2011

6 414 Ari Wijayanti et al. Dalam simulasi perhitungan Ŝ/Î digunakan dua arsitektur seluler yaitu arsitektur dengan polarisasi tunggal dan arsitektur polarisasi intracell dan polarisasi intercell interleaving dengan antena user berada ditengah sel dan mengarah ke satu base station seperti ditunjukkan pada Gambar 6. (a1) (a2) (b1) Gambar 6. Arsitektur selular (a). arsitektur dengan polarisasi tunggal. (b) Arsitektur polarisasi intracell dan polarisasi intercell interleaving. (b2) Pada Gambar 7 (a) dan (b) menunjukkan nilai rata-rata Ŝ/Î pada polarisasi tunggal untuk nilai kerimbunan dedaunan m=4-6. Nampak pada gambar 7(a2), nilai prosentase probabilitas rata-rata sinyal terhadap rata-rata interferensi atau Ŝ/Î (db) 0,1% untuk arsitektur polarisasi vertikal ketika m=4 sebesar 20 db, m=5 sebesar 27 db, dan m=6 sebesar 35 db. Untuk kasus bentuk arsitektur polarisasi interleaving seperti pada gambar 6(b1) dan (b2) diperoleh nilai Ŝ/Î yang lebih tinggi daripada bentuk arsitektur polarisasi tunggal seperti Gambar 8 a dan gambar 8.b. Prosentase probabilitas rata-rata sinyal terhadap rata-rata interferensi atau Ŝ/Î (db) untuk arsitektur pada Gambar 6 (b1) menujukkan ketika probabilitas 0,1% doperoleh ketika m=4 sebesar 50 db, m=5 sebesar 55 db, dan m=6 sebesar 60 db. Sedangkan untuk arsitektur Gambar 6 (b2) menunjukkan niali Ŝ/Î (db) untuk polarisasi interleaving. Prosentase probabilitas ratarata sinyal terhadap rata-rata interferensi atau Ŝ/Î (db) 0,1% diperoleh ketika m=4 sebesar 52 db, m=5 sebesar 58 db, dan m=6 sebesar 64 db. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

7 Analisa Pengaruh Redaman Hujan pada m=4 Single Pol. V m=5 Single Pol. V m=6 Single Pol. V m=4 Single Pol. H m=5 Single Pol. H m=6 Single Pol. H Probabilitas[S/I > Absis](%) Probabilitas[S/I > Absis](%) S/I(dB) S/I(dB) Gambar 7.(a) Arsitektur selular dengan polarisasi tunggal Vertikal (b) Arsitektur selular dengan polarisasi tunggal Horisontal Pada kasus arsitektur polarisasi interleaving diperoleh nilai Ŝ/Î (db) yang lebih besar daripada grafik hasil Ŝ/Î (db) dari arsitektur polarisasi tunggal vertikal. Hal ini dikarenakan penggunaan polarisasi yang berbeda akan memaksimalkan pemisahan dari sektor yang berdekatan sehingga dapat menggunakan kembali seluruh sistem di antena sektor dan mengoptimasi bandwidth sehingga nilai Ŝ/Î juga lebih tinggi. m=4 m=5 m=6 m=4 m=5 m=6 Probabilitas[S/I > Absis](%) Probabilitas[S/I > Absis](%) S/I(dB) S/I(dB) (a) Gambar 8. (a) Arsitektur selular dengan polarisasi interleaving arsitektur pada gambar 6(b1) (b) Arsitektur selular dengan polarisasi interleaving arsitektur pada gambar b(b2) (b) 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk polarisasi yang digunakan mempengaruhi besarnya redaman yang ditimbulkan saat kondisi hujan. Untuk polarisasi horisontal lebih tinggi daripada polarissi vertikal terlihat pada probabilitas outage 0,01% sebesar 35,6 db untuk polarisasi vertikal dan 44,8 db untuk polarisasi horisontal 2. Ŝ/Î pada arsitektur interleaving lebih besar daripada polarisasi tunggal. Untuk polarisasi interleaving, nilai prosentase probabilitas rata-rata sinyal terhadap ratarata interferensi atau Ŝ/Î (db) 0,1% diperoleh ketika m=4 sebesar 50 db, m=5 sebesar 55 db, dan m=6 sebesar 65 db. ISSN: Vol 2, No.1, Th, 2011

8 416 Ari Wijayanti et al. 5. Ucapan Terima kasih Terima kasih kepada DP2M Dikti yang telah membiayai penelitian melalui program penelitian Hibah Bersaing Tahun Daftar pustaka C. Smith (2000), LMDS, New York : MCGraw-Hill F.Shayan and K.Mohsen (2000), "Co-channel Interference Assessment for Line-of-Sight Millimeter- Waves Cellular LMDS Architectures", FIEE. 4 ITU-R Rec. P.838 (2001) Mahmudah H, Wijayanti A, Hendrantoro G, Mauludiyanto A, Matshusima, Analysis of Rain Attenuation Statistics in Surabaya using Synthetic Storm Technique fo Tropical Millimeter-Wave Wireless Design, Wireless Optical Communication Network WOCN, Papazian, Peter B,dkk (2007), "Study of the Local Multipoint Distribution Service Radio Channel", IEEE Transactions on Broadcasting VOL. 43, No.2 Ranjan Bose (2004), Two- Dimentional Line of Sight Interference Analysis of LMDS Networks for the Downlink and Uplink, IEEE Transactions on Antennas and Propagations, Vol 52 No. 9 R.C. Benhardt (1987), RF Performance of macroscopic diversity in frequency reuse universal digital portable radio : signal stength consideration, Proc. IEEE Globecomm,85, vol. 2,pp Salehudin, M., Hanantasena, B., Wijdeman, L. (1999), Ka-Band Line-of-Sight Radio Propagation Experiment in Surabaya Indonesia, Proceedings of 5 th Ka-Band Utilization Confrerence, Taormina, Italy, hal S.Q. Gong and D. Falconer (1999), Cho-channel interference in celuller fixed broadband access system with directional antennas, Personal Wireless Communications, vol. 10 no.1, pp Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

ANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS

ANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS ANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS Sevy Nur Fauziah, Haniah Mahmudah, Ari Wijayanti Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISA FADING PADA LINK KOMUNIKASI MICROWAVE POINT TO POINT UNTUK PERENCANAAN JARINGAN INFRASTUKTUR KOMUNIKASI NIRKABEL

ANALISA FADING PADA LINK KOMUNIKASI MICROWAVE POINT TO POINT UNTUK PERENCANAAN JARINGAN INFRASTUKTUR KOMUNIKASI NIRKABEL Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISA FADING PADA LINK KOMUNIKASI MICROWAVE POINT TO POINT UNTUK PERENCANAAN JARINGAN INFRASTUKTUR KOMUNIKASI NIRKABEL 1 Haniah Mahmudah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan teknologi komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi layanan broadband seperti high speed

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ADAPTIVE CODED MODULATION DAN SELECTION COMBINING UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS

PENGGUNAAN ADAPTIVE CODED MODULATION DAN SELECTION COMBINING UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS PENGGUNAAN ADAPTIVE CODED MODULATION DAN SELECTION COMBINING UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS OLEH: Shinta Romadhona 2208203201 PEMBIMBING: Prof.DR.Ir.Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis A-84 Krisnatianto Tanjung, Gamantyo Hendrantoro, dan Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN

PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN Candra V. Tambunan (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bab 7. Penutup Kesimpulan

Bab 7. Penutup Kesimpulan 121 Bab 7. Penutup Disertasi ini termotivasi oleh keinginan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi nirkabel pita lebar gelombang milimeter di daerah tropis, khususnya Surabaya, Indonesia. Sistem komunikasi

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Sistem LMDS Menggunakan M-QAM Adaptif Dan Maximal Ratio Combining (MRC) Di Bawah Pengaruh Interferensi Dan Redaman Hujan

Peningkatan Kinerja Sistem LMDS Menggunakan M-QAM Adaptif Dan Maximal Ratio Combining (MRC) Di Bawah Pengaruh Interferensi Dan Redaman Hujan Peningkatan Kinerja Sistem LMDS Menggunakan M-QAM Adaptif Dan Maximal Ratio Combining (MRC) Di Bawah Pengaruh Interferensi Dan Redaman Hujan Dadan Hermansyah 2206 100 027 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Kinerja Sistem Komunikasi Nirkabel Pita Lebar Gelombang Milimeter Menggunakan Adaptive Coded Modulation dibawah Pengaruh Hujan di Indonesia

Kinerja Sistem Komunikasi Nirkabel Pita Lebar Gelombang Milimeter Menggunakan Adaptive Coded Modulation dibawah Pengaruh Hujan di Indonesia Kinerja Sistem Komunikasi Nirkabel Pita Lebar Gelombang Milimeter Menggunakan Adaptive Coded Modulation dibawah Pengaruh Hujan di Indonesia Suwadi 1), 2) Gamantyo Hendrantoro dan 3) Syahfrizal Tachfulloh

Lebih terperinci

PE I GKATA KI ERJA SISTEM LMDS ME GGU AKA M-QAM ADAPTIF DA SELECTIO COMBI I G DI BAWAH PE GARUH I TERFERE SI DA REDAMA HUJA

PE I GKATA KI ERJA SISTEM LMDS ME GGU AKA M-QAM ADAPTIF DA SELECTIO COMBI I G DI BAWAH PE GARUH I TERFERE SI DA REDAMA HUJA PE I GKATA KI ERJA SISTEM LMDS ME GGU AKA M-QAM ADAPTIF DA SELECTIO COMBI I G DI BAWAH PE GARUH I TERFERE SI DA REDAMA HUJA Yuni Faisyah 2207 100 659 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

HANIAH MAHMUDAH DAN ARI WIJAYANTI 98

HANIAH MAHMUDAH DAN ARI WIJAYANTI 98 HANIAH MAHMUDAH DAN ARI WIJAYANTI 98 Estimasi Redaman Hujan untuk Aplikasi Teknik Diversity pada Gelombang Millimeter untuk Implementasi Wireless Broadband Haniah Mahmudah dan Ari Wijayanti Abstrak Peningkatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 54 LAMPIRAN 1 Pengukuran VSWR Gambar 1 Pengukuran VSWR Adapun langkah-langkah pengukuran VSWR menggunakan Networ Analyzer Anritsu MS2034B adalah 1. Hubungkan antena ke salah satu port, pada Networ

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE Pitkahismi Wimadatu 1), Uke Kurniawan Usman 2), Linda Meylani 3) 1),2),3 ) Teknik Telekomunikasi, Telkom University

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Subuh Pramono Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : subuhpramono@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI ANTENA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN

PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN Yogyakarta, 15- Juni 2012 PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN Adib Nur Ikhwan 1, Niko Permana R.W. 2, Gamantyo Hendrantoro 3,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS

KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS TUGAS AKHIR - RE 1599 KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS Achmad Charis Fahrudin NRP 2204

Lebih terperinci

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-31 Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced Theresia

Lebih terperinci

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

Alokasi Sumber Daya Lintas Lapisan pada Sistem OFDMA untuk Trafik Heterogen

Alokasi Sumber Daya Lintas Lapisan pada Sistem OFDMA untuk Trafik Heterogen Alokasi Sumber Daya Lintas Lapisan pada Sistem OFDMA untuk Trafik Heterogen Tiarlyna Patra Sarie Sihombing 2208100141 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Gamantyo H., M.Eng., Ph.D Ir. Endroyono, DEA AGENDA 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN) Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN) Mengapa Disain MAN Menjadi Penting? Salah satu penyebab utama mengapa hancurnya jaringan Wireless LAN yang dikembangkan untuk WARNET di Jogyakarta &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya

Lebih terperinci

AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz

AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz I. Latar Belakang Tujuan Agenda Item 1.8 adalah untuk mempertimbangkan hasil studi ITU R mengenai masalah teknik dan regulasi

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sistem komunikasi bergerak seluler GSM (Global System For Mobile Communication) merupakan sebuah sistem komunikasi dengan daerah pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah

Lebih terperinci

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Powered By  TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive - Powered By http:/ TeUinSuska2009.Wordpress.com Upload By - Vj Afive - Jarlokar Adalah jaringan transmisi yang menghubungkan perangkat terminal pelanggan dengan sentral lokal dengan menggunakan media radio

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Komputasi Bistatic Scattering dari Obyek dengan Asumsi Bentuk Titik Hujan Oblate Spheroid Evy Nur Amalina, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN Untuk melakukan analisis dari performansi Bit Error Rate (BER) diperlukan data data yang menunjang analisis tersebut. Untuk mendapatkan data data tersebut dilakukan

Lebih terperinci

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

KESESUAIAN METODE FUZZY AUTO-REGRESSIVE UNTUK MODEL CURAH HUJAN DI INDONESIA

KESESUAIAN METODE FUZZY AUTO-REGRESSIVE UNTUK MODEL CURAH HUJAN DI INDONESIA ISSN: 693-693 35 KESESUAIAN METODE FUZZY AUTO-REGRESSIVE UNTUK MODEL CURAH HUJAN DI INDONESIA Muhammad Rusdi Politeknik Negeri Medan Jln. Almamater No. Kampus USU Medan, Telp. 826399 E-mail : m_rusdi24@yahoo.com;

Lebih terperinci

ANALISA CO-CHANNEL INTERFERENCE RATIO (CCIR) PADA SISTEM KOMUNIKASI SELULER MENGGUNAKAN ANTENA OMNI-DIREKSIONAL PADA DAERAH URBAN DAN SUB-URBAN

ANALISA CO-CHANNEL INTERFERENCE RATIO (CCIR) PADA SISTEM KOMUNIKASI SELULER MENGGUNAKAN ANTENA OMNI-DIREKSIONAL PADA DAERAH URBAN DAN SUB-URBAN ANALISA O-HANNEL INTEFEENE ATIO (I) PADA SISTEM KOMUNIKASI SELULE MENGGUNAKAN ANTENA OMNI-DIEKSIONAL PADA DAEAH UBAN DAN SUB-UBAN Windy Transka Budy, Ari Wijayanti, Hani ah Mahmudah Jurusan Teknik Telekomunka

Lebih terperinci

Pengembangan Jaringan Akses Nirkabel Pita Lebar Berbasis WiFi Pada Backhaul WIPAS Untuk e-learning

Pengembangan Jaringan Akses Nirkabel Pita Lebar Berbasis WiFi Pada Backhaul WIPAS Untuk e-learning Pengembangan Jaringan Akses Nirkabel Pita Lebar Berbasis WiFi Pada Backhaul WIPAS Untuk e-learning Setiawan Djunaedi 1, Gamantyo Hendrantoro 2 dan Achmad Affandi 3 1,2,3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Dalam proyek akhir ini penulis merancang penempatan BTS untuk sistem LMDS untuk mencangkup seluruh kota Denpasar hanya secara teknis tanpa tinjauan ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Pengaruh Interferensi Interferensi antar sel merupakan masalah serius yang harus diminimalisasi,

Lebih terperinci

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Eki Ahmad Zaki Hamidi, Nanang Ismail, Ramadhan Syahyadin Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah pelanggan seluler dan trafik pengggunaan data seluler meningkat secara eksponensial terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,

Lebih terperinci

PENERAPAN OPTIMISASI MULTI-OBJECTIVE RADIO RESOURCE SCHEDULING PADA JARINGAN OFDM

PENERAPAN OPTIMISASI MULTI-OBJECTIVE RADIO RESOURCE SCHEDULING PADA JARINGAN OFDM PENERAPAN OPTIMISASI MULTI-OBJECTIVE RADIO RESOURCE SCHEDULING PADA JARINGAN OFDM M. Edwin Pradana 2206 100 133 Email: shi_sien@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Dika Oktavian P, Eko Setijadi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat pengamatan aktual. Metoda penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu scan frekuensi

Lebih terperinci

Analisa Interferensi Antar Base Transceiver Station Pada Link Komunikasi Point To Point

Analisa Interferensi Antar Base Transceiver Station Pada Link Komunikasi Point To Point The 14 th Industrial Electronics Seminar 2012 (IES 2012) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 24, 2012 Analisa Interferensi Antar Base Transceiver Station

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI

BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI BAB V SMULAS PERHTUNGAN NTERFERENS 4.1 nterferensi Kanal yang Berfrekuensi Sama (ochannel nterference) ochannel nterference merupakan gangguan interferensi yang berasal dari sel-sel lain yang menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA SISTEM LMDS DENGAN METODE ADAPTIVE CODED MODULATION MENGGUNAKAN RELAY DECODE AND FORWARD DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS

PENINGKATAN KINERJA SISTEM LMDS DENGAN METODE ADAPTIVE CODED MODULATION MENGGUNAKAN RELAY DECODE AND FORWARD DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS PENINGKATAN KINERJA SISTEM LMDS DENGAN METODE ADAPTIVE CODED MODULATION MENGGUNAKAN RELAY DECODE AND FORWARD DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS Laurentius Aditya K.N. 2206 100 178 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) 1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Broadband Wireless Access (BWA) merupakan suatu jaringan akses nirkabel pita lebar. Sedangkan yang disebut dengan broadband menurut standar IEEE 802.16-2004

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fitria Kumala Trisna, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Erfan Achmad Dahlan,Ir, MT Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB Prosiding Seminar Radar Nasional 010., Yogyakarta, 8-9 April 010., ISSN : 1979-91 Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX.3GHz di Lingkungan Kampus ITB Arsyad Ramadhan Darlis, Trasma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wimax adalah pilihan tepat saat ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi yang cepat dan mudah di akses kapanpun dimanapun. WiMAX (Worldwide

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT Antar stasiun VSAT terhubung dengan satelit melalui Radio Frequency (RF). Hubungan (link) dari stasiun VSAT ke satelit disebut uplink, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia, Jurusan Teknik Elektro FTI ITS ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN Oleh : Selva Melvarida Simanjuntak

Lebih terperinci

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Data yang Diampu oleh Bapak Hartono, S.Si. Nama Nim : Mohamad Eko Ari Bowo : M3107105 Jurusan

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Nurista Wahyu Kirana 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem komunikasi radio. Dalam dunia telekomunikasi antena didefinisikan sebagai struktur yang berfungsi

Lebih terperinci

Jenis-jenis Antena pada Wireless

Jenis-jenis Antena pada Wireless Jenis-jenis Antena pada Wireless Pengertian Antena Antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Siherly Ardianta 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-246 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL Proses pengukuran dan pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas dari jaringan GSM yang ada, Kemudian ditindak lanjuti dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER 6:59 DTGG Konsep Dasar Sistem Seluler by : Dwi Andi Nurmantris DEFINISI Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN Mas Nurul Hamidah ), Gamantyo H ), Endroyono ) ) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Dasar Komunikasi Radio.1.1 Frekuensi Frekuensi adalah jumlah siklus per detik dari sebuah arus bolak balik. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz. Satu (1) Hz adalah frekuensi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G Abdullah Habibi Lubis, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI YUYUN SITI ROHMAH, ST,.MT //04 OUTLINES A. Pendahuluan B. Frequency Reuse C. Handoff D. Channel Assignment Strategies //04 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

ANALISA POWER CONTROL TERHADAP EFEK REDAMAN HUJAN Eka Widya Purwitasari 1, Hani ah Mahmudah 2, Ari Wijayanti 2

ANALISA POWER CONTROL TERHADAP EFEK REDAMAN HUJAN Eka Widya Purwitasari 1, Hani ah Mahmudah 2, Ari Wijayanti 2 ANALISA POWER CONTROL TERHADAP EFEK REDAMAN HUJAN Eka Widya Purwitasari, Hani ah Mahmudah, Ari Wijayanti Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

ANALISA FREKUENSI SCALING PADA REDAMAN HUJAN TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG MILIMETER

ANALISA FREKUENSI SCALING PADA REDAMAN HUJAN TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG MILIMETER ANALISA FREKUENSI SCALING PADA REDAMAN HUJAN TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG MILIMETER Prima Agung Wardana, Ari. W 2, Hani ah M 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) 2 Dosen Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Umum Setelah menjalani proses perancangan, pembuatan, dan pengukuran parameter - parameter antena mikrostrip patch sirkular, maka proses selanjutnya yaitu mengetahui hasil pengukuran

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo Hendrantoro, dan Devy Kuswidiastuti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Redaman hujan, GSTAR, VARIMA.

Abstrak. Kata kunci : Redaman hujan, GSTAR, VARIMA. Pemodelan Multivariate untuk Curah Hujan dan Redaman Hujan di Surabaya Indra Subrata 2207 100 628 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

Analisis Probabilitas Autage Dari Alamouti Stbc Untuk Sistem Miso 2x1 Dan 2x2 Mimo Pada Kanal Slow Fading Rayleigh

Analisis Probabilitas Autage Dari Alamouti Stbc Untuk Sistem Miso 2x1 Dan 2x2 Mimo Pada Kanal Slow Fading Rayleigh Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Analisis Probabilitas Autage Dari Alamouti Stbc Untuk Sistem Miso 2x1 Dan 2x2 Mimo Pada Kanal Slow Fading Rayleigh Bambang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Analisa Fade Redaman Hujan Pada Propagasi Gelombang Milimeter

Analisa Fade Redaman Hujan Pada Propagasi Gelombang Milimeter 1 Analisa Fade Redaman Hujan Pada Propagasi Gelombang Milimeter Muhammad Birbik 1, Hani ah Mahmudah 2, Ari Wijayanti 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

EVALUASI INTERFERENSI HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) DENGAN FIXED SATELLITE SERVICE (FSS) PADA FREKUENSI 28 GHZ

EVALUASI INTERFERENSI HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) DENGAN FIXED SATELLITE SERVICE (FSS) PADA FREKUENSI 28 GHZ EVALUASI INTERFERENSI HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) DENGAN FIXED SATELLITE SERVICE (FSS) PADA FREKUENSI 28 GHZ Eri Irawan (132 03 066) Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro Sekolah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz

IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz Budi Aswoyo & Muhamad Milchan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP 1 Topik Pendahuluan Jenis Antena Parameter Pelemahan (attenuation) Multi Antena 2 Pendahuluan Prinsip Dasar Klasifikasi Propagasi 3 Pendahuluan Prinsip dasar Antena

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif Untuk Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan di Daerah Tropis Pada kanal komunikasi gelombang Milimeter

Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif Untuk Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan di Daerah Tropis Pada kanal komunikasi gelombang Milimeter Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif Untuk Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan di Daerah Tropis Pada kanal komunikasi gelombang Milimeter Suwadi 1), Gamantyo Hendrantoro 2) dan Tita Kurniawati 3) Bidang Keahlian

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge Andrita Ceriana Eska Fakultas Teknik, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto Jember,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga

Lebih terperinci

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN RECEIVE SIGNAL LEVEL (RSL) PADA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) 4.1. Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada Broadband Wireless Access (BWA)

Lebih terperinci

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kemajuan teknologi terus meningkat dalam penggunaan perangkat telekomunikasi, terutama telekomunikasi selular. Beberapa operator telekomunikasi selular gencar

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA Andi Sri Irtawaty 1, Maria Ulfah 2, Hadiyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Balikpapan E-mail: andi.sri@poltekba.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE (LMDS) SEBAGAI AKSES LAYANAN NIRKABEL PITA LEBAR O L E H RUDIANTO BM. HARIANJA

ANALISA KINERJA LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE (LMDS) SEBAGAI AKSES LAYANAN NIRKABEL PITA LEBAR O L E H RUDIANTO BM. HARIANJA ANALISA KINERJA LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE (LMDS) SEBAGAI AKSES LAYANAN NIRKABEL PITA LEBAR O L E H RUDIANTO BM. HARIANJA 030402071 Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM Perkembangan sistem komunikasi GSM (Global System for Mobile communication) dimulai pada awal tahun 1980 di Eropa, dimana saat itu banyak negara di Eropa menggunakan

Lebih terperinci

Radio Propagation. 2

Radio Propagation.  2 Propagation Model ALFIN HIKMATUROKHMAN., ST.,MT S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO http://alfin.dosen.st3telkom.ac.id/profile/ Radio Propagation The radio propagation

Lebih terperinci

MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA

MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA Febrin Aulia, Porman Hutajulu, Gamantyo Hendrantoro, Achmad Mauludiyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE 802.11n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Silmina Farhani Komalin 1,*, Uke Kurniawan Usman 1, Akhmad Hambali 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT AALISIS DA PERBADIGA HASIL PEGUKURA PROPAGASI RADIO DVB-T DA DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT Ma rifatul Iman 227 646 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh opember

Lebih terperinci