BAB I PENDAHULUAN. Pergaulan yang sangat bebas menyebabkan terjadinya dekadensi moral

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pergaulan yang sangat bebas menyebabkan terjadinya dekadensi moral"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan yang sangat bebas menyebabkan terjadinya dekadensi moral yang sangat hebat. Kini banyak para remaja dewasa yang pergi jauh dari rumah, baik laki-laki maupun perempuan untuk melanjutkan studi di luar kota. Demi mencapai cita-cita, mereka berhamburan ke kota tetangga untuk berjuang dan berusaha mewujudkannya. Perginya mereka (para remaja dewasa) dari rumah menyebabkan terjadinya perubahan kebiasaan, terutama kebiasaan mereka ketika masih bersama orang tua di rumah. Kini mereka harus berusaha untuk mandiri mengerjakan tugas-tugas rumah sehari-hari dan berfikir ke depan demi tercapainya cita-cita mereka. Hal itu tentu menjadi buah yang positif bagi perkembangan remaja dewasa, karena cepat atau lambat mereka akan menghadapi permasalahan-permasalahan kompleks yang harus mereka pecahkan. Dampak negatif yang justru lebih menonjol dari fenomena keluarnya remaja dewasa untuk belajar di luar kota adalah lemahnya kontrol dalam pergaulan mereka. Kontrol yang sebelumnya dilakukan oleh orang tua, setelah mereka keluar maka nilai-nilai di masyarakatlah yang menjadi kontrol bagi mereka. Selain itu banyak sekali sarjana-sarjana yang kemudian menjadi pengangguran terdidik dan sampah masyarakat dikarenakan kecakapan hidup mereka yang tidak terasah dengan baik ditambah dengan semakin ketatnya 1

2 persaingan. Selain itu perilaku-perilaku yang menyimpang di kalangan remaja akhir-akhir ini semakin meresahkan masyarakat, terutama berkaitan dengan seks bebas yang dilakukan remaja. Hal itu disebabkan oleh banyak hal di antaranya lemahnya peran sekolah dalam membangun sikap dan mental siswa terutama melalui pelajaran agama. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga mengenai perilaku menyimpang akibat pergaulan bebas sangat mengejutkan semua pihak. Menurut laporan Young Adult Reproductive Health Survey (YAHRS) sejak tahun 1985 mewawancarai anak muda berusia tahun di beberapa kota Amerika latin, usia remaja melakukan hubungan seks pertama kali adalah 15 tahun untuk laki-laki dan 17 tahun untuk perempuan. Sedangkan menurut Demographic and Health Survey (DHS) di Botswana, Ghana, Kenya, Liberia dan Togo, lebih dari separuh perempuan berusia 15 hingga 19 tahun mempunyai pengalaman sesuai dilaporkan belum menikah. Sementara itu untuk di Indonesia, satu dari lima perempuan yang statusnya menikah dan berusia tahun melahirkan anak pertama yang merupakan buah dari hubungan seks sebelum menikah (ESCAP 1992:7) dan khusus di daerah yang sering dikunjungi turis seperti Bali (1989) menunjukkan bahwa prosentase remaja laki-laki di desa dan di kota yang telah melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah masing-masing 23,6% dan 33,5%. Perilaku seks yang menyimpang seperti yang telah peneliti tulis di atas ternyata menjangkiti juga para mahasiswa kita. Hasil penelitian bertajuk Persepsi Masyarakat tentang Fenomena Pornografi yang dilakukan Pusat 2

3 Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta (PSW-UNY) menemukan adanya pergeseran moral masyarakat di Yogyakarta yang sangat memilukan. Dari 455 responden (dominan mahasiswa) terdapat 59,1% responden dari kota Yogyakarta, Sleman dan Kulonprogo menganggap ciuman bahkan hubungan seksual pranikah tidak menjadi masalah. Alasan mereka ringan saja dan wajar jika seks bebas itu dilakukan atas dasar saling mencintai. Mereka yang menyatakan sebaliknya hanya 40,9%. Hanya responden dari kalangan gurudosen, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang jelas-jelas menolak makna hubungan seks seperti yang digambarkan responden dari kalangan mahasiswa itu. Data yang ditemukan dalam penelitian antara Mei-November 2003 di Sleman, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta menjadi ujian tambahan bagi DIY apakah mampu mempertahankan citranya sebagai kota pendidikan. saya prihatin dengan kelonggaran hubungan seks di masyarakat khususnya mahasiswa. Konteks itu mengisyaratkan ada pergeseran moral dan nilai dari target lima perilaku aktif yang hidup seks bebas, kami malah menemukan 11 mahasiswa/pelajar yang melakukan seks bebas, ujar Kepala PSW-UNY, Nahiyah Jaidi F, dengan nada berat. ( rakyat.com) Juni 2003, seperti dikutip dari majalah Gemari bahwa lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) melakukan polling yang hasilnya menyebutkan bahwa 44,8% mahasiswa dan remaja Bandung telah melakukan hubungan seks hampir sebagian besar 3

4 berada di wilayah kost-kostan bagi mahasiswa yang kuliah di PTN dan PTS terbesar di Bandung. ( Dari beberapa data di atas jelaslah bahwa pendidikan formal saja tidaklah cukup untuk menanamkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Terutama nilai agama Islam yang dipegang oleh mayoritas penduduk Indonesia ini. Pendidikan formal selalu lebih mengutamakan sisi akademik siswa dan kurang memperhatikan sisi spiritualitas siswa. Kekhawatiran semakin besar ketika semakin banyak remaja yang pergi ke luar kota untuk belajar di kampus pilihan mereka dan akhirnya harus menyewa tempat kost sebagai tempat ia tinggal untuk beberapa lama. Kebanyakan dari tempat kost yang ada tidak memberikan lingkungan kondusif bagi mahasiswa, ditambah pemahaman mahasiswa yang minim mengenai agama. Perhatian yang kurang oleh pihak orang tua maupun sekolah dalam hal keagamaan membuat rambu-rambu kehidupan menjadi hilang. Kurangnya perhatian siswa yang mayoritas muslim mempelajari agama mereka menyebabkan terjadinya degradasi moral dan produktifitas masyarakat muslim. Untuk itu diperlukan suatu komplemen bagi remaja sebagai benteng bagi mereka dalam mengarungi kehidupan ini. Pendidikan nonformal merupakan salah satu alternatif yang dipilih untuk melengkapi kekurangan pendidikan formal yang tidak dapat menangani secara mendalam permasalah spiritualitas keagamaan. Banyak jenis dari pendidikan nonformal yang bisa dipilih masyarakat, baik yang bentuknya berjenjang, seperti kejar paket A, B dan C maupun yang sifatnya praktis, seperti training 4

5 (pelatihan) yang diadakan suatu lembaga. Selain itu pendidikan nonformal dapat berupa bimbingan belajar (bimbel) atau program-program yang dibuat khusus karena kebutuhan masyarakat, seperti program pesantren mahasiswa. Pesantren sebagai salah satu jenis sistem pendidikan tanah air mempunyai keunikan tersendiri dibanding sistem pendidikan konvensional. Nilai-nilai agama lebih diutamakan kuantitas dan kualitasnya dibanding ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangannya pesantren di Indonesia terbagi menjadi dua sistem, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Namun yang paling mendasar adalah penempatan siswa (santri) dalam satu asrama (boarding) dan memisahkan gedung serta kelas belajar antara santri dengan santriwatinya (siswa dan siswi). Hal itu ditujukan agar nilai-nilai keagamaan tidak terkontaminasi oleh lingkungan di luar pesantren, dan lebih dapat memfokuskan siswanya untuk belajar. Oleh sebab itu dalam sebuah pesantren biasanya sangat erat memegang nilai-nilai yang diajarkan. Terkadang sanksi yang diberikan akan sangat berat dibandingkan pada sekolah-sekolah konvensional. Salah satu pesantren modern yang didesain menjadi sebuah program khusus adalah PPM (Program Pesantren Mahasiswa) yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Program ini khusus diperuntukkan bagi para mahasiswa tingkat 1 hingga tingkat 3 yang ingin menambah wawasan keagaman, keilmuan dan kecakapan hidup lebih dibanding mahasiswa biasa. Kegiatan-kegiatan di dalamnya sangat menunjang mahasiswa untuk bisa lebih meningkatkan potensi yang dimiliki, selain 5

6 pemahaman agama. Di antaranya adalah penanaman nilai-nilai kedisiplinan lewat rutinitas ibadah, kebersamaan, kemampuan berkomunikasi (public speaking). Dari hasil pengamatan penulis selama dua tahun mengikuti program di pesantren ini ada beberapa permasalah yang berujung pada ketidaksesuaian antara hasil dan tujuan yang diharapkan. Program ini sendiri baru diadakan selama satu setengah tahun, dimulai pada tahun akademik Permasalahan-permasalah yang muncul di permukaan seperti penurunan prestasi belajar mahasiswa di kampus, pengkondisian waktu belajar dan kondisi asrama. Menjadi sebuah pertanyaan besar ketika dipertanyakan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Permasalahan-permasalah yang kemudian timbul menjadi penting untuk kemudian diteliti apa penyebab dari permasalah tersebut. Dengan pengamatan yang mendalam terutama melalui pengalaman, maka dapat ditemukan faktorfaktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan-kegiatan pada program pesantren mahasiswa ini dalam menunjang keberhasilan mahasiswa. Terutama kaitannya dengan tujuan dibukanya program ini yaitu untuk menambah wawasan keagamaan mahasiswa sekaligus menambah kecakapan hidup yang harus dimiliki mahasiswa ketika hendak terjun ke masyarakat. Kaitannya dengan bidang studi yang diteliti adalah mendeskripsikan peran teknologi pendidikan, terutama dalam hal strategi belajar, kecakapan hidup, media belajar dan lingkungan belajar. Dalam dunia pendidikan dan pelatihan, teknologi pendidikan mempunyai peran yang sangat besar terutama dalam 6

7 mengembangkan kualitas dan kuantitas lembaga maupun peserta pendidikan dan latihan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian Iman Kurniawan yang meneliti program SSG (Santri Siap Guna) Daaut Tauhiid dengan judul Implementasi Strategi Pembelajaran Outbound dalam Membangun Karakter Peserta Pelatihan di Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Santri Siap Guna ke XVI (SSG ke XVI). Peneliti ingin mengetahui program lain yang diadakan di pesantren Daarut Tauhiid selain Santri Siap Guna (SSG), dan peneliti tertarik untuk meneliti Program Pesantren Mahasiswa (PPM) yang termasuk ke dalam golongan santri mukim (santri yang tinggal di asrama). Dari beberapa pertimbangan atas latar belakang permasalahan, maka peneliti memberi judul skripsi ini Pelaksanaan Program Pesantren Mahasiswa dalam Rangka Meningkatkan Pemahaman Agama Islam dan Kecakapan Hidup (Life Skill) Mahasiswa. B. Rumusan Masalah Tujuan dari dibukanya program ini adalah untuk menambah wawasan keagamaan sekaligus menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mahasiswa, sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengamalkan ilmu agama yang mereka dapat di kehidupan sehari-hari dan mendakwahkannya (menyampaikannya) kepada orang lain. Selain itu dengan program ini diharapkan mahasiswa mendapatkan lingkungan yang kondusif untuk belajar, baik yang berkaitan dengan pelajaran kuliah maupun pesantren. 7

8 Dari kegiatan-kegiatan yang ada, mahasiswa diberikan peluang untuk dapat mengasah potensi yang dimilikinya. Ditambah lagi dengan fasilitas yang disediakan diharapkan dapat menunjang keberhasilan mahasiswa untuk mencapai tujuan dari program ini. Penting juga bagi mahasiswa untuk kemudian mengatur waktu yang dimiliki agar tetap seimbang antara kegiatan di kampus dan kegiatan di pesantren, karena manajemen waktu yang buruk akan memberikan dampak yang besar terutama pada ketidakberhasilan dalam mencapai cita-cita. Permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini mengacu pada fokus penelitian, yaitu bagaimana pelaksanaan program pesantren mahasiswa dalam rangka meningkatkan pemahaman agama Islam dan kecakapan hidup (life skill)? Sesuai dengan fokus permasalahan diatas, maka dirumuskan suatu pokok masalah dalam beberapa pertanyaan deskriptif sebagai berikut: 1) Bagaimana kurikulum Program Pesantren Mahasiswa di Pesantren Daarut Tauhiid dilihat dari: a. Bagaimana kerangka kurikulum yang dikembangkan oleh Program Pesantren Mahasiswa dalam rangka meningkatkan pemahaman Agama Islam dan kecakapan hidup mahasiswa? b. Apa saja konten yang dikembangkan bagi mahasiswa oleh Program Pesantren Mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman Agama Islam dan kecakapan hidup? 8

9 c. Bagaimana metode pelaksanaan Program Pesantren Mahasiswa dalam rangka meningkatkan pemahaman Agama Islam dan kecakapan hidup mahasiswa? 2) Bagaimana persepsi pemahaman Agama Islam mahasiswa setelah mengikuti Program Pesantren Mahasiswa Daarut Tauhiid Bandung? 3) Bagaimana persepsi kecakapan hidup (life skill) yang dimiliki mahasiswa setelah mengikuti Program Pesantren Mahasiswa Daarut Tauhiid Bandung? 4) Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung pelaksanaan Program Pesantren Mahasiswa di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang pelaksanaan program pesantren mahasiswa sebagai alternatif pendidikan nonformal komplemen dalam rangka meningkatkan pemahaman agama mahasiswa. Secara rinci tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan kurikulum Program Pesantren Mahasiswa di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. 2) Mengetahui persepsi pemahaman Agama Islam yang dimiliki mahasiswa setelah mengikuti Program Pesantren Mahasiswa Daarut Tauhiid Bandung. 9

10 3) Mengetahui persepsi mahasiswa mengenai kecakapan hidup setelah mengikuti Program Pesantren Mahasiswa Daarut Tauhiid Bandung. 4) Mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Program Pesantren Mahasiswa Daarut Tauhiid Bandung. D. Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat tercapai, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi: 1) Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin memiliki kemampuan lebih dibanding mahasiswa yang lainnya dan mempunyai perhatian terhadap perbaikan moral bangsa. Dengan penelitian ini diharapkan adanya tindak lanjut dari pihak mahasiswa yang telah mempelajari dengan seksama hasil penelitian ini dan tergerak untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 2) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan program ini ke depan agar Program Pesantren Mahasiswa ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 10

11 3) Perguruan Tinggi Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pencerahan kepada pihak penyelenggara Perguruan Tinggi, baik Negeri maupun swasta dalam upaya membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia yang berkualitas, baik dari segi intelektual maupun spiritual untuk mengedepankan nilai-nilai keagamaan mahasiswa yang menjadi pondasi dasar terbentuknya kualitas manusia Indonesia yang sesungguhnya. E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif. Penelitian ini menekankan pada tiga variabel yakni Program Pesantren Mahasiswa, Pemahaman Agama Islam dan Kecakapan Hidup. Pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif ini dianggap sesuai untuk permasalahan ini dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1) Desain pada metode kuantitatif bersifat khusus, jelas dan rinci. 2) Pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif bertujuan untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antar variable. 3) Peneliti hendak mendeskripsikan pengamatan di lapangan tanpa menguji hipotesis, karena peneliti tidak merumuskan hipotesis deskriptif dan hanya 11

12 mengutarakan rumusan masalah deskriptif yang akan dijawab dengan menggunakan data kuantitatif. 4) Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mendeskripsikan pelaksanaan program. 5) Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan penyebaran angket. 6) Kesimpulan penelitian merupakan hasil analis data sesuai dengan prosedur. Jadi secara ringkas metode yang digunakan dalam meneliti pelaksanaan program mahasiswa dalam rangka meningkatkan pemahaman agama Islam dan kecakapan hidup (life skill) mahasiswa ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis deskriptif (deskriftif analitik). Proses penelitian ini secara garis besar diawali dengan menggali data, mengolah data, membahasnya dan diakhiri dengan menafsirkan data hasil dari kegiatan-kegiatan : wawancara dan penyebaran angket. Adapun analisis data menggunakan statistik deskriptif. F. Lokasi dan Sampel Penelitian Latar atau setting dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid karena merupakan tempat diselenggarakannya program yang menjadi judul penelitian. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian (sumber primer) ini adalah mahasiswa yang telah satu tahun atau lebih mengikuti program pesantren mahasiswa, dan disebut sebagai santri mukim mahasiswa. 12

13 Santri mukim mahasiswa sebagai subjek dari pelaksana pengembangan model pembelajaran merupakan aspek input bagi ustadz (guru) dalam pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh gurunya tersebut. Ketercapaian hasil yang dilaksanakan oleh santri merupakan penentu bagi kesuksesan ustadz/guru tersebut dalam pelaksanaan model pembelajaran. Adapun yang menjadi sumber penelitian sekunder adalah 1) Kepala Departemen Pendidikan Kepala departemen pendidikan merupakan pengambil segala kebijakan yang berada di lingkungan sekolahnya (pesantren). Kebijakannya mengunakan model pembelajaran yang tepat merupakan penentu dari kualitas kegiatan belajar mengajar di pesantren dan mutu lulusan di lingkungan pesantren. Aspek-aspek pengembangan model pembelajaran yang digunakan di pesantren tidak lepas dari apa yang diputuskan oleh kepala departemen pendidikan. 2) Penanggung Jawab Program Penanggung jawab program adalah orang yang bertanggung jawab menjalankan dan mengontrol program secara teknis. Penanggung jawab juga yang mengetahui sejauh mana program ini sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. 3) Ustadz (guru/pengajar) Ustadz merupakan unsur utama pelaksana teknis di lapangan. Selain sebagai pelaksana teknis, pengembangan model pembelajaran 13

14 merupakan salah satu tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum yang saat ini diterapkan. Kemampuan guru bisa meneliti semua peserta didiknya dan mendapatkan suatu model pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh guru. G. Asumsi Menurut Komarudin (1984) yang dimaksud asumsi adalah : sesuatu yang dianggap tidak mempengaruhi dan konstan. Asumsi menetapkan faktafakta yang diawasi. Asumsi dapat berhubungan dengan syarat-syarat, kondisi dan tujuan. Asumsi memberikan hakekat, bentuk dan arah argumentasi. Dengan demikian, berdasarkan pendapat tersebut maka asumsi dari penelitian ini adalah bahwa tujuan program pesantren mahasiswa yang berorientasi pada peningkatan pemahaman Agama Islam dan kecakapan hidup mahasiswa harus didukung oleh komponen program yang baik. Komponen ini berupa kurikulum yang terdiri dari materi, strategi belajar, metode, media dan juga sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang keagamaan dan kecakapan hidup, kemudian dukungan dari sarana dan prasarana yang baik juga menunjang keberhasilan dari suatu program. Selain itu lingkungan yang mendukung kepada tujuan program memberikan pengaruh yang kuat bagi pelaksanaan program pesantren mahasiswa. 14

15 H. Definisi Operasional 1) Program pesantren mahasiswa Program Pesantren Mahasiswa (PPM) adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung melalui Direktorat Pendidikan DT, yang bergerak mengelola santri mukim (santri mondok) yang berstatus sebagai mahasiswa tingkat satu hingga tingkat tiga yang dilaksanakan selama satu tahun. Adapun pendekatan kurikulum program yang dilakukan adalah melalui peneladanan (suri tauladan), pendidikan, latihan dan pembinaan yang berkesinambungan, lingkungan yang kondusif dan kekuatan doa (kekuatan spiritual). 2) Pemahaman Agama Islam Pemahaman Agama Islam adalah suatu wawasan mendalam dan pengalaman atas ilmu-ilmu dalam Agama Islam yang terfokus pada bidang ilmu Aqidah Islam, Akhlak MQ (Manajemen Qalbu), Fiqih, Tahsin Al- Qur,an, Tafsir Al-Qur an, dan Bahasa Arab. Adapun indikator keberhasilan dari beberapa bidang ilmu tersebut adalah: pada bidang ilmu Aqidah Islam mahasiswa mampu membedakan tauhiid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa Sifat dan Tauhiid Mulkiyah, sehingga mahasiswa mampu menghindari aliran-aliran yang menyimpang dari Agama Islam (sesat). Pada bidang ilmu akhlak mahasiswa mampu menyebutkan berbagai macam bentuk perilaku yang buruk dan cara menanggulanginya dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. 15

16 Pada bidang ilmu Fiqih, mahasiswa diharapkan mampu memaparkan secara teori dan mempraktekkan tata cara ibadah yang benar sesuai dengan pemahaman salafus salih (orang salih terdahulu). Pada bidang ilmu Tahsin Al-Qur an, mahasiswa diharapkan mampu untuk menyebutkan berbagai macam kaidah dalam ilmu tajwid dan mempraktekannya pada saat membaca Al-Qur an. Pada bidang ilmu tafsir Al-Qur an, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan secara argumentatif ayat-ayat pada Al- Qur an khusunya Juz Amma (Juz ke 30) dengan berdasarkan pada sumber kitab / buku tafsir yang sesuai dengan pemahaman kaum salaf. Pada bidang ilmu Bahasa Arab, mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan bentuk percakapan dasar dan mampu membaca kitab-kitab berbahasa Arab. 3) Kecakapan Hidup Kecakapan hidup adalah keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseoran mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan secara lebih efektif. Bentuk keberhasilan dari pendidikan kecakapan hidup ini diantaranya mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik, mampu berorganisasi dengan baik, memiliki jiwa leadership (kepemimpinan), Entrepreneurship (kemandirian), memiliki sikap kritis yang tidak merugikan orang lain, memiliki keterampilan yang sifatnya praktis dan memiliki rasa percaya diri dan keberanian yang tinggi. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode analisis deskriptif. Metode kuantitatif dinamakan juga metode tradisional, karena metode

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus yang terjadi di sekolah hingga perguruan tinggi, seperti tawuran, aksi pornografi,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren 3 BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini telah banyak ditemukan corak pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencoba mengimbangi tuntutan modernisasi dengan beragam pembenahan di berbagai bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian integral dan program pengajaran pada setiap jenjang lembaga pendidikan serta merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu macam lembaga pendidikan berbasis Islam di Indonesia yang sudah ada sejak masa kolonial. Pesantren sering diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kualitas sumber daya manusia yang berkarakter bukan hanya dilihat dari prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya tawuran pelajar, pengedaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, seks bebas, pergaulan bebas, kurangnya rasa hormat anak kepada orang tua dan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau pondok pesantren pada prinsipnya dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan manusia di muka bumi adalah sebagai wakil Allah yang harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta mengelola kekayaan alam untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagian besar bertumpu salah satunya pada sektor pendidikan dan pembangunan pribadi manusia khususnya untuk membentuk akhlakulkarimah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan sehingga tumbuh kemandirian pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern berpengaruh terhadap penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para BAB I PENDAHULUAN Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab, funduq, yang artinya hotel atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini budaya barat telah banyak yang masuk ke negara kita dan budaya barat ini sangat tidak sesuai dengan budaya negara kita yang kental dengan budaya timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J PERBANDINGAN PERSEPSI MAHASISWA DARI LULUSAN BERBASIS UMUM DAN AGAMA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR Supamrih ; Maroeto ; Yuliatin Moch Arifin ; Abdullah Fadil ABSTRAK Generasi muda terutama mahasiswa menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, sangat banyak kebiasaan yang berlangsung otomatis dalam bertingkah laku. Oleh karena itu pembinaan kehidupan beragama melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu dengan masalah, dan tanpa disadari pula berulang kali individu menemukan jalan keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pemaparan terhadap hasil penelitian tentang Pembinaan Kedisiplinan Siswa Melalui Model Pembiasaan di SMP Daarut Tauhid Boarding School yang telah dipaparkan di Bab 4 akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesantren yang diharapkan dapat menjadi stimulus lahirnya kesadaran akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pesantren yang diharapkan dapat menjadi stimulus lahirnya kesadaran akan pentingnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran SMA Islam Bani Tamim yang memiliki sistem pendidikan pondok pesantren yang diharapkan dapat menjadi stimulus lahirnya kesadaran akan pentingnya pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. 162 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil analisis terhadap hasil penelitian berdasrakan rumusan masalah yang dipaparkan dalam Bab I. Oleh sebab itu, kesimpulan ini meliputi (a)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren di Jawa Timur ada 3800-an. Jumlah ini. lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling populer adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. pesantren di Jawa Timur ada 3800-an. Jumlah ini. lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling populer adalah institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu pendidikan nonformal dibidang keagamaan Islam yang banyak diminati oleh masyarakat Jawa Timur bahkan di Indonesia. Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini secara langsung maupun

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GARUT, : a. bahwa sehubungan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN Setelah peneliti mengadakan observasi dan wawancara, maka dalam bab ini akan dikemukakan tentang hasil penelitian yang telah didapatkan. Pandangan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Simpulan Umum Pendidikan karakter antikorupsi merupakan hal yang paling penting dalam melihat situasi kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini. Melihat fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia yang hidup dalam lingkungan sosial budaya serta bertempat tinggal di suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan satu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 tahun, sedangkan masa

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci

implikasi dan mengajukan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini,

implikasi dan mengajukan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, BABV PENUTUP Upaya untuk mengembangkan sikap kewiraswastaan melalui pelatihan santri berdikari di Pesantren Daarut Tauhiid memperiihatkan keberhasilan yang positif. Keberhasilan itu tidak teriepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak hanya pada masalah belajar seperti membolos, mencontek,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam kehidupan pondok pesantren, khususnya kehidupan pondok pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo, dalam kesehariannya sangat banyak kebiasaan-kebiasaan khususnya kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompleksitas pada permasalahan global seperti sekarang ini, diperlukan penyiapan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku merokok bukanlah hal yang jarang ditemukan dewasa kini, hampir disemua tempat dapat ditemukan fenomena orang dengan perilaku merokok. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi di negara indonesia cenderung dituduhkan pada dunia pendidikan yang disorot sebagai sektor yang belum berhasil mengemban misi mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. disusun berdasarkan hasil analisis dan perhitungan statistik. Selain itu, akan

KESIMPULAN DAN SARAN. disusun berdasarkan hasil analisis dan perhitungan statistik. Selain itu, akan 71 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bagian akhir ini, akan dikemukakan kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang telah ditetapkan dalam bab sebelumnya. Kesimpulan ini disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah MTs muhammadiyah kasihan berdiri pada tanggal 17 Agustus 1983. Selalu konsisten mendidik siswanya untuk menjadi lulusan yang dapat diandalkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur bagi suatu bangsa. Pendidikan sangat berarti bagi seluruh bangsa di dunia ini. Lembaga pendidikan seharusnya mampu menciptakan peserta

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT Dalam pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan pada santri dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan,

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN Oleh Herminarto Sofyan VISI DIKNAS : INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF VISI POLBANGMAWA: Terciptanya mahasiswa yang bertaqwa,

Lebih terperinci