PENGARUH ZAT ADITIF BENTONIT TERAKTIVASI FISIKA DAN TERKOMPOSISI TANAH TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ZAT ADITIF BENTONIT TERAKTIVASI FISIKA DAN TERKOMPOSISI TANAH TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN"

Transkripsi

1 PENGARUH ZAT ADITIF BENTONIT TERAKTIVASI FISIKA DAN TERKOMPOSISI TANAH TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN (Skripsi) Oleh YEREMIA LUHUR WIYOTO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

2 ABSTRACT THE EFFECT OF SUBSTANCE ADDITIVE BENTONITE PHYSICS ACTIVATED AND SOIL COMPOSED TO GROUNDING RESISTANCE Oleh YEREMIA LUHUR WIYOTO Grounding resistance of the earthing system is affected by soil resistivity. Soil resistivity should have a high-water content (moisture) inside the ground. Soil moisture can be made and maintained by substance addictive that can absorb water in vicinity. This research uses bentonite as an additive. It has undergone the heating process in different temperature and duration before used, then bentonite is mixed into the soil with the different composition. Those treatments are categorized as physics-activated. The aim of this research is to analyze the effect of bentonite in order to reduce soil resistance. The grounding resistance is observed with and without bentonite. The earthing system with bentonite as addictive has the smaller grounding resistance than that without bentonite. The biggest percentage of reduction in grounding resistance are 74% due to bentonite which is activated at temperature C. Non-activated bentonite can achieve 68% reduction in grounding resistance. In contrast the composition of 50% non-activated bentonite and 25% soil can reduce the grounding resistance by 69%. Keyword : grounding resistance, soil resistivity, bentonite physics activated

3 ABSTRAK PENGARUH ZAT ADITIF BENTONIT TERAKTIVASI FISIKA DAN TERKOMPOSISI TANAH TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN Oleh YEREMIA LUHUR WIYOTO Nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan sangat dipengaruhi oleh nilai tahanan jenis tanah. Tahanan jenis tanah yang baik memiliki nilai kandungan air (kelembaban) yang tinggi di dalam tanah. Kelembaban tanah dapat dibuat dan dijaga dengan pemberian zat aditif yang bersifat menyerap air disekitarnya. Penelitian ini menggunakan zat aditif bentonit yang sebelum digunakan, terlebih dahulu diberi perlakuan, yaitu aktivasi secara fisika melalui proses pemanasan dan pencampuran dengan tanah (komposisi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dan perubahan tahanan pentanahan yang diberikan bentonit sebelum dan sesudah diberi perlakuan secara fisik. Pentanahan yang diberikan bentonit teraktivasi memiliki nilai tahanan pentanahan terkecil dibandingkan dengan bentonit yang tidak diberikan perlakuan dan tanah terkomposisi bentonit. Persentasi penurunan nilai tahanan pentanahannya berturut-turut adalah 74% untuk bentonit teraktivasi dengan suhu C, 69% untuk 25% tanah terkomposisi 50% bentonit dan 68% untuk bentonit tanpa perlakuan. Kata kunci : tahanan pentanahan, tahanan jenis tanah, aktivasi fisika bentonit

4 PENGARUH ZAT ADITIF BENTONIT TERAKTIVASI FISIKA DAN TERKOMPOSISI TANAH TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN Oleh: YEREMIA LUHUR WIYOTO Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

5 geo I gq666i EZIIS/,6I :diti 'cfa'-.l'9 tan111 uetpry fti.ro goo z 9(,866r ['JIH 'tr'i{ ",f,qs 1na'Dug 'rq d prqs urbfiou o+{afiixu{etr,: suriitipj YI{trlaJ,: E1rEsqPtr{ EruE[i {o}iod JourcN gsoigogiii: o1oeil[o 4nUnE ullulr,.b1 NUITYH.r.I,IIfrT IIUIITTIYT Errt8tlEttrsld IYIIT[ dy(iyllufll HUNyI. IsISOflil(DIUflL NYO UlIISIil lgyrlff,lmfl,l.iinoi,nflg.tf,i.i(iy III'Z II(IuyDNgtr IsdIlIg FpnP :

6 Er:o6flx Af : tsdtlts uulh sltpn EE-Buet hrarsrrt* 1al.q= &-'tr'/ ro"{,...:..t:....tr I{ _I.S?fEuraJ )-r,1 un "'trlrs'u,plzt{ -'*1 r$5 s9 sv$i^. sfslerlas 1nl'ftg.rg : srqpx Ilir8tzu txii.i NUIIUYSTIDIJflI{ :

7 SOICOSIII'NIdN o1oft16 mqnt eruerel LIOZI 'ruplreq 6wr( ruqnq ue8uep tensos r$frcs rcueryp srpesjeq e{es eleur 'leueq {upq efes uevlef,ued ellqedy 'Flpues e.(es qelo 1unqp rm rsdpls elnd ue1ap,(ueru edes n1r UreIoS 'elgpnd "/r\rleq rugrep rrrbibp rp uapnqeslp Eue,( euerureeuqss rur qe>lssu ruelep ncelp sqn1rel ercces {snca{ 'uru1 Euero qelo UurI}rqre1rp rc1e s{nf;p Eusl( pdppued nele etlr.-4 pdepr4 lepq e.(us uenrlep8uedss Eueftredes uep urel Euero w{qerp rpured Etred e,ftq pdepr4 {spb Ir4 rsdyrls urepp e&quq uzlqel(ueu efus mr ueeueq NYYIYANUfld IYU{TS

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1993, anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Edy Santoso dan Ibu Linda D. Luhulima. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Strada Nawar, Kota Bekasi pada tahun 2005, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Strada Nawar, Kota Bekasi pada tahun 2008, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 105 Jakarta pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN. Penulis berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro pada tahun di Departemen Apresiasi Pengembangan dan Keilmuan sebagai Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangann, Penulis juga berperan aktif dalam organisasi kerohanian di lingkungan Fakultas Teknik yaitu sebagai Koordinator Bidang Doa, Pemerhati dan Kelompok Kecil dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Kristiani Fakultas Teknik pada tahun Pada tahun Penulis menjabat sebagai Asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan melaksanakan kerja praktik di PT. Energi Management Indonesia pada tahun 2013 proyek audit energi Gedung Fakultas Teknik, Universitas Lampung

9 Kupersembahkan karya ini untuk Ayah dan Ibu Terkasih Edy Santoso dan Linda D. Luhulima Adik - adikku Tercinta Christina Ruth Damayanti Erica Natalia Keluarga Besar, Dosen, dan Sahabat

10 Sebab Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. ( Yeremia 29 : 11 ) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. ( Filipi 1 : 21-22a ) Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-ku yang membawa kemenangan. ( Yesaya 41 : 10 ) Could, Should, Would, Did. & P.U.S.H. (Pray Until Something Happen) -Yeremia L.W.-

11 SANWACANA Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan berkat-nya yang melimpah kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Pengaruh Zat Aditif Bentonit Teraktivasi Fisika dan Terkomposisi Tanah Terhadap Nilai Tahanan Pentanahan adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Suharno, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung; 2. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung; 3. Bapak Dr. Herman H. Sinaga, S.T., M.T., selaku Sekertaris Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;

12 4. Bapak Dr. Eng. Yul Martin, S.T., M.T., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran maupun kritik juga nasihatnasihat yang sangat bermanfaat dan segala ilmu yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini; 5. Ibu Dr. Eng. Diah Permata, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran maupun kritik juga nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat dan segala ilmu yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini; 6. Bapak Dr. Henry B.H. Sitorus, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada skripsi ini. Terimakasih atas masukan, saran, kritik dan juga nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat dan segala ilmu yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini; 7. Ibu Dr. Ing. Melvi Ulvan, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahannya dalam proses menyelesaikan studi; 8. Dosen, Teknisi dan mahasiswa Laboratorium Penelitian, Laboratorium Teknik Kimia, Fakultas Teknik dan Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA atas bantuan dan masukan selama penelitian ini; 9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Teknik Elektro dan Staf Administrasi Fakultas Teknik, Universitas Lampung; 10. Seluruh rekan-rekan Teknik Elektro angkatan 2011 yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, atas kebersamaan, doa, dan bantuannya semua; 11. Seluruh keluarga yang berada di Lampung, atas dukungan doa maupun bantuan materi kepada Penulis sampai menyelesaikan studi.

13 Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Tuhan memberkati kita semua. Amin. Bandar Lampung, 15 Juni 2017 Penulis, Yeremia Luhur Wiyoto

14 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 C. Manfaat Penelitian... 4 D. Rumusan Masalah... 4 E. Batasan Masalah... 4 F. Hipotesis... 5 G. Sistematika Penulisan... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Definisi Sistem Pentanahan Tahanan Pentanahan Tahanan Jenis Tanah Elektroda Pentanahan... 10

15 ii 5. Bagian-Bagian yang Ditanahkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah Pengukuran Tahanan Pentanahan Metode Tiga Titik Bentonit Aktivasi Bentonit Rumus Empiris antara Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan dengan Jumlah Bentonit Terkomposisi Tanah B. Penelitian yang Telah dilakukan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan C. Pelaksanaan Penelitian Studi Literatur Aktivasi Bentonit Perancangan Pengujian Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan D. Diagram Alir IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran Pentanahan Pengujian a. Aktivasi dengan Variasi Suhu Pemanasan b. Proses Aktivasi dengan Variasi Lamanya Pemanasan Pengujian

16 iii B. Persentase Perubahan Tahanan Pentanahan C. Perbandingan Persentase Perubahan Tahanan Pentanahan D. Rumus Empiris antara Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan dengan Jumlah Bentonit Terkomposisi Tanah E. Perhitungan Tahanan Jenis Tanah F. Hasil Analisis Scanning Electron Microscope (SEM) V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 58

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Elektroda pita Elektroda batang Elektroda pelat Pengukuran tahanan pentanahan dengan metode tiga titik Bentonit Proses aktivasi secara fisika Pengukuran pentanahan dengan Kyoritsu Model 4105A Skematik pengukuran dengan menggunakan bentonit teraktivasi Diagram alir penelitian Visualisasi lubang pentanahan Pengujian Visualisasi lubang pentanahan Pengujian Grafik hasil pengukuran dengan variasi suhu pemanasan Grafik hasil pengukuran dengan variasi lamanya pemanasan Grafik hasil pengukuran variasi tanah terkomposisi bentonit Grafik perbandingan persentase perubahan tahanan pentanahan Grafik rumus empiris nilai resistansi dengan bentonit terkomposisi Hasil uji SEM dengan perbesaran 500 kali Hasil uji SEM dengan perbesaran kali Hasil uji SEM dengan perbesaran kali... 51

18 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tahanan jenis tanah Komposisi bentonit Spesifikasi Kyoritsu Digital Earth Tester Model 4105A Hasil pengukuran dengan variasi suhu pemanasan bentonit Hasil pengukuran dengan variasi lamanya pemanasan bentonit Hasil pengukuran dengan variasi bentonit terkomposisi tanah Persentase perubahan nilai tahanan pentanahan pada Pengujian Persentase perubahan nilai tahanan pentanahan pada Pengujian

19 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadi kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih atau petir pada peralatan listrik. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan. [1] Sistem pentanahan berfungsi sebagai pengaman terhadap perangkat-perangkat yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga. Sistem pentanahan juga merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan dan keandalan salah satunya pada operasi sistem tenaga listrik. Dengan adanya pentanahan yang baik dan efektif, diharapkan kerugian yang mungkin timbul oleh gangguan-gangguan dapat dikurangi bahkan dihindari. Untuk menghindari hal-hal diatas diperlukan sistem pentanahan sebagai sistem pengaman pada sistem tenaga listrik. Pada saat terjadi gangguan di sistem tenaga listrik, dengan adanya sistem pentanahan menyebabkan arus gangguan dapat dengan cepat teralirkan kedalam tanah dan disebarkan ke segala arah.

20 2 Nilai tahanan dari tanah yang digunakan biasanya tidak langsung didapatkan nilai tahanan yang rendah karena pada saat membuat suatu sistem pentanahan hal yang perlu diketahui lebih dahulu adalah lokasi dari sistem pentanahannya. Maka dari itu perlu dilakukan analisis pada lokasi pentanahan yang akan dilakukan sebelum merancang sistem pentanahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tahanan pentanahan adalah jenis tanah, kadar garam tanah, temperatur tanah dan kelembaban tanah. [2] Pengaruh kelembaban tanah terhadap nilai tahanan pentanahan adalah semakin besar kelembaban tanah maka nilai tahanan pentanahan akan semakin kecil. Kelembaban tanah dapat dibuat dan dijaga dengan pemberian zat aditif yang bersifat menyerap atau adsorbsi terhadap cairan dan gas. Zat aditif tersebut dapat berupa gipsum, serbuk arang, garam, zeolit, dan bentonit. [3] Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya dimana penelitian sebelumnya menggunakan zat aditif bentonit namun dengan aktivasi kimia pada media tanah lempung, melakukan pencampuran zat bentonit dengan larutan asam yaitu asam sulfat dan feriklorida. [3,4] Dari hasil penelitian tersebut ternyata bentonit teraktivasi kimia mampu menurunkan nilai tahanan pentanahan, namun proses aktivasi kimia yang dilakukan terlalu sulit dilakukan dan perlu mencari campuran larutan yang tepat dan yang mampu membuka pori-pori dari bentonit agar dapat menyerap air dalam tanah untuk menjaga kelembaban tanah. Pada penelitian ini zat aditif yang digunakan sama yaitu bentonit. Bentonit merupakan suatu zat aditif yang mampu menyerap air dan menahannya dalam waktu yang lama. [5] Bentonit juga mengandung unsur-unsur yang bersifat elektrolit. Penelitian ini dilakukan dengan proses aktivasi secara fisika. Proses aktivasi secara

21 3 fisika dilakukan dengan proses pemanasan (kalsinasi). Proses aktivasi ini bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat khusus bentonit dengan cara menghilangkan unsurunsur pengotor dan menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori bentonit. Bentonit yang telah teraktivasi digunakan sebagai bahan untuk menimbun lubang pentanahannya dengan menggunakan model 1 batang elektroda (driven rod) dan akan diuji pada tanah. Nilai tahanan pentanahan tersebut akan didapat melalui hasil pengukuran menggunakan alat pengukuran earth tester dengan metode 3 titik. Pengukuran dilakukan selama 3 kali dalam sehari. Pengukuran dilakukan untuk mengamati nilai tahanan pentanahan yang sudah turun dengan memvariasikan panas yang diberikan pada bentonit dengan proses aktivasi fisika dan variasi komposisi pencampuran tanah dengan bentonit yang tidak teraktivasi. Hasil penelitian ini diharapkan bentonit yang telah teraktivasi secara fisika dan bentonit yang terkomposisi dengan tanah dapat memperbaiki nilai tahanan pentanahan dan nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan atau pemasangan sistem pentanahan. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perubahan nilai tahanan pentanahan yang diberikan bentonit tanpa aktivasi dan setelah teraktivasi secara fisika. 2. Menganalisis pengaruh variasi suhu pemanasan dan lamanya waktu untuk proses aktivasi bentonit terhadap penurunan nilai tahanan pentanahan. 3. Menganalisis pengaruh komposisi bentonit dengan tanah terhadap penurunan nilai tahanan pentanahan.

22 4 C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan bentonit yang telah teraktivasi dapat menurunkan tahanan pentanahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan bentonit yang tidak teraktivasi. 2. Dapat mengetahui penurunan nilai resistansi tanah dengan variasi penambahan jumlah bentonit terkomposisi dengan tanah. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perubahan nilai tahanan pentanahan yang diberikan bentonit sebelum teraktivasi secara fisika dan setelah teraktivasi secara fisika? 2. Bagaimana perubahan nilai tahanan pentanahan dengan variasi penambahan jumlah tanah terkomposisi dengan bentonit? E. Batasan Masalah Beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan pada tanah dengan diameter lubang pentanahan konstan sebesar 10 cm. 2. Metode pentanahan yang digunakan adalah metode driven rod atau batang tunggal dengan panjang 1 meter. 3. Metode pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode 3 titik (three point method). 4. Proses kimiawi dari bentonit tidak dibahas secara terperinci.

23 5 F. Hipotesis Zat aditif yang dapat menurunkan nilai tahanan pentanahan dengan baik adalah zat aditif yang memiliki sifat penyerapan yang paling baik terhadap zat yang bersifat konduktif yang ada disekitarnya dan dapat mempertahankan zat-zat yang telah diserapnya tersebut. Proses aktivasi bentonit melalui pemanasan (kalsinasi) menyebabkan pelepasan air sehingga kotoran atau mineral lain yang ada pada poripori bentonit terangkat dan mampu meningkatkan kemampuan untuk absorbsi, sehingga dapat menurunkan nilai tahanan pentanahan dengan baik. Bentonit teraktivasi secara fisika memiliki daya serap meningkat sehingga semakin banyak air yang terserap maka tanah pentanahan semakin menjadi lembab dan bentonit teraktivasi memiliki kestabilan terhadap suhu. Variasi penambahan bentonit terkomposisi dengan tanah diharapkan dapat menurunkan nilai tahanan pentanahan sama baiknya ataupun lebih baik dengan bentonit yang teraktivasi secara fisika. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini, terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab I akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah beserta penyelesaiannya. Pada latar belakang ini menjelaskan skripsi secara umum tentang perbaikan tahanan pentanahan dengan bentonit terkalsinasi. Setelah itu juga pada bab ini berisi tentang tujuan, manfaat, batasan masalah, perumusan masalah, hipotesis dan sistematika penulisan penelitian.

24 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II ini menjelaskan mengenai teori-teori dasar yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam proses penelitian, dari proses aktivasi secara fisika sampai tahap pengujian tahanan pentanahan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi hasil dari pengujian yang telah dilakukan dan analisis hasil dari pengujian tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V merupakan kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan kemudian diberikan saran-saran yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pengembangan mengenai penelitian ini lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Kumpulan literatur yang dijadikan sebagai sumber bahan acuan dalam penulisan laporan skripsi ini. LAMPIRAN Data-data perhitungan serta keterangan-keterangan lainnya.

25 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. [1] Sistem pentanahan sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik karena berfungsi sebagai pengaman pada peralatan peralatan tenaga listrik. Tujuan dari sistem pentanahan adalah : 1. Sistem pentanahan juga berfungsi untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan. 2. Mengalirkan arus gangguan ke dalam tanah baik arus ganguan yang berasal dari surja hubung maupun surja petir. 3. Menjaga tingkat kinerja peralatan sehingga sistem dapat berjalan dengan baik. 4. Melindungi manusia dari peralatan-peralatan yang dalam keadaan normal tidak teraliri arus tetapi berpotensi mengalirkan arus saat terjadi ganguan. Sistem pentanahan yang efektif adalah sistem pentanahan yang memiliki nilai pentanahan yang rendah. Tahanan pentanahan tidak boleh melebihi batas Standar Nasional Indonesia yaitu 5 Ω tetapi untuk daerah yang memiliki tahanan jenis tanah sangat tinggi boleh mencapai 10 Ω [2].

26 8 Tahanan pentanahan sangat dipengaruhi oleh tahanan jenis, ukuran elektroda pentanahan dan banyaknya elektroda yang ditanamkan. Memperkecil tahanan pentanahan dapat dilakukan dengan cara antara lain [1] : a. Merencanakan jenis elektroda dan metode elektroda yang dibutuhkan sampai mendapatkan nilai tahanan pentanahan yang sesuai. b. Menimbun suatu zat kimia di dalam tanah yang mampu menjaga nilai tahanan pentanahan yang rendah dalam jangka waktu yang panjang, tidak larut atau hancur dalam waktu yang lama, dan memiliki harga yang ekonomis. c. Merencanakan elektroda pentanahan dan menimbun zat kimia didalam tanah. 2. Tahanan Pentanahan Nilai tahanan pentanahan dipengaruhi oleh tahanan jenis tanah dan metode sistem pentanahannya. Pada penelitian ini sistem pentanahan yang digunakan adalah sistem driven rod, yaitu sistem pentanahan dengan cara menanam batang elektroda konduktor tegak lurus ke dalam tanah. Persamaan untuk mencari nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan driven rod adalah sebagai berikut. R = ρ 2πl [1] [ln (4l) 1] (2.1) a Dimana : ρ = tahanan jenis tanah (Ω.m) π = 3.14 atau (22/7) l = panjang elektroda (m) a = jari-jari elektroda (m)

27 9 Tahanan tanah ini akan semakin besar nilainya bila berada di dekat elektroda batang pentanahan dan semakin jauh dari elektroda batang semakin kecil nilai tahanan pentanahannya karena akan semakin tersebar arus yang mengalir di dalam tanah. [1] 3. Tahanan Jenis Tanah (ρ) Tahanan jenis tanah adalah sebuah faktor keseimbangan antara tahanan tanah dan kapasitansi disekitarnya yang dituliskan dengan ρ (rho) dalam sebuah persamaan matematik. Tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: ρ = 2π α R t (2.2) dimana: ρ = Tahanan jenis rata-rata tanah (Ω-meter) α = Jarak antara batang elektroda yang terdekat (meter) R t = Tahanan tanah terukur (Ω) Untuk memperoleh harga tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan pengukuran secara langsung pada lokasi pembangunan karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan. Pada suatu lokasi tertentu sering dijumpai beberapa jenis tanah yang mempunyai tahanan jenis yang berbedabeda (non uniform), contohnya seperti pada Tabel 1. [1]

28 10 Tabel 1. Tahanan jenis tanah No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah (Ω.m) 1 Tanah Rawa 30 2 Tanah Pertanian Pasir Basah Kerikil Basah Kerikil Kering Tanah Berbatu 3000 Sumber: PUIL Elektroda Pentanahan [2] Elektroda pentanahan merupakan suatu alat yang ditanam langsung didalam tanah yang berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan ke dalam tanah. Penghantar pentanahan yang tidak terisolasi di dalam tanah juga bisa disebut elektroda pentanahan. Elektroda biasanya terbuat dari tembaga, baja atau dilapisi tembaga. Jenis-jenis elektroda adalah sebagai berikut: a. Elektroda pita merupakan suatu jenis elektroda pentanahan yang biasanya digunakan untuk daerah yang memiliki tahanan jenis tanah yang rendah atau dengan kata lain cocok pada daerah yang jarang mengalami kekeringan. Elektroda pita biasanya terbuat dari bahan logam yang dipilin. Gambar 1. Elektroda pita

29 11 b. Elektroda Batang ialah elektroda yang banyak digunakan pada sistem pentanahan. Dalam Penggunaannya, jumlah dan ukuran elektroda batang dipilih dan disesuaikan dengan tahanan pentanahan yang dibutuhkan. Elektroda batang biasanya terbuat dari pipa besi, baja profil, atau batang logam lainnya. Gambar 2. Elektroda batang c. Elektroda pelat terbuat dari lempengan pelat logam yang berbentuk persegi atau persegi panjang. Penanaman elektroda pelat di dalam tanah ditanam secara tegak lurus di dalam tanah sekurang-kurangnya ditanam sedalam 1,5 meter di dalam tanah. Luas pelat ditentukan dan disesuaikan dengan besarnya tahanan pentanahan yang diperlukan. Gambar 3. Elektroda pelat

30 12 5. Bagian-Bagian yang Ditanahkan [1] Dalam sebuah sistem pentanahan terdapat bagian yang harus ditanahkan adalah sebagai berikut: 1. Peralatan listrik yang dalam keadaan normal tidak dialiri arus listrik tetapi berpotensi teraliri arus listrik saat terjadi gangguan. 2. Bagian bawah arrester agar arus yang ditimbulkan petir dapat dialirkan ke tanah. 3. Kawat tanah yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini berada di sepanjang saluran transmisi, semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah melalui kaki tiang saluran transmisi. 4. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Tujuan dari pengetanahan titik netral adalah untuk membatasi besar arus gangguan tanah dan tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu pada sistem yang terdiri dari generator dan transformator. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah [1] Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain: a. Pengaruh kandungan air (kelembaban) Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu tes laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah turun sampai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah di atas 20% pengaruhnya sedikit sekali. Semakin lembab

31 13 kadar air pada lapisan tanah tersebut semakin tinggi dan tahanan jenisnya akan semakin rendah. b. Pengaruh Temperatur Pengaruh temperatur pada tahanan jenis tanah sangat kecil sekali pada kondisi di atas titik beku air (0 o ), sedangkan untuk kondisi di bawah titik beku tahanan jenis tanah bertambah besar. Hal ini di karenakan pada temperatur di bawah titik beku molekul-molekul air dalam tanah sulit untuk bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi sangat rendah. Temperatur tanah juga dipengaruhi oleh musim lingkungan tersebut. c. Pengaruh Bahan Kimia Pengaruh dari unsur-unsur kimia yang ada di dalam tanah mempengaruhi besar resistansi tanah tersebut. Kandungan tanah seperti garam yang dapat larut, asam atau alkali akan memiliki resistansi bervariasi dimana variasinya meluas sesuai dengan jumlah dan tipe dari kandungan kimia tersebut. 7. Pengukuran Tahanan Pentanahan Berdasarkan ANSI / IEEE std , ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur tahanan pentanahan dari suatu elektroda pentanahan. Metode yang digunakan untuk mengukur tahanan pentanahan adalah metode dua titik, metode tiga titik dan metode Fall of Potential. Pada pengujian ini metode yang digunakan adalah metode 3 titik. Three-point method atau yang dikenal dengan metode 3 titik sering digunakan untuk mengukur tahanan elektroda pembumian atau pentanahan. Pada Gambar 4 ditunjukkan tiga buah batang elektroda, dimana batang elektroda 1 merupakan batang elektroda yang

32 14 tahanannya diukur dan untuk batang elektroda 2 dan 3 berfungsi sebagai batang elektroda pembantu yang nilai tahanannya pun belum diketahui. Gambar 4. Pengukuran tahanan pentanahan dengan metode tiga titik. Metode pengukuran tahanan pentanahan di atas dapat juga digunakan untuk menentukan tahanan jenis tanah dengan tahanan pentanahan yang telah diketahui, serta diameter dan panjang elektroda diketahui pula. 8. Bentonit Bentonit adalah lempung (clay) yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi kimia secara umum Al2O3.4SiO2.H2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada tahun Bentuk fisik bentonit dapat dilihat pada Gambar 5.

33 15 Gambar 5. Bentonit Bentonit berbeda dari clay lainnya karena hampir seluruhnya (75%) merupakan mineral monmorillonit yang terdiri dari lapisan-lapisan silica, alumunium dan juga terdapat ion H2O. Mineral monmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil sehingga hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD (X-Ray Difraction). Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan : a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang rendah. b. Fuller s earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat daya serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas. Bentonit memiliki sifat dapat menyerap air dan menahan air pada strukturnya, hal ini dikarenakan pada montmorillonit terdapat beberapa lapisan yaitu lapisan lempung yang terdiri dari lapisan tetrahedral dan lapisan oktahedral kemudian

34 16 lapisan interlayer di mana penyerapan air terjadi pada lapisan interlayer. Pada lapisan interlayer ini terdapat molekul air dan kation-kation [6]. Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu Na-bentonit dan Ca- bentonit. Pada penelitian ini bentonit yang digunakan adalah bentonit tipe Nabentonit. Na-bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan antara kation Na + dan kation Ca + yang terdapat di dalamnya cukup tinggi, serta suspensi koloidalnya mempunyai ph 8,5 sampai 9,8. [9] Bentonit memiliki sifat-sifat sebagai berikut [7] : a. Memiliki tahanan jenis yang rendah juga stabil ( Ω.m) dan tidak korosi. b. Dapat mengembang menjadi beberapa kali lipat (mampu sampai 8 kali lipat) bila dicelupkan ke dalam air dan dapat menahan air pada strukturnya. c. Bentonit tidak mudah hancur karena bentonit merupakan bagian dari tanah liat (lempung) itu sendiri. Berikut ini adalah komposisi dari bentonit. Tabel 2. Komposisi bentonit Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%) SiO2 61,3-61,4 62,12 Al2O3 19,8 17,33 Fe2O3 3,9 5,30 CaO 0,6 3,68 MgO 1,3 3,30 Na2O 2,2 0,50 K2O 0,4 0,55 H2O 7,2 7,22

35 17 9. Aktivasi Bentonit [13] Bentonit harus diaktifkan dan diolah terlebih dahulu sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi. Aktivasi merupakan salah satu perlakuan terhadap zat kimia yang bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu dengan cara mencegah ikatan hidrokarbon atau mengosksidasi molekul permukaan sehingga zat kimia itu mengalami perubahan fisik. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu : 1. Secara Fisika (Pemanasan) Pada proses ini, bentonit dipanaskan pada temperatur tertentu untuk memperluas permukaan butiran bentonit. 2. Secara Kimia (Kontak Asam) Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+ yang ada dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan pengotor-pengotor lainnya pada kisi-kisi struktur, sehingga secara fisik bentonit tersebut menjadi aktif. Proses aktivasi fisika yang dilakukan dengan pemanasan atau yang sering disebut proses kalsinasi. Kalsinasi adalah proses pemanasan hingga temperatur yang ditentukan, namun masih berada dibawah titik lebur untuk menghilangkan kandungan yang dapat menguap. Proses aktivasi pada bentonit akan mempengaruhi sifat fisik bentonit, yaitu bertambah luasnya permukaan kontak bentonit yang disebabkan terbukanya pori-pori bentonit yang tertutupi kotoran yang berupa air, udara, dan asam. Hal ini membuktikan telah terjadi dehidrasi yang mengakibatkan kation-kation pada permukaan bentonit tak terlindung dan terlepas sehingga secara fisik bentonit menjadi lebih aktif. [16]

36 Rumus Empiris antara Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan dengan Jumlah Tanah Terkomposisi Bentonit. Rumus empiris antara penurunan nilai tahanan pentanahan dengan jumlah tanah terkomposisi bentonit didapatkan dengan menggunakan analisis regresi dengan model persamaan linier. Analisis regresi merupakan metode statistik yang digunakan untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan antara variabel respon Y dan variabel prediktor X. Penaksiran fungsi regresi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, secara parametik dan non-parametik. Persamaan linier merupakan analisis regresi dengan cara parametik yang berjangka panjang dan cenderung menuju ke satu arah, menaik dan menurun yang dinyatakan dalam persamaan, Y = ax + b... (2.3) [18] dimana, Y = Variabel tak bebas atau nilai prediksi dari variabel X X = Variabel bebas B. Penelitian yang Telah Dilakukan Dalam kaitannya dengan perbaikan tahanan pentanahan, beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siow Chun Lim pada tahun 2012 dan Penelitian yang pertama dilakukan pencampuran beton dengan bentonit, banyak semen digantikan dengan bentonit sebanyak 10 %, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70%. Hasil penelitian yaitu pada campuran bentonit sebanyak 20% didapatkan resistansi yang sangat tinggi pada awal

37 19 pengukuran tetapi setelah bulan pertama mendapatkan nilai tanahan yang stabil dan konsisten lebih rendah. Sedangkan bentonit di bawah 30% memiliki resistansi lebih rendah dari pada campuran beton biasa dan campuran diatas 30% memiliki tahanan pentanahan yang lebih tinggi. [11] Penelitian yang selanjutnya dilakukan pengujian terhadap Sodium Bentonit dari daerah Pakistan, kemudian dengan sembarang zat kimia dan kalsium bentonit dari Indonesia. Setelah melakukan pengujian selama kurang lebih 1 tahun diperoleh hasil bahwa sodium bentonit memiliki kemampuan lebih baik dalam menurunkan tahanan pentanahan daripada 2 zat kimia lainnya. [4] Penelitian lain yang dilakukan oleh Wiwik purwati widyaningsih dengan menggunakan zat kimia bentonit. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode parit melingkar dengan memvariasikan kedalaman parit dan banyaknya bentonit yang dimasukan kedalam parit. Dari hasil penelitan tersebut didapat bahwa semakin dalam batang elektroda ditanamkan dan semakin banyak bentonit yang di masukan maka akan didapatkan tahanan pentanahan yang semakin kecil. [6] Penelitian selanjutnya dilakukan IGN Junardana pada tahun Penelitian yang pertama melakukan penelitian tentang perbandingan penambahan garam dengan penambahan bentonit terhadap nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan. Pada penelitian ini elektroda yang digunakan adalah tipe rod dengan panjang dan diameter yang sama yaitu 240 cm dan diameter 1,0 cm. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai tahanan pentanahan saat menggunakan bentonit jauh lebih kecil yaitu sekitar 3-3,2 Ω sedangkan dengan menggunakan garam didapatkan tahanan pentanahan sebesar 7-8 Ω. [10] Penelitian yang kedua dilakukan selama 6 bulan,

38 20 dengan memvariasikan banyaknya bentonit yang akan di masukan ke dalam tanah yaitu 5 kg, 10 kg dan 15 kg. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai rata-rata tahanan pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat 5 kg selama 6 bulan adalah 3,25 ± 0,27 Ω. Nilai rata-rata tahanan pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat 10 kg selama 6 bulan adalah 2,51 ± 0,23 Ω. Nilai rata-rata tahanan pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat 15 kg selama 6 bulan adalah 2,01 ± 0,008 Ω. [12] Lukong Pius Nyuykonge melakukan penelitian dengan menggunakan biochar pada tahunn Penelitian ini melakukan beberapa metode pengukuran untuk menurunkan nilai tahanan pentanahan. Dengan menggunakan 1 batang elektroda dan dengan menggunakan 2 batang elektroda yang dikaitkan kawat pentanahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biochar yang merupakan bahan sejenis arang untuk mengganti bahan kimia. Biochar yang digunakan ada 3 yaitu arang, arang jerami dan arang bilah kayu yang kemudian ditanam kedalam tanah dan diukur dalam 2 kondisi yaitu saat musim kemarau dan musim hujan. Media tanah yang diteliti adalah jenis tanah lempung berpasir dengan kedalaman 1 meter dan diameter sebesar 20 cm. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai tahanan pentanahan, dengan metode 1 batang elektroda saat musim kemarau adalah 26,27 Ω dan 2,1 Ω saat musim hujan. Kemudian dengan metode 2 batang elektroda yang terpasang paralel saat musim kemarau diperoleh nilai tahanan pentanahan 15,2 Ω dan 1,1 Ω saat musim hujan dari nilai tahanan pentanahan 242 Ω. [14]

39 21 Penelitian dilakukan oleh Yousif El-Tous pada tahun Penelitian ini melakuan beberapa metode pengukuran untuk menurunkan nilai tahanan pentanahan. Dengan menggunakan 1 batang elektroda dan dengan menggunakan 2 batang elektroda yang terpasang secara paralel pada tanah lempung yang kering. Penelitian dilakukan dengan menambahkan air dari Laut Mati yang mudah ditemukan didaerah Yordania dan melakukan penambahan pada elektroda air Laut Mati yang dicampur dengan batu bara/arang batu dan tambalan besi. Batang elektroda yang ditanam sedalam 1 meter. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai tahanan pentanahan saat penambahan 5 liter air dari Laut Mati dengan metode pemasangan 1 batang elektroda adalah 13,47 Ω dan dengan metode pemasangan 2 elektroda yang terpasang paralel diperoleh nilai tahanan pentanahan sebesar 10,42 Ω. Kemudian hasil yang diperoleh saat penambahan 5 liter air dari Laut Mati, batu bara/arang batu dan tambalan besi dengan metode pemasangan 1 batang elektroda adalah 9,67 Ω dan dengan metode pemasangan 2 batang elektroda yang terpasang paralel adalah 7,1 Ω dari nilai tahanan pentanahan yang belum diperlakuan sebesar 19,53 Ω. [15] Penelitian juga dilakukan di Universitas Lampung, penelitian yang pertama dilakukan oleh Iyan F.P. Sianipar. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan besarnya panas yang diberikan kepada zat kimia tersebut 300 o C, 500 o C dan 700 o C. Variasi lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah diameter lubang tanah yaitu 5cm, 10cm, dan 15cm. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data pentanahan pada tanah yang diujikan 119,95 Ω, setelah terkalsinasi 300 o C diperoleh 77,19 Ω, setelah terkalsinasi 500 o C diperoleh 70,33 Ω dan setelah terkalsinasi 700 o C

40 22 diperoleh 66,86 Ω. [13] Penelitian yang kedua dilakukan oleh Devy Andini pada tahun 2015, penelitian dilakukan dengan melakukan proses aktivasi kimia dengan penambahan larutan Feriklorida. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah banyaknya bentonit (1-5 kg) dan tidak memvariasikan konsentrasi dari larutan Feriklorida, jarak waktu pengukuran yang dilakukan sekitar setiap 8 jam. Hasil dari penelitian ini adalah nilai tahanan pentanahan tanpa Perlakuan adalah 200 Ω, dengan Bentonit tanpa aktivasi adalah 156 Ω, dengan bentonit yang diaktivasi adalah 42 Ω. [3] Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Jefrianto Simamora, penelitian dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi bentonit (0.8, 1, 1.2 M), kemudian jarak waktu pengukuran yang dilakukan sekitar setiap 8 jam. Hasil dari penelitian ini adalah untuk nilai tahanan pentanahan tanpa perlakuan adalah 329 Ω (lempung) dan 125 Ω (ladang), dengan bentonit tanpa aktivasi adalah 122 Ω (lempung) dan 70 Ω (ladang), dengan bentonit yang diaktivasi adalah 86 Ω (lempung) dan 24 Ω (ladang). [4]

41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik untuk proses aktivasi dan untuk proses pengujian pada tanah dilakukan disekitar Laboratorium Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2016 sampai Febuari B. Alat dan Bahan Beberapa alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1. Satu set alat ukur pentanahan yaitu Digital Earth Resistance Tester merk Kyoritsu dengan model 4105A, 2 buah pasak besi, dan juga 3 buah kabel beda warna masing-masing 10 m digunakan untuk mengukur nilai pentanahan melalui batang elektroda pentanahan yang telah ditanam. 2. Bor Biopori merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada tanah dengan cara memutar bor sampai kedalaman tertentu. 3. Batang elektroda pentanahan yang terbuat dari bahan tembaga sebanyak 9 batang dengan panjang 1 meter dan diameter 12 milimeter. 4. Meteran digunakan untuk mengukur jarak pasak besi pada saat menggunakan earth tester.

42 24 5. Timbangan, ember dan peralatan lainnya yang digunakan untuk penanaman batang pentanahan. 6. Muffle Furnance digunakan untuk melakukan proses pemanasan. 7. Desikator digunakan untuk menjaga dan mendinginkan bentonit serta untuk menghindari kontak dengan udara sekitar. 8. Na-Bentonit sebanyak ± 50 kg. 9. Cangkul digunakan untuk menggali tanah untuk proses pencampuran bentonit dengan tanah. 10. Scanning Electron Microscope (SEM) digunakan untuk menyelidiki komposisi dan informasi kristalografi dari objek solid. C. Pelaksanaan Penelitian 1. Studi Literatur Dalam studi literatur dilakukan pencarian informasi atau bahan materi baik dari buku, jurnal, maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Materi tersebut diantaranya mengenai: a. Sistem Pentanahan b. Karateristik Bentonit c. Pengaruh Aktivasi Pada Bentonit d. Aktivasi Fisika e. Jenis-jenis Tanah f. Proses Kalsinasi

43 25 2. Aktivasi Bentonit Sebelum digunakan, bentonit diaktivasi terlebih dahulu dengan tujuan meningkatkan luas permukaan dan memodifikasi struktur bentonit sehingga bentonit dapat bekerja dengan optimal. Pada penelitian ini bentonit akan di aktivasi dengan cara pemanasan. Langkah-langkah proses aktivasi pertama yang dilakukan adalah dengan meletakkan bentonit pada sebuah wadah yang tidak melebur saat dipanaskan. Kemudian wadah tersebut diletakkan dalam muffle furnance. Muffle furnance dihidupkan dan suhunya diatur sesuai dengan yang diharapkan yaitu pada suhu C, C dan C. Waktu yang digunakan untuk melakukan proses pemanasan ini adalah 1 jam setiap suhunya dan 3 jam untuk suhu yang paling baik menurunkan nilai tahanan pentanahan dengan lama proses aktivasi atau pemanasan 1 jam. Setelah selesai dipanaskan, bentonit dikeluarkan dari furnance kemudian didinginkan di dalam desikator untuk menghindari kontak langsung dengan udara sekitar. Bentonit telah siap digunakan pada pentanahan ketika semua prosedur telah dilakukan. 50Kg Bentonit Menyiapkan 500g Bentonit yang akan diaktivasi Letakkan Bentonit pada wadah yang tidak melebur Bentonit teraktivasi siap digunakan Proses pendinginan Bentonit yang telah dipanaskan ke dalam desikator Proses Pemanasan Bentonit pada Furnace Gambar 6. Proses aktivasi secara fisika

44 26 3. Perancangan Pengujian Perancangan pengujian perlu dilakukan sebelum proses pengambilan data. Perancangan yang dilakukan adalah dengan membuat lubang pentanahan dan melakukan penanaman elektroda pentanahan. Pengujian pun dilakukan dengan 2 tahap yaitu Pengujian 1 dan Pengujian 2. Pengujian 1 merupakan pengujian untuk melihat suhu pemanasan yang paling baik terhadap bentonit dalam menurunkan nilai tahanan pentanahan dan melihat pengaruh lamanya proses aktivasi terhadap penurunan nilai tahanan pentanahan, sedangkan untuk Pengujian 2 merupakan pengujian untuk melihat pengaruh perubahan nilai tahanan pentanahan dengan penambahan bentonit terkomposisi dengan tanah. a. Pembuatan Lubang Pentanahan Pembuatan lubang pentanahan dilakukan agar terdapat ruang untuk mengisi bentonitnya. Pembuatan lubang dibuat pada tanah dengan kedalaman 1 m dan diameter 10 cm dengan menggunakan bor biopori. Dalam proses Pengujian 1 akan dibuat 4 buah lubang dengan kedalaman dan diameter yang sama untuk pengujian tanpa penambahan zat aditif, penambahan bentonit tanpa aktivasi, penambahan bentonit terkalsinasi pada suhu C dengan waktu pemanasan 1 jam, begitu juga dengan suhu C dan C dengan waktu pemanasan yang sama. Setelah itu 1 lubang lagi digunakan untuk bentonit teraktivasi dengan lama aktivasi 3 jam dengan suhu pemanasan yang paling baik menurunkan nilai tahanan pentanahan dengan lama aktivasi 1 jam.

45 27 Pada Pengujian 2 pembuatan lubang pentanahan dilakukan dengan membuat lubang pentanahan yang memiliki diameter dan kedalaman yang sama dengan Pengujian 1. b. Penanaman batang elektroda pentanahan Setelah lubang untuk Pengujian 1 selesai dibuat masing-masing lubang dimasukkan satu batang elektroda pentanahan. Lubang-lubang tersebut kemudian diisi dengan bahan yang berbeda. Lubang 1 tanpa penambahan zat aditif, Lubang 2 dengan penambahan bentonit tanpa aktivasi, lubang 3 dengan bentonit terkalsinasi pada suhu C dengan waktu pemanasan 1 jam, lubang 4 dengan bentonit terkalsinasi pada suhu C dengan waktu pemanasan 1 jam, dan lubang 5 dengan bentonit terkalsinasi pada suhu C dengan waktu pemanasan 1 jam. Masing-masing lubang diisi dengan bentonit sebanyak 8 Kg. Setelah masing-masing pentanahan siap, dilakukan pengukuran nilai masing-masing pentanahan dengan menggunakan earth tester. Untuk Pengujian 2, lubang pentanahan pertama akan diisi dengan 75% bentonit tanpa aktivasi dan dicampur dengan 25% tanah, kemudian dilakukan pengukuran. Untuk lubang pentanahan yang kedua akan diisi dengan 50% bentonit tanpa aktivasi dan dicampur dengan 50% tanah, dan untuk lubang pentanahan yang ketiga akan diisi dengan 25% bentonit tanpa aktivasi dan dicampur dengan 75% tanah, kemudian dilakukan pengukuran, sehingga diperoleh variasi data nilai tahanan pentanahan.

46 28 4. Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan Pengukuran nilai tahanan pentanahan pada masing-masing lubang pentanahan dilakukan dengan menggunakan alat ukur Digital Earth Tester Kyoritsu model 4105A dengan menggunakan metode 3 titik. Pengukuran tahanan pentanahan pada tanah dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Hubungkan panel berwarna hijau pada elektroda pentanahan yang akan di ukur, panel berwarna kuning pada elektroda bantu 1 dan panel berwarna merah pada elektroda bantu 2. b. Elektroda pentanahan dan elektroda bantu harus satu garis. c. Untuk memastikan bahwa baterai masih dapat digunakan, baterai dapat dicek dengan cara melihat indikator baterai pada layar LCD. Jika pada layar LCD muncul indikator baterai maka baterai tersebut sudah harus diganti. d. Mengukur tegangan tanah (Earth voltage) dengan cara sebagai berikut : Set selector switch pada posisi V, besar tegangan Ev dibaca pada galvanometer. Bila Ev < 3 volt, pengukuran tahanan pentanahan dapat dilakukan. Bila Ev > 3 volt, pengukuran tahanan pentanahan tidak dapat dilakukan atau akan terjadi error. Jarak elektroda E dan P memiliki jarak maksimal yang harus diperhatikan yaitu (5-10 meter).

47 29 e. Set selector switch pada posisi 2000 Ω kemudian tekan tombol Press to test dan memutar kekanan sampai lampu indikator pengukuran menyala. Menurunkan set selector switch pada posisi 200 Ω dan 20 Ω saat nilai resistansi semakin rendah. Nilai yang dibaca tersebut adalah harga tahanan pentanahan yang diukur (Rp). Gambar 7. Pengukuran pentanahan dengan Kyoritsu Model 4105A Sumber : Instruction Manual Digital Earth Resistance Tester Tabel 3. Spesifikasi Kyoritsu Digital Earth Tester Model 4105A Range Earth Voltage Measuring Accuracy Range V ± 1.0% rdg ± 4 dgt 20 Ω Ω ± 2.0% rdg ± 0.1 Ω( Ω) Earth Resistance 200 Ω V ± 1.0% rdg ± 3 dgt ( above 20 Ω ) 2000 Ω Ω (Auxiliary earth resistance 100 Ω ± 5% ) (Earth Voltage 3V or less) Sumber : Instruction Manual Digital Earth Resistance Tester

48 30 Berikut ini adalah rangkaian skematik pengukuran nilai tahanan pentanahan pada masing-masing pengujian: Gambar 8. Skematik pengukuran dengan bentonit teraktivasi Pengukuran nilai tahanan pentanahannya akan diukur sebanyak 3 kali setiap lubang dengan mengambil 2-3 kali pengukuran setiap jamnya dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, dan WIB dilakukan selama kurang lebih 14 hari berturut-turut.

49 31 D. Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Pengujian Tahap 2 Pengumpulan Alat dan Bahan Mengukur Nilai Tahanan Pentanahan Proses Aktivasi Bentonit (Pemanasan) Data Hasil Pengukuran Pengujian Tahap 1 Analisis Data Mengukur Nilai Tahanan Pentanahan Penulisan Laporan Data Hasil Pengukuran Selesai Gambar 9. Diagram alir penelitian

50 52 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran nilai tahanan pentanahan dengan penambahan bentonit teraktivasi dan tanah terkomposisi bentonit, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai tahanan pentanahan yang paling baik untuk pentanahan menggunakan bentonit teraktivasi secara fisika dengan proses pemanasan pada suhu C memiliki persentase perubahan nilai sebesar 74%. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan pentanahan bentonit tanpa proses aktivasi yang memiliki persentase perubahan nilai tahanan pentanahan sebesar 68%. 2. Pentanahan bentonit teraktivasi dengan suhu pemanasan C mampu menurunkan nilai tahanan pentanahan lebih baik daripada pentanahan bentonit teraktivasi dengan suhu pemanasan C dan C dengan masing-masing nilai tahanan pentanahan stabil dinilai 53 Ω untuk suhu C, 68 Ω untuk suhu C dan 76 Ω untuk suhu C.

51 53 3. Lamanya proses aktivasi pemanasan tidak mempengaruhi penurunan nilai tahanan pentanahan. Nilai tahanan pentanahan menggunakan bentonit teraktivasi selama 3 jam memiliki nilai sebesar 63 Ω sedangkan untuk pentanahan dengan bentonit teraktivasi selama 1 jam memiliki nilai tahanan pentanahan yang lebih kecil yaitu 53 Ω. 4. Pentanahan bentonit terkomposisi 75% dengan tanah mampu menurunkan nilai tahanan pentanahan lebih baik daripada pentanahan bentonit terkomposisi 50% dan 25% dengan masing-masing nilai tahanan pentanahan stabil dinilai 63 Ω untuk 75% bentonit, 97 Ω dan 130 Ω berturut-turut untuk komposisi tanah dengan bentonit 50% dan 25%. Sementara komposisi 100% bentonit menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 65 Ω. 5. Beberapa partikel bentonit tidak memiliki pori-pori untuk menyerap air, sehingga untuk bentonit jenis ini, proses aktivasi secara fisika tidak berpengaruh secara signifikan dalam upaya menurunkan nilai tahanan pentanahan. B. Saran Penelitian selanjutnya mengenai pentanahan dengan penambahan bentonit teraktivasi dan terkomposisi dengan tanah sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan saran berikut : 1. Pada saat proses aktivasi dengan waktu yang cukup lama, perlu dilakukan proses perlakuan tambahan seperti proses pengadukan untuk zat aditif yang sedang dipanaskan untuk pemanasan yang lebih merata.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian pembuangan muatan listrik dari arrester, kawat petir pada sepanjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian pembuangan muatan listrik dari arrester, kawat petir pada sepanjang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan hal yang sangat penting bagi sistem kelistrikan. Bagian-bagian yang diketanahkan meliputi titik netral suatu sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit dengan mengaktivasi menggunakan asam sulfat (H 2 SO 4 ) sebagai perbaikan

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN IGN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ZEOLIT TERKOMPOSISI TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN. (Skripsi) Oleh FRIAN DANIEL PANJAITAN

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ZEOLIT TERKOMPOSISI TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN. (Skripsi) Oleh FRIAN DANIEL PANJAITAN PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ZEOLIT TERKOMPOSISI TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN (Skripsi) Oleh FRIAN DANIEL PANJAITAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) pada Bentonit untuk Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan

Pengaruh Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) pada Bentonit untuk Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan ELECTICIAN Jurnal ekayasa dan Teknologi Elektro Pengaruh Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) pada untuk Penurunan Nilai Tahanan Pentanahan Jefrianto Simamora 1, Yul Martin 2, Herri Gusmedi 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH BENTONIT DAN NaCl TERHADAP NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DENGAN VARIASI BATANG ELEKTRODA. (Skripsi) Oleh DIAN ARMANDA SAHALA

PENGARUH BENTONIT DAN NaCl TERHADAP NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DENGAN VARIASI BATANG ELEKTRODA. (Skripsi) Oleh DIAN ARMANDA SAHALA PENGARUH BENTONIT DAN NaCl TERHADAP NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DENGAN VARIASI BATANG ELEKTRODA (Skripsi) Oleh DIAN ARMANDA SAHALA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2018 ABSTRACT

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Jamaaluddin 1) ; Sumarno 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin.dmk@gmail.com Abstrak - Syarat kehandalan

Lebih terperinci

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik (Depth Determination of Electrode at Sand and Gravel Dry for Get The Good Of Earth

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan: Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Achmad Budiman* 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 3 September 2016; 85-90 METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM Wiwik Purwati Widyaningsih, Teguh Haryono Mulud Jurusan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) (Dwi Agus Setiono, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura) ABSTRAK Nilai tahanan jenis sangat bergantung pada jenis tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transformator atau generator) dengan bumi, baik secara langsung maupun melalui

BAB I PENDAHULUAN. transformator atau generator) dengan bumi, baik secara langsung maupun melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pentanahan merupakan suatu sistem yang dimana adanya sambungan antara suatu peralatan listrik atau titik netral (biasanya titik netral suatu transformator atau

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Sudaryanto Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara Jl. SM. Raja Teladan, Medan Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, dengan pertumbuhan beban listrik yang terus meningkat menyebabkan sistem tenaga listrik terus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di BAB DASAR TEOR.1. Umum (1,) Pengukuran tahanan pembumian bertujuan untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diperlukan sebagai perlindungan pada instalasi listrik. Dengan adanya pengukuran, maka

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D 400 100 002 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 1 Januari 2016; 12-17 METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM Wiwik Purwati Widyaningsih, Teguh H.M JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pembumian (Grounding System) Sistem pembumian adalah suatu rangkaian/jaringan mulai dari kutub pembumian /elektroda, hantaran penghubung/conductor sampai terminal pembumian

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN Achmad Budiman Pro Studi Teknik Elektro, Universitas Borneo Tarakan Jalan Amal

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah Vokasi Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 1693 9085 hal 121-132 Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah MANAGAM RAJAGUKGUK Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN KAAKTESTK BATANG PENTANAHAN SSTEM AANG-GAAM (SGAANG) SEBAGA UPAYA PEBAKAN SSTEM PENTANAHAN Zainal Abidin Program Studi Teknik Elektro Universitas slam Lamongan E-mail: inal9474@gmail.com ABSTACT The research

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN Wiwik Purwati Widyaningsih Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG)

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) Disusun Oleh: RISMA LAKSANA D 400 100 011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG Erliza Yuniarti, Eliza Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang erlizay@yahoo.com

Lebih terperinci

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia April, 2011 TUJUAN PENTANAHAN Keamanan Bagi Manusia Jalur Bagi Arus Gangguan Proteksi Peralatan Safety Bagi Manusia Melindungi Manusia dari Bahaya Kejutan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAHAN AJAR : PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK Oleh : Ir. Jamaaluddin, MM. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO SIDOARJO 2017 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH Zulfikar Limolang Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar Jl.Perintis

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana a, Dea Ofika Yudha b, Erliwati c a Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

Perbaikan Tahanan Pentanahan dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi

Perbaikan Tahanan Pentanahan dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Perbaikan Tahanan Pentanahan dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi Devy Andini 1, Yul Martin 2, Herri Gusmedi 3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dari beberapa macam peralatan pengaman jaringan tenaga listrik salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan seperti ataupun hubung singkat

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG Wahyono *, Budhi Prasetiyo Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab 107 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab Ilyas*, Yessi Marniati Politeknik Negeri

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-39 Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Winanda Riga Tamma, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi

Lebih terperinci

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari Setelah mempelajari dan memahami konsep atom, ion, dan molekul, kini saatnya mempelajari ketiganya dalam bahan kimia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah dapat melihat atom, ion,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai tahanan pembumian di suatu lokasi, yaitu sifat geologi tanah, kandungan zat kimia dalam tanah, kandungan air dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ZEOLIT DENGAN KOMBINASI BENTONIT DAN GYPSUM TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN SISTEM DRIVEN ROD

ANALISIS PENGARUH ZEOLIT DENGAN KOMBINASI BENTONIT DAN GYPSUM TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN SISTEM DRIVEN ROD ANALISIS PENGARUH ZEOLIT DENGAN KOMBINASI BENTONIT DAN GYPSUM TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN SISTEM DRIVEN ROD (Skripsi) Oleh ANDHIKA WICAKSONO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Perancangan Grounding untuk Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Di Teknik Elektro (Wahyudi Budi P dkk) PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG

PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG TUGAS AKHIR TE 141599 PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG Winanda Riga Tamma NRP 2212100091 Dosen Pembimbing Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST.,M.Sc Daniar Fahmi ST., MT. JURUSAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAN ANALISA TAHANAN ELEKTRODA PENTANAHAN PADA GEDUNG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN JALAN DEMANG LEBAR DAUN PALEMBANG LAPORAN AKHIR

PENGUJIAN DAN ANALISA TAHANAN ELEKTRODA PENTANAHAN PADA GEDUNG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN JALAN DEMANG LEBAR DAUN PALEMBANG LAPORAN AKHIR PENGUJIAN DAN ANALISA TAHANAN ELEKTRODA PENTANAHAN PADA GEDUNG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN JALAN DEMANG LEBAR DAUN PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Syarat Dalam Menyelesaian Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan 1 Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI 20 kv MENGUNAKAN KOMBINASI GRID DAN ROD DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG Oleh Junaidi Asrul 1, Wiwik Wiharti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK PROBE PEMBANTU DENGAN ELEKTRODA BATANG TERHADAP HASIL PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN. Oleh : ALFIAN

PENGARUH JARAK PROBE PEMBANTU DENGAN ELEKTRODA BATANG TERHADAP HASIL PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN. Oleh : ALFIAN PENGARUH JARAK PROBE PEMBANTU DENGAN ELEKTRODA BATANG TERHADAP HASIL PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN Oleh : ALFIAN 05 0422 009 Tugas Akhir Ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Oleh : Rezal Palipi

Oleh : Rezal Palipi ANALISA TAHANAN ELEKTRODA PENTANAHAN DENGAN METODE 3 KUTUB LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas Bung

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR KARYA ILMIAH SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR oleh : I GUSTI NGURAH JANARDANA NIP. 196208151992031002 JURUSAN

Lebih terperinci

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

*ÄÂ ¾½ Á! ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo / *ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â Okki Novian / 5203011009 Michael Wongso / 5203011016 Jindrayani Nyoo / 5203011021 Chemical Engineering Department of Widya Mandala Catholic University Surabaya All start is difficult Perbedaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN. ABSTRAK

PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN.   ABSTRAK PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN Yuniarti Yuniarti 1, Dedi Hermanto 2, Prima Ahmadi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 1 Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik, baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia.adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Bangun Krishna 1, T. Haryono 2, Bambang Sugiyantoro 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro FT UGM Jln. Grafika 2 Yogyakarta 281 INDONESIA

Lebih terperinci

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Yogjakarta, 3 November 2012 PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Muhammad Suyanto 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jogjakarta

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN MEKANIS TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DIELEKTRIK KERTAS TERIMPREGNASI MINYAK

PENGARUH TEKANAN MEKANIS TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DIELEKTRIK KERTAS TERIMPREGNASI MINYAK PENGARUH TEKANAN MEKANIS TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DIELEKTRIK KERTAS TERIMPREGNASI MINYAK Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS LINDA PASARIBU 08 06 42 45 16 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT (Activated Carbon Production from Peanut Skin with Activator Sulphate Acid) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN Riza Aryanto. 1, Moch. Dhofir, Drs., Ir., MT. 2, Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D. 3 ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN GARDU 2 DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR

PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN GARDU 2 DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN GARDU 2 DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Oleh : DESTRIADI

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV ( Aplikasi Pada Tower Transmisi 150 kv Antara Gardu Induk Indarung Dengan Gardu Induk Bungus) Dea Ofika Yudha (1), Ir. Arnita, M. T (2),

Lebih terperinci

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010 EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DI KABUPATEN BARRU Hasrul

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Temperatur dan Kadar Garam Terhadap Hambatan Jenis Tanah

Analisis Pengaruh Temperatur dan Kadar Garam Terhadap Hambatan Jenis Tanah Analisis Pengaruh Temperatur dan Kadar Garam Terhadap Hambatan Jenis Tanah Aris Sunawar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun muka jakarta timur Telepon : (021

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL Oleh Hendra Firdaus ABSTRAK Tahanan tanah diperlukan sebagai proteksi instalasi listrik.jika terjadi hubung singkat. Besar kecilnya nilai tahanan

Lebih terperinci

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng merupakan bahan bangunan yang terbuat campuaran kerikil, pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Seiring berjalanya waktu pemakaian beton sangat pesat dalam

Lebih terperinci