Kata Kunci: Bahasa Melayu Jambi, perkembangan, kata sapaan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Bahasa Melayu Jambi, perkembangan, kata sapaan."

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN PENGGUNAAN SISTEM SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU JAMBI Hustarna Masbirorotni Universitas Jambi Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi pada zaman dahulu dan sekarang dan pertimbangan penggunaan kata sapaan yang digunakan. Selain itu, peneliti juga mendeskripsikan perbedaan sistem sapaan yang digunakan dahulu dan sekarang, serta faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sistem sapaan tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui tehnik wawancara dan observasi. Dari hasil wawancara terhadap 11 orang informan (4 informan beruasia tahun, dan 6 informan berusia tahun) dan hasil observasi, peneliti menemukan ada banyak variasi kata sapaan yang digunakan oleh para penutur bahasa Melayu Jambi dahulu dan sekarang. Pilihan kata sapaan yang digunakan untuk menyapa seseorang adalah dengan mempertimbangkan warna kulit, postur tubuh, dan posisi seseorang yang disapa dalam sebuah keluarga. Selain itu peneliti juga menemukan beberapa perbedaan sistem sapaan yang digunakan dahulu dan sekarang. Pada masa sekarang penutur bahasa Melayu Jambi cenderung untuk menggunakan kata-kata sapaan yang lebih bersifat umum, yang tidak mencirikan bagian dari bahasa Melayu Jambi misalnya kata nenek, om, tante, umi, abi, dan bunda. Pada masa lalu kata sapaan bisa digunakan untuk melihat tingkatan seseorang dalam keluarga. Sedangkan pada masa sekarang kata sapaan yang digunakan sebagiannya tidak bisa lagi digunakan untuk melihat tingkatan seseorang dalam keluarga. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan kata sapaan tersebut adalah adanya faktor gengsi (menganggap kata sapaan dari bahasa lain lebih bernilai dan modern), agama, pendidikan, intimasi (kedekatan), dan pernikahan campuran. Pada akhirnya jika perubahan ini terus terjadi maka bisa saja pada masa yang akan datang orang Melayu Jambi asli tidak akan mengenal sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi. Kata Kunci: Bahasa Melayu Jambi, perkembangan, kata sapaan. Pendahuluan Latar Belakang Indonesia memiliki beragam bahasa. Salah satunya adalah bahasa Melayu Jambi. Bahasa Melayu Jambi pun memiliki beragam dialek, yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Salah satu tempat dimana bahasa Melayu Jambi masih digunakan adalah di kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan. Meski Bahasa Melayu Jambi masih digunakan oleh masyarakat di beberapa kecamatan di sepanjang aliran sungai Batanghari (diantaranya kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan), banyak generasi mudanya tidak lagi memahami dan menggunakan bahasa asli Melayu Jambi tersebut. Banyak masyarakat di wilayah tersebut yang menggunakan bahasa Melayu yang telah bercampur dengan beragam dialek seperti dialek kota, dialek Jakarta, bahkan bercampur dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan bahasa asli Melayu Jambi bisa terancam kepunahan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Holmes (2001: 57) bahwa The process of language death for the language comes about through this kind of gradual loss of fluency and competence by its 59

2 speakers (proses kepunahan bahasa berawal dari mulai berkurangnya kelancaran dan kompetensi bahasa tersebut oleh para penuturnya). Diantara bagian bahasa Jambi yang sudah tidak sesuai lagi dengan yang biasa digunakan dahulu adalah dari segi kata sapaan. Kata sapaan merupakan salah satu bagian penting dalam bahasa. Kata sapaan digunakan bukan hanya untuk sekedar penanda bahasa tetapi juga digunakan sebagai penanda identitas diri penutur dan lawan bicara. Menurut Holmes (2001: 3) pilihan penggunan bentuk bahasa menentukan tidak hanya sebagai penanda linguistik tetapi juga sebagai alat penyampai informasi sosial. Sebagai penanda sosial, kata sapaan dalam bahasa Melayu Jambi memiliki beragam jenis kata sapaan. Kata sapaan untuk saudara ibu yang lebih tua misalnya tidak sama dengan kata sapaan untuk saudara ibu yang lebih muda. Kata sapaan untuk saudara ibu yang lebih tua bisa berupa kata uwak sedangkan kata sapaan untuk saudara ibu yang lebih muda bisa berupa kata paman atau bibi. Kata sapaan yang digunakan bisa mencerminkan tingkatan seseorang dalam sebuah keluarga besar. Akan tetapi seiring dengan perubahan waktu dan berkembangnya zaman, kata sapaan yang dulu biasa digunakan tidak lagi sama dengan kata sapaan yang sekarang digunakan. Kata uwak dan yang sejenisnya banyak diganti dengan kata sapaan yang tidak lagi memperlihatkan tingkatan seseorang dalam keluarga besar. Misalnya kata mamak tidak lagi digunakan hanya untuk menyapa ibu kandung tetapi juga digunakan sebagai kata sapaan untuk saudara ibu, baik yang lebih muda ataupun yang lebih tua. Fenomena ini menimbulkan kerancuan dalam berbahasa, khususnya dalam bahasa Melayu Jambi. Indikasi hilangnya atau berubahnya sebagian sistem sapaan dalam Bahasa Melayu Jambi membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Peneliti sangat tertarik untuk melihat perkembangan penggunaan bahasa Melayu Jambi khususnya dari segi penggunaan kata sapaan tersebut. Peneliti ingin mencari tahu apa saja jenis kata sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi dulu dan sekarang, jenis kata sapaan apa yang telah berganti, serta apa penyebab pergantian penggunaan kata sapaan yang digunakan sekarang oleh penutur bahasa Melayu Jambi. Kajian Pustaka Definisi dan fungsi kata sapaan Ada banyak definisi kata sapaan yang dikemukakan oleh para ahli bahasa. Menurut Bowe dan Martin (2007) kata sapaan adalah bentuk bahasa yang digunakan sebagai identitas seseorang dalam masyarakat. Bowe dan Martin menganggap penggunaan sistem sapaan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi karena hal tersebut bisa berpengaruh pada hubungan sosial para penutur bahasa dalam bermasyarakat. Lebih lanjut Mauss (dalam Bowe dan Martin: 2007: 95) menyatakan bahwa Address form can contribute to a person s sense of identity and can characterize an individual s position in his family and in society at large: it defines his social personality. In berarti bahwa kata sapaan bisa mencirikan seseorang bukan hanya dalam keluarga tetapi juga dalam masyarakat. Dalam Gorat (2012), seorang peneliti bahasa yang bernama Ervin dalam penelitiannya menyatakan bahwa kata sapaan yang digunakan oleh para penutur bahasa Inggris menggunakan kata ganti orang kedua. Selanjutnya Salzman (dalam Nugraha dan Ramadhoni, 2011) mendefinisikan kata sapaan sebagai kata yang digunakan untuk mengacu kepada seseorang baik dalam ucapan maupun dalam tulisan. Sedangkan menurut Holmes (2001) kata sapaan adalah kata-kata atau ungkapan yang digunakan untuk menyebut/memanggil mitra tutur. Holmes juga menganggap bahwa penggunaan kata sapaan merupakan bagian penting dalam bahasa yang bisa 60

3 mempengaruhi hubungan seorang penutur dengan para penutur lainnya dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Brown dan Gilman (dalam Rusbiantoro, 2011) menyatakan bahwa kata sapaan juga berfungsi sebagai simbol yang mengindikasikan kekuasaan dan kebersamaan. Kekuasaan ditentukan berdasarkan status sosial, usia, jenis kelamin, dan sebagainya yang menentukan hubungan antara atasan dan bawahan. Kebersamaan yang dimaksud adalah yang menunjukkan hubungan keakraban di antara para penutur bahasa dalam sebuah peristiwa bahasa. Berdasarkan definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa kata sapaan dalam bahasa Inggris umumnya merujuk pada kata-kata yang digunakan untuk orang kedua/mitra tutur. Sedangkan menurut Kridalaksana, dalam Bahasa Indonesia kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang digunakan untuk merujuk orang pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan fungsinya semua kata sapaan berfungsi sebagai identitas diri dalam keluarga dan masyarakat. Semua penutur bahasa mesti memperhatikan penggunaan kata sapaan dalam berkomunikasi karena kesalahan penggunaan kata sapaan bisa menimbulkan masalah dalam proses interaksi dalam masyarakat. Masalah yang timbul bisa berupa kerenggangan hubungan antara seorang penutur dengan mitra tuturnya. Kesalahan penggunaan kata sapaan bisa dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan seorang penutur kepada mitra tuturnya. Penutur tersebut bisa dianggap tidak menghormati mitra tuturnya. Selain itu ketidakfahaman seseorang akan bagaimana seharusnya menggunakan kata sapaan dalam berinteraksi juga bisa menimbulkan jarak sosial. Misalnya, jika seseorang tidak tahu bagaimana menyapa seseorang yang seharusnya ia sapa karena masih ada hubungan kerabat ketika bertemu di jalan maka untuk menghindari kesalahan penggunaan kata sapaan maka ia tidak jadi menyapa orang tersebut atau menyapa tanpa menggunakan kata sapaan. Mitra tuturnya bisa saja beranggapan bahwa ia tidak tahu hubungan kekerabatan diantara mereka dan/ atau bisa jadi akan dianggap sombong. Hal ini tentu saja akan berdampak negatif terhadap hubungan sosial diantara mereka. Hal ini didukung oleh pendapat Kartomiharjo (dalam Rusbiantoro, 2011) bahwa penggunaan kata sapaan akan berpengaruh pada proses interaksi antara satu penutur dengan penutur lainnya. Lebih lanjut dikatakannya bahwa bukan hanya adat kebiasaan, norma, nilai dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat yang dijadikan pedoman yang digunakan untuk mengatur perilaku masyarakat, tetapi juga bahasa yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Faktor yang mempengaruhi pemilihan kata sapaan Holmes (2001) mengemukakan bahwa ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi seseorang dalam menggunakan kata sapaan. Dalam bahasa Inggris pemilihan penggunaan kata sapaan tergantung pada usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan status sosial (dilihat dari pendidikan dan pekerjaan), jarak sosial (jarak solidaritas para penutur), serta tingkat formalitas dari sebuah interaksi. Sedangkan dalam bahasa Jawa, pemilihan penggunaan kata sapaan selain tergantung pada usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan status sosial, jarak sosial (jarak solidaritas para penutur), serta tingkat formalitas dari sebuah interaksi, juga tergantung pada status seseorang dalam keluarga. Ervin (dalam Gorat, 2012) menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan kata sapaan. Yang pertama adalah faktor situasi, yang ditandai oleh status. Seorang penutur menyapa mitra tutur dengan memperhatikan tempat dimana status dan gaya bicara ditetapkan dengan jelas, seperti di ruang sidang pengadilan, ruang rapat kerja di sebuah perusahaan, dll. Dengan latar tersebut pemilihan kata sapaan seseorang diambil dari identitas sosialnya, misalnya pak hakim, bu guru, dll. Faktor kedua adalah pangkat. Pangkat merujuk pada tingkatan seseorang dalam suatu kelompok kerja. 61

4 Sedangkat faktor ketiga adalah perangkat identitas, berupa gelar dalam pekerjaan atau gelar kehormatan, misalnya pak dokter dan pak Professor. Perubahan Penggunaan Bahasa Perkembangan zaman pasti mengindikasikan perubahan. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari segi geografi, topografi, sosial, ekonomi, dan budaya tapi juga bahasa. Hal ini terjadi karena bahasa mencerminkan budaya suatu bangsa. Bahasa merupakan salah satu unsur penting sebagai penanda suatu komunitas. Terjadinya perubahan penggunaan suatu bahasa secara terus menerus bisa menghilangkan bahasa itu sendiri. Dan akibat fatalnya adalah budaya yang ada juga ikut hilang. Menurut Dressler (dalam Adisaputera, 2013) kepunahan bahasa bisa diakibatkan oleh kedwibahasaan atau kemultibahasaan dan akibat desakan bahasa dominan. Sedangkan menurut Romaine (dalam Adisaputera, 2013), ada 10 faktor yang menyebabkan pergeseran suatu bahasa. Kesepuluh faktor tersebut adalah (1) kekuatan secara kuantitatif antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas, (2) kelas sosial, (3) latar belakang agama dan pendidikan, (4) pola perkampungan/masyarakat, (5) kesetiaan terhadap tanah kelahiran, (6) derajat kesamaan antara bahasa mayoritas dan bahasa minoritas, (7) luas perkawinan campuran, (8) sikap mayoritas dan minoritas, (9) kebijakan pemerintah terhadap pengawasan bahasa dan pendidikan minoritas, dan (10) pola-pola penggunaan bahasa. Sedangkan menurut Crystal (2003) ada banyak hal yang bisa menyebabkan punahnya suatu bahasa. Pertama, punahnya suatu bahasa disebabkan oleh telah meninggalnya penutur bahasa tersebut, yang bisa disebabkan oleh suatu bencana. Kedua, bisa saja penuturnya masih ada tetapi telah terjadi akulturasi budaya sehingga bahasa asli mengalami perubahan akibat bercampurnya dua atau lebih budaya dalam sebuah komunitas. Faktor lain bisa berupa adanya kedwibahasaan. Bahasa dominan akan menggeser bahasa yang jarang dipakai. Selanjutnya perubahan sikap terhadap suatu bahasa juga bisa menyebabkan hilangnya suatu bahasa. Adanya sikap antipati terhadap bahasa lokal, karena dianggap kurang elit misalnya, bisa membuat para penuturnya beralih menggunakan bahasa lain yang dianggap lebih bernilai. Adanya media, perubahan sistem pendidikan, dan tekanan politik juga bisa menjadi salah satu faktor punahnya suatu bahasa. Penelitian- penelitian sebelumnya tentang kata sapaan Ada beberapa penelitian yang terkait dengan kata sapaan. Sayangnya tidak satupun penelitian tersebut yang berkaitan dengan kata sapaan dalam bahasa Melayu Jambi. Penelitian yang terkait dengan kata sapaan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tengku Syarfina (2007), Elfrida W.S Sumampouw (1990), Efsi Kurniasih, dkk (2014), Wenni Rusbiantoro ( 2011), dan Abdurrahman Adisaputera (2013). Bahasa Melayu Jambi Bahasa Melayu Jambi termasuk dalam bahasa Austronesia. Bahasa Melayu Jambi digunakan di sebagian besar wilayah Provinsi Jambi, kecuali di kabupaten Kerinci dan kota Sungai Penuh. Bahasa ini memiliki beragam dialek, diantaranya dialek Kota seberang, dialek Batanghari, dialek tebo, dll. Para pakar bahasa berbeda pendapat mengenai bahasa Melayu Jambi. Ada yang beranggapan bahwa bahasa Melayu Jambi hanya merupakan dialek dari bahasa Melayu. Sedangkan sebagian lainnya beranggapan bahwa Bahasa Melayu Jambi berdiri sendiri sebagai sebuah bahasa ( Menurut sebagian ahli bahasa, bahasa Melayu Jambi merupakan salah satu bahasa yang terancam punah ( Hal ini mungkin 62

5 disebabkan oleh berkurangnya penutur bahasa tersebut dan telah bercampurnya bahasa Melayu Jambi dengan bahasa-bahasa lain, yang didapat melalui proses interaksi dengan para penutur bahasa lain, perkawinan campuran, dan yang didapat melalui media cetak ataupun media elektronik. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dari penelitian ini adalah semua jenis kata sapaan yang digunakan dalam bahasa Melayu Jambi. Peneliti menggunakan sumber data lisan (sumber data hasil wawancara dengan penutur bahasa Melayu Jambi dan observasi). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 11 orang. Kriteria pemilihan partisipan dalam penelitian ini berdasarkan tingkat usia dan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Melayu Jambi. Usia partisipan dalam penelitian ini adalah antara 20 tahun 110 tahun. Adapun kemampuan dalam menggunakan bahasa Jambi adalah berdasarkan dimana mereka lahir dan tempat tinggal mereka, dan lamanya mereka menetap di daerah tersebut. Para partisipan dalam penelitian ini adalah mereka yang lahir dan tinggal di daerah sepanjang aliran sungai Batanghari, khususnya yang tinggal di kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan. Ada dua jenis metode dalam pengumpulan data linguistik: (1) metode wawancara, dan (2) metode observasi. Hasil Dan Pembahasan Setelah peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai para informan dan melakukan pengamatan langsung serta berdasarkan pengetahuan peneliti sebagai penutur asli bahasa Melayu Jambi, didapatlah data yang berkaitan dengan sistem sapaan bahasa Melayu Jambi yang digunakan oleh para penutur bahasa Melayu Jambi pada masa lalu dan sekarang. Data tersebut didapat dari informan yang berusia di antara tahun. 4 orang informan berasal dari generasi tua yaitu yang berusia di antara tahun. Data dari mereka digunakan untuk mengetahui sistem sapaan yang dipakai pada masa lalu. Sedangkan 6 informan lainnya berusia antara tahun. Data dari mereka digunakan untuk mengetahui sistem sapaan yang digunakan sekarang. Peneliti juga menggunakan pengetahuannya sebagai penutur asli bahasa Melayu Jambi untuk memperkaya data yang sudah didapat dari para informan. Sistem sapaan digunakan dalam hubungan kekerabatan dan non kekerabatan. Sistem sapaan dalam hubungan kekerabatan berdasarkan hubungan sedarah dan perkawinan. Sedangkan sistem sapaan dalam hubungan non kekerabatan berdasarkan pergaulan sosial, profesi, adat, pendidikan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti perkembangan sistem sapaan yang berkaitan dengan hubungan kekerabatan. Di bawah ini adalah tabel kata sapaan yang digunakan oleh para penutur bahasa Melayu Jambi. Tabel. 1. Kata Sapaan yang Digunakan dalam Bahasa Melayu Jambi Pada Masa Lalu Kata sapaan yang digunakan Kata sapaan yang digunakan dulu untuk: Orang tua laki-laki Bapak/pak, baba, ayah, bak Orang tua perempuan mak Orang tua laki-laki ayah datuk Orang tua laki-laki ibu datuk Orang tua perempuan ayah nyai Orang tua perempuan ibu Nyai, gde Kakek ayah buyut 63

6 Kakek ibu buyut Satu generasi di atas buyut Piyut, noneng, nenek Dua generasi di atas buyut Pokel, noneng, moyang Anak Panggil nama Anak dari anak cucu Anak dari cucu cicit saudara laki-laki ayah yang lebih Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, tua Saudara laki-laki ayah yang lebih muda wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik Pak nga, pak te, pak ning, pak muk, pak sak, pak njang, pak cik, pak ndek, pak do, pak busu/paksu Saudara perempuan ibu yang lebih tua Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik Saudara perempuan ibu yang lebih muda Bibi, bining, bite, binga, bindek, bisak, bicik, bido, meknga, mekte, mekcik, mekdo, mekyu, mek busu/meksu Saudara laki-laki yang lebih tua Abang, bangte, bangning (baning), Saudara laki-laki yang lebih muda Saudara perempuan yang lebih tua Saudara perempuan yang lebih muda Panggilan khas untuk anak lakilaki Panggilan khas untuk anak perempuan saudara ipar laki-laki yang lebih tua saudara ipar laki-laki yang lebih muda saudara ipar perempuan yang lebih tua Saudara ipar perempuan yang lebih muda Panggilan khas untuk anak lakilaki Panggilan khas untuk anak perempuan Antar orang tua (orang tua istri ke orang tua suami dan sebaliknya) bangndek, bangcik, bangmuk, bangsak Panggil nama Mok, wo, mok ndak, mok ndek, mok te, mok yu, yu, mok nga, mok cik, mok ning,mok dang, Panggil nama Bujang, kulup Supek Abang, Bangte, bangning (baning), bangndek, bangcik, bangmuk, bangsak Adik, panggil nama, adik dan nama panggilan Mok, mokte, moktam, moknyang, mokndek, mokndak, mokcik, moknga,mokning Adik, panggil nama, adik dan nama panggilan Bujang, kulup supek Besan 64

7 Orang tua suami Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik, pak nga, pak te, pak ning, pak muk, pak sak, pak njang, pak cik, pak ndek, pak do, pak busu/paksu. Sesuai dengan panggilan sebelum menikah Orang tua istri Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik, bibi, bining, bite, binga, bindek, bisak, bicik, bido, meknga, mekte, mekcik, mekdo, mekyu, mek busu/meksu. Sesuai dengan panggilan sebelum menikah. Antar ipar (paduaian) Sama seperti memanggil saudara ipar secara umum Table 2. Kata Sapaan yang Digunakan dalam Bahasa Melayu Jambi Sekarang Kata sapaan yang digunakan Kata sapaan yang digunakan dulu untuk: Orang tua laki-laki Bapak/ Pak, Bak, ayah, aba, papa, abi Orang tua perempuan Mak, ibu, umi, bunda Orang tua laki-laki ayah Datuk Orang tua laki-laki ibu Datuk Orang tua perempuan ayah Nyai, nenek Orang tua perempuan ibu Nyai, gde, oma, nenek Kakek ayah Buyut Kakek ibu Buyut Satu generasi di atas buyut Nenek, ada yang tidak tahu, moyang Dua generasi di atas buyut Moyang, ada yang tidak tahu Anak Panggil nama Anak dari anak Cucu Anak dari cucu Cicit saudara laki-laki ayah/ibu yang lebih tua Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik, Saudara laki-laki ayah/ibu yang lebih muda Saudara perempuan ayah/ibu yang lebih tua Saudara perempuan ayah/ ibu yang lebih muda pak muk, pak cik Pak nga, pak te, pak ning, pak muk, pak sak, pak njang, pak cik, pak ndek, pak do, pak busu/paksu, paman, om Wak, uwak, wak ning, wak te, wak muk, wak nga, wak ndek, wak sak, wak cik, wakyu, meknjang, mamak, bunda, umi Bibi, bining, bite, binga, bindek, bisak, bicik, bido, meknga, mekte, mekcik, mekdo, mekyu, mek busu/meksu, mak+nama, tante, anti Saudara laki-laki yang lebih tua Abang, bangte, bangning (baning), bangndek, bangcik, bangmuk, bangsak Saudara laki-laki yang lebih Panggil nama 65

8 muda Saudara perempuan yang lebih Mok, wo, mok ndak, mok ndek, mok te, tua mok yu, yu, mok nga, mok cik, mok ning, ayuk, kakak, oyu, oning, ote. Saudara perempuan yang lebih Nama panggilan muda saudara ipar laki-laki yang lebih Abang, Bangte, bangning (baning), tua bangndek, bangcik, bangmuk, bangsak saudara ipar laki-laki yang nama panggilan lebih muda saudara ipar perempuan yang lebih tua Saudara ipar perempuan yang lebih muda Antar orang tua (orang tua istri ke orang tua suami dan sebaliknya) Orang tua suami Orang tua istri Antar ipar (paduaian) Mok, mokte, moktam, moknyang, mokndek, mokndak, mokcik, moknga,mokning, ayuk, kakak nama panggilan Besan Sesuai dengan panggilan suami ke orang tuanya: ayah, bapak, aba Sesuai dengan panggilan istri ke orang tuanya: mak, ibu, mama Sama seperti memanggil saudara ipar secara umum Dari tabel hasil penelitian di atas kita bisa melihat bahwa ada begitu banyak kata sapaan yang digunakan dalam bahasa Melayu Jambi dulu dan sekarang. Berdasarkan informasi dari para informan yang berusia di atas 70 tahun ( tahun), peneliti menemukan ada 4 jenis kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang tua laki-laki, yaitu bapak/pak, bak, ayah, dan baba. Ketiga kata sapaan (bapak/pak, bak, dan ayah) merupakan kata sapaan untuk orang tua laki-laki yang paling umum digunakan. Sedangkan kata baba digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi yang orang tuanya keturunan dari bangsa arab. Kata nyai dan gde digunakan untuk menyapa orang tua perempuan ayah dan ibu. Kata nyai lebih umum digunakan dari pada kata gde, bisa untuk menyapa orang tua perempuan ibu dan ayah, serta saudara-saudara perempuan dari orang tua perempuan ibu dan ayah. sedangkan kata gde biasanya dipakai hanya untuk orang tua perempuan ibu dan saudara-saudara perempuan orang tua perempuan ibu. Kata sapaan yang digunakan untuk anak adalah nama panggilan, misalnya Jamil, Leha, Topik, Supek, Bujang, Kulup, dan lain-lain. Bujang dan.kulup merupakan panggilan khas untuk anak laki-laki, dan Supek merupakan panggilan khas untuk anak perempuan. Ketiga nama panggilan ini sudah jarang digunakan pada masa sekarang. Untuk saudara laki-laki dan perempuan ayah dan ibu yang lebih tua, secara umum kata sapaan yang digunakan adalah uwak/wak. Kata uwak/wak bisa ditambah dengan kata sapaan lain yang bisa disesuaikan dengan postur tubuh, urutan dalam anggota keluarga, atau pun warna kulit. Sehingga kata uwak/wak memiliki variasi yang beragam (wak yu, wak ning, wak te, wak cik, wak muk, wak ndek, wak ndak, wak sak, wak nga, wak njang). Tambahan sapaan yu jika yang disapa orangnya ayu atau berparas cantik/ menarik, ning tambahan sapaan untuk orang yang kulitnya kuning langsat, te dipakai jika yang disapa berkulit putih, cik jika 66

9 yang disapa berpostur tubuh kecil/kurus, muk untuk orang yang gemuk, ndek dan ndak untuk orang yang tubuhnya pendek, sak untuk orang yang tubuhnya besar, nga untuk orang yang didalam keluarganya berada diurutan tengah. Kata sapaan untuk saudara perempuan ayah dan ibu yang lebih muda juga bervariasi. Secara umum kata sapaan yang digunakan adalah bibi, bi+, dan mek+, untuk bisa membedakan antara saudara perempuan ibu yang lebih muda yang satu dengan yang lain biasanya ditambah dengan kata yu, ning, te, cik, muk, ndek, ndak, sak, nga, do, busu/su. Tambahan sapaan yu hanya untuk saudara perempuan ayah dan ibu yang lebih tua. Tambahan sapaan do dan busu/su hanya untuk saudara laki-laki dan perempuan ayah dan ibu yang paling muda/bungsu. Kata sapaan yang digunakan oleh istri/suami untuk menyapa kedua orang tua suami/istri adalah kata-kata sapaan yang telah biasa digunakan ketika mereka belum menikah. Istri atau suami tidak boleh memanggil orang tua pasangannya dengan panggilan yang sama yang digunakan oleh pasangannya karena hal tersebut dianggap tabu. Jika seorang suami memanggil ibu dari istrinya dengan panggilan mak maka dia akan dianggap menikahi saudara perempuan kandungnya, dan itu tidak dibolehkan secara adat dan agama. Berdasarkan informasi dari para penutur bahasa Melayu Jambi yang berusia tahun, peneliti mendapatkan gambaran penggunaan kata sapaan yang digunakan pada masa sekarang. Untuk panggilan kepada orang tua laki-laki, kata sapaan yang digunakan lebih bervariasi yaitu bapak/pak, bak, ayah, aba, papa, dan abi. Untuk orang tua perempuan kata sapaan yang digunakan bukan hanya mak tetapi ada lagi tambahannya yaitu ibu, umi, dan bunda. Dari data ini terlihat bahwa generasi sekarang lebih bervariasi dalam menggunakan kata sapaan untuk orang tua laki-laki dan orang tua perempuan. Kata papa digunakan dengan alasan lebih terkesan berpendidikan dan lebih modern. Kata abi dan umi berasal dari bahasa arab yang artinya ayahku dan ibuku. Sebagian informan mengatakan bahwa penggunaan kata abi dan umi lebih terkesan relijius dan diharapkan anak-anaknya akan lebih terbiasa dengan istilah-istilah dalam agama islam. Kata ibu digunakan karena menganggap bahwa kata mak terkesan old fashioned atau kuno. Sedangkan kata bunda digunakan karena kata ini dianggap lebih membawa kesan keibuan dan lebih modern dari pada kata sapaan mak. Para orang tua yang ingin anaknya memanggilnya dengan sapaan abi, umi, dan bunda umumnya adalah para orang tua yang asli dari Jambi yang menikah dengan orang dari luar Jambi. Selain itu penggunaan kata sapaan ini bisa juga ditambah dengan faktor pendidikan dan pekerjaan. Mereka yang anaknya menyapanya dengan sapaan ini umumnya memiliki pendidikan yang cukup tinggi (sarjana) dan memiliki pekerjaan yang cukup baik (bukan yang pekerjaannya serabutan). Untuk orang tua laki-laki ayah kata sapaan yang digunakan masih sama dengan yang dahulu digunakan yaitu datuk. Sedangkan untuk menyapa orang tua perempuan ibu kata sapaan yang digunakan adalah nyai, gde, nenek dan oma. Panggilan nenek yang digunakan ada yang disebabkan oleh perbedaan suku dalam sebuah keluarga, misalnya orang suku melayu asli yang berasal dari Jambi seberang menikah dengan orang padang. Maka kata sapaan yang digunakan lebih bersifat umum secara nasional. Tetapi penggunaan kata nenek ada juga yang disebabkan oleh rasa gengsi, dan merasa terkesan terlalu tua kalau dipanggil nyai. Perubahan kata sapaan ini ada yang disebabkan oleh yang disapa yang tidak mau disapa nyai dan ada juga karena yang menyapa yang tidak suka menggunakan kata nyai. Begitupun dengan penggunaan kata oma, faktor gengsi juga terlibat di sini. penutur bahasa Melayu Jambi yang masih tinggal di seberang kota Jambi, yang diwawancarai peneliti mengatakan bahwa kata nyai terkesan kuno, dan merasa sangat tua jika dipanggil nyai. Sehingga dia lebih suka dipanggil oma. Di lihat dari segi usia memang si penutur belum 67

10 terlalu tua, usianya masih sekitar 34 tahun, akan tetapi dari silsilah keluarga, dia sudah berada di posisi nyai. Kata sapaan untuk kakek ayah dan ibu adalah buyut. Sedangkan untuk kata sapaan satu generasi di atas buyut para informan ada yang mengatakan tidak tahu dan ada pula yang mengatakan bahwa kata sapaan yang digunakan adalah nenek, dan ada juga yang mengatakan moyang. Kata sapaan untuk dua generasi di atas buyut adalah moyang dan beberapa diantara informan tersebut mengatakan mereka tidak tahu kata sapaan yang harus digunakan dengan beralasan bahwa mereka tidak pernah bertemu dengan generasi-generasi tua tersebut. Dari jawaban mereka terlihat bahwa mereka tidak begitu faham mengenai kata sapaan yang harus digunakan untuk generasi-generasi terdahulu. Pada generasi dahulu, jenis penggunaan kata sapaan secara jelas memperlihatkan tingkatan seseorang dalam keluarga. Jika seseorang disapa dengan kata uwak/wak atau wak+ maka jelas seseorang tersebut lebih tua dari ayah atau ibu, sedangkan jika seseorang tersebut disapa dengan kata sapaan paman, pak/pak+, bibi/bi+, dan mek+, maka seseorang tersebut jelas berusia lebih muda dari ayah atau ibu. Akan tetapi kata-kata tersebut sudah mengalami perubahan penggunaan, kata pak/pak+ tidak lagi dipakai hanya untuk saudara ayah atau ibu yang lebih muda tetapi juga dipakai untuk saudara ayah atau ibu yang lebih tua. Alasan penggunaan tersebut adalah karena tidak mau dianggap tua, kata uwak terkesan mengindikasikan yang disapa terlalu tua. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Kata uwak memperjelas kedudukan seseorang terhadap orang tua si penutur. Penggunaan kata mamak, umi, dan bunda, yang seharusnya uwak adalah karena menganggap penggunaan kata-kata tersebut terkesan lebih intimate atau dekat. Perubahan seperti ini tentu saja menimbulkan kerancuan dalam berbahasa. Perubahan lainnya adalah adanya kata om sebagai pengganti kata paman atau pak+ dan tante, serta anti sebagai pengganti bibi/bi+ dan mek+. Kata om, tante, dan anti digunakan karena yang disapa menganggap kata ini lebih modern. Panggilan om dan tante ada juga yang disebabkan oleh adanya pernikahan campuran. Selanjutnya untuk saudara perempuan dan saudara ipar perempuan yang lebih tua kata sapaan yang digunakan adalah wo, mok/mok+ (yu, ning, te, nga, ndak, ndek, dang, sak, cik, njang, tam), oyu, oning, ote, ayuk, kakak. Kata oyu, ote, oning adalah kata sapaan yang berasal dari kata mokyu, mokte, dan mokning. Perubahan ini hanya karena faktor fonologis. Si penutur sewaktu kecil tidak bisa mengucapkan kata-kata mokyu, mokte, dan mokning dengan tepat. Saat ini meski kata mok/mok+ masih dipakai tetapi tidak semua penutur suka untuk menyapa atau disapa dengan kata sapaan ini. Untuk generasi sekarang lebih cenderung menggunakan kata sapaan ayuk atau kakak. Padahal kata ayuk dan kakak bukanlah berasal dari bahasa Melayu Jambi. Kurang populernya kata sapaan mok/mok+ karena kata ini dianggap tidak modern. Kata sapaan berikutnya adalah yang berkaitan dengan hubungan pernikahan. Kata sapaan yang dipakai oleh istri untuk menyapa orang tua suami adalah sama dengan sapaan yang digunakan oleh suami ketika menyapa orang tuanya. Begitu pun sebaliknya kata sapaan yang dipakai suami untuk menyapa orang tua istrinya adalah sama dengan kata sapaan yang digunakan oleh istri ketika menyapa orang tuanya. Pertimbangan penggunaan kata sapaan tersebut adalah karena faktor intimacy, agar hubungan mertua dengan menantu menjadi lebih dekat. Kata sapaan yang digunakan antar ipar adalah sama seperti sapaan kepada saudara ipar secara umum. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa sistem sapaan dalam bahasa Melayu Jambi yang digunakan pada masa lalu dan sekarang ditentukan oleh jenis kelamin, usia, hubungan kekerabatan, dan kedekatan dengan mitra tutur. Hal ini hampir sama dengan pola sapaan 68

11 yang ada pada bahasa Melayu Kutai, yaitu ditentukan oleh status, usia, hubungan kekerabatan, dan kedekatan dengan mitra tutur (Rusbiantoro, 1999). Pada lapisan keluarga pola penyapaan dalam bahasa Melayu Jambi tidak sama dengan yang ada pada bahasa Melayu Langkat. Pada bahasa Melayu langkat sapaan dalam keluarga didasari oleh urutan kelahiran masing-masing anggota keluarga (Adisaputera, 2013). Selanjutnya, dari hasil penelitian ini peneliti juga menemukan bahwa kata sapaan dalam bahasa Melayu Jambi sekarang sudah mengalami pergeseran/perubahan yang disebabkan oleh gengsi, kedekatan (intimacy), reliji, pendidikan dan pernikahan campuran. Kata sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi terdahulu terkesan kuno atau tidak modern. Selain ini karena adanya rasa tidak mau dianggap terlalu tua. Misalnya seseorang yang seharusnya disapa dengan kata uwak/wak+ tetapi tidak mau disapa dengan kata tersebut sehingga lebih memilih dipanggil pak+. Perubahan yang seperti ini tentu saja menimbulkan kerancuan dalam berbahasa. Jika dahulu tingkatan seseorang dalam keluarga bisa diketahui secara jelas maka dengan perubahan ini akan sulit mengidentifikasi tingkatan seseorang dalam keluarga. Selain itu perubahan pada sistem sapaan ini juga bisa menimbulkan kesalahfahaman/ miskomunikasi antara satu penutur dengan penutur lainnya karena adanya perluasan makna dari salah satu atau beberapa kata sapaan yang digunakan, misalnya kesamaan kata sapaan untuk orang tua dan saudara orang tua (kata umi, bunda dan mamak yang digunakan bukan hanya oleh anak tetapi juga oleh keponakan). Sistem sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi saat ini tidak lagi sepenuhnya sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mauss (dalam Bowe dan Martin, 2007: 95) yang mengatakan bahwa Address forms can contribute to a person s sense of identity and can characterize an individual s position in his family and in society at large: it defines his social personality. Sistem sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi sekarang lebih mengedepankan unsur kedekatan (intimacy) dibandingkan dengan unsur identitas (identity). Jika proses perubahan ini terus berlangsung, maka bisa saja generasi mendatang tidak akan memahami sistem sapaan asli yang ada dalam bahasa Melayu Jambi. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan karena seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003), bahasa sebuah komunitas bisa saja hilang karena adanya akulturasi budaya dalam komunitas tersebut, perubahan sikap (sikap antipati) terhadap bahasa lokal, dan menggunakan bahasa lain yang dianggap lebih bernilai. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari pemaparan hasil analisa dan pembahasan mengenai perkembangan sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi dahulu dan sekarang, ada beberapa hal yang akan penulis simpulkan. Pertama, ada banyak variasi kata sapaan yang digunakan dalam bahasa Melayu Jambi pada masa lalu dan sekarang. Pilihan variasi kata sapaan untuk beberapa mitra tutur yang setingkat dalam sebuah keluarga secara umum ditentukan oleh warna kulit, postur tubuh, dan posisi seseorang dalam sebuah keluarga. Walaupun pada prakteknya terkadang tidak sama dengan kriteria yang sudah ditentukan tersebut. Kedua, sistem sapaan dalam bahasa Melayu Jambi dahulu dan sekarang ditentukan oleh usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan dan kedekatan. Ketiga, terdapat beberapa perbedaan antara sistem sapaan yang digunakan pada masa lalu dan yang digunakan sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor gengsi, pendidikan, reliji, kedekatan, dan pernikahan campuran (akulturasi budaya). Pada akhirnya jika perubahan ini terus terjadi maka bisa saja pada masa yang akan datang orang Melayu Jambi asli tidak akan mengenal sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi. 69

12 Saran Bahasa merupakan cerminan dari suatu budaya. Dengan semakin tergerusnya bahasa maka budaya pun bisa ikut hilang. Dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan mengenai perubahan sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi peneliti menyarankan agar para penutur bahasa Melayu Jambi tetap mau menggunakan sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi pada masa lalu. Kata sapaan yang diambil dari bahasa lain belum tentu cocok dengan budaya yang ada dalam bahasa Melayu Jambi. Selain itu identitas seseorang dalam keluarga pada sistem sapaan dalam bahasa Melayu Jambi yang digunakan pada masa lalu lebih jelas dari pada sistem sapaan bahasa Melayu sekarang. Untuk itu para orang tua hendaknya tidak malu memperkenalkan kata-kata sapaan dalam bahasa Melayu Jambi kepada generasi muda sehingga para generasi muda bisa ikut serta dalam melestarikan sistem sapaan yang ada dalam bahasa Melayu Jambi. Untuk pemerintah, peneliti menyarankan agar pemerintah juga ikut serta dalam melestarikan bahasa Melayu Jambi dengan membuat kebijakan-kebijakan yang bisa mengangkat citra bahasa Melayu Jambi menjadi lebih baik, misalnya dengan menjadikan pelajaran bahasa Melayu Jambi sebagai muatan lokal di sekolah. Daftar Pustaka Adisaputera, Abdurahman Perubahan Sosial Ekologi dan Perubahan Budaya Lingual dalam Sistem Kekerabatan Melayu Langkat. Abdurahman%20Adisaputera.pdf dan Mode=normal&Submit=SEARCH diakses tanggal 6 Februari 2015 Bahasa Melayu Jambi diakses tanggal 13 Pebruari 2015 Crystal, David Language Death. Cambridge: Cambridge University Press. Gorat, Ricardo Kata Sapaan dalam Bahasa Batak Toba. Skripsi. dan diakses tanggal 6/12/2015 Holmes, Janet An Introduction to Sociolinguistics (2 nd Edition). England: Pearson Education Limited. Kurniasih, dkk Sapaan dalam Bahasa Melayu Pontianak Wilayah Istana Kadriah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 3 No.1 diakes tanggal 13 Pebruari 2015 Martin, Kylie dan Bowe, Heater Communication Across Culture. Australia: Cambridge University Press. Rusbiantoro, Wenny Penggunaan Kata Sapaan dalam Bahasa Melayu Kutai. Parole: Journal of Linguistics and Education. Vol. 2 No. 1 diakses tanggal 13 Pebruari Sumampouw, Pola Penyapaan dalam Interaksi Verbal dengan Latar Multi Lingual: Studi Kasus Warga Kampus Universitas Sam Ratulangi. Disertasi 70

13 l_de.html?id=2r2kmgeacaaj&redir_esc=y Syarfina, Tengku Sistem Sapaan dan Istilah Kekerabatan dalam Bahasa Melayu Deli. Tesis.. Traditional Jambi Malay, diakses tanggal 13 Pebruari

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang penulis kemukakan terdahulu, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Istilah sapaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Rimbo Mulyo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Desa Rimbo Mulyo merupakan desa yang sebelah Utara berbatasan

Lebih terperinci

LEKSIKON KEKERABATAN ETNIK MELAYU PALEMBANG Lexicons Kinship Etnics Palembang Malay

LEKSIKON KEKERABATAN ETNIK MELAYU PALEMBANG Lexicons Kinship Etnics Palembang Malay Rahmat Muhidin LEKSIKON KEKERABATAN ETNIK MELAYU PALEMBANG Lexicons Kinship Etnics Palembang Malay Rahmat Muhidin Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung rahmatmuhi@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU Hetilaniar, M.Pd. FKIP, Universitas PGRI Palembang heti_ardesya@yahoo.co.id Abstrak Marga ranau memiliki stratifikasi sosial bahasa, yaitu kelas saibatin aja adat, kelas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN EORI 3. 1 Pengantar Kata Sapaan bukanlah hal baru dalam bidang Sosiolinguistik. erdapat beberapa linguis yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai kata sapaan, baik linguis Indonesia

Lebih terperinci

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7 PERGESERAN BENTUK KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA REJOAGUNG, KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER THE SHIFT OF ADDRESS WORD IN JAVANESE SOCIETY AT REJOAGUNG VILLAGE, SEMBORO DISTRICT JEMBER REGENCY

Lebih terperinci

COMPARISON OF THE GREETING KINSHIP BANJAR SYSTEM LANGUAGE WITH MALAY GUNTUNG RIVER

COMPARISON OF THE GREETING KINSHIP BANJAR SYSTEM LANGUAGE WITH MALAY GUNTUNG RIVER 1 COMPARISON OF THE GREETING KINSHIP BANJAR SYSTEM LANGUAGE WITH MALAY GUNTUNG RIVER Abdul Rahman 1, Hasnah Faizah 2, Auzar 3 abdul.rahman486@yahoo.com, Hp: 085310617469 hasnahfaizahar@yahoo.com, auzarthaher54@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA JOMBANG KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER

PENGGUNAAN KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA JOMBANG KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER PENGGUNAAN KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA JOMBANG KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER THE USE OF THE WORD GREETING IN JAVANESE LANGUAGE IN JOMBANG VILLAGE DISTRICT OF JOMBANG, JEMBER REGENCY Imarotus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa daerah. Bahasa daerah hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia. Semua bahasa daerah yang dipakai penuturnya dilindungi

Lebih terperinci

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA 1) Perlia Hayati¹ ), Yetty Morelent² ), DainurPutri² ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG KATA SAPAAN DALAM DIALEK JAWA BANTEN (Studi Kasus Dialek Jawa Banten Dalam Ranah Keluarga Dan Ketetanggaan Pada Perkampungan Margagiri Kelurahan Margatani) Jurnal Skripsi Oleh : Risma Indraswari A2A008041

Lebih terperinci

SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU PONTIANAK WILAYAH ISTANA KADRIAH

SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU PONTIANAK WILAYAH ISTANA KADRIAH SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU PONTIANAK WILAYAH ISTANA KADRIAH Efsi Kurniasih, Hotma Simanjuntak, Paternus Hanye Pendidilkan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Tanjung Pura Email: kurniasihefsi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

Keywords : Words in the Village Community Greetings and Retired

Keywords : Words in the Village Community Greetings and Retired BENTUK KATA SAPAAN KEKERABATAN DI KELURAHAN PENSIUNAN KECAMATAN KEPAHIANG KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU Zulhanifa Guswira 1), Marsis 2), Elvina A. Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG Nurmala dan Sudartomo Macaryus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupannya. Interaksi antarmanusia tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR

PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR Ratna Kurniasari Sastra Inggris 0806356162 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

Lebih terperinci

Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga

Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga Sinaga Yoko Christoffel Triandi 13516052 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh % Jumlah Keseluruhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % 1 laki-laki 14918 50 2 Perempuan 14971 50 Jumlah 29889 100 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Jlh % 1 < 20 70 47 2 20-39

Lebih terperinci

RIAU MALAY LANGUAGE GREETING SYSTEM SUB DIALECT INUMAN

RIAU MALAY LANGUAGE GREETING SYSTEM SUB DIALECT INUMAN 1 RIAU MALAY LANGUAGE GREETING SYSTEM SUB DIALECT INUMAN Lisniarti¹, Hasnah Faizah AR², Auzar³ Email: Lisniarti24@gmail.com No. Hp 085278644428 Faculty of Teachers Training and Education Indonesian Language

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pendidikan etika harus diajarkan dan diterapkan semenjak kecil di dalam keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta keteraturan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman globalisasi, bahasa-bahasa di negara Indonesia semakin berkembang. Masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Pengertian Pergeseran Bahasa Menurut Romaine (1995:41) pergeseran bahasa adalah gejala perubahan bentuk dan makna suatu bahasa hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain

Lebih terperinci

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR Elfiza 1), Atar Semi 1), Syofiani 2), 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena kedudukannya yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa, kota, tua, maupun muda menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk pelbagai keperluan dan kepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,

Lebih terperinci

Leksikon Kekerabatan Melayu Manado

Leksikon Kekerabatan Melayu Manado Leksikon Kekerabatan Melayu Manado Femmy Lumempouw Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT This research aims to identify and classify the kinship lexicon then explain the role and meaning in Manadonese

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu

DAFTAR LAMPIRAN. a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu DAFTAR LAMPIRAN Data istilah sebutan sanak saudara a. Opung : Orangtua Ayah atau Ibu, maupun saudara (kakak/adik) dari orangtua Ayah dan Ibu b. Ayak : Ayah sebagian ada juga yang memanggil Bapak c. Mamak

Lebih terperinci

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan salah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN DESA BUNGA TANJUNG KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN DESA BUNGA TANJUNG KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN DESA BUNGA TANJUNG KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Febri Yofi 1, Hasnul Fikri 2, Syofiani 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa pesan lisan, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan budaya lokal memberi peran yang signifikan dalam kesantunan berbahasa di Indonesia sehingga bisa membentuk salah satu wujud karakter yang positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat adat Minangkabau terikat dalam garis keturunan yang ditarik menurut garis keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 1 Kuesioner Petunjuk Pengisian: Data-data yang Saudara isi ini akan digunakan untuk penelitian dalam bidang kebahasaan, untuk itu Saudara dimohon mengisi semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berhubungan. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN LUBUK ULANG ALING SELATAN KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN LUBUK ULANG ALING SELATAN KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN LUBUK ULANG ALING SELATAN KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN Mona Gusthia 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENYAJIAN LISAN DAN TULISAN

PENYAJIAN LISAN DAN TULISAN PENYAJIAN LISAN DAN TULISAN Penguasaan bahasa Melayu tidak hanya dilihat dari segi kemampuan seseorang pengguna bahasa menguasai rumus-rumus tatabahasa tatabahasa tetapi juga perlu mengintegrasikan mekanik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci