BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor 1. Konsep Dasar a. Kemampuan Menurut Rusli Lutan (1988:335), bahwa: Ability (kemampuan) memiliki definisi semacam himpunan dari perlengkapan milik seseorang yang akan dipakai olehnya untuk melakukan suatu keterampilan motorik. Kemampuan itulah yang akan menentukan kualitas keterampilan yang dapat dilakukannya. b. Gerak Kiram (1991:1990) mengemukakan tentang istilah gerak adalah sebagai berikut: Gerak adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses proses pengendalian dan pengaturan fungsi fungsi organ tubuh baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan suatu gerakan. c. Lokomotor Adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang termasuk ke dalam keterampilan gerak ini adalah berjalan, berlari, melipat dan lain lain. d. Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor Menurut Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun (1998:19) bahwa Kemampuan gerak biasanya dikategorikan sebagai suatu 13

2 14 bagian dengan gerak tubuh dan kontrol gerak tubuh merupakan aktivitas psikomotor. Aktivitas psikomotor berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon respon fisik dan perilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap aktivitas fisik/jasmani atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika para peserta memiliki kemampuan gerak yang memadai. 2. Hakekat Gerak ( Perpindahan Posisi ) Gerak adalah ciri kehidupan, manusia adalah mahluk yang merupakan satu kesatuan dari jasmani dan rohani. Sebagai mahluk hidup, manusia mempunyai ciri bergerak. Bergerak merupakan naluri manusia, memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu bergerak merupakan salah satu kebutuhan manusia yang selalu ingin menyalurkan keinginannya untuk bergerak. Pada awalnya gerak yang dilakukan manusia bersifat alami dan sederhana, yang hanya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi lama kelamaan gerak manusia yang dilakukan makin berkembang sesuai dengan daya kreasi manusia itu sendiri dan sifatnya sangat kompleks. Gerak yang dilakukan manusia terwujud dalam suatu pola yang lebih luas dengan berdasarkan pada tujuan yang berbeda beda, gerakan gerakan tersebut kemudian dikenal dengan istilah olahraga. Jadi olahraga adalah gerakan yang dilakukan manusia yang terwujud dalam suatu pola yang luas sehingga tercapai pada tujuan yang berbeda.

3 15 Penguasaan keterampilan gerak merupakan gejala belajar yang mengakibatkan terjadinya perubahan motorik yang relatif melekat. Proses itu sendiri berlangsung secara rumit dalam diri pelakunya dan sulit untuk diamati secara langsung. Kejadiannya terletak pada perubahan yang hanya dapat ditafsirkan berdasarkan penampilan dalam pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan. Penampilan dalam pelaksanaan tugas gerak tertentu merupakan pola perilaku yang terlihat dari luar dan dapat diukur gejala perubahannya. Penampilan gerak yang kompleks sangat tergantung pada pencapaian kemampuan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Mengenai perilaku perkembangan manusia ini akan penulis uraikan satu persatu berikut ini: a. Ranah tingkah laku kognitif merupakan suatu ranah yang mencakup kegiatan yang menuntut olahragawan menggunakan kemampuan intelektual. b. Ranah tingkah laku afektif merupakan suatu ranah yang meliputi perasaan dan emosi olahragawan termasuk kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara sosial dengan teman satu tim. Keterampilan afektif dapat mencakup mulai dari emosi yang sederhana sampai interaksi sosial yang lebih kompleks. c. Ranah tingkah laku Psikomotor merupakan suatu ranah yang berkaitan dengan penerimaan perseptual dan kemampuan untuk memulai respon gerak yang menghasilkan gerak. Keterampilan psikomotor mencakup mulai dari kegiatan refleks yang tidak disengaja maupun kegiatan yang disengaja sampai penampilan keterampilan olahraga yang terpadu dan baik.

4 16 Proses terjadinya gerakan disebabkan oleh adanya suatu rangsang (stimulus), bila gerakan ini terjadi tanpa terlebih dahulu diketahui apa macam rangsangannya maka gerakan semacam ini disebut refleks. Refleks merupakan suatu gerakan involunter (tak disadari) yang sangat cepat dan sangat efisien yang hanya akan melibatkan komponen saraf dan otot yang benar benar diperlukan untuk gerakan itu. Perlu diketahui bahwa tercapainya refleks dihasilkan melalui proses latihan. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menampilkan bagan terjadinya proses refleks sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Santoso Giriwijoyo (1992:78) adalah sebagai berikut: PENYADARAN Pusat Kesadaran Pusat Motorik Pusat Koordinasi RANGSANG Latihan syarat GERAK Bagan 2.1 Proses Refleks Bersyarat ( Nurhasan ) 3. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap penguasaan gerak Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut secara umum dibedakan menjadi tiga hal utama, yaitu: (1). Faktor proses belajar mengajar. (2). Faktor pribadi, (3). Faktor situasional atau lingkungan. Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu mencapai keberhasilan dalam mempelajari keterampilan gerak. Pada kesempatan ini, penulis hanya akan membahas faktor yang ada pada pribadi seseorang. Singer (1980) dalam Yudha M Saputra dan Amung Ma mun (1999:72) mengidentifikasi sekitar

5 17 12 (dua belas) faktor pribadi yang sangat berhubungan dengan upaya pencapaian penguasaan gerak seseorang. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Ketajaman Indera, yaitu suatu kemampuan indera untuk mengenal tampilan ransang secara akurat. b. Persepsi, yaitu kemampuan untuk membuat arti dari situasi yang berlangsung. c. Intelegensi, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah serta membuat keputusan keputusan yang berhubungan dengan penampilan gerak. d. Ukuran fisik, yaitu adanya tingkat ideal dari ukuran tubuh yang diperlukan untuk sukses dalam cabang olahraga tertentu. e. Pengalaman masa lalu, yaitu keluasan dan kualitas pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan situasi dan tugas gerak yang dipelajari saat ini. f. Kesanggupan, yaitu dari kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dikembangkan secara memadai untuk menyelesaikan tugas dan situasi yang dipelajari saat ini. g. Emosi, kemampuan untuk mengarahkan dan mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan pada saat melaksanakan tugas. h. Motivasi, yaitu kehadiran semangat dalam tingkat optimal untuk bisa menguasai keterampilan yang dipelajari. i. Sikap, yaitu adanya minat dalam mempelajari dan memberi nilai pada kegiatan yang sedang dilakukan.

6 18 j. Faktor faktor kepribadian yang lain, hadirnya sifat ekstrim seperti agresifitas, kebutuhan afiliasi atau perilaku lain yang dapat atau tidak dapat dimanfaatkan, tergantung situasi yang terjadi. k. Jenis Kelamin, yaitu pengaruh komposisi tubuh, pengalaman, faktor faktor budaya pada pelaksanaan kegiatan dan keinginan untuk berprestasi. l. Usia, yaitu pengaruh usia kronologis dan kematangan pada kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari dan menampilkan tugas tertentu. 4. Konsep Kemampuan Gerak Konsep kemampuan gerak ini terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1. Perbedaan Individu Setiap individu memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal dengan individu lainnya. Salah satunya perbedaan keterampilan gerak, ada orang yang mampu berlari cepat, ada juga yang lambat. Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun, menyatakan bahwa sumber perbedaan dalam hal keterampilan tersebut bermacam macam. Hal itu bisa berbeda dalam hal ciri fisik, kemampuan, gerak belajar, sikap, emosi serta pengalaman pengalaman masa lalu yang memiliki kaitan tugas yang dipelajari. 2. Kemampuan dan keterampilan Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terebentuknya keterampilan seseorang. Sebenarnya antara keterampilan dengan kemampuan itu berbeda. Seperti apa yang dikemukakan oleh para ahli seperti singer (1980),

7 19 Fleismen (1972) serta Schmidt (1999) dalam Amung Ma mun dan Yuhda M Saputra (1999) menyatakan bahwa: kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya. Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan mengacu secara spesifik pada tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman. Begitupun halnya dengan kemampuan gerak atau olahraga. Kemampuan gerak menurut Singer (1980) dalam Amung Ma mun dan Yudha M Saputra (1999:77) adalah: Suatu keadaaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Kemampuan gerak banyak jenisnya, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga. Kemampuan itu bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual dan melek warna, konfigurasi tubuh, kemampuan numeric, kecepatan reaksi, ketangkasan manual dan kepekaan kinestesis. Fleishman adalah seorang peneliti yang diterima didalam pengungkapan kemampuan kemampuan motoriknya. Fleishman mencoba membedakan antara motor ability dengan kemampuan kecakapan fisik (physical abilities). Menurut Fleishman dalam Amung Ma mun dan Yudha M Saputra (1999), kemampuan gerak terdiri atas: 1. Kecermatan Kontrol (Control precision), melibatkan gerakan gerakan yang dikontrol otot besar.

8 20 2. Koordinasi anggota badan (multilimb coordination), koordinasi bersamaan dari gerakan gerakan sejumlah anggota badan. 3. Orientasi ruang (response orientation), pemilihan respon yang benar (deskriminasi visual), tanpa memperhatikan ketepatan dan koordinasi. 4. Waktu reaksi (reaction time), kecepatan respon suatu stimulus. 5. Kontrol kecepatan (rate control), penyesuain gerak secara antisipatif yang terus menerus pada tanda tanda keadaan yang berubah-ubah. 6. Kecepatan gerakan lengan (speed arm movement), kecepatan dimana ketepatan tidak penting. 7. Ketangkasan manual (manual dexterity), manipulasi objek objek besar dibawah kondisi cepat. 8. Kestabilan lengan-lengan (arm-band steadiness), pengontrol gerak lengan dengan tangan, baik ketika tanpa berpindah tempat maupun pada saat berpindah. 9. Kecepatan pergelangan jari (wrist-finger speed), kegiatan menepuk atau mengetuk. 10. Kepekaan Kinestetik (kinesthetic sensitivity), menyangkut kepekaan untuk menyadari posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisi. Kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik lainnya yang diperlukan adalah kemampuan kecakapan tubuh yang antara lain disebutkan sebagai: (1). Kekuatan statis (2). Kekuatan dinamis (3). Kekuatan eksplosif (4). Kekuatan torsi (5). Kelentukan yang luas (6). Kelentukan dinamis (7). Koordinasi tubuh (8). Koordinasi anggota tubuh (9). Stamina.

9 21 Pengidentifikasian kemampuan gerak, Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun (1998), lebih memilih empat kemampuan yang bersifat lebih langsung hubungannya dengan keterampilan olahraga, yaitu: Koordinasi, kinestesis, keseimbangan dan kecepatan gerak. Koordinasi dianggap sebagai kemampuan untuk mengontrol bagian bagian tubuh yang terlibat didalam suatu pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagian bagian tersebut dalam upaya yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara gerak tubuh. Karena posisi tubuh dapat berubah ubah, maka kemampuan dalam menjaga posisinya ini dibedakan antara keseimbangan statis (pada saat diam) dan keseimbangan dinamis (pada saat gerak). Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk memindahkan tubuh atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat singkatnya. 3. Pola Gerak dan Keterampilan Gerakan digambarkan dalam kontek pola dan keterampilan. Pola gerak, menurut Malina dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun (1998): Merupakan gerak dasar atau gerakan gerakan yang dilibatkan dalam menampilkan suatu tugas tertentu. Tekanannya adalah pada gerakan gerakan yang menyusun tugas gerak tertentu. Dalam hal ini yang menjadi dasar penamaan pla gerak sama dengan keterampilan, tetapi keterampilan lebih menekankan kepada ketepatan, ketelitian dan keefisienan penampilannya. Dengan kata lain, pola gerak menunjukkan pada konsep yang umum sedangkan keterampilan gerak lebih terkhususkan.

10 22 5. Perkembangan Koordinasi Gerak Koordinasi merupakan kontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan koordinasinya baik apabila ia mampu bergerak dengan mudah, lancar dalam rangkaian geraknya serta iramanya terkontrol dengan baik. Orang koordinasinya baik mampu melakukan gerakan gerakan secara efisien sehingga pada umumnya mampu melakukan aktivitas gerak fisik dengan baik. Dengan demikian penelitian tentang koordinasi selalu dikaitkan dengan pelaksanaan gerak keterampilan tertentu. Cara mengukur koordinasi biasa dilakukan melalui penelitian keberhasilan dalam melakukan berbagai pola gerak keterampilan yang mencakup unsur kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan dan fleksibilitas. Macam macam keterampilan bisa terbentuk gerakan memegang, memukul, melempar, menangkap, menyepak, menggiring bola, memantul mantulkan bola, berjengket dan berbagai gerakan mengubah posisi tubuh secara cepat. Terdapat suatu penelitian yang berusaha untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kemampuan gerak melalui tes. Penggunaan tes tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan Kemampuan Berlari Untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan berlari, seseorang dapat di tes dengan mengukur kecepatan berlarinya. Kecepatan berlari dihasilkan dari panjangnya langkah dan cepatnya irama langkah. Panjang langkah diketahui oleh panjang tungkai, sedangkan cepatnya irama diketahui oleh kekuatan otot otot kaki. Pada masa anak besar, pertumbuhan panjang kaki cukup cepat demikian

11 23 juga pertumbuhan tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan berlari. Kemampuan berlari meningkat cukup pada masa anak besar. Hasil penelitian Espenchade dan Eckert (1980:197) dalam sugiyanto (1993:429) bahwa: Kemampuan berlari pada anak laki laki terus menunjukkan perkembangan lebih baik sedangkan untuk anak perempuan justru mengalami penurunan. Hal tersebut terlihat semenjak kisaran umur 13 tahun keatas. 2. Perkembangan Kemampuan Meloncat Perkembangan kemampuan meloncat dapat digunakan sebagai suatu predikator kekuatan tubuh serta bisa pula merupakan suatu tes diagnotik dalam kaitannya dengan koordinasi gerak perkembangan. Perkembangan kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Koordinasi tubuh yang berkembang dengan baik dan disertai peningkatan kekuatan yang baik akan menghasilkan perkembangan kemampuan meloncat yang baik pula. Masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan meloncat yang cukup erat. Perkembanganya terbentuk peningkatan daya loncat (makin jauh atau makin tinggi) dan terbentuk peningkatan kualtitas bentuk gerakan. Bentuk gerakan semakin baik atau semakin efisien ditinjau secara mekanik. Perbandingan kemampuan meloncat antara anak laki laki dan perempuan sampai umur lebih kurang 9 tahun hanya sedikit perbedaannya dan sesudahnya perbedaan itu makin besar. Anak laki laki lebih baik kemampuan meloncatnya, baik ditinjau dari segi daya loncat maupun dari segi kualitas gerakannya (Sugiyanto :1993).

12 24 3. Perkembangan Kemampuan Melempar Perkembangan kemampuan melempar yang terjadi pada anak besar, seperti halnya perkembangan kemampuan gerak lainnya meliputi 2 gerak perkembangan yaitu perkembangan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan yang bersifat kuantitatif yaitu anak semakin jauh melemparnya dan yang bersifat kualitatif yaitu kualitas gerakan melemparnya semakin baik atau semakin efisien. Kemampuan melempar bisa dinilai dengan cara mengukur jauhnya melempar menggunakan bola dengan beberapa ukuran, juga menggunakan cara menilai ketepatan melempar suatu sasaran. Sedangkan untuk menilai kemampuan yang bersifat kualitatif bidang mempergunakan analisis sinematografi, yaitu analisis rekaman gambar gerakan untuk melihat kebenaran mekaniknya. Perkembangan kemampuan melempar terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik terutama pertumbuhan lengan dan bahu. Karena kecenderungan pertumbuhan lengan dan bahu yang mulai berbeda antara anak laki laki dan perempuan pada masa anak besar, maka perbedaan kemampuan melemparnya pun menjadi makin besar. Bentuk pertumbuhan lengan dan bahu anak laki laki lebih menguntungkan terhadap perkembangan kemampuan melempar terutam ditinjau secara kuantitatif atau jauhnya lemparan. Dari hasil penelitian Espenchade dan Eckert (1980:201) dalam Sugiyanto (1993), menunjukkan kemampuan melempar antara anak laki laki dan perempuan cukup besar. Pada anak laki laki sampai umur 17 tahun masih terus meningkat kemampuannya, sedangkan pada anak perempuan peningkatannya hanya terjadi sampai umur lebih 14 tahun. Untuk kemampuan melempar sejauh

13 25 jauhnya yang memerlukan kekuatan anak laki laki lebih baik, tetapi untuk kemampuan melempar kearah sasaran tertentu dimana unsur kekuatan tidak banyak digunakan atau hanya menekankan pada ketepatan, antara anak laki laki dengan anak perempuan tidak berbeda kemampuannya akan tetapi secara mekanis anak laki laki tetap lebih baik. B. Ekstrakulikuler Paskibra 1. Kegiatan Ekstrakulikuler di SMA Kegiatan ekstrakulikler dilakukan diluar kegiatan ekstrakulikuler yang sifanya tambahan atau pengayaan. Dengan kata lain, ekstrakulikuler merupakan aktivitas tambahan atau pelengkap bagi pelajaran wajib. Kegiatan ekstrakulikuler di SMA adalah sarana bagi para siswa untuk menyalurkan bakat dan kreativitasnya. Melalui kegiatan tersebut, para siswa mendapatkan bekal keterampilan dan tambahan wawasan mengenai kehidupan berorganisasi. Ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk bekal masa depan ketika menjalani kehidupan di masyarakat. Kegiatan ekstarkulikuler khususnya di SMA bermacam macam, semuanya memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Sebagai contoh, kegiatan di bidang olahraga, seni, kerohanian, keilmuan dan lain lain. Para siswa dapat memilihnya sesuai dengan minat, bakat dan hobinya masing masing. 2. Paskibra Merupakan kepanjangan dari Pasukan Pengibar Bendera. Yakni salah satu organisasi ekstrakulikuler yang berada di sekolah. Tugas pokok Paskibra adalah

14 26 sebagai pasukan yang bertugas menaikkan dan menurunkan bendera pada setiap upacara bendera di sekolah. 3. Kriteria Paskibra a. Fisik 1. Sehat jasmani dan rohani 2. Tegap dan tidak cacat tubuh b. Kemampuan atau prestasi 1. Mahir baris berbaris 2. Memiliki nilai akademis yang baik 3. Memiliki keterampilan dalam bidang olahraga dan seni c. Akhlak 1. Mental dan moralnya dapat dipertanggung jawabkan 2. Mentaati kewajiban agama yang dianutnya 3. Memiliki budi pekerti dan tingkah laku yang baik d. Kepribadian 1. Pandai dan mudah bergaul 2. Bersahaja sopan dan disiplin C. Program Kegiatan Baris Berbaris 1. Pengertian Baris Berbaris Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dakam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

15 27 2. Tujuan program baris berbaris Tujuan program baris berbaris dalam kegiatan organisasi ekstrakulikuler paskibra adalah sebagai berikut: a. Untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa disiplin dan rasa tanggung jawab. b. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok sehingga secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut secara sempurna. c. Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. d. Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi yang pada hakekatnya tidak lain adalah keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri. e. Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan tindakan yang dapat merugikan.

16 28 D. Faktor Pengaruh Lingkungan terhadap Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap kemampuan gerak dasar seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan adalah faktor proses belajar. Faktor ini merupakan proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan dalam pengetahuan dan perilaku seorang peserta pembelajaran. Termasuk didalamnya adalah proses dalam upaya meningkatkan kemampuan performance (penampilan). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan gerak seseorang adalah faktor pribadi, dimana faktor ini akan mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupan dimasyarakat luas. Setiap orang memiliki pribadi yang berbeda beda. E. Hubungan Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor dengan Peningkatan Keterampilan. Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari seseorang. Kemampuan sendiri dapat diartikan sebagai ciri individual yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan (Schmidt dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun (1998)). Sedangkan keterampilan diartikan sebagai suatu yang spesifik pada suatu tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman (Singer,1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun (1998). Penjelasan berikutnya adalah mengenai kemampuan gerak dan keterampilan gerak. Kemampuan gerak (Motor Ability) menurut Singer (1980) dalam Agus

17 29 Mahendra dan Amung Ma mun (1998) adalah keadaan segera dari seseorang untuk penampilan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Dengan demikian kemampuan gerak itu banyak macamnya, tidak hanya terbatas pada suatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga, tetapi juga pada bidang bidang lain yang melibatkan unsur gerak didalamnya. Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan gerak baris berbaris yang biasa dilakukan oleh para peserta paskibra. Selain itu kemampuan bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual, melek warna, konvigurasi tubuh, kemampuan numeric, kecepatan reaksi, ketangkasan manual, kepekaan kinestesis dan lain- lain. Yang sebagian darinya melibatkan aspek aspek persepsi dan pembuatan keputusan, sedangkan yang lain melibatkan pengorganisasian dan perencanaan gerak (Schmidt dalam Agus Mahendra dan Amung Ma mun:1998). Kemampuan kemampuan tersebut bisa berbeda potensinya pada setiap orang. Itulah alasannya mengapa seseorang bisa berbeda dalam hal keterampilannya dari orang yang lain. Contoh, pada sebagian orang salah satu kemampuan (misalnya ketajaman visual) bisa lebih kuat dari kemampuan yang alinnya. Begitu juga antara orang yang satu dengan yang lainnya, kemampuan kemampuan tersebut bisa berbeda takarannya. Kemampuan gerak dasar lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang termasuk ke dalam keterampilan gerak ini adalah berjalan, berlari, melipat dan lain lain.

18 30 Penjelasan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa segala aktivitas fisik atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika para pelakunya memiliki kemampuan gerak yang memadai, begitupun sebaliknya. Jika seseorang memiliki kemampuan gerak yang kurang baik, maka akan terjadi hambatan ketika dia melakukan keterampilan gerak atau dengan kata lain yang bersangkutan akan mendapati kesulitan ketika melakukan tugas gerak atau keterampilan keterampilan gerak. Pembahasan diatas menjadi sebuah kesimpulan untuk mengetahui bagaimana hubungan kemampuan gerak dasar lokomotor terhadap peningkatan keterampilan baris berbaris. Bahwa kemampuan gerak yang baik akan menjadi modal bagi peserta paskibra dalam melakukan gerak baris berbaris. Jika kemampuan geraknya baik, maka keterampilan baris berbaris juga baik. Tapi sebaliknya, jika kemampuan geraknya kurang baik maka keterampilan baris berbarisnyapun kurang baik.

Teori Belajar Motorik. Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab:

Teori Belajar Motorik. Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab: Teori Belajar Motorik Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab: Keterampilan Apakah yang dimaksud keterampilan? Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu kepastian. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat karena selain merupakan fenomena sosial, gerak juga merupakan fenomena budaya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah itu berarti kegiatan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah itu berarti kegiatan penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Sugiono (2009: 1) metode merupakan cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa indonesia postur tubuh adalah bentuk, keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa indonesia postur tubuh adalah bentuk, keadaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Postur Tubuh Menurut kamus besar bahasa indonesia postur tubuh adalah bentuk, keadaan tubuh, sikap perawakan, perawakan seseorang. Tubuh adalah seluruh jasad manusia atau binatang

Lebih terperinci

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK Asep Ardiyanto, S. Pd, M. Or Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Gerak merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakekat Kemampuan Motorik Kemampuan Motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu mengalami proses perkembangan yang cukup panjang. Perkembangan manusia bahkan sudah dimulai saat masa prakelahiran, menuju ke masa bayi, masak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik. Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 9: Peseptual Motorik HAKIKAT PERSEPTUAL MOTORIK Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kemampuan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, maka pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pembelajaran Di Dalam pembelajaran guru harus memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN Idrawati Abstrak Kemampuan motorik kasar anak di TK Melati Kabupaten Solok Selatan masih

Lebih terperinci

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 1. Karakteristik Perkembangan Sosial Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman kanak-kanak adalah masa di mana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY Abstrak Anak usia dini mempunyai kemampuan belajar dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan segala kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang memerlukan proses, waktu dan melibatkan banyak faktor serta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan pendidikan. Hal ini secara tidak langsung menuntut para pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme

Lebih terperinci

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 5: Perkembangan Perilaku Gerak Perkembangan Perilaku Gerak Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertunbuhan akan dimulai secara bertahap dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertunbuhan akan dimulai secara bertahap dan meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan, baik pertumbuhan fisik, kemampuan gerak, mental, sosial, maupun emosional. Perkembangan

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah anak selalu aktif bergerak, dan cenderung menyumbang pada perkembangan, baik terhadap fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada

KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya.

Lebih terperinci

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Manusia melakukan aktivitas gerak sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Belajar gerak dasar

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya : ANALISIS MATERI Dalam buku Anak Prasekolah (2000), masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik ataupun segala kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan usaha pendidik yang dilakukan oleh guru untuk meberikan pelajaran. Belajar memuat kondisi fisik siswa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi anak yang beriman, cerdas, disiplin, terampil, bertanggung jawab serta sehat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani. 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani 1. Pengertian Kebugaran Jasmani Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani. Menurut Safrit (1994: 146) ada dua definisi yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan kemajuan dengan pendekatan ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga di tanah air. Upaya

Lebih terperinci

PERTEMUAN III Perbedaan Individu pada Peserta Didik Faktor-faktor yang mempengaruhi Perbedaan Individual Implikasi perbedaan individual dalam pendidikan terhadap Fungsi sekolah Program khusus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan dimana saja berada. Olahraga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan rutin yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan

Lebih terperinci

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA ) Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA ) Didalam undang undang Sistim Pendidikan Nasional no 20 Th 2003, pendidikan diorientasikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup sehat adalah harapan semua orang tetapi kesehatan tidak akan pernah diperoleh apabila tanpa diikuti oleh usaha yang memadai. Apabila kehidupan kita terus

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK MATA KULIAH PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK Oleh: Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed Drs. H. Badruzaman, M.Pd. PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

Perbedaan pengaruh latihan lemparan atas bola softball dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap ketepatan lemparan atas bola softball

Perbedaan pengaruh latihan lemparan atas bola softball dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap ketepatan lemparan atas bola softball Perbedaan pengaruh latihan lemparan atas bola softball dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap ketepatan lemparan atas bola softball pada mahasiswa putra pembinaan prestasi softball JPOK FKIP UNS

Lebih terperinci

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1 B. Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan fisik motorik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, melalui pendidikan jasmani manusia dapat belajar lebih banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015 PELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR GERAK. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis.

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015 PELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR GERAK. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis. PELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR GERAK Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

Inisiasi 4 (Ragam Gerakan dasar)

Inisiasi 4 (Ragam Gerakan dasar) Inisiasi 4 (Ragam Gerakan dasar) Selamat bertemu kembali di inisiasi 4, Bapak-ibu mahasiswa pada inisiasi ini kita banyak berbicara tentang gerakan dasar, karena gerak dasar dan penyempurnaannya merupakan

Lebih terperinci

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu tujuan

Lebih terperinci

Pengaruh Permainan Kecil Terhadap Motor Educability (Rekha Ratri Julianti, Tuti Alawiyah)

Pengaruh Permainan Kecil Terhadap Motor Educability (Rekha Ratri Julianti, Tuti Alawiyah) PENGARUH PERMAINAN KECIL TERHADAP MOTOR EDUCABILITY Rekha Ratri Julianti, Tuti Alawiyah Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lainnya, karena dalam pendidikan jasmani bermaterikan

Lebih terperinci

SKRIPSI MENINGKATKAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI GERAK MANIPULATIF UNTUK ANAK KELOMPOK B2 TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA

SKRIPSI MENINGKATKAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI GERAK MANIPULATIF UNTUK ANAK KELOMPOK B2 TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA MENINGKATKAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI GERAK MANIPULATIF UNTUK ANAK KELOMPOK B2 TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci