BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat karena selain merupakan fenomena sosial, gerak juga merupakan fenomena budaya. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan gerak. Sementara itu, sebagai fenomena budaya, gerak selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat sekitarnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat dan berbagai unsur sosial merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu gerak. Di sisi lain, budaya gerak masyarakat akan terbina dengan baik apabila didukung dengan fasilitas yang representatif dan sesuai dengan minat serta kebutuhan masyarakat. Budaya gerak juga berkaitan dengan kecerdasan, pada usia tertentu budaya gerak bermanfaat untuk memperkuat koneksi sel saraf. Ilmuwan percaya bahwa masa anak-anak merupakan masa yang sangat menentukan bagi tumbuh kembang anak, sehingga disebut sebagai pintu kesempatan untuk mengembangkan 1

2 2 kemampuan intelektualnya di masa yang akan datang. Kesempatan untuk mengembangkan gerak sangat ditentukan oleh pengalaman, terutama keterampilan yang membutuhkan otot besar seperti memanjat, berlari, melempar, menangkap dan melompat. Sesuai dengan pernyataan Rusli Lutan (2001:29) bahwa: Bila anak kehilangan kesempatan untuk memperoleh pengalaman tugastugas gerak ini, maka ia mungkin tidak mampu mengembangkan kemampuan otaknya untuk melaksanakan fungsi yang lebih spesifik, koneksi antara sel saraf itu gagal dikembangkan karena kurang gerak. Kegagalan ini kian bertambah seiring dengan peningkatan usianya hingga dewasa. Gerak semacam pupuk bagi kesuburan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyanto (1998:7) bahwa, Pada masa anak-anak kemampuan gerak terus mengalami perkembangan. Perkembangan terjadi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Agar bisa tumbuh dan berkembang secara baik, anak-anak memerlukan aktivitas fisik yang cukup dalam berbagai bentuk bermain yang bersifat memacu otot besar dan otot kecil. Orang dewasa dan orang tua sebaiknya memberi banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan aktivitas gerak fisik. Terlalu banyak melarang dan terlalu melindungi anak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Selanjutnya Rusli Lutan (2001:39) mengemukakan bahwa, Bila seseorang kurang memperoleh kesempatan sejak usia dini untuk mengembangkan geraknya, maka tahap usia berikutnya, bahkan hingga dewasa, ia akan lebih banyak gagal dalam melaksanakan tugas gerak. Keadaan ini dapat disebut sebagai cacat gerak.

3 3 Anak-anak sekolah dasar memiliki kesempatan yang lebih besar dilihat dari kuantitasnya, meskipun demikian kualitas gerak anak SD di Pontianak lebih beragam mengingat frekuensi bergerak lebih dominan dilakukan ketika pulang sekolah. Waktu luang tersebut dipergunakan untuk beraktivitas baik dengan keluarga, teman, masyarakat, dan lingkungan. Sehubungan dengan kesempatan gerak dalam berbagai kegiatan, merupakan salah satu indikasi untuk menilai efektivitas pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan oleh SD di Kota Pontianak. Kesempatan gerak anak sekolah dasar di Kota Pontianak mendapatkan peluang yang sama dalam meningkatkan kemampuan motorik anak, tetapi semuanya kembali kepada minat dan sikap anak tersebut untuk melakukannya. Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah km persegi dengan topografi geografis berciri dataran rendah dengan mempunyai ratusan sungai yang aman untuk dilayari, sehingga dijuluki provinsi Seribu Sungai. Jumlah penduduk Kalimantan Barat berjumlah 3,89 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk berkisar 26 jiwa per kilometer persegi dan penyebaran penduduknya tidak rata. Penyebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan berbagai permasalahan, misalnya kepincangan pembangunan daerah dan masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan serta lainnya. Rendahnya tingkat hunian menyebabkan adanya persoalan mendesak mengenai minimnya sumber daya manusia untuk mengelola pembangunan di daerah yang sebenarnya memiliki potensi yang amat besar. Hal ini terkait pula dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia daerah setempat, yakni 83, 7%

4 4 penduduk berpendidikan SD ke bawah, selebihnya 8,1% tamat SMP dan 8,2% tamat SMA. Dari hampir empat juta penduduk di Kalimantan Barat, etnis asli Dayak merupakan penghuni terbanyak dengan 1,3 juta jiwa (41%), etnis Melayu berjumlah 1,2 juta jiwa (39,57%), kemudian etnis Cina sebesar 11,33% disusul Bugis 5% kemudian Jawa 3% dan Madura 2,75%. (BPS Kalimantan Barat, 2008) Dari gambaran umum mengenai Provinsi Kalimantan Barat tersebut, akan diteliti mengenai sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD dengan objek penelitian dari etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu yang merupakan empat etnis mayoritas yang mendiami wilayah Provinsi Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak. Sebagian anak usia sekolah dasar merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan 6 sampai 13 tahun. Rentang usia anak sekolah dasar mengalami masa peka, dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Mahendra (2007:22) menjelaskan bahwa, Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan kognitif, gerak, sosial emosi, konsep diri, disiplin, seni, moral, nilainilai agama, dan fisik-motorik. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal.

5 5 Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak usia sekolah dasar. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain (belajar sambil bermain). Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal diri sendiri, orang lain serta lingkungannya. Perkembangan anak usia sekolah dasar berada pada masa puncaknya; pada usia tersebut, anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya seperti perkembangan psikologis dan perkembangan motorik. Perkembangan psikologis merupakan perkembangan yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia karena banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: gen, lingkungan, dsb. Sedangkan perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam prilaku motorik yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Selain itu, perkembangan motorik berarti pengembangan pengendalian terhadap gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Melihat pentingnya kemampuan motorik bagi setiap perilaku individu, khususnya pada kemampuan motorik dasar maka kemampuan motorik anak harus dirangsang atau dilatih sedini mungkin agar dalam perkembangan selanjutnya tidak mengalami gangguan. Berpangkal dari kebutuhan akan hal tersebut maka sekarang ini di Kota Pontianak banyak bermunculan SD yang khusus memfasilitasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik siswanya. Hasil

6 6 sementara dari observasi kecil yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa, sebagian SD yang ada di Kota Pontianak memiliki potensi lingkungan dan sarana bermainnya yang layak namun belum mampu dioptimalkan dalam penggunaannya, selain itu di sekolah dasar yang ada di kota Pontianak banyak memiliki area bermain outdoor yang tentu saja keberadaan lingkungan bermain outdoor tersebut sangat membantu dalam proses belajar motorik anak. Sikap dan proses belajar motorik anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya perbedaan mitos, budaya, individu, kemampuan dan keterampilan serta pola gerak di lingkungan masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh seorang anak pada etnis Cina lebih senang bermain di pasar dibandingkan dengan anakanak dari etnis Melayu yang hanya bermain disekitar tempat tinggalnya begitupun sebaliknya. Di sisi lain, anak-anak etnis Dayak lebih senang bermain dengan alam seperti mendaki gunung, berkebun, dan berenang di sungai. Hal ini juga banyak terjadi pada anak-anak dari etnis Madura. Kegiatan anak dari keempat etnis yang ada di Pontianak memiliki perbedaan dalam hal media bermain yang digunakan serta kecenderungan jenis permainan yang dilakukan. Pada umumnya anak dari etnis Dayak dan Madura lebih senang bermain perang-perangan dan beraktivitas di alam terbuka, sedangkan anak-anak dari etnis Melayu dan Cina cenderung lebih senang bermain sepeda dan kejar-kejaran yang mereka lakukan di sekitar rumah saja. Kemampuan psikologis dan motorik seseorang akan berpengaruh terhadap perubahan dimasa yang akan datang, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kondisi lingkungan tempat tinggal. Salah satu upaya untuk meningkatkan

7 7 kemampuan motoriknya dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yang dapat membantu terhadap peningkatan kemampuan motoriknya seperti bermain permainan tradisional, bersepeda, berolahraga dan beberapa permainan lainnya. Dengan terbiasanya melakukan kegiatan maka dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan motoriknya. Dengan demikian, maka kebiasaan seseorang melakukan kegiatan atau aktivitas yang mengandung unsur olahraga dapat menjadi bermanfaat terhadap dirinya sendiri, semakin banyak melakukan suatu aktivitas fisik seperti bermain dan berolahraga maka akan menambah pengalaman gerak. Dari penjelasan di atas, bahwa kesempatan bergerak pada anak sekolah dasar memang sangat penting dalam pertumbuhan fisik dan mentalnya, juga pada usia ini memiliki tubuh yang masih lentur sehingga baik untuk dipacu pertumbuhannya. Penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam mengenai sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Kota Pontianak. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: Sikap Terhadap Belajar Gerak dan Kemampuan Motorik Dasar Siswa SD di Kota Pontianak. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini diarahkan pada perkembangan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD di Pontianak Kalimantan Barat.

8 8 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbedaan sikap terhadap belajar gerak antara siswa dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu di Kota Pontianak? 2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan motorik dasar antara siswa dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu di Kota Pontianak? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengungkap tentang sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD di Pontianak Kalimantan Barat. Adapun secara khusus penelitian ini yaitu untuk: 1. Mengungkap perbedaan sikap terhadap belajar gerak antara etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di SD Kota Pontianak; 2. Mengungkap perbedaan kemampuan motorik dasar antara etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di SD Kota Pontianak; D. Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian bukan hanya dilihat dari berhasil tidaknya saja, akan tetapi peneliti harus juga memperhatikan kualitas dari penelitian itu sendiri. Untuk itu dari penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat yang positif bagi, para guru Pendidikan jasmani dan olahraga, dan pengurus/pelatih, secara teoritis maupun praktis diantaranya:

9 9 1. Manfaat teoritis: Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan khususnya olahraga untuk mengetahui profil anak yang meliputi sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa sekolah dasar. 2. Manfaat praktis: a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dalam pembuatan program pembelajaran di sekolah bagi para guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam peningkatan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus/pelatih dalam mencari bakat olahraga dengan mempertimbangkan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar. E. Asumsi Dasar Asumsi dasar merupakan titik tolak bagi penulis untuk melakukan penelitian yang hendak dilaksanakan, asumsi dasar ini dibutuhkan oleh peneliti sebagai pegangan pokok secara umum bagi penulis dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempunyai asumsi dasar sebagai berikut: 1. Sikap Terhadap Belajar Gerak Sebelum membahas sikap terhadap belajar gerak, penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian sikap menurut Calhoun dan Acocella dalam

10 10 Sobur (2003:359) yaitu Penilaian dan penafsiran terhadap sesuatu, dan sikap mengandung komponen kognitif, afektif, dan konatif. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat dilihat dari sikapnya dengan kata lain kecenderungan seseorang dalam bertindak dipengaruhi oleh sikapnya. Salah satu aspek yang merupakan bagian dari perkembangan psikologis seseorang yaitu sikap. Moeloek (2002:569) menegaskan bahwa, Sikap merupakan penggabungan fungsi afektif-emosi dan perasaan kedalam model manusia sebagai pengolah informasi sosial. Berdasarkan pendapat tersebut, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Saifudin (1995:5) menyatakan bahwa, Cara-cara yang dipakai dalam merespon objek terdiri atas dua macam yaitu positif dan negatif. Di sisi lain, sikap terdiri dari rasa suka dan tidak suka, penilaian dan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek orang, situasi. Oleh karena itu, sikap dapat mengekspresikan perasaan seseorang, khususnya dalam penelitian ini mengenai sikap terhadap belajar gerak siswa di sekolah. Hasil observasi sementara yang penulis lakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Pontianak menunjukkan bahwa, anak-anak sekolah dasar sangat antusias dan bahagia ketika mengikuti pembelajaran penjas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berpartisipasi dalam setiap tugas yang diberikan oleh gurunya serta banyak siswa SD yang masih melakukan aktivitas olahraga meskipun waktu belajar sudah selesai. Diantara penyebabnya diduga adalah dengan gerak dan kemampuan motorik siswa sangat mendukung dalam proses pembelajaran.

11 11 Sikap tidaklah terjadi dengan sendirinya, pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukanlah diperoleh karena keturunan, tetapi dari pengalaman, lingkungan, dan budaya. Masyarakat etnis Cina dan Melayu menanamkan pola asuh kepada anakanaknya agar lebih mandiri dalam menjalankan hidup. Sehingga anak-anak etnis Cina dan Melayu mempunyai ide yang sangat baik dan cenderung lebih kreatif. Berbeda dengan etnis Dayak dan Madura, pola asuh yang diberikan oleh orang tua mereka adalah mandiri dan diberi kebebasan dalam melakukan hal apa saja yang bersifat positif. Kegiatan yang biasa dilakukan anak kedua etnis ini selain beraktivitas disekolah juga dimasyarakat, mereka melakukan aktivitas sepuasnya bermain bersama teman, dan lingkungan sekitarnya. Anak-anak kedua etnis ini selain membantu orang tua mereka dengan berjualan, berternak, membantu disawah dan berkebun. Berdasarkan uraian diatas maka anggapan dasar tersebut adalah pendidikan jasmani dan olahraga dan olahraga yang diberikan di sekolah tersebut berbeda sehingga diduga hal tersebut akan berakibat pada berbedanya sikap terhadap belajar gerak. 2. Kemampuan Motorik Dasar Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari seseorang. Singer dalam Ma mun dan Saputra (2000:76) menjelaskan bahwa: Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan mendukung terbentuknya keterampilan. Yanuar Kiram (1992:480) memberikan batasan mengenai pengertian motorik, bahwa: Motorik

12 12 dapat diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Peristiwa-peristiwa laten yang tidak bisa diamati tersebut antara lain penerimaan informasi atau stimulus, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, proses pengembangan keputusan dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi-aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologis yang meliputi pemberian, pengaturan dan pengendalian impuls kepada organ-organ tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan aksi-aksi motorik, peristiwa laten tersebut adalah gerak. Gerak dan kontrol gerak tubuh merupakan aktivitas psikomotor, aktivitas psikomotor berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respon fisik atau prilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap aktivitas fisik atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika setiap orang memiliki kemampuan gerak yang memadai. Rusli Lutan (1988:96) mengemukakan mengenai kemampuan motorik ini sebagai berikut: Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan keterampilan yang melekat setelah masa anakanak. Motorik setiap individu berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respon fisik atau prilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Ini mengandung arti bahwa setiap aktivitas jasmani atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik jika para peserta memiliki kemampuan gerak yang memadai. Kemampuan gerak biasa disebut dalam dunia olahraga yaitu kemampuan motorik (motor ability). Nurhasan (2000:98) menjelaskan bahwa: Kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam

13 13 gerak yang memerlukan keberanian dalam berolahraga. Sedangkan Singer (1980) dalam Ma mun dan Saputra, (2000:77) menjelaskan: Kemampuan motorik adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dalam melakukan suatu aktivitas khususnya dalam melakukan kegiatan olahraga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan gerak adalah sesuatu kemampuan yang diperoleh dari keterampilan gerak umum yang mendasari tingkat penampilan baik atau tingkat kemampuan gerak seseorang dalam mempelajari suatu gerakan secara kualitas dan kuantitas yang baik. Pengaruh faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan, selain itu keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar. Kemampuan motorik sangatlah penting, terutama kemampuan motorik dasar karena ini wajib dimiliki sebagai dasar untuk menguasai gerak selanjutnya yang lebih kompleks yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup anak sekolah dimasa datang. Dengan matangnya kemampuan motorik anak tidak akan merasa kaku dalam menggerakkan kaki dan tangannya. Kemampuan motorik adalah terminologi yang digunakan dalam berbagai keterampilan yang mengarah ke penguasaan keterampilan dasar dan aktivitas kesegaran jasmani. Kemampuan motorik lebih mengarah kepada kemampuan

14 14 penguasaan seseorang dalam melakukan keterampilan. Schmidt (1991) dalam Mahendra (2007:19) menyatakan bahwa, Kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya. Kemampuan diartikan sebagai ciri individual yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan. Kemampuan motorik sangatlah penting, terutama kemampuan motorik dasar karena ini wajib dimiliki oleh setiap orang sebagai dasar untuk menguasai gerak selanjutnya yang lebih kompleks yang dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan motorik anak. Saputra (2006:4) memberikan penjelasan mengenai pengertian motorik yaitu: Motorik merupakan istilah umum untuk berbagai bentuk prilaku gerak manusia. Jadi dengan kemampuan motorik dasar yang baik seseorang tidak akan merasa kaku dalam menggerakan kaki dan tangannya. Kemampuan motorik dapat meningkat oleh semakin banyak melakukan aktivitas secara aktif dan semakin banyak pula gerakan yang akan mereka peroleh terhadap kemampuan motoriknya tersebut. Kemampuan motorik ini mempunyai karakteristik yang bersifat permanen dan stabil. Jadi kemampuan motorik bisa disebut sebagai unsur pendukung yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan latihan atau keterampilan yang lebih baik. Ini berarti kemampuan motorik menentukan baik tidaknya dalam melakukan keterampilan yang dilakukannya. Seperti diketahui bahwa untuk meningkatkan keterampilan itu dapat ditingkatkan melalui latihan yang berulangulang dan melalui pengalaman yang banyak.

15 15 Dalam kemampuan motorik dasar banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terhadap kemampuan motorik dasar. Kesuksesan seseorang dalam menguasai sebuah kemampuan motorik banyak ditentukan oleh ciri-ciri atau kemampuan dan bakat dari orang yang bersangkutan. Seorang anak akan mempunyai kemampuan motorik yang baik jika mereka diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bergerak. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana bagi anak untuk bergerak sesuai dengan keinginan mereka. Banyak hal dari kegiatan tersebut yang memerlukan suatu cara pemecahan yang cepat dan tepat. Melalui kegiatan penjas dan olahraga setiap anak dituntut untuk dapat memiliki daya penglihatan dan kecepatan proses berpikir serta harus dapat dengan segera mengambil keputusan yang cepat untuk bertindak agar tidak ketinggalan oleh lawan. Hal ini sesuai dengan Aip Sarifudin dan Asmuni Rachman (1982:51) yang menyatakan bahwa: Dalam masalah daya penglihatan, kecepatan proses berpikir, pengambilan keputusan untuk bertindak dan fungsi kejiwaan ikut memegang peranan, sehingga disini akan terlihat bahwa pengembangan kegiatan olahraga membawa dampak yang positif bagi anak-anak. Melalui pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta modifikasi dari berbagai macam cabang olahraga, anakanak akan mendapatkan alternatif program kegiatan yang tidak membosankan. Semakin sering anak bergerak maka akan semakin terampil mereka dalam melakukan aktivitas fisiknya. Berdasarkan uraian diatas maka anggapan dasar tersebut adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang diterima oleh masing-masing etnis tersebut berbeda

16 16 sehingga diduga hal tersebut akan berakibat pada berbedanya kemampuan motorik dasar yang dimiliki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu. F. Hipotesis Hipotesis merupakan penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Berdasarkan asumsi dasar yang dikemukakan penulis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap terhadap belajar gerak etnis Cina lebih baik dari etnis Dayak, Madura dan Melayu. 2. Kemampuan motorik dasar etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu berbeda. G. Metode Penelitian Belum adanya bukti empirik yang mengungkap tentang sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar di Kota Pontianak perlu segera diatasi melalui serangkaian penelitian. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar yang dimilki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Pontianak. Komponen sikap terhadap belajar gerak dalam penelitian ini dibatasi pada pengetahuan, kebutuhan, perasaan, dan penilaian siswa dalam belajar gerak di sekolah, sedangkan aspek kemampuan motorik dasar meliputi tes feleksibilitas, kekuatan, daya tahan, yang dimiliki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Pontianak.

17 17 Metode penelitian ini menggunakan metode Deskriptif. Sudjana dan Ibrahim (2001:64) mengemukakan, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SD Kota Pontianak. Sementara unit analisis dalam penelitian berasal dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu yang ada di Pontianak. Dalam penentuan sampel dari penelitian ini peneliti menggunakan teknik Proportional Random Sampling.

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia dewasa ini sedang berusaha keras mengadakan pembangunan dan peningkatan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan nasional berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalam kegiatan jalan, lari, lempar, lompat. Istilah atletik berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang turut mendukung pertumbuhan anak. Bermain merupakan sarana bagi anak-anak untuk belajar mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor 1. Konsep Dasar a. Kemampuan Menurut Rusli Lutan (1988:335), bahwa: Ability (kemampuan) memiliki definisi semacam himpunan dari perlengkapan milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani (Penjas) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan kualitas individu secara holistik,

Lebih terperinci

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari gerak. Manusia melakukan aktivitas gerak sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Belajar gerak dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan penting dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, maka pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

Lebih terperinci

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri baik individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai tuntutan kebutuhan baik itu kebutuhan secara fisik-fisiologis maupun sosial-biologis, oleh sebab itu manusia

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu proses interaksi yang bersifat manusiawi, upaya untuk menyiapkan peserta didik, upaya untuk meningkatkan kualitas hidup,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S1 Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivtas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia diri yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, yaitu manakala pendidikan jasmani (penjas) dipersamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu di dalam kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu sedini mungkin. Anak usia dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman kanak-kanak adalah masa di mana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani di sekolah merupakan aktifitas fisik dalam bentuk aktifitas gerak siswa, saat melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Dengan kata

Lebih terperinci

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah-sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Olahraga yang dilakukan dengan rutin dan tidak berlebihan akan membuat manusia menjadi sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang anak menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia, baik sebagai individu

Lebih terperinci

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam Freeman yang dikutip (Bambang Abduljabar, 2009:6) menyatakan bahwa, Pendidikan jasmani dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran jasmani, pembinaan gerakan dilaksanakan untuk meningkatkan kwalitas kesegaran dan penampilan

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani sering dihubungkan dengan konsep lain, yaitu manakala pendidikan jasmani dipersamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peran yang cukup banyak karena tidak hanya dapat mengembangkan aspek psikomotor saja melainkan dapat mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga telah menjadi gejala sosial yang telah tersebar di seluruh dunia. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan. Olahraga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN 25 MODUL 2 : PENDAHULUAN MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd Penyelenggaraan program pendidikan jasmani (Penjas) hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan anak usia dini, secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematang emosi, kepribadian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi setiap orang khususnya bagi anak usia dini. Anak usia dini adalah penerus bangsa yang seharusnya pendidikan tersebut diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yag merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan gerak fisik yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah dan mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk membekali siswa menghadapi masa depan. Untuk itu pembelajaran bermakna sangat menentukan terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar bagi pembentukan sumber daya manusia di masa mendatang (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan.perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya nilai peradaban sebuah bangsa, kualitas pendidikan berkorelasi dengan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di dalamnya terdapat olahraga. Pelajaran olahraga dan kesegaran jasmani dalam sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar siswa, salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT Carsiwan, Mira Sandrawaty Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Departemen

Lebih terperinci