IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KOTA PEKANBARU DESI MULYATI CHALID SAHURI. Cp :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KOTA PEKANBARU DESI MULYATI CHALID SAHURI. Cp :"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KOTA PEKANBARU DESI MULYATI CHALID SAHURI Cp : Program Studi Administrasi Negara Fisip Universitas Riau Kampus Bina Widya KM. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293,Telp/Fax(0761) ABSTRACT : Desi Mulyati ( ) Policy Implementation Of Public Order In The City Of Pekanbaru. Advisor : Drs. H. Chalid Sahuri, MS. Implementation of policy is an attempt to achieve certain goals. Without implementation, the policy has been formulated not going to mean anything. So also with the implementation of the Regional Regulation No. 5 Pekanbaru 2002 on public order, in particular Article 19 Section 1 of the order of certain businesses in the city of Pekanbaru. But in fact the implementation of the regulations, especially in the field of discipline of this particular business are still many street hawkers (PKL) who sell in places that are prohibited by the government. Coupled with the rise of markets and informal impromptu resulted in disruption of public order. keyword : Implementasi, Kepatuhan petugas, fungsi prosedur rutin, pencapiapan tujuan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 Tentang ketertiban umum. Peraturan Daerah (Perda) ini memuat pasal-pasal berisi ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh masyatakat kota Pekanbaru berikut dengan sanksi yang sah. Tujuan dari penciptaan ketertiban umum adalah untuk melindungi warga kota, maupun prasarana dan sarana kota berupa jalanjalan, jalur hijau dan taman-taman serta perlengkapan kota lainnya. Perda Nomor 5 Tahun 2002 ini berisi tentang 5 kategori tertib yaitu Tertib jalan, jalur hijau, taman, dan tempat umum, Tertib sungai, saluran air, dan kolam, Tertib usaha keamanan lingkungan, Tertib usaha tertentu, dan Tertib susila. Untuk melaksanakan Perda tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan Walikota Nomor 31 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Tim Terpadu Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) se-kota Pekanbaru. Adanya kebijakan yang mengatur ketertiban umum di Kota Pekanbaru tentu merupakan hal yang penting bagi penduduk dan perkembangan kota dan diharapkan dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam melangsungkan kehidupan. Namun kenyataannya dalam pelaksanaan perda terutama dalam bidang tertib usaha tertentu ini menuai beberapa permasalahan dalam bentuk 1

2 penempatannya. Seperti keberadaan pedagang kaki lima (PKL) semakin maraknya pasar dadakan dan pasar kaget merupakan fenomena sosial yang dapat ditemukan. Hampir tiap hari di media massa, baik cetak maupun elektronik, memuat berita mengenai penggusuran atau penertiban PKL. Pedagang berkepentingan untuk mencari nafkah, namun di sisi lain pemerintah menertibkan dan memperindah tata ruang kota. Pada sisi yang lain, investor baik secara mandiri maupun berkerjasama dengan pemerintah, membangun pasar-pasar modern, secara tidak langsung menggusur pasar tradisional dan pedagang kecil. Sejalan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, maka keberadaan PKL yang berjualan menggunakan badan jalan harus ditertibkan karena melanggar perda. Dalam melakukan kegiatan atau sosialisasi untuk penertiban terhadap pedagang kaki lima, Dinas Pasar Kota Pekanbaru bertindak sebagai pelaksana. Sebagai pelaksanan teknis kebijakan di lapangan Kasubdis Pasar Kota Pekanbaru melakukan sosialisasi penertiban dengan cara : 1. Memberikan surat edaran 2. Membuat plang tanda larangan berjualan 3. Melakukan sosialisasi ke media cetak dan elektronik tentang kawasan bebas pedagang kaki lima 4. Melakukan patroli keliling dengan menggunakan 2 unit mobil patroli setiap hari Berkaitan dengan ini, Perda Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 tentang ketertiban umum merupakan landasan utama dalam melaksanakan penertiban pedagang kaki lima (PKL). Akan tetapi, Pemerintah Kota Pekanbaru hingga saat ini belum secara tegas dan konsisten dalam mengimplementasikan Perda tersebut. Pemerintah Kota Pekanbaru cenderung hanya sekedar memberikan laranganlarangan bukan dengan tindakan tegas bagi yang melanggar. Dari pantauan dilapangan, terdapat beberapa fenomena yang terjadi dalam upaya penciptaan ketertiban umum Tentang Tertib Usaha Tertentu Pasal 19 ayat 1: 1. Sosialisasi terhadap Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum terutama Bab V tentang Tertib Usaha Tertentu pasal 19 ayat 1, kurang dipahami oleh para Pedagang Kaki Lima. 2. Banyaknya para pedagang kaki lima yang belum mau pindah kelokasi yang telah disediakan pemerintah. 3. Maraknya pasar informal berupa pasar malam dan pasar kaget yang saat ini bermunculan dikota Pekanbaru. 4. Sanksi yang dikenakan dalam Peraturan Daerah ini berupa pidana kurungan enam bulan atau denda setinggi-tingginya Rp ,- yang dikenakan bagi pedagang kaki lima yang melanggar Peraturan Daerah. Sanksi yang diberikan tidak sesuai dengan peraturan daerah. Banyak ditemukan fenomena-fenomena sosialisasi bahkan implementasi yang dilakukan pemerintah dalam menertibkan PKL, dengan mengeluarkan surat 2

3 edaran, membentuk tim terpadu, namun Implementasi Perda sendiri mengenai penertiban pedagang kaki lima baru sebatas penertiban yang bersifat memberitahukan saja. Bertitik tolak dari latar belakang di atas serta gejela-gejala yang ditemukan di lapangan, maka penulis tertarik untuk membuat dan menyusun penelitian dengan judul : Implememtasi Kebijakan Tentang Ketertiban Umum di Kota Pekanbaru. Tolak ukur yang dapat menilai tingkat efektif suatu organiasi sangat banyak. Pengukuran tersebut dapat mengambarkan dan mempelajari secara lengkap unsur-unsur pokok yang berkaitan dengan implementasi suatu organisasi dan sifat dari tolak ukur tersebut. Menurut William N. Dunn (2003:39) bahwa kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Pembagian jenis kebijakan publik yang kedua adalah bentuk-nya. Kebijakan publik dalam arti luas dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan yang ditulis dalam bentuk perundang-undangan dan tidak tertulis namun disepakati. b. Berkenaan dengan substansi dan berkenaan dengan prosedur Winarno (2005:6). Menurut Syaukani dkk (2002:295) implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup, Pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Ketiga, bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke masyarakat. Anderson dalam Wahab (2004:8) mengatakan kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Menurut Anderson konsep kebijakan publik memiliki beberapa implikasi yakni : a. Titik perhatian kita membicarakan kebijakan publik berorientasi pada maksud/tujuan dan bukan pada prilaku yang serampangan. b. Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah bukan keputusan yang tersendiri. c. Apa sebenarnya yang dilakukan pemerintah. d. Kebijkan publik dapat dalam bentuk positif dan negatif. Berdasarkan pandangan tersebut diketahui bahwa proses implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan 3

4 pada diri kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi prilaku dari semua pihak yang terlibat untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasel Nogi (2003:15) yang mengatakan tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan dapat direalisasikan. Syukur dalam Surmayadi (2005 : 79) mengemukakan ada tiga unsur penting dalam proses implementasi yaitu: (1) adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan (2) target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan akan menerima manfaat dari program, perubahan atau peningkatan (3) unsur pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut. Perumusan suatu kebijakan Negara merupakan suatu proses yang tidak mudah. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses pembuatan kebijakan. Menurut Islamy dalam Alvin Ferino (2010 : 29) ada 6 langkah perumusan kebijakan negara, yaitu : 1. Perumusan Masalah 2. Proses memasukkan masalah kebijakan Negara kedalam agenda pemerintah 3. Perumusan usulan kebijakan Negara kedalam agenda pemerintah 4. Proses legitimasi kebijakan Negara 5. Pelaksanaan kebijakan Negara 6. Penilaian kebijakan Grindle dalam Nugroho (2003:174) mengatakan tentang keberhasilan Implementasi kebijakan yaitu: setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajad Implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan mencakup: 1) Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan 2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan 3) Derajat perubahan yang diinginkan 4) Kedudukan pembuat kebijakan 5) Siapa pelaksana program Sementara itu situasi implementasinya adalah: 1) Kekuasaan, kepentingan dan akor yang terlibat 2) Karakteristik lembaga penguasa Keputusan dan daya tanggap Sujianto (2008 : 69) juga memiliki pendapat yang sama dengan George C. Edward, mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan 4

5 implementasi, kecuali Sujianto mengganti satu variabel yakni variabel struktur birokrasi dengan jenis manfaat yang diperoleh. 1. Komunikasi Komunikasi yang dimaksudkan adalah kelancaran, kejelasan dan konsistensi menyampaikan atau pengiriman perintah dan arahan atau informasi. 2. Sumber daya Walau isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya maka untuk melaksanakan implementasi tidak akan berjalan efektif. Nogi (2003) sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia yaitu kompetensi implementor, dan sumber daya finansial termasuk berbagai fasilitas sarana dan prasarana didalam hal tersebut harus memberikan pelayanan. 3. Disposisi Disposisi atau sikap pelaksana, yaitu sikap pelaksana untuk mempunyai kemauan atau niat atau motivasi psikologis untuk melaksanakan kebijakan. Menurut Nogi (2003 : 9) mengatakan disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor contohnya komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan tidak menjadi efektif. 4. Jenis Manfaat yang diperoleh (Type of benefit) Suatu program yang memberikan manfaat/menyediakan manfaat-manfaat kolektif akan mudah dimplementasikan, karena tingkat kepatuhan dari target groups (kelompok sasaran relatif akan tinggi. Atau program yang menjanjikan keuntungan atau manfaat yang jelas bagi kelompok sasaran maka dukungan terhadap implemntasi program akan mudah diperoleh. Sebaliknya jika kelompok sasaran tidak dapat memahami manfaat yang akan diperoleh dukungan bagi proses implementasi program. Menurut Nakamura dan Smallwodd dalam Sujianto, (2008 : 152) mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dominan untuk mengetahui keberhasilan implementasi program (Ripley dan Franklin, 1982). Pertama, perspektif yang menilai keberhasilan implementasi dari aspek kepatuhan (complience) aparat birokrat bawahan kepada birokrat atasannya, atau derajat kepatuhan birokrasi-birokrasi pada umumnya terhadap mandat/kebijakan yang dituangkan dalam undang-undang (juklap dan juknis) berkepentingan terhadap perilaku-perilaku birokratik. Kedua, keberhasilan implementasi dari segi berfungsinya prosedur-prosedur rutin dalam implementasi kebijakan dan tidak hanya konflik. Kedua persepsi ini mendefinisikan keberhasilan implementasi dari segi proses. Kemudian mereka mengusulkan perspektif yang ketiga, yaitu 5

6 keberhasilan implementasi dilihat dari segi pencapaian tujuan-tujuan programatis yang diharapkan dari dampak program. METODE Metode penelitian ini tergolong ke dalam analisis deskriptif kualitatif. Hal ini dilakukan dengan langkah-langkah dan tahapan-tahapan tertentu. Langkahlangkah itu adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan, kemudian digolongkan menurut jenis dan spesifikasinya. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan uraian serta penjelesan yang mendukung. Setelah itu dari hasil analisa ditarik kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian. HASIL A. Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Ketertiban Umum di Kota Pekanbaru Dalam penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil tanggapan dari responden yang sudah ditetapkan sebelumnya. tanggapan yang diberikan responden berdasarkan indikator penelitian yang disesuaikan permasalahan penelitian. 1. Kepatuhan Polisi Pamong Praja kepada Dinas Pasar Kepatuhan Polisi Pamong Praja terhadap atasannya merupakan kunci awal kesuksesan suatu pelaksanaan peraturan yang sudah ditetapkan. Hal ini tentu tidak hanya dalam dunia pemerintahan saja tetapi juga dalam lingkungan perusahaan lain. Tanpa adanya kepatuhan Polisi Pamong Praja kepada atasannya, maka akan sangat sulit sekali sebuah peratuan seperti implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 khususnya tentang Tertib Usaha Tertentu pasal 19 ayat 1 dapat terlaksana dengan baik. Berikut salah satu hasil wawancaranya : Mengenai tugas yang diberikan kepada Polisi Pamong Praja yang berada dilapangan diharuskan untuk memberikan laporan atau pengaduan dari berbagai pihak jika terjadi tindak pidana seperti pelanggaran yang dilakukan oleh para PKL, kemudian melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara serta melakukan pemeriksaan dan melakukan tindakan berupa sosialisasi kepada para Pedagang Kaki Lima (PKL). Jika tindakan tersebut tidak di indahkan, maka Dinas Pasar beserta Polisi Pamong Praja akan melakukan tindakan terakhir berupa penggusuran dan penyitaan barang. Sehingga dengan adanya peringatan-peringatan yang kita berikan diharapkan tidak akan terjadi masalah demonstrasi maupun tindakan kekerasan pada saat dilakukan penggusuran dan penyitaan barang. (Wawancara dengan Kepala Dinas Pasar Kota Pekanbaru, 10 Desember 2012). Kami sudah mengetahui tugas yang diberikan Dinas Pasar kepada kami sebelum melakukan tindakan penggusuran maupun penyitaan. Tugas utama kami adalah menerima dan menyampaikan laporan pelanggaran yang dilakukan oleh 6

7 Pedagang Kaki Lima (PKL) seperti berjualan disembarang tempat, berjualan di trotoar dan berjualan di badan jalan serta berjualan di kawasan hijau yang dapat mengganggu ketertiban umum dan kemacetan lalu lintas. Setelah kami terima dan kami laporkan kepada atasan kami, maka kami di beri tugas untuk melakukan pemeriksaan di lapangan sesuai dengan berita yang beredar, selanjutnya kami melakukan sosialisasi ke pasar. Jika aturan dan sosialisasi yang kami lakukan berdasarkan aturan yang sudah di tetapkan tidak juga di indahkan, maka tindakan penggusuran maupun penyitaan akan di lakukan. Upaya ini kami lakukan demi menjaga hubungan baik Dinas Pasar dan Pemerintah Daerah dengan para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru. (Wawancara dengan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru, 10 Desember 2012). Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Dinas Pasar dan Polisi Pamong Praja tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebelum tindakan penggusuran maupun penyitaan barang dilakukan, maka tindakan sosialisasi dan pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu. Upaya tersebut disesuaikan dengan tugas yang telah diberikan Dinas Pasar kepada Polisi Pamong Praja. Sehingga jika harus terjadi tindakan penggusuran maupun penyitaan barang bisa dilakukan tanpa harus dilakukan dengan cara pemaksaan. 2. Berfungsinya Prosedur-prosedur Rutin Dalam upaya untuk menjalankan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 tentang Ketertiban umum khususnya Bab V tentang Tertib Usaha Tertentu pasal 19 ayat 1 penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru, maka harus dapat berfungsi dengan baik prosedur-prosedur Rutin yang ada di birokrat atas hingga birokrat bawah atau Petugas Lapangan. Berikut salah satu hasil wanwancaranya : Kami telah memberikan tugas kepada para Petugas Lapangan untuk memberikan peringatan kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak mau mengindahkan himbuan yang telah diberikan sebelumnya agar membongkar tempat dagangannya sebelum dilakukan penggusuran, kemudian melakukan tindakan penertiban dengan menyita dagangan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan melakukan penanggulangan terpadu bila terjadi aksi-aksi yang tidak diinginkan dengan sistem komando. Kami terpaksa melakukan tindakan pembongkaran paksa dan melakukan penyitaan barang dagangan jika Pedagang Kaki Lima (PKL) tidak mengindahkan kebijakan yang telah diberikan berupa kesempatan untuk membongkar sendiri tempat dagangannya. (Wawancara dengan Kepala Dinas Pasar Kota Pekanbaru, 10 Desember 2012). Benar kami telah diberi tugas untuk memberikan peringatan kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak mau mengindahkan himbuan yang telah diberikan sebelumnya. Kemudian melakukan tindakan penertiban dengan menyita dagangan Pedagang Kaki Lima (PKL) jika Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sudah berulang kali di beri peringatan tapi tidak mengindahkan peringatan yang diberikan. Biasanya akan banyak aksi yang muncul dari Pedagang Kaki Lima (PKL) jika dilakukan penggusuran seperti demo dan perlawanan dari Pedagang 7

8 Kaki Lima (PKL) karena tidak terima di gusur. Untuk menghindari hal-hal buruk yang terjadi, maka kami melakukan penanggulangan terpadu dengan sistem komando. (Wawancara dengan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru, 10 Desember 2012). Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan yakni dengan Kepala Dinas Pasar dan Polisi Pamong Praja di Kota Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan pembongkaran paksa kepada kios-kios Pedagang Kaki Lima (PKL), maka dilakukan himbauan terlebih dahulu setelah sebelumnya dikoordinasikan kepada atasan. 3. Pencapaian Tujuan Program Berbagai upaya yang dilakukan di atas sebenarnya bertujuan untuk mencapai tujuan dan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tanpa adanya tujuan dan program dari Pemerintah, maka pihak Pemerintah Daerah tentu tidak akan melakukan penertiban kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan disembarang tempat seperti trotoar, badan jalan maupun dijalur hijau. Berikut salah satu hasil wanwancaranya : Mengenai hal tersebut, memang sudah menjadi target dan prioritas utama Pemerintah Daerah Pekanbaru dalam mewujudkan Kota Pekanbaru yang bersih dan Tertib. Kami sangat berharap bahwa menciptakan dan menjaga Kota Pekanbaru yang bersih dan tertib menjaga tanggung jawab kita bersama. Kami juga sangat berharap bahwa sarana dan prasarana umum yang ada Kota Pekanbaru tetap terjaga dengan baik dan tidak dijadikan tempat berjualan secara sembarangan oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL). (Wawancara dengan Kepala Dinas Pasar, 10 Desember 2012). Benar, bahwa salah satu tujuan dari penertiban yang kita lakukan adalah untuk menciptakan Kota Pekanbaru yang bersih dan tertib. Jadi kami sangat berharap bahwa semua pihak mempunyai kesadaran untuk menjaga kebersihan dan ketertiban Kota Pekanbaru yang kita cintai. Itulah sebabnya kami sangat mengawasi ketat sarana dan prasarana umum yang dijadikan Pedagang Kaki Lima sebagai tempat berjualan. (Wawancara dengan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru). Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan yakni dengan Kepala Dinas Pasar dan Polisi Pamong Praja di Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan program pelaksanaan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) masih jauh dari yang diharapkan meskipun tujuannya adalah untuk menciptakan kota Pekanbaru yang bersih dan tertib. B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum di Kota Pekanbaru. 8

9 Penulis dapat menemukan faktor-faktor penghambat penerapan kebijakan tersebut dari kesimpulan wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas Pasar dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru. 1. Komunikasi Salah satu cara untuk menciptakan keberhasilan implementasi kebijakan Pemerintah kepada masyarakat khususnya kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjadi target atau sasaran kebijakan tersebut harus ditransmisikan dengan baik kepada kelompok sasaran (Target Group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Adapun indikator-indikatornya : a. Kelancaran Penyampaian Informasi Kepada Kelompok Sasaran b. Kejelasan informasi yang diberikan petugas kepada kelompok sasaran c. Konsistensi Informasi yang diberikan petugas kepada kelompok sasaran 2. Sumber Daya Walau isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya maka untuk melaksanakan implementasi tidak akan berjalan efektif. Nogi (2003) sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia yaitu kompetensi implementor, dan sumber daya finansial termasuk berbagai fasilitas sarana dan prasarana didalam hal tersebut harus memberikan pelayanan. Adapun indicator-indikatornya : a. Tersedianya sumber daya manusia yang mencukupi sebagai implementor b. Kompetisi Implementor Yang Memadai c. Tersedianya Sarana dan Prasarana 3. Disposisi Disposisi atau sikap pelaksana, yaitu sikap pelaksana untuk mempunyai kemauan atau niat atau motivasi psikologis untuk melaksanakan kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan tidak menjadi efektif. Adapun indikator-indikatornya : a. Motivasi dari implementor untuk mengimplementasikan kebijakan b. Komitmen dari implementor untuk mengimplementasikan kebijakan c. Kejujuran dari Implementor dalam Mengimplementasikan kebijakan 4. Manfaat Suatu program yang memberikan manfaat/menyediakan manfaat-manfaat kolektif akan mudah dimplementasikan, karena tingkat kepatuhan dari target groups (kelompok sasaran relatif akan tinggi. Atau program yang menjanjikan keuntungan atau manfaat yang jelas bagi kelompok sasaran maka dukungan terhadap implemntasi program akan mudah diperoleh. Sebaliknya jika kelompok sasaran tidak dapat memahami manfaat yang akan diperoleh dukungan bagi proses implementasi program. Adapun indikator-indikatornya : a. Manfaat yang jelas yang akan diterima oleh kelompok sasaran b. Manfaat jangka pendek yang akan diterima oleh kelompok sasaran c. Manfaat jangka panjang yang akan diterima oleh kelompok sasaran KESIMPULAN 9

10 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta berdasarkan analisa mengenai implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 tentang Ketertiban umum khususnya penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru, dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1) Kepatuhan aparat birokrat bawahan kepada atasannya dan dapat berfungsinya prosedur-prosedur yang ada secara rutin serta pencapaian tujuan program yang dilaksanakan oleh Dinas Pasar dan Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 tentang Ketertiban umum khususnya penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan melakukan wawancara dengan Dinas Pasar, Polisi Pamong Praja dan Pedagang Kaki Lima sendiri masih dalam kategori kurang baik. 2) Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada responden yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Pekanbaru dari keempat faktor yang mempengaruhi proses implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 tentang Ketertiban umum di Kota Pekanbaru, dapat diketahui bahwa faktor-faktor komunikasi dan disposisi yang dimiliki oleh Dinas Pasar Kota Pekanbaru sudah Baik, sedangkan faktor manfaat dan sumber daya masih Tidak Baik. DAFTAR RUJUKAN Dunn, William N Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : University press. Ferino, Alvin Implementasi S.K Walikota Padang No. 161 Tahun 2007 Tentang Penetapan Lokasi Dan Pengaturan PKL di Objek Wisata Pantai Padang. Hessel Nogi, S. Tangkilisan, Kebijakan Publik untuk Pimpinan Berwawasan Internasional. Yogyakarta : Balairung. Nugroho, Riant D Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang. Jakarta : Elex Media Kompetindo. Sujianto Implementasi Kebijakan Publik. Pekanbaru : Alaf Riau. Sumaryadi, I Nyoman Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta : Citra Utama. Syaukani Kebijakan Publik, Menggapai Masyarakat Madani. Yogyakarta : Mida Pustaka. Winarno, Budi Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Presindo. 10

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING 223 PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING Fadil Muhammad Program Magister Ilmu Administrasi Fisip Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12.5 Simpang Baru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak menjadi permasalahan di kota-kota besar, karena pada umumnya kebijakan tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN 131 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN Indra Safawi, Sujianto, dan Zaili Rusli FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293 e-mail: radiansafawi@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM 141 IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM Dwi Nursepto dan Yoserizal FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Implementation Parking Levy

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERDA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

IMPLEMENTASI PERDA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET 43 IMPLEMENTASI PERDA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET Ja afar Arief dan Isril FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Implementation

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 121 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Airine Yulianda Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan kehidupan yang bergerak cukup cepat serta berkembang semakin maju, sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan pedagang kaki lima / PKL di kota-kota besar merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil yang akhir-akhir

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERTIBAN TERMINAL PENUMPANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERTIBAN TERMINAL PENUMPANG 19 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERTIBAN TERMINAL PENUMPANG Arbi Winarko S dan Chalid Sahuri FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Order Policy Implementation

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PEDAGANG KAKI LIMA SIMPANG LIMA SEMARANG Oleh : Christine Gitta Candra Puspita,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN 119 IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH PERKOTAAN M. Hadi, Sujianto, dan Chalid Sahuri FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293 e-mail: hadicino@yahoo.com

Lebih terperinci

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Lampiran 2 STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Bagaimanakah perencanaan oleh Dinas Pengelolaan Pasar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. tersebut dapat menjadi landasan untuk menilai bagaimana Fungsi Terminal

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. tersebut dapat menjadi landasan untuk menilai bagaimana Fungsi Terminal 85 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasrkan dari hasil penelitian dan pembahasaan yang dilakukan oleh penulis mendapatkan berbagai informasi, dimana dari informasi dan data-data tersebut dapat

Lebih terperinci

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 1 PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2000 Oleh Desak Nyoman Oxsi Selina Ibrahim R I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang

I. PENDAHULUAN. menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), kemacetan lalu lintas, papan reklame yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota di Indonesia pada umumnya memiliki persoalan dengan ruang publik, seperti persoalan parkir yang memakan tempat berlebihan ataupun memakan bahu jalan, masalah

Lebih terperinci

PERILAKU PRTUGAS DALAM PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA PEKANBARU

PERILAKU PRTUGAS DALAM PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA PEKANBARU 1 PERILAKU PRTUGAS DALAM PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA PEKANBARU Penulis : Siti Aisyah / ichaaa30@ymail.com / 0813713344877 Drs. Chalid Sahuri, MS / chalidsah@yahoo.co.id / 08127545579 Abstract

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

Lebih terperinci

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Lampiran IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) TRANSKRIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk kesempatan kerja sektor informal yang dirumuskan sebagai pedagang kecil yang mempunyai peranan sebagai penyalur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aparat pamong praja kota Sibolga menjalankan tugasnya sesuai dengan Pasal 4 PP Nomor 6 Tahun 2010, jadi peraturan tersebut bukan hanya menjadi sebuah teori, tapi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN (Studi tentang Ketertiban Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Tanjungpinang Kota) NASKAH PUBLIKASI Oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia mempunyai peranan sangat penting dalam sebuah organisasi, sehingga organisasi seharusnya memiliki sumber daya manusia yang baik khususnya

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung) Kualitas keahlian dan kewenangan

Lebih terperinci

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijakan publik merupakan segala hal yang diputuskan oleh pemerintah. Definisi ini menunjukkan bagaimana pemerintah memiliki otoritas untuk membuat kebijakan yang

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN. implementasi Perda KTR di Kota Padang. Tenaga pelaksana kebijakan KTR di

BAB 6 : KESIMPULAN. implementasi Perda KTR di Kota Padang. Tenaga pelaksana kebijakan KTR di BAB 6 : KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Komponen Input 1. Kota Padang memiliki kebijakan KTR yang tertuang dalam Perda Kota Padang Nomor 24 tahun 2012 tentang kawasan tanpa rokok. Namun, sebagian besar

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketenteraman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENERTIBAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Agresi militer Belanda tahun 1948 Kondisi yang tidak

Lebih terperinci

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %. RINGKASAN Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Program Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) di Kota Pekanbaru. (Studi Kasus di Kecamatan Tampan) (Peneliti : Sofia Achnes, Lena Farida, Mariati Ibrahim)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 jo. UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka desentralisasi pemerintahan mulai berjalan dengan tujuan kemandirian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU Oleh : Reni Sabrina Email : risa_sabrina@yahoo.co.id Pembimbing : Zulkarnaini, S. Sos, M. Si Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU Menimbang BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA 282 Jurnal Administrasi Pembangunan, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013, hlm. 219-323 ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA Farida Yeni dan Kirmizi FISIP Universitas Riau, Kampus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS

IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS 23 IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS Nita Andriani dan Sujianto FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Implementation of the Free

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU 1994-2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DISIPLIN PNS

IMPLEMENTASI PERATURAN DISIPLIN PNS 110 Jurnal Administrasi Pembangunan, Volume 2, Nomor 1, November 2013, hlm. 1-114 IMPLEMENTASI PERATURAN DISIPLIN PNS Mhd. Rafi dan Khairul Anwar FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN BATAS DESA

EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN BATAS DESA 65 EVALUASI KEBIJAKAN PENETAPAN BATAS DESA Tangkas Marisi Hasudungan dan Sujianto FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Determination of Policy

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Kota Magelang) ABSTRAK

IMPLEMENTASI UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Kota Magelang) ABSTRAK 1 IMPLEMENTASI UU NOMOR TAHUN 009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Kota Magelang) Iwan Kurniawan*, Hartuti Purnaweni**, Rihandoyo*** * wanwan9585@yahoo.com; ** hartutipurnaweni@gmail.com;

Lebih terperinci

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa keberadaan Penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR SKEMA... xi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN, PENGEMIS, TUNA SUSILA DAN ANAK JALANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Sementara

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Teddy Rezki Pratama 1

Teddy Rezki Pratama 1 ejournal Pemerintahan Integratif, 2015, 3 (1): 226-236 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id Copyright 2015 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (Studi Tentang Kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal atau perumahan semakin banyak. 2. penduduk akan menuntut penambahan lahan pemukiman, jaringan jalan,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal atau perumahan semakin banyak. 2. penduduk akan menuntut penambahan lahan pemukiman, jaringan jalan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk kota dengan Urbanisasi dan migrasi menjadi semakin meningkat pesat, karena itu dapat dikemukakan bahwa kota-kota besar yang jumlah penduduknya

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Daerah No.14 tahun 2006 tentang Retribusi Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol di Kota Pekanbaru

Implementasi Peraturan Daerah No.14 tahun 2006 tentang Retribusi Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol di Kota Pekanbaru Implementasi Peraturan Daerah No.14 tahun 2006 tentang Retribusi Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol di Kota Pekanbaru ASTRID PURBA dan FEBRI YULIANI FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km.

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KREATIF LAPANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal.

manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal. manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA PADANG

EFEKTIVITAS PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA PADANG EFEKTIVITAS PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA PADANG 1 Sasmala Rayuni 1, Nurharmi 1, Yusrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus reformasi telah berhasil menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Faktor keruntuhan Orde Baru selain karena kekuasaan yang otoriter juga dipicu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2005 NOMOR 9 SERI D NOMOR SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA SEBAGIAN RUAS JALAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar peranan humas adalah sebagai communicator organisasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar peranan humas adalah sebagai communicator organisasi kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadan Humas atau Public Relations (PR) pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan oleh semua jenis organisasi, baik organisasi komersial ataupun non komersial, seperti

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Subang telah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Kadek Devi Ayu Anggari Pembimbing : I Wayan Parsa Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat saat ini menuntut setiap orang untuk berupaya berdayaguna dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Baik itu melalui

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KEBERSIHAN KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tersebut yaitu mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tentang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tersebut yaitu mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tentang 53 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian akan disajikan berdasarkan yang peneliti temukan di lapangan saat penelitian

Lebih terperinci

Novia Yulianti 1. Universitas Mulawarman.

Novia Yulianti 1. Universitas Mulawarman. ejournal Administrasi Negara, 2013, 1 (4): 1712-1723 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2013 EVALUASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1988).

PENDAHULUAN. merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1988). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam perkembangannya, segala

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA RENCANA KERJA (RENJA)

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA RENCANA KERJA (RENJA) PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA JL. CEMPAKA NO. 26 Telp. (0541) 731351 SAMARINDA 75121 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dalam menyelenggarakan ketertiban umum khususnya dalam menangani

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH NO. 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DI SUKOHARJO SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH NO. 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DI SUKOHARJO SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH NO. 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DI SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu mempunyai dampak yang positif dan negatif, di satu pihak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. selalu mempunyai dampak yang positif dan negatif, di satu pihak terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. Efektivitas strategi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia tersebut yang tercantum didalam. UUD 1945 dan rencana pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. tercapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia tersebut yang tercantum didalam. UUD 1945 dan rencana pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada dasarnya diupayakan untuk menciptakan masyarakat madani yang berperadaban modern, adil dan makmur. Oleh karena itu perlu adanya komitmen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbuatan Pemerintah menurut Van Poelje merupakan tindakan hukum publik yang tindakan-tindakan hukum tersebut dilakukan oleh penguasan dalam menjalankan fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa penggunaan minuman beralkohol bertentangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penjabaran Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jembrana Tahun 2011-2016 untuk Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci