BAB II KAJIAN TEORI. menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah
|
|
- Hartono Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata motive yang mempunyai arti dorongan. Dorongan ini menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah ada dorongan, baik dorongan dari dalam diri manusia maupun yang datang dari lingkungannya. Skinner (slafin : 2009 : 144) mengemukakan bahwa motivasi adalah konsekuensi dari penguatan. Namun nilai tindakan penguatan bergantung pada banyak faktor dan kekuatan motivasi mungkin saja berada dari dalam diri siswa yang berbeda. Partanto dan Al Barry (1994 : 486) mengartikan motivasi sebagai sokongan moril, alasan, tujuan tindakan. Hal ini identik dengan motivator yang diartikan sebagai pendorong, penggerak, pemberi semangat/sokongan moril, menganjur dan pemberi motivasi. Jika dikaitkan dengan kegiatan bimbingan, maka siswa berkedudukan sebagai objek motivasi (yang diberi motivasi) dan pemberi bimbingan adalah subjek motivasi (pemberi motivasi). Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang tidak mau bertindak seringkali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari rasa sakit atau kesulitan ( askes 21 Juni 2011). Menurut Munandar (2006 : 378) motivasi adalah kecendurungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan dengan tujuan tertentu, usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sedangkan menurut Eysenck (dalam Slameto, 2003: 170)
2 merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsekuensi yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut sardiman (2005 : 75) bahwa dapat juga dikatakan serangkaian untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi itu motivasi itu dapat dirangsang oleh factor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Menurut Mc.Donald (dalam Sadirman, 2005: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 1. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 2. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan,. Motivasi memang muncul dari dalam
3 diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan,menyangkut soal kebutuhan. Sedangkan menurut Umaedi dalam (online 25 Juni 2011). Motivasi adalah besarnya dorongan dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari sesuatu akan bekerja keras dan mencurahkan sebagian besar energi dan waktunya untuk mempelajari sesuatu tersebut. sebaliknya seorang siswa yang tidak memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu, siswa tersebut akan hanya menggunakan sebagian kecil atau bahkan tidak sama sekali menggunakan energi dan waktunya untuk mempelajari sesuatu tersebut. Lain halnya dengan suryabrata (dalam Zubaidah, dkk, 2005: 39) mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri seseorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu juga Winskel (dalam Zubaidah, dkk, 2005: 39) mengemukakan bahwa motif adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan. Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar diri dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. 2.2 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
4 Di dalam kegiatan pembelajaran peran motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2005: 92-95) ada beberapa cara untuk menambahkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. 1. Memberi angka; Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegaiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. 2. Hadiah; Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. sebagai contoh hadiah yang akan diberikan untuk gambar terbaik akan menarik siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. 3. Saingan/kompetisi; Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. 4. Ego Involvement; Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
5 penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. 5. Memberi ulangan; Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan jika merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. 6. Mengetahui kelas; Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri setiap siswa untuk terus belajar, dengan satu harapan hasilnya terus meningkat. 7. Pujian; Apabila ada siswa yang sukses berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. 8. Hukuman; Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana menjadi alat motivasi. oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 9. Hasrat untuk belajar; Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga barang tentu hasilnya akan lebih baik. 10. Minat; Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
6 d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. 11. Tujuan yang diakui; Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting hal ini karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2007: ) beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahakan minat anak didik terhadap bahan pembelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah: 1. Memberi angka; hal ini dimaksud sebagai simbol atau nilai dari aktivitas belajar siswa yang disesuaikan dengan hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru. 2. Hadiah; adalah sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cendera mata, hadiah ini diberikan tergantung dari keinginan si pemberi. 3. Pujian; pujian merupakan alat motivasi yang positif karena anak-anak senang diberikan pujian atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya dengan baik. 4. Gerakan tubuh; dalam hal ini dalam bentuk mimik yang cerah, dalam senyum, mengancungkan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu, geleng-geleng kepala, dan lain-lain merupakan gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik. 5. Memberi tugas; adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar anak didik. 6. Memberi ulangan; merupakan suatu strategi yang penting dalam pengajaran. Sebab dengan ulangan yang diberikan kepada anak didik guru ingin mengetahui sampai dimana
7 dan sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukannya dan sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan yang telah diberikan dalam rentang waktu tertentu. 7. Mengetahui hasil; ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat didalam diri setiap orang. Jadi, setiap orang ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. 8. Hukuman; adalah reinforcement yang negative, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman dimaksud disini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat mendidik. Berdasarkan pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilakukan dalam bentuk: (1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan/kompetisi; (4) ego involvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui kelas; (7) pujian; (8) hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11) tujuan yang diakui. 2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Slameto (2010 : 54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. a. Faktor internal Dalam Faktor internal ini dikelompokan lagi menjadi tiga faktor yakni faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Dari ketiga faktor tersebut dapat digolongkan lagi menjadi beberapa bagian antara lain : 1. Faktor jasmani yang terdiri dari faktor kesehatan,faktor cacat tubuh
8 2. Faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan. 3. Faktor kelelahan dapat digolongkan menjadi dua yaitu kelelahan fisik(jasmani) dan kelelahan psikis (rohani) b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi dalam meningkatkan motivasi belajar dapat dikelompokan menjadi tiga faktor antara lain : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat, dan dari ketiga faktor tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian tertentu lagi antara lain: 1. Faktor keluarga Keluarga merupakan hal yang terpenting dalam hidup dan kehidupan seorang anak termasuk memotivasi anak dalam belajar. Berkembang atau tidak seorang anak, faktor pertama dan utama yang menentukan adalah keluarga karena keluarga merupakan tumpuan harapan baik secara material maupun non material untuk menentukan kehidupannya dimasa yang akan datang. Faktor ini bisa berupa: a. Cara orang tua mendidik b. Relasi anggota keluarga c. Suasana rumah d. Keadaan ekonomi keluarga e. Pengertian orang tua f. Latar belakang kebudayaan 1. Faktor sekolah
9 Sekolah merupakan bagian terpenting setelah keluarga dalam memotivasi peserta didik dalam meningkatkan minat belajar. Sekolah merupakan jembatan yang dapat mengantarkan anak didik meraih dan menggapai cita-cita dimasa yang akan datang. Yang merupakan cakupan dari faktor ini adalah: 1. Metode mengajar 2. Kurikulum 3. Relasi guru dengan siswa 4. Relasi siswa sengan siswa 5. Disiplin sekolah 6. Alat atau media pelajaran 7. Waktu sekolah 8. Standar pelajaran 9. Keadaan gedung 10. Metode belajar 2. Faktor lingkungan masyarakat Faktor lingkungan masyarakat juga merupakan hal terpenting yang dapat memotivasi minat belajar anak. Lingkungan dapat memberikan efek besar bagi perkembangan psikologis anak bisa berupa hal yang positif dan juga negatif. hal ini dikarenakan siswa merupakan kesatuan individual yang tak terpisahkan dengan lingkungan. Yang merupakan cakupan ini antara lain : 1. Kegiatan siswa dalam masyarakat 2. Media massa
10 3. Teman bergaul 2.4 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut Dimiyati dalam Mudjono (2009: ) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran, yaitu: (1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, (2) mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran, (3) mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan yang telah dimiliki dalam belajar, (4) mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar masing-masing upaya tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar, prinsip tersebut adalah: 1. Prinsip perhatian dan motivasi belajar 2. Prinsip keaktifan belajar 3. Prinsip keterlibatan langsung pembelajaran 4. Prinsip pengulangan belajar 5. Prinsip perbedaan individu antara pembelajar Kelima prinsip tersebut perlu diterapkan secara dioptimalkan agar pembelajaran mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Ada dua cara dalam mengoptimalkan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut yakni yang pertama, menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan secara optimal. Strategi disini, dapat digali dari pandangan-pandangan dan temuan teoritik dan dapat pula dibagi dari kiat guru. Kedua, menjauhkan konstrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
11 b. Mongoptimalkan Unsur-unsur Dinamis Belajar/Pembelajaran Mengingat Unsur-unsur belajar dapat mempengaruhi motivasi, maka perlu dioptimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian perlu dilakukan, agar motivasi belajar juga berhubungan dengan keoptimalan perolehan belajar. Bagaimana cara mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar. Pembelajaran tersebut dalam seting belajar secara kreativ perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada guru hanya menerima kondisi tersebut apa adanya sebagai contoh, peralatan pengajaran yang mungkin tidak tersedia atau tidak terjangkau dapat disediakan dengan merancang dengan sendiri bersamasama dengan pembelajaran. Kedua memanfaatkan sumber-sumber diluar sekolah sehingga keterbatasan yang sekolah dapat ditanggulangi. Hal demikian dapat dilakukan dengan banyak mengadakan kerjasama dengan sejumlah lembaga diluar sekolah bahkan diluar dunia pendidikan. 2.5 Peran Orang Tua Siswa Dalam Meningkatan Motivasi Belajar Menurut Sunarto dan Hartono (2002 :193) keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral dan pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, meskipun secara nasional bagi keluarga keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu pancasila. Ada keluarga yang mendidik anaknya berdasarkan pada kaidah-kaidah agama dan melakukan proses pendidikan
12 dengan tujuan menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang soleh dan senantiasa bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga keluarga yang dasar dan tujuan pendidikan berorietasi pada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pendidikan, anak-anak seharusnya mempunyai kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang akan dipelajari apakah mereka mengejar studi akademik atau hanya sampai pada sekolah menengah sama halnya dengan pengembangan pengetahuan, kalau seorang anak ingin meningkatkan cadangan pengetahuannya, ia bisa terus belajar, kalau ia merasa cukup dengan pengetahuannya dan ingin bekerja seharusnya mereka diizinkan untuk bekerja. Namun orang tua harus mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk masa depan yaitu: 1. Mengenal sebanyak mungkin kemampuan berbahasa, yang nantinya berhubungan dengan orang lain. Di masa depan apabila tidak mengenal bahasa asing maka akan memiliki daya saing yang terkikis. 2. Pertimabangan. Pendidikan pengetahuan dapat diefektifkan dengan bantuan komputer. Hanya pertimbangan yang baiklah maka dapat mencegah seorang anak kehilangan arah dan teguh terhadap prinsip-prinsip yang dipegang seandainya di lingkungan yang tidak sehat. Peran orang tua dalam pendidikan di antaranya. a) Pembelajaran mandiri bagi anak maupun orang tua sendiri setelah anak besar. b) Mengubah peran dari melindungi penjadi penolong. c) Mengubah anggapan bahwa anak lemah ( Wen dalam Setyowati dan Arifani, 2011: 102).
13 Mudjiarto (dalam Setyowati dan Arifana, 2011: 102) peran orang tua perlu dilibatkan dalam kegiatan sekolah termasuk dukungan orang tua terhadap program dan tujuan yang ingin dicapai sekolah secara konsisten. Pengontrolan anak dapat ketat dan disiplin dalam keaktifan dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM). Pelibatan orang tua tidak hanya bersifat bantuan dana saja namun program dan perencanaan partisipasi dan perencanaan partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua. Keberanian sekolah dibutuhkan untuk menggugah orang tua agar perlu memperhatikan sekolah anaknya dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya. Partisipasi orang tua merupakan konsep yang multi dimensional. Isu definisi partisipasi orang tua berkembang dalam paradigma dibangun atas kepercayaan bahwa: (1) semua keluarga memiliki kekuatan/kelebihan; (2) orang tua dapat belajar teknik-teknik baru; (3) orang tua memiliki perspektif tentang pentingnya anak-anak; (4) sebagian besar orang tua benar-benar peduli pada anak-anaknya; (5) perbedaan budaya adalah shalih sekaligus berharga, dan; (6) terdapat berbagai bentuk keluarga dan legitimate (Jesse dan Map dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6). Sebagai konstruksi yang multi dimensi, model partsipasi orang tua menurut Bosse (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6) memiliki lima perspektif, yakni: 1. Behavioral; Penggunaan metode stimulan yang merangsang (pelajaran misalnya) agar orang tua berpartisipasi dalam memanfaatkan potensi lingkungan. 2. Social marketing; Penggunaan strategi komunikasi khususnya untuk menolong dan menjangkau orang tua. 3. Ekologis; Kemitraan yang kuat antara berbagai stakeholder.
14 4. Pragmatik; Kemampuan organisasi mengembangkan kesempatan untuk berpartisipasinya orang tua sesuai dengan kebutuhan orang tua anak. 5. Pemberdayaan Warga Negara; Peningkatan partisipasi orang tua dalam lima area organisasi yaitu: (a) menolong identifikasi kebutuhan; (b) latihan kepemimpinan; (c) bantuan keorganisasian; (d) mobilisasi berbagai sumber, dan (e) manajemen organisasi. Menurut Elliot dan Swap (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6-7) unsur penting peran orang tua adalah tanggung jawab keluarga maupun sekolah. Ditinjau dari variasi tanggung jawab ini dari paling tinggi tanggung jawab sekolah (sehingga rendah tanggung jawab orang tua) sampai yang setara tanggung jawa kedua belah pihak. Dengan demikian ada 4 model partisipasi orang tua yaitu: (1) Protective atau separate responsibilities; (2) school to home atau sequential responbilities; (3) curriculum erichment; (4) partnership atau school responsiblities. Adapun penjelasan keempat model tersebut adalah sebagai berikut. 1) Model protective atau separate responsibilities mengasumsikan bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung jawab yang saling terpisah dengan yang lain, maka dari itu akan menjadi paling efektif dan efisien jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target dan kegiatannya masing-masing secara saling lepas. Tujuannya adalah melindungi sekolah dari gangguan dan campur tangan orang tua. Bukankah orang tua telah menyerahkan tanggung jawa pendidikan anaknya kepada sekolah. Sehigga sekolah harus mandiri dan terbebas dari intervensi orang tua dalam mendidik anak. Partisipasi orang tua dalam pengambilan keputusan atau kerja sama dengan pihak sekolah tidak ada/terjadi dalam model ini. 2) Model school to home transmision atau sequential responsibilities mengasumsikan bahwa keberhasilan anak didukung secara berkelanjutan oleh harapan dan nilai-nilai
15 antara keluarga atau rumah dan sekolah, sekalipun model ini menempatkan perlunya interaksi terus-menerus keluarga atau rumah dan sekolah, sekalipun model ini menempatkan perlunya interaksi terus-menerus keluarga dan sekolah, namun orang tua hanya memiliki input yang lebih kecil, walau begitu baik orang tua maupun guru mempunyai andil dalam tiap tahap perkembangan kritis anak yang berbeda. 3) Model curriculum berasumsi bahwa interaksi antara keluarga dan personel sekolah dapat mendukung kurikulum dan tujuan pendidikan. Tiap pihak mempunyai keahlian khusus berkaitan dengan kurikulum atau proses belajar mengajar dan pengajaran. 4) Model partnership atau shared responsibilities menekankan koordinasi dan kerja sama sekolah dan keluarga untuk mengembangkan komunkasi dan kolaborasi. Asumsinya sekolah dan keluarga lebih efektif jika informasi, nasehat, dan pengalaman dishared secara berkelanjutan di antara semua warga sekolah, keluarga dan masyarakat. Sedangkan Harvard Family Research (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 7-8) mengembangkan empat model partisipasi orang tua seperti berikut ini. 1) Model parenting practice; Keyakinan, sikap dan kegiatan-kegiatan orang tua untuk mendukung anaknya belajar baik disekolah maupun di rumah. 2) Model school family partnership; Didasarkan ide bahwa keluarga dan sekolah merupakan lingkungan yang mempengaruhi belajar anak, walau begitu sekolah mempunyai tanggung jawab utama untuk menjangkau orang tua dan masyarakat, maka perlu dikembangkan kemitraan antar pihak. 3) Model democratic participation; Partisipasi orang tua dapat artikan sebagai partisiapasi orang tua dapat berarti dalam kelembagaan masyarakat. Orang tua dan masyarakat
16 adalah pihak yang memiliki kekuatan sebagai agen pembaruan sosial dapat berpartisipasi secara efektif dalam reformasi sekolah (Manajemen Berbasis Sekolah) baik secara konfrontatif maupun kolaboratif. 4) Model school choice; partisipasi orang tua terkait dengan pilihan sekolah, sekolah mana yang dipilih orang tua untuk anaknya. Pemilihan sekolah dan program-programnya sesuai prinsip dasar menentukan partisipasi orang tua anak. Menurut Ginberns & Harrison dalam Utami Munandar (1999: ) menjelaskan bahwa Peran orang tua dalam memotivasi belajar dapat di lihat berdasarkan indikator sebagai berikut: 1. Orang tua sendiri menunjukan perhatian dalam menyediakan fasilitas belajar berupa buku bacaan yang bervariasi 2. Orang tua menciptakan lingkungan rumah yang kondusif dan harmonis dimana orang tua juga berperan aktif dalam kegiatan intelektual dalam meningkatkan daya minat dan daya pikir anak 3. Orang tua membangun hubungan kerja sama yang baik dengan pihak sekolah terutama guru dalam meningkatkan motivasi belajar anak 4. Orang tua mampu membangun komunikasi dengan anak sehingga anak dengan leluasa bisa mencurahkan masalah yang dihadapinya kepada orang tua tanpa takut sedikitpun. Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasinya orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi siswa. Orang tua juga merupakan salah satu mitra sekolah yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Melalui orang tua kegiatan
17 belajar siswa di rumah dapat dicapai. Bahkan orang tua dapat menjadi bagian dari paguyuban para orang tua siswa yang dapat memberi masukan dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian
Lebih terperinciMODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS
MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
Lebih terperinciPengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa
26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.
11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. segenap kedalaman dan keleluasaan pribadi sebagai cadangan pikiran dan
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pembelajaran Koeswara(2005:45),menjelaskan bahwa proses belajar yang baik adalah proses pembekalan yang melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang berkualitas. Dwi Siswoyo,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:
7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan
Lebih terperinciPSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak
PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung
1 BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung 1. Memberikan Imbalan Imbalan merupakan alat pendidikan yang menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar
6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang
1 I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi manusia sebagai makhluk individu maupun kelompok. Pendidikan memberikan pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan
Lebih terperinciguna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.
8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata Motif, diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu
BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
100 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 03 Singosari Malang Motivasi belajar merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang tergolong sebagai negara berkembang di dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik, tetapi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STUDI KASUS MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD N KENTENG PURWOREJO KELAS V-B
NASKAH PUBLIKASI STUDI KASUS MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD N KENTENG PURWOREJO KELAS V-B Oleh : Fera Arisatyo Dimyati Uly Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL
Lebih terperinci2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, oleh karena itu siswa diharuskan memiliki motivasi
Lebih terperinciMUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.
1 I. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai tujuan negara Indonesia sesuai dalam undang-undang 1945 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang didalamnya mencakup lingkungan fisik, sekolah dan sosial masyarakat. Proses pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah. Salah satunya yaitu tentang kualitas pendidikan, yang saat ini menggunakan prestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu
BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Dalam Permendiknas No 3 Tahun 2008 Tanggal 15 Januari 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Motivasi dan Kebutuhan 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan. Kemajaun teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciSyahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan
BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari kepribadian seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI
176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DI SMA NEGERI 10 SEMARANG
PENGARUH MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DI SMA NEGERI 10 SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu
Lebih terperinci