II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus merupakan salah satu bakteri probiotik. Bakteri ini mampu
|
|
- Suparman Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Bakteri 1. Bacillus Bacillus merupakan salah satu bakteri probiotik. Bakteri ini mampu menekan pertumbuhan bakteri lain melalui antibiotik yang dihasilkannya/ kompetisi dalam hal perebutan nutrisi dan ruang ( Defago, 1990 : 105). Ciri ciri bakteri ini adalah organisme saprofitik, berbentuk batang, gram positif pembentuk spora non-patogen yang biasanya ditemukan dalam air, udara, debu, tanah dan sedimen. Terdapat beberapa jenis bakteri yang bersifat saprofit pada tanah, air, udara dan tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis ( Jawetz dkk : 285). Jenis jenis Bacillus yang ditemukan pada saluran pencernaan ayam yaitu Bacillus subtilis, Bacillus pumilus, Bacillus lincheniformis, Bacillus clausii, Bacillus megaterium, Bacillus firmus, kelompok Bacillus cereus (Barbosa dkk : 968). Bacillus mempunyai daya resisten terhadap anti mikroba dan dapat menghasilkan antimikroba, sehingga bakteri ini mampu bertahan di dalam saluran pencernaan. Bacillus resisten terhadap eritromisin, linkomisin, sefalosporin, sikloserin, kloramfenikol, tetrasiklin,
2 11 streptomisin dan neomisin. Antimikroba yang dihasilkan adalah bakteriosin ( Barbosa dkk : 978). 2. Escherichia coli Bakteri E.coli merupakan salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam genus Escherichia dan familia Entherobacteriaceae. Bakteri tersebut umumnya bersifat gram negatif, berbentuk batang pendek gemuk, tidak tahan asam, tidak berspora, bersifat aerob atau fakultatif anaerob. Bakteri ini memiliki daya tahan berbulan-bulan dalam tanah dan di dalam air, peka terhadap Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, dan menghasilkan toksin berupa endotoksin dan eksotoksin (Gupte, 1990:262). Sebagian besar E.coli bersifat motil dengan alat pergerakan berupa flagel. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada suhu C dan ph optimum lingkungan antara 6,5 sampai 7,5 (Fardiaz, 1993 dalam Agustina, 2008:16). E.coli merupakan mikroflora normal di intestinum, namun sebagian galur E.coli dapat menyebabkan diare, karena hasil metabolismenya bersifat beracun dan E.coli dapat langsung menyerang lapisan epitelium dinding usus (Gibson, 1999:5). 3. Salmonella Salmonella adalah kuman kelompok Enterobacteriaceae, bentuk batang gram negatif, fakultatif intraseluler, fakultatif anaerob, tidak berspora, dan ukuran bervariasi antara 1 3,5 µm dan lebar 0,5-0,7 µm. Sebagian besar Salmonella ini dapat bergerak karena mempunyai flagel peritrik, tumbuh
3 12 optimum pada suhu 37 0 C. Pada suhu kurang dari 6,7 0 C atau labih dari 46,6 0 C pertumbuhan terhenti (Nurwantoro dan A.S Djarijah, 1994 dalam Wahyuni. 2006:9). Salmonella memiliki 3 spesies utama : Salmonella typhi, Salmonella choleraesuis dan Salmonella enteridis. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Kuman ini dapat hidup dalam air yang dibekukan untuk masa yang lama (Pantas, 2009:23). Salmonella sp. banyak ditemukan pada saluran pencernaan vertebrata maupun invertebrata, dan juga terdapat pada feses ternak. Bakteri ini juga terdapat pada tembolok broiler sehingga dapat mengkontaminasi karkas (Lee, 2000 dalam Bayu, 2011:12). B. Ragi Tapai Ragi tapai merupakan bibit atau starter untuk membuat berbagai macam makanan fermentasi seperti tapai ketan atau singkong, tapai ubi jalar, brem padat atau cair dan lainnya. Ragi tapai umumnya terdiri dari kapang, khamir dan bakteri. Cita rasa yang dihasilkan ditentukan oleh mikroba yang aktif di dalam ragi. Keaktifan mikroorganisme di dalam ragi diatur dengan penambahan bumbu dan rempah-rempah (Tim Penulis UNAIR,2007 dalam Simbolon, 2008 : 31) Kata ragi dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tapai, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tapai merupakan populasi campuran
4 13 genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansenula, sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1990 : 154). Ragi tapai merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tapai. Ragi tapai terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 2-3 cm. Mikroba yang terdapat di dalam ragi tapai dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu kapang amilolitik, khamir amilolitik, khamir nonamilolitik, bakteri asam laktat dan bakteri amilolitik (Astawan, 2004 dalam wulandari, 2008 : 22). Ragi tapai dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang terdiri dari ketan putih, bawang putih, merica, lengkuas, cabai untuk jamu dan air perasan tebu secukupnya dengan memanfaatkan peralatan sederhana seperti alat penumbuk, tampah, jerami, baskom, dan daun pisang (Setyawan, 2008: 46). Proses pembuatan ragi tapai cukup sederhana, yaitu: bahan bahan seperti laos, bawang putih, air tebu, ubi kayu, jeruk nipis dan bahan lainnya dicampur menjadi satu, kemudian ditambahkan air sampai terbentuk adonan, kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 3 hari akan tumbuh ragi dan kapang secara alami, dalam hal ini dapat ditambahkan ragi pasar untuk
5 14 mempercepat pertumbuhan kapang dan ragi tersebut (Tim Penulis IPB, 2006 dalam Simbolon, 2008 : 31). C. Media Pakan Ayam Pakan (feed) merupakan campuran dari beberapa bahan baku, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya ( SNI, 2006 : 5). Pakan merupakan salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan usaha pemeliharaan ayam pedaging. Pakan adalah campuran bahan-bahan untuk memenuhi zat-zat ransum yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Pakan yang diberikan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Tujuan utama pemberian ransum pada ayam untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Rasyaf, 1995: 95). Media pakan ayam adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik. Adapun yang banyak digunakan orang untuk menyusun ransum ayam adalah metode coba-coba. Cara ini lebih mudah bila bahan pakan yang digunakan tidak banyak jenisnya, tetapi pertimbangan sulit dilakukan.
6 15 Menurut (Rasyaf, 2000 : 234) pakan yang terdapat pada media ransum ayam terdiri dari : Bahan pakan nabati yaitu bungkil kelapa, bungkil kedelai merupakan sumber protein yang tinggi dan polisakarida. Kandungan serat kasarnya tinggi. Protein ini berguna untuk membentuk jaringan-jaringan tubuh yang baru, mengganti tubuh yang rusak, dan pembentukan cairan tubuh. Bahan pakan hewani didapat dari tepung ikan sebagai sumber protein tinggi dengan asam amino yang baik, sumber mineral, dan vitamin. Garam (NaCl) sebagai sumber mineral. Tabel 1. Komposisi pakan. Jenis Bahan Baku Jumlah /kg Jagung 55 Bekatul 10 Bungkil Kelapa 10 Bungkil Kedele 15 Tepung Ikan 5 Tetes 2 Tepung Tulang 1 Tepung Kerang 1,5 Premiks 0,5 Jumlah 100 / 1kg Sumber (Yasin, 1988:89) D. Kontak Bakteri Kontak bakteri adalah bentuk interaksi antara dua bakteri atau lebih dalam suatu media tumbuh yang dapat mengakibatkan dampak tertentu terhadap bakteri lain. Menurut Muslimin (1996 : 64) interaksi positif atau negatif sangat berarti pada beberapa populasi. Interaksi antara mikroorganisme tidak hanya diantara mikroorganisme sendiri tapi dapat pula antara
7 16 mikroorganisme dengan mikroorganisme lain. Proses interaksi negatif pada populasi mikroorganisme disebut kompetisi. Kompetisi dapat terjadi misalnya diantara mikroorganisme dalam hal persediaan substrat, terbentuknya zat toksik oleh mikroorganisme satu terhadap yang lainnya E. Senyawa Antibakteri Antibakteri adalah senyawa yang diproduksi oleh mikroba dan mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh bakteri dan mikroba lainnya (Muslimin,1996:161). Menurut Lay dan Hastowo (1992:88) antibakteri merupakan hasil metabolisme sekunder. Salah satu ciri dari metabolit sekunder yaitu senyawa tersebut diproduksi pada akhir fase logaritmik. Berdasarkan kerjanya antibakteri dapat dibedakan sebagai berikut : a) Antibakteri penghambat sintesis dinding sel. Kerusakan dinding sel mikroba disebabkan karena adanya tekanan osmotik dalam sel mikroba yang lebih tinggi daripada luar sel sehingga menyebabkan terjadinya lisis. Hal ini merupakan efek dasar dari bakterisidal terhadap mikroba yang peka, contohnya seperti: golongan polypeptide, cephalosporin, basitrasin b) Antibakteri penghambat sintesis protein, banyak jenis antibakteri seperti : golongan kloramfenikol, tetrasiklin dan streptomisin. c) Antibakteri yang mempengaruhi kerja membran sel, seperti: kolistin, polimycin, triasol, imidasol, amfoterisin B Senyawa antibakteri dapat berasal dari tumbuhan maupun mikroorganisme, baik bakteri atau jamur. Salah satu bakteri yang dapat menghasilkan senyawa
8 17 antibakteri adalah bakteri probiotik. Salah satu sifat utama dari probiotik adalah dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik adalah bahan antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dan mikroba lainnya. Menurut Muslimin (1996:162) berdasarkan sifat penggunaannya antibakteri di kelompokkan dalam dua yaitu : a. Bakterisidal, yaitu antibakteri yang memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme dan mampu mengaktifasi fungsi sel yang penting, misalnya : penisillin dan polimiksin. b. Bakteriostatik, yaitu antibakteri yang memiliki kemampuan untuk menghambat sel bakteri secara reversibel, misalnya : tetrasiklin dan kloramfenikol. F. Pola Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan dapat diartikan sebagai penambahan semua komponen di dalam sel hidup yang berlangsung secara teratur. Pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan jumlah sel dan berat sel. Umumnya pertambahan dan pertumbuhan sel mikroba digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid. Kurva pertumbuhan mikroba menggambarkan fase pertumbuhan secara bertahap sejak awal pertumbuhan hingga kematian sel bakteri ( Suriawiria, 1990 : 80 ). Fase pertumbuhan mikroba terdiri dari : a. Fase Adaptasi Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap lingkungan yang baru ( Muslimin, 1996:61). Pada fase ini tidak terjadi pertambahan dan
9 18 kenaikan jumlah sel tetapi peningkatan ukuran atau volume sel, peningkatan total protein seluruhnya dan DNA ( Lay, 1992 : 87). Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Umur inokulum Bila mikroba dipindahkan pada fase log, maka akan berbeda bila inokulum berasal dari fase stasioner. 2. Jumlah inokulum Jumlah sel awal yang semakin tinggi maka mempercepat fase adaptasi (Muslimin,1996:61) 3. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama dengan lingkungan sebelumnya maka bakteri tidak memerlukan waktu adaptasi. Tetapi jika berbeda, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesis enzimenzim. b. Fase Pertumbuhan Logaritmik Fase ini merupakan fase dimana mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva linier. Pada fase ini bakteri sudah beradaptasi secara baik dengan lingkungan pertumbuhannya sehingga mempunyai waktu penggandaan yang lebih cepat dibandingkan fase sebelumnya (Yuwon, 2002). c. Fase Pertumbuhan Tetap Fase ini jumlah populasi sel bakteri tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan sel yang mati (Muslimin, 1996: 62). Menurut Lay dan Hastowo (1992: 98) hal ini terjadi karena berkurangnya jumlah nutrien
10 19 serta faktor-faktor yang terkandung di dalam jasad mikroba, sehingga membuat aktivitas pertumbuhan sampai pada titik maksimum. d. Fase Kematian Fase ini merupakan akhir dari pertumbuhan bakteri, dimana jumlah bakteri menurun drastis sehingga grafik akan menuju kembali ketitik awal (Suriawiria,1990: 81). G. Kondisi Fakultatif Anaerob Kondisi merupakan suatu keadaan tertentu di suatu lingkungan, sedangkan fakultatif adalah keadaan suatu lingkungan sering berubah-ubah. Sedangkan anaerob adalah keadaan suatu tempat yang tidak terdapat oksigen bebas. Jadi, kondisi fakultatif anaerob adalah kondisi dimana kadar oksigen rendah sewaktu-waktu dan tinggi sewaktu-waktu (Priani,2003). Kondisi fakultatif anaerob pada penelitian ini terjadi karena pada proses pembiakan mikroorganisme dikondisi aerob sedangkan pada kontak bakteri (kompetisi) pada kondisi anaerob, sehingga kondisi ini disebut kondisi fakultatif anaerob. Menurut Jawetz dkk (2005 : 285) mikroorganisme yang mampu tumbuh pada kondisi fakultatif anaerob yaitu Bacillus, Salmonella, dan E. coli. Selain itu, khamir seperti Saccharomyces dan jamur seperti Aspergillus sp. juga mampu tumbuh pada kondisi fakultatif anaerob (Kunaepah, 2008 :42). H. Penggunaan Animasi Multimedia Dalam Pembelajaran Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau
11 20 diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh guru kepada peserta didik. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya yang dapat disampaikan melalui media pembelajaran. Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2000:4). Menurut Sadiman, dkk (2005:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Danim (1994:7) media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Salah satu media pembelajaran yaitu animasi multimedia. Multimedia dapat diartikan sebagai gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat display yang dapat menyajikan berbagai informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau grafik melalui multi saluran sensorik (Dabutar, 2007:2). Keragaman media ini meliputi teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi. Sedangkan menurut Siswanto (2008:2) multimedia pembelajaran adalah media yang melibatkan teks, gambar, film, suara, animasi untuk menyampaikan pesan (pengetahuan) dalam proses pembelajaran. Melalui multimedia pembelajaran maka konsep yang abstrak dapat dihadirkan dalam bentuk kongkrit.
12 21 Ariasdi (2008:3) mengemukakan bahwa keunggulan dari sebuah multimedia dalam pembelajaran, yaitu: 1. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain. 2. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain. 3. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga, dan lain-lain. 4. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dan lain-lain. 5. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain. 6. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Reiber (1994, dalam Rakim 2008:4) menyatakan bahwa salah satu bagian penting pada multimedia adalah animasi. Animasi merupakan rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Animasi di dalam sebuah aplikasi multimedia menjanjikan suatu tampilan visual yang lebih dinamis, dapat menampilkan sesuatu yang mustahil atau kompleks dalam kehidupan yang sebenarnya dan dapat direalisasikan di dalam aplikasi tersebut. Materi yang terkadang kasat mata seperti materi IPA yang menjelaskan sesuatu yang sangat kecil (mikro) sangat sulit dipahami secara cepat karena memerlukan daya imajinasi atau membayangkan apa yang terjadi terhadap objek yang dijelaskan pada materi yang dibahas.
13 22 Menurut Ariasdi (2008:44) animasi dapat juga diartikan dengan menghidupkan gambar yang mati, menggerakkan gambar yang diam dengan cara membuat metamorfosa dari bentuk semula ke bentuk selanjutnya dalam durasi tertentu. Animasi cocok untuk menciptakan realitas dari sesuatu yang semu, sesuatu yang tidak mampu ditangkap oleh realitas dalam citra visual. Animasi multimedia adalah salah satu media pembelajaran baru yang boleh digunakan untuk membantu proses pengajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih berkesan (Munir, Halimah : 13). Sedangkan menurut Suheri ( 2006:5) animasi multimedia merupakan proses pembentukan gerak dari berbagai media atau objek yang divariasikan dengan efek-efek dan filter, gerakan transisi, serta suara-suara yang selaras dengan gerakan animasi tersebut. Harun dan Zaidatun (2004 dalam Harsidi,2009:23) menyatakan kelebihan penggunaan animasi dalam bidang pendidikan yaitu : 1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan.
14 23 5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Adapun kelemahan dari media animasi ialah : 1. Membutuhkan peralatan yang khusus. 2. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. 3. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Menurut Supriatna (2009:8) video animasi yang berkualitas baik harus mencakup beberapa aspek, yaitu aspek : 1. Bahasa, bahasa yang digunakan mudah dimengerti gaya bahasa semi formal agar mudah dimengerti. 2. Materi, pada video animasi berisikan materi yang sesuai dengan kualifikasi siswa. Materi pada video animasi harus sesuai dengan kualifikasi siswa. Karena jika materi pada video animasi tidak sesuai kualifikasi siswa akan mengurangi minat dan motivasi belajar, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam memperoleh gambaran umum isi materi dalam video animasi.
15 24 3. Teks, untuk memudahkan dalam membaca maka teks dalam video animasi huruf harus sesuai dengan fungsi komunikasinya. Agar memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi harus menggunakan karakter huruf dapat dirasakan melalui jenis/bentuk, struktur, ukuran dan bobot dari huruf dan tidak hanya memilih jenis huruf yang tidak umum dipergunakan agar tampil unik. 4. Komposisi warna, agar mudah mendapatkan kontras, warna dapat dianalogikan secara oposisi biner: panas dingin, maskulin feminine, keras lembut, popular klasik, muda tua. Selain pendekatan itu, seluruh warna juga dapat ditingkatkan intensitasnya dengan cara menambahkan warnawarna tersebut ke putih (tin), sebalinya untuk meredam intensitas dapat ditambahkan unsur hitam (shade). 5. Gambar, pada video animasi harus menggunakan gambar yang relevan untuk setiap bahasa pesan, misalnya kapan harus mengunakan gambar yang denotatif, atau kapan harus konotatif. Denotatif adalah hubungan tanda (gambar) dengan yang ditandainya (makna) terjadi secara langsung (tersurat), misalnya foto sebuah mobil terdenotasi sebagai kondisi mobil tertentu yang ada. Siapapun pemotretnya, pagi, siang atau malam, tetap saja menunjukkan kondisi mobil tersebut. Konotasi lebih menjelaskan interaksi yang terjadi pada saat tanda (gambar) bertemu dengan perasaan, emosi dan nilai-nilai budaya penggunanya. 6. Tata letak, tata letak tulisan dibuat lebih untuk tujuan memberikan nilai tambah terhadap aspek komunikatif multimedia pembelajaran, bukan hanya untuk keindahan semata. Penyusunan teks secara konsisten dibuat
16 25 rata kiri, rata kanan, atau simetris tergantung dari konsep yang dikehendaki. Tata letak rata kiri cenderung memberi kesan informal dan mengalir, rata kanan lebih berkesan dinamis namun agar tertutup, sedangkan rata kiri kanan lebih membawa kesan formal dan kaku, serta simetris berkesan sangat formal.
II. TINJAUAN PUSTAKA. (Green dkk, 2006:4288). Ciri-ciri bakteri ini adalah organisme saprofitik,
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Bakteri 1. Bacillus Bacillus merupakan mikroba flora normal pada saluran pencernaan ayam (Green dkk, 2006:4288). Ciri-ciri bakteri ini adalah organisme saprofitik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak unggas, baik bakteri yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam ( Green dkk, 2006 : 4288 ). Bakteri ini adalah organisme saprofitik,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Bacillus Bakteri Bacillus merupakan mikroba flora normal pada saluran pencernaan ayam ( Green dkk, 2006 : 4288 ). Bakteri ini adalah organisme saprofitik, berbentuk batang,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri dapat menimbulkan penyakit dengan cara langsung masuk ke dalam
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Bacillus Bakteri dapat menimbulkan penyakit dengan cara langsung masuk ke dalam jaringan atau dengan membentuk toksin. Mikroba yang masuk ke dalam jaringan dapat hidup
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR
PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR Oleh: Muhammad Teguh Budiono Abstrak: Tape merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi dan melibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang
Lebih terperinci... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )
... TAPE Yuniar Lidyawati (0711030030) Anita Novalia (0711030050) Dyan Fitrisari (0711030060) Masih didominasinya nya industri fermentasi di Indonesia oleh kegiatan tradisional Nilai tambah dari produk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran. Menurut Arsyad (2000:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini membahas mengenai inokulum tape. Tape adalah sejenis panganan yang dihasilkan dari proses peragian ( fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih mengutamakan makanan yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetik dan antibiotik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciPERTUMBUHAN JASAD RENIK
PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang
19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember 2014 18 Januari 2015 di kandang ayam petelur milik CV. Varia Agung Jaya, Desa Varia Agung, Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah
TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah banyaknya hutan tropis yang membentang dari sabang sampai merauke. Hutan tropis merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pada saat kultur mikroba pada fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005).
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inokulum Probiotik Inokulum merupakan kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium pada saat kultur mikroba pada fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005). Inokulum probiotik mengandung
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam budidaya ternak unggas secara intensif biaya pakan menduduki urutan pertama yaitu mencapai
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperincitumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, kebutuhan produk pangan sumber protein terus meningkat. Produk
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai tempat dan kondisi, baik di daerah bersuhu
Lebih terperinciBAB II. latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nata Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk produk fermentasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan menduduki urutan pertama, dimana biaya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan daging unggas khususnya daging ayam broiler sudah banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa dagingnya yang dapat diterima semua kalangan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber
Lebih terperinciUKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara. Beberapa kelebihan yang dimiliki
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Broiler Broiler adalah ayam yang memiliki kemampuan menghasilkan daging yang cepat atau kecepatan pertumbuhanya sangat pesat sehingga dapat mencapai berat tertentu dalam
Lebih terperinciII. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.
I. Judul Praktikum : Pembuatan Tape Singkong II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong. III. Landasan Teori : Singkong
Lebih terperinciBAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan
BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu produk pertanian yang murah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Calf Starter Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke pedet untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Winarti et al., 2011). Kebutuhan pedet dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang banyak digunakan masyarakat. Buah nangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia dewasa ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein yang berasal
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Antibiotik Antibiotik adalah suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kita mengenal tempe, oncom, kecap, tahu, yang dibuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering
33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun
Lebih terperinciMETABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA
METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA 1. Metabolisme Aerobik dan Anaerobik Proses metabolisme: a. Katabolisme: reaksi eksergonik (Penguraian Senyawa Karbohidrat energi). Contoh: respirasi asam piruvat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih (Brassica oleracea) merupakan salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dapat dipasarkan tanpa terpengaruh musim. Di Jawa Tengah,
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI FERMENTASI
BIOTEKNOLOGI FERMENTASI A. Pengertian Fermentasi Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TEMPE MENDOAN BERBAGAI RASA DISUSUN OLEH : NAMA : REENATO GILANG NIM : 11.11.5583 KELAS : 11-S1 TI-14 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 ABSTRAK Pada saat ini,sedang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu cara pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian dijadikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciPENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama
Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ketersediaan bahan pakan yang diberikan. Namun akhir-akhir ini lahan untuk pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi pengolahan pakan di bidang peternakan sudah banyak dilakukan sekarang. Teknologi pengolahan pakan menjadi penting karena memiliki beberapa keuntungan,
Lebih terperinci