BAB II TINJAUAN TEORITIS
|
|
- Inge Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dipikiran manusia. Tanpa ada pemikiran tersebut, maka pengetahuan tidak akan ada (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah kesatuan atau perpaduan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui atau dengan kata lain subjek itu memandang objek sebagai sesuatu yang diketahuinya. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan kekuatan dasar dalam berbagai kegiatan kebudayaan pada zaman modern sekarang ini. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu prestasi besar dari pemikiran manusia. Tanpa pengetahuan perkembangan atau pertumbuhan ilmu adalah sukar untuk mengerti sejarah modern dewasa ini (Notoatmojo, 2010). 7
2 8 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) ada enam tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif yang meliputi: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil. d. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (Sintesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
3 9 f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau objek penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Usia Dengan bertambahnya usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua usia seseorang akan makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah untuk menerima informasi, menerima halhal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menetukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut.
4 10 c. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang.untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, sehingga penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas. d. Informasi Informasi merupakan fungsi yang penting sebelum dilakukan sesuatu tindakan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut.informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana kominikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. e. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. B. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
5 11 pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti et al, 2010). Batasan remaja menurut WHO adalah tahun.menurut Depkes RI antara tahun dan belum kawin.menurut BKKBN adalah tahun (Widyastuti et al, 2010). Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (Widyastuti et al, 2010). Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional).terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. (Widyastuti et al, 2010). Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak ke masa dewasa, usia antara tahun. Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun);
6 12 dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia tahun (Kusmiran, 2011). Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (dalam Kusmiran, 2011), yaitu : a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara tahun sampai tahun; b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual; c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupa manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011). 2. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda- tanda sebagai berikut (Widiyastuti, 2010) : a. Tanda-tanda seks primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.namun tingkat kecepatan antara organ satu lainnya berbeda.sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang
7 13 hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan. b. Tanda-tanda seks sekunder 1) Rambut Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid.semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. 2) Pinggul Pinggulpun menjadi berkembang, membesar dan membulat.hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. 3) Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. 4) Kulit Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar.akan tetapi kulit pada wanita lebih lembut. 5) Kelenjer lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak ddan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.sumbatan kelenjar lemaki dapat menyebabkan jerawar.kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
8 14 6) Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. 7) Suara Suara berubah semakin merdu.tetapi suara serak jarang terjadi pada wanita. 3. Masa Transisi Remaja Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi tersebut menurut Gunarsa (dalam Kusmiran, 2011) adalah sebagai berikut: a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menempilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten. b. Transisi dalam kehidupan emosi Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah. c. Transisi dalam kehidupan sosial Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan dengan keluarga).
9 15 d. Transisi dalam nilai-nilai moral Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilainilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri. e. Transisi dalam pemahaman Remaja mengalami pperkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. C. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (2008) Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Pinem, 2009).Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiliki kemampuan untuk reproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi. (Pinem, 2009). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2011), yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi Sehat Sejahtera, dengan defenisi: Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, berdakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, spritual memiliki hubungan serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Pinem, 2009).
10 16 2. Hormon Dan Reproduksi Wanita Sistem reproduksi merupakan kesatuan kerja dari otak, kelenjar hipofisis, ovarium, dan uterus.hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi tak hanya satu atau dua melainkan lebih dari itu. Hormon-hormon seperti esterogen, progesteron, LH, dan FSH bekerja untuk menyampaikan pesan dari satu organ ke organ lain. Tujuannya adalah untuk mengubah kadar hormon tertentu. Dengan demikian, terjadilah proses, seperti pematangan telur, pelepasan telur, penebalan endometrium untuk menerima hasil konsepsi dan peluruhan dinding rahim yang berwujud sebagai haid. Hormon-hormon tersebut bekerja pada satu siklus penuh, sejak hari pertama menstruasi, ovulasi, hingga menjelang menstruasi berikutnya, begitulah seterusnya. Sistem reproduksi wanita yang normal melibatkan interaksi antara berbagai hormon dan organ, yang diatur oleh hipotalamus.pada wanita, hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut releasing faktor (RH).RH berjalan ke hipofisa, yaitu kelenjar yang terletak di bawah hipotalamus, lalu merangsangnya untuk melepaskan hormon lainnya.misalnya, gonadotropin releasing hormones yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang dapat merangsang hipofisa untuk menghasilkan luteininzing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). LH dan FSH merangsang pematangan kelenjar reproduksi dan pelepasan hormon seksual.pertama, ovarium pada wanita melepaskan androgen.kedua, testis pada pria melepaskan androgen.kedua, testis pada pria melepaskan androgen, misalnya testosteron.hormon seksual juga dilepaskan oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal (Prayitno, 2014). Pada pelepasan hormon dan kadar hormon di dalam darah merupakan petunjuk dari adanya perangsangan maupun penghambatan dalam pelepasan LH dan FSH oleh hipofisa. Misalnya, penularan kadar hormon seksual merangsang
11 17 hipofisa untuk melepaskan lebih banyak LH dan FSH. Hormon dilepaskan selama 1-3 jam. Oleh karena itu, biasanya kadar hormon di dalam darah akan naik turun. D. Tindakan Kebersihan Menstruasi 1. Pengertian Tindakan Tindakan adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2012). Tindakan kebersihan menstruasi adalah kebiasaan atau perbuatan bebas dari kotoran dan infeksi. Tindakan kebersihan menstruasi adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, gosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kebersihan seseorang merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wikipedia, 2012). 2. Tujuan Menjaga Kebersihan Menstruasi Tujuan perawatan kebersihan menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang di lakukan selama menstruasi, sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan seseorang.memelihara tingkat kebersihan
12 18 selama periode menstruasi membantu meminimalisir bau tidak sedap dan infeksi akibat tidak dijaganya kebersihan genetalia (Laila, 2011). 3. Hal Yang Mempengaruhi Kebersihan Genetalia Saat Menstruasi Di negara yang beriklim tropis, udara panas cenderung membuat tubuh menjadi mudah berkeringat dan lembab, termasuk di daerah vagina pada saat menstruasi. Keadaan lembab menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mudah menimbulkan penyakit (Burhani, 2010). Menurut Proverawati (2009), banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait dengan menstruasi, diantaranya: 1. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan. Pada kenyataannya secara medis justru memakai pembalut merupakan metode yang baik selama pemakaiannya benar, yaitu mengganti pembalut 3-4 kali per hari tergantung banyaknya darah yang keluar. 2. Selama menstruasi tidak boleh mandi karena akan menyebabkan kram pada perut. Pada kenyataannya kram terjadi bukan karena mandi saat periode menstruasi tetapi karena kontraksi otot pada uterus dan abdomen yang kemudian mendorong cairan keluar dari uterus. 3. Selama menstruasi, tidak baik mengganti pembalut terlalu sering karena dengan membiarkan darah menumpuk akan meningkatkan aliran darah dalam tubuh. Pada kenyataanya frekuensi mengganti pembalut yang sering sekitar 3-4 kali sehari sesuai dengan banyaknya darah yang keluar adalah metode yang baik dalam menjaga kebersihan vagina saat menstruasi. Dilingkungan rumah, orangtua seringkali merasa tidak nyaman membicarakan masalah seksual dengan anaknya, pendidikan mengenai organ seksual jarang didapatkan dari orangtua termasuk tentang kebersihan genetalia saat menstruasi, sehingga menyebabkan remaja putri kurang tahu tentang menjaga kebersihan alat genetalianya dengan benar terutama saat menstruasi (Handoyo, 2010).
13 19 4. Cara Menjaga Kebersihan Genetalia Saat Menstruasi Menurut Laila (2011), cara menjaga kebersihan genetalia saat menstruasi yaitu sebagai berikut : 1. Harus selalu bersih 2. Membiasakan diri mencukur rambut disekitar daerah kemaluan, untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi tersebut. 3. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan lembut, menyerap dengan serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam. 4. Mengganti pembalut sesering mungkin untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina. Saat darah menstruasi keluar banyak, biasanya pada hari ke 1-3 menstruasi, ganti pembalut setiap 2-3 jam sekali yaitu 5-6 kali sehari. Jika sudah dirasakan berkurang darah menstruasi yang keluar, frekuensi mengganti pembalut yang dianjurkan bisa setiap 4-5 jam sekali yaitu 3-4 kali sehari. Namun semua itu tergantung dari banyaknya darah menstruasi yang keluar. 5. Memilih celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat, sehingga dapat menyerap keringat dan tidak menyebabkan lembab. 6. Hindari pemakaian celana jeans dan celana yang ketat selama menstruasi agar tidak menyebabkan kelembaban yang berlebihan. 7. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari untuk menjaga kelembaban yang berlebihan. 8. Tidak membersihkan bagian liang vagina dengan bahan kimia seperti produk antiseptik daun sirih ataupun sabun karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Bagian dalam vagina biasanya akan mampu menjaga kebersihannya sendiri. Vagina yang sehat dan bersih memiliki keseimbangan kimiawi yang bersifat asam dengan ph 3.8 sampai 4.2, dimana dalam situasi asam ini bakteri baik yang ada di dalam vagin
14 20 mampu membersihkan vagina secara optimal sehingga keseimbangan kelembaban di vagina selalu terjaga. 9. Mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia dan mengganti pembalut. 10. Melakukan vulva hygiene dengan benar dan hati-hati menggunakan air yang bersih dan mengalir. Caranya membasuh vulva dari arah depan ke belakang. Membersihkan dari labia minora kanan dan kiri, dilanjutkan labia mayora kanan dan kiri, kemudian dari klitoris sampai ke perineum. Tujuannya adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina. 11. Melakukan vulva hygiene setiap sesudah BAK, sesudah BAB, dan setiap ganti pembalut. 12. Mengeringkan vulva dengan handuk bersih dan kering sesudah melakukan vulva hygiene. 13. Mencuci celana dalam dengan detergen yang lembut tidak usah menggunakan pemutih pakaian. 14. Segera rendam celana dalam bekas pakai yang bernoda dengan air hangat bercampur detergen lembut dan cuci setelah beberapa menit. 15. Jangan menumpuk pakaian kotor terlalu lama. Penumpukan pakaian bernoda yang lama akan membuat noda menempel pada pakaian tersebut dan menimbulkan bau yang tidak sedap setelah dicuci. 16. Ganti jenis atau merk pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, mungkin saja iritasi yang terjadi karena pembalut yang digunakan. 17. Jika terjadi radang atau iritasi pada genetalia, hindari pemakaian sabun di daerah genetalia untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi mereda. 18. Jika terjadi iritasi jangan menggaruk daerah iritasi tersebut bila terasa gatal. Sebagai ganti garukan, kompres dengan handuk yang dicelup air es pada bagian yang gatal. 19. Hindari penyebab alergi dan iritasi. Merawat organ intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur dan mandi pagi. Daerah di sekitar vagina harus di bersihkan sabun, sama halnya seperti bagian tubuh yang
15 21 lainnya. Membersihkan organ intim wanita tidak perlu sampai kebagian dalamnya, cukup pada bagian luar permukaan vagina saja. Terpenting, mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian. Sebab, bila lupa dikeringkan, akan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur (Prayitno, 2014). 20. Saat berada di toilet umum, terutama saat haid, sebaiknya tidak menggunakan air yang berada di ember atau bak. Menurut penelitian, air yang tergenang di tiolet umum mengandung 70% jamur candida albicans, penyebab keputihan. Sedangkan air yang mengalir dari keran toilet umum mengandung kurang lebih 10-20%. Bisa dipastikan jika menggunakan jika menggunakan air di ember toilet umum, keesokan harinya akan muncul rasa gatal. Atau, jika ingin lebih nyaman, sepulang dari toilet umum basuhlah organ intim dengan air hangat (cenderung panas), lalu keringkan dengan handuk lembut. Jamur dan bakteri mudah mati dalam air bersuhu tinggi. Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitarnya.tujuannya agar organ intimnya menjadi harum dan kering sepanjang hari. Cara itu tidak dianjurkan karena ada kemungkinan bedak tersebut akan mengumpul di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan. Bila dibiarkan, tumpukan bedak ini lama kelamaan akan mengundang kuman. Ini disebabkan karena struktur vagina yang memiliki banyak lipatan (rugae), sehingga dianjurkan untuk membilas dan menggosok bagian vagina dengan cermat terutama setelah buang air kecil.hal ini dimaksudkan untuk mencegah tertinggalnya sisa air kemih ataupun kotoran lainnya.setelah itu, keringkan vagina dengan menggunakan tissue ataupun handuk kecil.bila celana dalam terkena cipratan air kemih atau air bilasan, usahakan untuk segera diganti dengan celana kering. Yang paling baik, disediakan celana dalam ganti didalam tas kemanapun juga untuk berjaga-jaga.
16 22 Rok atau celana berbahan kain lebih di anjurkan, terutama bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi dan gemuk.darah yang keluar saat menstruasi menyebabkan daerah sekitar vagina menjadi lebih lembab daripada biasanya.untuk itu harus diperhatikan lebih cermat dibandingkan pada hari biasa.idealnya, pembalut saat haid di ganti setiap mandi dan selesai buang air kecil walau hal ini prakteknya sulit dilakukan. Perlu diketahui darah menstruasi merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab keputihan dan infeksi. Kalau seharian terus menerus memakai pembalut yang sama tanpa diganti akan menimbulkan keluhan gatal disekitar vagina. Kalau gatal itu digaruk, dapat menyebabkan luka lecet. Bisa dibayangkan jika luka lecet tersebut mengalami kontak dengan darah haid yang penuh dengan bakteri, bisa dipastikan akan memperparah keadaan luka tersebut. Untuk itu, biasakanlah membersihkan organ intim disaat haid dengan lebih cermat (Prayitno, 2014). 5. Akibat Kurang Terjaganya Kebersihan Saat Menstruasi Kebersihan daerah genetalia terutama saat menstruasi sering diabaikan oleh wanita.pada saat menstruasi darah dan keringat yang keluar menempel pada vulva sehingga daerah genetalia menjadi lembab. Jika pada saat itu tidak menjaga kebersihan genetalia dengan benar, maka dalam keadaan lembab, jamur Candida albican, Trichomonas vaginalis, Gardnerella vaginalis yang berada di daerah genetalia tumbuh subur dan menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah tersebut. Infeksi yang sering terjadi yaitu Vaginitis bacterial, Trichomonas vaginalis, Kandidiasis vulvovginitis, keputihan dan sebagainya.gejalanya yaitu iritasi, pruritus vulva, inflamasi, sekresi vaginal, rasa gatal dan rasa perih pada vulva dan vagina (Prawirohardjo, 2009).
17 23 Dalam keadaan yang cukup panas tubuh mudah berkeringat, keringat meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organ seksual yang tertutup dan berlipat. Akibatnya mudah sekali bakteri berkembang biak di daerah tersebut. Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang rentan terhadap infeksi, karena batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman dan penyakit seperti jamur, bakteri, parasit dan virus mudah masuk ke liang vagina dan menyebabkan infeksi (Wikipedia, 2012). Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem dalam vagina.ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dipengaruhi oleh dua faktor yaitu hormon estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Hormon estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula (glikogen) dalam sel tubuh. Glikogen merupakan nutrisi dari laktobasilus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya. Sisa metabolisme menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan ph berkisar 3.8 sampai 4.2. Pada keadaan ekosistem yang seimbang, tingkat keasaman normal, laktobasilus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati, namun jika kadar estrogen rendah, keseimbangan ekosistem dalam vagina terganggu, laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh subur sehingga tubuh rentan terhadap infekksi (Wikipedia, 2012). Dalam keadaan normal, vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi, dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat, amis dan rasa gatal di area genetalia terutama pada saat menstruasi untuk menghindari penyakit infeksi reproduksi (Laila, 2011). Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi bagian luar bila dibiarkan dan tidak diobati dengan sempurna, infeksi akan merambat ke organ reproduksi bagian dalam yaitu rongga rahim, saluran telur, indung telur, dan akhirnya ke rongga panggul, sehingga menyebabkan terjadinya radang panggul, kanker
18 24 mulut rahim, infeksi saluran telur dan infeksi organ reproduksi lainnya (Prawirohardjo, 2009). 6. Cara Memilih Pembalut Yang Baik Sekarang ini, begitu banyak pilihan merek pembalut wanita, dengan keunggulan masing-masing.aroma, warna, dan bentuknya pun beragam. Belum lagi banyaknya iklan di media massa yang menawarkan berbagai kelebihan pembalut wanita. Itu membuat kita bingung menentukan pilihan (Prayitno, 2014).Namun waspadalah, sebab tidak semua pembalut aman bagi kesehatan reproduksi organ intim kaum perempuan.apalagi, jika kebersihan kurang terjaga, pembalut bisa jadi pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis terjaga, pembalut bisa jadi pemicu munculnya infeksi, iritasi, atau vaginitis (radang vagina). Selain pembalut, banyak wanita biasanya memakai panty liner yang tidak mengandung parfum. Mereka yang berkulit sensitf akan lebih mudah terserang alergi akibat zat kimia yang terkandung dalam parfum tersebut. Alergi bisa muncul dalam bentuk rasa gatal dan memperparah keputihan.bahkan, terkadang muncul iritasi.namun, kondisi ini bisa diminimalkan dengan sering mengganti panty liner.meskipun bersifat relatif, ada beberapa hal yang patut dicermati dalam memilih pembalut.diantaranya, berdaya serap tinggi dan tidak mengerut. Ini akan membantu saat haid sedang banyak. Pembalut pun harus nyaman dipakai, agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.untuk itu, pilihlah pembalut tipis dengan daya serap yang bisa diandalkan. Sama seperti panty liner, ada baiknya memilih pembalut yang tidak memiliki aroma tertentu.wangi-wangian pada pembalut justru mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan gatal dan iritasi pada permukaan kulit.selain itu pilihlah pembalut dari bahan sangat lembut dan lentur. Ini akan mengurangi faktor iritasi pada daerah kulit vagina.selain itu jangan lupa memperhatikan tanggal kadaluarsa pada kemasan pembalut. Pembalut yang sudah lewat batas
19 25 (expire) tentu tidak sehat lagi untuk digunakan. Sebab bagaimanapun, pembalut dan panty liner yang diproduksi saat ini menggunakan sejumlah zat kimia yang dalam batas waktu tertentu sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi efektifitas dan dampaknya (Prayitno, 2014). E. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan Mirna Ayu 2013 dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja putri di SMA 5 Banda Aceh dengan metode penelitian bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X dan XI yang berjumlah 220 orang. Jumlah sampel sebanyak 69 orang, teknik pengambilan sampel adalahcluster sampling.hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p-value 0.021, dan ada hubungan anatara sikap remaja putri dengan perilaku kesehatan reproduksi dengan p-value 0,007. Penelitian yang dilakukan oleh Iis Lianawati 2012 dengan judul Tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X SMA islam terpadu AL-Masyur Pati dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan sampel siswi kelas X sebanyak 35 siswi menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner sedangkan teknik analisa statistik deskriptif (menggambarkan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan siswi kelas X tentang personal hygiene saat menstruasi diperoleh pengetahuan baik tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 7 responden (23,33%), pengetahuan cukup tentang personal hygiene saat menstruasi sebanyak 25 responden (66,67%), pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (10%).
20 26 F. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan literatur, secara sistematis dapat disusun kerangka konsep penelitian yang digambarkan dengan skema sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka konsep penelitian Pengetahuan tentang reproduksi remaja kesehatan Tindakan menstruasi kebersihan G. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan signifikan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan kebersihan menstruasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan manusia dan merupakan periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini terjadi pacu tumbuh (growth
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan
SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran orang tua baik ayah maupun ibu, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan bagaimana kesehatan anak di masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Defenisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya
Lebih terperinciI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
LAMPIRAN No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni I II III I V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pengajuan masalah penelitian 2 BAB I Pendahulua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
Lebih terperinciREPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009
KESEHTN REPRODUKSI REMJ CRETED BY: MHSISW PROGRM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009 PUBERTS SYIIK?!! SEMOG BERMNFT Y BOOKLETNY!!! Sobat muda!!! Tau gak pubertas tuh apaan? Pubertas itu adalah suatu masa ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI
PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI Mardiana Zakir* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Perilaku kesehatan pada remaja saat menstruasi diawali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
Lebih terperinciSeksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY
Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling
Lebih terperinciBeberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya
Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes
KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keputihan a. Pengertian Keputihan Keputihan yang dalam bahasa kedokteran disebut fluor albus, tidak selalu berarti suatu penyakit, jika hanya muncul pada masa-masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Proses
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015
KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015 I. Karakteristik Responden 1. Nama Responden :... 2. Umur :... 3. Kelas
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
9 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Sunaryo (2013), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris atau pengindraan terhadap
Lebih terperinciHubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid
Lebih terperinciBab IV Memahami Tubuh Kita
Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan
Lebih terperinciDETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )
DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN Hafriani 1, Defiyani 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN ANALIZE THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE YOUNG WOMEN CLASS X ABOUT MENSTRUATION
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Setelah panca indra menerima rangsangan yang diteruskan kepusat dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Menarche ( Haid Pertama) Menarche adalah haid pertama yang terjadi akibat proses sistem hormonal yang kompleks. Setelah panca indra menerima rangsangan yang diteruskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78
dan Lingkungan Hidup, 2/ (206), 69-78 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMA Angkola Barat Tahun 206 Maria Haryanti Butarbutar* *Program
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Notoatmodjo ( 2012) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan terjadinya perubahan biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut WHO (2009), adalah 12-24 tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan pada khususnya, karena tidak akan dapat diselesaikan dengan jalan kuratif saja, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,
Lebih terperinciSEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN
SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masa Remaja Defenisi remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah masa peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. usia tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. REMAJA DAN MASA PUBERTAS 1. Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa Inggris teenager yakni manusia usia 13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI Mimatun Nasihah* dan Sofia Nihayati** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRAC... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total
BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA
PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Wiwin Widia Astuti 201510104060 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum dapat mengikuti
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Keperawatan akan melakukan penelitian
Lebih terperinci