BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Ratna Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dan Potensi Komik Saat Ini Saat ini, komik asing di Indonesia lebih mudah ditemui daripada komik lokal. Khususnya komik asing dari Jepang yang biasa disebut manga. Padahal dulu ketika komik lokal pertama Put On terbit pada tahun 1930 mampu mengalahkan kepopuleran komik Flippie Flink dan Flash Gordon yang terlebih dulu beredar dalam media masa Belanda. Tak hanya itu, di tahun 1940-an, masuknya komik-komik Amerika dan Disney seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom, serta Johnny Hazard masih mampu disaingi komik lokal, begitu pula di tahun dengan masuknya komik Eropa seperti Tintin, Lucky Luke, dan Asterix malahan menjadi masa keemasan komik lokal. Sampai akhirnya tahun 1990 komik Jepang masuk, bahkan sampai menguasai pasar. Banyaknya ragam genre cerita, tebalnya halaman sebuah manga, dan format komik yang hitam putih sehingga modal mencetak bisa lebih murah serta industrinya yang terjaga merupakan kekuatan manga sehingga membuat penerbit lebih meliriknya. Selain itu, memang kondisi komik lokal sedang menurun dengan tidak adanya penerus komikuskomikus muda serta adanya peralihan metode distribusi dari taman baca ke toko buku Gramedia. Sampai di tahun 2013 ini, komikus terus berupaya mengangkat komik lokal untuk dapat kembali diterima masyarakat. Dukungan dan tanggapan positif pun mulai bermunculan. Seperti misalnya, dari pihak komikus sendiri semakin bergairah dalam berkarya, terlihat bertambahnya peserta Kompetisi Komik Indonesia (KKI) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) hingga 216 komikus dari berbagai pulau di Indonesia. Komikus Indonesia bahkan telah meraih 9 penghargaan pada International Silent Manga Audition dari majalah Zenon, Jepang. Di era digital online ini banyak memberikan kemudahan dan terobosan baru. Kemudahan dalam berproduksi dan mudahnya
2 berbagi informasi membuat dunia komik makin terhubung satu sama lain. Artist-artist lokal bahkan bisa menikmati cipratan kemajuan industri komik dunia, terutama komik Amerika, dengan menjadi bagian dari produksi mereka sebagai pekerja outsource atau bahkan komikus utama. Di antaranya Ardian Syaf, Vivian Wijaya, serta Chris Lie dan temantemannya di Caravan Studio. Potensi artist-artist tersebut telah diakui memenuhi standar kualitas dunia. Pemerintah pun telah menyadari akan potensi komik. Sejak tahun 1998, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) telah menyelenggarakan acara Pekan Komik dan Animasi Nasional yang berlangsung dua tahunan sampai Kemudian dilanjutkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang menyelenggarakan Kompetisi Komik Indonesia (KKI). Selain kompetisi komik pada umumnya, KKI juga melakukan acara roadshow dan workshop ke lima kota berbeda di setiap tahunnya, demi menemukan bakat-bakat yang ada di tanah air. Ditambah dari penerbit, saat ini semakin terbuka, bersedia menerbitkan komik lokal sehingga banyak karya komikus dalam negeri dapat diterbitkan. Terlihat dari data di tahun 2008, penerbit Elex Media Komputindo setiap bulannya mencetak komik dengan perbandingan 52 komik Jepang, 7 komik Korea, dan hanya 1 komik Indonesia. Di tahun yang sama M&C sebulannya mencetak 40 judul dengan 28 judul komik Jepang, sisanya diisi komik Hongkong, Amerika, Eropa, Korea, Mandarin, dan Indonesia. Kemudian data terakhir di tahun 2013, produksi penerbitan komik lokal bertambah hingga menerbitkan 115 judul yang dijual melalui toko buku. Bila ditambah dengan distribusi komik non-toko buku, baik secara online, booth pameran, kedai/resto, toko, indomaret, distro, atau penjualan digital mencapai 150 judul.
3 Gambar Peningkatan Penerbitan Komik Lokal Sumber: Analisis penulis Di antaranya seperti penerbit Koloni, Gagasmedia, Psycho, Cendana Art Media, Gradien Mediatama, Media Pressindo, Penerbit Andi, Gerai Comics (Grup Mediakom), Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Mizan, Elex Media Komputindo, Kelompok Penggemar Gina, Balai Pustaka, Terrant Books, Pustaka Delaprasta, Galang Press, Baris Baru dan Oxfam GB, Nirmana, Arus Kata Press, kemudian Makko sebagai penerbit komik online, serta Pluz+, penerbit sekaligus toko yang menerbitkan kembali (remaster) komik-komik lokal masa lalu. Walaupun masih belum dapat menyaingi jumlah manga yang terus bertambah namun komik-komik lokal yang terbit tersebut sudah memenuhi berbagai segmen pembaca dari anak-anak hingga dewasa meski belum merata, serta terdapatnya keragaman topik/genre yang diangkat Keinginan Komunitas Dalam perkembangannya, komunitas komik memilih tiga kota sebagai pusat informasi database komik lokal di daerah sekitarnya. Ketiga kota tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, dan Malang. Keputusan ini diambil saat acara Pekan Komik Indonesia ketiga di Malang. Dan sebagai perwakilan daerah Yogyakarta, komunitas komik indie Komikaze bersama dengan komunitas Daging Tumbuh telah memelopori dibuatnya Rumah Komik sebagai inisiatif langkah awal aktivitas dokumentasi perkomikan nasional.
4 Gambar Kota Pusat Informasi dan Dokumentasi daerah sekitarnya Sumber: Analisis penulis Untuk mampu meningkatkan persaingan komik lokal dengan komik asing khususnya manga, komunitas komik perlu dikembangkan. Industri komik perlu diperkuat dengan adanya kantor editorial yang dapat menjaga konsistensi kerja komikus atau komunitas sekaligus menjaga standar hasil komik nantinya, khususnya dalam hal cerita. Selain itu kegiatan workshop, sharing session, dan pameran perlu ditambah sehingga komikus dapat belajar dari pengalaman komikus lain. Sehingga diperlukan sebuah area galeri sebagai tempat untuk pameran serta mengoleksi karya komik lokal. Wawasan komikus juga dapat diperluas dengan adanya taman baca sebagai unit referensi. Karena di Jepang sana komik mimiliki cerita yang berbobot sebab melalui berbagai riset terlebih dahulu, walaupun itu menyangkut suatu hal sepele atau kebiasaan saja. Dalam industri komik juga tidak berhenti begitu saja pada terbitnya buku komik. Kesuksesan suatu judul terkadang menarik minat investasi pihak swasta untuk mengadaptasi cerita komik tersebut ke dalam media lain, begitu juga sebaliknya. Sehingga pusat komunitas ini bisa menjadi pusat informasi bagi kedua pihak. Beberapa media yang biasanya berhubungan dengan komik di antaranya film, sinetron, layar lebar, animasi, game, mainan (action figur), mainan kertas (papercraft),
5 costume play (cosplay), merchandise, artwork/fanart yang bisa diterapkan pada desain kaos, perangko, mug, kartu pos, kartu ucapan, dll. Dari film dan sinetron kemudian membutuhkan aktor peraga dan musik pengiring. Dalam animasi dan game dibutuhkan lagi pengisi suara dan pengiring musik juga. Keragaman profesi pelaku kreatif ini saling berpengaruh satu sama lain sehingga terjalin simbiosis mutualisme. Gambar Berbagai Sinergi Antarpelaku Kreatif Sumber: Analisis penulis Bila dibandingkan dengan buku-buku jenis lainnya, komik merupakan buku yang selalu laku terjual di toko buku. Sebagai gambaran, dari data penjualan jaringan toko buku Gramedia dan Kharisma di bulan Mei 2005, yang dihimpun Kompas menunjukkan penjualan terbesar satu judul komik sebanyak eksemplar, untuk buku fiksi sebanyak 974 eksemplar, sementara untuk buku nonfiksi 453 eksemplar. 1 Data lain pada tahun 2008, 52% penjualan buku anak dan remaja di Toko Buku Gramedia Matraman Jakarta, adalah komik, sisanya buku fiksi anak. Setiap bulannya penjualan komik bisa mencapai Kompas, Pasar Buku Nonfiksi, dari
6 eksemplar. 2 Komik, buku entertainment, dan buku motivasi selalu masuk dalam 10 buku paling laku di toko buku. Kondisi itu tak berubah dari tahun ke tahun, hingga bulan November Gambar Penjualan Komik Sumber: Analisa penulis Sayangnya, sebagian besar komik yang hadir mengisi rak-rak toko buku merupakan komik luar, khususnya manga yang penjualannya bisa laku hingga delapan belas kali lipat komik lokal. Dari data penjualan penerbit Mizan di tahun 2004, rata-rata komik lokal terjual eksemplar setiap judul, tetapi manga bisa mencapai eksemplar. 4 Gambar Perbandingan Penjualan Komik Lokal dengan Manga Sumber: Analisis penulis 2 Kulsum, 2008: 1 dalam dari upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia /SUCI_SUNDUSIAH/artikel_ilmiah/untuk_HISKI.pdf+fakta+komik+laris+d i+toko+buku&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id 3 Kristanto, Tri Agung Buku Bagus Belum Tentu Laku. Dari Kompas: Jakarta 4 Kompas. Sabtu, 20 Maret Komikus Lokal Menyiasati Dominasi Komik Jepang
7 Ditambah lagi persaingan posisi komik lokal di rak toko buku sangatlah ketat. Rak khusus untuk komik lokal hanya ada di beberapa toko buku saja. Sisanya bercampur dengan komik lainnya, diletakkan di rak bawah, atau malah memang belum diberi tempat sama sekali. Beberapa toko buku juga menyiasati dengan meletakkan komik lokal di rak bukan komik, melainkan di rak humor, hobi, politik, atau budaya dengan alasan lebih banyak terjual. Hal tersebut membuat pembaca sering kali bingung ketika mencarinya. Perlu usaha lebih untuk menemukannya. Sehingga hanya orang yang mencarinya yang mungkin akan menemukannya, kemungkinan munculnya pembaca-pembaca baru yang belum pernah membaca komik lokal menjadi berkurang. Untuk itu nantinya bisa disediakan fasilitas toko buku khusus untuk komik lokal sehingga dapat menambah kemungkinan meningkatnya pembacapembaca baru sekaligus sebagai salah satu roda penggerak ekonomi pusat komunitas nantinya. Banyaknya fasilitas yang ada perlu direncanakan secara fleksibel sehingga pusat komunitas nantinya bisa melayani lebih efektif dan efisien, khususnya dalam hal fungsi bangunan.
8 Gambar Kebutuhan akan Fasilitas Sumber: Penulis 1.2. Permasalahan Permasalahan Umum Kondisi komik lokal saat ini masih kalah saing dengan komik asing. Untuk bisa memperkuat keadaan komik lokal, komunitas perlu dipersiapkan ke arah industri komik Permasalahan Khusus 1. Dominasi komik asing dan peletakan komik lokal bukan rak komik di toko buku membuat komik lokal cukup sulit ditemui. 2. Komunitas komik di Indonesia merupakan kumpulan beberapa orang namun banyak. Untuk itu perlu adanya badan kantor editorial yang menghubungkan antara komunitas dan penerbit sehingga dapat menjaga konsistensi dan kualitas karya. 3. Yogyakarta sebagai pusat informasi database komik lokal di sekitarnya memerlukan fasilitas untuk berkumpul dan berbagi sebagai pengembangan masyarakat atau komunitas 4. Perlunya fasilitas fungsi pameran dan penjualan komunitas sebagai komunikasi serta promosi komik lokal dengan pencapaian yang mudah dan menarik kepada masyarakat.
9 1.3. Tujuan Tujuan Umum 1. Mempersiapkan komunitas komik menuju dunia industri komik yang lebih profesional 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi komik Indonesia yang dapat dijadikan sarana pendidikan efektif, sekaligus wawasan masyarakat khususnya komikus muda akan kekayaan komik Indonesia di masa lalu hingga dapat dijadikan referensi untuk memunculkan ide baru 3. Sebagai tempat berkumpulnya komunitas komik yang berada di sekitar Yogyakarta serta dilaksanakannya acara-acara bertema komik, khususnya ketika diadakan di Yogyakarta 4. Sebagai jembatan antara komikus dan pembaca, sehingga mempersingkat jalur distribusi serta menjadi salah satu jaringan penerbit untuk memasarkan komik Indonesia terbitannya Tujuan Khusus 1. Mempelajari dan mendefinisikan kebutuhan fungsi dan ruang komunitas yang spesifik, dalam hal ini komunitas komik 2. Mempelajari standar dalam fasilitas galeri pamer dan taman baca sebagai fasilitas pendukung kegiatan komunitas komik 3. Mempelajari pola perilaku pengguna fasilitas yang beragam dan mengintegrasikannya sehingga diperoleh fungsi fasilitas yang fleksibel 1.4. Sasaran 1. Komunitas komik khususnya di daerah Yogyakarta dan sekitarnya 2. Masyarakat luas yang ingin tahu tentang komik lokal dan mempelajarinya 3. Para pelaku industri komik dan industri kreatif lain yang berhubungan dengan komik
10 1.5. Lingkup Penulisan Penulisan dibatasi pada permasalahan arsitektural yang menyangkut fungsi, hubungan, dan fleksibilitas ruang dalam fasilitas komunitas komik, serta masalah lain yang dianggap mendukung pemecahan masalah dalam topik penulisan, seperti aspek komik yang mempengaruhi persepsi publik Metode Penulisan 1. Metode Deskriptif, yaitu penjelasan data dan informasi yang berkaitan dengan latar belakang, permasalahan, dan tujuan penulisan. 2. Metode Studi Literatur, dilakukan untuk mencari dan mempelajari data-data mengenai persyaratan, regulasi, standar fungsi, kebutuhan ruang, serta fisik bangunan komunitas melalui studi pustaka, browsing internet, serta meminta data dari otoritas terkait. 3. Metode Studi Kasus, yaitu mempelajari contoh-contoh fasilitas serupa kemudian membandingkannya sehingga dapat diketahui sisi positif dan negatif dari contoh-contoh yang didapat, baik melalui studi literatur, maupun survey lapangan 1.7. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Berisi Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan, Sasaran, Lingkup Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan, dan Kerangka Berpikir. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tinjauan umum tentang bangunan pusat komunitas dan mengenai komik. Serta analisa perbandingan kelebihan dan kekurangan beberapa referensi bangunan yang berkaitan dengan komik sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam mendesain ke depannya. Bab III Tinjauan dan Analisa Tapak Membahas pertimbangan pemilihan lokasi tapak, serta kondisi tapak terpilih. Bab IV Analisa Pendekatan serta Konsep Perencanaan dan Perancangan
11 Berisi berbagai alternatif konsep perancangan desain yang akan menjadi pertimbangan pada desain akhir dan arah perancangan desain. Bab V Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang konsep dan arah perancangan desain, serta menghasilkan sebuah konsep skematik yang menjadi dasar perancangan Keaslian Penulisan Berikut beberapa kajian tentang komik yang telah dibuat: 1. Wijayanto, Punto. Galeri Apotek Komik. Tugas Akhir Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan): Yogyakarta. 2. Suherna, Dadang Studio Komik dan Animasi di Yogyakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan): Yogyakarta. Memfokuskan pada studio komik dan animasi kartun dengan mewadahi kegiatan proses pembuatan dan display hasil karya. Pendekatan konsep yang digunakan yaitu transformasi karakter studio komik dan animasi sebagai perwujudan ekspresi kreatif imajinatif (pelepasan khayalan mimpi) dan interaktif. 3. Wahyudi Galeri Seni Komik dan Animasi di Yogyakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan): Yogyakarta. Memfokuskan pada galeri untuk pameran, pelatihan, studio, penjualan karya seni komik lokal, dan sebagainya. Perencanaan konsep berupa penyajian ruang pamer dan pelayanan yang menarik, interaktif, nyaman, dan aksesibel terhadap pengunjung segala usia. 4. Aulia I, Helmy Pusat Komik di Yogyakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan): Yogyakarta. Menfokuskan pada studio, galeri pamer, dan edukasi segala tentang komik. Pendekatan konsep sirkulasi sebagai ruang publik, sebuah sarana rekreatif dan kreatif dengan filosofi analogi komik
12 1.9. Kerangka Pola Pikir Gambar Kerangka Berpikir Sumber: Analisis penulis
PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul " Surakarta Comic Art Center Surakarta : Sebuah kota yang terletak di wilayah otonom provinsi Jawa Tengah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul " Surakarta Comic Art Center Surakarta : Sebuah kota yang terletak di wilayah otonom provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota yang memiliki luas 44 km 2. Kota Surakarta
Lebih terperinciIlustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri
Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Retno Kusumawati C 9503025 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 60-70an ada beberapa komik lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik merupakan suatu seni yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Melalui Musik bisa menjadi salah satu sarana untuk mengekspresikan perasaan yang kita rasakan,dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode
BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau
Lebih terperinciFASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komik adalah salah satu bentuk hiburan yang cukup di gemari di Indonesia. Pada tahun 1968 sampai 1980 indonesia mengalami masa jayanya dengan komik-komik buatan anak
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinci1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar sebagai media seni rupa. Peninggalan manusia sejak masa prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Animasi dan game merupakan hasil desain yang dipandang sebagai hiburan. Peminatnya pun beragam mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Konten
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses
BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai
Lebih terperinciGEDUNG EKSEBISI ANIMASI DAN KOMIK DI BANDUNG DENGAN PENDEKATAN DESAIN HI TECH ARCHITECTURE
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG EKSEBISI ANIMASI DAN KOMIK DI BANDUNG DENGAN PENDEKATAN DESAIN HI TECH ARCHITECTURE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Judul Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme 1.2. Pengertian Judul Solo Studio Animasi dengan penekanan ekspresionisme adalah sarana yang mengelola produksi animasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Animasi (anime) merupakan sebuah produk entertaintment, media, bahkan industri yang sangat pesat perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi. Penggunaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia komik Indonesia, atau yang biasa disebut cergam (cerita bergambar) saat ini didominasi oleh komik-komik yang berasal dari luar negeri seperti komik Jepang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan dan tradisi yang cukup dikenal oleh negara lain. Kebudayaan Jepang berhasil disebarkan ke berbagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nur Muladica Gedung Fotografi di kota Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia berusaha mendokumentasikan sebuah peristiwa. Terlihat dengan adanya gambar-gambar pada dinding gua, kulit kayu, kulit binatang, relief, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Akhir-akhir ini dunia hobi sangat berkembang pesat di kota-kota besar Indonesia, termasuk di kota Jogjakarta. Salah satu hobi yang berkembang saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keinginan seseorang untuk bercerita tentang suatu pengalaman ekspresi diri, peristiwa yang aktual, nostalgia, menjadikan foto sebagai media yang akurat untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah
14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan
Lebih terperinciGALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinding Gumbeng adalah salah satu kesenian musik tradisional tertua yang masih bertahan di masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Rumah Baca :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah) : Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan membuat arus informasi berjalan sangat cepat sehingga kebutuhan masyarakat akan informasi semakin bertambah, ada
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian yang dilakukan, dan disertai dengan teori-teori serta data-data yang diperoleh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebenarnya novel grafis dan komik tidak ada bedanya hanya saja bobot maupun panjang cerita dari novel grafis merunut ke novel. Namun belakangan banyak penerbit
Lebih terperinciPenelusuran Masalah Analisa Objek desain
BAB 1V KONSEP BAB IV KONSEP DESAIN DESAIN Penelusuran Masalah Analisa Objek desain Komik Majapahit berhenti cetak pada akhir tahun 1990 Berbanding lurus dengan invasi manga ke Indonesia Komik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah wayang Beber yang terdapat di desa Gedompol yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Boneff, cikal bakal komik Indonesia adalah relief yang terdapat pada candi Prambanan dan Borobudur di Jawa Tengah. Selain dari relief pada candi-candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiburan bagi manusia berguna untuk menyegarkan kembali otak dari tekanantekanan pekerjaan, tugas sekolah, tugas kuliah, ataupun masalah-masalah pribadi. Dengan berkembangnya
Lebih terperincisatu alasannya adalah sebagai industri, Indonesia sudah kalah waktu. Industri game di Indonesia belum ada 15 tahun dibanding negara lain. Tentunya sei
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah di dalamnya. Kisah Ken Arok dan Ken Dedes adalah salah satunya. Kisah ini cukup populer dengan intrik-intrik
Lebih terperinciGALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini yang begitu pesat membuat penduduk bumi seolah tak berjarak lagi. Melalui berbagai platform sosial media, seseorang dapat dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan Game Online tidak lepas dari perkembangan teknologi komputer dan jaringan komputer itu sendiri. Maraknya Game Online merupakan cerminan dari pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Animasi, atau film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komik dan animasi di Indonesia seringkali dianggap sepele karena dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang A. Seni komik dan animasi sebagai media komunikasi Komik dan animasi di Indonesia seringkali dianggap sepele karena dianggap hanya ditujukan untuk kalangan anak-anak
Lebih terperinciMahendra Dinata
Mahendra Dinata 3405100143 REVIEW BAB I II III FENOMENA Penjualan Sequential Art dalam beberapa tahun terakhir (Update 2009 2010) mengalami peningkatan signifikan. Penjualan Sequential Art (Komik dan Novel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umum Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat memunculkan banyaknya alat komunikasi baru berbasis digital seperti ipad, iphone, Android, dan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, baik sebagai pelaku maupun hanya sebagai penikmat musik. Musik merupakan kebutuhan penunjang bagi manusia saat
Lebih terperinciKOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permainan berbasis online atau sering di sebut dengan Game Net. Game
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan internet di Indonesia maupun di dunia saat ini tumbuh sangat pesat. Perkembangan ini dimanfaatkan oleh pebisnis industri kreatif elektronik mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Animasi adalah suatu rangkaian gambar dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah olah hidup ( bergerak ), seperti yang
Lebih terperinciKoleksi. Sampul Poster Perangko Tipografi Ilustrasi Iklan Logo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Desain Grafis mulai masuk dan dikenal di Indonesia pada awal tahun 1970, pada waktu itu banyak art director atau creative director
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum ter-eksplorasi, karena minimnya informasi mengenai budaya tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Indonesia sangat beragam sesuai slogannya yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua. Namun banyaknya budaya Indonesia belum
Lebih terperinciPusat Film Animasi di Yogyakarta Citra Visual Ruang Sebagai Acuan Desain BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang A.Animasi Sebagai Media Komunikasi dan Pendidikan. Animasi awalnya adalah kartun yang berupa komik, Komik strip pada masa itu muncul di majalah atau surat kabar dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Komunitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Komunitas Komunitas Hobi Foto Bandung yang disingkat dengan HFB adalah salah satu komunitas yang bergerak pada bidang fotografi
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Era Ekonomi Kreatif Kondisi ekonomi di Dunia saat ini telah memasuki era ekonomi gelombang ke- 4 yang dikenal dengan nama Era Ekonomi Kreatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Game animasi yang di tayangkan di internet banyak di senangi oleh banyak pemirsa, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. ini di karenakan game animasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan film Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan dan penurunan sehingga mempertahankan peningkatan film itu sangatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota Malang dan sekitarnya seiring dengan perkembangan media suara (audio) berupa radio, internet serta
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia tidak terhitung nilainya, mulai dari suku, bahasa, tarian, nyayian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung.
BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING A. Temuan Penelitian Pada penelitian kualitatif dibutuhkan analisis data berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan beragam. Namun dengan kekayaan budaya yang Indonesia miliki ternyata tidak memberikan bukti nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Komunitas Fotografi di Denpasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pecinta fotografi di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat signifikan karena perkembangan fotografi mengalami banyak perubahan fungsi. Awalnya
Lebih terperinciHARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO
HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung ibukota Jawa Barat merupakan kota yang dikenal sebagai kota wisata. Selain banyak terdapat factory outlet dan kuliner, Bandung juga banyak terdapat Museum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan ekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Istilah Pop Culture atau Budaya Populer sudah bukan merupakan kata-kata yang asing lagi di telinga kita. Secara umum, istilah tersebut dapat dimaknai sebagai suatu
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA
PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA 1501204956 SCHOOL OF DESIGN INTERIOR DESIGN DEPARTMENT UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015 2 BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sekarang ini sangat pesat setiap orang ingin membuat sesuatu yang baru dan unik. Dengan rutinitas manusia yang padat maka manusia membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada dunia hiburan khususnya dalam seni tradisional Indonesia semakin berkurang dan ditinggalkan, banyak para remaja yang lebih mengikuti era teknologi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses perancangan. metodeanalisa data yang digunakan dalam proses perancangan adalah dengan
Lebih terperinciWEDDING CENTRE DI SURAKARTA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (PPA) WEDDING CENTRE DI SURAKARTA One Stop Wedding Service Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Analisis SWOT Strength : Minimnya Komik Edukatif yang bersifat Nasionalis untuk kalangan Remaja Weakness : Rendahnya minat belajar para Remaja Oportunities : Komik berfungsi
Lebih terperinciPERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI
PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI 3407100129 Remy Sylado Penulis dan seniman Menerima penghargaan sastra khatulistiwa 2002 Menerima penghargaan MURI atas melalui buku kumpulan sajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vincent Pinel (2006) Genres et Mouvements Au Cinémamenyebutkanfilm horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang bertujuanmembangkitkan ketegangan
Lebih terperinciREDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bike Trial merupakan olahraga keterampilan sepeda, termasuk salah satu olahraga sepeda ekstrim. Fokus gerakan dari sepeda trial adalah manajemen balance dan power.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang baru. Contoh multimedia interaktif adalah multimedia. pembelajaran interaktif, aplikasi game, kios informasi, dll.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dan informasi telah berkembang dengan pesat dan sangat berperan besar dalam kehidupan manusia. Banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan adanya teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Legenda merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Di Indonesia terdapat berbagai macam legenda yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Lebih terperinciPERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API Kevin Immanuel Jalan Gambir Anom G4/18 021-4517324 immanuelkevin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk membuat visualisasi dalam bentuk komik
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
DKV403 - RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Capaian Pembelajaran (CP) CPL - PRODI S9 Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang P3 Desain Komunikasi Visual. Memiliki keahlian secara mandiri
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Youth Islamic Center ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut
Lebih terperinciPERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR TA 127
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Jurnal Nasional, yang terbit pada Jumat 27 September 2013 bahwa Budaya baca masyarakat di Indonesia masih terbilang rendah. Hal tersebut terbukti dari data yang
Lebih terperinci