BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBAR KERJA Gambar kerja dipakai sebagai sarana untuk mengemukakan gagasan tentang konstruksi pekerjaan. Jadi dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa gambar kerja berfungsi sebagai bahasa teknik di industri permesinan (Khumaedi, 2015). Gambar kerja harus cukup memberikan informasi untuk meneruskan maksud apa yang diinginkan oleh perencana kepada pelaksana, demikian juga pelaksana harus mampu mengimajinasikan apa yang terdapat dalam gambar kerja untuk dibuat menjadi benda kerja yang sebenarnya sesuai dengan keinginan perencana atau pemesan. Untuk itu standar-standar, sebagai tata bahasa teknik, diperlukan untuk menyediakan ketentuan-ketentuan yang cukup. Dengan adanya standar-standar yang telah baku ini akan lebih memudahkan suatu pekerjaan untuk dikerjakan di industri yang kemudian hasil akhirnya akan dirakit pada industri yang berbeda hanya dengan menggunakan gambar kerja. Meskipun perkembangan teknologi komputer berkembang pesat, sehingga penggambaran kerja yang dilakukan pada saat sekarang sudah tidak menggunakan pensil, pena gambar (rapido), jangka dan sebagainya, melainkan menggunakan aplikasi program gambar seperti penggunaan Auto Cad, Solid Work, Pro Engineering, dan program-program yang lain, namun aturan yang digunakan dalam penggunaan program-program tersebut tetap harus mengacu pada aturan gambar teknik mesin. Jadi dalam penggunaan kertas gambar, garis, proyeksi dan sebagainya tetap berdasarkan aturan gambar teknik mesin (Khumaedi, 2015).

2 Ukuran Kertas Gambar Untuk membuat gambar teknik mesin, dilakukan dengan menggunakan ukuran kertas yang sudah standar. Ada beberapa macam ukuran kertas yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dari gambar yang akan dibuat. Ukuran-ukuran kertas tersebut adalah seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Ukuran kertas gambar Sumber: Khumaedi, 2015 No. Standar Lebar Panjang 1 A A A A A A A Garis Gambar Dalam gambar teknik mesin dipergunakan beberapa macam garis yang mempunyai fungsi berbeda-beda sesuai dengan tujuannya. Masing-masing garis tersebut dibuat dengan fungsi, bentuk dan tebal yang berbeda sesuai dengan aturan yang ada. Adapun fungsi, bentuk dan tebal garis yang dipergunakan dalam gambar teknik mesin adalah seperti terlihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:

3 7 Tabel 2.2 Jenis-jenis garis gambar Sumber: Khumaedi, 2015 No. Bentuk Garis Nama Garis Tebal Garis Penggunaan 1 Garis Kontinu (Tebal) 0,50 0,70 Garis benda, Garis nyata. 2 Garis Kontinu (Tipis) 0,25 0,35 Garis ukuran, Garis bantu, Garis ulir, Garis arsir, dll. 3 Garis Putus-Putus (Sedang) 0,35 0,50 Garis bayangbayang. 4 Garis Titik Garis (Tebal) 0,50 0,70 0,25 0,35 Garis potong. 5 Garis Titik Garis (Tipis) 0,25 0,35 Garis sumbu, Garis lipatan. 6 Garis Bebas (Tipis) 0,25 0,35 Garis potong. 7 Garis Titik Dua Garis (Tipis) 0,25 0,35 Garis bagian bergerak, Garis di depan bidang potong, Garis bentuk awal, dll Gambar Proyeksi Dalam menyajikan pandangan gambar sebuah benda, pandangan depan adalah merupakan yang pokok, sedangkan pandangan yang lain berfungsi hanya untuk memperjelas. Dengan demikian andai memungkinkan cukup pandangan depan saja, maka tidak perlu dibuat pandangan yang lain, asal gambar telah memberikan pandangan yang lengkap, yang dapat memberikan satu kesimpulan mengenai bentuk dan ukuranukuran bagian alat yang akan dibuat.

4 8 Agar dapat membuat pandangan gambar yang baik yaitu pandangan yang tidak berlebihan atau kurang, maka berikut ini diberikan beberapa ketentuan umum untuk memilih pandangan (Khumaedi, 2015). 1. Jangan menggambar pandangan lebih dari yang diperlukan untuk melukis benda. 2. Pilihlah pandangan yang sekiranya dapat memperlihatkan bentuk benda yang paling baik. 3. Utamakanlah pandangan dengan garis yang tidak kelihatan yang paling sedikit. 4. Pandangan sebelah kanan lebih utama dari pandangan sebelah kiri, kecuali kalau pandangan kiri memberi keterangan yang lebih banyak. 5. Pandangan atas lebih utama dari pandangan bawah, kecuali kalau pandangan bawah memberi keterangan yang lebih banyak. 6. Pilihlah pandangan yang sekiranya dapat mengisi ruang gambar sebaik-baiknya. Pandangan dalam gambar teknik mesin kebanyakan divisualisasikan dengan menggunakan proyeksi lurus. Ada dua cara untuk menggambar proyeksi lurus, yaitu proyeksi sistem Amerika (Third Angle Projection) dan proyeksi sistem Eropa (First Angle Projection). Secara lengkap kedua proyeksi ini mempunyai enam pandangan: pandangan depan, pandangan atas, pandangan samping kanan, pandangan samping kiri, pandangan bawah dan pandangan belakang. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah. Gambar 2.1 Proyeksi sistem Amerika Sumber: Khumaedi, 2015

5 9 Gambar 2.2 Proyeksi sistem Eropa Sumber: Khumaedi, 2015 Untuk menunjukkan penggunaan dari kedua proyeksi tersebut dapat dilihat dari lambang proyeksi seperti terlihat pada Gambar 2.3 di bawah. a) Lambang Proyeksi Eropa b) Lambang Proyeksi Amerika Gambar 2.3 Lambang penunjukkan proyeksi Sumber: Khumaedi, 2015

6 Lambang Las Sebagai alat penyambung yang bersifat permanen pada bagian-bagian mesin atau konstruksi, pengelasan merupakan sambungan yang lebih ringan dan kuat bila dibandingkan dengan sambungan paku keling. Kemajuan teknologi menyebabkan penggunaan penyambungan dengan las semakin luas dalam industri kecil maupun besar. Bentuk sambungan las dapat digolongkan seperti terlihat pada Gambar 2.4 di bawah. Gambar 2.4 Bentuk sambungan las Sumber: Khumaedi, 2015 Perencana maupun pemesan yang menginginkan suatu bentuk pengelasan tertentu pada tukang las harus menyampaikannya dalam bentuk gambar dan dilakukan dengan bentuk-bentuk lambang khusus untuk lebih menyederhanakan gambar. Bentuk lambang yang biasa digunakan baik untuk tunggal maupun ganda (dua sisi) adalah seperti terlihat pada Tabel 2.3 di bawah.

7 11 Tabel 2.3 Lambang-lambang las Sumber: Khumaedi, 2015

8 KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hydro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking (Panda, 2011) Hydro Cracking Hydro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada temperatur antara K dan tekanan hidrogen 3 10 MPa. Dalam proses hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia (Surono, 2013). Penelitian tentang proses hydro cracking ini antara lain telah dilakukan oleh Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydro cracking sampah plastik polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12) menggunakan katalis NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking dilakukan dalam reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300 C, 360 C, dan 400 C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hidrogen 150 ml/jam. Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk C7-C8 tertinggi dicapai pada temperatur 360 C dan rasio katalis/umpan 0,5. Kinerja katalis NiMo/zeolit menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi dengan proses regenerasi kinerjanya bisa dikembalikan lagi. Sedangkan Daryoso, Wahyuni & Saputro (2012) melakukan penelitian tentang pengolahan sampah plastik jenis polietilen dengan metode hydro cracking menggunakan katalis NiMo/zeolite. Hydro cracking dilakukan dengan variasi

9 13 perbandingan katalis/bahan plastik 1:4, 2:4, 3:4, dan temperatur prosesnya diatur 350 C, 400 C, 450 C, 500 C, 550 C selama 2 jam. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa Katalis NiMo/Zeolit Alam yang telah dipreparasi berperan dalam proses hidrorengkah sampah polietilen menghasilkan produk hidrorengkah dengan rantai hidrokarbon yang pendek. Rasio massa katalis NiMo/Zeolit alam dengan umpan optimum yang menghasilkan konversi sampah polietilen paling besar didapat pada perbandingan 3:4 yaitu sebesar 8,032%. Temperatur optimum yang menghasilkan konversi sampah polietilen paling besar diperoleh pada temperatur 500 C yaitu sebesar 1,334% (Surono, 2013) Thermal Cracking Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara 350 C sampai 900 C. Dari proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi (Surono, 2013). Bajus & Hájeková, 2010, melakukan penelitian tentang pengolahan campuran tujuh jenis plastik menjadi minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh jenis plastik yang digunakan dalam penelitian ini dan komposisinya dalam persen berat adalah HDPE (34,6%), LDPE (17,3%), LLPE (17,3%), PP (9,6%), PS (9,6%), PET (10,6%), dan PVC (1,1%). Penelitian ini menggunakan batch reactor dengan temperatur dari 350 C sampai 500 C. Dari penelitian ini diketahui bahwa thermal cracking pada campuran tujuh jenis plastik akan menghasilkan produk yang berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya plastik jenis PS, PVC dan PET dalam campuran plastik yang diproses akan meningkatkan terbentuknya karbon monoksida dan karbon dioksida didalam produk gasnya dan menambah kadar benzene, toluene, xylenes, styrene didalam produk minyaknya. Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan gas chromatography/ mass spectrometry untuk mengetahui distribusi jumlah atom karbonnya. Dari hasil

10 14 analisa tersebut diketahui bahwa komposisi minyak dari campuran plastik PE dan PP tersebut mempunyai jumlah atom karbon yang setara dengan solar, yaitu C12 C Catalytic Cracking Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi (Surono, 2013). Borsodi et al. (2011) melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastik yang terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis dilakukan didalam reaktor tabung, dengan pemasukkan material plastik secara kontinyu. Plastik yang diproses ada dua macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan HDPE yang terkontaminasi minyak pelumas. Dalam penelitian ini temperatur pirolisis 500 C. Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-catalytic pyrolysis) dan tanpa katalis (thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah Yzeolite. Dari penelitian ini diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk volatilenya lebih tinggi dan densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis mempengaruhi proses cracking pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada HDPE yang terkontaminasi pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan. Pemakaian katalis menurunkan densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis. Di Indonesia standar dan mutu bahan bakar minyak yang akan dipasarkan diatur oleh KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI. Berdasarkan keputusan direktorat jendral minyak dan gas bumi nomor: 28.K/10/DJM.T/2016, tanggal 24 Februari 2016, tentang standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis solar 48 yang dipasarkan di dalam negeri ditunjukan pada Tabel 2.4 di bawah.

11 15 Tabel 2.4 Standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis solar 48 Sumber: Wiratmaja, 2016 No. Karakteristik Satuan Batasan SNI Minyak Solar 48 Min. Maks. 1 Angka Setana atau Indeks Setana Berat Jenis (pada Suhu 15 C) kg/m Viskositas (pada suhu 40 C) mm 3 /s 2,0 4,5 4 Kandungan Sulfur % - 0,005 5 Distilasi : 90% vol. Penguapan C Titik Nyala C 52-7 Titik Kabut C - 18 atau 8 Titik Tuang C 18 9 Residu Karbon % - 0,1 10 Kandungan Air mm/kg Kandungan FAME % Korosi Bilah Tembaga - Kelas 1 13 Kandungan Abu % - 0,01 14 Kandungan Sedimen % - 0,01 15 Bilangan Asam Kuat mg.koh/g Bilangan Asam Total mg.koh/g - 0,6 17 Penampilan Visual Jernih dan Terang 18 Warna No. ASTM - 3, Lubricity (HFRR wear scar C) Kestabilan Oksidasi Metode Rancimat micron Jam 35 -

12 PIROLISIS Pirolisis adalah proses degradasi termal bahan-bahan polimer seperti plastik maupun material organik seperti biomassa dengan pemanasan tanpa melibatkan oksigen didalamnya. Proses ini umumnya berlangsung pada temperatur antara 500 C 800 C (Aguado et al., 2007). Produk dari pirolisis ini terdiri dari fraksi gas, cair, dan residu padatan (Buekens & Huang, 1998). Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek. Selanjutnya proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan mengalami kondensasi dan pembentukan cairan. Cairan inilah yang nantinya menjadi bahan bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel (Syamsiro, 2015). Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi. Produk utama dari pirolisis yang dapat dihasilkan adalah arang (char), minyak, dan gas. Arang yang terbentuk dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan minyak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam bahan bakar. Sedangkan gas yang terbentuk dapat dibakar secara langsung (Chaurasia & Babu, 2005). Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, dan volatil matters pada sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon (Ramadhan & Ali, 2003). Menurut kondisi operasinya, pirolisis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis kategori yaitu slow, fast dan flash pyrolisis (Jahirul et al., 2012).

13 17 Tabel 2.5 Parameter operasi proses pirolisis Sumber: Jahirul et al., 2012 Proses pirolisis Waktu tinggal (s) Ukuran partikel (mm) Suhu (K) Slow Fast 0,5-10 < Flash < 0,5 < 0, Faktor-faktor yang mempengaruhi produk dalam proses pirolisis (Elykurniati, 2009) adalah: 1. Waktu: Waktu berpengaruh pada minyak yang akan dihasilkan karena, semakin lama waktu proses pirolisis berlangsung, minyak yang dihasilkan makin naik. 2. Suhu: Suhu sangat mempengaruhi minyak yang dihasilkan, karena semakin tinggi suhu maka semakin banyak minyak yang dihasilkan. 3. Berat Partikel: Semakin banyak bahan yang dimasukkan menyebabkan hasil bahan bakar cair (tar) dan arang meningkat. 4. Ukuran Partikel: Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Makin besar ukuran partikel luas permukaan persatuan berat makin kecil sehingga proses karbonisasi berlangsung lambat. Surono, 2013 telah melakukan penelitian tentang minyak sampah plastik dan melakukan perbandigan sifat minyak dari sampah plastik hasil pirolisis yang telah dilakukan dengan solar dapat dilihat pada Tabel 2.6 di bawah.

14 18 Tabel 2.6 Perbandingan sifat minyak sampah plastik dan solar Sumber: Surono, 2013 No. Sifat Satuan Minyak Sampah Plastik Solar 1 Densitas pada 30 C g/cc 0,793 0,83 0,88 2 Nilai Kalor kj/kg Viskositas Kinematis cst 2, Angka Setana Flash Point C Fire Point C Kandungan Sulfur % < 0,002 < 0, PLASTIK Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Kumar, Panda & Singh, 2011). Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan (Surono, 2013). Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastic adalah jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi

15 19 kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya (lihat Gambar 2.5 dan Tabel 2.7). Gambar 2.5 Nomor kode plastik Sumber: Surono, 2013 Tabel 2.7 Jenis plastik, kode dan penggunaannya Sumber: Surono, 2013 No. Kode Jenis Plastik PET (polyethylene Terephthalate) HDPE (High Density Polyethylene) PVC (Polyvinyl Chloride) LDPE (Low Density Polyethylene) PP (Polypropylene atau Polypropene) Penggunaan Botol kemasan air mineral, botol minyak goreng, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik. Botol obat, botol susu cair, jerigen pelumas, dan botol kosmetik. Pipa selang air, pipa bangunan, mainan, taplak meja dari plastik, botol shampo, dan botol sambal. Kantong kresek, tutup plastik, plastik pembungkus daging beku, dan berbagai macam plastik tipis lainnya. Tutup plastik, tutup botol plastik, mainan anak, dan tutup margarin. 6 PS (Polystyrene) 7 Other (O) Kotak CD, sendok dan garpu plastik, gelas plastik, tempat makan dari styrofoam, dan tempat makan plastik transparan. Botol susu bayi, plastik kemasan, galon air mineral, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, sikat gigi, dan mainan lego.

16 SIFAT THERMAL BAHAN PLASTIK Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur dimana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Diatas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan diatas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu diatas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada Tabel 2.8 di bawah. Tabel 2.8 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik Sumber: Surono, 2013 No. Jenis Bahan Tm ( C) Tg ( C) Temperatur kerja maks. ( C) 1 PP HDPE LDPE PA PET ABS PS PMMA PC PVC 90 71

17 HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE) HDPE (High Density Polyethylene) dibuat melalui polimerisasi ethylene dengan penambahan berbagai metal, dan dihasilkan polimer polyethylene yang tersusun hampir sebagaian besar polimer-polimer linier. Bentuknya yang linier menghasilkan sifat bahan yang bersifat kuat, rapat dan strukturnya mudah diatur. Plastik HDPE ini keras dan memiliki titik lebur tinggi, selain itu tenggelam dalam larutan campuran air dengan alkohol. HDPE merupakan yang paling aman digunakan. Kelebihan utamanya adalah sifat tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, jenis plastik ini banyak dipilih untuk bahan produksi rumah tangga seperti tempat makan, kantong kresek, botol detergen, dan botol susu. Meskipun aman, plastik jenis ini direkomendasi hanya untuk sekali pakai. Gambar 2.6 Nomor kode plastik HDPE Sumber: Surono, 2013 HDPE (High Density Polyethylene) terbentuk dari atom karbon dan hydrogen yang bergabung membentuk molekul dengan berat molekul yang tinggi. Methane gas dirubah menjadi ethylene kemudian diberi panas dan tekanan sehingga menjadi poliethylene. Rumus monomer HDPE: (-CH2-CH2-)n. Gambar 2.7 Rumus monomer plastik HDPE Sumber: Sugiarto, 2016

18 22 Sifat fisika dan kimia dari plastik HDPE ditunjukan pada Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 di bawah. Tabel 2.9 Sifat kimia plastik HDPE Sumber: Nazusyifa, 2011 No. KUANTITAS HARGA SATUAN 1 Modulus Young MPa 2 Modulus Shear MPa 3 Kekuatan Tarik Mpa 4 Kemuluran % 5 Sifat Leleh Material MPa 6 Kelenturan MPa 7 Uji Kekuatan 0,27 10,9 J/cm Tabel 2.10 Sifat fisika plastik HDPE Sumber: Nazusyifa, 2011 No. QUANTITY HARGA SATUAN 1 Ekspansi Termal e-6/k 2 Konduktifias Termal 0,46 0,52 W/m.K 3 Kapasitas Panas J/kg.K 4 Titik Leleh C 5 Suhu Normal C 6 Kerapatan kg/m 3 7 Daya Hambat 5e+17 1e+21 Ohm.mm 2 /m 8 Potensial Kerusakan 17,7 19,7 kv/mm 9 Koefisien Gesekan 0,25 0,3 10 Index Bias 1,52 1,53 11 Penyusutan 2 4 % 12 Daya Serap Air 0,01 %

19 23 Karakteristik dari HDPE (High Density Polyethylene) ini yaitu bahannya lebih kuat, warnanya lebih buram, serta dapat menahan suhu lebih tinggi, sekitar 134 C untuk periode singkat dan 110 C untuk pemakaian terus menerus. Selain itu, HDPE juga memiliki tingkat ketahanan berbeda berdasarkan isinya, diantaranya: 1. Ketahanan sangat baik terhadap asam, alkohol, dan basis yang cair dan terkontaminasi. 2. Ketahanan yang baik terhadap aldehida, ester alifatik dan hidrokarbon aromatik, keton, mineral dan minyak nabati. 3. Ketahanan terbatas terhadap halogenasi hidrokarbon dan zat pengoksidasi. 2.7 ZEOLIT BATU ALAM Zeolit adalah mineral dengan struktur kristal alumina silikat yang berbentuk framework (struktur tiga dimensi) dan mempunyai rongga serta saluran yang diisi oleh kation logam alkali atau alkali tanah serta molekul air. Ion logam dan molekul air dapat digantikan oleh ion atau molekul lain secara reversible tanpa merusak struktur zeolit, sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai adsorben, ion exchange dan katalis (Las, et al., 2012). Fungsi zeolit sebagai katalis disebabkan karena zeolit mempunyai pori. Semakin besar ukuran pori zeolit maka proses katalisasi akan semakin cepat. Indonesia memiliki cadangan deposit zeolit alam yang melimpah dengan kandungan utama mordenit dan klinoptilolit dengan kadar bervariasi. Salah satu daerah penghasil zeolit adalah Lampung dan Wonosari. Zeolit yang terdapat di Lampung merupakan jenis klinoptilolit dengan rumus Na6[Al6Si30O72]24 H2O dan berwarna putih. Densitas 1,9942-2,1781 g/ml, volume pori total 86,26 x 10-3 dengan luas permukaan 38,93 m 2 (Las, 1989). Zeolit alam Wonosari memiliki komposisi modernit 48% (Kartika, 2008), 70% (Trisunaryanti et al., 2000). Zeolit alam ini masih banyak bercampur dengan pengotor (impurities). Zeolit alam pada umumnya memiliki stabilitas termal yang tidak terlalu tinggi, ukuran pori tidak seragam dan aktivitas katalitik rendah sehingga perlu dilakukan modifikasi atau aktivasi. Aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan perlakuan asam, yaitu mereaksikan zeolit dengan larutan asam seperti HCl, HNO3, H2SO4, dan H3PO4 (Heraldy, et al., 2003), HCl, HF, dan NH4Cl (Khairinal

20 24 & Trisunaryanti, 2000). Zeolit alam teraktivasi dimungkinkan dapat digunakan sebagai katalis asam dalam reaksi esterifikasi pada pembuatan biodiesel. Aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Zeolit alam sebanyak 25 gr dimasukan kedalam beaker glass yang berisi HCl 6N sebanyak 125 ml, diamkan selama 30 menit pada temperatur 50 C sambil diaduk dengan pengaduk magnet, kemudian disaring dengan ukuran 70 mesh dan dicuci berulang kali sampai tidak ada ion Cl yang terdeteksi oleh larutan AgNO3, dikeringkan pada suhu 130 C selama 3 jam dalam oven (Trisunaryanti, W. et al., 2005). 2.8 HUKUM GAY LUSSAC Gay Lussac mengamati perubahan tekanan gas jika suhunya diubah-ubah dengan mempertahankan volume gas agar tetap. Gay Lussac mendapatkan kesimpulan bahwa. Pada volume tetap, tekanan gas berbanding lurus dengan suhunya. Pernyataan di atas dapat ditulis P T, dengan T adalah suhu. Hubungan ini dapat ditulis, P T = C atau P 1 T 1 = P 2 T 2 (2.1) dengan C adalah konstanta. Persamaan di atas dikenal dengan Hukum Gay Lussac (Abdullah, 2016). dimana: P = Tekanan (N/mm 2 ) P 1 = Tekanan awal (N/mm 2 ) P 2 = Tekanan akhir (N/mm 2 ) T T 1 T 2 = Suhu ( C) = Suhu awal ( C) = Suhu akhir ( C)

21 25 Gambar 2.8 Skema percobaan Gay Lussac Sumber: Abdullah, 2016 Gambar 2.9 Diagram hubungan antara suhu dan tekanan gas pada volum konsntan Sumber: Abdullah, 2016 Jika digambarkan pada diagram P dan T (T adalah sumbu datar dan P adalah sumbu vertical) maka jika suhu atau tekanan gas diubah-ubah pada volum tetap, maka nilai tekanan dan suhu pada berbagai keadaaan berada pada garis lurus seperti pada Gambar 2.9 (Abdullah, 2016). 2.9 KALOR Kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Karena kalor sangat identik dengan panas, dalam kehidupan sehari-hari kalor sering digunakan untuk mengganti kata panas. Satuan kalor setara dengan satuan energi, yaitu Joule yang dinotasikan J. Satuan ini ditetapkan oleh James Presscott Joule setelah ia melakukan penelitian menggunakan alat yang kini

22 26 disebut kalorimeter. Selain dinyatakan dalam Joule, kalor juga dapat dinyatakan dalam satuan lain yang disebut kalori, dengan nilai perbandingan 1 Joule = 0,24 kalori. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor: 1. Massa zat 2. Jenis zat (kalor jenis) 3. Perubahan suhu. Temperatur atau suhu merupakan suatu istilah untuk menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda, dengan alat pengukur yang digunakan adalah thermometer. Sedangkan kalor atau panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan karena perbedaan suhu. Bila suatu benda dikenai atau diberi kalor atau panas maka benda akan mengalami beberapa hal, diantaranya: kenaikan suhu, perubahan panjang, dan perubahan wujud (Putra, Munaji & Mulyadi, 2015). Rumus kalor yang diterima oleh zat: Q = m c T (2.2) Kapasitas kalor dapat dihitung dengan rumus di bawah: H = H = Q T m c T T (2.3) atau H = m c (2.3) Sehingga kalor lebur suatu zat dapat dicari dengan rumus di bawah: Q = m L atau L = Q m (2.4) dimana: Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule) m = Massa zat (kg) c = Kalor jenis ( J/kg C) T = Perubahan suhu ( C) (T 2 T 1 ) T 1 T 2 H L = Suhu awal ( C) = Suhu akhir ( C) = Kapasitas kalor ( J/ C) = Kalor lebur zat ( J/kg)

23 27 Tabel 2.11 Kalor jenis leleh sampah plastik Sumber: Putra, Munaji & Mulyadi, 2015 No. Jenis Sampah Plastik Kalor Jenis Leleh (kkal/kg C) Kalor Jenis Leleh (J/kg C) 1 PP 1, PET 0, ,3 3 OTHER 1, HDPE 1, , PERHITUNGAN SAMBUNGAN BAUT DAN MUR Baut dan Mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah kecelekaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran dan jenis yang sesuai. Dari sisi fungsi, pemilihan jenis dapat berupa ulir tunggal atau majemuk, ulir metris atau withworth, halus atau kasar, ulir segitiga, segi empat bulat atau trapesium. Untuk pemilihan bahan dan ukuran, mengacu pada kebutuhan akan kekuatannya. Macammacam kerusakan yang dapat terjadi pada baut digambarkan pada gambar di bawah. Gambar 2.10 (a) Putus karena tarik. (b) Putus karena puntir. (c) Akibat geser. (d) Ulir lumur (dol). Sumber: Firdausi, 2013

24 28 Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian dan lain-lain. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa: 1. Beban statis aksial murni 2. Beban aksial, bersama dengan puntir 3. Beban geser 4. Beban tumbukan aksial Gambar 2.11 Gaya tarik sambungan baut dan mur pada katrol Sumber: Firdausi, 2013 Apabila pada sebuah baut bekerja gaya tarik F, maka dalam baut akan timbul tegangan tarik, yang dapat menyebabkan patah. Karena diameter d 3 < d, kemungkinan putus lebih besar pada penampang kaki ulir, lihat Gambar Dalam hal ini persamaan yang berlaku adalah: dimana: F σ t = F A = Gaya tarik aksial pada baut (N) A = Luas penampang baut (mm 2 ) atau σ t = F π. d 3 2 (2.5) σ t = Tegangan tarik yang terjadi di bagian berulir pada diameter inti d3 (N/mm 2 ) d 3 = Diameter inti dari ulir (mm)

25 Kemungkinan Baut dan Mur Mendapat Pembebanan Kombinasi Perhitungan ini biasanya terjadi pada baut pengikat pada tutup silinder. Pada baut pengikat kepala silinder, gaya yang bekerja terdiri dari kombinasi antara gaya dalam dan gaya luar. Secara teoritas dapat tertulis: F = F 1 + F 2 (2.6) dimana: F F1 F2 = Gaya total yang bekerja pada baut (N) = Gaya dalam (gaya pengencang yang diberikan untuk mengunci baut) (N) = Gaya luar (gaya yang diakibatkan oleh gaya setelah baut digunakan) (N) Untuk menentukan besar gaya yang diakibatkan oleh gaya luar (F2), misalnya untuk penutup kepala silinder: F 2 = π. D2. P 4 Bila diperhitungkan gaya F2 untuk setiap n baut: F 2 = π. D2. P. 1 4 n Besar gaya yang diakibatkan gaya F1, menurut angka pengalaman: (2.7) (2.8) dimana: F 1 = K. d (2.9) P = Tekanan dalam silinder (N/mm 2 ) D n = Diameter dalam silinder (mm) = Jumlah baut K = Angka pengalaman (2840) (Firdausi, 2013) d = Diameter luar atau diameter poros baut (mm) Tegangan Geser pada Kaki Ulir Baut dan Mur Gaya aksial F menimbulkan tegangan geser pada bidang silinder kaki ulir baut dan mur. Kekuatan tegangan geser ulir: τ g = k. σ t (2.10)

26 30 Tegangan geser yang terjadi pada ulir: τ g = F π. d. h. k (2.11) Gambar 2.12 Tegangan geser yang terjadi pada kaki ulir baut dan mur Sumber: Firdausi, 2013 Tinggi mur ( h ) dapat dihitung dengan rumus: h = z. p menurut standar h = k. d (2.12) dimana: τ g = Kekuatan tegangan geser ulir (N/mm 2 ) τ g = Tegangan geser yang terjadi pada ulir (N/mm 2 ) F = Gaya (N) p = Jarak kisar ulir (mm) k = Nilai standar ulir metris (0,8) z = Jumlah lilitan ulir h = Tinggi baut (mm)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada BAB ini menjelaskan teori tentang plastik,pirolisis dan macam macam jenis pengolahan sampah plastiik menjadi bahan bakar. 2.2 PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGELASAN Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani Botol Plastik Sustainable Design Monica Tjenardi Putri 10120210198 Anastasia Sonia 10120210208 Olivia Sylvia Bellani 10120210320 Definisi Definisi, Material, Proses Pembuatan, Sistem Segel Sebuah wadah

Lebih terperinci

PEMBUATAN DESTALATOR DAN ANALISA KANDUNGAN SULFUR MINYAK DIESEL LIMBAH PLASTIK LDPE HASIL PIROLISIS

PEMBUATAN DESTALATOR DAN ANALISA KANDUNGAN SULFUR MINYAK DIESEL LIMBAH PLASTIK LDPE HASIL PIROLISIS PEMBUATAN DESTALATOR DAN ANALISA KANDUNGAN SULFUR MINYAK DIESEL LIMBAH PLASTIK LDPE HASIL PIROLISIS SIGIT RAHARJO 41314110079 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JANUARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam dunia industri pirolisis plastik sudah banyak dan tersebar dimanamana. Untuk penelitiannya sendiri juga sudah banyak, akan tetapi dalam

Lebih terperinci

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine BOTOL PLASTIK Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine Botol Plastik wadah untuk benda cair, yg berleher sempit dan terbuat dari plastik. Jenis-jenis botol plastik 1. PETE atau PET (polyethylene

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : sudut 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Perancangan Reaktor Pirolisis Pada reaktor pirolisis alat ini dibuat menggunakan 2 tabung freon bekas yang tidak terpakai karena menggunakan tabung yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis EBT 03 Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pirolisis sudah banyak diteliti oleh peneliti pendahulu. Variabel dan alat yang digunakan dalam penelitiannya juga sudah bervariasi. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan polimer hidrokarbon rantai panjang yang terdiri atas jutaan monomer yang saling berikatan. Ada beberapa macam limbah plastik rumah tangga, antara

Lebih terperinci

BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 57 Yogyakarta 55231 untoro_b_s@yahoo.co.id The use

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Salah satu penanganan efektif mengurangi timbulan sampah plastik adalah mengolahnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur, udara, air dan juga dari binatang

TINJAUAN PUSTAKA. atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur, udara, air dan juga dari binatang TINJAUAN PUSTAKA Limbah Plastik Plastik adalah bahan sintetis yang berasal dari minyak mineral, gas alam, atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur, udara, air dan juga dari binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Etilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 2 H 4. Senyawa ini memiliki nama IUPAC ethene, dan dikenal juga dengan nama elayl, acetene, bicarburetted hydrogen, olefiant

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN RASIO MINYAK/METANOL PADA PEMURNIAN MINYAK PIROLISIS DARI LIMBAH PLASTIK POLYETHYLENE

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN RASIO MINYAK/METANOL PADA PEMURNIAN MINYAK PIROLISIS DARI LIMBAH PLASTIK POLYETHYLENE Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)3 2015 ISSN: 2339-028X PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN RASIO MINYAK/METANOL PADA PEMURNIAN MINYAK PIROLISIS DARI LIMBAH PLASTIK POLYETHYLENE Herry Purnama 1*,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014 ARTIKEL ILMIAH PERENGKAHAN TERMAL (THERMAL CRACKING) CAMPURAN SAMPAH PLASTIK JENIS POLIPROPILENA (PP) DAN MINYAK PELUMAS (OLI) BEKAS UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Oleh Lisa Purnama A1C112014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Das, S. Dan Pande 2007, Telah mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah

Lebih terperinci

REVIEW JURNAL EFFECT OF ZEOLITE CATALYST ON PYROLYSIS LIQUID OIL

REVIEW JURNAL EFFECT OF ZEOLITE CATALYST ON PYROLYSIS LIQUID OIL REVIEW JURNAL EFFECT OF ZEOLITE CATALYST ON PYROLYSIS LIQUID OIL (Teknologi Zeolit) Dosen Pengampu: Darmansyah S.T., M.T. Disusun Oleh: 1. Agus Sudarno (1315041004) 2. Meiliza Anggraini (1315041035) 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT Oleh : Harit Sukma (2109.105.034) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju uap (parallel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh Departemen Pekerjaan umum adalah Asphalt Concrete - Binder

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

Studi Konversi Pelepah Nipah menjadi Bio-Oil dengan Katalis Natural Zeolite dealuminated (NZA) pada Proses Pyrolysis

Studi Konversi Pelepah Nipah menjadi Bio-Oil dengan Katalis Natural Zeolite dealuminated (NZA) pada Proses Pyrolysis Studi Konversi Pelepah Nipah menjadi Bio-Oil dengan Katalis Natural Zeolite dealuminated (NZA) pada Proses Pyrolysis Adrian Fitra, Syaiful Bahri, Sunarno Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : a. Laboratorium Bioenergi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) Analysis of Pyrolysis Liquid Product from Inner Tube and Plastic Type LDPE (Low Density

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di sebelah halaman sebelah timur Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Pendahuluan PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil Kuantitas bio oil ini menunjukkan bahwa banyaknya dari massa bio oil, massa arang dan massa gas yang dihasilkan dari proses pirolisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Menurut Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK LDPE DAN PET MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PROSES PIROLISIS

PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK LDPE DAN PET MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PROSES PIROLISIS Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM, Vol. 1 No. 2 (Juli, 2017) ISSN 2549-0699 PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK LDPE DAN PET MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PROSES PIROLISIS Utilization of LDPE and PET Plastic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Sampah adalah barang sisa suatu kegiatan/aktivitas manusia atau alam. Sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 2.1.1 Sampah Organik Yaitu sampah yang mudah membusuk atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi polimer pada saat ini telah memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan yang dapat didaur ulang (recycle), salah satu produk polimer

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa Oleh : Nama

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan jenis limbah padat yang susah terurai dan volumenya terus meningkat. Peningkatan jumlah sampah plastik karena plastik relatif murah, praktis dan

Lebih terperinci

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3 PIROLISIS Oleh : Kelompok 3 Anjar Purnama Sari Bira Nur Alam Diani Din Pertiwi Fazari Aswar Gan-Gan Ahmad Fauzi Hikmah Farida N Isma Latifah Widya Yuliarti Yasoka Dewi Over View 1 Pendahuluan 2 Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik adalah kelompok umum bahan sintetis atau alami, terdiri dari molekul rantai tinggi yang dimana elemen utamanya adalah karbon. Dalam penggunaan umum istilah plastik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.2 HASIL MODIFIKASI ALAT REAKTOR PIROLISIS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.2 HASIL MODIFIKASI ALAT REAKTOR PIROLISIS 40 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil penelitian dan eksperimen akan ditampilkan di BAB IV ini. Hasil penelitian akan didiskusikan untuk mengetahui kinerja alat konversi

Lebih terperinci

UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK DI LINGKUNGAN

UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK DI LINGKUNGAN UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK DI LINGKUNGAN Pramiati Purwaningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta 11440, Indonesia pramiati@trisakti.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu atau dua dekade terakhir, banyak penelitian diarahkan untuk produksi bahan bakar kendaraan bermotor dari bahan alam yang terbarukan, khususnya minyak nabati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia,tidak terkecuali di Indonesia. Hampir seluruh aktivitas manusia berkaitan dengan

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 93 Vol. 2, No. 1 : 93-104, Maret 2015 PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG DENGAN BAHAN PEREMAJA LOKAL UNTUK PENINGKATAN UMUR LAYANAN PERKERASAN On Aplication of Recycling Technology

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDAHULUAN 31 BAB III METODOLOGI 3.1 PENDAHULUAN Patent review merupakan ulasan atau rangkuman dari berbagai macam penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain yang sudah dipatenkan, dan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PENGARUH ARAH ALIRAN AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP HASIL PENGEMBUNAN PROSES PIROLISIS LIMBAH PLASTIK

PENGARUH ARAH ALIRAN AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP HASIL PENGEMBUNAN PROSES PIROLISIS LIMBAH PLASTIK PENGARUH ARAH ALIRAN AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP HASIL PENGEMBUNAN PROSES PIROLISIS LIMBAH PLASTIK SKRIPSI Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Limbah merupakan material sisa bahan buangan yang tidak digunakan lagi dari hasil suatu kegiatan yang terjadi dimasyarakat. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,

Lebih terperinci

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT Padil, Sunarno, Komalasari, Yoppy Widyandra Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-oil Salah satu hasil pengolahan minyak nabati yang merupakan bahan bakar alternatif adalah Bio-oil. Bio-oil adalah bahan bakar cair berwarna gelap, beraroma seperti asap,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Temperatur Pirolisis Terhadap Waktu Pirolisis dilakukan dengan variasi tiga temperatur yaitu 400 C, 450 C, dan 500 C pada variasi campuran batubara dan plastik

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini membahas ketentuan persiapan dan tata cara pengujian kadar air

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci