BAB II PENGELOLAHAN DAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT KOTA MEDAN. elemen di masyarakat baik itu formal maupun informal sekarang ini merupakan satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGELOLAHAN DAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT KOTA MEDAN. elemen di masyarakat baik itu formal maupun informal sekarang ini merupakan satu"

Transkripsi

1 BAB II PENGELOLAHAN DAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT KOTA MEDAN 2.1. Dinas Kesehatan Kotamadya Medan Upaya pembangunan kesehatan merupakan upaya semua pihak tanpa terkecuali pemerintah. Untuk meningkatkan kondisi kesehatan dimasyarakat, peran serta semua elemen di masyarakat baik itu formal maupun informal sekarang ini merupakan satu syarat penting yang harus dijalankan. Antara pemerintah dan masyarakat harus ada satu kerjasama yang saling mendukung dalam upaya mewujudkan upaya yang sehat. Dalam membangun satu jaringan kerja pelayanan kesehatan yang baik, satu negara harus memiliki sarana-sarana yang mendukung. Sarana sarana fisik maupun sumber daya manusia dalam hal ini merupakan satu keharusan. Pemerintah sebagai lembaga legislasi merupakan elemen yang penting dalam pembangunan kesehatan. Peran serta pemerintah dalam bidang kesehatan sekarang sangat dibutuhkan. Seperti yang ditegaskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Peran pemerintah dalam upaya kesehatan seperti pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuh penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan sangat jelas tertulis. Pada Bab VI tentang Sumber Daya Kesehatan sanagat jelas dimuat tentang peran pemerintah. Keenam sumber daya kesehatan yakni ; a) tenaga kesehatan; b)sarana kesehatan; c) perbekalan kesehatan; d) pembiayaan kesehatan; e) pengelolahan

2 kesehatan; f) penelitian dan pengembangan kesehatan memuat campur tangan pemerintah. Misalnya saja pada pasal 51 ayat 1 dan 2. Pada ayat 1 dikatakan pengadaan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan diselenggarakan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pada ayat yang ke 2 dinyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melalui pasal ini jelas tampak bahwasannya peran pemerintah dalam mendidik dan melatih tenaga kesehatan merupakan kewajiban, selain juga adanya peran dalam hal membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur secara lebih terinci tentang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan tersebut. Pengelola kesehatan dari pihak pemerintah di tingkat pusat di Indonesia adalah Departemen Kesehatan beserta jajarannya. Sedangkan di tingkat daerah tingkat I dan II pengelolahan kesehatan ditangani oleh pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten. Untuk daerah tingkat II kotamadya Medan, pengelolahan kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) tingkat II yaitu oleh Walikotamadya tingkat II Medan. Dalam hal ini secara struktural walikota membawahi satu dinas yang khusus mengelola kesehatan di Kota Medan yaitu Dinas Kesehatan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kotamadya dibagi atas beberapa sub bagian yaitu yang membawahi UPT dan sub. Bagian Tata Usaha, yang juga membawahi bagaian bagian lain. Berikut akan digambarkan struktur Dinas Kesehatan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan.

3 Gambar I Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan STRUKTUR PADA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN WALIKOTAMADYA D.K.K U.P.T KA.SUB.BAG.TATA USAHA BPU B.K.I.A PUSTU PUSKESMAS KAUR.UMUM KAUR.KEPEG KAUR.KEUANGAN KA.SIE.P.KES KA.SIE.PKM KA.SIE.P2M KA.SIE.P.K.L KA.SIE.P.K.I.A KA.SUB.SIE.P.P KA.SUB.SIE.P.L KA.SUB.SIE.IMUNISASI KA.SIE.P2M KA.SUB.T.T.U KA.SIE.P2M KA.SUB.SEI.IBU KA.SUB.RS KA.SUB.PSM KA.SUB.SIE.P2 KA.SUB.SIE.PKM.VE KTOR Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan KA.SUB.SIE.KES.LING KA.SUB.SAMIJAGA KA.SUB.SIE.ANAK KA.SIE.GIZI KA.SUB.UKS KA.SIE.P2M KA.SIE.P2M Secara umum Pemda Tingkat II Medan memiliki kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam pembangunan kesehatan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut merupakan turunan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan secara Nasional yaitu: - Meningkatkan mutu pemerataan jangkauan kesehatan - Meningkatkan kualitas sumber daya manusia - Meningkatkan kemampuan kemandirian keluarga dan masyarakat untuk melaksanakan NKKBS

4 - Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan gizi, umur harapan hidup, kualitas lingkungan dan pemukiman. Kebijaksanaan Nasional tersebut kemudian diterapkan oleh kebijaksanaan Kodya Medan dalam bentuk: - Meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan - Melengkapi sarana lingkungan dan pemukiman. - Meningkatkan kualitas lingkungan dan pemukiman - Pelatihan, penyuluhan dan penelitian. - Pendanaan - Rakesda Dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkan tersebut tampak bahwa Dinas Kesehatan Kotamadya Medan yang merupakan instuisi formal pengelolahan kesehatan memiliki beberapa program bagi pembangunan kesehatan di Kota Medan. Sebagai lembaga resmi pemerintah yang khusus menangani pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Kotamadya Medan (DKK) memiliki tugas dan fungsi yang beragam sesuai dengan bidang-bidang yang ada dalam struktur organisasi DKK. Secara tidak langsung DKK merupakan lembaga legislasi dari keseluruhan pembangunan kesehatan Kota Medan yang sekaligus berfungsi sebagai lembaga kontrol dan monitor terhadap setiap penyelenggaraan kesehatan yang dilakukan masyarakat di samping melaksanakan pengelolan kesehatan yang dimiliki pemerintah. Di dalam struktur DKK terdapat bagian-bagian yang menagani tugas-tugas khusus bidang kesehatan. Tugas yang dilakukan merupakan tugas yang memang benar-

5 benar dibutuhkan bagi pembangunan kesehatan di Kota Medan. Salah satunya adalah Seksi Pemulihan Kesehatan. Dalam seksi ini terdiri atas 2 sub seksi yaitu sub seksi Puskesmas dan sub seksi Rumah Sakit. Setiap sub seksi dari Seksi Pemulihan Kesehatan memiliki tugas masing-masing. Misalnya saja Sub Seksi Puskesmas. Sub Seksi Puskesmas adalah bertugas memberikan pembinaan/peningkatan pelaksanaan kegiatan kesehatan di Puskesmas. Sub Seksi Puskesmas memiliki 2 tujuan yakni: 1. Meningkatkan pelayanan dalam rangka derajat kesehatan masyarakat. 2. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sub Seksi Puskesmas bukan hanya mengkoordinir sarana kesehatan milik pemerintah. Bidang ini juga mengkoordinir pelayanan kesehatan masyarakat yaitu: - Puskesmas - Puskesmas pembantu - Rumah bersalin - Balai Pengobatan - Balai Kesehatan Ibu dan Anak. (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2007) Selain mengkoordinir sarana pelayanan kesehatan masyarakat, sub seksi ini juga memiliki kegiatan bidang pengembangan kualitas personal petugas kesehtan yaitu pelatihan perawat/bidan mengenai pelayanan SP2TP (Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu) dan pelatihan perawat atau bidan dan staf Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

6 Bagian lain yang ada di Seksi Pemulihan Kesehatan adalah Sub Seksi Rumah Sakit. Sub seksi ini memiliki kaitan dengan sarana-sarana kesehatan yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat. Sub seksi ini bertugas dalam hal memberikan izin, membina dan meningkatkan kegiatan pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit swasta dan kegiatan pelayanan swasta lainnya termasuk pelayanan kesehatan oleh pihak-pihak pengobatan tradisional seperti Sin she. Dinas Kesehatan Kotamadya Medan juga memiliki satu bagian khusus yang menangani kegiatan-kegiatan pemeliharaan kesehatan lingkungan. Bagian ini secara umum bertujuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman bertujuan hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat yang dapat memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Bidang ini memiliki beberapa tujuan khusus yang antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat mencapai detajat kesehatan masyarakat yang optimal dan terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuangan, penjualan makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air pembuangan limbah, penyehatan makanan dan minuman dan pelaksanaan peraturan perundangan. Bidang ini merupakan implementasi dari praktek pencegahan penyakit (preventif) sebagai satu bentuk upaya kesehatan di masyarakat.

7 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2007, satu bidang yang menangani penyakit di Dinas Kesehatan Kotamadya Medan adalah Seksi P2M (Pemberantasan penyakit menular). Tujuan dari seksi ini adalah: - Mencegah terjadinya penularan penyakit - Mengurangi terjadinya kesakitan - Mengurang terjadinya kematian Dalam bidang ini cara pemberantasan yang digunakan adalah tahapan-tahapan yang sitematis, tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan bukan hanya untuk penyembuhan dan menghilangkan keadaan sakit, tetapi disertai dengan langkah penganalisaan, penyelidikan maupun pendidikan. Strategi yang digunakan merupakan strategi yang bersifat holistik (menyeluruh). Artinya bukan hanya menghilangkan kondisi sakit dengan seketika, tetapi proses pemberantasan disertai dengan tindakan penyelidikan yang dilakukan secara seksama. Berikut ini langkah-langkah pemberantasan penyakit menular: - Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit - Melaporkan penyakit menular - Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar tidanya laporan yang masuk untuk menemukan lagi untuk mengetahui sumber penularan - Tindakan penularan untuk menahan perjalanan (containment) - Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber infektie. - Pengebalan (immunisasi) - Pendidikan kesehatan. (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2007)

8 Salah satu sarana kesehatan yang membantu pelayanan kesehatan masyarakat adalah Puskesmas. Dalam Dinas Kesehatan Kotamadya Medan Puskesmas merupakan satu sarana yang dijadikan prioritas pelayanan kesehatan Kota Medan. Fungsi Puskesmas bagi peningkatan kesehatan masyarakat sangat besar. Kegiatan-kegiatan Puskesmas sendiri terdiri atas 18 kegiatan pokok, yaitu: 1. Usaha kesejahteraan ibu dan anak 2. Keluarga berencana 3. Usaha kesehatan gizi 4. Usaha higiene dan sanitasi lingkungan 5. Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 6. Penyuluhan kesehatan masyarakat 7. Usaha pemulihan kesehatan dan pengobatan 8. Usaha perawatan kesehatan masyarakat 9. Usaha kesehatan sekolah 10. Usaha kesehatan gigi 11. Usaha kesehatan jiwa 12. Laboratorium 13. Usaha pencatatan dan pelaporan 14. Usaha kesehatan mata 15. Peningkatan kesehatan olahraga 16. Peningkatan kesehatanpekerja non formal 17. Pembinaan pengobatan tradisional

9 18. Pembinaan upaya dana sehat masyarakat. (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2007). Kegiatan-kegiatan Puskesmas tersebut merupakan implementasi dari upaya kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat. Dalam kegiatan kegiatan tersebut selain mengandung unsur penyembuh juga terdapat adanya usaha-usaha pencegahan peningkatan maupun pemulihan Misalnya saja dalam usaha penyembuhan Puskesmas memiliki kegiatan yang sifatnya menyembuhkan yaitu kegiatan usaha pendidikan kesehatan dan pengobatan. Kegiatan ini salah satunya berisi tentang penyuluhan dan memberikan bimbingan mengenai cara pencegahan penyakit kepada pasien yang merupakan unsur edukatif bagi pencegahan munculnya penyakit. Akhirnya tampak kegiatan pengelolahan kesehatan di Kota Medan tidak luput dari peran pemerintah, dalam hal ini Pemda Tingkat II Kotamadya Medan melalui Dinas Kesehatan Kotamadya Medan. Melalui intuisi pengelola kesehatan pemerintah ini segala sarana kesehatan baik itu yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta tidak lepas dari campur tangan pemerintah. Ada berbagai derajat keikutsertaan pemerintah daerah melalui DKK ini terhadap pengelolahan sarana-sarana Kesehatan Kotamadya Medan. Mulai dari yang secara umum yakni dengan mengadakan kontrol terhadap lembagalembaga kesehatan swasta sampai dengan yang bersifat administratif yaitu memberiakan izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat. 2.2 Sarana Kesehatan Kota Medan Kota Medan merupakan kota yang tergolong besar dari segi jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk jiwa sudah sewajarnya kota Medan memiliki

10 berbagai sarana pendukung kehidupan yang mampu menyokong kehidupan yang baik. Salah satu sarana berkembang di Kota Medan adalah sarana kesehatan. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin kompleksnya sistem sosial oleh terjadinya modernisasi, Kota Medan membutuhkan sarana fisik kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain sarana kesehatan yang disediakan oleh pemerintah sarana pelayanan kesehatan menjadi tugas masyarakat dalam hal ini sarana kesehatan yang diusahakan oleh kalangan swasta. Sarana kesehatan yang ada di kota Medan pada umumnya harus berada di bawah kontrol pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Medan melalui Dinas Kesehatan Kotamadya Medan. Sarana-sarana tersebut bukan hanya diharuskan mendapat izin operasional dari intitusi kesehatan pemerintah akan tetapi standar dan aturan-aturan yang dipakai juga haruslah didasarkan pada standar dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kota Medan pada saat sekarang ini merupkan satu prioritas yang harus dibangun. Dengan adanya lembaga kontrol pelayanan kesehatan oleh pemerintah maka pengembangan kualitas maupun kuantitas sarana pelayanan dapat dikoordinir dengan baik. Masyarakat Kota Medan harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang cukup di lingkungannya. Hal itu penting, sebab dengan tersedianya sarana yang cukup maka kondisi kesehatan masyarakat akan lebih baik lagi sehingga dapat mendukung aktivitas masyarakat. Kesehatan merupakan kondisi yang diinginkan semua pihak. Dengan semakin tingginya percepatan aktivitas sosial ekonomi banyak hal yang timbul sebagai

11 dampaknya. Semakin tinggi mobilitas manusia maka semakin dibutuhkannya kondisi sehat. Untuk mendukung aktivitas masyarakat tersebut maka konsekuensinya adalah tersedianya sarana kesehatan yang mencukupi. Lembaga-lembaga pelayanan kesehatan baik itu yang disediakan oleh pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan di Kota Medan. Sarana pelayanan yang besar dan yang kecil merupakan keharusan di kota Medan. Seperti yang tercatat, ada berbagai jenis sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di kota Medan. Jumlah pengobatan alternatif tidak ada dalam data Dinas kesehatan Kota Medan. Menurut Data Badan Pusat Statistik tahun 2007 untuk wilayah Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal hanya terdapat 3 buah pengobatan alternatif saja yang terdata. Keadaan sebenarnya yang peneliti lihat banyak sekali yang muncul pengobatan alternatif seperti itu, seperti ceragem, pijat refleksi, akupuntur dan pengobatanpengobatan alternatif lainnya. Kelurahan Babura juga hanya terdapat 3 buah pengobatan alternatif, Kelurahan Sei sikambing B 1 buah, Kelurahan Lalang 5 buah pengobatan alternatif.jumlah keseluruhan pengobatan alternatif menurut Data badan Pusat Statistik Medan adalah 14 buah pengobatan alternatif. Menurut data, kota Medan memiliki sarana-sarana sebagaimana yang terlihat pada tabel 1 di halaman sebelah berikut:

12 TABEL I SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN KOTA MEDAN No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Puskesmas 37 unit 2 Puskesmas Pembantu 26 unit 3 RSUP/RS-ABRI/RS-BUMN 9 unit 4 RS Swasta 49 unit 5 Klinik spesialis Pemda 1 unit 6 Rumah bersalin swasta 155 unit 7 Balai pengobatan swasta 123 unit 8 Laboratorium klinik Pemerintah 1 unit 9 Laboratorium klinik swasta 21 unit 10 Posyandu 1900 unit 11 DUKM 44 buah 12 Praktek dokter umum/spesialis 780 unit 13 Praktek bidan swasta 407 unit 14 Tenaga dokter umum di Diskes Tk.II 111 orang 15 Tenaga dokter gigi di Diskes Tk.II 79 orang 16 Tenaga dokter ahli anak di Diskes Tk.II 2 orang 17 Tenaga apoteker di Diskes Tk.II 1 orang 18 Kader orang 19 Dokter kecil orang 20 Dokter remaja orang 21 Saka Bakti Husada 238 orang 22 Dana sehat sekolah 108 unit Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan 2.3. Tenaga Kesehatan Kota Medan Secara umum keadaan tenaga kesehatan di Kota Medan sudah sangat bervariasi. Tenaga-tenaga kesehatan yang tersedia bagi pelayanan kesehatan masyarakat kota Medan sangat beragam jenisnya. Masing-masing jenis tenaga kesehatan tersebar dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada di kota Medan. Namun data lengkap tentang tenaga kerja kesehatan di seluruh sarana pelayanan kesehatan belumlah tersedia dengan

13 baik. Menurut data yang dimiliki DKK Medan, data keadaan tenaga kesehatan yang dirinci berdasarkan jenisnya hanya tenaga kesehatan yang tercatat di Rumah Sakit. Berdasarkan data tersebut, jenis tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit terdiri atas 68 jenis. Tenaga kesehatan tersebut tersebar di sejumlah Rumah Sakit dalam jumlah yang bervariasi. Jika dilihat keberagaman tenaga kesehatan tersebut tampak bahwa tenaga kesehatan yang terdapat di kota Medan sudah cukup lengkap. Tenaga kesehatan tersebut sangat bervariasi ada yang membedakan atas dasar jenjang pendidikan, jenis maupun spesialisasinya yang dimulai dari dokter umum sampai kepada pekerja rumah sakit yang hanya berpendidikan SD ke bawah. Variasi yang dimiliki tenaga kesehatan di kota Medan ini sangat mendukung bagi pelayanan kesehatan secara maksimal. Tenaga kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit di kota Medan bukan hanya tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan semata. Misalnya saja tentang tenaga kesehatan seperti dokter, bidan maupun perawat merupakan tenaga kesehatan utama dalam pelayanan kesehatan. Kebutuhan akan tenaga-tenaga kesehatan yang berlatarbelakang pendidikan kesehatan sudah merupakan syarat utama bagi pelayanan kesehatan baik itu yangada di Rumah Sakit msupun lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya. Keberadaan dokter di Rumah Sakit sebagai pengobat utama yang merupakan syarat penting. Seorang dokter merupakan orang yang berhak men-diagnosa dan memberikan therapi kepada pasien. Jadi tenaga kesehatan seperti dokter umum maupun dokter spesialis merupakan keharusan.

14 Selain itu juga tenaga kesehatan di luar dokter tetapi berasal dari latar belakang pendidikan seperti perawat dan bidan, keberadaannya sangat dibutuhkan tidak terkecuali di Medan. Peran mereka dalam pelayanan kesehatan baik itu dalam sebuah Rumah Sakit maupun lembaga kesehatan lain sangat penting. Di Kota Medan sendiri tenaga kesehatan seperti bidan sudah tergolong cukup yakni 407 orang hanya dari praktek bidan swasta. Angka itu bukan lagi termasuk bidan yang bekerja di Rumah-rumah sakit maupun balai pengobatan yang dimilki oleh pemerintah. Tenaga kesehatan yang tidak berlatarbelakang pendidikan kesehatan juga cukup banyak. Tenaga-tenaga kesehatan yang berasal dari latarbelakang pendidikan diluar pendidikan kesehatan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang memiliki lembaga kesehatan yang paling bervariasi. Dalam sebuah instuisi rumah sakit dengan bentuk struktur organisasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan instuisi pelayanan kesehatan lain yang lebih sederhana, diferensiasi maupun spesialisasi keahliann yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan sangat penting sebab dengan kondisi tersebut maka yang dibutuhkan bukan hanya tenaga yang langsung menangani praktek-praktek perawatan maupun penyembuhan, namun dibutuhkan pula tenaga-tenaga yang mampu mengorganisir organisasi rumah sakit. Tenaga ahli yang mampu menata organisasi sejenis organisasi pelayanan kesehatan memiliki peran strategis. Pentingnya peran dalam pelayanan kesehatan juga tampak dari data yang ditunjukkan pada tahun 2007 tentang data keadaan ketenagaan rumah sakit. Dari 85 jenis ketenagaan rumah sakit yang ideal dimiliki oleh rumah sakit,

15 sebanyak 68 jenis telah dimiliki oleh rumah sakit yang ada di Medan. Artinya dari begitu banyak jenis ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengelolahan pelayanan kesehatan di rumah sakit, sebanyak 68 jenis telah ada orang yang bekerja dalam bidang itu, walaupun dalam jumlah yang kurang memadai. Untuk lebih jelasnya berikut dijelaskan jenis-jenis ketenagaan di rumah sakit yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan di Kota Medan. TABEL II JENIS-JENIS KETENAGAAN No Jenis Ketenagaan No Jenis Ketenagaan 1. Dokter umum 20. Akademi keperawatan DIII 2. Dokter spesialis bedah 21. SPK 3. Dokter spesialis penyakit dalam 22. Perawat bidan 4. Dokter spesialis patologi klinik 23. Apoteker 5. Dokter spesialis kesehatan anak 24. Analisis farmasi 6. Dokter spesialis radiologi 25. Asisten apoteker 7. Dokter spesialis anestesi 26. SarjanaKesehatan Masyarakat 8. Dokter spesialis jiwa 27. Dokter spesialis THT 9. Dokter spesialis mata 28. Sarjana gizi 10. Dokter spesialis kulit dan kelamin 29. Akademi gizi 11. Dokter spesialis kardiologi 30. Tenaga gizi lain 12. Bidan 31. Radhiographer 13. Dokter spesialis saraf 32. Radio therapis 14. Dokter spesialis paru 33. Teknisi gigi 15. Dokter spesialis bedah orthopedi 34. Teknisi elektromedis 16. Dokter spesialis urologi 35. Analis kesehatan 17. Dokter spesialis patologi forensik 36. Sarjana Hukum 18. Dokter spesialis rehabilitasi medik 37. Sarjana Ekonomi 19. Dokter gigi 38. Dll Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Setiap tenaga yang masuk ke dalam instuisi kesehatan dalam mendukung bagi pelayanan kesehatan itu sendiri. Semakin besar sebuah lembaga pelayanan kesehatan maka jumlah maupun variasi tenaga-tenaga kesehatan yang dibutuhkan akan semakin

16 tinggi pula. Rumah sakit yang paling besar di Kota Medan adalah Rumah sakit Dr. Pirngadi. Rumah sakit ini memiliki kapasitas paling besardari segi jumlah, tempat tidur, fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan. Misalnya saja rumah sakit ini memiliki 15 orang dokter spesialis anak, sedangkan rumah sakit lain seperti Rumah sakit Malahayati yang tergolong besar di kota Medan hanya memiliki 6 orang dokter dan spesialisasi yang sama. Secara umum tenaga kesehatan maupun ketenagaan dalam instuisi pelayanan yang ada di kota Medan tergolong lengkap. Selain tenaga kesehatan tersebut tersebar dalam rumah sakit juga tersebar di berbagai unit-unit pelayanan kesehatan yang lebih kecil misalnya di balai pengobatan swasta maupun puskesmas-puskesmas. Tenaga kesehatan tersebut melaksanakan tugas dan fungsinya dalam lembaga pelayanan kesehatan yang lebih sederhana struktur organisasinya. Untuk sebuah balai pengobatan swasta yang telah tersebar di berbagai lokasi di kota Medan tenaga kesehatan sangat diperlukan. Sebuah balai pengobatan khususnya yang dimiliki swasta biasanya memiliki penanggung jawab yang sekaligus sebaggai tenaga medis yang menangani pelayanan kesehatan di lingkungan sekitar balai pengobatan tersebut. Untuk pengobatan alternatif sendiri, pendidikan para penyembuh kebanyakan minimal SMU, tetapi keahliannya di dapat bukan dari pendidikan formal, tetapi dari pengalaman, turun menurun serta pendidikan informal di luar negri.

17 2.4. Gambaran Penyakit di Kota Medan Menurut data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2007 penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Kota Medan adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan atas. Penyakit yang berkaitan dengan pernapasan bagian atas ini dari bulan ke bulan tetap menempati urutan atas sebagai penyakit yang paling banyak diderita. Pada tahun 2007 dari bulan Januari sampai bulan Desember penyakit ini tetap menjadi kasus yang paling banyak dijumpai. Menurut data tentang 10 besar penyakit yang mendapat rawat jalan di rumah sakit. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Akut mendominasi sebagai penyakit yang paling besar penderitanya. Pada bulan Januari 2007 penyakit ini tercatat 288 kasus. Pada bulan Februari sampai April kasus yang tercatat tentang penyakit ini mengalami peningkatan yang cukup besar yakni 566 kasus dan 828 kasus dan 890 kasus. Prevalensi masyarakat kota Medan dengan penyakit ini tergolong tinggi dibandingkan dengan penyakit lain, bahkan sampai 3 kali lipat. Misalnya saja pada bulan Oktober, penyakit ini mencatat rekor hingga sampai 1630 kasus. Di satu sisi penyakit infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit yang paling banyak diderita pada masyarakat kota Medan. Namun di sisi lain, penyakit tersebut hanya mendapat perawatan jalan. Artinya dari kasus yang masuk ke rumah sakit dan mendapat perawatan, sebaian besar hanya bersifat rawat jalan. Dari sini tampak bahwa penyakit tersebut tergolong penyakit ringan yang tidak harus mendapatkan perawatan intensif seperti rawat inap atau opname. Penyakit yang jumlah penderitanya besar pada tahun 2007 adalah penyakit diare. Dari data penyakit yang

18 mendapatkan rawat jalan di rumah sakit angka terbesar adalah penyakit infeksi saluran pernapasan atas akut. Namun penyakit yanng mendapat perawatan inap di rumah sakit bukanlah penyakit tersebut. Data penyakit yang paling banyak perawatan inap di rumah sakit tahum 2007 adalah penyakit diare (Gastro Entritis). Pada tahun 2007 penyakit ini menduduki urutan paling atas dari 10 penyakit yang mendapat perawatan inap di rumah sakit yakni sebanyak Melalui pencatatan per bulannya penyakit diare atau Gastro Entritis ini selalu paling banyak mendapatkan prawatan inap di rumah sakit. Misalnya saja pada bulan Januari dan Februari jumlah yang mendapatkan perawatan inap di rumah sakit adalah 217 dan 293 kasus. Penyakit ini tampak lebih mendominasi jumlah penyakit yang mendapatkan perawatan inap dibandingkan penyakit ISPA yang lebih rendah jumlahnya yang mendapatkan perawatan inap. Pada bulan Mei 2007 kasus penyakit ISPA yang masuk danmendapatkan perawatan inap sebanyak 694 dan penyakit diare 234 kasus. Namun pada bulan dan tahun yang sama penyakit diare yang mendapatkan perawatan inap sebanyak 187 kasus sedangkan ISPA hanya 26 kasus. Hal iini dapat disimpulkan bahwa penyakit diare tergolong penyakit yang memiliki prevalensi tinggi kota Medan dan paling banyak membutuhkan perawatan kesehatan intensif melalui rawat inap. Gambaran penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat kota Medan merupakan fakta penting dalam melihat tingkat kesehatan masyarakat berikut kemungkinan sebab yang mendorong munculnya penyakit tersebut.

19 Pembedaan antara penyakit yang mendapatkan perawatan inap dan perawatan jalan di rumah sakit merupakan pembedaan yang penting. Setidaknya pembedaan pendataan tersebut dapat membantu dalam penganalisaan tingkat keseriusan penyakit di masyarakat. Antar penyakit yang mendapatkan perawatan inap dan jalan di rumah sakit memiliki perbedaan. Berikut ini akan digambarkan 10 penyakit terbesar yang mendapatkan perawatan inap dan perawatan jalan di rumah sakit di kota Medan tahun Tabel III 10 Penyakit Terbesar Mendapat Perawatan Inap di Rumah Sakit Tahun 2007 No PENYAKIT JUMLAH KASUS 1 Diare (Gastro Entritis) Demam Tifoid dan Paratifoid Infeksi saluran nafas bagian atas akut TBC Paru Pneumonia Jumlah persalinan Bronchitis Akut Demam berdarah Dengue Hepatitis virus lain Adiegesis lainnya 187 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Data di atas menunjukkan perawatan inap di Rumah sakit yang terbesar adalah Diare sebesar 2081 kasus dan di ikuti penyakit demam Tifoid dan Paratifoid sebanyak 1114, infeksi saluran pernapasan 496, TBC Paru 434 kasus, Pneumonia 393 kasus, serta penyakit penyakit lainnya. Berdasarkan tabel yang di sebelah, penyakit yang terbesar mendapatkan perawatan jalan di Rumah sakit adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terdapat kasus, di ikuti TBC paru sebanyak 3627 kasus, Diare (Gastro

20 Entritis) 3179, Tuberclosis Paru 1650 kasus, Demam Tifoid dan Paratifoid 1103 kasus, Pneumonia 774 kasus serta penyakit-penyakit lainnya. Tabel IV 10 Penyakit Terbesar Mendapat Perawatan Jalan di Rumah Sakit Tahun 2007 No PENYAKIT JUMLAH KASUS 1 Infeksi Saluran Napas bagian Atas Akut TBC Paru BTA (+) Diare (Gastro Entritis) Tuberclosis Paru Lainnya Demam Tifoid dan Paratifoid Pneumonia Pertusis (Batuk rejan) Tonsilis Akut Bronchitis Akut Malaria 174 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Gambaran penyakit pada tahun 2007 tidak banyak berbeda dengan penyakit pada tahun Penyakit yang berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan atas tetap yang paling tinggi yakni mencapai kasus dan penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas sebanyak kasus. Dua penyakit-penyakit lain adalah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tekanan darah, kulit, sistem otot dan lainnya. hal ini menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan penyakit lain pada saluran pernapasan semakin meningkat jauh hingga selisih pada infeksi saluran pernapasan kasus dan penyakit lain pada saluran pernapasan hingga kasus. Berikut digambarkan 10 penyakit terbesar tahun 2008 di kota Medan.

21 Tabel V 10 Penyakit Terbesar Mendapat Perawatan Inap di Rumah Sakit Tahun 2008 No PENYAKIT JUMLAH KASUS 1 Infeksi Akut lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas 2 Penyakit lain pada Saluran Pernapasan bagian Atas Diare Tonsilis Akut Penyakit Kulit Infeksi Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Penyakit Kulit Alergi Hypertensi Gingistis Penyakit Pulpa Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Instansi pemerintah merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelaksana pembangunan yang bertujuan menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur secara merata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN

Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN Kode RS : 3404022 Pria Pria Pria TENAGA MEDIS 8 26 2 10-6 -16 Dokter Umum 3 15-3 -15 Dokter PSDS 1-1 Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 1 Dokter Spesialis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan Penyusunan Kebutuhan Jumlah Pegawai Landasan Hukum UndangUndang Nomor 5 Tahun 04 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat () Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 57 Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam pelaksanaan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dan

Lebih terperinci

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009 LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009 A. VISI DAN MISI VISI Gambaran masyarakat Kota Padang yang ingin dicapai melalui Pembangunan Kesehatan adalah sebagai berikut: Padang Sehat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta ) LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor 52 Tahun 1999 Seri D PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (PERDA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi peningkatan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang 1 I. PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang memiliki misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan yang optimal baik dari segi badan, jiwa maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Secara umum telah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelaksana pembangunan di Kabupaten Lamongan dan secara proporsional telah berjalan dengan baik, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perkembangan jaman pada era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan perubahan dalam segala bidang mempunyai dampak yang sangat besar terhadap suatu negara

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undangundang Nomor 25

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11 LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG Menimbang NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Agar berjalanya pelayanan rumah sakit, unsur tenaga memegang peranan yang sangat penting dalam proses tersebut. Tenaga manusia merupakan faktor sentral dalam pembangunan

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Rumah Sakit Paru Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berlokasi di wilayah Surabaya Utara tepatnya

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia, dimana setiap orang berhak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk didalamnya hak untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 1996 Seri D ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 103 TAHUN 2013 103 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1484,2014 KEMENHAN. Rumah Sakit. Dr. Sutoyo. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap manusia. Dimana kebutuhan tersebut sangat mutlak untuk dipenuhi. Apabila tidak dipenuhi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, beragam permasalahan kesehatan mulai timbul. Masyarakat mulai khawatir terhadap berbagai penyakit di lingkungan sekitarnya. Akibat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 NOMOR 32 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 NOMOR 32 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH I. UMUM Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah, dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN A. Profil Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan Menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia, sehingga mendorong untuk segera menyediakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Pemerintahan dan Pembagian Wilayah Dasar pembentukan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN A. Sejarah Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : Mengingat : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latar belakang Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Daerah) yaitu Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk dapat mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkembangan berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan globalisasi ekonomi di dunia menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi memperebutkan sumber daya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7 LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci