BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berkaitan dengan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Teori yang dikaji merupakan pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan dan fenomena yang akan diteliti. 1. Kajian Tentang Bullying a. Pengertian Bullying Istilah bullying sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri belum begitu akrab dengan istilah bullying. Namun istilah bullying terkadang digunakan untuk bentuk-bentuk perilaku senioritas yang dilakukan oleh peserta didik senior kepada juniornya seperti menghina, memukul, mengumpat, dan lain-lain. Olweus (dalam Wiyani, 2013:12) mengatakan bahwa bullying adalah Perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang. Rudi (2010:4), mengemukakan bahwa bullying adalah Perilaku agresif serta negatif dari seseorang atau sekelompok orang yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan fisik seseorang, dengan tujuan menyakiti baik secara mental maupun fisik serta dilakukan secara berulang kali. Selain itu, Nusantara (2008:2) mengungkapkan definisi yang tidak jauh berbeda mengenai bullying Yaitu sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis. Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental. Selain itu yang sangat penting diperhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan to user tersebut bagi korban. 9

2 digilib.uns.ac.id 10 b. Penyebab Bullying Abdul Rahman Assegaf (dalam Wiyani, 2013:21) mengemukakan bahwa Kekerasan (bullying) terjadi akibat faktor lingkungan, sosial ekonomi keluarga, media, sikap instan solution. Selain itu, Richard J. Gelles (dalam Huraerah 2012 :52) mengungkapkan bahwa Penyebab terjadinya kekerasan (bullying) akibat kombinasi dari berbagai faktor personal, sosial dan kultural. Sugijokanto (2014:37) menyatakan bahwa Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying pengaruh keluarga, pengaruh teknologi dan televisi, paksaan atau ajakan teman-teman dan pernah menjadi korban bullying sebelumnya di sekolah dan tidak ada tindak lanjut untuk menghentikannya. Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik untuk melakukan bullying yakni lingkungan sekitar tempat ia berada. Lingkungan dimana individu di dalamnya biasa melakukan kekerasan dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Hal tersebut membuat peserta didik mudah meniru perilaku lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah saat melakukannya, sehingga timbullah perilaku bullying. Selain itu, lingkungan di dalam sekolah juga dapat mempengaruhi timbulnya bullying, seperti kedisiplinan yang sangat kaku dan peraturan yang tidak konsisten. Senioritas yang tidak pernah diselesaikan, senioritas merupakan salah satu penyebab bullying yang cukup dominan. Senioritas yang tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait dengan bagaimana sekolah dan para guru menanggapi dan menindaklanjuti masalah senioritas disekolah. Astuti (2008: 4-5) mengemukakan bahwa Perilaku bullying diperparah dengan tidak jelasnya tindakan dari para guru dan pengurus sekolah. Sebagian guru cenderung membiarkan, sementara sebagian guru lain melarangnya. Guru seharusnya lebih peduli dengan bullying yang terjadi di sekolah, akan tetapi tidak semua guru peduli. Hal tersebut membuat peserta didik tidak jera dan terus melakukan bullying. Guru dan pengurus sekolah seharusnya dapat membedakan antara senioritas yang dimaksudkan sebagai upaya pendisiplinan atau senioritas sebagai sebagai bentuk kesewenangan-wenangan senior terhadap juniornya berdasarkan tata to cara user atau peraturan sekolah. Guru yang

3 digilib.uns.ac.id 11 membenarkan atau bahkan ikut melakukan bullying dengan alasan perbuatan itu untuk mendisiplinkan peserta didik atau memacu peserta didik agar tidak bodoh hanya akan mengakibatkan makin berkembangnya perilaku bullying. Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan contoh perilaku yang kurang baik. Wiyani (2013:71) mengemukakan Berbagai bentuk kekerasan fisik yang dilakukan oleh guru di sekolah seperti peserta didik dilempar dengan kapur dan penghapus papan tulis, memukul tangannya dengan mistar besi panjang, menstrap di depan kelas dan dijemur di lapangan upacara. Perbuatan guru yang kurang baik dapat mendukung peserta didik melakukan bullying yakni guru yang berbuat kasar kepada peserta didik, guru yang kurang memperhatikan kondisi peserta didik baik dalam prestasi peserta didik atau perilaku sehari hari peserta didik di kelas atau di luar kelas serta bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya. Ketidakharmonisan di rumah, keluarga juga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan oleh peserta didik. Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang peserta didik sangat mempengaruhi perilaku dalam kesehariannya. Kompleksitas masalah dalam keluarga seperti ketidakhadiran ayah, kurangnya komunikasi antara orang tua merupakan beberapa faktor penyebab tindakan bullying yang dilakukan peserta didik. Karakter peserta didik yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya adalah peserta didik yang selalu berperilaku agresif, baik secara fisik maupun verbal. Peserta didik yang ingin populer, peserta didik yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam kategori ini. Peserta didik dengan perilaku agresif telah menggunakan kemampuannya untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya pada kondisi tertentu korban, misalnya perbedaan etnis/ras, fisik, golongan/agama, atau gender. Selain itu, karakter peserta didik yang pendendam atau iri hati juga dapat menyebabkan seorang peserta didik melakukan bullying. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab bullying lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meski tidak dipungkiri bahwa faktor dari dalam diri individu pun ikut andil sebagai to user penyebab bullying. Lingkungan

4 digilib.uns.ac.id 12 tempat tinggal individu menjadi hal yang sangat berpengaruh termasuk lingkungan sekolah dan keluarga. Lingkungan dapat menyebabkan terbentuknya karakter individu yang rentan terhadap perilaku bullying. Budaya dan kebiasaan tidak baik yang berlaku pada suatu lingkungan juga dapat menyuburkan perilaku bullying. c. Bentuk-bentuk Perilaku yang dikategorikan Bullying Bullying merupakan tindakan agresif yang bertujuan untuk menyakiti orang lain baik sacara fisik maupun psikis. Pelaku akan menggunakan berbagai cara agar tujuannya itu tercapai. Oleh karena itu ada banyak perilaku yang dapat dikategorikan pada bullying, begitu luasnya hingga para ahli mengelompokkannya dalam beberapa bagian. Dan Olweus(dalam Wiyani 2013:13) mengidentifikasikan dua subtipe bullying, yaitu perilaku secara langsung (direct bullying), misalnya secara fisik dan perilaku secara tidak langsung (indirect bullying), misalnya pengucilan secara sosial. Sedangkan Nusantara (2008:62) mengelompokkan dalam tiga kategori yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying psikologis. Bullying fisik meliputi perilaku menonjok, menampar, mendorong, menendang, menggigit, mencubit, mencakar, dan lain-lain. Bullying verbal meliputi perilaku mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat telepon, mencela, menyebarkan rumor, dan lain-lain. Bullying psikologis meliputi perilaku mengucilkan, mengisolir, mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina dan lain-lain. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka terdapat beberapa bentuk perilaku yang dikategorikan sebagai bentuk dari perilaku bullying diantaranya bullying fisik, bullying verbal, dan bullying psikologis. Bullying fisik meliputi perilaku yang menyerang fisik, bullying verbal meliputi perilaku yang berupa perkataan yang merendahkan korban, sedangkan bullying psikologis meliputi semua perilaku yang menyerang korban secara psikologis yang dapat berbentuk non verbal tidak langsung atau intimidasi dalam kelompok sosial yang berdampak pada psikis korban. to user

5 digilib.uns.ac.id 13 d. Akibat Bullying Bullying yang kerap kali terjadi di sekolah seringkali diabaikan, padahal bullying sangat perlu ditanggulangi. Hal tersebut karena bullying dapat menimbulkan akibat yang sangat besar bagi peserta didik yang terlibat, baik sebagai korban ataupun pelaku. Banyak hal yang diakibatkan dari perilaku bullying yang terjadi, seperti Alexander (dalam Nusantara, 2008:9) yang menjelaskan bahwa Bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut menjadi perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi dan kurang percaya diri dalam masa dewasa. Sementara pelaku bullying, kemungkinan besar akan terlibat dalam tindakan kriminal di kemudian hari. Selain itu, Nusantara (2008:12) mengemukakan gejala-gejala akibat bullying yaitu Mengurung diri, menangis, minta pindah sekolah, konsentrasi peserta didik berkurang, prestasi belajar menurun, tidak mau bermain/bersosialisasi, penakut, gelisah, berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang lain, memar/lebam-lebam, tidak bersemangat, menjadi pendiam, menjadi rendah diri, suka menyendiri, menjadi kasar dan pedendam, tidak percaya diri, mudah cemas, mudah menangis, dan mudah tersinggung. Sugijokanto (2014:46) mengungkapkan Tanda-tanda perubahan sikap peserta didik yang mengalami bullying, yaitu : (1) Adanya luka, lebam, bengkak, goresan dan sebagainya; (2) Ketakutan untuk pergi ke sekolah; (3) Malu dan menarik diri dari pergaulan dengan teman-temannya; (4) Suka menyendiri; (5) Emosi yang tidak stabil; (6) Menangis tanpa alasan; (7) Berubah menjadi pendiam /agresif; (8) Mengeluh sering pusing dan sakit perut; (9) Tidak ada nafsu makan; (10) Sering mengigau di waktu malam. Berdasarkan penjelasan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh pelaku bullying diatas, maka diketahui bahwa bullying dapat menimbulkan banyak akibat negatif baik bagi korban maupun bagi pelaku. Bagi korban akibat negatif dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik seperti memar, lebam, atau luka. Sedangkan dampak psikis seperti kepercayaan diri peserta didik menurun, malu, trauma, merasa sendiri, serba salah, mengasingkan to user diri dari sekolah, mengalami

6 digilib.uns.ac.id 14 ketakutan sosial. Sedangkan bagi pelaku kemungkinan besar akan terlibat dalam tindakan kriminal di kemudian hari. 2. Bimbingan dan Konseling di Tingkat Sekolah Dasar a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Crow and Crow (Sutarno :2010), bimbingan adalah Bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang secara personal kualifait dan terlatih secara memadai, kepada individu-individu segala umur dalam rangka membantunya mengatur aktivitas hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan-keputusan sendiri, dan menanggung bebanya sendiri. Rochman Natawidjaja (Sukardi :1995) mengemukakan bahwa bimbingan adalah Proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga serta masyarakat. Di samping itu, Peters dan Shertzer (Willis :2011) mengemukakan bimbingan merupakan Proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensipotensinya Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli lepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan makna konseling menurut Willis (2011) adalah Upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Sedangkan Smith (Prayitno & Amti : 2004) mengemukakan to user bahwa konseling adalah suatu

7 digilib.uns.ac.id 15 proses di mana konselor membantu konseli membuat intepretasi-intepretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaianpenyesuaian yang perlu dibuatnya.di samping itu, Shertzer dan Stone (Irham dan Wiyani : 2014) menjelaskan bahwa konseling merupakan Proses interaksi individu untuk memberikan pemahaman tentang diri dan lingkungannya dalam menentukan tujuan yang akan dilaksanakan atas dasar nilai-nilai yang dianutnya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Mengacu pada pengertian bimbingan dan konseling secara terpisah diatas, pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan dua aktivitas yang berbeda. Bimbingan mengacu pada proses pendampingan terhadap peserta didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sementara, konseling merupakan proses pemberian bantuan dalam bentuk pemecahan problematika yang dihadapi peserta didik melalui proses interaksi secara profesional. Dengan demikian, tujuan konseling adalah pengentasan masalah peserta didik, sedangkan bimbingan bertujuan untuk mencegah munculnya permasalahan pada pesera didik. Namun demikian, bimbingan dan konseling sama-sama mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal. b. Fungsi Bimbingan dan Konseling Menurut Prayitno dan Erman Amti (dalan Wiyani dan M. Irham 2014) Fungsi bimbingan ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh dapat dilihat dalam konteks fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan. to user

8 digilib.uns.ac.id 16 1) Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman berusaha membantu peserta didik memahami tentang diri peserta didik beserta lingkungannya dengan permasalahanya oleh peserta didik itu sendiri dan pihak lain yang berhubungan dengan peserta didik seperti orang tua, guru dan lingkungannya. Fungsi pemahaman menjadi kunci keberhasilan peserta didik. Oleh sebab itu, ruang lingkup yang menjadi tuntutan pemahaman peserta didik, antara lain pemahaman tentang peserta didik (oleh peserta didik, orang tua, guru dan orang dewasa lainnya), pemahaman lingkungan peserta didik (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas) oleh peserta didik, guru, orang tua dan orang deawas lainnya serta masyarakat luas. 2) Fungsi Pencegahan Menurut Horner dan McElhaney (Irham dan Wiyani: 2014) Pencegahan merupakan upaya mempengaruhi dengan cara positif dan bijaksana terhadap lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian tersebut benar-benar terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya kepribadian baik dan sehat, serta terbebas dari gangguan mental psikologis lebih banyak ditentukan oleh upaya pencegahan secara maksimal dan sedini mungkin. Oleh sebab itu, lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Lingkungan yang kira-kira akan berdampak negatif diubah agar memunculkan dampak positif. House dan Walker ( Prayitno & amti : 2004) mengisyaratkan bahwa Salah satu cara untuk mencegah seseorang terjerumus ke dalam jurang permasalahan yang besar adalah dengan cara menujukkan bahaya atau penderitaan yang timbul apabila hal itu dilakukan. 3) Fungsi Pengentasan Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004), Fungsi pengentasan dipahami sebagai proses untuk to user mengeluarkan peserta didik dari

9 digilib.uns.ac.id 17 permasalahan yang dihadapi dan dari segala keadaan yang tidak disukainya. Fungsi pengentasan dalam layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara perorangan, kelompok, atau klasikal dalam bentuk orientasi, informasi dan program-program bimbingan konseling lainnya. Fungsi pengentasan akan menghasilkan suatu kondisi terbebaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. 4) Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan dalam bimbingan dan konseling berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada peserta didik, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai dari hasil belajar dan pengalaman. Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Nila Kusmawati (Irham dan Wiyani :2014), Fungsi ini memghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif yang dimiliki peserta didik. Pemeliharaan penting diperhatikan dalam rangka pengembangan diri peserta didik di masa mendatang secara berkelanjutan. 5) Fungsi Pengembangan Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2007), Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dan konseling dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik. c. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Myres ( Irham dan Wiyani: 2014) mengatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah Tercapainya pengembangan peserta didik secara optimal yang mengarah pada perubahan positif. Perkembangan peserta didik bukan tidak mungkin mengarah padahal yang negatif. Oleh sebab itu,bimbingan dan konseling di sekolah sebagai layanan pendampingan berupaya untuk mengarahkan dan mengawal perkembangan peserta didik menuju perubahan yang positif. Secara khusus, berkaitan dengan bimbingan dan to konseling user sebagai bagian dari sistem

10 digilib.uns.ac.id 18 pendidikan, menurut Bradshow ( Irham dan Wiyani: 2014) Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. Sedangkan menurut Prayitno dan Eman Amti (2004) tentang tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah Membantu peserta didik mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan sesuai predisposisi peserta didik (potensi dan kondisi awal), latar belakang yang dimiliki, dan tuntutan kondisi dan zaman. Menurut Dede Rahmat Hidayat dan Herdi (Irham dan Wiyani: 2014) Pengembangan diri tersebut meliputi pemberian kesempatan pada peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai kebutuhan, bakat, dan minat yang disesuikan dengan kemampuan sekolah melalui proses pendampingan. Berdasarkan uraian diatas secara lebih rinci, tujuan bimbingan dan konseling adalah membentuk peserta didik yang utuh dan seimbang secara aspek kepribadian, sosial-kemasyarakatan, keberagamaan, dan kesusilaan. Sementara secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan perkembangan dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. d. Prinsip-Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mencakup sasaran layanan, permasalahan yang dihadapi, program layanan, dan pelaksanaan layanan (Prayitno dan Amti, 2004). Sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah seluruh individu yang ada di lingkungan sekolah tanpa terkecuali. Masalah yang ditangani lebih banyak terkait dengan fisik dan psikologis serta lingkungan yang menghambat perkembangan peserta to didik. user Program layanan bimbingan dan

11 digilib.uns.ac.id 19 konseling dilaksanakan sejalan dengan program pendidikan, fleksibel, berkesinambungan dan program evaluasi. e. Asas Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam pelaksanaan layanan tersebut. Menurut Prayitno (2004), Terdapat beberapa asas dalam bimbingan dan konseling, antara lain kerahasiaan, sukarela, keterbuka, kekinian, kemandiri, kegiatan, kedinamis, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani. f. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Masa usia Sekolah Dasar/ MI sebagaimana pada umumnya berlangsung dari usia 6-12 tahun. Usia ini ditandai dengan beralihnya masa balita menuju masa kanak-kanak. Pada usia sekolah dasar untuk pertama kalinya anak menerima pendidikan formal. Menurut Sigmund Freud (Adhiputra :2013) sekitar usia ini temasuk fase laten yakni merupakan periode yang penuh ketenangan psikis bagi anak. Kehidupan psikis yang tenang berlangsung sampai anak memasuki fase pubertas (masa remaja awal). Pada masa laten ini anak mangalami perkembangan yang pesat dalam segi intelektual di samping kecakapan-kecakapan sosial lainnya. Pada setiap periode, individu dituntut untuk menjalani tugas tugas perkembangan yang berlaku pada periode tersebut. Adapun tugas-tugas perkembangan anak Sekolah Dasar / MI, menurut Prayitno ( Adhiputra : 2013), yaitu : 1) Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam bermain, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan dasar dan membaca, menulis dan berhitung. 3) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan seharihari. 4) Belajar bergaul dan bekerja dengan to user kelompok sebaya.

12 digilib.uns.ac.id 20 5) Belajar menjadi pribadi yang mandiri. 6) Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan sosial lainnya. 7) Mengembangkan kata hati, disiplin, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku. 8) Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan. 9) Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya. 10) Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial lainnya. 11) Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan. g. Proses Pembelajaran serta Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Dasar/ Madarasah Ibtidaiyah memiliki karakteristik kurikulum dan proses pembelajaran yang khas dibandingkan tingkat sekolah lainnya. Pembelajaran di sekolah dasar sepenuhnya dilakukan oleh guru kelas. Yakni semua mata pelajaran yang diajarkan sebagian besar diberikan oleh seorang guru yang berfungsi sebagai wali kelas, guru kelas dan mungkin guru mata pelajaran. Kondisi tersebut memberikan banyak keuntungan secara psikologis dalam proses pembelajaran, karena pendidik memahami betul keadaan peserta didiknya. Akan tetapi melihat karakteristik pesera didik yang lebih aktif bergerak, cepat bosan ketika harus duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru serta masih memiliki kecenderungan untuk bermain dan bersenang-senang, terlebih lagi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi menuntut untuk menggunakan pendekatan dan metode mengajar yang khas. Oleh sebab itu, layanan bimbingan dan konseling menghendaki guru pembimbing (konselor sekolah) untuk memahami betul kondisi fisik dan psikologis peserta didiknya dengan pelaksanaan dan pemberian layanan bimbingan dan konseling secara terpadu dengan mata pelajaran. Sebagaimana menurut pendapat Henderson (1987) Direkomendasikan persentase waktu tertentu bagi konselor Sekolah to user Dasar yang didedikasikan untuk

13 digilib.uns.ac.id 21 masing-masing empat komponen program untuk mencapai keseimbangan optimal dalam program bimbingan Sekolah Dasar mereka. Henderson menyarankan bahwa konselor Sekolah Dasar menghabiskan 40 persen dari waktu mereka pada komponen Bimbingan Kurikulum, 25 persen dari waktu mereka pada komponen perencanaan individu, 25 persen dari waktu mereka pada komponen Layanan Responsif, dan 10 persen dari waktu mereka pada komponen Support System. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar / MI, mengacu kepada perkembangan peserta didik. Karena pada masa ini Peserta didik mulai mengenal aturan-aturan, nilai-nilai serta norma norma dalam lingkungannya baik di rumah, sekolah atau masyarakat. Masa ketika peserta didik mulai bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas, serta mempersiapkan diri untuk mengahdapi masa depannya. h. Wilayah Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Sampai saat ini dalam sistem pendidikan di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah layanan bimbingan dan konseling masih menjadi tugas terpadu guru kelas. Tetapi hal tersebut berbeda dengan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo yang sudah memiliki guru Bimbingan dan Konseling. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jatis Sukoharjo merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di kabupaten Sukoharjo di bawah naungan Kementerian Agama yang melaksanakan pendidikan terpadu antara pendidikan agama dan umum. Pada tahun ajaran 2008/2009 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jatis Sukoharjo menerima satu Guru Bimbingan dan Konseling dari Kementerian Agama Kabupaten Sukoharjo yang bertugas untuk mengadakan bimbingan dan konseling kepada siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jatis Sukoharjo. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam struktur organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jatis Sukoharjo langsung di bawah koordinasi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jatis Sukoharjo sebagaimana dalam bagan berikut : to user

14 digilib.uns.ac.id 22 Struktur Organisasi MI Negeri Jetis Ketua Komite Madrasah Kepala Madrasah Koordinator TU / Bendahara Sie Kurikulum Sie Kesiswaan Sie Keagamaan & Humas Sie sarana & Prasarana Kepala Perpustakaan Koordinator BK & Litbang Guru Peserta Didik Keterangan Garis Koordinasi Garis Komando Gambar 2.1 Bagan posisi BK di MIN Jetis to user

15 digilib.uns.ac.id 23 i. Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Menurut Schmidt (Murro and Kottman :1995) Selama tahun 1960, 1970, dan 1980an, peran dan fungsi konselor sekolah mulai berkembang sampai sekarang, yang meliputi pengembangan, implementasi, dan evaluasi program bimbingan yang komprehensif; penyediaan layanan konseling langsung kepada siswa, orang tua, dan guru; perencanaan pendidikan dan kejuruan; penempatan mahasiswa, rujukan, dan konsultasi dengan guru, administrator, dan orang tua Pada tahun 1966, a Joint Committee on Elementary School Counselor (ACES-ASCA) mengeluarkan laporan yang menggambarkan peran dan fungsi konselor Sekolah Dasar ke dalam tiga kategori yang berbeda yaitu : konseling, konsultasi, dan koordinasi. Sedangkan menurut Wilgus dan Shelley (Murro and Kottman, 1995) menambahkan beberapa tugas lain dan fungsi konselor Sekolah Dasar, yaitu sebagai berikut: 1) Pendidikan orang tua. Mengajarkan orang tua dalam keterampilan mengasuh dengan menyediakan kelas-kelas pendidikan orang tua. 2) Bimbingan dan konseling-pertemuan berorientasi. Menghadiri pertemuan tentang masalah emosional, perilaku, dan / atau perkembangan siswa. 3) Pertemuan Non Bimbingan dan konseling. Menghadiri pertemuan tentang keprihatinan selain masalah emosional, dan / atau masalah perkembangan siswa. 4) Konseling individu. Membantu masing-masing siswa untuk menyelesaikan konflik. 5) Konseling kelompok. Membantu siswa menyelesaikan konflik melalui interaksi kelompok kecil. 6) Program Kelas. Melakukan bimbingan dan konseling kegiatan melalui interaksi dengan siswa di kelas. 7) Program Penghargaan. Berpartisipasi dalam upaya terorganisir untuk mengidentifikasi dan mengakui siswa yang pantas mendapatkan penghargaan khusus. to user

16 digilib.uns.ac.id 24 8) Konsultasi dengan Staf. Konsultasi dengan personil sekolah tentang akademik, sosial, atau kesejahteraan emosional siswa. 9) Pengujian Individu. Memberikan penilaian siswa secara individual. 10) Pengujian kelompok. Menyediakan dan mengkoordinasikan penilaian siswa secara kelompok. 11) Pengembangan staf. Melakukan program in-service untuk personil sekolah. 12) Referal. Memberikan saran untuk masyarakat dan lingkungan sekolah terkait sumber daya dan jasa. 13) Kelas pengamatan. Memberikan umpan balik kepada personil sekolah berdasarkan pengamatan kelas. 14) Kontak / Menghubungi orang tua. Membahas kebutuhan khusus siswa dengan orang tua mereka. j. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Layanan bimbingan dan konseling di SD/MI mengacu pada perkembangan peserta didik yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar sosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD/MI masuk kedalam empat bidang bimbingan yaitu,bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier. 1) Bidang bimbingan pribadi Layanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan kreatif serta sehat secara jasmani dan rohani. 2) Bidang bimbingan sosial Layanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik dalam proses sosialisasi untuk mengenal serta berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab. to user

17 digilib.uns.ac.id 25 3) Bidang bimbingan belajar Layanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri dalam sikap belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan ketrampilan sertamenyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. 4) Bidang bimbingan karier Layanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik mengenal potensi diri sebagai prasyarat dalam mempersiapkan masa depan karier masing-masing peserta didik. k. Jenis Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Layanan bimbingan dan konseling di SD/MI meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, penguasaan konten, konseling individual, bimbingan kelompok dan konseling kelompok. 1) Layanan orientasi Prayitno dan Amti (2004:256) mengemukakan bahwa Peserta didik yang baru memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya. Hal-hal yang perlu diketahui salah satunya yaitu mengenai peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin, hak dan kewajiban), jenis personal yang ada, tugas masing-masing dan saling hubungan di antara mereka. Pengenalan hal-hal di atas dapat membantu peserta didik agar terhindar dari tindakan bullying. Dengan memberikan penjelasan bahwa di sekolah terdapat guru bimbingan dan konseling yang akan memberikan layanan kepada peserta didik secara individual. Hal ini bertujuan untuk mengajak peserta didik agar mau menyampaikan berbagai permasalahan yang dialaminya kepada guru Bimbingan dan Konseling, sehingga dapat membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah terjadinya perilaku bullying lebih awal. Selain itu peserta didik juga diberikan to pengenalan user terhadap peraturan sekolah

18 digilib.uns.ac.id 26 yang bisa menjadi langkah awal dalam memperketat peraturan sekolah dan mengenalkan sanksi yang diterima jika terjadi bullying. Nusantara (2008:42) menyatakan bahwa Dalam menjalankan fungsinya guru Bimbingan dan Konseling perlu bekerjasama dengan bidang kesiswaan dan wali kelas untuk mencari jalan keluar kasus-kasus yang dihadapi peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, peserta didik juga harus tahu bahwa disekolah juga terdapat wali kelas, wakil kepala bidang kesiswaan dan Kepala Sekolah yang dapat bekerja sama untuk mengatasi tindakan bullying yang mungkin terjadi pada diri peserta didik. Peserta didik perlu diberitahu bahwa tindakan bullying mungkin saja terjadi dan sudah menjadi tanggung jawab sekolah untuk membantu peserta didik menyelesaikan kasus bullying yang terjadi padanya. 2) Layanan informasi Secara umum layanan informasi bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik. Informasi yang diberikan bermaksud untuk mengenalkan peserta didik pada hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, termasuk di dalamnya mengenai bullying. Prayitno (2004:261) mengungkapkan Mengenai informasi yang dapat diberikan dalam layanan informasi dapat digolongkan ke dalam: a) Informasi pendidikan b) Informasi jabatan, dan c) Informasi sosial budaya Layanan informasi yang diberikan diupayakan dapat menumbuhkan pemahaman peserta didik mengenai bahaya dari perilaku bullying, karena bukan hanya orang tua yang menganggap itu sebagai kenakalan biasa. Awalnya peserta didik menganggap bullying hanya kenakalan dan ejekan dari teman-teman semata. Akan tetapi lama-kelamaan persepsi ini akan membuat peserta didik merasa tidak aman dan nyaman untuk melakukan kepada to user tingkat berikutnya. Hal tersebut

19 digilib.uns.ac.id 27 dapat berakibat pada terus berkembangnya perilaku bullying, bahkan tidak menutup kemungkinan bullying akan menjadi suatu tradisi turun temurun di sekolah tersebut. Prayitno dan Amti (2004:268) menyatakan bahwa Salah satu informasi yang dapat diberikan dalam layanan informasi yaitu informasi mengenai sosial-budaya, khusunya pada bahasan antar budaya manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Mereka dijadikan seperti itu bukan untuk saling bersaing dan bermusuhan, justru agar saling mengenal saling memberi dan menerima sehingga tercipta kondisi dinamis yang mendorong pada perubahan yang semakin baik. Hal tersebut perlu diinformasikan pada peserta didik karena seperti yang diungkapkan oleh Ponny Retno Astuti (2008) bahwa Salah satu penyebab bullying yaitu perbedaan etnis/ras. Melalui pemberian informasi mengenai sosial budaya maka diharapkan peserta didik mampu memahami perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan untuk dapat saling memberi dan berbagi bukan menjadi alasan untuk saling bermusuhan. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat memberikan informasi kepada peserta didik tentang konsekuensi yang akan diterima peserta didik dari sekolah(hukuman) jika ia melakukan tindakan bullying. Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai perilaku bullying serta akibat yang akan mereka terima jika terlibat bullying, maka diharapkan dapat mencegah peserta didik terlibat perilaku bullying di sekolah. 3) Layanan penempatan/penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran diberikan untuk menyalurkan potensi dan mengembangkan diri peserta didik. Prayitno (2004:272) mengungkapkan Bentuk penempatan dan penyaluran yang dapat dilakukan di sekolah yaitu: a) Layanan penenempatan di dalam kelas b) Penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar c) Penempatan dan penyaluran to user ke dalam kegiatan ko/ekstrakurikuler

20 digilib.uns.ac.id 28 d) Penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi Nusantara (2008:13) mengemukakan bahwa Salah satu cara menangani pelaku bullying yaitu dengan mengangkat kelebihan atau bakat sang pelaku bullying di bidang yang positif, dan mengusahakan untuk mengalihkan energinya pada bidang yang positif. Hal tersebut dapat terwujud melalui layanan penempatan dan penyaluran. Melalui layanan ini guru bimbingan dan konseling dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat menyalurkan potensi dan mengembangkan diri peserta didik. Sehingga peserta didik dapat menjaga keseimbangan metabolisme tubuhnya serta mengarahkannya kepada kegiatan yang positif. Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengarahkan potensi peserta didik dengan menempatkan dan menyalurkan peserta didik ke dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Dengan begitu peserta didik dapat menyalurkan energinya ke arah yang positif, sehingga mereka tidak perlu melakukan hal-hal negatif untuk menyalurkan energinya yang kemudian berujung pada perilaku bullying. 4) Layanan penguasaan konten Layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Tujuan umum layanan ini ialah dikuasainya suatu konten tertentu. Prayitno (2004:2) mengungkapkan bahwa Penguasaan konten diperlukan bagi peserta didik untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya. Layanan penguasaan konten memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu materi melalui proses pembelajaran yang berguna untuk membantu peserta didik mengatasi masalah-masalahnya. Dengan penguasaaan konten yang dimaksud itu peserta didik yang bersangkutan lebih mampu to menjalani user kehidupanya secara efektif.

21 digilib.uns.ac.id 29 Prayitno (2004:6) mengungkapkan Materi layanan penguasaan konten dapat diangkat dari: a) Pengembangan kehidupan pribadi b) Pengembangan kemampuan hubungan sosial c) Pengembangan kegiatan belajar d) Pengembangan dan perencanaan karir e) Pengembangan kehidupan berkeluarga f) Pengembangan kehidupan beragama. Selain itu, Prayitno (2004) mengungkapkan bahwa Penguasaan konten yang tepat dan terarah memungkinkan individu membela diri sendiri terhadap ancaman ataupun pelanggaran-pelanggaran atas haknya. Hal itu berarti peserta didik yang mengalami masalah bullying dapat diberikan layanan penguasaan konten. Dengan begitu peserta didik bisa berlatih berkata tidak dan menolak jika ada peserta didik lain yang berusaha menyakitinya atau mungkin mengajaknya untuk melakukan bullying. Peserta didik yang introvert cenderung menjadi korban bullying karena mereka lebih memilih untuk diam jika mengalami suatu masalah. Hal tersebut membuat pelaku bullying dengan mudah terus melancarkan aksinya. Melalui layanan penguasaan konten diharapkan peserta didik mengalami proses belajar agar mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga mampu mengungkapkan perasaan dan berani untuk mengatakan tidak. Dengan begitu pelaku bullying tidak akan dapat bertindak semena-mena lagi terhadap dirinya, sehingga perilaku bullying dapat dihentikan. 5) Layanan konseling individual Layanan konseling individual dilaksanakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang ada pada diri peserta didik. Prayitno (2004:288) mengungkapkan bahwa Konseling perorangan merupakan layanan khusus yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien yang dilaksanakan interaksi tatap muka to user secara langsung antara klien dan

22 digilib.uns.ac.id 30 konselor. Konseling merupakan upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan bagi peserta didik. Dengan layanan ini peserta didik tidak perlu merasa takut dikatakan mengadu atau melapor jika ia menjadi korban bullying, atau menyaksikan perilaku bullying. Guru bimbingan dan konseling dituntut untuk dapat memahami berbagai gejolak yang secara potensial sering muncul dan cara-cara penanganannya. Guru bimbingan dan konseling harus mengetahui teknik-teknik konseling karena aplikasi pendekatan dan teknik konseling serta penyesuaiannya banyak tergantung pada keunikan peserta didik dan masalahnya. Hal itu berlaku pula pada peserta didik yang mengalami kasus bullying, mengingat bahwa kasuskasus bullying memiliki berbagai bentuk sehingga diperlukan teknik khusus untuk menanganinya. 6) Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sekelompok individu. Layanan ini memanfaatkan dinamika kelompok untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat seorang ahli yang menyatakan Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Prayitno dan Amti, 2004:309). Informasi yang diberikan merupakan materi topik-topik umum. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang terwujudnya tingkah laku yang lebih efektif. Layanan bimbingan kelompok ditandai dengan ciri homogenitas dalam kelompok, seperti para anggota bimbingan kelompok yang homogen, permasalahan, tindak lanjut serta kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok pun memiliki kesamaan. Hal ini sangat cocok untuk mengatasi bullying, karena di dalam layanan bimbingan kelompok tujuan bersama menjadi komitmen bersama. Artinya to jika user semua peserta didik bertujuan

23 digilib.uns.ac.id 31 mencegah dan memberantas bullying bersama maka semua peserta didik yang ikut di dalam kegiatan tersebut memiliki komitmen yang sama juga untuk melakukannya. 7) Layanan konseling kelompok Prayitno dan Amti (2004:311) menyatakan bahwa Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Sehingga dalam konseling kelompok terdapat pengungkapan dan pemahaman masalah peserta didik, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi di antara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan, termasuk diantaranya masalah bullying yang dialami peserta didik. Peranan guru Bimbingan dan Konseling dapat diperkuat oleh peranan dinamika interaksi sosial dalam suasana kelompok. Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas. Dengan begitu konseling kelompok dapat menjadi cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi seperti yang kebanyakan terjadi pada kasus bullying, selain itu peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuan pribadinya seperti pengendalian diri, tenggang rasa, dan teposeliro. Hal-hal tersebut diharapkan dapat berguna bagi upaya pengentasan kasus bullying. B. Hasil Penelitian yang Relevan Maemanah (2011). Meneliti tentang Bimbingan Konseling Islami Dalam Mengantisipasi Kekerasan Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Weru Kabupaten Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran Bimbingan dan Konseling Islami Mengantisipasi Kekerasan Di SMK Nusantara Weru Kabupaten Cirebon. to user

24 digilib.uns.ac.id 32 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Bahwa pengaruh peran bimbingan konseling Islami dalam mengantisipasi kekerasan peserta didik sebesar 80%, hal ini berarti bahwa peran bimbingan konseling Islami memiliki pengaruh yang baik terhadap kekerasan peserta didik. Bibit Darmalina (2014). Perilaku School Bullying di SD Negeri Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perilaku school bullying di Sekolah Dasar Negeri Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo Yogyakarta. Pendeketan dalam ini menggunakan pendekaatam kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisa data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari penelitian diperoleh hasil Bahwa terjadi school bullying di Sekolah Dasar Negeri Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo Yogyakarta. Terjadinya school bullying dikarenakan kurangnya pengetahuan guru mengenai school bullying dan adanya pendapat guru yang mengatakan kenakalan di sekolahnya wajar. Bentuk-bentuk school bullying yang terjadi adalah bentuk fisik (memukul dengan gagang sapu, memukul dengan tangan, mendorong) dan non fisik (verbal: mengancam, memaksa, menyoraki, meledek; non verbal langsung: membentak, memarahi, memerintah, menunjuk-nunjuk dengan jari; non verbal tidak langsung: pengucilan). C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting di sekolah terutama di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah dalam membantu menangani masalahmasalah yang dialami peserta didik termasuk di dalamnya masalah bullying yang dialami oleh peserta didik. Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memberikan perhatian kepada peserta didik yang terlibat dalam bullying, tidak hanya pada peserta didik yang menjadi korban bullying, tapi juga pada pelaku bullying. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan to user dan konseling harus melakukan

25 digilib.uns.ac.id 33 berbagai upaya untuk dapat menangani kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah. Upaya-upaya yang dilakukan harus sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah. Berdasarkan fungsi bimbingan dan konseling guru Bimbingan dan Konseling dapat mengatasi bullying disekolah melalui beberapa langkah yaitu pencegahan, pemahaman, pengentasan, dan advokasi. Langkah-langkah tersebut dapat terwujud melalui layanan yang ada di bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, berdasarkan layanan yang diberikan, guru Bimbingan dan Konseling dapat mengatasi bullying dengan memberikan ketujuh layanan yang ada di bimbingan konseling yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok terhadap pelaku dan korban. Bullying Layanan Bimbingan dan Konseling Faktor dari luar dan dalam Guru Bimbingan dan Konseling Kasus Bullying teratasi Pelaku dan korban Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Pengertian Bullying Istilah bullying sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri belum begitu akrab dengan istilah bullying. Namun istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Diana Septi Purnama, M.Pd Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id Konsep Bimbingan Dan Konseling 5. - 1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING Suatu proses bantuan psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING By: Asroful Kadafi Kelima belas kekeliruan pemahaman itu adalah: 1. Bimbingan dan Konseling Disamakan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan 2. Menyamakan Pekerjaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : 1. Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi - sosial : a. Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial b. Pengertian BK pribadi- sosial c. Urgensi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L BIMBINGAN KONSELING DI SD ( S1 - PGSD ) APRILIA TINA L HAKEKAT BK (SD) LATAR BELAKANG Mengembangkan manusia Indonesia sesuai dg hakikat kemanusiaannya (individualitas, sosial, moralitas, dan keberagamaan)

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya.

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu : Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Disusun oleh: Chintya Nur Fadilah 1608151 PGSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Nama : Nella Andriyani NIM : 1002423 Kelas : Biologi B 2010 RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20/03 tentang sistem pendidikan Nasioanl pasal 1 ayat (1) menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN

Lebih terperinci

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR CAHAYA PENDIDIKAN, 2(1): 84-91 Juni 2016 ISSN : 1460-4747 PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR Ramdani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,. BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

Oleh : Sugiyatno, M.Pd Oleh : Sugiyatno, M.Pd Dosen PPB/BK- FIP- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA sugiyatno@uny.ac.id Sugiyatno. MPd Jln. Kaliurang 17 Ds. Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Hp. 08156009227 Beriman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi. Akhir-akhir ini media banyak dihebohkan dengan maraknya pemberitaan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini

Lebih terperinci

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, asas-asas Definisi Bimbingan Konseling Definisi bimbingan : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendukung maju tidaknya suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada dengan pendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Suprandi Yusuf Jurusan Bimbingan dan Konseling Gorontalo Universitas Negeri,

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Konsep, Fungsi dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak 34 KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Anak a. Pengertian Anak adalah aset bagi suatu bangsa, negara dan juga sebagai generasi penerus yang akan memperjuangkan cita-cita bangsa dan menentukan

Lebih terperinci

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terus menerus berlangsung dan menjadi dasar bagi kelangsungan kehidupan manusia. Undangundang nomor

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

Landasan Pendidikan. PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.

Landasan Pendidikan. PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Landasan Pendidikan Bimbingan dan Penyuluhan PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Konsep dasar bimbingan Upaya bantuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata

Lebih terperinci