BEBERAPA ASPEK HUKUM RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA
|
|
- Yanti Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DOKUMEN YAYASAN PENCINTA DANAU TOBA ACARA Seminar dan Pameran Save Lake Toba TEMPAT Gedung Aula Fakultas Kedokteran UKI WAKTU 17 Maret 2015 BEBERAPA ASPEK HUKUM RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA Oleh Maruarar Siahaan Pendahuluan Keinginan untuk menyelamatkan Danau Toba melalui kebijakan terintegrasi dalam segala bidang secara berkesinambungan, sesungguhnya sudah sejak lama harusnya menjadi keputusan dari penyelenggara pemerintahan. Pemerintah daerah di seputar Danau Toba, dengan sumber daya yang minimum, tampaknya berlomba-lomba dalam peningkatan pendapatan daerah melalui investasi di wilayah masing-masing, yang secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak lingkungan terhadap kawasan Danau Toba, baik di darat sebagai daerah tangkapan air, maupun polusi di danau sendiri yang mengalami penurunan kualitas air. Dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Penataan Tata Ruang Kawasan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis, yang memuat rencana, Page 1
2 pelaksanaan, pengendalian secara menyeluruh dan terpadu, dibawah Menteri- Menteri yang terkait dengan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang, sebagai Pelaksana yang memiliki kewenangan sejak dari hilir sampai kehulu dari perencanaan sampai dengan pengawasan dan pengendalian, menyebabkan kita perlu memikirkan implikasi yang timbul dari peraturan Presiden tersebut baik secara sosial-politik- budaya dan hukum serta penyelenggaraan pemerintahan. Ruang lingkup yang dicakup oleh Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tersebut, sebagai suatu Penetapan Kawasan Strategis Kawasan Danau Toba, dari segi perencanaan sampai dengan pengendalian terhadap wilayah kawasan danau Toba, dari indikasi waktu, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana dan Indikasi Program Utama perwujudan Struktur Ruang Kawasan Danau Toba 1 menyebabkan keseluruhan Pemerintahan Daerah di kawasan Danau Toba terkena dampak, bukan hanya secara positif, melainkan juga harus diperhitungkan kemungkinan dampaknya secara negatif dari perspektif kewenangan penyelenggara pemerintahan daerah. Ini disebabkan Kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis, meliputi badan danau, daerah tangkapan air, dan cekungan air tanah yang terkait dengan perairan danau Toba, serta pusat kegiatan dan jaringan prasarana yang tidak berada di badan danau, daerah tangkapan air, cekungan air tanah yang terkait dengan perairan Danau Toba dan mendukung perairan 1 Pasal Peraturan Presiden 81/2014. Page 2
3 Danau Toba. 2 Ini mencakup wilayah yang meliputi bagian-bagian wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten di sekitar Danau Toba. Rencana tata ruang kawasan Danau Toba adalah lompatan besar dari keinginan save Lake Toba Penetapan Kawasan Strategis Sebagai Kewenangan Pemerintah. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014, yang mengatur kawasan strategis Danau Toba, merupakan delegasi kewenangan dalam regulasi yang di dasarkan pada Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, yang diperlukan untuk menetapkan Rencana Tata Ruang Kawasan. Suatu kawasan dianggap starategis secara nasional karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional dilihat dari kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia 3. Kawasan Danau Toba ditetapkan sebagai kawasan strategis secara nasional, juga karena kepentingan ekonomi, sosial dan sebagai warisan dunia, yang meliputi pariwisata. 2 Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun Kawasan Danau Toba merupakan aset nasional dan bahkan telah diusulkan untuk ditetapkan oleh UNESCO sebagai kawasan taman geologi (international geopark). Danau Toba juga merupakan kebanggaan Indonesia yang dapat menjadi sumber ekonomi karena menjadi tujuan wisata, sumber pengairan, sumber penggerak energi listrik tenaga air dalam skala ekonomi. Disamping posisinya yang sangat unik sebagai salah satu ekosistem spesifik dangan potensi sumber alam hayati dan non hayati yang sangat mendesak untuk dipertahankan, kawasan ini juga membutuhkan penanganan yang serious untuk mencegah kemerosotan yang semakin parah. Page 3
4 Peraturan Presiden merupakan instrumen Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan sebagai kewenangan konstitusional pemegang kekuasaan pemerintahan. Ia merupakan rencana sekaligus sebagai implementasi kebijakan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Penataan Ruang dan PP tentang Rencana Tata Ruang. Ketika terbayang bahwa koordinasi 7 (tujuh) pemerintahan daerah Kabupaten disekitar Danau Toba mengalami kesulitan dalam penataan ruang kawasan danau Toba ketika kondisi sampai kepada keadaan saat ini, memang kita melihat penggunaan instrumen Peraturan Presiden telah menunjukkan Penataan Kawasan Danau Toba diambil alih menjadi tugas Pemerintah Pusat. Oleh karenanya meskipun sedikit banyak akan mengurangi peran pemerintah daerah Kabupaten dalam rencana penataan ruang kawasan, maka tampak bahwa pengalaman empirik telah menunjukkan bahwa kondisi danau toba seperti saat ini, sesungguhnya turut disebabkan kegagalan pemerintah daerah tersebut melakukan koordinasi yang diperlukan untuk mencegah kerusakan yang terjadi. Meskipun Pemerintahan daerah berwenang untuk menetapkan peraturan daerah sebagai pelaksanaan undang-undang dalam penataan ruang kawasan danau Toba, namun posisi strategis kawasan danau Toba secara nasional sebagaimana telah diutarakan, menyebabkan Pemerintah pusat menjadi perlu untuk mengambil alih tanggung jawab itu, mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan, Page 4
5 pengelolaan sampai pengawasan. Melihat sifat komprehensif rencana yang tertuang dalam Perpres dengan data detil yang dimuat, pastilah peran Pemerintah daerah dalam penyusunan Perpres sangat mendasar. Meskipun dalam pengelolaan Tata Ruang KDT dilihat dari Perpres, Pemeran Pemerintah pusat sangat sentral, peran Pemerintah Daerah tetap menjadi penting dalam pengelolaan kawasan danau Toba, karena Rencana Tata Ruang yang telah disusun oleh Pemerintah Pusat adalah sebagai alat operasionalisasi Rencana dan alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Danau Toba. Pemerintahan Daerah tetap berperan penting, dan instrumen Peraturan Daerah akan digunakan untuk kegiatan implementasi rencana tindak pelestarian dan pengembangan kawasan danau Toba sesuai dengan bidang yang relevan. Tumpang Tindih Kewenangan. Ditetapkannya kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis mengandung arti bahwa penataan ruangnya menjadi prioritas. Dengan scope meliputi badan danau, daerah tangkapan air, cekungan air tanah yang terkait dengan perairan dana Toba,pusat kegiatan dan jaringan prasarana yang tidak berada di badan danau, daerah tangkapan air dan cekungan air tanah yang terkait dengan perairan Danau Toba, maka dapat kita bayangkan luas kawasan danau yang menjadi prioritas penanganan, serta anggaran besar Page 5
6 yang dibutuhkan untuk itu, dalam banyak hal akan mengandung gesekan dengan kewenangan Pemerintah Daerah di sekitar Danau yang masuk dalam scope kawasan danau. Apalagi dengan perintah undang-undang bahwa pengelolaan kawasan Danau Toba dilaksanakan oleh Menteri, menteri/pimpinan lembaga negara terkait, Gubernur dan Bupati sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang kemudian dapat dilimpahkan untuk dilaksanakan Gubernur melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan 4, maka terdapat kemungkinan perbedaan persepsi tentang apa yang menjadi kepentingan dan kewenangan daerah. Terutama Kabupaten-Kabupaten yang menjadi bagian kawasan Danau Toba, terkait dengan otonomi daerah, yang diartikan sebagai kewenangan untuk menjalankan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi yang seluasluasnya, 5 mungkin akan merasakan kurangnya keleluasaan dalam menyelenggarakan otonomi daerah yang seluas-luasnya. Draft atau Rancangan PerPres 81/2014 menyebutkan dalam bagian kelembagaan menyebutkan bahwa untuk keterpaduan, kelancaran dan efektivitas pelestarian dan pengembangan Kawasan Danau Toba, dianggap perlu membentuk lembaga yang bernama Dewan Kawasan Danau Toba(DKDT), Badan Pengelola Kawasan Danau Toba (BPKDT) dan Unit 4 Pasal 126 Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun Pasal 18 ayat (5) UUD Page 6
7 Pelaksana Teknis. Dewan Kawasan Danau Toba tersebut seyogianya dibentuk dengan Keputusan Menteri yang terkait dengan penataan ruang. 6 Dewan Kawasan Danau Toba bertugas merumuskan kebijakan umum pelestarian dan Pengembangan Kawasan Danau Toba dan menyusun Rencana Tindak Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Danau Toba secara lintas kabupaten agar proses pembangunannya dapat berjalan dengan efektif dan pemadu serasian baik secara ekologis maupun organisatorial. Dalam rancangan PerPres disebut bahwa keanggotaan Dewan KDT tersebut unsur Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupate) diikut sertakan. Dilain pihak Badan Pengelola Kawasan Danau Toba membantu para Bupati untuk mengimplementasi Rencana Tindak Pelestarian dan Pengembangan KDT dan membantu terlaksananya Koordinasi. Dari sisi penghimpunan dana melalui anggaran yang dapat dimobilisasi, untuk pembiayaan Kawasan Strategis Danau Toba memang tidak dapat disangkal bahwa pola yang bersifat top-down sangat efektif. Pergeseran sikap dari rancangan yang memberi ruang pada peran secara bottom-up melalui peran daerah, menjadi top-down dengan seluruh lingkup pengaturan dalam Peraturan Presiden yang meliputi perencanaan, penetapan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana pola ruang Kawasan Danau Toba, pemanfaatan, pengendalian pemanfaatan, pengelolaan dan peran masyarakat, 6 Pasal Rancangan PerPres Page 7
8 akan menjadikan realisasi rencana tata ruang kawasan Danau Toba sedikit banyak mengalami pengurangan semangat. Meskipun dikatakan dalam Pasal 126 PerPres 81/2014 tersebut bahwa dalam rangka mewujudkan Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba, pengelolaan kawasan Danau Toba dilaksanakan oleh Menteri (Pemerintah Pusat) dengan keikut sertaan Gubernur dan Bupati- Bupati di kawasan Danau Toba, sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan, maka sepengetahuan saya dalam penyusunan rencana yang dilakukan untuk kawasan danau Toba, pemerintah daerahdaerah yang tidak disebut partisipasinya dalam Perpres tersebut pasti memberi kontribusi besar dalam penyiapan datanya. Pengelolaan dilakukan Pemerintah Pusat, maka meski dapat dilimpahkan kepada Gubernur melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan, namun otonomi daerah dengan segala kewenangannya, akan mengalami benturan kelembagaan dan tetap menjadi persoalan yang melahirkan persoalan kompetisi kewenangan. 7 Ketentuan Peralihan dalam Bab X menggariskan bahwa peraturan daerah provinsi kabupaten - tentang rencana tata ruang beserta zonasi yang telah ada harus disesuaikan kepada Peraturan Presiden Nomor 81/2014, pada saat revisi peraturan daerah demikian. Bahkan penguasaan masyarakat atas tanah berdasarkan hak adat dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan 7 Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau instansi vertikal diwilayah tertentu. Dekonsentrasi sesungguhnya merupakan sentralisasi yang berlawanan dengan desentralisasi. Page 8
9 ketentuan peraturan perundang-undangan, yang pemanfaatannya tidak sesuai lagi dengan Rencana Tata Ruang dalam PerPres ini, penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari semua merupakan hal yang tidak mudah. Penegakan Hukum Yang Efektif dan Konsisten. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Danau Toba melalui zonasi yang menjadi pedoman bagi Pemda Kabupaten yang menentukan jenis kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat-syaratnya, intensitas dan prasarana dan sarana minimum serta ketentuan lain berupa ketentuan khusus, menunjukkan hukum yang berlaku secara luas untuk dipedomani dalam pengelolaan kawasan Danau Toba. Sekaligus arahan demikian menjadi ukuran perilaku bagi setiap warga yang melakukan kegiatan di kawasan Danau Toba yang berlaku sebagai hukum. Meskipun hukum dapat digunakan sebagai alat untuk merekayasa perilaku masyarakat kearah yang diinginkan (law as a tool of social engineering), hukum sebagai regulasi dan lembaga, tidak memungkinkan negara dan kita mampu melakukan upaya pemulihan danau Toba tanpa dukungan menyeluruh dan berkesinambungan. Kita membutuhkan dukungan budaya untuk menjadikan pemulihan melalui penegakan hukum mencegah pencemaran dan penurunan lingkungan hidup, sebagai upaya yang tumbuh dari kesadaran pribadi dan kelompok dalam melihat lingkungan hidup yang sehat sebagai bagian dari hidup dan peradaban masyarakat, keluarga, bangsa dan negara. Page 9
10 Lawrence Friedman, banyak berbicara tentang hukum, sebagai organism yang kompleks dengan tiga komponennya, yaitu : 1. Substansi Hukum : sebagai materi atau norma-norma hukum dalam bentuk peraturan perundang-undang dan keputusan hukum; 2. Struktur Hukum sebagai kelembagaan yang diciptakan dalam sistem hukum, untuk melakukan pelayanan dan penegakan hukum. 3. Budaya Hukum, berupa Ide-ide, sikap, harapan, pendapat, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hukum, yang dapat mendukung pembentukan dan kepatuhan yang tumbuh dari sikap dan diri warga masyarakat sendiri. 8 Kegagalan dalam menegakkan hukum di bidang lingkungan hidup secara nasional bukan menjadi rahasia lagi. Demikian juga penegakan hukum di bidang kehutanan, yang meliputi pembakaran lahan untuk pembukaan perkebunan besar yang menimbulkan polusi, dan penggundulan hutan yang tidak dapat diatasi dengan mudah mengakibatkan erosi karena bahaya yang timbul pada banjir, longsor dan pendangkalan sungai. Menurut hemat kami, masalah yang sama juga ditemukan di kawasan danau Toba. Kegagalan mencegah pelanggaran dan kegagalan proses penegakan hukum menjadi sebab kerusakan lingkungan dalam segala dimensi, yang mengakibatkan ekosistem kawasan semakin merosot secara tajam. Upaya pemulihan juga baru tampak secara serius dari pihak Pemerintah dengan penetapan Danau Toba sebagai kawasan strategis dengan Perpres ini. Tetapi kita tidak harus menunggu perbaikan dilakukan setelah pembenahan 8 Lawrence Friedman, The Legal System, 1975 : p. 5 Page 10
11 secara nasional meliputi kewenangan pengendalian tata ruang kawasan Danau Toba yang kita dasarkan pada Perpres yang diperlengkapi dengan penegakan hukum secara efektif, dengan mengikutkan instrumen insentif dan disinsentif bagi pemerintah daerah yang mematuhinya. Pemerintah Daerah masing-masing Kabupaten masih akan bekerja keras untuk menyusun Peraturan Daerah yang sesuai dengan arahan pengenaan sanksi yang diberikan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten beserta rinciannya yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba. 9 Peran Masyarakat Dalam Penataan dan Pengendalian Kawasan Danau Toba. Tanpa disebutkan pun dalam peraturan perundang-undangan khususnya Perpres Kawasan Danau Toba, peran serta masyarakat dalam penyusunan kebijakan dan pengendalian/pengawasan, merupakan hal yang niscaya dalam suatu negara demokrasi yang menjadi prinsip konstitusi dalam UUD Demokrasi dalam hal demikian adalah partisipasi dan keterbukaan bagi warganegara untuk ikut mempengaruhi kebijakan publik yang dibentuk, 9 Pasal 125 jo Pasal 60 Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun Page 11
12 bahkan dengan menguji kebijakan publik yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang terendah sampai yang tertinggi. Hal demikian juga berlaku untuk masalah rencana penataan ruang kawasan Danau Toba. Secara spesifik Perpres menyebut peran serta masyarakat dalam penataan ruang Kawasan Danau Toba dapat dilakukan pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, dalam bentuk masukan, pengawasan, pelaporan dalam hal ada dugaan penyimpangan dan pelanggaran, dan pengajuan keberatan atas keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 10 Yayasan Danau Toba sebagai sebagai suatu LSM yang bergerak untuk melestarikan Kawasan Danau Toba, merupakan organisasi yang dapat menyalurkan peran serta masyarakat secara lebih terpadu dan terarah. Semua tahap rencana penataan kawasan Danau Toba memerlukan perhatian yang serious sesuai dengan tagline Save Danau Toba, yang dapat dipengaruhi dengan segala cara yang disebut dalam Perpres dimaksud. Tetapi forum yang lebih serious dalam partisipasi YDT menyelamatkan Danau Toba, adalah forum pengadilan yang dapat memaksakan sanksi yang termuat dalam putusannya dengan kekuatan negara, ketika ada pelanggaran dan penyimpangan hukum 10 Pasal Page 12
13 yang dilakukan dalam penataan, pengendalian dan pemanfaatan kawasan Danau Toba, terutama ketika penyelenggara pemerintahan sendiri yang melakukan penyimpangan dan/atau pelanggaran. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 menyatakan dalam pertimbangannya bahwa para pemohon sebagaimana ternyata dari anggaran dasarnya ternyata bahwa tujuan perkumpulan tersebut adalah untuk memperjuangkan kepentingan umum (public interest advocacy), dan oleh karenanya dianggap mempunyai kedudukan hukum (legal standing) sebagai Pemohon di hadapan Mahkamah. 11 Putusan-Putusan MK selanjutnya mengikuti presedn tersebut. Secara lebih spesifik lagi dalam pengendalian lingkungan hidup melalui Hukum Lingkungan hidup, di Pengadilan Negeri dan TUN, Walhi dan organisasi lingkungan yang sejenis yang bertindak atas nama lingkungan, secara tetap telah memperoleh legal standing dalam proses acara di peradilan umum. Bahkan dalam Pasal 92 Undang-Undang Lingkungan Hidup, yang melihat tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai hak asasi setiap warganegara sebagaimana amanat Pasal 28H UUD 1945, memberi tempat kepada organisasi lingkungan hidup - sebagai kelompok orang yang terorganisasi dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan 11 Putusan Tanggal 21 Desember Page 13
14 kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup untuk berperan dalam perlindungan lingkungan hidup yang sehat. 12 Dengan pemeriksaan secara teliti pada karakter organisasinya, YPDT akan dapat berperan sangat besar dalam memberikan masukan Rencana Penataan dan Pengelolaan Kawasan Danau Toba, sebagai kawasan strategis nasional, sehingga disamping dapat menggerakkan sendiri proses perlindungan dan penegakan hukum atas penataan dan pengelolaan kawasan Danau Toba, juga dapat memobilisasi kekuatan sosial budaya masyarakat Kawasan Danau Toba dan para Diaspora yang memiliki kerinduan dan pengaruh besar terhadap sanak saudara di kampung asal. Kerja sama YPDT dengan UKI, dan diharapkan juga dengan Universitas Universitas terkemuka di Sumater Utara dan Tapanuli, dapat membangun kekuatan dalam bentuk kontrol hukum(public advocacy) atas kawasan danau Toba secara berkesinambungan dan kuat. Penutup. Saatnya sekarang untuk bekerja. Tanpa menunggu realisasi dan implementasi Perpres Nomor 81 Tahun 2014 dengan seluruh kompleksitasnya, kita segera bekerja. Dengan kekuatan dan tekad dari seluruh pencinta Danau Toba dan kesungguhan Pemerintah hadir dengan rancangan yang 12 Pasal 1 angka 27 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup. Page 14
15 komprehensif dan jangka panjang, seluruh komponen masyarakat baik di Kawasan Danau Toba maupun para diaspora yang tersebar di seantero tanah air- bahkan dunia, bersama-sama dengan organisasi dan masyarakat hukum adat, kita menyatukan langkah melakukan upaya mewujudkan Kawasan Danau Toba yang tertata dan lestari yang telah menjadi identitas dan kebanggan serta kekayaan kita yang diwariskan bagi dunia dan generasi mendatang. Dibutuhkan pengorbanan dan kecintaan untuk mewujudkan impian kita menyelamatkan kawasan Danau Toba. Jakarta, 17 Maret 2015 Page 15
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciMateri Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII
Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciHAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Kegiatan penataan ruang merupakan kegiatan yang dilakukan bukan hanya secara partial melainkan memerlukan partisipasi bersama (public participatory) yang melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi melibatkan
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU
1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciGambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur
No.104, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6055) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017
Lebih terperinci2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M
No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.244, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Otonomi. Pemilihan. Kepala Daerah. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 20162016 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciBAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM
BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI A. Pendahuluan Kedaulatan energi merupakan salah satu agenda prioritas dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR Ir. Saroni Soegiarto, ME Kasubdit Pemanfaatan SDA Makassar, 23 Maret 2016 Subdit Pemanfaatan SDA Direktorat
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA ACARA KNOWLEDGE MANAGEMEN FORUM 2015 (ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI
1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP
BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinci2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperincibahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ABSTRAKSI : bahwa dalam rangka menata dan mengendalikan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, perlu dilakukan
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat I. PEMOHON Assosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang diwakili oleh Ir.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1
PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1 Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2 URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PASCA UU NO. 23/2014 1. Urusan Pemerintahan Absolut Menurut ketentuan UU baru, yaitu UU No. 23 Tahun
Lebih terperinci2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2018 ADMINISTRASI. Pelayanan Minimal. Standar. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi
PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN I. UMUM Ketersediaan lahan untuk usaha pertanian merupakan
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO
PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu bentuk ekosistem yang secara umum terdiri dari wilayah hulu dan hilir. Wilayah hulu DAS didominasi oleh kegiatan pertanian lahan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciCATATAN : - Peraturan Daerah ini memiliki 7 halaman penjelasan. - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 25 Februari 2015.
PENGELOLAAN SAMPAH PERDA KAB. KETAPANG NO. 1. LD. SETDA KAB. KETAPANG: 24 HLM. PERATURAN DAERAH KAB. KETAPANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH : - Pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa keberadaan sistem
Lebih terperinci