BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
|
|
- Sonny Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
2 BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN A. Kompetensi Inti Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu B. Kompetensi Dasar Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu C. Uraian Materi Pembelajaran 1. Arti Penting Sosialisasi Pada kegiatan belajar ini, saya akan mengajak Anda untuk memperdalam materi tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Baiklah sebelum kita memperdalam hubungan antara sosialisasi dan pembentukan kepribadian, pertama-tama saya akan mengajak Anda untuk memahami pengertian sosialisasi dan arti penting sosialisasi. Orang yang baik di mata masyarakat adalah orang yang berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat itu. Ketertiban masyarakat tidak lahir dari proses yang bersifat kodrati atau bersifat alamiah, melainkan lahir melalui proses belajar. Proses belajar seperti itu berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat dan sepanjang masyarakat itu masih ada. Proses belajar seperti itulah yang dalam sosiologi disebut dengan sosialisasi. Melalui sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami perilaku apakah yang boleh dilakukan dan perilaku apakah yang tidak boleh dilakukan dalam masyarakat. Sementara tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai seorang anak, sebagai seorang adik, kakak, dan seterusnya disebut dengan peran (role). Dengan demikian apa yang disebut dengan status? Dan apa pula yang dimaksudkan dengan peran? Status adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok atau masyarakat. Sedangkan peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memegang status. Agar seorang individu dapat memainkan peran sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompok dan masyarakatnya dibutuhkan proses belajar bagaimana cara memainkan peran sesuai dengan statusnya masing-masing. Proses pembelajaran yang 1
3 diberikan oleh lingkunagn keluarga, sekolah, dan masyarakat kepada individu, dan proses belajar peran yang dilakukan secara perorangan disebut dengan sosialisasi. Melalui sosialisasi, anggota masyarakat akan saling mengetahui peranan masing-masing dalam masayarakat, dan karena itu anggota masayarakat dapat berperilaku sesuai dengan peranan sosial masing-masing itu, tepat sesuai yang diharapkan oleh norma-norma sosial yang ada. Selanjutnya, antaranggota masyarakat dapat saling menyesuaikan perilakunya ketika melakukan interaksi sosial. Sumber: Gambar 5.1 Ibu Melakukan Sosialisasi Cara Makan yang Baik Kepada Anak Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang seseorang menghayati (internalisasi) norma-norma sosial dimana ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Sosialisasi adalah suatu proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari suatu masyarakat. Sosialisasi yang sempurna dalam kenyataannya memang tidak selamanya dapat diwujudkan. Pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial seringkali terjadi. Setiap hari kita membaca surat kabar atau menyaksikan di layar televisi tentang orang ditangkap polisi kemudian diadili di lembaga peradilan. Tindakan-tindakan seperti itu merupakan upaya masyarakat untuk menjaga ketertiban masyarakat. Untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat, pelanggaran terhadap norma-norma sosial akan diberikan sanksi, mulai dari sanksi sosial berupa dipergunjingkan, dicemooh, dikucilkan hingga sanksi hukum, seperti diadili kemudian dipenjara. Sebaliknya, anggota masyarakat 2
4 yang mematuhi norma-norma sosial akan mendapatkan ganjaran (reward), seperti dipuji, disanjung, dihormati, dan sebagainya. Proses sosialisasi berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Proses sosialisasi mempunyai peran yang sangat penting bagi keberlangsungan keadaan tertib masyarakat. Hanya melalui sosialisasi, norma-norma sosial dapat diwariskan dari generasi ke genarasi. Bagi individu, sosialisasi juga mempunyai peran agar dapat hidup normal dalam masyarakat. Hanya melalui sosialisasi, anggota masyarakat akan menyesuaikan perilakunya dengan norma-norma sosial. Anggota masyarakat yang cukup banyak menjalani proses sosialisasi akan mendapatkan kemudahan dalam hidup di masyarakat. Sebaliknya, anggota masyarakat yang hanya sedikit menjalani proses sosialisasi akan mengalami kesulitan dan akan mengganggu ketertiban masyarakat. Sosialisasi dapat dibedakan menjadi sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer dikaitkan dengan pembentukan dasar atau awal kepribadian. Dalam diri anak, proses ini dimulai dengan mengakumulasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi anggota dalam masyarakat tertentu. Proses ini melibatkan berbagai aktivitas, seperti bermain, meniru, dan mengamati. Aktor penting atau orang yang berpengaruh adalah orangtua, teman sebaya, dan saudara kandung. Sementara itu, sosialisasi sekunder terdiri atas pengalaman-pengalaman yang komplek dan terjadi sepanjang masa untuk menjadi anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu. Proses ini menunjuk pada proses yang lebih luas mengenai keterampilan, pengetahuan dan peran yang dipelajari secara lebih mendalam dalam kehidupan. Sosialisasi sekunder merupakan proses memahami dan merasakan berbagai budaya yang ditunjukkan dalam kehidupan secara keseluruhan (Scott, 2011: ). 2. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Kepribadian individu manusia tidak dibawa sejak lahir, namun dibentuk oleh lingkungan sosialnya, yaitu keluarga, sekolah, tetangga, kelompok sebaya, dan organisasi. Pengaruh lingkungan sosial itulah yang membentuk kepribadian seseorang. Warisan biologis hanyalah menyediakan bahan mentah kepribadian. Persamaan biologis membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian. Manusia dilahirkan tidak sebagai organisme yang tegas dan dengan susunan saraf yang telah sempurna, atau 3
5 dengan kata lain manusia pada saat dilahirkan tidak memiliki insting-insting kodrati yang diwarisi secara biologis. Dalam kondisi demikian dibutuhkan lingkungan sosial yang membentuk atau mempengaruhi kepribadian manusia. Demikian juga dalam pembentukan kepribadian, manusia sangat tergantung pada orang lain atau kelompoknya. Kepribadian seseorang tidak bersifat kodrati, melainkan dibentuk setelah ia dilahirkan ke dunia. Pembentukan kepribadiannya melalui dua proses, yaitu: pertama, proses sosialisasi tanpa sengaja melalui interaksi sosial, dan kedua, proses sosialisasi secara sengaja melalui proses pendidikan dan pengajaran (Narwoko dan Suyanto, 2004: 66). Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi apabila seorang individu yang disosialisasi menyaksikan apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya di dalam interaksi antarmereka, kemudian individu melakukan internalisasi pola-pola tingkah laku dan pola-pola interaksi itu beserta norma-norma sosial yang mendasarinya ke dalam mentalnya (Narwoko dan Suyanto, 2004: 66-67). Proses sosialisasi yang disengaja terjadi apabila seorang individu (yang disosialisasi) mengikuti pengajaran dan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidikpendidik yang mewakili masyarakat, dengan tujuan yang disadari agar norma-norma sosial bisa dipahami individu yang disosialisasi tersebut dan bisa tertanam baik-baik dalam batinnya (Narwoko dan Suyanto, 2004: 67). Norma-norma sosial, pola-pola tingkah laku, dan nilai-nilai budaya yang disosialisasikan secara langsung melalui proses pendidikan dan pengajaran maupun sosialisasi secara tidak langsung kesemuanya diperhatikan dan diterima oleh individu yang tengah terbentuk kepribadiannya, kemudian diinternalisasikan ke dalam mentalnya. Dapat dikatakan bahwa individu yang telah mengalami proses ini telah terbentuk kepribadiannya. 3. Agen-agen Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian a. Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak yang baru lahir mengalami proses sosialisasi. Di keluarga inilah seorang anak mengenal lingkungan sosial dan budayanya, dan juga mengenal anggota keluarganya. Pembentukan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagiamana keluarga itu memberikan pendidikan kepada anakanaknya, baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan. Kepribadian 4
6 anak ditentukan oleh bagaimana orangtua dan anggota keluarga lain memotivasi anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya. Motivasi positif dengan memberikan ganjaran (reward) kepada anak apabila berhasil melakukan sesuatu yang bermanfaat. Motivasi negatif dengan memberikan hukuman (punishment) apabila anak tidak mentaati perintah atau melanggar larangan. Pada nuclear family (keluarga inti), sosialisasi hanya dilakukan oleh ayah dan ibunya, atau mungkin oleh saudara kandung. Pada extended family (keluarga luas), agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan mencakup pula kakek, nenek, paman, atau bibi. Pada keluarga menengah dan atas di perkotaan pembantu rumahtangga pun juga memegang peran penting dalam sosialisasi anak, setidak-tidaknya pada tahap awal. b. Sekolah Baiklah saya akan mengajak Anda untuk mengenal agen sosialisasi berikutnya yaitu sekolah, paling tidak bagi masyarakat yang sudah mengenal pendidikan formal. Di sekolah seseorang mempelajari hal baru yang belum dikenalnya dalam keluarga. Pendidikan formal mempersiapkan anak untuk menguasai peran-peran baru di kemudian hari pada saat dia tidak tergantung lagi pada orangtuanya. Kegiatan yang dilaksanakn anak di sekolah adalah aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas. Di sekolah seorang anak harus belajar untuk mandiri. Di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh tanggungjawab. Ketergantungan terhadap orangtua seperti di rumah tidak terjadi, guru menuntut kemandirian dan tanggungjawab pribadi bagi tugas-tugas sekolah. Guru merupakan aktor yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan sistem nilai dan norma yang dikontruksi oleh sekolah sebagai struktur sosial. Oleh karena itu, guru memiliki fungsi ganda, selain sebagai eksekutor implementasi norma di lapangan, guru juga sebagai kontrol sosial untuk menjaga atau mengawasi agar normanorma sosial bisa berjalan dengan baik. 5
7 Gambar 5.1 Salah Satu Bentuk Sosialisasi Nilai dan Norma di Sekolah Sumber: Aturan yang dipelajari anak di sekolah adalah universalime. Di sekolah setiap anak mendapatkan perlakuan yang sama. Perlakuan yang berbeda hanya dibenarkan apabila didasarkan pada kelakuan peserta didik di sekolah. Di sekolah, kegiatan peserta didik atau penilaian terhadap kelakuan mereka dibatasi secara spesifik. Kekeliruan yang dilakukan oleh seorang peserta didik dalam mata pelajaran sosiologi, misalnya, sama sekali tidak mempengaruhi penilaian gurunya terhadap prestasinya dalam mata pelajaran yang lain. c. Kelompok Bermain Nah, Anda sudah mempunyai pemahaman dua agen sosialisasi yang baru kita pelajari bersama, yaitu keluarga dan sekolah. Marilah kita sekarang memahami agen sosialisasi yang ketiga, yaitu kelompok bermain. Setelah mulai dapat berpergian seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain yaitu teman bermain, baik yang terdiri atas kerabat atau tetangga dan teman sekolah. Di dalam kelompok bermain ini seorang anak mempelajari kemampuan baru. Di rumah, seorang anak mempelajari hubungan antaranggota keluarga yang tidak sederajat, dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah seorang anak memasuki game stage, yakni mempelajari aturan yang mengatur peran 6
8 orang yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok ini pula seorang anak mempelajari nilai-nilai keadilan, kebersamaan, tolong menolong, maupun kerjasama. Sumber: Gambar 5.2 Geng Motor Sebagai Bentuk Kelompok Permainan 4. Teori Sosialisasi Baiklah setelah Anda memahami agen sosialisasi, saya akan mengajak Anda untuk memahami sosialisasi secara teoritik. Salah satu teori sosialisasi dikemukakan oleh George Herbert Mead. Mead dalam bukunya berjudul Mind, Self, and Society, menguraikan tahap pengembangan diri manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead, pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap yaitu tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other (Leight, 1989: 48-50). Setiap anggota masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat, suatu proses yang dinamakan sebagai pengambilan peran (role taking). Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya serta peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada ini 7
9 seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Pada play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang di sekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan oleh orangtuanya atau peran orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengan dia. Namun dalam tahap ini, seorang anak sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Dalam tahap ini, seorang anak dapat berpura-pura menjadi dokter, petani, guru atau polisi, tetapi mereka tidak mengetahui mengapa petani mencangkul, dokter menyuntik, polisi menginterogasi maling, dan guru mengajar muridnya. Pada tahap game stage, seorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Seseorang telah dapat mengambil peran orang lain. Seorang anak yang bermain dalam suatu pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang diharapkan orang lain darinya, tetapi juga apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut bermain dalam pertandingan tersebut. Pada tahap awal sosialisasi, interaksi seorang anak biasanya terbatas pada sejumlah kecil orang lain (ayah dan ibu). Menurut Mead, orang yang penting dalam proses sosialisasi ini dinamakan significant other. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan oleh orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain. Menurut Charles Horton Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini disebut looking-glass self (Horton dan Hunt, 1991: 100). Nama ini analog dengan orang yang sedang bercermin. Kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, maka diri seseorang pun memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Pertama, seseorang mempunyai persepsi terhadap pandangan orang lain terhadapnya. Kedua, seseorang mempunyai persepsi tentang penilaian orang lain terhadap penampilannya. Ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Perasaan seseorang mengenai penilaian orang lain terhadap dirinya menentukan penilaiannya mengenai dirinya. Diri seseorang merupakan pencerminan penilaian orang lain (looking-glass self). 8
10 Erik Erikson (dalam Horton dan Hunt, 1991: ) mengembangkan teori sosialisasi siklus kehidupan (life cycle socialization) melalui delapan tahap yang disebut dengan krisis identitas (identity crisis). Krisis identitas adalah titik balik dalam perkembangan ketika seseorang harus masuk ke dalam satu dari dua arah yang umum. Delapan tahap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Tahapan Krisis Kehidupan Menurut Erik Erikson No. Usia Krisis Identitas yang Harus Dipecahkan Kebajikan Dasar untuk Dikembangkan 1. Masa bayi Percaya vs tidak percaya Harapan 2. Masa kanak-kanak awal Otonomi vs malu dan Kemauan (2-3 tahun) bimbang 3. Masa bermain Inisiatif vs rasa bersalah Tujuan (4-5 tahun) 4. Masa sekolah (6-11 tahun) Kerajinan vs rasa rendah diri Kecakapan 5. Remaja (12-18 tahun) Identitas vs kekacauan Kesetiaan peran 6. Dewasa (19-35 tahun) Keakraban vs isolasi Kasih sayang 7. Setengah umur (36-50 Generativitas vs stagnasi Perawatan tahun) 8. Masa tua (51+) Integritas vs keputusasaan Kebijakan Sumber: Horton dan Hunt, 1991: 111 Tahap-tahap ini bermula pada masa bayi, ketika bayi belajar rasa percaya diri atau rasa tidak percaya. Apabila orangtuanya secara konstan mencintai dan memperhatikan kebutuhan fisiknya, bayi tersebut membentuk perasaan aman dan percaya. Sebaliknya, apabila orangtuanya tidak mencintai dan memperhatikan, bayi tersebut akan menjadi merasa tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Pada tahap kedua, masa kanakkanak awal, anak-anak belajar berjalan, berbicara, mempergunakan tangannya, dan melakukan berbagai hal lain. Mereka mulai membangun otonomi, yaitu mereka mulai memilih sendiri, mengungkapkan keinginan-keinginanannya, membentuk dan mengejar harapan-harapan. Apabila dimotivasi, mereka akan mengembangkan rasa otonominya, merasa sebagai orang yang cakap. Namun sebaliknya, apabila dihambat, mereka yakin mereka menjadi ragu-ragu dan merasa malu dalam berhubungan dengan orang lain (Horton dan Hunt, 1991: ). 9
11 Pada tahap ketiga, seseorang mulai mengembangkan pengertian moralnya. Dalam tahap keempat, dunia anak meluas, keterampilan teknis dipelajari, rasa percaya diri diperbesar. Dalam tahap kelima, remaja mengembangkan rasa identitas pribadi melalui interaksi dengan orang lain. Tahap keenam, orang dewasa mengembangkan hubungan kasih yang awet dengan lawan jenisnya. Dalam tahap ketujuh, dalam usia setengah baya, seseorang mengembangkan sesuatu pada keluarga dan pada masyarakat. Dalam tahap terakhir, seseorang menghadapi masa akhir hidup (masa tua), baik secara terhormat ataupun penuh putus asa. Untuk setiap tahap, ada kebajikan mendasar yang menyertainya, yang berkembang dengan berlalunya krisis dengan berhasil. Bila belajar yang cocok pada suatu tahap terlewati, tahap tersebut mungkin saja, walaupun sukar, diperoleh pada masa usia lanjut (Horton dan Hunt, 1992: 112). D. Referensi Horton, P. B. dan Hunt, C. L. (1992). Sosiologi. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Leight, D. (1989). Sociology. Fifth Edition. New York: Alfred A Kenopf. Soekanto, S. (1992). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama &q=90 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan
Lebih terperinciKelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi 1 Kelompok Sosial dan Organisasi Banyak studi sosiologi meneliti bagaimana individu dibentuk oleh kelompok sosial mereka, dari keluarga ke negara negara, dan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.
SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4 1. Seorang anak sebagai generasi penerus dibekali dengan keimanan, ketakwaan serta pemahaman pada nilai
Lebih terperinciSOSIOLOGI X SOSIALISASI TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut H.R. Otje Salman Soemadingrat (2002:173) perkawinan adalah implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan-ikatan kekeluargaan,
Lebih terperinciErikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai
Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB IV PROSES-PROSES SOSIAL
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciSetelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan interaksi sosial dan sosialisasi
BAB III INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan interaksi sosial dan sosialisasi PETA KONSEP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI
Lebih terperinciTUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA MATERI : NILAI DAN NORMA SOSIAL
TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA Petunjuk : 1. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling tepat diantara huruf a, b, c,d atau e serta mengisi soal essay 2. Lembar
Lebih terperinciMateri 1 Sosiologi Kelas X Semester 2: A. Pendahuluan
Materi 1 Sosiologi Kelas X Semester 2: SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Standar Kompetensi: 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian Kompetensi Dasar: 2.1 Menjelaskan
Lebih terperinciTAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA 1 Tahapan Perkembangan Manusia (Hurlock) Periode prenatal Periode Infancy : 0 akhir pekan 2 Periode Bayi : akhir pekan kedua 2 tahun Periode Awal Masa Kanak-kanak : 2-6 tahun
Lebih terperinciLINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam
LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Teori Peran (Role Theory) Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi
Lebih terperinciPSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT
Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sosialisasi 2.1.1 Pengertian Sosialisasi Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI MEDIA MASSA DAN PROSES SOSIALISASI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bourdieu tentang Habitus Menurut Bourdieu (dalam Ritzer 2008:525) Habitus ialah media atau ranah yang memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB III SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
BAB III SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SKL 3: Mengidentifikasi proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian A. Pengertian Sosialisasi Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang
Lebih terperincidasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan
1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan dasar 2. Otonomi >< Rasa malu dan ragu-ragu 3. Inisiatif >< Rasa bersalah 4. Industri (kerajinan) >< inferioritas 5. Mencapai identitas diri >< Kebingungan peran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIAL. Siti Nuraeni M.Pd
PERKEMBANGAN SOSIAL Siti Nuraeni M.Pd Pengertian Perkembangan Sosial Hurlock : Pemelorehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA
Lebih terperinciBerasal dari bahasa latin karena merupakan akar dari segala bahasa
Sosiologi Socius Logos Socius : teman atau kawan yang membentuk masyarakat (Latin) Logos : Ilmu (Yunani) Berasal dari bahasa latin karena merupakan akar dari segala bahasa Saling membutuhkan karena makhluk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah
Lebih terperinciMENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK
Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti upaya memasyarkatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat atau pemasyarakatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
Lebih terperinciPSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT
Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Review Teori Perkembangan Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Perkembangan Psikoseksual Freud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperincisosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi
Lebih terperinciINVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan
L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
Lebih terperinciCiri dan Syarat Kelompok Sosial
KELOMPOK SOSIAL Rahayu Ginintasasi Pengertian Kelompok Sosial Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat kemudian lahirlah kelompok-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinci2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pola asuh pada dasarnya merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang dewasa kepada seorang anak dalam upaya mendidik anak tumbuh dan dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya
Lebih terperinciPERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)
PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) Annisa Fitriyani 1, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si 2, Syaifullah Syam,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Oleh KARTIKA SANI A. PENGATAR Pendidikan karakter menjadi
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA. Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores (mariapurnama99@yahoo.co.id) ABSTRAK Sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. meilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi apapun. Kepercayaan diri
8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Percaya Diri Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri sndiri, sanggup menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang
Lebih terperinciKontrol Sosial. Pengantar Sosiologi
Kontrol Sosial Pengantar Sosiologi Kompetensi yang ingin dicapai dari materi kuliah ini: Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan definisi kontrol sosial; 2. Memahami macam/bentuk sarana kontrol sosial; 3. Memahami
Lebih terperinciPerkembangan Kepribadian Pada Tokoh Utama Dalam Novelet Babalik Pikir Karya Samsoedi
Perkembangan Kepribadian Pada Tokoh Utama Dalam Novelet Babalik Pikir Karya Samsoedi Oleh Mutia Ratnasari* Abstrak Karya tulis ini berjudul Perkembangan Kepribadian pada Tokoh Utama dalam Novel Babalik
Lebih terperinciB. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : 1. Tahap I : Keluarga Pemula Keluarga
Lebih terperinciMODUL KURSUS PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMP NEGERI BIDANG STUDI IPS TERPADU KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2013
MODUL KURSUS PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMP NEGERI BIDANG STUDI IPS TERPADU KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2013 KONSEP-KONSEP DASAR SOSIOLOGI Sugeng Harianto M. Jacky Ali Imron Kegiatan Belajar 1: INTERAKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu
Lebih terperinciSosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di
96 D. Pembahasan Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya, yaitu segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengendalian Sosial Pada Pelanggaran Lalu Lintas Sepeda Motor Oleh Pelajar SMA di Kota Tasikmalaya, maka diperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL
1 OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL Oleh Vivit Risnawati NIM : 2009/51093 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang baik dari segi fisik, mental sosial maupun rohaninya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah
Lebih terperinci(Elisabeth Riahta Santhany) ( )
292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian
Lebih terperinciErikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI
Modul ke: Erikson Fakultas PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI Biografi Evaluasi Teori 8 tahap psikososial Daftar Pustaka Biografi Bernama lengkap Erik Homberger Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. peranan adalah untuk mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu.
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Pentingnya peranan adalah untuk mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu. Dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd
KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,
Lebih terperinciDinamika Pelanggaran Hukum
Dinamika Pelanggaran Hukum 1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturanaturan yang
Lebih terperinciKarakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu:
II. Faktor Pendidik Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Pendidik meliputi orang dewasa, guru, orang tua, pemimpin masyarakat dan pemimpin agama. Karakteristik yang harus dimiliki
Lebih terperinciKONTROL PENGENDALIAN SOSIAL
KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL Dosen Pengampun : Antonius Ng Cambu S.Sos.,M.I.Kom Mata Kuliah : Pengantar Antropoligi Disusun Oleh Kelompok 4 Risal.A (201663301053) (kk) Risdayanti (201663201052) Rasdi Adnan
Lebih terperinciBE SMART PARENTS PARENTING 911 #01
BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Manusia akan bersosialisasi dengan orang lain dengan proses interaksi
Lebih terperinciBAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI
30 BAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI Pada bab ini, peneliti menguraikan karakteristik-karakteristik responden penelitian. Dimana, karakteristik- karakteristik ini tidak hanya memberi gambaran
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut oleh kasih sayang dan cinta orang tua yang siap berkorban apa saja agar bisa memberi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN
59 BAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian ini, dimana yang utama adalah hubungan antara sosialisasi
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik Remaja
HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15
Lebih terperinciSifat Kodrat Manusia. Unsur-unsur Hakekat Manusia:
NENI KURNIAWATI Sifat Kodrat Manusia Unsur-unsur Hakekat Manusia: 1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga 2. Sifat kodrat manusia terdiri atas mahluk individu dan sosial 3. Kedudukan kodrat
Lebih terperinciPeran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat
Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, 125120307111008 Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat penting sepanjang hidup, karena pada masa ini adalah masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.
Lebih terperinci