BAB II TINJAUAN PUSTAKA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum di bidang Upah Minimum 1. Pengertian Upah dan Upah Minimum Menurut ketentuan Pasal 1 angka 30 UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepekatan, atau Peraturan Perundang Undangan termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan / atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Berdasarkan pengertian mengenai upah tersebut, diketahui bahwa upah merupakan hak dari pekerja/buruh yang harus ditentukan sehingga merupakan salah satu bentuk kebijakan perlindungan bagi pekerja/buruh. Setiap pekerja/buruh memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 1 Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah memberikan perlindungan bagi tenaga kerja melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 88 Ayat (3), yang meliputi : 1 Pasal 88 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 15

2 16 a. Upah minimum; b. Upah kerja lembur; c. Upah tidak masuk kerja karenna berhalangan; d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. Upah karena menjalankan hak waktu istrirahat kerjanya; f. Bentuk dan cara pembayaran upah; g. Denda dan potongan upah; h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. Struktur dan skala pengupahan yang profesional; j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan k. Upah untuk penghitungan pajak penghasilan. Sedangkan pengertian Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Berdasarkan definisi tentang upah minimum tersebut dapat diketahui bahwa upah minumum di Indonesia menggunakan satuan bulanan. Sementara di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa satuan upah minimum tidak lagi bulanan melain per jam. Sementara itu di Malaysia acuan upah minimum adalah mingguan. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun dalam sistem pengupahan di Indonesia sudah ada standar pemberian upah minimum namun tingkat pendapatan yang dimuat dalam ketetapan upah minimum masih jauh dari standar hidup yang layak bagi kemanusiaan. Kenyataan ini disebabkan oleh hal-hal yang multi

3 17 dimensional, termasuk disebabkan karena luasnya lapangan kerja tidak sebanding dengan tenaga kerja yang tersedia. Selain pengertian diatas, dalam Pasal 1 (angka satu) PERMENAKER No. 7 Tahun 2013 upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai jaring pengaman. Upah Minimum terdiri atas Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) atau Upah Minimum Sektoral Provinsi Kabupaten/Kota (UMSK). Upah Minimum Provinsi yang selanjutnyadisingkat UMP adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Upah Minimum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMK adalah Upah Minimum yang berlaku di wilayah kabupaten/kota. Upah Minimum Sektoral Provinsi yang selanjutnya disingkat UMSP adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di satu provinsi. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMSK adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral diwilayah kabupaten/kota 2. Selain mengatur mengenai perlindungan yang tertuang di dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada pasal 88, bentuk campur tangan pemerintah dalam persoalan mengenai ketenagakerjaan juga tampak jelas dari adanya Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan 2 Pasal 1 (angka 1) PERMENAKER No. 7 Tahun 2013 tentang Pengaturan Upah Minimum.

4 18 Koperasi yang berwenang dan mengurusi mengenai persoalan-persoalan ketenagakerjaan, dengan tugas di antaranya : 1. Penyediaan dan penggunaan tenaga kerja; 2. Pengembangan dan perluasan kerja; 3. Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja; 4. Pembinaan hubungan ketenagakerjaan; 5. Pengurusan syarat-syarat kerja dan jaminan sosial; 6. Pembinaan norma-norma perlindungan kerja; dan 7. Pembinaan norma-norma keselamatan kerja Dasar dan Penetapan Upah Minimum Dalam menetapkan Upah Minimum Pemerintah mengeluarkan PERMENAKER No. 7 Tahun 2013 sebagai dasar hukum, terdapat pada pasal 3-11 yang berbunyi sebagai berikut : Penetapan Upah Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum diarahkan pada pencapaian KHL, Pencapaian KHL merupakan perbandingan besarnya Upah Minimum terhadap nilai KHL pada periode yang sama, Untuk pencapaian KHL Gubernur menetapkan tahapan pencapaian KHL dalam bentuk peta jalan pencapaian KHL bagi Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu dan bagi perusahaan lainnya dengan mempertimbangkan kondisi 3 Zaeni Asyhadie, hukum kerja hukum ketenagakerjaan Bidang hubungan kerja, cet.3,pt RajaGrafindo Persada,Jakarta,2013,h.46.

5 19 kemampuan dunia usaha. jalan pencapaian KHL disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. menentukan tahun pencapaian Upah Minimum sama dengan KHL; b. memprediksi nilai KHL sampai akhir tahun pencapaian; c. memprediksi besaran nilai Upah Minimum setiaptahun; d. menetapkan prosentase pencapaian KHL dengan membandingkan prediksi besaran Upah Minimum dengan prediksi nilai KHL setiap tahun. Dalam hal kondisi perekonomian pada tahun tertentu mengakibatkan pencapaian KHL tidak dapat terpenuhi, Gubernur dapat melakukan penyesuaian tahapan pencapaian KHL. Gubernur menetapkan UMP. UMP ditetapkan dan diumumkan oleh masingmasing Gubernur secara serentak setiap tanggal 1 November. Selain UMP Gubernur dapat menetapkan UMK atas rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi Bupati/Walikota. UMK ditetapkan dan diumumkan oleh Gubernur selambat-lambatnya tanggal 21November setelah penetapan UMP. Besaran UMK lebih besar dari UMP. Upah Minimum yang ditetapkan oleh Gubernur berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Peninjauan besaranupah Minimum dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Bagi daerah yang Upah Minimumnya masih berada di bawah nilai KHL, besarnya Upah Minimum yang berlaku bagi Perusahaan Industri Padat Karya

6 20 tertentu dan Upah Minimum yang berlaku bagi perusahaan lainnya mengacu pada ketentuan sebelumnya. Bagi daerah yang Upah Minimumnya diatas KHL dan nilai KHL untuk tahun berikutnya lebih besar dari Upah Minimum tahun sebelumnya, Gubernur menetapkan Upah Minimum untuk tahun berikutnya mengacu pada ketentuan sebelumnya. Bagi daerah yang Upah Minimumnya sama atau di atas KHL dan nilai KHL untuk tahun berikutnya tidak lebih besar dari Upah Minimum tahun sebelumnya, gubernur menetapkan besarnya Upah Minimum harus didasarkan pada rekomendasi dari Dewan Pengupahan. Selain Upah Gubernur dapat menetapkan UMSP dan/atau UMSK atas kesepakatan organisasi perusahaan dengan serikat pekerja/serikat buruh di sektor yang bersangkutan, UMSP dan/atau UMSK berlaku sejak ditetapkan oleh Gubernur. Besaran UMSP dan/atau UMSK ditetapkan sebagai berikut: a.umsp tidak boleh lebih rendahdari UMP; b.umsk tidak boleh lebih rendahdari UMK. 3. Tata Cara Penetapan Upah Minimum. Dalam penetapan Upah Minimum terdapat tata cara yang harus dipenuhi sesuai dengan Permenaker Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum, terdapat pada pasal yang berbunyi sebagai berikut : Gubernur dalam menetapkan UMP memperhatikan Dewan Pengupahan Provinsi, Bupati/ Walikota. Rekomendasi tersebut disampaikan kepada Gubernur oleh Dewan Pengupahan Provinsi

7 21 melalui satuan kerja perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Untuk menetapkan UMSP dan/ atau UMSK, Dewan Pengupahan Provinsi atau Dewan Pengupahan Kabupaten/ Kota melakukan penelitian serta menghimpun data dan informasi mengenai 4 : Homogenitas perusahaan; Jumlah perusahaan; Jumlah tenaga kerja; Devisa yang dihasilkan; Nilai tambah yang dihasilkan; Kemampuan perusahaan; Asosiasi perusahaan; dan Serikat pekerja/ serikat buruh terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan yang selanjutnya disampaikan kepada asosiasi perusahaan dan serikat pekerja/ serikat buruh di sektor yang bersangkutan untuk dirundingkan. Besarnya UMSP dan/ atau UMSK disampaikan oleh asosiasi perusahaan dan serikat pekerja/ serikat buruh di sektor yang bersangkutan. hasil kesepakatan disampaikan kepada Gubernur melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagai dasar penetapan UMSP dan/ atau UMSK. 5 Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan Upah Minimum : 4 Ibid 5 Pasal Permenaker Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.

8 22 1. Sebagai jaring pengaman agar nilai Upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum. 2. Sebagai wujud pelaksanaan pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata. 3. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya. 4. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah. 5. Merupakan indikator perkembangan ekonomi pendapatan perkapita, 6 Usulan besaran Upah Minimum yang disampaikan Dewan Pengupahan merupakan hasil survei kebutuhan hidup layak, Dalam peraturan ini pemerintah menerapkan 7 kelompok dan 60 komponen kebutuhan bagi buruh/ pekerja lajang yang menjadi dasar dalam melakukan survey harga dan menentukan besaran nilai Upah Minimum. Peninjauan terhadap besarnya Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Kabupaten/ Kota diadakan 1 (satu) tahun sekali atau dengan kata lain Upah Minimum berlaku selama 1 (satu) tahun. Selain Upah Minimum sebagaimana tersebut diatas, Gubernur juga dapat menetapkan Upah Minimum Sektoral Profinsi (UMS 6 diakses pada tanggal 13 agustus pkl. 21:30.

9 23 Provinsi) yang didasarkan pada kesepakatan upah antara organisasi perusahaan dengan serikat pekerja/ serikat buruh. Sehingga Upah Minimum dapat terdiri dari Upah MinimumProvinsi (UMP), Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMS Provinsi), Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/ Kota (UMS Kabupaten/ Kota). Sekalipun terdapat beberapa ketentuan Upah Minimum, namun Upah Minimum yang berlaku bagi setiap buruh/ pekerja dalam suatu wilayah pada suatu industri tertentu hanya satu Upah Minimum. Pengusaha dilarang membayar Upah lebih rendah dari Upah Minimum. Bagi pengusaha yang yang tidak mampu membayar Upah Minimum dapat dilakukan penangguhan. Tata cara penangguhan Upah Minimum diatur dalam Kepmenakertrans Nomor : Kep-231/Men/2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum. Permohonan penangguhan pelak`sanaan pengupahan diajukan oleh pengusaha kepada Gubernur melalui Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal berlakunya Upah Minimum. Permohonan penangguhan didasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/ serikat buruh yang tercatat. B. Dewan Pengupahan 1. Struktur Dewan Pengupahan

10 24 Dewan Pengupahan adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit. 7 (lembaga kerja sama tripartit (LKST) adalah forum komunikasi dan kolsultasi antara pemangku kepentingan tripartit (serikat pekerja, pengusaha dan pemerintah) untuk komunikasi, konsultasi dan pertimbangan). Dewan Pengupahan terdiri dari 8 : a. Dewan Pengupahan Nasional yang selanjutnya disebut Depenas; b. Dewan Pengupahan Provinsi yang selanjutnya disebut Depeprov; c. Dewan Pengupahan Kabupaten / Kota yang selanjutnya disebut Depekab / Depeko. Pembentukan Dewan Pengupahan tingkat Nasional, Provinsi, Kab./kota dibentuk oleh pejabat yang berbeda-beda. Untuk pembentukan Depenas dilakukan oleh Presiden, pembentukan Depeprov dilakukan oleh Gubernur dan Depekad/ Depeko dilakukan oleh Bupati/ Walikota. 2. Dewan Pengupahan Nasional Dewan Pengupahan Nasional dibentuk oleh Presiden, yang mempunyai tugas memberikan saran dan pengembangan Nasional. Depenas ini dapat bekerja baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta dan pihak terkait lainnya jika dipandang perlu. Susunan keanggotaan Depenas Terdiri dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, 7 Pasal 1 angka 1 Keppres Nomor 7 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan. 8 Pasal 2 3 Keppres Nomor 7 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.

11 25 Perguruan Tinggi, dan Pakar. Keanggotaan Depenas dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan komposisi perbandingan 2:1:1. Keanggotaan Depenas dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan. Keseluruhan anggota Depenas berjumlah gasal.9 Susunan keanggotaan Depenas terdiri dari : 10 a. Ketua, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah; b. Wakil Ketua, sebanyak 2 (dua) orang merangkap sebagai anggota masing-masing dari unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Organisasi pengusaha; c. Sekretaris, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah yang mewakili instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; d. Anggota Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya, Depenas dibantu oleh Sekretariat. Sekretariatan dilaksanakan oleh salah satu unit kerja yang dibentuk dan berada di lingkungan instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dibentuk oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Depenas dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri, adapun syaratsyarat agar dapat menjadi anggota Depenas sebagai berikut : 11 a. warga negara Indonesia; 9 Pasal 6 Keppres Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan 10 Pasal 7.ibid 11 Pasal ibid

12 26 b. berpendidikan paling rendah lulus Strata-1 (S-1); c. memiliki pengalaman aau pengetahuan bidang pengupahan dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Anggota Depenas diangkat untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Calon anggota Depenas dari unsur pemerintah diusulkan oleh instansi terkait kepada Menteri, Calon anggota Depenas dari unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang memenuhi syarat keterwakilan untuk duduk dalam kelembagaan ketenagakerjaan yang bersifat tripartit. Ketentuan mengenai keterwakilan unsur Serikat Pekerja/Serikat Buru diatur lebih lanjut oleh Menteri, Calon anggota Depenas dari unsur organisasi pengusaha ditunjuk dan disepakati dari dan oleh organisasi pengusaha yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku, Calon anggota Depenas dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar yang ditunjuk oleh Menteri. Tata cara pengusulan keanggotaan diatur lebih lanjut oleh Menteri. adapun hal-hal yang dapat memberhentikan anggota Depenas yaitu, Selain karena berakhirnya masa jabatan, mengundurkan diri atau selama 6 (enam) bulan berturut-turut tidak dapat menjalankan tugasnya atau dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Penggantian anggota Depenas dengan alasan tersebut diusulkan oleh

13 27 Menteri kepada Presiden setelah menerima usulan dari instansi atau organisasi yang bersangkutan. 12 Tata kerja Depenas melalui Unsur Pemerintah dan/atau unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau unsur Organisasi Pengusaha dan/atau unsur Perguruan Tinggi/Pakar menyiapkan bahan untuk dibahas dalam rapat Depenas kemudian Hasil pembahasan dituangkan dalam bentuk pokok-pokok pikiran Depenas, Pokokpokok pikiran tersebut kemudian disampaikan kepada Pemerintah dalam bentuk rekomendasi sebagai saran dan pertimbangan dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan. Depenas bersidang sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 bulan. Jangka waktu laporan mengenai laporan pekerjaan Depenas sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kepada Presiden melalui Menteri, dam Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Depenas dibebankan kepada Anggaran Belanja Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Dewan Pengupahan Provinsi Dewan Pengupahan Provinsi dibentuk oleh Gubernur yang mempunyai tugas memberikan saran, dan pertimbangan kepada 12 Pasal Keppres Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan. 13 Keppres Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.

14 28 Gubernur untuk penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP), Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK), dan Upah Minimum Sektoral (UMSK). Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengupahan Provinsi dapat bekerja dengan sama baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta. Keanggotan Depeprov terdiri dari unsur Pemerintah merangkap menjadi anggota, wakil ketua dari unsur Perguruan Tinggi/ pakar yang sekaligus merangkap sebagai anggota, sekertaris dari unsur Pemerintah yang mewakili satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan.untuk mendukung kelancaran pelaksanaannya Depeprov dibantu oleh sekertariat yang dibentuk oleh Gubernur sesuai dengar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Anggota Depeprov diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi. Adapun syarat-syarat menjadi anggota Depeprov sebagai berikut : 1. Warga Negara Indonesia; 2. Berpendidikan setara dengan-1 (S1), 3. Memiliki pengetahuan bidang pengupahan dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Masa jabatan Depeprov adalah selama 3 (tiga) Tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Masa jabatan anggota Depeprov dapat diberhentikan apabila, mengundurkan diri, selama 6 (enam) bulan berturut-turut tidak dapat

15 29 menjalankan tugasnya, atau dihikum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Tata kerja Depeprov melalui Unsur Pemerintah dan/atau unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau unsur Organisasi Pengusaha dan/atau unsur Perguruan Tinggi/Pakar menyiapkan bahan untuk dibahas dalam rapat Depeprov kemudian Hasil pembahasan dituangkan dalam bentuk pokok-pokok pikiran Depeprov, Pokokpokok pikiran tersebut kemudian disampaikan kepada Pemerintah dalam bentuk rekomendasi sebagai saran dan pertimbangan dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan. Depeprov bersidang sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 bulan. Jangka waktu laporan mengenai laporan pekerjaan Depeprov sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kepada Gubernur melalui Menteri, dam Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Depenas dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Dewan Pengupahan Kabupaten/ Kota Dewan Pengupahan Kabupaten/ Kota dibentuk oleh Bupati/ Walikota yang mempunyai tugas Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati/Walikota dalam rangka pengusulan 14 Pasal Keppres Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.

16 30 Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dan/atau Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota(UMSK) penerapan sistem pengupahan di tingkat Kabupaten/Kota. Menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional Dalam melaksanakan tugasnya, Depekab/Depeko dapat bekerja sama baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta dan pihak terkait lainnya jika dipandang perlu. Keanggotaan Depekab/Depeko, terdiri dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Perguruan Tinggi dan Pakar,Keanggotaan Depekab/Depeko dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan komposisi perbandingan 2:1:1. 3.Keanggotaan Depekab/Depeko dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan. Keseluruhan anggota Depekab/Depeko berjumlah gasal. Susunan keanggotaan Depekab/Depeko terdiri dari Ketua, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah, Wakil Ketua, merangkap sebagai anggota dari unsur perguruan tinggi/pakar, Sekretaris, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah yang mewakili Satuan Organisasi Perangkap Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang di bidang ketenagakerjaan. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaantugasnya, Depekab/Depeko dibantu oleh Sekretariat. Sekretariat dibentuk olehbupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

17 31 undangan yang berlaku. Anggota Depekab/Depeko diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/ Walikota atas usul Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Untuk dapat diangkat menjadi anggota Depekab/ Depeko, calon anggota harus memenuhi persyaratan yaitu warga negara Indonesia, berpendidikan paling rendah lulus Diploma-3 (D-3), memiliki pengalaman atau pengetahuan di bidang pengupahan dan pengembangan Sumber Daya manusia. Anggota Depekab/ Depeko diangkat untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Calon anggota Depekab/ Depeko dari unsur Pemerintah diusulkan oleh Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota kepada Bupati/ Walikota, Calon anggota Depkab/ Depeko dari unsur serikat pekerja/ serikat buruh ditunjuk oleh Serikat Pekerja/ Serikat Buruh yang memenuhi syarat keterwakilan untuk duduk dalam kelembagaan ketenagakerjaan yang bersifat tripartit. Ketentuan mengenai keterwakilan unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh diatur oleh Menteri, Calon anggota Depekab/ Depeko dari unsur organisasi pengusaha ditunjuk dan disepakati dari dan oleh organisasi pengusaha yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku. Calon anggota Depekab/ Depeko dari unsur Perguruan Tinggi dan pakar ditunjuk oleh Bupati/ Walikota. Tata cara

18 32 pengusulan keanggotaan diatur lebih lanjut oleh Bupati/ Walikota. Selain karena berakhirnya masa jabatan, anggota Depekab/ Depeko diberhentikan apabila yang bersangkutan mengundurkan diri, atau selama 6 (enam) bulan berturut-turut tidak dapat menjalankan tugasnya atau dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pembahasan rumusan saran dan pertimbangan di Depekab/ Depeko dilaksanakan melalui tahapan Unsur Pemerintah dan/ atau unsur Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan/atau unsur Organisasi Pengusaha dan/ atau unsur PerguruanTinggi/ Pakar menyiapkan bahan untuk dibahas dalam rapat Depekab/ Depeko, Hasil pembahasan dituangkan dalam bentuk pokok-pokok Depekab/ Depeko, Pokokpokok pikiran disampaikan kepada Pemerintah dalam bentuk rekomendasi sebagai saran dan pertimbangan dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan. Depekab/ Depeko bersidang sekurang-kurangnya 1 (satu) kalidalam 3 (tiga) bulan. Depekab/ Depeko menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugas sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali kepada Bupati/ Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri. Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Depekab/ Depeko dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Pasal Keppres Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.

19 33 C. Dasar Pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten (Depekab) Cilacap merekomendasikan 3 (tiga) Ketentuan Upah Minimum. Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 24 kecamatan, sedangkan kelurahan ada di 3 kecamatan eks kota administratip Cilacap. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Sidareja Gandrungmangu Kedungreja Patimuan Cipari Bantarsari Kawunganten Jeruklegi Kesugihan Maos Sampang

20 34 Kroya Adipala Binangun Nusawungu Kampung Laut Cilacap Utara Cilacap Tengah Cilacap Selatan Ibu kota Kabupaten Cilacap adalah Cilacap, yang terdiri atas kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan. Cilacap dulunya merupakan Kota Administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Kota Administratif Cilacap kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Cilacap. Di antara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di Kabupaten Cilacap adalah: Sidareja, Majenang, Karangpucung, dan Kroya. Majenang dan Sidareja menjadi pusat pertumbuhan kabupaten Cilacap di bagian Barat sedangkan Kroya dan Sampang menjadi pusat pertumbuhan di Bagian Timur. Hasil wawancara Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kab. Cilacap yang dipimpin oleh Kosasih, S.Sos, M.Si berpendapat adanya kesepakatan penggabungan nominal UMK Cilacap yang sebelumnya terbagi menjadi tiga wilayah menjadi satu keseluruhan membuat penentuan dihitung rata-rata yang di rencanakan akan dilaksanakan mulai tahun 2017

21 35 nanti 16. Melalui hasil wawancara yang dilakukan kepada wakil pemerintah di wilayah Kabupaten Cilacap di peroleh data sebagai berikut 17 : Dasar Hukum Pemerintah Kabupaten Cilacap memiliki 3 (tiga) ketetapan Upah Minimu yakni UU Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah. Nana menjelaskan bahwa pembagian wilayah tersebut dikarenakan luas wilayah Kabupaten Cilacap yang sangat luas, membuat Dewan Pengupahan Kabupaten Cilacap memiliki pertimbangan pada saat memperoleh hasil survei kebutuhan hidup layak (KHL) di wilayah Kabupaten cilacap. Hasil survei yang berbeda beda membuat pemerintah kabupaten harus berlaku adil khususnya dalam menentukan besaran Upah Minimum. Wilayah Timur Kabupaten Cilacap didominasi oleh Industri. Wilayah Kota didominasi perindustrian dan wilayah Barat didominasi oleh perkebunan. Hal ini yang menjadi dasar untuk pembahasan Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap tentunya pembahasan ini dilakukan bersama wakil pemerintah wakil pengusaha dan wakil pekerja. Laju inflasi Pertumbuhan ekonomi juga tidak kalah penting bagi Dewan Pengupahan Kabupaten Cilacap dalam menetapkaan besaran Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap 18. Pada tahun 2016 Kabupaten Cilacap memiliki Upah Minimum sebagai berikut : - Cilacap kota sebesar Rp Copyright Radarbanyumas.co.id diakses pada 18 agustus 2016 pkl Wawancara dengan Pustika Permanasari ( Nana ),Seksi Hubungan Industrial Kabupaten Cilacap tanggal 11 Agustus Pustika permanasari Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kab.Cilacap 11/08/2016.

22 36 - Cilacap Timur sebesar Rp Cilacap Barat sebesar Rp Hasil wawancara perwakilan Pengusaha di wilayah Hukum Kabupaten Cilacap. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, atau perusahaan bukan miliknya, atau perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia 19. Melalui hasil wawancara yang dilakukan kepada pengusaha baik di wilayah Kota, wilayah Timur, wilayah Barat di peroleh data sebagai berikut: - Pengusaha di wilayah Cilacap Kota 20 PT Putra Tunggal Berdikari berada di Jalan Tentara Pelajar Nomor 219 Cilacap, dipimpin oleh Agus Pambudhi selaku pemilik perusahaan ini. PT Putra Tunggal Berdikari memiliki jumlah pekerja sebanyak ±530 sebagai pekerja tetap. Kami adalah salah satu agen aspal drum resmi pertamina di Cilacap Jawa Tengah. Wilayah Cilacap kota merupakan wilayah padat perindustrian yang beranekaragam. Cilacap kota juga memiliki upah sektoral tersendiri terutama bagi pekerja industri semen dan pekerja di sektor minyak dan gas bumi. Perusahaan Kami tidak termasuk dalam 19 Bab I ayat 1 poin 5 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 20 Wawancara dengan Pengusaha PT Putra Tunggal Berdikari pada tanggal 12 Agustus 2016

23 37 perusahaan yang menggunakan Upah Sektoral, melainkan Upah Minimum Kota yang menjadi dasar pengupahan Perusahaan kami yaitu sebesar Rp Jadi menurut mereka pengupahan di perusahaan mereka sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, dalam hal ini mereka tetap memperhatikan kesejahterakan pekerja/ buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan Nomor 13 Tahun 2003 tentaang Ketenagakerjaan 21. Tetapi menurut media masa yang belakangan ini heboh di wilayah Kabupaten Cilacap tentang wacana penyatuan Upah Minimum yang akan di laksanakan pada tahun Menanggapi tentang 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum tersebut menurut mereka sah-sah saja selagi pemerintah melakukannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memiliki alasan yang dapat dipertangung jawabkan. - Pengusaha di wilayah Cilacap Timur 22 PT Toxindo Prima bergerak di Bidang Usaha Pembekuan Ikan dan Biota Laut berada di Jalan Lingkar Timur Nomor 5 Tegalkamulyan, Cilacap. Dipimpin oleh Bapak mulyadi selaku pemilik perusahaan ini. PT Toxindo Prima bergerak di bidang pembekuan ikan dan Biota laut yang memiliki jumlah pekerja ± 500 pekerja. 21 Agus pambudhi PT putra tunggal berdikari, jl tentara pelajar 219 cilacap. Jumat 12/08/ Wawancara dengan Pengusaha PT Toxindo Prima tanggal 15 Agustus 2016

24 38 Tanggapan mengenai 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap, Mulyadi rasa telah mendapat persetujuan dari berbagai pihak bahkan Gubernur telah mengesahkan 3 (tiga) ketetapan Upah tersebut, Mulyadi sebagai pengusaha hanya menjalankan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama antara pemerintah, pekerja, pengusaha dalam pembentukan besaran Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap. Untuk melaksanakan pengupahan kepada para pekerja mereka membayar pekerja sesuai dengan besaran Upah Minimum wilayah Cilacap Timur yaitu sebesar Rp Meskipun terdapat perbedaan antara Upah Minimum wilayah cilacap Kota, cilacap Timur dan cilacap Barat kami memaklumi dan tetap menghormati keputusan Pemerintah demi kebaikan bersama terutama di wilayah Kabupaten Cilacap Pengusaha di wilayah Cilacap Barat 24 PT Kharisma Buana Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di Bidang Usaha Garmen berada di Jalan Karangpucung Nomor 5, Cilacap, dipimpin oleh bapak purwanto pemilik dari perusahaan ini. PT Kharisma Buana Jaya memiliki jumlah pekerja sebanyak ± 750 orang, menanggapi pertanyaan diatas menurut mereka tentang adanya 3 (tiga) penetapan Upah Minimum sah-sah saja karena Upah Minimum itu sendiri merupakan hasil dari perhitungan Kebutuhan hidup layak 23 Mulyadi, PT Toxindo Prima. Senin 15/08/ Wawancara dengan Pengusaha PT Kharisma Buana Jaya pada tanggal 16 Agustus 2016

25 39 masing-masing wilayah. Cilacap memiliki wilayah yang sangat luas dan pertumbuhan ekonominya juga berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Terutama di wilayah kota otomatis kebutuhan hidup menjadi lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan di wilayah lainnya. Apalagi pekerja yang sudah berkeluarga tentu kebutuhannya sama antara pekerja di wilayah kota, wilayah Timur dan wilayah barat25. berkomentar tentang adanya isu perubahan 3 (tiga) wilayah menjadi 1 (satu) pengupahan memerlukan kejelian dalam melakukan survei harga kebutuhan hidup di masing-masing wilayah, sehingga nantinya tidak ada pihak yang dirugikan baik pemerintah, pengusaha maupun pekerja/ buruh. Intinya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Hasil wawancara perwakilan Pekerja/ buruh di wilayah Hukum Kabupaten Cilacap. Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain 26. Melalui hasil wawancara yang dilakukan kepada pekerja baik di wilayah Kota, wilayah Timur, wilayah Barat di peroleh data sebagai berikut : - Pekerja di wilayah Cilacap Kota Purwanto PT Karisma Buana Jaya selasa 16/08/ Bab I ayat 1 poin 3 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 27 Wawancara dengan Pekerja dengan Imam Sulaiman, Kepala Gudang PT Putra Tunggal Berdikari pada tanggal 12 Agustus 2016

26 40 Imam Sulaiman, pekerja di Bagian Kepala Gudang PT Putra Tunggal Berdikari, memberi penjelasan sebagai berikut: a. Kalau tidak salah semenjak Tahun 2002 terdapat 3 (tiga) ketetapan tersebut diterapkan di wilayah Kabupaten Cilacap. b. Mengenai ketetapan tersebut Imam Sulaiman merasa Pemerintah Kabupaten Cilacap terlalu berani mengambil resiko tentu banyak hal yang Imam Sulaiman tidak ketahui dasar pertimbangan apakah yang pemerintah Kabupaten Cilacap terapkan dalam mengajukan besaran Upah Minimum, Imam Sulaiman juga tidak terlalu setuju tentang pembagian 3 (tiga) wilayah Upah Minimum tersebut, tapi apa boleh buat sudah menjadi hal yang tidak asing lagi, sebagai pekerja/buruh orang yang membutuhkan penghasilan untuk kehidupan sehari-hari harus taat kepada peraturan perusahaan. belakangan ini pekerja sering mengadakan demo mengenai hasil Kebijakan yang telah dibuat Pemerintah Kabupaten Cilacap. Pemerintah yang dimaksud yaitu Dewan Pengupahan Kabupaten. Pemerintah dianggap tidak adil, tidak memanusiakan pekerja membedabedakan antara pekerja di wilayah Kota, wilayah Timur dan wilayah Barat 28. Sehingga harapan mereka sebagai 28 Imam sulaiman kepala Gudang PT Putra Tunggal berdikari jumat 12/08/2016

27 41 pekerja dapat mendapat Upah yang layak dan terjamin kelangsungan hidupnya. c. Menurut Imam Sulaiman sebagai pekerja, pemerintah harus lebih terbuka dan melakukan sosialisasi agar pekerja tidak berfikiran hal-hal yang salah atas pertimbangan Pemerintah Kabupaten dalam penetuan besaran Upah Minimum, Imam Sulaiman rasa pemerintah memiliki pertimbangan yang sangat matang dalam penetapan Upah Minimum sebelumnya Khususnya di wilayah Kabupaten Cilacap. Bagi para pekerja Upah merupakan hidup mereka sebaiknya ketetapan 3 (tiga) wilayah Upah Minimum tersebut diubah menjadi satu ketetapan Upah Minimum sehingga mereka dapat merasakan apa yang menjadi hak mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pekerja di wilayah Cilacap Timur 29 Wawancara dengan Siti Badriyah, Sekretaris PT Toxindo Prima memberi penjelasan sebagai berikut: a. Siti Badriyah tidak mengetahui tentang adanya 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap. 29 Wawancara dengan Siti Badriyah, Sekretaris PT Toxindo Prima pada tanggal 15 Agustus 2016

28 42 b. Menanggapi hal tersebut Siti Badriyah rasa terlalu membingungkan kenapa di wilayah Kabupaten cilacap terdapat 3(tiga) Upah, bahkan Siti Badriyah yang bekerja selama ± 5 tahun baru mendengar permasalah tersebut. Setahu Siti Badriyah setiap wilayah kota/kab seharusnya hanya memiliki satu ketetapan Upah minimum 30. Dasar pertimbangan apa yang diperhitungan oleh pemerintah membagi wilayah Kabupaten Cilacap di bagi menjadi 3(tiga) Upah, hal itu mungkin yang perlu di evaluasi dan dijelaskan langsung kepada para pekerja/buruh baik di wilayah Kota, wilayah Timur maupun wilayah Barat terutama di Kabupaten Cilacap. c. Menurut Siti Badriyah ketetapan Upah Minimum di suatu wilayah harus 1 ketetapan. Agar tidak terjadi kecemburuan sosisal antara pekerja di wilayah Kota dengan pekereja di wilayah Timur maupun Barat. Siti Badriyah berharap Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap sesuai dengan peraturan yang berlaku, sesuai dengan hak para pekerja dan pengusaha wajib membayar gaji sesuai ketetapan Upah Minimum di wilayah Hukumnya. Kalau terus diterapkan maka dampaknya nanti penumpukan pertumbuhan ekonomi 30 Siti badriyah PT Toxindo Prima jl. Lingkar timur no 5 tegalkamulyan. Cilacap senin 15/08/2016.

29 43 terjadi di wilayah yang Upah Minimumnya lebih besar, itu tidak baik menurut Siti Badriyah untuk Kabupaten Cilacap sendiri - Pekerja di wilayah Cilacap Barat 31 Sudi Muji Hartono Bagian Operator PT Kharisma Buana Jaya memberikan keterangan sebagai berikut: 1. Sudi Muji Hartono tidak mengetahui tentang adanya 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum yang Sudi Muji Hartono tahu hanya Upah Minimum di tempat Sudi Muji Hartono bekerja yaitu sebesar Rp ,-. 2. Jadi menurut Sudi Muji Hartono perlu diadakannya sosialisasi secara langsung kepada pekerja dan Sudi Muji Hartono sebagai pekerja benar-benar tidak mengetahui tentang adanya 3 (tiga) Ketetapan Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap. 3. Harapnya Sudi Muji Hartono Upah Minimum di wilayah Kabupaten Cilacap di samaratakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan Sudi Muji Hartono sebagai pekerja dapat merasakan upah sesuai dengan hak Sudi Muji Hartono sebagai pekerja. Menurut Sudi Muji Hartono dengan dijadikannya 1 (satu) ketetapan Upah Minimum pekerja merasa diperlakukan secara adil tanpa merasa dibenda-bedakan antara pekerja di wilayah 31 Wawancara dengan Sudi Muji Hartono, Bagian Operator PT Kharisma Buana Jaya pada tanggal

30 44 Cilacap Kota, Wilayah Cilacap Timur, dan wilayah Cilacap Barat 32. Sudi Muji Hartono berharap pemerintah meninjau kembali tentang kebijakan tersebut karena menurut Sudi Muji Hartono kebutuhan hidup di wilayah Cilacap sama sehingga tidak perlu adanya perbedaan Upah antara pekerja di wilayah Kabupaten Cilacap. D. Analisis terhadap Dasar Pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten Cilacap Dalam penetapan Upah Minimum, instansi yang paling berperan adalah Dewan Pengupahan yang berfungsi merumuskan abesaran Upah Minimum yang menjadi dasar penetapan Upah Minimum oleh Kepala Daerah. Dewan Pengupahan adalah lembaga nonstruktural yang bersifat tripartit yang bertugas untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam menetapkan Upah Minimum dan menerapkan sistem pengupahan serta menyiapkan bahan perumusan sistem pengupahan. Dewan ini terdiri atas tripartit dengan model keterwakilan berimbang yang melakukan perundingan setiap tahun untuk menetapkan besaran Upah Minimum. Dasar utama untuk mendapatkan angka usulan kenaikan Upah Minimum adalah survei harga pasar Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Hasil pengamatan terhadap proses pembahasan Upah Minimum di Dewan Pengupahan tingka Kabupaten/Kota menunjukan bahwa semua 32 Sudi muji hartono, operator PT Kharisma buana jaya.cilacap selasa 16/08/2016.

31 45 proses yang berjalan tampaknya berlangsung secara demokrasi dan sesuai dengan tata laksana kerja Dewan Pengupahan. Semua unsur yang tergabung dalam Dewan Pengupahan mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan aspirasi. Wakil serikat Buruh menggunakan kesempatan tersebut untuk bernegosiasi mengenai besaran Upah Minimum yang dikehendakinya dengan wakil pengusaha dan wakil pemerintah. Namun pada akhirnya buruh tetap meras tidak puas dengan keputusan yang dihasilkan oleh Dewan Pengupahan karena meskipun wakil serikat buruh dapat menyampaikan aspirasi secara terbuka, ternyata aspirasi tersebut tidak terkomodasikan ke dalam hasil keputusan Dewan Pengupahan. Buruh harus menghadapi suatu strategi yang dapat menghambat keikutsertaanya dalam dalam pengambilan keputusan. Mekanisme voting, disatu sisi, dapat menjadi salah satu alat perjuangan buruh untuk memasukan kepentingannya tetapi, disisi lain dapat merugikan buruh. Jika semua pihak yang ada di Dewan Pengupahan memainkan perannya masingmasing, sementara pemerintah berfungsi sebagai fasilitator dan mediator antara buruh dan pengusaha, maka buruh dihadapkan pada sesuatu yang adil. Hal ini harus ditunjang dengan kemampuan negosiasi yang baik agar buruh dapat mengimbangi kapasitas yang dimiliki oleh pihak pengusaha. Namun jika pemerintah berkepentingan untuk lebih berpihak kepada pemegang modal, yaitu pengusaha maka buruh akan sulit memperjuangkan kepentingannya karena harus terhadap dengan aliansi antara pengusaha dan pemerintah.

32 46 1. Pemerintah Melalui hasil wawancara yang dilakukan kepada pemrintah terutama Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Cilacap tidak melaksanakan Pengupahan sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan alasan karena wilayah Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah yang sangat luas sehingga dalam penetapan Upah Minimum Kabupaten Cilacap membaginya menjadi 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum sesuai dengan wilayah masing-masing yaitu 33 : - Upah Minimum Wilayah Cilacap Kota. - Upah Minimum Wilayah Cilacap Timur, dan - Upah Minimum Wilayah Barat. Selain luas wilayah pemerintah juga menjelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi juga sangat berpengaruh dalam menentukan besaran Upah Minimu, dalam hal ini Wilayah Cilacap Kota sangat mendominasi dari wilayah Cilacap lainnya sehingga dalam menetapkan Upah Minimm wilayah Cilacap Kota memperoleh nominal yang lebih besar daripada wilayah Cilacap Timur maupun Cilacap Barat. 2. Pengusaha Melalui hasil observasi pengusaha di wilayah Kabupaten Cilacap tidak mengetahui aturan-aturan hukum yang berlaku terutama 33 UU Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah

33 47 dalam bidang Ketenagakerjaan. Pengusaha di wilayah Kabupaten Cilacap, merasa bahwa standar Upah yang diberikan pada pekerja yaitu wilayah Cilacap Kota sebesar Rp wilayah Cilacap Timur sebesar Rp dan wilayah Cilacap Barat sebesar Rp selain mengenai Upah Minimum, antara lain yang ada dalam hukum ketenagakerjaan seperti waktu kerja, cuti kerja, tidak masuk bekerja karena berhalangan, dan hal lain yang terkait dengan pengupahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pengusaha di wilayah Kabupaten Cilacap tidak mengetahui tentang ketentuan ketetapan Upah Minimum di setiap wilayah kota/kabupaten. Mengenai hal tersebut, sangat diperlukan adanya peran pemerintah untuk melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan perundang-undangan mengenai Upah Minimum sudah dilaksanakan atau belum, apabila belum apa yang menjadi penyebab hal tersebut dan pemerintah dapat memberikan pembinaan terutama kepada para pekerja mengenai hukum ketenagakerjaan agar tidak ada perselisihan antara pekerja dengan pemerintah. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan Dewan Pengupahan Kabupaten mampu mengerti keadaan pekerjanya, bukan hanya sekedar mendapat data dari perwakilan pekerja saja dalam pembahasan penetapan Upah Minimum Kabupaten. 3. Pekerja

34 48 Melalui hasil wawancara yang dilakukan kepada para pekerja di wilayah Cilacap Kota, Cilacap Timur dan Cilacap Barat, diketahui bahwa pekerja tidak mengetahui mengenai aturan-aturan hukum dan tidak tahu juga bahwa dirinya dilindungi secara hukum. Pekerja di wilayah Cilacap Kota, Cilacap Timur dan Cilacap Barat merasa bahwa Upah yang diberikan oleh perusahaan masing-masing sama per-bulannya, dan sama dengan ketetapan Upah Minimum daerah Kabupaten/Kota yang hanya memiliki 1(satu) ketetapan Upah Minimum. Mengetahui adanya hal tersebut, sangat diperlukan adanya peran dari pemerintah secara langsung dan memberikan sosialisasi kepada para pekerja di wilayah Kabupaten Cilacap. Dengan adanya peran pemerintah ini diharapkan mampu memberikan pembinaan dan sosialisasi kepada pekerja, terutama bagi pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah, dengan adanya sosialisasi ini diharapkan para pekerja dapat mengetahui dan menambah wawasannya mengenai hukum ketenagakerjaan beserta segala peraturan yang diatur didalam hukum ketenagakerjaan. Pada akhirnya, dengan bertambahnya pengetahuan pekerja terutama bagi pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah, diharapkan hal ini dapat meleburkan batas pemisah antara golongan pengusaha dan juga pekerja, karena pekerja telah mampu menunjukan kepada pengusaha atas apa hak-hak yang seharusnya diterimanya, sehingga posisi pekerja bukan lagi sebagai posisi yang lemah.

35 49 Akibat adanya 3 (tiga) ketentuan upah minimum di Kabupaten Cilacap dirasakan sebagai sesuatu yang tidak adil bagi para pekerja. Keadilan ditempat kerja diperlukan agar tidak ada diskriminasi antar sesama pekerja. Adil di tempat kerja mencakup pembagian gaji yang sama, tidak adanya diskriminasi gender, mendapat sarana pelatihan pengembangan kemampuan yang sama. Kondisi adil dalam lingkungan kerja adalah kondisi dimana pekerja mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama dalam melaksanakan pekerjaannya.

36 50

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 98 Undang-undang Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEWAN PENGUPAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA Membaca : Hasil

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 74 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENGUPAHAN KABUPATEN KULON PROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di

Lebih terperinci

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Proses

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 19 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 24, 2005 KETENAGAKERJAAN. BURUH. UMR. Hubungan Industrial. Serikat Pekerja. Kerja sama (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN Disampaikan pada acara: Members Gathering APINDO, Thema Implementasi PP Pengupahan, Gedung Permata Kuningan, Desember 2015 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA Diana Fajarwati ABSTRACT Minimum regional wages is set by the government based on recommendation of the Board of Governors Wages. Minimum wage of city

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA Menimbang : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 255/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 32/MEN/XII/2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Provinsi Jawa Tengah 1 Dasar Hukum 2 1. Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP ; PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN 201424 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

pada huruf a, dan sesuai hasil konsultasi dengan Dewan PerwakUan Rakyat Daerah Provinsi Jawa TcnSi pes a b u ^ / K ^ * ^vinsi Jawa

pada huruf a, dan sesuai hasil konsultasi dengan Dewan PerwakUan Rakyat Daerah Provinsi Jawa TcnSi pes a b u ^ / K ^ * ^vinsi Jawa GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4-/ 73 / 2011 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan Pengupahan Upah Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu PK,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2015 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTITT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTITT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTITT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai tenagakerja di Indonesia merupakan masalah nasional yang memang sulit diselesaikan. Selama ini pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH DASAR Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTAALI

WALIKOTA YOGYAKARTAALI WALIKOTA YOGYAKARTAALI PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 234 TH 2003

KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.234 /MEN/2003 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PADA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 231 TH 2003

KEPMEN NO. 231 TH 2003 KEPMEN NO. 231 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 231 /MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG PENETAPAN BESARNYA UPAH MINIMUM PROVINSI (UMP), UPAH MINIMUM SEKTORAL DAN SUB SEKTORAL PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DENGAN

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN MURUNG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010

187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010 187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010 Contributed by Administrator Monday, 16 November 2009 Pusat Peraturan Pajak Online KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN TAHUN 2016 KABUPATEN BARITO SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

PERANAN DEWAN PENGUPAHAN TERHADAP PENETAPAN UPAH MINIMUM

PERANAN DEWAN PENGUPAHAN TERHADAP PENETAPAN UPAH MINIMUM PERANAN DEWAN PENGUPAHAN TERHADAP PENETAPAN UPAH MINIMUM Thamrin S Fakultas Hukum Universitas Islam Riau E-mail : thamrins@law.uir.ac.id Abstrak Dalam kehidupan manusia selalu berusaha untuk memenuhi segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berbadan hukum atau tidak, milik orang perorangan, persekutuan atau badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berbadan hukum atau tidak, milik orang perorangan, persekutuan atau badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain 2. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha

Lebih terperinci

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/51/2007 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/51/2007 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008 Membaca : KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/51/2007 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau Jawa dikuasai oleh Inggris. Pada saat itu, pemerintahan yang dipimpin oleh Letnan Jendral

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2015 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2016 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA 2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal Asing 2.1.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN LAMANDAU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 119 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP Sekapur Sirih Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan salah satu agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, pada tahun 2010

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-15/MEN/VII/2005 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA PERTAMBANGAN UMUM PADA DAERAH OPERASI TERTENTU MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2013 KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92 " 115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah;

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92  115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah; 3. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; 5.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT PADA KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2016 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2017 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN TAHUN 2016 KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG Membaca : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENGUJIAN, PEMBERIAN

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DAN BADAN

Lebih terperinci