BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun ajaran 2013-
|
|
- Hadi Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo yang terletak di Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun ajaran Sekolah ini didirikan pada tahun Di sekolah ini terdapat 1 orang kepala sekolah, dan 11 Guru, yang terdiri dari PNS dan GTT (Honor) dengan jumlah siswa sebanyak 139 yang terbagi dalam 6 (enam) rombongan belajar (Rombel). Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti melakukan penelitian terhadap Guru kelas I (Satu) sampai kelas VI (Enam). Adapun penelitian ini mengenai deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika. Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan proses pembelajaran, dapat diketahui bahwa pelajaran matematika untuk kelas tinggi diajarkan oleh 1 orang Guru, dan untuk kelas rendah diajarkan oleh guru kelas masing-masing. Sehingga peneliti melakukan wawancara pada 2 orang guru yaitu Guru yang mengajarkan matematika untuk kelas tinggi dan guru kelas III (tiga), karena untuk kelas rendah proses pembelajarannya tematik, sehingga peneliti hanya mengambil sampel dari ketiga guru tersebut. a. Wawancara Penelitian ini diawali dengan teknik wawancara yang dilaksanakan pada tanggal agustus 2013 dengan mewawancarai dua orang guru yang terdiri dari
2 guru kelas III (tiga) dan guru mata pelajaran. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika dan Guru kelas III (tiga). Nama S.A, jabatan guru mata pelajaran matematika untuk kelas tinggi (IV, V dan VI), beliau bertugas di sekolah ini sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang. Selama ini, beliau hanya memegang dan mengajarkan mata pelajaran matematika untuk kelas tinggi 1. Mengacu Pada Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) Peneliti: Bagaimana pemahaman bapak/ibu tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: Menurut saya pendekatan Mastery Learning merupakan suatu pendekatan yang menuntut guru untuk membimbing siswa hingga menguasai materi yang diajarkan secara utuh. Peneliti: Apa dasar bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: yang menjadi dasar saya menerapkan pendekatan ini adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang telah saya ajarkan, hingga saya terdorong untuk menerapkan pendekatan ini. Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: Cara saya menerapkan pendekatan ini yaitu dengan membimbing siswa melalui contohcontoh yang berhubungan dengan materi yang saya ajarkan, sehingga siswa mampu menguasai materi tersebut dan mampu mencapai standar nilai yang telah ditetapkan.
3 Peneliti: Menurut bapak/ibu, apa ciri-ciri pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: menurut saya, ciri-ciri pendekatan Mastey Learning (belajar tuntas) adalah siswa dapat belajar dengan baik, jika situasi belajarnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Peneliti: Apakah dalam penerapan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, bapak/ibu mengalami kesulitan?, Apa kesulitannya? Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: iya, saya mengalami, tapi tidak terlalu sulit. Bahkan dengan pendekatan ini saya merasa ditantang untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi yang saya ajarkan. kesulitannya berupa menyatukan perbedaan karakteristik siswa. Dan cara mengatasinya adalah melaksanakan tugas mengajar dengan ikhlas dan sabar, sehingga semua dapat berjalan dengan lancar. Peneliti: Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: kelemahannya adalah guru sulit beradaptasi dengan pendekatan ini, karena mereka terbiasa dengan teknik mengajar yang lama. Sedangkan kelebihannya adalah dengan menerapkan pendekatan ini, siswa mampu menguasai materi secara utuh dan mampu mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan Peneliti: Apakah setelah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), bapak/ibu dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa khususnya pada pembelajaran matematika? Informan: tentu, kemajuan siswa dapat diketahui dengan cara memberikan tes-tes yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan.
4 Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: yang saya lakukan adalah dengan memberikan tambahan jam belajar dan melanjutkan ke materi selanjutnya. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: yang saya lakukan adalah memberikan pengulangan kepada siswa tersebut hingga benarbenar menguasai materi yang saya ajarkan agar bisa melanjutkan ke materi yang selanjutnya bersama dengan siswa yang lainnya. 2. Mengacu pada pelaksanaan tes diagnosa kemajuan (diagnostic progress test) Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu untuk mengetahui kemajuan dari siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dengan melakukan tes tertentu?, Bentuk tesnya seperti apa?, dan mengapa harus diberikan tes seperti itu? Informan: ya. Bentuknya tes tertulis, karena dengan tes ini siswa mampu mengungkapkan segala hal yang diketahuinya. Peneliti: Kapan tes tersebut diberikan?. Informan: tes ini biasanya diberikan setelah materi yang diajarkan selesai, yaitu pada saat ulangan harian dan ulangan semester.
5 Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa tersebut?. Informan: cara saya adalah menyusun tes berdasarkan tingkat kesulitan materi, yaitu mulai dari mudah sampai sukar. Peneliti: Apakah dalam penyusunan tes, bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalannya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ada, kendalanya adalah dalam menyesuaikan redaksi kalimat pertanyaan agar dapat dimengerti oleh siswa dan cara mengatasinya adalah dengan membuat kalimat-kalimat sederhana yang menggunakan bahasa baku dan mudah dimengerti siswa. Peneliti: Dalam pelaksanaannya, apakah bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ada, kendalanya seperti siswa yang tidak paham dengan pertanyaan dan menanyakannya kepada teman lain, sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas dan saya mengatasinya dengan memberikan alternatif berupa perintah seperti jangan ribut atau jika ada pertanyaan, tanyakan sama saya. Peneliti: Selanjutnya, dalam pelaksanaan tes tersebut kadang kala ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tes tersebut, menurut ibu, apa kesulitannya dan apa penyebabnya?. Informan: kesulitan-kesulitannya adalah dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan, dan menurut saya penyebabnya adalah siswa tersebut tidak belajar. 3. Mengacu pada pelaksanaan program pengayaan Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari pengayaan tersebut?. Informan: pengayaan adalah bentuk tindakan guru ke siswa berupa pemberian tambahan jam belajar
6 Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program pengayaan tersebut?. Informan: tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah saya ajarkan. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program pengayaan ini?. Informan: cara saya adalah memberikan buku-buku pelajaran yang ada hubungannya dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan selanjutnya saya memberikan latihan-latihan untuk diselesaikan oleh siswa tersebut. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program pengayaan sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi yang telah diajarkan tetapi tidak menyimpang dari KD-KD yang terkait. Peneliti: Kapan program pengayaan ini biasa dilaksanakan?. Informan: pelaksanaannya setelah ulangan harian atau ulangan semester. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program pengayaan ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya?. Informan: setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami kemajuan. Siswa mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan membuahkan hasil yang memuaskan sesuai dengan KKM. 4. Mengacu pada pelaksanaan program remedial Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari remedial tersebut?. Informan: Remedial adalah program pengulangan bagi siswa yang kurang mampu memahami materi yang telah diajarkan.
7 Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program remedial tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program remedial ini?. Informan: caranya adalah memberikan bimbingan kepada setiap siswa yang tidak mampu menguasai metri yang diajarkan secar perorangan. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program remedial sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi berdasarkan KD-KD yang telah dipelajari. Peneliti: Kapan program ini biasa dilaksanakan?. Informan: program ini dilaksanakan setelah menganalisis hasil yang diperoleh siswa. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, mengalami. Buktinya siswa mampu menguasai materi yang dupelajari dan memperoleh nilai yang tingi berdasarkan KKM yang telah ditentukan Nama H.M, jabatan guru Kelas III (tiga), beliau bertugas di sekolah ini sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. 1. Mengacu Pada Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) Peneliti: Bagaimana pemahaman bapak/ibu tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: Mastery Learning (belajar tuntas) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai materi secara tuntas
8 Peneliti: Apa dasar bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: dasar saya menerapkan pendekatan ini adalah Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, selama ini umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi pembelajaran secara tuntas Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan menggunakan pendekatan tutorial, yaitu menjadikan siswa yang mampu untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa yang lainnya. Peneliti: Menurut bapak/ibu, apa ciri-ciri pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: ciri-cirinya adalah pendekatan ini dilaksanakan secara perorangan dalam satu kelompok. Peneliti: Apakah dalam penerapan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, bapak/ibu mengalami kesulitan?, Apa kesulitannya? bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya, kesulitannya berupa sikap siswa yang acuh tak acuh terhadap guru yang mengajar, sehingga guru harus mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya tetapi saya mengatasinya dengan memberikan penguatan-penguatan positif berupa memberikan hadiah bagi siswa yang mampu mengulangi materi yang telah saya ajarkan, sehingga siswa menjadi antusias dalam belajar. Peneliti: Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: kelemahannya adalah memaksa siswa untuk menguasai materi secara tuntas, sehingga bagi siswa yang memiliki bakat rendah
9 lambat menguasai materi tersebut, sedangkan kelebihannya adalah dapat membantu siswa untuk mencapai standar nilai yang mengacu pada KKM. Peneliti: Apakah setelah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), bapak/ibu dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa khususnya pada pembelajaran matematika? Informan: ya, setelah menerapkan pendekatan ini saya dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa yaitu dengan melihat hasil yang diperoleh siswa itu sendiri. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi, saya akan memberikan tambahan jam belajar dan menjadikan dia sebagai tutor bagi teman-temannya yang tertinggal. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan:yang saya lakukan adalah memberikan pengulangan atau remedial secara khusus mengenai materi yang belum dikuasainya. 2. Mengacu pada pelaksanaan tes diagnosa kemajuan (diagnostic progress test) Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu untuk mengetahui kemajuan dari siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dengan melakukan tes tertentu?, Bentuk tesnya seperti apa?, dan mengapa harus diberikan tes seperti itu? Informan: ya. Bentuknya berupa
10 soal-soal yang harus diselesaikan siswa karena dengan menyelesaikan soal-soal tersebut saya dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi. Peneliti: Kapan tes tersebut diberikan?. Informan: tes ini biasanya diberikan setelah satu materi telah selesai, artinya setelah materi diajarkan akan diberikan tes. Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa tersebut?. Informan: cara saya menyusun tes tersebut adalah menyususn berdasarkan tingkat kesulitan dan berdasarkan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dalam penyusunan tes, bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya. Kendalanya adalah menyesuaikan pertanyaan berdasarkan tingkat kesulitannya dan cara mengatasinya adalah saya harus tetap semangat dalam menyusun tes tersebut demi anak didik saya. Peneliti: Dalam pelaksanaannya, apakah bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya. Kendalanya adalah waktu yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Cara mengatasinya adalah memberikan peringatan kepada siswa tentang waktu yang tersisa untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Peneliti: Selanjutnya, dalam pelaksanaan tes tersebut kadang kala ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tes tersebut, menurut ibu, apa kesulitannya dan apa penyebabnya?. Informan: kesulitannya adalah dalam pemanfaatan waktu. Penyebabnya adalah siswa terlalu fokus pada satu
11 pertanyaan, sedangkan masih banyak pertanyaan yang harus diselesaikan, sehingga siswa tidak menyelesaikan pertanyaan lainnya.. 3. Mengacu pada pelaksanaan program pengayaan Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari pengayaan tersebut?. Informan: pengayaan adalah penguatan pada materi yang telah diajarkan dengan memberi tugas membaca, tutor sebaya, diskusi, dan lain-lain. Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program pengayaan tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal terhadap materi yang telah dipelajari Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program pengayaan ini?. Informan: caranya adalah memberikan latihan-latihan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program pengayaan sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan pada program ini disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari Peneliti: Kapan program pengayaan ini biasa dilaksanakan?. Informan: program ini diberikan pada akhir semester. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program pengayaan ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, siswa mengalami kemajuan.
12 4. Mengacu pada pelaksanaan program remedial Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari remedial tersebut?. Informan: remedial adalah program pengulangan kepada siswa yang mencapai tingkat ketuntasan. Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program remedial tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program remedial ini?. Informan: caranya adalah menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar siswa. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program remedial sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi yang telah dipelajari sebelumnya. Peneliti: Kapan program ini biasa dilaksanakan?. Informan: Pembelajaran remedial diberikan setelah siswa mempelajari satu atau beberapa materi tertentu yang diuji melalui Ulangan Harian. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, mengalami kemajuan. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo telah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) khususnya pada pembelajaran matematika, berdasarkan strategi pembelajarannya, yaitu melaksanakan tes diagnosa kemajuan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi,
13 melaksanakan program pengayaan bagi siswa yang menguasai materi secara tuntas dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang tidak menguasai materi secara tuntas. Selain itu, peneliti melakukan studi dokumentasi sehingga diperoleh data mengenai ketuntasan siswa pada pelaksanaan Ulangan Mid Semester I tahun ajaran setelah melaksanakan program pengayaan dan remedial. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut: Kelas KKM Jumlah Siswa tuntas Siswa tidak tuntas ket Siswa Jlh % Jlh % I % 3 15% II ,31% 2 7,69% III ,67% 1 3,33% IV ,71% 3 14,29% V ,47% 2 10,53% VI % 0 100% Jumlah Total ,09% 11 7,91% Tabel I (Ketuntasan siswa pada Ulangan Mid Semester I) Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada tabel di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 128 siswa atau 92,09%, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 11 siswa atau 7,91% dari jumlah siswa seluruhnya. b. Dokumentasi Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah, teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh bukti pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Bukti-bukti penelitian berupa foto-foto pada
14 proses pembelajaran dan pelaksanaan wawancara dengan guru kelas dan guru mata pelajara matematika. Berdasarkan pedoman wawancara dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian, diperoleh hasil wawancara dan dokumen-dokumen yang valid. Dari hasil tersebut, peneliti menemukan dua temuan, yaitu temuan umum dan temuan khusus. Adapun gambaran dari kedua temuan tersebut adalah sebagai berikut Temuan Umum Secara umum, peneliti menemukan bukti bahwa pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaannya. Pendekatan ini sangat cocok digunakan pada pembelajaran matematika, karena lebih menuntut para guru untuk membimbing dan memberikan latihan kepada siswa hingga siswa tersebut mampu mengingat dan memahami materi yang telah diajarkan Temuan Khusus Secara khusus, peneliti menemukan bahwa dalam pelaksanaan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, guru dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi yang telah diajarkan. Pada pelaksanaannya, guru memberikan pengayaan bagi siswa yang mengalami kemajuan dalam penguasaan materi dan memberikan remedial bagi siswa yang tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan. Dengan demikian pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi secara tuntas dan memperoleh hasil sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
15 4.2. Pembahasan Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) merupakan pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan yang berdasar pada pandangan filosofis yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi belajar yang tepat. Sehingga pendekatan ini meuntut siswa untuk menguasai bahan ajar secara tuntas atau secara keseluruhan. Pada pembelajaran matematika, pendekatan ini menuntut guru untuk membimbing dan menyertakan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka memahami, melaksanakan, dan menyimpulkan materi yang diajarkan sehingga siswa merasa terbimbing. Selain itu, pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) menuntut guru untuk menciptakan kondisi belajar yang bebas dari ketertekanan atau yang disebut dengan kondisi belajar yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan penerapan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Dalam strategi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut. a. Tes Diagnosa Kemajuan (Diagnostic Progress Test) Pada penelitian ini, peneliti menyoroti kemajuan belajar siswa lewat tes diagnostik. Melalui tes ini dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika
16 kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut. Tes dignostik kemajuan belajar, dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan yang esensial. Tes dignostik kemajuan belajar tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa. Tujuan tes diagnostik adalah untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan rencana tindakan pengayaan atau tindakan remedial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan belajar yang menyebabkan siswa tidak mampu menguasai materi yang telah diajarkan. Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah dan terarah. Salah satu antisipasinya pihak sekolah atau guru, harus memberi perhatian khusus terhadap perbedaan kemampuan individual siswa tersebut. Perhatian yang dimaksud yakni dengan menyelenggarakan tes diagnostik. Jika tes itu dilaksanakan
17 dengan efektif dan efesien, peneliti yakin masalah perbedaan kemampuan siswa dalam penguasaan materi akan terselesaikan dengan baik b. Pelaksanaan program pengayaan Pembelajaran pengayaan dapat diartikan sebagai suatu pengalaman atau kegiatan siswa yang telah melampaui persyaratan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Satuan Pendidikan dan tidak semua siswa dapat melakukannya. Siswa yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari siswa lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan memberikan kesempatan bagi siswa yang memiliki kelebihan sehingga mereka dapat mengembangkan minat dan bakat serta mengoptimalkan kecakapannya.pengayaan merupakan penguatan pada KD tertentu dengan memberi tugas membaca, tutor sebaya, diskusi, dan lain-lain. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas adalah akan selalu ada siswa yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Siswa ini pun tidak boleh diterlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan maupun keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan. Cara yang dapat ditempuh di antaranya adalah: 1. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi KD tertentu 2. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll. 3. Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan
18 4. Membantu guru dalam membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan. Sedangkan Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan adalah sebagai berikut: 1. Materi dalam program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD atau indikator yang dipelajari 2. Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah setelah mengikuti tes/ulangan KD tertentu, tes/ulangan kesatuan KD tertentu, tes/ulangan KD-KD pada akhir semester tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya hanya yang berhubungan dengan KD-KD yang terkait. c. Pelaksanaan program remedial Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada hakikatnya semua siswa akan dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karenanya perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan). Program remedial merupakan pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda, belajar mandiri atau pemberian bimbingan secara khusus, Pemberian tugas/latihan, belajar kelompok dengan bimbingan tutor sebaya, dan lain-lain, yang semuanya diakhiri dengan
19 ulangan. Cara yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan program remedial adalah sebagai berikut: 1. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai tutor 2. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan daripelaksanaan pembelajaran regular. Bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui penyederhanaan strategi pembelajaran untuk KD tertentu, penyederhanaan cara penyajian dan penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan Sedangkan Materi dan waktu pelaksanaan program remedial adalah sebagai berikut. 1. Materi dalam program remedial diberikan hanya pada KD atau indikator yang belum tuntas. 2. Program remedial dilaksanakan setelah mengikuti: tes/ulangan KD tertentu. tes/ulangan sejumlah KD dalam satu kesatuan Dengan Demikian, setelah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo, guru mengetahui kemajuan siswa dalam belajar dan siswa menguasai materi secara tuntas berdasarkan tujuan pembelajaran dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO
PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO JURNAL NANGSI S. BAKARI PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dra.
Lebih terperinciPERANCANGAN PEMBELAJARAN REMEDI DAN PENGAYAAN MAPEL PAI. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (FIS UNY)
PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMEDI DAN PENGAYAAN MAPEL PAI Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (FIS UNY) 1 PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMIDI DAN PENGAYAAN Mengapa harus remidi dan pengayaan? Bentuk layanan kepada siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang pendidikan yang wajib ditempuh siswa karena program wajib belajar 9 tahun yang ditetapkan oleh pemerintah mencakup SD sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang membanggakan, baik di darat, laut, maupun di udara. Hanya saja masyarakat dan generasinya belum
Lebih terperinciMODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN
MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2015 Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Pembelajaran Menurut Ali (2000:13), pembelajaran adalah suatu upaya memberi rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
Lebih terperincib. KKM tidak dicantumkan dalam buku hasil belajar, melainkan pada buku penilaian guru.
C. Ketuntasan Belajar 1) Pengertian KKM Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) ditetapkan oleh
Lebih terperinciPembelajaran Remedial
Pembelajaran Remedial Posted on 13 Agustus 2008 Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif,
Lebih terperinciDiagnostik Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Remedial Pengertian diagnostik kesulitan belajar Pengertian pembelajaran remedial Langkah-langkah diagno
DIAGNOSTIK DAN PEMBELAJARAN REMEDIAL Nandang Rusmana 1 Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Remedial Pengertian diagnostik kesulitan belajar Pengertian pembelajaran remedial Langkah-langkah diagnostik
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh NARWIN DUNGGIO NIM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN RETENSI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA (Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Suwawa) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Karena sangat penting penggunaan dan fungsinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, merupakan sarana untuk saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dan meningkatkan kemampuan intelektual.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN SEMBORO 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN AJARAN 2014/2015 Wiwik Kusumawat 1
Lebih terperinci4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Awal Hasil ulangan harian atau tes awal sebelum siklus dilaksanakan siswa kelas IV SDN Sembung 1 pada Standar Kompetensi menggunakan pecahan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya permasalahan yang dirasakan oleh pendidikan kita saat ini, ketika guru hanya melakukan sesuai dengan pekerjaannya seperti masuk kelas, mengajar,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Tanjungrejo Jekulo Kudus tahun pelajaran 2012/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar segala bidang ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. a.
Lebih terperinciPENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA
PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Disini peneliti akan memberikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan tidak sedikit anak yang merasa kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang penting dan. efektif dalam membina sumber daya manusia yang berkualitas, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang penting dan efektif dalam membina sumber daya manusia yang berkualitas, karena dikelola secara teratur dan diajarkan
Lebih terperinci1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang
1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan akan menciptakan manusia yang berkwalitas serta terjadi proses pendewasaan diri,
Lebih terperinciJml=N * F Jumlah Rata-rata 67.
dan guru lebih aktif dari pada siswa dan menyebabkan kondisi seperti ini, siswa menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, penjelasan materi kurang jelas,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air. Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari kebudayaan bangsa Indonesia karena bahasa Indonesia dijadikan alat untuk berkomunikasi dari berbagai suku di tanah air. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Anisa Nur Khasanah 1), Endang Tri Wahyuni 2), Andari puji Astuti 3) 1 FMIPA, email: annisank721@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar, sistematis, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi yang dibawa manusia, menanamkan sifat dan memberikan kecakapan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). PTK memiliki tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail
PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Rukmana Ismail Pembimbing I : Dra.Ratnarti Pahrun, M.Pd Pembimbing II: Dra.Hawa Pattiiha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I (Pendahuluan) ini akan d ipaparkan mengenai 6 (enam)
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I (Pendahuluan) ini akan d ipaparkan mengenai 6 (enam) subbab, yaitu: a) Latar Belakang, b) Identifikasi/Fokus Masalah, c) Rumusan Masalah, d) Tujuan Penelitian, e) Manfaat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Manggis Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2.
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN JURNAL
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN NO. 55 KECAMATAN DUMBO RAYA Oleh : SUMIATI DAUD Pembimbing
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN Adinuso 02, kecamatan Subah Kabupaten Batang. Adapun dipilihnya
Lebih terperinciPEMBELAJARAN TUNTAS. (Mastery Learning)
PEMBELAJARAN TUNTAS (Mastery Learning) Hakikat Belajar dan Mengajar Hakikat Belajar Aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Hakikat mengajar Membantu
Lebih terperinciJENIS - JENIS PENILAIAN
MAKALAH PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA JENIS - JENIS PENILAIAN DOSEN MATA KULIAH : Dra.AGNI DANARYANTI, M.Pd ASDINI SARI,M. Pd KELOMPOK 5 : RIZKY DEWI KARLINDA ( A1C111006) MUHAMMAD BUDI (A1C111017)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah memasuki seluruh sendi kehidupan manusia. Salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP Sofrowati Inayatun 148620600123/Semester 6/A2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPELAKSANAAN TINDAKAN
21 BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada hari Rabu 11 dan 18 dan 25 April 2012 untuk Siklus
Lebih terperinci132 LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN 132 133 Lampiran 01 ANGKET UNTUK GURU A. Pengantar Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan bapak/ibu/ saudara(i) untuk mengisi atau menjawab pertanyaan yang ada dalam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
14 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran Kategori pertama yang diamati dalam penelitian ini adalah persiapan. Berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 masih rendah. Hal tersebut
Lebih terperinciDAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1) Oleh: Umi Lestari 2), H. Setyo Budi 3), Warsiti 3)
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : MA NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI : Matematika : XI / II (Genap) : Transformasi Geometri : 9 x 45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hal tersebut diperlukan uji coba secara terus-menerus teknik pembelajaran di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru memerlukan kreativitas untuk menumbuhkembangkan daya imajinasi dan berpikir bagi peserta didiknya. Terkait dengan
Lebih terperinciARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Kondisi Awal SMK Negeri 1 Amlapura terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, Bali. Sekolah ini merupakan sekolah kejuruan pertama
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam dua siklus dengan menerapkan media pembelajaran Word Wall untuk meningkatkan pemahaman
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI SD Negeri Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang, yaitu merupakan salah satu SD Negeri yang berada di daerah kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Pendidikan untuk Abad XXI Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pernyataan tersebut mengandung maksud, melalui kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pendidikan untuk Abad XXI Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO menyatakan bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1 LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Penggunaan media gambar guna meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 Oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
14 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Sekolah dasar Ngurensiti 02 terletak di Desa Ngurensiti Kecamatan Wedarijaksa Kabupetan Pati yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib
Lebih terperinciBAB III BELAJAR TUNTAS
BAB III BELAJAR TUNTAS A. Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar materi yang dipelajari dikuasai sepenuhnya atau tuntas oleh peserta didik, ini disebut dengan istilah mastery
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penambahan informasi dalam upaya membelajarkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE GUGUS 2 KECAMATAN NGANTANG
PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE GUGUS 2 KECAMATAN NGANTANG Sisca Wulandari 1, Sukamti 2, dan Dimyati 3 Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini telah menuntut seluruh bangsa menuju ke arah dunia yang lebih maju dengan berbagai macam tantangan yang dihadapi. Tantangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Lebih terperinciKhoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2
Dinamika Vol. 4, No. 3, Januari 2014 ISSN 0854-2172 PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus
Lebih terperinciKEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO
KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan mata pelajaran baru. Mengingat semakin pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sains adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
Lebih terperincidengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan
Lebih terperinciPELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU
PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten
Lebih terperinci: Sehat Itu Penting : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM 2013
PERANGKAT PEMBELAJARAN RPP KURIKULUM 2013 Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester Tema Subtema :TEMATIK : SD/MI : V / 1 (SATU) : Sehat Itu Penting : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan Nama
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII
Lebih terperinciBANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG
BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG 2 1. Bagaimana pandangan konstruktivisme tentang belajar dan apa implikasinya bagi pembelajaran di kelas? Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar sebagai proses
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action research.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika dapat diimplementasikan dengan menggunakan berbagai jenis metode pembelajaran, sehingga melalui penggunaan metode pembelajaran yang
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang audit kinerja guru bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Cornelius mengemukakan ada lima alasan perlunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di setiap jenjang pendidikan, karena matematika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan
Lebih terperinci