UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENATAUSAHAAN ASET TETAP DAN PENERAPANNYA MELALUI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA (SIMAK BMN) STUDI KASUS PADA SATUAN KERJA PPPTMGB LEMIGAS SKRIPSI FERAWATI FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI JURUSAN AKUNTANSI DEPOK JULI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENATAUSAHAAN ASET TETAP DAN PENERAPANNYA MELALUI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA (SIMAK BMN) STUDI KASUS PADA SATUAN KERJA PPPTMGB LEMIGAS THE ANALYSIS ON FIXED ASSETS AND THE IMPLEMENTATION THROUGH ACCOUNTING AND MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM OF STATE PROPERTY CASE STUDY ON PPPTMGB LEMIGAS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI FERAWATI FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI JURUSAN AKUNTANSI DEPOK JULI 2012 i

3

4

5

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, ridho, dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak,dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Sri Nurhayati selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi ; 2. Ibu Arthaingan H. Mutiha, S.E., M.Ak selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini; 3. Staf pengajar Fakultas Ekonomi ; 4. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi ; 5. Mama tercinta, suami dan anakku tersayang sebagai motivator utama dan sumber inspirasi yang selalu mengiringi langkahku dengan doa - doanya, dan juga selalu memberikan dukungan material dan moral kepada penulis; 6. Bapak Syamsudin Muchtar, S.E. selaku Kepala Subbagian Keuangan PPPTMGB LEMIGAS yang telah memberikan ijin dan dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan studi; 7. Bapak Melson, S.E. selaku petugas SIMAK BMN Subbagian Keuangan PPPTMGB LEMIGAS yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan; 8. Rekan-rekan kerja PPPTMGB LEMIGAS yang telah memberikan semangat; v

7 9. Sahabat, teman seperjuangan selama kuliah (Aya, Ike, Ika, Aster, Frida, Aisyah, dan Hanna) juga rekan-rekan yang lain, terima kasih untuk motivasi dan nasehat - nasehat yang diberikan kepada penulis; 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya. Depok, 5 Juli 2012 Penulis vi

8

9 ABSTRAK Nama : Ferawati Program Studi : Akuntansi Judul : Analisis Penatausahaan Aset Tetap Dan Penerapannya Melalui Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Studi Kasus Pada Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS Skripsi ini membahas mengenai penatausahaan aset tetap yang dikelola oleh Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN), yang bertujuan agar laporan barang yang dihasilkan dapat tersaji dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) sudah melaksanakan penatausahaan aset tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, masih ada permasalahan yang dihadapi, seperti belum semua aset atas tanah memiliki sertifikat sehingga perlunya adanya tindak lanjut terhadap kepemilikan BMN tersebut. Kata kunci : aset tetap, barang milik negara, penatausahaan. viii

10 ABSTRACT Name : Ferawati Study Program : Accounting Title : The Analysis On Fixed Assets And The Implementation Through Accounting And Management Information System Of State Property Case Study On PPPTMGB LEMIGAS This study discusses the administration of Fixed Assets managed by PPPTMGB LEMIGAS using the application of The State Property s Accounting and Management Information System (known as SIMAK BMN), which aims to make the property statement can be presented properly. The research is in form of qualitative research by descriptive design. The result of the research shows that PPPTMGB LEMIGAS, has conducted the administration of fixed assets in accordance with laws adn regulations. However, there are still problems to face, such as not all of the assets of Land have a certificate, so that the need for followup to the management of PPTMGB LEMIGAS. Key words: Fixed Assets, State Property, administration. ix

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Aset Tetap Definisi Aset Tetap Klasifikasi Aset Tetap Pengakuan Aset Tetap Pengukuran Aset Tetap Perolehan Secara Gabungan Pengeluaran Setelah Perolehan Konstruksi Dalam Pengerjaan Penyusutan Aset Tetap Penyajian dan Pengungkapan Barang Milik Negara Pengertian Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Negara Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi Barang Milik Negara Tingkat UAKPB Penanggung Jawab UAKPB Petugas SIMAK BMN Tingkat UAKPB Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) Tujuan SAPP Ciri-Ciri Pokok SAPP Kerangka Umum SAPP Jenis Transaksi Pembukuan BMN x

12 3. GAMBARAN UMUM ORGANISASI Sejarah LEMIGAS Visi dan Misi Tugas Pokok dan Fungsi Struktur Organisasi Gambaran Umum SIMAK BMN Tugas Pokok UAKPB Penanggung Jawab UAKPB Petugas UAKPB ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/ Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Berdasarkan Data Pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Penghapusan Aset Tetap Sebagai Bagian dari Pengelolaan dan Akuntansi Barang Milik Negara (BMN) Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Persyaratan Penghapusan Tata Cara Penghapusan PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) Gambar 3.1 : Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Akuntansi BMN xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Tabel Ringkasan Perbandingan antara PMK No. 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN dengan Penatausahaan BMN di Satker PPPTMGB LEMIGAS Tabel 4.2 : Tabel Ringkasan Perbandingan antara PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Penatausahaan BMN di Satker PPPTMGB LEMIGAS Tabel 4.3 : Daftar BMN Menurut Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahun Anggaran 2009 dan Tabel 4.4 : Daftar Mutasi Akun Tanah Tahun Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 : Daftar Mutasi Tambah Akun Peralatan dan Mesin Tahun : Daftar Mutasi Kurang Akun Peralatan dan Mesin Tahun : Daftar Mutasi Akun Gedung dan Bangunan Tahun : Daftar Mutasi Akun Jalan dan Jembatan Tahun : Daftar Mutasi Akun Aset Tetap Lainnya Tahun : Daftar BMN Yang Dihapuskan Menurut Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahun xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kartu Identitas Barang (KIB) Lampiran 2 : Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang Lampiran 3 : Faktur Pembelian Peralatan dan Mesin Lampiran 4 : Kuitansi Pembelian Peralatan dan Mesin Lampiran 5 : Berita Acara Serah Terima dari Balitbang ESDM Lampiran 6 : Berita Acara Serah Terima Aset Tetap Lainnya Lampiran 7 : Faktur Pembelian Aset Tetap Lainnya Lampiran 8 : Laporan Daftar BMN Menurut Jenis Transaksi Intrakomptabel Tahun Anggaran 2010 (Jenis Transaksi Pembelian) Lampiran 9 : Laporan Daftar BMN Menurut Jenis Transaksi Intrakomptabel Tahun Anggaran 2010 (Jenis Transaksi Penghapusan) Lampiran 10 : Daftar Wawancara dengan Petugas Pengelola BMN Satker PPPTMGB LEMIGAS xiv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan, atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam pengelolaan barang atau aset yang dimilikinya. Begitu juga halnya dalam sistem pemerintahan. Barang Milik Negara (BMN) atau aset yang dimiliki oleh suatu instansi pemerintahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Dalam suatu instansi pemerintahan, terdapat 3 (tiga) paket undang-undang bidang keuangan Negara yang mengatur pengelolaan keuangan yang dimiliki suatu instansi pemerintahan, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa perbendaharaan adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara telah membawa perubahan dalam pengelolaan keuangan negara. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penatausahaan Barang Milik Negara adalah termasuk di dalam lingkup keuangan negara. Lahirnya ketiga undang-undang tersebut menuntut adanya pertanggungjawaban, akuntabilitas, serta transparansi tentang pengelolaan Barang Milik Negara karena 1

17 2 pertanggungjawaban penatausahaan Barang Milik Negara juga termasuk di dalam lingkup keuangan negara. Terlebih lagi Barang Milik Negara memiliki nilai yang sangat material dalam neraca Pemerintahan Pusat, sehingga membutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah. Barang Milik Negara memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pemerintah. Barang Milik Negara tersebut sebagian besar diperoleh dari anggaran APBN yang notabene adalah uang rakyat sehingga pertanggungjawaban penatausahaan Barang Milik Negara yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan tujuan penatausahaan Barang Milik Negara yaitu mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan Barang Milik Negara, maka ketaatan pada peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan. Hal ini mendorong para pejabat yang berwenang dalam penatausahaan Barang Milik Negara untuk selalu melaksanakan penatausahaan Barang Milik Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuannya, agar terwujud penatausahaan Barang Milik Negara yang transparan dan akuntabel. Selain itu, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan akan membuat pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara terhindar dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, ketaatan terhadap dasar hukum yang mengatur sangat diperlukan dalam pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara. Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah, 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun

18 3 Standar, 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara, 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara, 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pemerintah berkewajiban menyampaikan dan mempertanggungjawabkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan ( CaLK ). Dimana informasi Barang Milik Negara yang terdapat dalam neraca yang terdiri dari pos persediaan, aset tetap, maupun aset aset lainnya berasal dari Laporan Barang Milik Negara (LBMN). LBMN dibuat berdasarkan data-data yang terdapat pada inventarisasi barang dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN). Aplikasi ini merupakan suatu sistem yang diharapkan dapat mengelola aset negara. Aplikasi ini juga sudah digunakan pada semua instansi pemerintahan. SIMAK BMN adalah sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Data transaksi BMN adalah data berbentuk jurnal transaksi perolehan, perubahan, dan penghapusan BMN, yang dikirimkan melalui media Arsip Data Komputer (ADK) setiap bulan oleh petugas Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) kepada petugas Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) di tingkat satuan kerja. Dalam penerapannya, masih ditemukan kekurangan pada banyak hal, yang paling utama adalah belum dilaksanakannya ketentuan yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan. Banyaknya jumlah Barang Milik Negara juga

19 4 menyebabkan banyaknya penyimpangan yang terjadi karena sulitnya dalam penatausahaan Barang Milik Negara. Berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam penatausahaan Barang Milik Negara yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengakibatkan banyaknya temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai pengelolaan akan Barang Milik Negara tersebut, sehingga pertanggungjawaban penatausahaan Barang Milik Negara yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan sangat penting untuk menghindari penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Sementara itu masih banyak Barang Milik Negara yang belum didukung dengan bukti kepemilikan yang sah serta ada pula Barang Milik Negara yang digunakan oleh pihak ketiga dan sebagainya. Hal ini membuat pengamanan Barang Milik Negara dari segi administratif, fisik dan hukum di Kementerian/Lembaga belum dilakukan secara baik sehingga Barang Milik Negara tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut dan mengingat pentingnya pertanggungjawaban penatausahaan Barang Milik Negara di Satker PPPTMGB LEMIGAS agar laporan yang dihasilkan dapat menggambarkan nilai aset yang sebenarnya serta laporan tersebut dapat diandalkan maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dalam tugas akhir ini yang berjudul Analisis Penatausahaan Aset Tetap Dan Penerapannya Melalui Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Studi Kasus Pada Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS. 1.2 Rumusan Masalah Demi terlaksananya penelitian ini, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu permasalahan yang ada sesuai dengan masalah yang dipilih penulis untuk diteliti, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan penatausahaan Barang Milik Negara untuk Aset Tetap yang berada di bawah pengelolaan Satuan Kerja (Satker) PPPTMGB LEMIGAS berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007?

20 5 2. Apakah informasi Barang Milik Negara atas aset tetap pada Satker PPPTMGB LEMIGAS telah disajikan secara wajar sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 07 yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005? 3. Apakah pencatatan atas aset tetap pada Satker PPPTMGB LEMIGAS melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) sudah dilakukan dengan benar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengetahui apakah penerapan penatausahaan Barang Milik Negara untuk aset tetap yang dikelola Satker PPPTMGB LEMIGAS telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/ Untuk memberikan informasi Barang Milik Negara atas aset tetap Satker PPPTMGB LEMIGAS telah disajikan secara wajar dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Untuk mengetahui apakah pencatatan atas aset tetap Satker PPPTMGB LEMIGAS melalui aplikasi SIMAK BMN telah dilakukan dengan benar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang penulis peroleh dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis agar dapat menambah wawasan penulis dengan mempelajari fakta dan realitas di lapangan. 2. Bagi akademis dan peneliti untuk memberikan bukti empiris mengenai pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara pada instansi tersebut, kinerja keuangan perusahaan dan memberi masukan bagi peneliti-peneliti berikutnya. 3. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau sumber informasi bagi yang ingin mempelajari dan membahas lebih jauh tentang penatausahaan Barang Milik Negara.

21 6 1.5 Ruang Lingkup Pembahasan Dikarenakan luasnya pembahasan penatausahaan Barang Milik Negara, maka disini penulis melakukan pembatasan lingkup pembahasan yaitu pada penatausahaan Barang Milik Negara yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2009 dan 2010 oleh Subbagian Keuangan di Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS. Penulis juga melakukan pembatasan dalam pembahasan pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara yaitu hanya dalam hal proses kegiatan penatausahaan Barang Milik Negara yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan Barang Milik Negara di Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS. 1.6 Metode Penelitian Penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data pada penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Metode Wawancara Adalah metode penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pejabat dan petugas yang berwenang untuk mendapatkan informasi mengenai obyek yang diteliti. 2. Metode Studi Kepustakaan Adalah metode dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku sumber dan literatur, majalah, artikel di internet, undang-undang untuk digunakan sebagai landasan teori. Pengertian dan konsep untuk meningkatkan pemahaman terhadap obyek yang diteliti. 3. Metode Observasi Adalah metode pengumpulan data dengan mengambil secara langsung kegiatan instansi pemerintahan yang akan diteliti. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan ini secara garis besar pembahasan yang dilakukan dibagi atas lima bab yang terdiri dari:

22 7 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini diuraikan secara singkat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari pembahasan masalah yang meliputi antara lain tentang definisi aset tetap, klasifikasi aset tetap, pengakuan aset tetap, pengukuran aset tetap, perolehan secara gabungan, pengeluaran setelah perolehan, pengukuran berikutnya tentang aset tetap, penyusutan aset tetap, penyajian dan pengungkapan aset tetap, Barang Milik Negara dengan pengertiannya, azasazas pengelolaan Barang Milik Negara, tugas dan fungsi unit akuntansi Barang Milik Negara tingkat UAKPB, penanggung jawab UAKPB, petugas SIMAK BMN tingkat UAKPB dan mengulas Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat. BAB III : GAMBARAN UMUM ORGANISASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah LEMIGAS, Visi dan Misi LEMIGAS, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, gambaran SIMAK BMN, struktur dan organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang. BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini penulis menguraikan analisis penatausahaan Barang Milik Negara dan penerapannya di Satuan Kerja PPPTMGB LEMIGAS. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya serta berisi mengenai saran-saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini.

23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aset Tetap Definisi Aset Tetap Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk menyediakan jasa bagi masyarakat. Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat Klasifikasi Aset Tetap Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini: a. Tanah Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. 8

24 9 Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut. b. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi. c. Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu. d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan. e. Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi asset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.

25 10 f. Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan ini akan dibahas lebih lanjut dalam modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan, sehingga dalam modul ini tidak akan dibahas secara khusus Pengakuan Aset Tetap Sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai asset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria : (Nordiawan, Putra, dan Rahmawati, 2007) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/ atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Dalam prakteknya di lingkungan pemerintahan, aset tetap diakui ketika Berita Acara Penerimaan Barang atau penyelesaian pekerjaan telah ditandatangani oleh pihak yang terkait. Pengukuran aset tetap dapat terjadi melalui dua cara, yaitu menggunakan biaya perolehan (historical cost) dan biaya wajar pada saat perolehan (fair value). Pengakuan aset tetap menggunakan biaya perolehan digunakan apabila aset tetap tersebut diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga atau dibangun sendiri. Biaya perolehan terdiri atas harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan yang tidak dapat direstitusikan dan setiap biaya yang dapat diatribusikan ke aset tersebut untuk membuat aset dalam kondisi siap digunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan adalah: 1. Biaya persiapan tempat. 2. Biaya pengiriman awal. 3. Biaya pemasangan. 4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

26 11 Pengakuan aset tetap menggunakan biaya wajar pada saat perolehan (fair value) digunakan apabila informasi mengenai biaya perolehan tidak tersedia. Hal ini disebabkan karena aset tersebut tidak diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga ataupun dibangun sendiri. Contoh dari penggunaan biaya wajar adalah apabila aset tersebut merupakan aset donasi, aset pertukaran, aset rampasan, dan lain-lain Pengukuran Aset Tetap Aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah harus dinilai atau diukur untuk dapat dilaporkan dalam neraca. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, aset tetap yang diperoleh atau dibangun secara swakelola dinilai dengan biaya perolehan. Secara umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat diimplementasikan pada aset tetap yang dibeli atau dibangun secara swakelola. Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar. Nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian. Aset tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga perolehannya, pemerintah dapat menggunakan nilai wajar pada saat perolehan. Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari: Harga beli, Bea Impor Biaya Persiapan Tempat Biaya pengiriman awal (initial delivery) Biaya simpan dan bongkar muat (handling cost) Biaya Pemasangan (installation cost) Biaya Profesional seperti arsitek dan insinyur Biaya Konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,

27 12 perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut) Perolehan Secara Gabungan Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud dengan gabungan di sini adalah perolehan beberapa aset tetap namun harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total seluruh aset tetap tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ini adalah dengan menghitung berapa alokasi nilai total tersebut untuk masing-masing aset tetap dengan membandingkannya sesuai dengan nilai wajar, masing-masing aset tetap tersebut di pasaran. Basis akuntansi akrual maupun akuntansi pemerintahan di Indonesia mengatur penggunaan nilai wajar dari masing-masing aset sebagai dasar alokasi biaya perolehan. Entitas harus melakukan perbandingan dari nilai wajar masingmasing aset untuk mengalokasikan biaya perolehan (Nordiawan, Putra, dan Rahmawati, 2007) Pengeluaran Setelah Perolehan Aset tetap diperoleh pemerintah dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan. Aset tetap bagi pemerintah, di satu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, di sisi lain merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari pemerintah wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu belanja untuk pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan. Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan belanja untuk peningkatan adalah belanja yang memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh pada nilai aset tetap yang bersangkutan. Sedangkan pengeluaran yang memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk

28 13 peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja merupakan belanja modal, harus dikapitalisasi untuk menambah nilai aset tetap tersebut Konstruksi Dalam Pengerjaan Perolehan aset tetap tidak hanya melalui pembelian aset secara langsung dari pihak ketiga tetapi juga dapat diperoleh melalui pembangunan, baik yang dilakukan oleh pihak ketiga melalui kontrak konstruksi maupun dilakukan secara swakelola. Aset tetap yang sedang dalam proses penyelesaian ini dikenal dengan istilah akuntansi sebagai konstruksi dalam pengerjaan. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Ciri utama dari konstruksi dalam pengerjaan adalah perolehannya memerlukan sejumlah waktu tertentu. Periode waktu tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, konstruksi dalam pengerjaan diakui jika: (Nordiawan, Putra, dan Rahmawati, 2007) 1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh. 2. Biaya perolehan tersebut dapat diukur dengan andal. 3. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. Nilai yang dapat diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan bergantung pada proses pengerjaannya. Apabila dikerjakan secara swakelola oleh unit pemerintahan biaya yang boleh diakui meliputi: 1. Biaya yang secara langsung berhubungan dengan pengerjaan konstruksi dalam pengerjaan tersebut, yang meliputi: biaya pekerjaan lapangan, biaya bahan, biaya penyewaan peralatan, biaya pemindahan peralatan, biaya rancangan, dan bantuan teknis yang berhubungan dengan proses konstruksi. 2. Biaya lain yang dapat diatribusikan ke dalam kegiatan pembangunan, meliputi asuransi, biaya perjalanan dinas, biaya rapat, biaya Alat Tulis Kantor (ATK), dan lain-lain. 3. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan dana pinjaman.

29 14 4. Biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan Penyusutan Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan disektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada jurnal yang harus dibuat pada saat mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan nilai aset. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Metode Penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah: a. Metode garis lurus (straight line method); atau b. Metode saldo menurun ganda (double declining method); atau c. Metode unit produksi (unit of production method) Mengingat aset tetap memiliki masa manfaat yang panjang, maka aset tetap merupakan suatu unsur laporan keuangan pemerintah yang paling konkrit mengemban asumsi perlunya pemerintah menjaga keseimbangan kepentingan antar generasi. Adanya penyusutan akan memungkinkan pemerintah untuk setiap tahun memperkirakan sisa manfaat suatu aset tetap yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam masa beberapa tahun ke depan. Di samping itu, adanya penyusutan memungkinkan pemerintah mendapat suatu informasi tentang keadaan potensi aset yang dimilikinya. Hal ini akan memberi informasi kepada pemerintah suatu pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam

30 15 menganggarkan berbagai belanja pemeliharaan atau bahkan belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah dimiliki Penyajian dan Pengungkapan Aset tetap disajikan dalam kelompok aset tetap. Masing-masing tipe aset tetap dikelompokkan dan disajikan sesuai dengan jenisnya. Informasi yang harus diungkapkan dalam penyajian aset tetap yaitu: (Nordiawan, Putra, dan Rahmawati, 2007) 1. Kebijakan akuntansi untuk aset tetap. 2. Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat aset tetap. 3. Rekonsiliasi jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan, dan mutasi aset tetap lainnya. 4. Informasi penyusutan yang meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, nilai manfaat, atau tarif penyusutan yang digunakan. 2.2 Barang Milik Negara Pengertian Pengertian barang milik negara dapat dijelaskan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep-225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Barang-Barang Milik Negara. Dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut diberikan pengertian dari Barang-barang Milik Negara yaitu semua barang-barang milik negara/kekayaan negara yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber untuk seluruhnya ataupun sebagian dari Anggaran Belanja Negara yang berada di bawah pengurusan atau penguasaan departemen-depertemen, lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga pemerintah non departemen serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak termasuk kekayaan negara yang telah dipisahkan (kekayaan Perum atau Persero) dan barang-barang atau kekayaan daerah otonom.

31 Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Negara Barang milik Negara sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara dengan memperhatikan: 1. Azas fungsional yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang pengelolaan Barang Milik Negara yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, Pengelola barang dan kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing. 2. Azas kepastian hukum yaitu pengelolaan Barang Milik Negara harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. 3. Azas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Negara harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar. 4. Azas efisiensi yaitu pengelolaan barang milik Negara diarahkan agar Barang Milik Negara digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal. 5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan Barang Milik Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. 6. Azas kepastian nilai yaitu pengelolaan Barang Milik Negara harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan Barang Milik Negara serta menyusun neraca pemerintah Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi Barang Milik Negara Tingkat UAKPB Sebagaimana ketentuan dalam Bab XI pasal 71 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa: Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan kepada pengguna barang. Dengan dibuatnya Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan juga Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan

32 17 (LBKPT) membuktikan bahwa Satker PPPTMGB LEMIGAS telah melaksanakan ketentuan sebagaimana terdapat dalam Bab XI pasal 71 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun Selain itu, untuk prosedur tahunan setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) juga diwajibkan untuk membuat Laporan Kondisi Barang (LKB) sebagaimana yang terdapat dalam lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 yang berbunyi: Menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) dan Laporan Kondisi Barang (LKB) beserta Arsip Data Komputer (ADK) ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk dilakukan rekonsiliasi. Satker PPPTMGB LEMIGAS telah membuat dan memutakhirkan Laporan Kondisi Barang (LKB) untuk dilaporkan pada setiap akhir tahun. Tugas pokok penanggung jawab UAKPB adalah menyelenggarakan SIMAK BMN di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan sistem manajemen informasi BMN; 2. Menyelenggarakan sistem akuntansi BMN; 3. Menyelenggarakan inventarisasi BMN; 4. Menyusun dan menyampaikan Laporan BMN serta jurnal transaksi BMN secara berkala Penanggung Jawab UAKPB Kepala Satuan kerja melaksanakan kegiatan sebagai berikut : Membina pelaksanaan sistem akuntansi keuangan/barang milik negara berdasarkan target yang telah ditetapkan; Menunjuk dan menetapkan petugas pelaksana sistem akuntansi keuangan/barang milik negara di lingkungannya; Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan/barang milik negara; Membentuk Tim untuk melakukan Stock Opname barang inventaris dan barang persediaan tiap semester; Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja petugas pelaksana; Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan;

33 18 Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA/UAKPB; Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA/UAKPB dan ADK ke KPPN dan UAPPAE1/UAPPB-E Petugas SIMAK BMN Tingkat UAKPB Petugas akuntansi melaksanakan kegiatan sebagai berikut : Mengarsipkan Dokumen Sumber (DS) dan dokumen akuntansi; Melakukan verifikasi atas Register Transaksi Harian (RTH) yang dihasilkan aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) dengan Dokumen Sumber (DS); Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang milik negara yang disusun serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan Petugas akuntansi keuangan melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan; Melakukan analisa untuk membuat catatan atas laporan keuangan/barang Milik Negara; Menyusun laporan keuangan tingkat UAKPA/UAKPB; Menyimpan arsip data Keuangan/Barang Milik Negara. Petugas Komputer melaksanakan kegiatan sebagai berikut : Membukukan/menginput Dokumen Sumber (DS) ke dalam aplikasi SAK/SIMAK BMN; Petugas Komputer Keuangan menerima data dari petugas akuntansi Barang Milik Negara; Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan tingkat UAKPA/UAKPB; Menyiapkan data komputer untuk dikirim ketingkat UAPPA-E1/UAPA; Melakukan analisa untuk membuat catatan atas laporan keuangan; Menyusun laporan keuangan tingkat UAKPA/UAKPB; Melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun anggaran.

34 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) SAPP dan pelaporan keuangan pemerintah pusat diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tanggal 27 Desember SAPP merupakan serangkaian prosedur, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasional keuangan pemerintah pusat. Ruang lingkup SAPP ini berlaku untuk seluruh unit organisasi pada pemerintah pusat dan unit akuntansi pada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/ atau tugas pembantuan yang dananya bersumber dari APBN serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Penghitungan. Sedangkan yang tidak termasuk dalam ruang lingkup Peraturan Menteri Keuangan ini adalah (a) pemerintah daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD); (b) BUMN/ BUMD yang terdiri dari Perusahaan Perseroan dan Perusahaan Umum Tujuan SAPP Menurut PMK Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP bertujuan untuk: 1. Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktik akuntansi yang diterima secara umum; 2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas; 3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah pusat secara keseluruhan; 4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

35 Ciri-Ciri Pokok SAPP Untuk mencapai tujuannya tersebut seperti yang tercantum dalam PMK Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut: 1. Basis akuntansi, yaitu Cash Toward Accrual Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Dengan basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada saat kas diterima oleh Kas Umum Negara (KUN) dan belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari KUN. Sedangkan aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah. 2. Sistem Pembukuan Berpasangan Sistem pembukuan berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu aset = kewajiban + ekuitas dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait. 3. Dana Tunggal Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana pendapatan dan belanja pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal. 4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah. 5. Bagan Akun Standar (BAS) SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi. 6. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) SAPP mengacu pada SAP dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam

36 21 rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi, dan pelaporan keuangan Kerangka Umum SAPP SAPP terdiri dari dua sub sistem yaitu: Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Berikut ini merupakan Kerangka Umum SAPP yang disajikan dalam gambar berikut. Gambar 2.1 Kerangka Umum SAPP DJKN SAPP SAI SA-BUN SAK SIMAK- BMN SiAP SA- UP&H SA-IP SA-PP SA- TD SA- BAPP SA- TK SA- BL SAKUN SAU Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat terdiri dari: a. SA-BUN SA-BUN dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). SA-BUN merupakan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan BUN. SA-BUN terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu: 1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), terdiri dari: i) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN); ii) Sistem Akuntansi Umum (SAU). 2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H); 3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);

37 22 4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP); 5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD); 6. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA- BAPP) 7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK); 8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI); merupakan bagian SAPP yang akan menghasilkan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran instansi. SAI sendiri terbagi menjadi dua sub sistem yaitu: 1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) SAK menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), namun laporan keuangan yang dihasilkan tersebut merupakan laporan keuangan pada tingkat kementerian/ lembaga. Struktur organisasi kementerian/ lembaga sangat berjenjang dimulai dari kementerian/ lembaga sampai kantor/ satuan kerja, maka dalam pelaksanaannya, dibentuk unit akuntansi keuangan pada jenjang-jenjang tersebut. Proses akuntansi diawali dari unit terendah, yaitu unit akuntansi pada level kantor. Laporan keuangan yang dihasilkan kemudian akan diberikan kepada unit akuntansi di atasnya untuk digabung/ dikonsolidasikan. Demikian seterusnya, sehingga pada akhirnya akan diperoleh laporan keuangan pada tingkat kementerian/ lembaga. Unit akuntansi keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu: i. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), yang berada pada level Kementerian/ Lembaga. ii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 (UAPPA-E1), yang berada pada level Eselon 1. iii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W) yang berada pada tingkat wilayah. iv. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang berada pada level Kuasa Pengguna Anggaran (kantor).

38 23 2. SIMAK-BMN Barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/ dihitung/ diukur/ ditimbang, tidak termasuk uang dan surat berharga. Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah barang-barang yang dikuasai atau dimiliki oleh: i. Pemda (Bersumber dari APBD) ii. BUMN/ BUMD iii. Bank pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah SIMAK-BMN sebagai subsistem dari SAI bertujuan menghasilkan neraca dan laporan BMN. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian/ Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sebagai berikut: i. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB), yang berada pada level Kementerian/ Lembaga. ii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon 1 (UAPPB-E1), yang berada pada level Eselon 1. iii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Wilayah (UAPPB-W), yang berada pada tingkat wilayah. iv. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada pada level Kuasa Pengguna Barang (kantor). Unit Akuntansi Barang, selain melakukan proses terhadap dokumen sumber untuk menghasilkan laporan BMN, juga wajib berkoordinasi dengan Unit Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca (terkait dengan pengadaan barang) serta dalam pembuatan CaLK khususnya catatan mengenai BMN Jenis Transaksi Pembukuan BMN Transaksi yang dicatat dalam pembukuan BMN meliputi empat jenis, yaitu saldo awal, perolehan, perubahan, dan penghapusan, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

39 24 1. Saldo awal a. Saldo akhir periode sebelumnya, merupakan akumulasi dari seluruh transaksi BMN periode sebelumnya. b. Koreksi saldo, merupakan koreksi perubahan atas saldo akhir BMN pada periode sebelumnya yang dikarenakan: (i) adanya koreksi pencatatan atas nilai/ kuantitas BMN yang telah dicatat dan telah dilaporkan dalam periode sebelumnya, dan (ii) penambahan/ pengurangan sebagai akibat dari pelaksanaan inventarisasi. 2. Perolehan BMN a. Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN yang diperoleh dari hibah/ sumbangan, atau yang sejenis dari luar pemerintah pusat; b. Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN; c. Penyelesaian pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian pembangunan berupa bangunan/ gedung dan BMN lainnya yang telah diserah terimakan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST); d. Pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak, merupakan barang yang diperoleh dari pelaksanaan kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah/ bangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian/ kontrak lainnya; e. Pembatalan penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan/ dikeluarkan dari pembukuan berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan; f. Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan berdasarkan pelaksanaan ketentuan undang-undang atau putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; g. Reklasifikasi masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain; h. Transfer masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari KPB lain dari satu pengguna barang atau dari KPB/ pengguna barang lainnya.

40 25 3. Perubahan BMN a. Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/ nilai BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang; b. Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan di Buku Barang Ekstrakomptabel ke Buku Barang Intrakomptabel atau perubahan nilai/ satuan BMN dalam Buku Barang Intrakomptabel; c. Perubahan kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN; d. Revaluasi, merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian BMN. 4. Penghapusan BMN a. Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan berdasarkan suatu surat keputusan penghapusan; b. Transfer keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN ke KPB lain dari satu pengguna barang atau ke KPB/ pengguna barang lainnya; c. Hibah, merupakan transaksi penyerahan BMN yang disebabkan oleh pelaksanaan hibah atau yang sejenis dari pemerintah pusat; d. Reklasifikasi keluar, merupakan transaksi BMN kepada pihak lain ke dalam penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi reklasifikasi masuk.

41 BAB 3 GAMBARAN UMUM ORGANISASI 3.1 Sejarah LEMIGAS Pembentukan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS), merupakan perwujudan dari keinginan Pemerintah untuk memiliki suatu badan yang menghimpun pengetahuan teknik tentang perminyakan dan dapat menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan. Kebutuhan ini muncul sebagai konsekuensi langsung dari dikeluarkannya Undang-Undang Migas yang pertama, yaitu Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penjabaran pasal 33 ayat (3) tersebut, dalam Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 tersurat pada Pasal 2 yang menegaskan bahwa: Segala bahan galian minyak dan gas bumi yang ada di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara Pentingnya mempunyai lembaga yang mengemban tugas cukup luas seperti di atas, lebih dirasakan Pemerintah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1963 mengesahkan Perjanjian Karya antara perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi pada waktu itu, yaitu antara PN Pertamin dan PT Caltex Pacific Indonesia, PN Pertamin dan PT Stanvac Indonesia, dan PN Permigan dan PT Shell Indonesia. Dalam perjanjian karya tersebut, dinyatakan bahwa perusahaan-perusahaan asing yang terlibat akan terus beroperasi sebagai kontraktor Pemerintah selama 30 tahun. Namun ditentukan pula bahwa akan ada pengalihan secara bertahap kepada perusahaan negara dan tenaga kerja bangsa Indonesia, yaitu dalam masa 5 tahun usaha pemasaran akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan negara, dalam 5-10 tahun usaha pengelolaan, dan dalam 8 tahun 75 persen tenaga kerja pada kontraktorkontraktor akan terdiri atas bangsa Indonesia. Dengan adanya lembaga yang 26

42 27 dimaksud di atas, diharapkan Indonesia dapat mengumpulkan data, mengembangkan ilmu, dan mempersiapkan tenaga ahli sehingga pada akhir masa kontrak karya, Indonesia mampu mengambil alih pelaksanaan pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia sepenuhnya. Kehadiran LEMIGAS terwujud dengan munculnya Lembaga Minyak dan Gas Bumi dalam struktur organisasi pemerintahan, dengan Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi Nomor 17/M/Migas/65 tanggal 11 Juni Dalam surat keputusan itu dinyatakan bahwa organisasi eksekutif dalam lingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi terdiri atas Direktorat Pembinaan Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Pengawasan Minyak dan Gas Bumi, dan Lembaga Minyak dan Gas Bumi. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan dengan Nota Dinas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 703/04/DJM/1992, sebagai hari lahir resmi LEMIGAS. Kegiatan Pelayanan Jasa Teknologi LEMIGAS, diawali dengan terbitnya Surat Keputusan pembentukan LEMIGAS (Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 261/Kpts/M/Pertamb/1968 tanggal 22 Agustus 1968), yang menyatakan bahwa LEMIGAS adalah suatu bagian (Jawatan) dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang bergerak dan berusaha di bidang pendidikan/latihan, riset, serta dokumentasi/publikasi, dipersiapkan dan diarahkan ke dalam bentuk Perusahaan (Negara) Jawatan atau Perjan. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa, untuk pelaksanaan tugas tersebut sumber keuangan LEMIGAS diperoleh dari pembebanan atas ongkos produksi PERTAMINA dan kontraktornya, dan penerimaan imbalan atas jasa-jasa kepada pihak lain, di samping penerimaan lain yang sah, serta Anggaran Belanja Negara. Selain itu LEMIGAS juga boleh mengangkat karyawannya sendiri. Surat keputusan ini merupakan jaminan bagi LEMIGAS untuk menerima pembayaran atas jasa laboratorium dan jasa ilmiah lain, yang diberikan kepada pihak ketiga, yaitu perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi sebagai Kontraktor Production Sharing (KPS). Banyak di antara perusahaan ini adalah perusahaan-perusahaan independen yang membutuhkan jasa laboratorium dari luar, tidak seperti Kontraktor Kontrak Karya yang mempunyai perusahaan induk raksasa dengan fasilitas pendukung yang kuat seperti Caltex, Shell, dan Stanvac.

43 28 Di antara perusahaan kontraktor production sharing yang masuk pada periode ini adalah Inpex (Lapangan Attaka, Maret 1967), Total Indonesie (Mahakam, Maret 1967), Mobil Oil (lepas pantai Sumatera Utara, Nopember 1967; lepas pantai Selat Malaka, Oktober 1968), Unocal (lepas pantai Kalimantan Timur, Oktober 1968), Conoco (lepas pantai Natuna, Nopember 1968). Pada tahun 1972 LEMIGAS menjalin kerja sama dengan perusahaan jasa teknik lapangan Amerika Serikat yaitu Core Laboratories Inc. atau Corelab untuk menjual jasa tersebut di Indonesia. LEMIGAS dan Corelab bersama-sama melakukan pelayanan jasa teknologi dalam perekam sifat lumpur (mud logging), analisis bantuan inti, pengumpulan data perangkat pengeboran dan korelasinya, pengujian sumur, pengambil percontoh PVT, pengawasan, pengendalian dan perencanaan serta berbagai jasa lain yang dibutuhkan di lapangan minyak. Dalam kerangka kerja sama tersebut Corelab membantu LEMIGAS dalam perencanaan dan pengembangan laboratorium-laboratorium yang diperlukan dan memberikan pembinaan dan pelatihan tenaga ahli LEMIGAS. Kerja sama yang pada tahap pertama dijadwalkan untuk empat tahun ternyata dapat berlanjut sampai tahun Pada tahun 1975, LEMIGAS melakukan kerja sama dengan Robertson Research International Ltd., sebuah perusahaan Inggris yang bergerak dalam jasa geologi dan eksplorasi. Dari kerjasama ini terbentuklah Unit Biostratigrafi yang berstandar internasional, dan selanjutnya berkembang menjadi suatu unit jasa teknologi yang dikenal dengan LEMIGAS Geological Service Unit (LGSU). Unit Biostratigrafi LEMIGAS ini menjual jasa teknologinya dengan cukup berhasil dan diteruskan oleh LEMIGAS sendiri setelah kerja sama ini berakhir pada tahun Pelaksanaan kedua kerjasama pelayanan jasa teknologi ini cukup berhasil dengan mengalirnya percontoh-percontoh batuan dari lapangan minyak PERTAMINA dan kontraktor asing ke LEMIGAS, dan LEMIGAS makin dikenal sebagai lembaga yang menyediakan jasa teknologi laboratorium dan lapangan kepada perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi. Berdasarkan surat persetujuan Menteri Keuangan Nomor S-656/MK.03/1992 tanggal 4 Juni 1992, LEMIGAS telah ditunjuk menjadi unit swadana. Surat Menteri Keuangan tersebut mengacu kepada Keputusan Presiden

44 29 No. 38 tahun 1991 tentang unit Swadana dan Tatacara pengelolaannya. Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, LEMIGAS sebagai instansi Pemerintah yang diberikan kewenangan untuk menggunakan secara langsung seluruh penerimaan fungsionalnya, guna membiayai seluruh kegiatan operasional di bidang pelayanan jasa teknologi. Sejak tahun 1997 (efektifnya tahun 2002) ketentuan mengenai unit swadana tidak berlaku lagi dengan terbitnya Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1997, tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Semua penerimaan negara hasil pelayanan jasa teknologi harus disetorkan terlebih dahulu ke kas negara. 3.2 Visi dan Misi Visi LEMIGAS adalah terwujudnya LEMIGAS sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang unggul, profesional, dan bertaraf internasional di bidang minyak dan gas bumi. Penjelasan visi tersebut di atas, adalah sebagai berikut: Unggul, adalah bahwa LEMIGAS senantiasa unggul dalam persaingan yang semakin ketat di bidang pelayanan jasa teknologi dan riset. Oleh karena itu, semua program dan kebijakan LEMIGAS diarahkan untuk mewujudkan pusat keunggulan (center of excellence) melalui peningkatan kompetensi SDM, kelengkapan sarana dan prasarana serta perbaikan sistem. Profesional, yang berarti dalam melaksanakan tugasnya selalu berpegang teguh pada kompetensi dan etika profesi serta mengedepankan pelayanan prima kepada pelanggan dan stakeholder. Bertaraf internasional, artinya kegiatan litbang dan pelayanan jasa teknologi yang dilakukan LEMIGAS dapat diterima dan diakui oleh masyarakat industri migas internasional. Untuk mewujudkan visi LEMIGAS tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran LEMIGAS dalam memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan pemerintah guna meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri minyak dan gas bumi.

45 30 2. Meningkatkan kualitas jasa penelitian dan pengembangan untuk memberikan nilai tambah bagi klien LEMIGAS. 3. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan. 3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS adalah salah satu unit pelaksana teknis pemerintah, di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 030 Tahun 2005, LEMIGAS mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi, sedangkan dalam melaksanakan tugas tersebut LEMIGAS menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan pedoman dan prosedur kerja; 2. Perumusan rencana dan program penelitian dan pengembangan teknologi berbasis kinerja; 3. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir minyak dan gas bumi, serta pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi; 4. Pengelolaan kerja sama kemitraan penerapan hasil penelitian dan pelayanan jasa teknologi, serta kerja sama penggunaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi; 5. Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi, serta sosialisasi dan dokumentasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi; 6. Penanganan masalah hukum dan hak kekayaan intelektual, serta pengembangan sistem mutu kelembagaan penelitian dan pengembangan teknologi; 7. Pembinaan kelompok jabatan fungsional Pusat; 8. Pengelolaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan, dan kepegawaian Pusat; 9. Evaluasi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi.

46 Struktur Organisasi Struktur organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS yang menjalankan tugas dan fungsi tersebut di atas, terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha; b. Bidang Program; c. Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan; d. Bidang Afiliasi dan Informasi; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat. Kelompok Fungsional ini mempunyai tugas melaksanakan dan memberikan pelayanan jasa penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi, serta melaksanakan tugas lainnya yang didasarkan pada keahlian dan atau ketrampilan tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Masing-masing Kelompok Fungsional (Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT)) dikoordinasikan oleh seorang Pejabat Fungsional Senior yang diangkat oleh Kepala Balitbang ESDM (Keputusan Kepala Balitbang ESDM Nomor 507 K/73/BLB/2006 tahun 2006 tanggal 7 April 2006). Sedangkan Definisi dari Pejabat Fungsional adalah seorang PNS yang tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan sesuai dengan keahlian dan/atau ketrampilannya, serta mandiri. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Kelompok Progran Riset Teknologi (KPRT) di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS mempunyai fungsi: 1. Perumusan rencana strategis dan program riset penelitian dan pengembangan, penyelidikan, pengkajian, perekayasaan bidang riset teknologi minyak dan gas bumi. 2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penyelidikan, pengkajian, perekayasaan bidang riset teknologi minyak dan gas bumi; 3. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi riset minyak dan gas bumi;

47 32 4. Pemberian pelayanan penelitian dan pengembangan, penyelidikan, pengkajian, perekayasaan serta informasi bidang riset teknologi minyak dan gas bumi; 5. Pengelolaan kerjasama riset penelitian dan pengembangan, penyelidikan, pengkajian, perekayasaan bidang minyak dan gas bumi; 6. Evaluasi pelaksanaan riset penelitian dan pengembangan, penyelidikan, pengkajian, perekayasaan bidang minyak dan gas bumi. Kegiatan pelayanan riset dan jasa teknologi merupakan penerapan langsung dari kemampuan penguasaan IPTEK untuk mendukung kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi yang dilaksanakan oleh para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), serta memberikan masukan kepada kebijakan Pemerintah. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan salah satu ukuran keberhasilan tugas dan fungsi KPRT Eksplorasi, Eksploitasi, Proses, Aplikasi Produk dan Gas Dalam mendukung industri secara nyata dengan dukungan 60 laboratorium. Pelayanan yang diberikan oleh LEMIGAS mempunyai 4 (empat) kelompok layanan (Standar Pelayanan Minimum LEMIGAS) berikut: 1. Kajian 2. Riset 3. Jasa Studi dan Konsultasi, dan 4. Jasa Laboratorium.

48 33 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PPPTMGB LEMIGAS Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun Gambaran Umum SIMAK BMN Secara umum struktur organisasi SIMAK BMN ditetapkan sebagai berikut: a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB), sebagai penanggung jawabnya adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang secara fungsional dilakukan oleh unit Eselon 1 yang membidangi kesekretariatan yaitu Sekretariat Jenderal (Setjen) ESDM. b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1), sebagai penanggung jawabnya adalah pejabat Eselon 1 yaitu Setjen ESDM, yang secara fungsional dilakukan oleh Eselon 1I yang membidangi kesekretariatan yaitu Biro Umum. c. Koordinator Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB- W) Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan, sebagai penanggung jawabnya adalah Kepala Unit kerja yang telah ditetapkan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Akuntansi. Pelaporan. Keuangan. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.894, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Istem Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pemerintah Pusat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG 1 of 15 12/22/2015 3:53 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Barang Milik Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Barang Milik Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Barang Milik Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Pada UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT I. PENDAHULUAN I.1. Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Undang- Undang Nomor. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Lebih terperinci

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b) Undang-Undang

Lebih terperinci

Pertanggungjawaban Barang Milik Negara pada Kementerian Negara/Lembaga

Pertanggungjawaban Barang Milik Negara pada Kementerian Negara/Lembaga SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA Pertanggungjawaban Barang Milik Negara pada Kementerian Negara/Lembaga DASAR HUKUM Undang Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Akuntansi Menurut Dwi (2012:4) Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah membuka koridor baru bagi penerapan anggaran berbasis kinerja di lingkungan pemerintahan. Dengan pasal 68 dan 69 UU tersebut,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Menimbang: bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimiliki oleh Pemerintah, dan dapat diukur dalam satuan uang, termasuk

BAB II LANDASAN TEORI. dimiliki oleh Pemerintah, dan dapat diukur dalam satuan uang, termasuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aset 2.1.1. Pengertian aset Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara sebagaimana tercantum juga dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 120/PMK.06/2007 tentang

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA 29 BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA Bab ini membahas prosedur akuntansi BMN dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). SIMAK-BMN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT 1 of 18 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016 CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM bcatatan ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi dalam bidang keuangan yang ditandai dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: 9 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: a. pencatatan bukti-bukti pembukuan dalam buku jurnal. Transaksi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASET TETAP Dalam Standar akuntansi keuangan disebutkan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia. No.89, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.1 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN MILITER UTAMA SEMESTER_I TAHUN_213 BAGIAN

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DTSS Pengelolaan Barang Milik Negara (Bagi Pengguna Barang) Tahun 2016 Maret 2016 Oktavia E P Pusdiklat KNPK [TYPE THE COMPANY ADDRESS] A. Pembukuan BMN Penatausahaan

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.5 BADAN PERADILAN MILITER DAN TATA USAHA NEGARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN MILITER UTAMA SEMESTER_I

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG TATA CARA REKONSILIASI BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2007 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.391, 2016 KEMENHUB. Pelaporan Keuangan. Berbasis Akrual. Sistem dan Prosedur Akuntansi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 21 TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) LaporanBarang Milik Negara (Audited) Untuk Periodeyang Berakhir 31 Desember2016 JalanPramuka No. 33, Jakarta Timur 13120 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA 16 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA Bab ini membahas kebijakan akuntansi BMN dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Barang

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PENGADILAN AGAMA TANGERANG opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu pos aset di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA WONOSARI SEMESTER_I TAHUN_2013

Lebih terperinci

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan RUANG LINGKUP PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum, dan mengatur perlakuan akuntansinya,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BARANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: fixed assets, SIMAK BMN, state property, administration

ABSTRACT. Keywords: fixed assets, SIMAK BMN, state property, administration ABSTRACT ANALYSIS OF THE ADMINISTRATION OF FIXED ASSETS AND IMPLEMENTATION THROUGH MANAGEMENT AND ACCOUNTING INFORMATION SYSTEMS OF STATE (SIMAK BMN) OF NATIONAL NARCOTICS BOARD OF LAMPUNG PROVINCE Anita

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN II : TATA CARA PEMBUKUAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN LAMPIRAN II : TATA CARA PEMBUKUAN BARANG MILIK NEGARA LAMPIRAN II : TATA CARA PEMBUKUAN BARANG MILIK NEGARA A. Pengertian dan maksud pembukuan Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang yang ada pada Kementerian Sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu No.1185, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penilaian Kembali BMN. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.06/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1688, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penatausahaan BMN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Pengadilan Tinggi Agama Kupang Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis Tahun 2014 merupakan bagian dari rencana strategis

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI

BAGIAN ANGGARAN BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG WILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda Tahun Anggaran 2015

KATA PENGANTAR. LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda Tahun Anggaran 2015 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Menteri Perindustrian

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Whitten, Bentley, & Dittman pada bukunya yang berjudul Systems Analysis and Design Methods (2004), sistem informasi adalah serangkaian prosedur, metode,

Lebih terperinci

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017.

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017. KOMISI II MINTA SETIAP SKPD MILIKI DATA ASET https://dconsultingbusinessconsultant.com Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (D PRD) Kota Ambon meminta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED I. PENDAHULUAN CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED A. Dasar Hukum 1. Undang- Undang Nomor. 17 Tahun 2003

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN 005.04.2900.440713.000-KD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Dalam informasi akuntansi dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan data keuangan suatu perusahaan. Data

Lebih terperinci

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Sistem akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG PEMBANTU PENGGUNA WILAYAH UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG WILAYAH PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA BAGIAN ANGGARAN 005.03 SEMESTER II TAHUN2014

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.4 SEMESTER I TAHUN 216 I. Pendahuluan CATATAN

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Gambaran Singkat Perusahaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.03 BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN NEGERI SIBOLGA SEMESTER_I TAHUN_2014 BAGIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA DALAM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Keramik Semester I Tahun Anggaran 2016

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Keramik Semester I Tahun Anggaran 2016 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN PERIODE SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/ 2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BENGKULU

UNIVERSITAS BENGKULU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BENGKULU Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371A Telpon (0736) 21170, 26793 Faksimile (0736) 20815 Laman : //www.unib.ac.id e-mail : rektorat@unib

Lebih terperinci

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK LAMPIRAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /KM.6/2013 TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANTAENG SEMESTER_II TAHUN_2013

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017 I. PENDAHULUAN 1. DASAR HUKUM a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1256, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Likuidasi. Akuntansi. Pelaporan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198 /PMK.05/2012 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN II. 0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN

Lebih terperinci

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

Lebih terperinci

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR... TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.03 BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN NEGERI STABAT SEMESTER_I TAHUN_2014 BAGIAN

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG Abstract Mulyati Setyaningsih, Adilistiono Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang The Objective of this

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TANGGAL TAHUN AKUNTANSI ASET TETAP Lampiran I.0 PSAP 0 (i) www.djpp.d DAFTAR ISI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.776, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Instansi. Pelaporan Keuangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe No.762, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sistem Akuntansi Investasi. Pemerintah. Kebijakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

3. Barang Ekstrakomptabel. Barang Ekstrakomptabel adalah mencangkup BMN berupa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi.

3. Barang Ekstrakomptabel. Barang Ekstrakomptabel adalah mencangkup BMN berupa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi. 49 TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Sublampiran A Lampiran Peraturan Kasad Nomor Perkasad/ / /2011 Tanggal 2011 PENGERTIAN 1. Akuntansi. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran,

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI.

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI. AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI www.perbendaharaan.go.id PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN PENUGASAN Kewenangan Pusat DILAKSANAKAN INSTANSI PUSAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Pemerintahan Daerah 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pemerintahan Daerah Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu akuntansi sektor publik yang berkembang pesat di Indonesia.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1372, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pelaporan Aset. BMN. Kontrak Kerja Sama. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 245/PMK.05/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP Dalam melaksanakan pencatatan dan penilaian aset tetap pemerintah, dokumen sumber utama yang digunakan oleh Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 1/PMK.06/2013 TENTANG PENYUSUTAN

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04.2900.440713.000-KD BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

Lebih terperinci