BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Sebaliknya, warga negara yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan. 1 Sampai sekarang penggunaan istilah partisipasi politik seolah-olah suatu ungkapan yang hanya menunjukkan atau mewakili satu jenis perilaku saja padahal konsep partisipasi politik meliputi berbagai pola perilaku yang mencakup kegiatan pemilihan umum, termasuk memberi suara, juga sumbangan-sumbangan untuk kampanye yaitu berusaha meyakinkan orang lain untuk memberikan suaranya kepada seorang calon atau partai politik tertentu, bekerja dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan ikut dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Seperti yang dikatakan oleh Milbrath yang ditulis didalam buku Sudijono Sastroatmodjo yang berjudul Perilaku Politik memberikan empat alasan bervariasi dengan partisipasi politik seseorang yaitu: 1. Berkenaan dengan penerimaan perangsang politik. 1 Komarudin Sahid Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia. hal 175.

2 Keterbukaan dan kepekaan seseorang terhadap perangsang politik melalui kontak-kontak pribadi, organisasi, dan melalui media massa akan memberikan pengaruh bagi keikutsertaan seseorang dalam kegiatan politik. Sikap dan nilainilai yang dimiliki individu juga memiliki pengaruh dalam partisipasi politik. Sikap sinis, acuh, dan terasing sangat mungkin memiliki dampak yang cukup besar terhadap partisipasi politiknya. 2. Berkenaan dengan karakteristik sosial seseorang. Dapat disebutkan bahwa status sosial ekonomi, karakter suku, usia, jenis kelamin dan keyakinan/agama dapat mempengaruhi terhadap partisipasi politik seseorang. Karakter seseorang berdasarkan faktor itulah yang memiliki pengaruh yang relatif cukup besar terhadap partisipasinya. 3. Menyangkut sifat dan sistem partai tempat seseorang individu itu hidup. Hal itu menyangkut sistem politik dan sistem kepartaian yang terdapat di lingkungan politiknya. 4. Perbedaan regional Merupakan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap perbedaan watak dan tingkah laku individu. Status ekonomi seseorang seperti pekerjaan dan pendapatan ternyata juga mempengaruhi partisipasinya dalam berpolitik karena sebagian ahli politik mengatakan bahwa partisipasi politik seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mendorong partisipasi politiknya juga tinggi. Tetapi, apakah pada seorang perempuan juga berlaku hipotesis seperti itu, karena yang kita ketahui perempuan cenderung bersikap acuh dan tidak mau tahu dengan dunia politik. Pada penelitian ini partisipasi politik yang akan diteliti adalah partisipasi pemilihan umum kepala daerah. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam

3 rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada, dimana masyarakat secara langsung memilih dan menentukan kepala daerahnya dengan mengikuti ataupun berpartisipasi dalam pemilihan tersebut. Frank Linderfeld menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial dalam pendapatan suatu keluarga dalam masyarakat. 2 Dalam studinya ia juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang rendah dalam sebuah keluarga menyebabkan seseorang anggota masyarakat merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang bersangkutan pun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki kemapanan ekonomi. Di Negara berkembang dengan rata-rata pendapatan ekonomi yang rendah, seperti Indonesia, partispasi politiknya cenderung apatis, sikap apatis ini disebabkan karena faktor status sosial ekonomi yang rendah tersebut. Minat politik dan kesadaran politik mereka rendah karena mereka masih sibuk dalam usaha perbaikan taraf hidupnya. Sikap apatis dalam kehidupan politik saat ini kemudian juga menjalar ke berbagai gender, terutama dalam hal ini adalah kaum perempuan. Tetapi dalam hal ini, Linderfield hanya sebatas lebih mengutarakan hipotesis yang pada umumnya terjadi di seluruh negara tanpa adanya penelitian secara empiris yang sebenarnya secara faktual belum terbukti kebenarannya. Di negara yang sedang berkembang, seringkali terjadi dinamika dan perubahan sikap dan perilaku politik masyarakatnya seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat tersebut. Setiap individu dalam masyarakat saat ini bisa saja akan memiliki perilaku yang aktif dalam aktivitas politik walaupun pada keadaan sosial ekonomi yang belum memadai. Kaum perempuan misalnya yang dominan bekerja sebagai ibu rumah tangga, guru atau pedagang yang tidak terlalu memiliki tingkat pendapatan yang tinggi bisa saja dalam melakukan aktivitas-aktivitas politik bersikap aktif, misalnya pada saat kancah demokrasi seperti pemilihan kepala daerah. Sikap aktif 2 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 156.

4 perempuan dalam partisipasi sebagai pemilih dalam kancah politik pemilihan kepala daerah dalam hal ini dapat berwujud keikutsertaan perempuan dalam proses pemenangan salah satu calon gubernur, seperti perempuan yang terlibat dalam penyusunan strategi kampanye, keterlibatan perempuan dalam penggalangan dukungan massa, dan keikutsertaan perempuan dalam aktivitas organisasi atau partai politik sebagai konstituen dari salah satu calon gubernur. Sikap aktif perempuan sebagai pemilih dalam pemilukada ini, tentu saja bukan hanya dialami oleh kalangan perempuan dengan latarbelakang keluarga yang tinggi ekonominya, sikap aktif dalam politik bukan hanya didominasi oleh kalangan perempuan yang memiliki profesi dan pendapatan yang tinggi. Dalam perkembangan dinamika kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini, kaum perempuan yang lemah dalam segi pendapatan bisa saja turut serta sebagai pemilih dalam pemilukada yang turut berpartisipasi dalam proses pemilihan kepala daerah khusunya di Provinsi Sumatera Utara. Perempuan yang selalu menjadi kaum yang dinomorduakan membuat ruang gerak mereka dalam berkegiatan selalu dibatasi seperti misalnya ikut terjun ke dunia politik. Politik selama ini selalu identik dengan dunia laki-laki, dengan dunia yang kotor yang tidak pantas dimasuki perempuan. Politik menjadi identik dengan sesuatu yang aneh dari pandangan feminitas karena politik terkait dengan kekuasaan, kesewenangan, kekerasan, penggerahan massa dan kompetisikompetisi yang tidak melekat dalam diri perempuan yang mengutamakan perdamaian dan harmoni. 3 Prof. Farida Nurland, Kepala Pusat Penelitian Jender dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, telah mengidentifikasikan berbagai masalah dan kendala dalam partispasi politik perempuan yaitu budaya Indonesia bersifat feodalistik dan patrialkal, masyarakat Indonesia memiliki pemahaman dan penafsiran yang konservatif tentang ajaran-ajaran agama, hegemoni negara masih sangat dominan, hal ini tercermin pada lembaga-lembaga negara yang 3 Harmona Daulay Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press. hal 40.

5 melestarikan budaya partriarkis di segala tingkatan. 4 Bukan hanya karena perempuan yang pada dasarnya bersikap acuh terhadap perpolitikan tetapi juga dikarenakan pemahaman dari kebudayaan dan ajaran agama yang berada di masyarakat membuat ruang gerak perempuan lebih dibatasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga tak jarang pengamat politik memandang bahwa suara perempuan dijadikan suara pendulang pada pemilihan umum, karena perempuan pada dasarnya mudah untuk dipengaruhi apalagi dalam hal perpolitikan khususnya pada pemilihan umum. Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonomi salah seorang anggota keluarganya akan tinggi dalam lingkungan masyarakat. Pendapatan keluarga mempengaruhi status ekonomi salah seorang masyarakat di lingkungannya. Pada penelitian ini saya mencoba untuk menggambarkan bagaimana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik seorang perempuan, apakah dengan pendapatan keluarga yang tinggi membuat seorang perempuan dipercayakan untuk ikut serta dalam pelaksanaan panitia pilgubsu kemarin, dan perempuan yang pendapatan keluarganya rendah hanya dijadikan sebagai masa pada saat kampanye karena mereka dapat dengan mudah dipengaruhi dengan diiming-imingi souvenir dan sebagainya,dan sejauh mana partisipasi politik yang dilakukan seorang perempuan dengan melihat kemelut pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin mahal. Peneliti sangat tertarik dalam melakukan penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui secara lebih komperhensif pandangan-pandangan masyarakat yang pada umumnya mengatakan kaum perempuan yang lemah dalam segi ekonomi terutama pendapatan memiliki partisipasi yang rendah itu memang fakta dan benar adanya ataukah tidak benar. Maka dengan demikian penulis akan melihat partisipasi politik masyarakat pada Pemilukada Gubernur Sumatera Utara Hal ini disebabkan bahwasanya untuk mengukur tingkat partisipasi politik 4 Tofiq Saeifuddin. Partisipasi Politik Perempuan atau Praktek Politik Perempuan (Analisis Kritis Fenomena Pencalonan Perempuan Dalam Pemilukada). diakses pada 1 Juni 2013.

6 masyarakat paling mudah adalah ketika Pemilihan Umum dilaksanakan dengan melihat pola perilaku politik masyarakat yang mencakup: kegiatan pemberian suara, kegiatan kampanye untuk mendukung calon atau partai politik hingga kegiatan mencari dukungan bagi calon yang diharapkan akan menang. Untuk itu peneliti ingin mengungkapkan secara faktual Pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah sumatera utara Peneliti sangat tertarik melakukan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi di salah satu kelurahan di Kota Medan yaitu kelurahan Tanjung Selamat kecamatan Medan Tuntungan karena pada kelurahan ini memiliki sampel yang heterogen ditandai dengan komposisi masyarakat yang beragam etnis, suku, pekerjaan, dan agama yang sehingga kelurahan ini dapat dijadikan lokasi penelitian. I.2 Perumusan masalah Banyaknya realitas di masyarakat bahwa seorang perempuan yang setelah menikah menjadi seorang ibu rumah tangga membuat para perempuan ini tidak memiliki penghasilan, sehingga status ekonomi seorang perempuan khususnya seorang ibu rumah tangga menjadi tinggi adalah karena dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya. Berpijak dari realitas ini saya mencoba menggambarkan sejauh mana pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik pada perempuan, dan melihat pola perilaku politik masyarakat khususnya perempuan yang mencakup pada kegiatan pemberian suara, mengikuti kampanye dan keikutsertaan pada partai politik. Dari latar belakang diatas, maka perumusan dalam hal penelitian ini adalah Sejauh mana pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan pada pemilukada Gubernur Sumatera Utara 2013 kemarin.

7 I.3 Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Sejauh mana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan pada pemilukada Gubernur Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat? I.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sejauh mana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. I.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam memaparkan dan menggambarkan pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan. 2. Manfaat akademis yaitu penelitian ini dapat menjadi referensi baru dalam pengembangan khasanah ilmu politik dan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan. 3. Bagi masyarakat khususnya perempuan penelitian ini dapat berguna untuk memotivasi perempuan untuk meningkatkan kesadaran berpolitik. I.6 Kerangka Teori Untuk menulis sebuah karya ilmiah ataupun penelitian sudah pasti harus memiliki sebuah landasan yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan. Adanya teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir membuat sebuah tulisan akan

8 lebih bersifat ilmiah karena salah satu syarat karya ilmiah haruslah berpedoman kepada satu atau lebih dari satu teori yang digunakan sebagai bahan acuan. I.6.1 Partisipasi Politik Kata partisipasi politik salah satu tatanan yang sangat penting pada negara demokrasi, karena suatu negara yang demokrasinya tinggi ditandai dengan tingginya partisipasi rakyat dalam berpolitik. Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan sekelompok manusia ataupun individu yang secara aktif ikut dalam dunia perpolitikan seperti misalnya ikut dalam pemilihan kepala negara secara langsung dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Sampai sekarang penggunaan istilah partisipasi politik seolah-olah suatu ungkapan yang hanya menunjukkan atau mewakili satu jenis perilaku saja padahal konsep partisipasi politik meliputi berbagai pola perilaku yang mencakup (1) kegiatan pemilihan umum, termasuk memberi suara, juga sumbangan-sumbangan untuk kampanye yaitu berusaha meyakinkan orang lain untuk memberikan suaranya kepada seorang calon atau partai politik tertentu, bekerja dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan ikut dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah jauh lebih meluas dibandingkan dengan bentuk-bentuk partisipasi lainnya dan oleh sebab itu faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian itu seringkali membedakannya dari jenis-jenis partisipasi lain, termasuk kegiatan kampanye, 5 (2) berusaha mempengaruhi sikap dan perilaku para pejabat pemerintah mengenai masalah-masalah yang berpengaruh atas sejumlah rakyat, (3) kegiatan organisasi lainnya yang bukan usaha mempengaruhi para pejabar pemerintah dan yang dimaksudkan dengan mempengaruhi suasana umum tentang pembuat kebijakan berlangsung (seperti usaha pendapat umum tentang suatu masalah tertentu), (4) mengadakan hubungan pribadi dengan pejabat pemerintah untuk mengemukakan 5 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 16-17

9 keluhan-keluhan yang berhubungan dengan seorang individu tertentu, dan (5) kekerasan, yang berarti usaha mempengaruhi keputusan pemerintah dengan menimbulkan gangguan fisik kepada orang atau hak milik. 6 Menurut Huntington dan Nelson mendefinisikan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. 7 Huntington dan Nelson pengertian partisipasi politik dibatasi dengan beberapa hal seperti: 1. Huntington dan Nelson mengartikan partisipasi politik hanyalah mencakup kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Dalam hal ini mereka tidak memasukkan komponen-komponen subjektif seperti pengetahuan tentang politik, minat terhadap politik, perasaan-perasaan mengenai politik dan keefektifan politik. Tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana berbagai sikap dan perasaan tersebut berkaitan dengan bentuk tindakan politik. 2. Yang dimaksudkan dalam partisipasi politik itu adalah warga negara biasa bukan pejabat-pejabat pemerintah. Hal itu didasarkan pada pejabat-pejabat pemerintah yang mempunyai pekerjaan profesional di bidang itu, padahal justru kajian ini pada warga negara biasa. 3. Kegiatan partisipasi politik itu hanyalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Tindakan-tindakan yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, terlepas apakah itu legal atau tidak. Dengan itu protes-protes, demonstrasi, bahkan bentuk kekerasan pemberontakan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dapat disebut sebagai partisipasi politik. Dalam hal itu partisipasi politik ialah keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. 4. Partisipasi politik juga mencakupi semua kegiatan yang mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu efektif atau tidak, berhasil atau gagal. 6 Robert P. Clark, Menguak kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, hal Komarudin Sahid, Op.Cit,hal 177.

10 5. Partisipasi politik berupa kegiatan mempengaruhi pemerintah yang dilakukan langsung atau tidak langsung. Miriam Budiardjo berpendapat partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, misalnya dalam pemilihan pemimpin negara, mempengaruhi kebijaksanaan negara dan berbagai kegiatan lainnya. 8 Partisipasi memiliki banyak bentuk seperti partisipasi jika dilihat sebagai suatu kegiatan dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif, partisipasi aktif mencakupi kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pemimpin pemerintahan. Sedangkan partisipasi pasif berupa kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah. 9 Partisipasi politik berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi partisipasi yang bersifat sukarela (otonom) dan atas desakan orang lain (dimobilisasi). Nelson membedakan dengan dua sifat yaitu autonomous participation (partisipasi otonom) dan mobilized participation (partisipasi yang dimobilisasikan). Partisipasi politik berbeda dengan kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warganegara dalam kedudukannya sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik. Tapi, kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik (mereka juga warga negara dan anggota masyrakat) dalam kedudukan sebagai pengambil keputusan politik tidak dapat dinamakan partisipasi politik Ibid, hal Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal Budi Susanto Politik dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal 198

11 Adapun Almond membagi partisipasi politik pada bentuk partisipasi politik yang ada pada sistem politik terbagi menjadi level atau derajat pemberian partisipasi seperti pada tabel berikut: Tabel Bentuk dan Derajat Partisipasi Politik Almond 11 Bentuk Ruang Lingkup Derajat Voting (pemberian suara) Luas, keputusan, pemerintah Sedang Informal group (kelompok informal), social movement (pergerakan sosial) Aktifitas kolektif, kebijakan umum Tinggi Direct contact (kontak langsung) Protect activity (aktivitas protes) Spesifik, urusan personal/ pribadi Ekspresif, urusan spesifik Rendah Tinggi Seperti yang sudah dikemukakan oleh beberapa para ahli mengenai partisipasi politik adalah aktivitas seseorang atau lebih untuk ikut serta dalam dunia perpolitikan yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah ataupun pimpinan. Dan partisipasi politik memiliki banyak bentuk dan jenis sehingga pada penelitian saya ini, bentuk atau jenis partisipasi politik yang akan saya teliti adalah partisipasi politik dalam hal pemberian suara pada pemilihan kepala daerah. Saya akan mencoba untuk meneliti keikutsertaan perempuan terhadap partisipasi politik pemberian suara pada pemilihan kepala daerah kemarin dan sejauh mana partisipasi politik lainnya pada perempuan. 11 Komarudin Sahid, Op.cit, hal 179

12 I.6.2 Budaya Politik Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partaipartai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Almond dan Powell berpendapat bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologi dari sistem politik, yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar. Konsep budaya politik terdiri atas sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan yang sedang berlaku pada seluruh anggota masyarakat termasuk pada kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Beberapa definisi budaya politik dapat dilihat sebagai berikut: 12 a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain. b. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, 12 Syahrial Syarbaini Sosiologi dan Politik. Jakarta: Ghalia. Hal 66

13 demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka atau tertutup. c. Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan. d. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan) sikap terhadap mobilitas (mempertahakan status quo atau mendorong mobilitas) prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik). Adapun tipe-tipe budaya politik adalah 13 a. Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius. b. Budaya politik kaula (subjek), yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh 13 Budaya Politik. diakses pada 24 Mei 2013

14 pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. c. Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak. Budaya patriarkhi yang dibudayakan masyarakat di Indonesia membuat budaya perpolitikan merekan pun bersifat patriarkhi, itu ditandai dengan perempuan yang masih mengikuti saran suami atau ayahnya untuk memilih kandidat calon yang mereka pilih. Mungkin hal ini terjadi dikarenakan sudah terbiasanya seorang wanita yang selalu melakukan apapun berdasarkan atas izin ayah atau suaminya bagi perempuan yang sudah menikah. Tidak jarang juga pendapat suami atau ayah dijadikan acuan dalam berbagai hal dan juga dalam bidang politik dikarenakan budaya di Indonesia yang mengambil garis keturunan ayah dan dalam agama lelaki menjadi imam atau pemimpin dalam sebuah

15 keluarga mengakibatkan perempuan cenderung lebih patut dan merasa kodrat mereka selalu di bawah lelaki. I.6.3 Perilaku Politik Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah: Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat Ikut serta dalam pesta politik Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas Berhak untuk menjadi pimpinan politik Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku. 14 Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsifungsi politik yang dipegang oleh masyarakat. 15 Seperti yang kita ketahui bahwa perempuan cenderung bersikap apatis terhadap perpolitikan, perilaku politik yang sering perempuan lakukan adalah mengikuti pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat. Itupun biasanya suara kaum perempuan menjadi suara pendulang karena banyak para pengamat politik 14 Politik. diakses pada 2 April Ramlan Surbakti Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. Hal 167

16 berpendapat bahwa suara perempuan sangat mudah dipengaruhi dalam pemilihan umum. I.6.4 Pemilihan Umum Kepala Daerah Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada atau pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah: 1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi 2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten 3. Walikota dan wakil walikota untuk kota Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun Di dalam

17 undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. 16 Dengan diadakannya pilkada secara langsung, merupakan salah satu wujud untuk mencapainya demokrasi karena masyarakat memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang akan didukungnya dengan bebas tanpa harus ikut campurnya DPRD untuk memilih kepala daerah lagi, dengan adanya pemilukada ini menuntut masyarakat untuk meningkatkan partisipasi politik dalam pemilihan umum, untuk membuat masyarakat lebih melek kepada calon-calon peserta pemilukada. I.6.5 Pengertian Pendapatan Keluarga Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan mendapatkan sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya ke bawah. Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984). Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan Pemilihan Kepala Daerah. diakses pada 3 April Suparyanto Konsep Dasar Status Ekonomi. diakses pada 1 April 2013

18 senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975). 18 Menurut Sukirno (2002: 49) pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari keseluruhan anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Berdasarkan pendapatan, dapat dibagi tingkat ekonomi keluarga menjadi tiga golongan yaitu 1. Tipe Kelas Atas Masyarakat yang berada pada lapisan ini biasanya memiliki rumah yang besar, memiliki mobil, dan tanah yang luas. Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP 2013 sebesar Rp tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas atas tiga kali diatas upah minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp tiap bulannya dan memiliki barang-barang mewah dan rumah yang besar. 2. Tipe Kelas Menengah Masyarakat pada lapisan ini biasanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya dan pemilikan barang-barang berharga sebagai tabungan. Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP 2013 sebesar Rp tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas menengah dua kali diatas upah minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp tiap bulannya. 3. Tipe Kelas Bawah 18 h Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga. diakses pada 1 April Upah Minimum Regional. diakses pada 10 April 2013

19 Masyarakat pada lapisan ini tingkat pendapatannya rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka juga tidak tetap. Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP 2013 sebesar Rp tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas bawah diantara upah minimum propinsi yaitu Rp Rp tiap bulannya Dengan memiliki pekerjaan dan pendapatan yang tinggi membuat status ekonomi seseorang akan terlihat lebih tinggi juga. Tingkat status ekonomi yang tinggi memungkinkan perilaku politik yang lebih berkualitas daripada seseorang yang berada dalam status di bawahnya. Dengan status ekonomi yang tinggi diperkirakan seseorang akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. 20 Status sosial dan status ekonomi memiliki kontribusi yang penting dalam mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Kedudukan sosial tertentu misalnya orang yang memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, akan memiliki tingkat partisipasi politik yang cenderung lebih tinggi daripada orang yang hanya memiliki kedudukan sosial yang rendah. Dalam kaitannya dengan status ekonomi, seseorang yang memiliki status ekonomi yang tinggi dipandang lebih cenderung untuk berpartisipasi politik secara aktif, dibandingkan dengan yang status ekonominya lebih rendah. 21 Perempuan yang setelah menikah banyak menjadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja membuat para ibu-ibu ini tidak memiliki pendapatan pribadi, status ekonomi mereka dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya. Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonominya juga tinggi cenderung untuk berpartisipasi politik juga lebih aktif dibanding dengan pendapatan yang lebih rendah. 20 Sudijono Sastroatmodjo. Op.cit. hal Ibid, hal

20 I.6.6 Feminisme Feminisme sebagai filsafat dan gerakan berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada lakilaki dalam realitas sosialnya. 22 Sebagai sebuah gerakan, feminisme sering dipetakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama berlangsung dari abad ke 19 sampai dengan awal abad ke 20, adalah gerakan yang dirintis kaum perempuan melawan penindasan patriarkal dalam bentuk subordinasi derajat perempuan dibawah laki-laki. Gelombang kedua, yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1980-an, banyak bergerak dalam upaya melawan ketaksamaan derajat perlakuan terhadap kaum perempuan di bidang hukum dan budaya. Gelombang ketiga, dari awal tahun 1990-an sampai sekarang, merupakan kelanjutan dan tanggapan terhadap berbagai kegagalan dari perjuangan dalam gelombang kedua serta tanggapan terhadap reaksi balik yang muncul melawan berbagai inisiatif dan gerakan dalam gelombang kedua. 23 Banyak pengertian yang menjelaskan apa itu feminisme, seperti misalnya Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. 24 Teori feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang terpusat pada wanita. 25 Menurut Chris Barker, feminisme adalah bidang teori dan politik yang plural dengan berbagai perspektif dan rumusan aksi yang saling bersaing. Secara umum bisa dikatakan bahwa feminisme melihat seks/kelamin sebagai sebuah sumbu organisasi sosial yang fundamental dan tak bisa direduksi yang sampai saat 22 Feminisme. diakses pada 15 Maret Fransisco Budi Hardiman Ruang Publik, Yogyakarta: Kanisius, hal Feminisme. diakses pada 16 Maret George Ritzer Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, hal 403

21 ini telah menempatkan perempuan di bawah lelaki. Dengan demikian, perhatian utama feminisme adalah pada jenis kelamin sebagai prinsip pengaturan kehidupan sosial yang sarat dengan relasi kekuasaan. Para feminis melihat bahwa patriarki bersifat struktural bersamaan dengan makna-makna turunannya tentang keluarga yang dipimpin lelaki, penguasaan, dan superioritasnya. Feminisme adalah suatu pergerakan yang berupaya membangun strategi politik untuk mencampuri kehidupan sosial demi kepentingan perempuan. 26 Adapun aliran-aliran dari pemikiran feminisme adalah Feminisme Liberal Terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. 2. Feminisme Radikal Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal". Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. 3. Feminisme pos-modern Ide Posmo ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. 26 Ketika Berbicara Feminisme. diakses pada 16 Maret Feminisme. diakses pada 16 Maret 2013

22 Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial. 4. Feminisme anarkis Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan. 5. Feminisme marxis Kaum Feminis Marxis, menganggap bahwa negara bersifat kapitalis yakni menganggap bahwa negara bukan hanya sekadar institusi tetapi juga perwujudan dari interaksi atau hubungan sosial. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun disisi lain, negara bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja. 6. Feminisme sosialis Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendak mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung. 7. Feminisme postkolonial Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga

23 (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami penindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. 8. Feminisme nordic Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal. Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan harus berteman dengan negara karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara. Dari beberapa aliran dari pemikiran feminisme diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan perlakuan, diskriminasi antara perempuan ataupun pria diberbagai bidang, seperti bidang sosial, ekonomi dan politik. Adanya perlakuan yang tidak adil antara perempuan dengan pria pada perpolitikan ditandai dengan seorang suami atau ayah selalu dengan mudah memberikan asumsi kepada anak atau istrinya untuk ikut memilih kandidat yang juga mereka pilih. Belum tentu seorang perempuan dapat mempengaruhi asumsi terhadap suami atau ayahnya untuk memilih kandidat yang sama denganya karena adanya perlakuan yang tidak adil karena pria berpandangan bahwa mereka lebih mengerti perpolitikan dibanding dengan perempuan. I.7 Hipotesa Ternyata memang ada asumsi bahwa status sosial ekonomi (pendapatan) mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, hal ini tercermin dalam tingkah laku (pola hidup) masyarakat yang cenderung kepada penentuan kebutuhan pribadi

24 dibandingkan dengan partisipasi dalam berpolitik. Dengan bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut maka dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai hipotesis yaitu: Besarnya pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik pada perempuan, dimana semakin rendah tingkat pendapatan keluarga maka akan semakin rendah pula partisipasinya dalam berpolitik. Berdasarkan hipotesis tersebut dapat diambil kesimpulan. Hipotesis tersebut diatas dapat dirumuskan dengan paradigma sederhana sebagai berikut: X Y Menunjukan hubungan antara satu variabel (x = pendapatan keluarga) dengan (y = partisipasi politik pada pemilukada). Agar penarikan hipotesis dapat lebih mudah untuk peneliti tarik maka peneliti membuat hipotesis dalam bentuk statistik, yaitu: a. Hipotesis Nol (H0): menyatakan tidak adanya hubungan, atau tidak adanya pengaruh, atau tidak adanya perbedaan. Maka hipotesis H0 pada penelitian ini adalah pendapatan keluarga tidak mempengaruhi partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat. b. Hipotesis Alternatif (Ha): menyatakan adanya hubungan, atau adanya pengaruh, atau adanya perbedaan. Maka hipotesis Ha pada penelitian ini adalah sama dengan hipotesis penelitian saya adalah adanya pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat.

25 I.8 Defenisi Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami. Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini. Adapun defenisi konsep yang dikemukakan disini adalah sebagai berikut: I.8.1 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonomi salah seorang anggota keluarganya akan tinggi dalam lingkungan masyarakat. Pendapatan keluarga dipengaruhi dengan pekerjaan dan pendapatan masing-masing anggota keluarganya. Dan di dalam penelitian ini pendapatan keluarga akan ditinjau dengan melihat pekerjaan suami, pendapatan suami dan pekerjaan responden. I.8.2 Partisipasi Politik Keikutsertaan ataupun keterlibatan individu dalam politik yang menyangkut keanggotaan dalam partai secara aktif, kampanye, dan pemberian suara kepada salah satu calon gubernur. I.9 Defenisi Operasional Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Proses pengubahan defenisi konseptual yang lebih menekankan kriteria hipotik menjadi defenisi operasional disebut dengan operasionalisasi variabel penelitian. 28 Dengan demikian defenisi operasional didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsepkonsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya 28 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 74.

26 oleh orang lain. Adapun defenisi operasional yang diuraikan adalah sebagai berikut: 1. (X) Variabel Bebas atau variabel pengaruh (independent variable) adalah variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu. Tingkat pendapatan keluarga yang diukur dari indikator: a. Pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan mendapatkan sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Pendapatan Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pada penelitian ini yang menjadi untuk mengukur variabel bebas adalah pendapatan responden dan juga pendapatan suami karena biasanya perempuan yang sudah menikah cenderung menjadi ibu rumah tangga dan dengan pendapatan suami mereka yang tinggi atau rendah akan menempatkan mereka pada status sosial yang mana. 1. (Y) Variabel Terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable) adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi politik yang mereka lakukan: a. Keikutsertaan dalam pemberian suara pada pemilihan kepala daerah 2013 Peneliti akan melihat keikutsertaan responden dalam pemberian suara pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara, melihat alasan mereka untuk ikut memilih dan alasan mereka mengapa memilih calon kandidat tersebut. b. Keikutsertaan dalam kampanye

27 Pada penelitian ini akan melihat keikutsertaan responden dalam kampanye, melihat alasan responden menghadiri kampanye calon kandidat. c. Keanggotaan dalam satu partai politik Pada penelitian ini akan melihat keikutsertaan responden menjadi anggota salah satu partai politik. I.10 Metodologi Penelitian I.10.1 Jenis Penelitian Riset politik kuantitatif adalah penggunaan pengukuran dalam analisis dan sikap 29, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis yang menggunakan model-model seperti model matematika, model statistik, dan ekonometrik. Penelitian ini adalah penelitian dalam permasalahan asosiatif adalah penelitian yang berupaya untuk mengkaji bagaimana suatu variabel memiliki keterkaitan atau hubungan dengan variabel lain, atau apakah suatu variabel dipengaruhu oleh variabel lainnya, atau apakah suatu variabel menjadi sebab perubahan variabel lainnya. Penelitian asosiatif memerlukan hipotesis, atau dugaan terhadap hubungan yang ada. 30 I.10.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di tempat yang berlokasi di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Tanjung Selamat memiliki sampel yang heterogen seperti misalnya memiliki berbagai macam corak etnis, agama dan status sosial ekonomi membuat lokasi ini menjadi layak untuk dijadikan lokasi penelitian. 29 Lisa Harrison,2007. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, hal Azuar Juliandi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan: M2000. Hal 14

28 I.10.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 31 Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah objek yang mempunyai karakter yang berhubungan dengan penelitian ini adalah seluruh perempuan yang sudah menikah atau berusia 17 tahun di Kelurahan Tanjung Selamat. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 32 Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus : 33 n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah pupulasi d = nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau 0,1) Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Tanjung Selamat jumlah penduduk perempuan dewasa diambil berdasarkan rekapitulasi data pemilih tetap yang digunakan untuk Pemilu 2013 sebanyak 4700 jiwa. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak: n= n = 31 Sugiyono,2006. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, hal Ibid 33 Burhan Bungin,2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana,hal 115.

29 n = Jadi sampel yang digunakan untuk menjadi responden dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 98 orang, dengan distribusi sampel per lingkungan berikut: Tabel 1.1 Sampel per lingkungan NO. LINGKUNGAN POPULASI SAMPEL 1. I II III IV V VI VII VIII IX JUMLAH Pada penelitian ini saya menggunakan accidental sampling, yaitu objek yang kebetulan bertemu pada saat pengumpulan data dan sesuai untuk diteliti, maka dijadikan sebagai sampel pemelitian. I.10.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah 1. Pengumpulan data primer

30 a. Metode angket atau disebut juga metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden Pengumpulan data sekunder Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data untuk memperjelas apa yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan kepustakaan. I.10.5 Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini teknik analisa data yang dipergunakan adalah hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterprestasikan dalam suatu uraian. Dalam penelitian ini teknik analisa datanya adalah teknik kuantitatif dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun metode pengujian yang digunakan adalah: 1. Korelasi Product Moment Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan variabel penelitian. Korelasi sederhana digunakan apabila terdapat 1 buah variabel dan 1 buah variabel dependen. Pada Korelasi Product Moment kriteria penerimaan/ penolakan hipotesis dalam SPSS adalah sebagai berikut: a. Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,05 (Sig. 2-tailed< α0,05) b. Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung> probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,05 ( Sig. 2- tailed> α0,05) 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas 34 Ibid, hal 133.

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF

ABSTRAK PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF ABSTRAK PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 (Suatu Studi Di Desa Tempok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa) Oleh Roland Pantow

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena

Lebih terperinci

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini, yang berjudul Peranan Alice Paul Dalam MemperolehHak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat. Kesimpulan ini merujuk pada jawaban

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial terdiri dari sekumpulan teori para teoritisi sosial yang memusatkan perhatian atau menjadikan apa yang disebut Durkheim sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) Oleh : Sandy Brian Randang ABSTRAKSI Partisipasi politik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring bergesernya waktu dari tahun ke tahun fenomena emansipasi di era modernitas saat ini menunjukan kebangkitan perempuan, dan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

Sejarah Muncul dan Berkembangnya Konsep dan Teori tentang Gender. Ida Rosyidah

Sejarah Muncul dan Berkembangnya Konsep dan Teori tentang Gender. Ida Rosyidah Sejarah Muncul dan Berkembangnya Konsep dan Teori tentang Gender Ida Rosyidah Konsep Gender Gender sebagai istilah asing Gender sebagai fenomena sosial budaya Gender sebagai sebuah kesadaran sosial Gender

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu telah ada orang-orang yang memberikan perhatian kepada nasib wanita, yang dianggap diperlakukan tidak adil dalam masyarakat maupun dalam keluarga dibanding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karena data yang diperoleh berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan

BAB III METODE PENELITIAN. karena data yang diperoleh berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan dianalisis

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari kualifikasi unsur-unsur pembentukan suatu wilayah, adanya rakyat, pemimpin yang berdaulat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode kuantitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengukuran skalanya. Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2014) yaitu metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengukuran skalanya. Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2014) yaitu metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif karena penelitian ini menggunakan perhitungan statistik dalam pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik itu adalah budaya politik. Dalam keseharinya setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik itu adalah budaya politik. Dalam keseharinya setiap warga negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Sama hal nya dengan bangsa Indonesia mempunyai sistem politik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan yang signifikan. Salah satu kebijakan dari otonomi daerah diantaranya yaitu diadakannya Pemilihan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membuat instrumen untuk mengukurnya. 49 Karena data diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membuat instrumen untuk mengukurnya. 49 Karena data diperoleh dari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni pengamatan langsung ke obyek yang diteliti

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

PARTISIPASI POLITIK PEMILU PARTISIPASI POLITIK PEMILU DEMOKRASI TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A. B. Partisipasi Politik Pemilu C. Demokrasi PARTISIPASI POLITIK DINAMIKA PARTISIPASI POLITIK Awalnya studi

Lebih terperinci

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari- Gerakan Sosial -fitri dwi lestari- (Bruce J. Cohen - 1992) Gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan (konservatif) unsur tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci