BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian tentang implikatur masih dapat dilakukan lebih lanjut, baik penelitian yang bersifat melengkapi dengan menggunakan hasil-hasil yang sudah ada atau penelitian yang bersifat baru.penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk dipahami dan dapat digunakan sebagai pedoman karena dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.penelitian mengenai implikatur pernah dilakukan oleh Retno Wulandari (2012) dan Anis Permata Dewi (2012).Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulandari (2012) berjudul Kajian Implikatur Bahasa Penjual dan Pembeli Sayur di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas.Penelitian yang dilakukan oleh Anis Permata Dewi berjudul Implikatur dalam Wacana Kolom Pojok Semarangan pada Harian Suara Merdeka. Penelitian mengenai implikatur yang dilakukan oleh Retno Wulandari yang berjudul Kajian Implikatur Bahasa Penjual dan Pembeli Sayur di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.data pada penelitian ini berupa tuturan-tuturan penjual dan pembeli sayur di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumasyang mengandung implikatur.sumber datanya adalah penjual dan pembeli sayur di Pasar Analisis 8 Wacana Pada, Dyah Ayu Restiningtyas, FKIP, UMP, 2014

2 9 Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumasyang berjumlah 5 los dengan 7 penjual dan 2 pegawai.tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan implikatur yang terdapat dalam bahasa penjual dan pembeli sayur di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Anis Permata Dewi yang berjudul Implikatur dalam Wacana Kolom Pojok Semarangan pada Surat Kabar Suara Merdeka.Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.data pada penelitian ini berupa tuturan yang terdapat dalam kolom pojok Semarangan pada Harian Suara Merdekakhususnya yang mengandung implikatur di dalamnya. Sumber datanya adalah wacana kolom pojok Semarangan pada Harian Suara Merdeka yang terbit pada tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 29 Februari 2012, sebanyak 100 wacana berbentuk dialog. Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan penafsiran terhadap jenis-jenis implikatur yang terkandung di balik percakapan kolom pojok Semarangan pada Harian Suara Merdeka berdasarkan skemata, konteks tuturan, prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan.dari kedua penelitian tersebut belum ada yang melakukan penelitian mengenai implikatur dan tanda visual dalam wacana komikdoraemon.maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut. Dari penelitian tersebut memiliki perbedaan yang dilakukan oleh peneliti, perbedaannya terdapat pada sumber data dan tujuan penelitian.peneliti menggunakan sumber data berupa wacana komik Doraemon, dengan tujuan penelitian mendeskripsikan bentuk implikatur dan fungsi sistem tanda visual yang terdapat pada wacana komik Doraemon edisi 2 sampai dengan edisi 8. Sedangkan peneliti Retno

3 10 Wulandari menggunakan sumber data berupa bahasa penjual dan pembeli sayur di Pasar Banyumas dengan tujuan penelitian mendeskripsikan implikatur yang terdapat dalam bahasa penjual dan pembeli sayur di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas dan peneliti Anis Permata Dewi menggunakan sumber data berupa wacana kolom pojok Semarangan pada Surat kabar Suara Merdeka dengan tujuan penelitian mendeskripsikan penafsiran terhadap jenis-jenis implikatur yang terkandung di balik percakapan kolom pojok Semarangan pada harian Suara Merdeka berdasarkan skemata, konteks tuturan, prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. B. Wacana 1. Pengertian Wacana Douglas (dalam Mulyana, 2005:3) menjelaskan Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vak, artinya berkata, berucap.kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana.bentuk ana yang muncul di belakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna membedakan (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataanatau tuturan.menurut(mulyana, 2005: 21) menjelaskan wacana adalah wujud atau bentuk bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif, dan kontekstual.artinya, pemakaian bahasa ini selalu mengandaikan terjadi secara dialogis, perlu adanya kemampuan menginterpretasikan, dan memahami konteks terjadinya wacana, sedangkan dalam (Alwi, 2003:419) wacana adalah rentetan kalimat

4 11 yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain membentuk kesatuan. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah suatu bentuk atau wujud bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif, kontekstual yang berupa perkataan atau tuturan yang lengkap dan terdiri dari rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi satu dengan proposisi lain membentuk kesatuan bahasa yang lengkap.wacana dapat diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh dan di dalam kalimat atau kata terdapat amanat yang lengkap.wacana membahas hubungan konteks-konteks pada sebuah teks, pembahasan tersebut berfungsi menjelaskan hubungan antar kalimat yang membentuk satu kesatuan yang berupa wacana.tulisan adalah wacana, akan tetapi wacana tidak hanya dalam bentuk tulisan. Wacana juga dapat berbentuk lisan, misalkan ada seseorang yang sedang berpidato, ketika berbicara pasti orang tersebut merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang diharapkan dapat dipahami dan oleh pendengarnya. 2. Jenis-Jenis Wacana Wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks di dalam sebuah teks.pembahasan tersebut bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau ujaran yang membentuk suatu kesatuan berupa wacana.wacana merupakan suatu rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan saling memiliki hubungan makna antar kalimat yang terikat konteks.suatu bentuk pernyataan yang memiliki makna disetiap kalimatnya dan

5 12 terdapat konteks yang mendukung pernyataan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.dalam buku Kajian Wacana (Mulyana, 2005: 47) menjabarkan jenis-jenis wacana menjadi empat, yaitu: wacana naratif, wacana deskripsi, wacana argumentasi dan wacana persuasi. a. Wacana Naratif Wacana naratif adalah suatu jenis wacana yang menceritakan suatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya.uraian cerita yang disampaikan cenderung ringkas.bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang.wacana jenis naratif tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang, melainkan hanya menceritakan suatu kejadian yang telah disaksikan, dialami dan didengar oleh penulisnya.wacana naratif dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan).wacana naratif yang bersifat fakta, seperti biografi dan autobiografi, sedangkan wacana yang bersifat fiksi seperti, cerpen, komik dan novel. Contoh: (5) Masyarakat Indonesia sebagai pemakai bahasa dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Baik artinya sesuai dengan konteksnya. Orang harus selalu berpikir, bagaimana sebaiknya menggunakan bahasa secara tepat sesuai situasi dan kondisinya. Selain tepat, juga harus benar. Artinya, bahasa yang kita ucapkan sebaiknya disampaikan atau ditulis dengan pola dan urutan yang benar sesuai dengan gramatika bahasa. b. Wacana Deskripsi Wacana deskripsi adalah suatu wacana yang menggambarkan sesuatu yang jelas dan terperinci.wacana deskripsi biasanya menggambarkan suatu objek berdasarkan pengamatan, perasaan dan pengalaman penulis.wacana deskripsi

6 13 bertujuan memberikan gambaran secara jelas mengenai sesuatu masalah, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar dan merasakan hal yang dideskripsikan.untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.wacana deskripsi yang baik adalah wacana deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca indera. Contoh: (6) Malam itu indah sekali. Bintang-bintang di langit berkerlap-kerlip memancarkan cahaya. Udara dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik mengusik sepinya malam. c. Wacana Argumentasi Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi pendapat, sikap, penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan dan pernyataan yang logis. Wacana argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Dalam wacana ini biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali, yaitu adanya data dan fakta yang mendukung pembenaran suatu kejadian yang disampaikan penulis.data dan fakta yang digunkan dapat diperoleh melalui wawancara dan penelitian lapangan.pada akhir paragraf perlu diberi kesimpulan.pengembangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat atau akibat-sebab. Contoh: (7) Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan. d. Wacana Persuasi Wacana persuasi adalah wacana yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan oleh penulis. Wacana ini biasanya disertai

7 14 penjelas dan fakta-fakta sehingga dapat meyakinkan dan mempengaruhi pembaca. Pendekatan yang dipakai dalam wacana persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi. Wacana persuasi biasanya terdapat pada iklan dalam media massa. Fungsi persuasi agar apa yang disampaikan dapat mempengaruhi orang lain. Contoh: (8) Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan. Komik termasuk dalam wacana naratif.komik merupakansuatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dan dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana dan Ahmad Rivai, 2005: 64). Menurut Alwi (2008: 718) komik juga dapat didefinisikan sebagai cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.pada data penelitian berupa komik Doraemon termasuk dalam wacana naratif yang bersifat fiksi.fiksi di sini karena menceritakan kisah kehidupan sehari-hari seorang anak bernama Nobita dengan robot kucing kesayangannya yang bernama Doraemon dan cara penyampaian ceritanya dibuat seringkas mungkin. Pada komik Doraemon cerita ang digunakan bersifat imajinasi mengenai robot yang berbentuk kucing yang dapat mengeluarkan benda-benda ajaib melalui kantongnya. C. Hubungan Wacana dengan Pragmatik dan Semiotika

8 15 Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari suatu pemakaian bahasa.dalam memahami pemakaian bahasa kita harus memahami konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut.semiotika merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna bahasa yang ditimbulkan dari tanda-tanda bahasa.hubungan antara pragmatik dan semiotika adalah sama-sama menguraikan tentang kegunaan tanda bagi yang menerapkannya dan efek tanda bagi yang menafsirkan sesuai dengan arti yang disampaikan.jadi hubungan antara wacana dengan pragmatik dan semiotika adalah sama-sama mengkaji tentang makna bahasa.hanya saja wacana mengkaji makna tuturan maupun ujaran-ujaran yang dihasilkan oleh masyarakat tutur, pragmatik mengkaji makna bahasa di dalam suatu konteks tuturan, sedangkan semiotika mengkaji makna bahasa berdasarkan ikon, indeks dan simbol. D. Pragmatik Menurut Yule (2006: 3) pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca).pragmatics studies meaning in relation to speech situation. Menurutnya pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai konteks, bukan sebagai sesuatu yang abstrak dalam komunikasi (Leech dalam Rohmadi, 2004:2).Pernyataan tersebut memberi pengertian bahwa pemakaian bahasa harus memperhatikan konteks-konteks yang mewadahinya, konteks-konteks tersebut ikut menentukan makna suatu ujaran.dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah

9 16 studi yang mempelajari tentang makna bahasa yang disampaikan oleh penutur (penulis) sebagai konteks dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) yang digunakan dalam berkomunikasi. Jadi makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. E. Implikatur 1. Pengertian Implikatur Menurut Grice (dalam Mulyana, 2005:11) mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan.sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicaraan yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.dalam buku Pragmatik Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia ( Rahardi, 2005: 43) menjelaskan bahwa penekanan Grice di dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. 2. Bentuk-Bentuk Implikatur a. Implikatur Konvensional(Conventional Implicature) Implikatur konvensional ialah pengertian yang bersifat umum dan konvensional.semua orang pasti sudah mengetahui tentang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu (Mulyana, 2005: 12).Pemahaman terhadap implikatur yang bersifat konvensional menuntut kepada pendengar untuk memiliki pengalaman dan

10 17 pengetahuan umum.implikatur konvensional bersifat nontemporer, artinya makna itu telah tahan lama.suatu leksem tertentu yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran dapat dikenali implikasinya karena maknanya yang lama dan sudah diketahui secara umum.contoh: (9) Muhammad Ali adalah petarung yang indah. (10) Lestari putri Solo, jadi ia luwes. Kata petarung pada (9) berarti atlit tinju.pemaknaan ini dipastikan benar, karena secara umum (konvensional) orang sudah mengetahui bahwa Muhammad Ali adalah atlit tinju yang legendaris. Jadi, dalam konteks wacana tersebut orang tidak akan memahami kata petarung dengan pengertian yang lain. Demikian juga implikasi umum yang dapat diambil antara putri solo dengan luwes pada contoh (10). Selama ini, kota Solo selalu mendapat predikat sebagai kota kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, bahwa perempuan atau wanita solo umumnya dikenal luwes penampilannya. b. Implikatur Percakapan (Conversation Implicature) Implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi.pasalnya, pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan merupakan makna yang dipahami tetapi tidak terungkap dalam apa yang diucapkan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu tindak percakapan (speech act).oleh karena itu, implikatur percakapan bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan), dan nonkonvensional (Sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan) (Levinson dalam Mulyana, 2005: 13).Dalam dialog

11 18 (percakapan), sering terjadi seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru disembunyikan, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya. Contoh bentuk-bentuk percakapannya. (11) Ibu: Ani, adikmu belum makan. Ani: Ya, Bu. Lauknya apa? Percakapan antara Ibu dengan Ani pada contoh (11) termasuk implikatur percakapan.tuturan yang terkandung di dalam tuturan tersebut bermakna perintah menyuapi.dalam tuturan itu, tidak ada sama sekali bentuk kalimat perintah. Tuturan yang diucapkan Ibu hanyalah pemberitahuan bahwa adik belum makan. Namun karena Ani dapat memahami implikatur yang disampaikan Ibunya, ia menjawab dan kesiapan untuk melaksanakan perintah ibunya tersebut. Grice sebuah percakapan memiliki struktur yang kompleks.dari sekian banyak ciri struktural percakapan, terdapat sebuah cerita yang relatif penting, yakni implikatur percakapan.konsep tentang implikatur percakapan mengaitkan pengertian tradisional tentang kemampuan seseorang dalam menyatakan maksud yang berbeda (Budiman, 1999:50).Implikatur merupakan proporsisi tersirat yang muncul dari sesuatu yang dikatakan tetapi tidak dapat dituturkan secara logis atau langsung dari kata-kata yang terucap. Apabila suatu ucapan mempunyai makna dibalik apa yang dikatakan, maka ucapan itu dapat kita katakana memiliki implikatur. F. Prinsip-Prinsip Percakapan Setiap peristiwa komunikasi antara penulis dan pembaca selalu mengharapkan kelancaran dalam berkomunikasi.agar pesan dapat sampai dengan baik pada peserta

12 19 tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip yang oleh Grice (dalam Rohmadi, 2004:17-18) dijabarkan atas empat maksim atau empat prinsip percakapan yang secara umum dipandang sebagai prinsip kerjasama.maksim adalah aturan pertuturan dalam tuturan yang wajar. Keempat maksim yang dimaksud yaitu: maksim kualitas (maxim of quality), maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).sementara itu (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19) juga menjabarkan prinsip kesantunan yang dijabarkan dalam enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxim), maksim kesimpatian (simphaty maxim) dan maksim penerimaan atau pujian (approbation maxim). 1. Prinsip Kerja Sama a. Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Maksim kualitas (maxim of quality) yaitu aturan pertuturan yang menuntut setiap peserta tutur untuk berkata benar(grice dalam Rohmadi, 2004: 18).Kontribusi perserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.misalnyaseseorang harus mengatakan bahwa ibukota Indonesia adalah Jakarta bukan kota-kota lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu.akan tetapi bila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian bisa terjadi.contoh: (12) Guru : Di manakah ibukota RI? Bagas : Semarang.

13 20 Bagas tidak berkata benar, karena ibukota RI adalah Jakarta.Dengan demikian, murid itu tidak memenuhi maksim kualitas. b. Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Maksim kuantitas (maxim of quantity) ialah aturan pertuturan yang menuntut setiap penutur memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang diminta (Grice dalam Rohmadi, 2004: 18). Apabila informasi yang diberikan lawan tutur sesuai dengan apa yang ditanyakan penutur dapat dikatakan melaksanakan maksim kuantitas. Namun sebaliknya, apabila jawaban yang diberikan lawan tutur mengandung informasi yang berlebihan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Contoh: (13) Mamad : Siapakah namamu, Dik? Putri Kusuma : Putri Kusuma. Tuturan di atas terlihat jelas saat Mamad menanyakan nama pada seorang gadis, kemudian gadis tersebut menjawab bahwa dia bernama Putri Kusuma, sehingga jawaban gadis tersebut memenuhi maksim kuantitas. c. Maksim Relevansi (Maxim of Relevance) Maksim relevansi (maxim of relevance) ialah aturan pertuturan yang menuntut adanya relevansi dalam tuturan antara pembicaraan dengan masalah yang sedang dibicarakan (Grice dalam Rohmadi, 2004: 18).Hal terebut diharapkan antara peserta tutur dapat menjalin kerja sama yang baik dalam bertutur. Bertutur dengan tidak

14 21 memberikan kontribusi yang sesuai dengan masalah yang sedang dibicarakan dianggap melanggar maksim relevansi.contoh: (14) Direktur : Bawa sini semua berkasnya akan saya tandatangani dulu! Sekretaris : Maaf Bu, kasihan sekali nenek tua itu. Tuturan Sekretaris Maaf Bu, kasihan sekali nenek tua itu terlihat jelas tidak memiliki relevansi dengan apa yang dipertintahkan sang Direktur, yang mengatakan Bawa sini semua berkasnya akan saya tandatangani dulu!. Dengan demikian tuturan tersebut dapat dikatakan melanggar maksim relevansi. d. Maksim Pelaksanaan (Maxim of Manner) Maksim pelaksanaan (maxim of manner) ialah aturan pertuturan yang mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut, tidak ambigus, tidak taksa dan tidak berlebihan (Grice dalam Rohmadi, 2004: 18). Contoh: (15) A : Sepeda saya ringsek tertabrak mobil. Dapatkah Anda memperbaiki sehingga kembali seperti semula. B : Bisa, tapi waktunya setengah abad. Jawaban B yang mengatakan bisa tapi waktunya setengah abad bersifat melebihlebihkan.hal ini memang disengaja, karena untuk menciptakan suasana humor. 2. Prinsip Kesantunan a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim) Maksim kebijaksanaan (tact maxim), ialah aturan dalam pertuturan dengan cara meminimalkan kerugian terhadap lawan tutur dan memaksimalkan keuntungan bagi lawan bicara (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19). Apabila dalam kegiatan bertutur

15 22 orang dapat berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, akan dapat terhindar dari sikap iri hati dan dengki terhadap lawan tutur. Contoh: (16) Ibu : Ayo, dimakan bakminya! Di dalam masih banyak, kok. Tamu : Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu? Pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan IbuAyo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak, kok.tuturan itu disampaikan kepada sang tamu sekalipun sebenarnya satu-satunya hidangan yang tersedia adalah apa yang disajikan kepada si tamu tersebut. Sekalipun sebenarnya di dalam rumah jatah untuk keluarganya sendiri sebenarnya sudah tidak ada, namunibu itu berpura-pura mengatakan bahwa di dalam rumah masih tersedia hidangan lain dalam jumlah yang banyak.tuturan itu disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak sedikitpun. b. Maksim Kemurahan (Generosty Maxim) Maksim kemurahan (generosity maxim), ialah pertuturan dengan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19).Contoh: (17) Anak A : Mari saya cucikan baju kotormu!. Pakaianku tidak banyak kok yang kotor. Anak B: Tidak usah, nanti siang saya akan mencuci juga kok. Dari tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain.pemaksimalan yang dilakukan untuk pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan

16 23 dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya si B. Orang yang tidak suka membantu orang lain, apabila tidak pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan dapat dikatakan tidak sopan dan biasanya tidak akan mendapatkan banyak teman di dalam pergaulan keseharian hidupnya. c. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Maksim kerendahan hati (modesty maxim), ialah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan ketidakhormatan terhadap diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat terhadap diri sendiri (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19). Bersikap rendah hati dilakukan dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akandikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Pada lingkungan masyarakat sikap rendah hati dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesantunan seseorang.contoh: (18) Sekretaris A : Dik, nanti, rapatnya di buka dengan doa dulu, ya! Andayang memimpin! Sekretaris B : Ya, Mbak. Tapi saya jelek, lho. Dari tuturan yang disampaikan sekretaris B di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dengan mengatakan bahwa suara dia jelek ketika membacakan doa. d. Maksim Kecocokan (Agreement maxim) Maksim kecocokan (agreement maxim), ialahaturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan persetujuan terhadap orang lain (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19).Apabila terdapat kecocokan antara peserta tutur dalam kegiatan bertutur, masing-

17 24 masing dari mereka dapat dikatakan memiliki sikap santun.dapat ditandai dengan mengacungkan jempol, memberikan anggukan tanda setuju.contoh: (19) Noni : Nanti malam kita makan bersama ya, Yun! Yuyun : Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto. Dari tuturan yang disampaikan oleh Noni dan Yuyun dapat dilihat dengan jelas bahwa keduanya melaksanakan maksim kecocokan. Hal itu terlihat ketika Noni mengajak yuyun untuk makan malam bersama, kemudian Yuyun menyetujui apa yang dituturkan oleh Noni. e. Maksim Kesimpatian (Simphaty Maxim) Maksim kesimpatian (simphaty maxim), ialah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan rasa simpati kepada orang lain dan meminimalkan rasa antipati kepada orang lain (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19). Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan yang tidak santun. Kesimpatian terhadap pihak lain dapat diwujudkan dengan cara memberikan senyuman, anggukan dan perhatikan terhadap lawan tutur. Contoh: (20) Ani : Tut, nenekku meninggal. Tuti : Inalilahiwainailahirojiun. Ikut berduka cita. Dari tuturan yang disampaikan oleh Tuti di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa iamelaksanakan maksim kesimpatian.pada saat Ani mengatakan bahwa neneknya meninggal, secara langsung Tuti menunjukkan rasa empatinya dengan mengatakan Inalilahiwainailahi rojiun.ikut berduka cita. f. Maksim Penerimaan atau Pujian (Approbation Maxim)

18 25 Maksim penerimaan atau pujian (approbation maxim), ialah aturan pertuturan yang meminimalkan ketidakhormatan terhadap orang lain dan memaksimalkan pujian kepada orang lain (Leech dalam Rohmadi, 2004: 19). Dengan maksim ini, diharapkan para peserta tutur tidak saling mencaci, menghina, mengejek dan merendahkan pihak lain. Perserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur dianggap tidak memiliki sopan santun. Contoh: (21) Dosen A: Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelasbusiness English. Dosen B : Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali dari sini. Pemberitahuan yang disampaikan Dosen A terhadap rekannya Dosen B pada contoh diatas, ditanggapidengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh Dosen A. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu Dosen B berperilaku santun terhadap Dosen A. G. Konteks Tuturan Menurut Mulyana (2005:21) konteks tuturan merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: (a) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu, (b) konteks epistemis

19 26 (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar, (c) konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi, (d) konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar (Imam Syafi ie dalam Lubis, 1991: 58). H. Semiotika 1. Pengertian Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda.dalam bahasa inggris semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti: bahasa, kode dan sinyal. Jadi semiotika merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Wibowo, 2013: 7).Sedangkan menurut Sobur (2009: 15) semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.tanda-tanda tersebut berupa tanda visual dan semua tanda yang bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki dalam menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan atau perilaku manusia. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semiotika merupakan ilmu atau metode analisis yang mempelajari dan mengkaji sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar kita telah mempraktekkan semiotika dalam komunikasi.misalkan saja ketika kita melihat lampu lalu lintas yang menunjukkan

20 27 warna merah, maka otomatis kita menghentikan kendaraan kita dan kita memaknai lampu hijau yang berarti kita harus segera melaju kendaraan kita.pada saat melihat rambu-rambu lalu lintas tanda P dicoret menandakan bahwa kita tidak boleh memarkirkan kendaraan dilokasi yang bertanda tersebut.ketika kita memaknai tanda P dicoret itu, kita telah berkomunikasi. Kita telah melakukan proses pemaknaan terhadap tanda tersebut. 2. Bentuk-Bentuk Tanda Menurut Wibowo (2013: 7) tanda merupakan suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili yang lain.tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengahtengah manusia dan bersama-sama manusia (Sobur, 2009: 15).Tanda terdapat dimanamana.kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, bangunan, nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda.segala sesuatu dapat menjadi tanda.dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanda merupakan suatu perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili yang lain.menurut Charles S Peirce (dalam Wibowo, 2013: 18) tanda dibedakan menjadi tiga, yaitu: ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). a. Ikon (Icon) Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa dengan apa yang diacunya, sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Ikon merupakan

21 28 suatu gejala yang kurang penting, padahal berbagai tanda ikon terdapat disekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.di dalam bahasa, kita menggunakan onomatope sebagai tanda ikon.misalnya bunyi cit citcit, mengacu pada objek suara yang diacunya yaitu tikus.bunyi guk guk guk, mengacu pada objek suara anjing. b. Indeks (Index) Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensi terhadap petandanya atau objeknya.di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual.misalnya jejak telapak kaki dipermukaan tanah, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat disana.ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu di rumah kita.suara byuur menandakan ada orang atau benda yang jatuh ke dalam air yang cukup dalam. c. Simbol (Symbol) Simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional.jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama.tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.pada rambu lalu lintas banyak sekali menggunakan simbol sebagai pemberitahuan kepada masyarakat.pada sebuah komik terdapat simbol rambut berdiri menandakan orang tersebut sedang kaget, terdapat simbol warna merah pada kedua pipi tokoh menandakan orang tersebut sedang merasakan malu.

22 29 3. Fungsi Tanda Visual a. Ikon (Icon) Di dalam sebuah cerita bergambar tanda ikon merupakan tanda yang digunakan untuk menjelaskan suara khas seekor binatang. Dengan hanya melihat tanda tuturannya saja, kita sudah dapat mengetahui suara yang ditimbulkan merupakan jenis hewan apa. Tanda ikon merupakan tanda yang mudah dikenali oleh para pemakainya.tanda ikon sering kita jumpai di dalam sebuah cerita bergambar.ikon di dalam cerita bergambar berfungsi untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai jenis binatang yang terdapat di dalam cerita berdasarkan suara yang ditimbulkan.misalnya bunyi kaak kaak, mengacu pada objek suara yang diacunya yaitu burung gagak.bunyi cit cit cit, mengacu pada objek suara yang diacunya yaitu tikus.bunyi guk guk guk, mengacu pada objek suara yang diacunya yaitu anjing. b. Indeks (Index) Indeks merupakan salah satu tanda yang berperan penting di dalam suatu cerita bergambar.di dalam indeks, hubungan antara petanda dan penandanya bersifat nyata karena dapat disaksikan dengan panca indera.di dalam sebuah cerita bergambar banyak ditemukan tanda berupa indeks berguna sebagai pelengkap di dalam suatu tuturan.misalnya tanda tok tok tok berfungsi untuk memberitahukan kepada pembaca bahwa di dalam cerita ada yang sedang mengetuk pintu yang artinya ada orang yang ingin bertamu. Tanda byur berfungsi untuk memberitahukan bahwa ada orang atau benda berat yang jatuh ke dalam air yang dalam.tanda deg deg deg

23 30 berfungsi memberitahukan bahwa tokoh yang bersangkutan jantungnya sedang berdegup kencang karena takut.tanda cuur berfungsi memberitahukan kepada pembaca bahwa ada air yang sedang dituangkan kesuatu benda keras sehingga menghasilkan bunyi cuur. c. Simbol (Symbol) Pengungkapan perasaan di dalam sebuah cerita bergambar, biasanya menggunakan suatu tuturan.selain menggunakan tuturan, pengungkapan perasaan juga dapat dilakukan dengan menggunakan tanda.tanda di dalam sebuah cerita bergambar adalah berupa simbol-simbol.simbol-simbol ini biasanya digunakan untuk mendukung suatu isi tuturan di dalam cerita.di dalam cerita bergambar banyak sekali menggunakan gambar yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pembacanya.gambar dibuat sebagai alat untuk mendukung suatu tuturan di dalam sebuah cerita.simbol berupa gambar di dalam suatu cerita bergambar berfungsi untuk menjelaskan perasaan yang sedang dirasakan oleh tokoh.perasaan-perasaan yang dirasakan oleh para tokoh dalam suatu cerita berbeda-beda sesuai dengan konteks tuturan yang ada.simbol-simbol tersebut biasanya digambarkan disekitar badan tokoh seperti kepala, pipi, rambut.perasaan-perasaan yang sering kali digambarkan dialam cerita bergambar, misalnya rasa marah, sedih, takut, terkejut, senang, pusing, malu dan masih banyak yang lainnya.tanda-tanda yang digunakan untuk mewakili perasaan-perasaan tersebut, misalnya tanda berfungsi dalam suatu cerita untuk menjelaskan perasaan marah yang sedang dirasakan tokoh.tanda berfungsi

24 31 untuk menjelaskan perasaan sedih yang sedang dirasakan tokoh. Tanda berfungsi untuk menjelaskan tokoh yang bersangkutan sedang merasa terkejut dengan apa yang dilihat atau didengarnya. Tanda berfungsi dalam cerita untuk menjelaskan rasa malu yang sedang dirasakan oleh tokoh yang bersangkutan.

25 AnalisisWacana pada Komik Doraemon Edisi 2 sampai dengan 8 30 Pengertian Wacana Jenis-jenis Wacana Pengertian Pragmatik Implikatur Semiotika Bentuk- Bentuk Tanda Pengertian Bentuk- Bentuk Implikatur Fungsi Tanda Implikatur Konvensional Implikatur Percakapan Bagan 1. Kerangka Pikir Prinsip- Prinsip Percakapan Prinsip Kerja Sama: 1. Maksim Kualitas (Maxim of Quality) 2. Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) 3. Maksim Relevansi (Maxim of relevance) 4. Maksim Pelaksanaan (Maxim of Manner) Prinsip Kesantunan: 1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim) 2. Maksim Kemurahan (Generosty Maxim) 3. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) 4. Maksim Kecocokan (Agreement Maxim) 5. Maksim Kesimpatian (Simphaty Maxim) 6. Maksim Penerimaan (Approbation Maxim) Konteks Tuturan 31

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implikatur Percakapan Penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Implikatur dalam Wacana Komik pada Majalah Donal Bebek karya Tri Astuti (2012), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001:21). Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai gagasan, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang II. LANDASAN TEORI 2.1 Implikatur Percakapan Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikaan oleh linguistik formal. Implikatur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur

III. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur 61 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Tindak Tutur Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA 1 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA Herlina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang selalu berkembang dari masa kemasa memegang perana penting dalam dunia kebahasaan. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Naskah drama terdapat perbincangan antar pemeran. Melalui perbincangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi serta menyapaikan gagasan dan respon terhadap apa yang ia alami agar dapat bersosialisasi. Bloomfield (Sumarsono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

43 Pengertian Paradigma selanjutnya dijelaskan :Penulisan menggunakan paradigma konstruksivis untuk mengetahui pendapat para komunitas maupun penikmat

43 Pengertian Paradigma selanjutnya dijelaskan :Penulisan menggunakan paradigma konstruksivis untuk mengetahui pendapat para komunitas maupun penikmat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci