PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Suryadi Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Degradasi kualitas lingkungan secara global antara lain disebabkan oleh teknologi yang tidak ramah lingkungan sehingga dapat mencemari lingkungan. Salah satu pencemar lingkungan yang dikhawatirkan adalah bahan kimia yang berbahaya dan beracun seperti pestisida dan turunannya. Kekhawatiran ini cukup beralasan mengingat penggunaan pestisida dalam kehidupan manusia modern, baik dalam jumlah maupun jenis penggunaannya semakin meningkat. Pestisida pada mulanya digunakan di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan dan tanaman hortikultura sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman. Saat ini pestisida bukan hanya dimanfaatkan untuk pertanian saja tetapi telah digunakan secara luas di berbagai bidang seperti bidang kesehatan sebagai pengendali serangga vektor penyakit pada manusia, perawatan rumput dari serangan hama, penyakit dan gulma pada lapangan golf, dsb. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menghadapi masalah penggunaan pestisida yang tidak terkendali. Diazinon dan pestisida lainnya yang digunakan langsung ke tanah atau ke tanaman, rumput-rumputan, sebagian kecil sampai kepada sasaran dan sebagian besar pestisida tersebut terbuang ke lingkungan (Amer 2011). Selain itu penggunaan pestisida yang berlebihan juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti resistensi dan resurgensi serangga, terbunuhnya organisme bukan sasaran, adanya residu pestisida pada tanaman dan biji-bijian, terjadinya pencemaran lingkungan (residu senyawa kimia di tanah/sedimen dan air) dan menguapnya pestisida ke udara, sehingga menimbulkan residu yang berkepanjangan dan pada akhirnya menurunkan kualitas lingkungan. Walaupun residu pestisida dapat mengalami penguraian secara alami oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan, namun tetap harus diwaspadai mengingat pestisida jenis tertentu sangat sulit terurai dan tingkat penyebarannya cepat. Sebagai contoh residu pestisida yang berada di permukaan tanah dapat menyebar ke dalam aliran sungai atau mengalami perkolasi ke dalam air tanah dan sampai ke danau (Silampari 2008). Diazinon merupakan salah satu pestisida golongan organofosfat yang banyak digunakan di bidang pertanian setelah klorfirifos dan perlu mendapat perhatian khusus, karena bersifat lebih toksik dibanding pestisida hidrokarbon terklorinasi (terutama terhadap mamalia dan unggas). Selain itu senyawa
2 organofosfat lebih mudah menyerap pada air permukaan dan groundwater (air bawah tanah), karena lebih mudah larut dalam air dibanding senyawa klorin (Reynolds 1986; Ku et al. 1998). Di Indonesia, diazinon umumnya digunakan pada komoditas pertanian secara luas, baik pada tanaman pangan maupun sayuran, seperti buncis, kubis, bawang merah dan cabe. Meskipun diazinon merupakan salah satu pestisida yang dilarang penggunaannya sejak 1 Mei 1997, namun kenyataan di lapangan masih saja ada petani yang menggunakan. Tingkat yang diperbolehkan di lingkungan yaitu sebesar 0.1 mg kg -1, keadaan saat ini memang masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan di lingkungan (KEP 02/MENKLH/1988). Nilai batas maksimum residu (maximum residue limit./mrl) yang diperbolehkan di Indonesia untuk komoditas pangan sebesar mg kg -1 (Depkes & Deptan 1996). Meskipun nilainya masih di bawah nilai MRL. Alasan mengapa pestisida ini dilarang penggunaannya karena diazinon bersifat toksik terhadap unggas dan mamalia, metabolit yang dihasilkan sangat toksik dibandingkan diazinon serta mudah larut dalam air permukan dan air bawah tanah (USDA 2006). Pelarangan penggunaan pestisida belum menjamin pestisida tersebut tidak digunakan lagi. Bukti lain adalah hasil penelitian pada akhir tahun 1997, oleh Ngabekti (1998) yang mendapatkan hasil bahwa masih ditemukan residu diazinon pada sayur kubis, selada dan tomat yang dipasarkan di Kodya Semarang dengan residu diazinon ppm. Tingkat residu diazinon di tanah ditentukan oleh frekuensi penggunaan diazinon. Organisme non target, contohnya burung terancam penggunaan insektisida di bidang pertanian (Heong & Escada 1997) baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat digunakan sebagai bio indikator pencemaran lingkungan (Van Drooge 1998; Chao & Mei 2002). Hasil penelitian Suriadikarta et al. (2001) pada lahan budidaya tanaman sayuran di Brebes, menunjukkan residu diazinon pada tanah berkisar antara ppm. Selanjutnya hasil penelitian Kuncoro et al. (2002) mendapati residu diazinon pada burung wallet di Rongkop, Gunung Kidul, Yogyakarta sebesar ppm pada bulu, ppm pada saluran pernafasan dan ppm pada pencernaan. Diazinon pada tanah Das Citarum sebesar ppm (Girsang 2008). Residu diazinon pada buah anggur mg kg- 1, apel merah mgkg- 1, pear mgkg- 1 (Syahbirin et al. 2010) dan pada shorgum sebesar ug kg- 1. (Daba et al. 2011).
3 Mengingat besarnya bahaya yang dapat muncul sebagai akibat adanya residu diazinon di lingkungan, maka telah banyak dilakukan berbagai penelitian untuk mengurangi residu pestisida di lingkungan (air dan tanah). Penelitian tersebut pada umumnya menggunakan metode yang beragam mulai dari metode fisik, kimia dan biologi seperti: pencucian, pengolahan tanah, aerasi, insinerasi, pemadatan dan penyimpanan, oksidasi ultraviolet, dan bioremediasi. Sejak satu dekade terakhir, juga telah dilakukan berbagai upaya untuk mereduksi residu senyawa kimia dalam tanah dan air semakin gencar dilakukan, antara lain dengan cara bioremediasi. Menurut Yani et al. (2003) bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan proses alami biodegradasi dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme yang dapat memulihkan lahan tanah, air dan sedimen dari kontaminasi senyawa organik. Degradasi oleh mikroorganisme berguna dalam strategi pengembangan bioremediasi untuk detoksifikasi insektisida dengan menggunakan mikroorganisme (Qiu et al. 2006; Ortiz-Hernandez & Sanchez- Salinas 2010). Biodegradasi adalah metode yang umum dilakukan untuk mengubah polutan organik, merupakan suatu metode yang efektif, ekonomis dan resikonya kecil terhadap tumbuhan dan hewan indigenous (Liu et al. 2007) Akhir-akhir ini berkembang teknik bioremediasi kompos. Pada teknik bioremediasi kompos ini dilakukan penambahan kompos ke dalam tanah atau air yang tercemar. Kendala yang dihadapi cara ini antara lain adalah waktu remediasi yang lama, adaptasi mikroorganisme kompos dengan polutan cukup lama, komposisi kompos beragam sesuai dengan polutan yang akan dipecahkan, dsb. Penelitian bioremediasi tanah tercemar herbisida dicamba (3.000 ppm) dengan menggunakan 10 persen kompos matang yang dilakukan oleh Cole (1996) telah berhasil menurunkan konsentrasi herbisida dicamba pada tanah tercemar hingga tidak terdeteksi dalam waktu 50 hari (US-EPA 1998). Namun penelitian dengan metode penjerapan dengan menggunakan karbon aktif, terbukti kurang efektif serta memerlukan biaya besar. Menurut Vischetti et al. (2004) jika degradasi pestisida dilakukan dalam reaktor, waktu yang diperlukan relatif lebih cepat dibandingkan di tanah. Hal ini terbukti dari nilai waktu paruh klorpirifos yang kurang dari 14 hari sedangkan waktu paruhnya dalam tanah yaitu hari. Adapun alasan penggunaan kompos matang dalam bioremediasi ini, karena pada kompos matang mengandung mikroorganisme 5-10 kali lebih banyak dibandingkan mikroorganisme yang ada pada tanah subur dan diversitas
4 mikroorganisme dalam kompos yang juga tinggi (Beffa et al. 1996). Menurut Cole (1996) kompos halaman yang terbuat dari daun-daunan mengandung 417 juta bakteri per gram berat kering dan 155 juta fungi per gram berat kering, sedangkan tanah subur mengandung 6-46 juta bakteri per gram berat kering dan 9-46 juta fungi per gram berat kering. Selain itu, dilihat dari kandungan unsur-unsurnya kompos juga mempunyai kemampuan menjerap yang baik. Kombinasi unsur organik yang tinggi dengan berbagai mineral makro seperti nitrogen, karbon, phospor dan mineral mikro seperti mangan, kalsium, seng, besi dsb. yang ada dalam kompos, mengakibatkan kompos dapat digunakan sebagai penjerap yang baik untuk senyawa organik dan anorganik (US-EPA 1998). Pada prinsipnya terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan pada bioremediasi kompos, salah satu teknik diantaranya adalah biofilter. Teknik ini pada umumnya digunakan untuk penanganan udara tercemar atau menghilangkan bau, namun biofilter kompos juga dapat digunakan untuk penanganan air yang tercemar. Sebagai contoh dalam menangani air komersil, teknik ini dapat mengubah minyak, lemak dan logam beracun yang ada dalam aliran air runoff secara efektif (Conrad 1995). Berbagai kompos telah digunakan sebagai media filter. Menurut Schwab (2000) biofilter menggunakan kompos dari daun-daunan dapat menjerap lebih dari 90 persen total padatan, 85 persen minyak dan lemak, dan persen logam berat. Kompos yang potensial lainnya adalah kompos sisa substrat jamur tiram. Kompos tersebut telah digunakan pada pengolahan drainase limbah tambang asam. Pada aliran lambat, media filter kompos jamur dapat menaikkan ph limbah asam tambang dari ph 4 menjadi 6.5. Selain hal tersebut juga terjadi penurunan konsentrasi unsur mangan (Mn) dan besi (Fe) yang terlarut di dalamnya (Stark et al. 1994). Diharapkan teknik ini juga dapat diterapkan pada aliran air irigasi yang mengandung senyawa organik dan senyawa anorganik seperti Mn, Fe, padatan, lemak, minyak dan unsur logam berat. Teknik biofilter kompos, selain dapat menguraikan senyawa-senyawa polutan dan mengingat kandungan kalsium dalam kompos cukup tinggi, serta dapat menaikkan ph rendah air irigasi, yang saat ini dikenal dengan keasamannya yang rendah. Penelitian bioremediasi dengan menggunakan teknik biofilter kompos telah banyak dilakukan, namun hasil bioremediasi belum maksimal karena kompos yang digunakan hanyalah kompos halaman dan kompos sisa-sisa jeruk. Kedua jenis kompos ini mendegradasi insektisida metalaxyl dan imazamox selama 2-6 minggu
5 (Vischetti et al. 2004). Oleh karena itu perlu dicari media lain pengganti kompos halaman, dan salah satu media yang mengandung konsorsium mikroorganisme tinggi dan myselium jamur yang bisa mengeluarkan enzim ekstraselular adalah kompos jamur tiram. Kompos jamur tiram digunakan dalam penelitian ini sebagai biofilter, sebagai filter akan digunakan yang tidak lain dari sisa media jamur tiram putih. Keunggulan media ini adalah selain murah, juga tersedia cukup banyak dan kaya akan berbagai mikroorganisme, sehingga diharapkan mampu mendegradasi diazinon secara efektif. Diazinon meskipun sudah dilarang penggunaannya, tetapi masih dijumpai di beberapa tempat di Indonesia, contohnya di Lubuk Linggau, ditemukan 4 botol diazinon 600 g l -1 (Silampari 2008). Fakta ini menunjukkan bahwa diazinon masih digunakan di pertanian. Ada fakta lain yang mengagetkan lagi pada bulan juni 2011 saya ditawari diazinon oleh pemilik toko saprodi di daerah Taman Topi Bogor. Alasan masih digunakan diazinon oleh petani, kemungkinan masih mudah didapat, efektifitasnya tinggi, mudah aplikasinya dan ekonomis Perumusan Masalah Kualitas lingkungan dapat dipertahankan dengan berbagai cara dan salah satu cara tersebut antara lain dengan cara mencegah atau mengurangi senyawa kimia pencemar yang masuk ke lingkungan. Salah satu teknik pengurangan senyawa kimia pencemar yaitu biofilter kompos. Degradasi senyawa kimia pencemar dengan menggunakan biofilter kompos akan efektif jika mikroorganisme yang ada dalam kompos berada dalam kondisi optimal. Selain itu adanya mikroorganisme indigenous yang berpotensi untuk mendegradasi secara alamiah untuk senyawa-senyawa kimia tertentu, merupakan faktor pendukung untuk biodegradasi. Sifat kompos yang kompleks menyebabkan kompos dapat digunakan untuk menjerap dan menguraikan senyawa senyawa kimia yang larut dalam air. Namun penelitian tentang hal tersebut masih belum ada, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian eliminasi diazinon dalam air menggunakan biofilter kompos jamur tiram (spent mushroom compost) dan perlu dicari kinerja biofilter kompos terbaik, yang diharapkan mampu menguraikan residu diazinon dengan baik. Berdasarkan uraian diatas muncul pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja biofilter kompos pada berbagai kondisi berat kompos dan konsentrasi larutan diazinon? 2. Bagaimana kombinasi konsentrasi larutan diazinon dengan berat kompos terbaik dalam mendegradasi diazinon?
6 3. Bagaimana pengaruh dari mikroorganisme indigenous (yang ada pada kompos jamur tiram) pada biofilter sistem batch dan sistem semi kontinyu Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kinerja biofilter kompos untuk bioremediasi residu diazinon cair dengan variasi berat kompos dan konsentrasi larutan diazinon. 2. Membandingkan efektifitas kinerja mikroorganisme untuk mendegradasi diazinon pada sistem batch dan semi kontinyu Kerangka Pemikiran Metode biofilter umumnya diterapkan untuk pengolahan limbah cair yang berasal dari industri. Penelitian metode biofilter ini diarahkan untuk dapat digunakan di saluran air irigasi, dengan memakai pendekatan larutan limbah air buatan, mengandung residu diazinon. Alasan memilih insektisida diazinon, padahal insektisida ini sudah dilarang penggunaannya, karena pada saat penelitian ini dilakukan masih dijumpai penggunaannya secara illegal, dan di lapangan masih ditemukan residu diazinon pada produk tanaman, pada air dan tanah. Oleh karena itu, dipilih diazinon mewakili senyawa organofosfat pada penelitian ini. Kendala untuk optimasi proses umumnya adalah penentuan kerapatan media filter atau berat media filter yang digunakan dan pemilihan mikroorganisme yang sesuai. Pada penelitian ini digunakan biofilter spent mushroom compost (SMC) berasal dari kompos sisa media jamur tiram (Pleurotus ostreatus), dengan tujuan memanfaatkan konsorsium mikroorganisme yang ada dalam kompos untuk mendegradasi residu diazinon dalam air menggunakan kompos jamur tiram. Dalam rangka memaksimalkan kemampuan mikroorganisme yang ada, upaya berikutnya adalah melakukan fermentasi dengan sistem semi kontinyu (larutan diazinon dialirkan dengan pompa sirkulasi). Diagram alir kerangka pemikiran disajikan pada Gambar Hipotesis Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah : 1. Kondisi berat kompos berpengaruh pada kinerja biofilter dalam mendegradasi diazinon.
7 2. Berat kompos jamur tiram dan konsentrasi larutan diazinon berpengaruh terhadap tingkat degradasi diazinon. 3. Kompos jamur tiram kaya akan mikroorganisme yang berpotensi untuk menguraikan diazinon Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal pengungkapan biodegradasi diazinon dan teknologi biofilter kompos 1.7. Novelty Hal baru dalam penelitian ini adalah material kompos jamur tiram putih (spent mushroom compost/smc) untuk biofilter diazinon dalam air dengan sistem batch dan sistem semi kontinyu serta menunjukkan bahwa kinerja biofilter sistem semi kontinyu membutuhkan waktu lebih singkat dan konsentrasi yang didegradasi lebih besar jumlahnya dari sistem batch Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi kinerja biofilter kompos jamur tiram dalam mendegradasi senyawa diazinon pada limbah cair dengan menggunakan mikroorganisme yang berasal dari kompos jamur tiram.
8 Air irigasi/ industri Air tercemar pestisida Dengan pendekatan Air dicemari larutan diazinon berbagai konsentrasi Pengolahan sec. Fisik Pengolahan sec. Biologi Pengolahan sec. Kimia Biofilter Kompos Jamur tiram = 300 g Kompos jamur tiram = 450 g Kompos jamur tiram = 600 g Sistem Batch Sistem Semi Kontinyu/Pompa Rekomendasi proses biofilter terbaik untuk mendegradasi residu diazinon Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran pada penelitian ini. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Insektisida Diazinon
ELIMINASI DIAZINON PADA LIMBAH CAIR SINTETIK MENGGUNAKAN BIOFILTER KOMPOS JAMUR TIRAM (SPENT MUSHROOM COMPOST)
ELIMINASI DIAZINON PADA LIMBAH CAIR SINTETIK MENGGUNAKAN BIOFILTER KOMPOS JAMUR TIRAM (SPENT MUSHROOM COMPOST) DWI WIDANINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ABSTRACT DWI WIDANINGSIH.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciPupuk Organik Cair AGRITECH
Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia. Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi tanah merupakan permasalahan yang kini dihadapi negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Tanpa disadari sebenarnya agrokultur sendiri merupakan sumber terbesar
Lebih terperinciELIMINASI DIAZINON PADA LIMBAH CAIR SINTETIK MENGGUNAKAN BIOFILTER KOMPOS JAMUR TIRAM (SPENT MUSHROOM COMPOST)
ELIMINASI DIAZINON PADA LIMBAH CAIR SINTETIK MENGGUNAKAN BIOFILTER KOMPOS JAMUR TIRAM (SPENT MUSHROOM COMPOST) DWI WIDANINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciStandart Kompetensi Kompetensi Dasar
POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 3. Polusi Tanah Polusi tanah banyak diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi ditinjau dari segi nilai gizinya dan potensinya sebagai sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang
Lebih terperinciMunawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru
Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru Tujuan Instruksional Khusus Pada Akhir Perkuliahan Mhs memahami konsep dasar Kimia Tanah dlm hub.nya dg Kes.ling.,dan Kes.Masy.
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, industri enzim telah berkembang pesat dan berperan penting dalam dunia industri. Kesadaran masyarakat akan kondisi lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, yaitu daerah sekitar India, Pakistan sampai Palestina
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting dibanding dengan jenis sayuran lainnya. Cabai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd
PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang
Lebih terperinciNur Rahmah Fithriyah
Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan hasil pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi
Lebih terperinciPupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan ekosistem perairan darat yang merupakan bagian integral dari kehidupan organisme dan manusia di sekitarnya, serta dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Lebih terperinciI. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain
I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata pencaharian warga berada di bidang pertanian. Melihat kenyataan tersebut, kebutuhan akan pupuk untuk meningkatkan
Lebih terperinciMATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN
MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bisnis mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya
Lebih terperinciDampak Perubahan Iklim
Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah umumya tersusun oleh senyawa anorganik, senyawa organik, udara, air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing ekosistem mempunyai
Lebih terperinciPENCEMARAN TANAH DAN CARA PENANGGU LANNYA
PENCEMARAN TANAH DAN CARA PENANGGU LANNYA 0leh FUAD AMZANI 10712016 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita semua
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidup. Bahan pangan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar hektar atau
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 13.000 hektar atau 4% dari luas wilayah secara keseluruhan. Lahan pasir pantai terbentang sepanjang 110 km di pantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat
Lebih terperinciPERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )
PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan
Lebih terperinciI.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi lingkungan hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun lingkungan tetap terpelihara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat telah menyebar keseluruh belahan dunia sejalan dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah yang dihasilkan
Lebih terperinci2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 48
KAJIAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN HASIL SAMPING PERIKANAN UNTUK PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK Pareng Rengi dan Sumarto Staf Pengajar Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 28293 ABSTRAK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah dingin maupun tropis. Kebutuhan selada meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan mengganggu kehidupan organisme di
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN
PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memilik umbi yang berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga, umbi terbentuk
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciPencemaran Tanah PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH Tanah Tanah lebih dikenal dengan sebutan lahan. Manik, 2003 Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang tediri dari iklim,relief tanah,air,vegetasi, dan benda yg ada di atasnya sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Lebih terperinciMAKALAH PLH Pencemaran Tanah. Disusun oleh Kelompok I: 1. Fery irawan 2. M fahrian 3. Taopik hidayat 4. Andi f 5. Anjas m 6.
MAKALAH PLH Pencemaran Tanah Disusun oleh Kelompok I: 1. Fery irawan 2. M fahrian 3. Taopik hidayat 4. Andi f 5. Anjas m 6. galang Kelas : X TKR4 Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 1 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
Lebih terperinciBAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL
BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,
Lebih terperinci