PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung

2 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung

3 LAMPIRAN

4 BAB 1 Pendahuluan

5 BAB 2 Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Kabupaten Temanggung

6 BAB 3 Situasi Derajat Kesehatan

7 BAB 4 Situasi Upaya Kesehatan

8 BAB 5 Situasi Sumberdaya Kesehatan

9 BAB 6 Kesimpulan

10 DAFTAR ISI KATA PEGANTAR... Ii DAFTAR GAMBAR... Iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK KABUPATEN TEMANGGUNG... 6 A KEADAAN PENDUDUK... 7 B KEADAAN PENDIDIKAN C KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar Rumah Sehat D KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN A MORTALITAS Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu (AKI) B STATUS GIZI Status Gizi Balita C MORBIDITAS Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru ) Kasus baru dan prevalensi BTA postif ) Angka penemuan kasus b. HIV & AIDS PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xiii

11 1) Jumlah kasus HIV positif dan AIDS ) Pengetahuan AIDS c. Pneumonia d. Diare Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum b. Campak c. Dipteri d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layuh Mendadak) Penyakit Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue (DBD) b. Malaria c. Filariasis Penyakit Tidak Menular a. Diabetes Melitus (DM) BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN A UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Penanganan Komplikasi Maternal Penanganan Komplikasi Neonatal Kunjungan Neonatal Pelayanan Kesehatan pada Bayi Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat B PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) pada Ibu Hamil Pemberian Kapsul Vitamin A Cakupan Pemberian ASI Eksklusif C PELAYANAN IMUNISASI PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xiv

12 1 Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi pada Ibu Hamil D UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT Pengendalian HIV AIDS Pengendalian Penyakit TB Paru a. Angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) (Case Detection Rate/CDR) dan Angka keberhasilan pengobatan (Succes Rate/SR) Pengendalian penyakit ISPA Pengendalian penyakit Polio Pengendalian Penyakit DBD BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A SARANA KESEHATAN Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rumah sakit (RS) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) B TENAGA KESEHATAN Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan a. Tenaga kesehatan di puskesmas b. Tenaga kesehatan di rumah sakit C PEMBIAYAAN KESEHATAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bidang Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) BAB 6 KESIMPULAN A DERAJAT KESEHATAN Mortalitas Status Gizi Morbiditas B KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT C UPAYA KESEHATAN Upaya Kesehatan Ibu dan Anak PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xv

13 2. Perbaikan Gizi Masyarakat Pelayanan Imunisasi D SUMBERDAYA KESEHATAN Sarana Kesehatan Tenaga Kesehatan Pembiayaan Kesehatan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xvi

14 KATA PENGANTAR Data dan informasi yang berkualitas adalah landasan pengambilan keputusan dalam Pembangunan Kesehatan. Di samping itu sesuai amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi sangat diperlukan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penyediaan data dan informasi dilakukan melalui serangkaian proses panjang mulai dari hulu sampai hilir. Proses ini dimulai dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan dengan pengelolaan data dan informasi di tingkat kabupaten. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan proses ini perlu dilakukan dari waktu ke waktu. Sebab, tuntutan terhadap pemenuhan data dan informasi yang lengkap dan tepat waktu dari hari ke hari semakin meningkat. Semoga dengan terbitnya buku Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 2012 ini dapat memenuhi tuntutan ketersediaan data dan informasi untuk dijadikan landasan pengambilan keputusan yang evidence-based dalam Pembangunan Kesehatan Temanggung, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG Dr. SUPARJO, M.Kes Pembina Utama /Muda NIP PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 ii

15 DAFTAR GAMBAR BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK KABUPATEN TEMANGGUNG GAMBAR 2.1 GAMBAR 2.2 GAMBAR 2.3 GAMBAR 2.4 GAMBAR 2.5 GAMBAR 2.6 GAMBAR 2.7 GAMBAR 2.8 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN DISTRIBUSI PENDIDIKAN PENDUDUK USIA 10 TAHUN KE ATAS YANG MENAMATKAN PENDIDIKANNYA TAHUN PERSENTASE SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SANITASI DASAR (JAMBAN KELUARGA SEHAT) MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BER-PHBS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN GAMBAR 3.1 GAMBAR 3.2 GAMBAR 3.3 GAMBAR 3.4 GAMBAR 3.5 ANGKA KEMATIAN BAYI PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGKA KEMATIAN BALITA PER KELAHIRAN HIDUP MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGKA KEMATIAN IBU PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI KABUPATEN TEMANGGUNG PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 iii

16 TAHUN GAMBAR 3.6 GAMBAR 3.7 GAMBAR 3.8 GAMBAR 3.9 GAMBAR 3.10 PREVALENSI BALITA KEKURANGAN GIZI BERDASARKAN BB/U (GIZI KURANG + GIZI BURUK) MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PREVALENSI BALITA KURUS DAN SANGAT KURUS MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA (+) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.11 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.12 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.13 GAMBAR 3.14 CAKUPAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN NON POLIO AFP PER ANAK, 15 TAHUN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.15 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.16 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 3.17 SEBARAN JUMLAH KASUS MALARIA PER KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN GAMBAR 4.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI KABUPATEN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 iv

17 TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.3 CAKUPAN PERSALINAN YANG DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN YANG BERKOMPETENSI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.4 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.5 CAKUPAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI YANG DITANGANI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.6 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.7 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.8 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.9 CAKUPAN SD/MI YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.10 CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN GAMBAR 4.11 GAMBAR 4.12 GAMBAR 4.13 GAMBAR 4.14 GAMBAR 4.15 GAMBAR 4.16 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU (SUCCES RATE) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PENEMUAN KASUS AFP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) (%) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 v

18 BAB 5 SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN GAMBAR 5.1 GAMBAR 5.2 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAN RUMAH SAKIT UMUM SWASTA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 vi

19 DAFTAR TABEL TABEL 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN TABEL 3.1 PERSENTASE WANITA UMUR TAHUN DAN PRIA KAWIN TAHUN YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV-AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN TABEL 4.1 PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 vii

20 DAFTAR LAMPIRAN TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TABEL 5 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 11 JUMLAH KASUS BARU DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA (+) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 12 TABEL 13 TABEL 14 JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA + MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS DAN INFEKSI MENULAR LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 viii

21 TABEL 15 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS KELAMIN TABEL 16 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS Lanjutan JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 24 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 25 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 26 TABEL 27 TABEL 28 TABEL29 TABEL 30 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET Fe1 DAN Fe3 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 ix

22 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS TABEL 31 TABEL 32 JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RESIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 33 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 35 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 36 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 37 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 38 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN DARI KELUARGA MISKIN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 45 CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 x

23 TABEL 46 CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 47 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 TABEL 52 TABEL 53 TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL 1 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIANPADA KLB MENURUT JENIS KLB DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS (Lanjutan) JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xi

24 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS TABEL 64 PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 65 PERSENTASE KELUARGA MENURUT SARANA AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS TABEL 66 TABEL 67 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANAN SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS TABEL 68 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS TABEL 69 TABEL 70 TABEL 71 TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECATAMAN, DAN PUSKESMAS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 xii

25 BAB 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 menyatakan bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dengan demikian, pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial ekonomis. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDG s (Millenium Development Goals), 5 diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (Tujuan 1); menurunkan angka kematian anak (Tujuan 4); meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan 5); memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (Tujuan 6); melestarikan lingkungan hidup (Tujuan 7). Perhatian khusus dalam pencapaian MDGs terdiri dari : 1. Menjaga pencapaian kinerja indikator MDGs. 2. Perlu kerja keras. 3. Sinergi antar program. 4. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) berdampak lahirnya anak sehat. Adapun upaya yang perlu dilakukan dalam pencapaian MDGs adalah : 1. Memenuhi jumlah, jenis, distribusi SDM Kesehatan 2. Memenuhi sarana minimal kebutuhan pelayanan kesehatan untuk mendukung pencapaian kinerja indikator MDGs. 3. Perlu kerjasama dan kerja cerdas semua pihak di berbagai tingkatan. 4. Perlu sinergi antar program dan antar kegiatan. Rencana Strategis (Renstra) merupakan penjabaran dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004). Renstra Dinas Kesehatan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

26 Kabupaten Temanggung merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung untuk kurun waktu tahun , dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan, dan Millenium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan begitu berat, kompleks dan tidak terduga, sehingga perlu perhatian pada dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, kemitraan, globalisasi dan demokratisasi, kerjasama lontas sektor dan mendorong partisipasi masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mewujudkan Visi Kabupaten Temanggung BERSATU UNTUK MAJU DAN SEJAHTERA. Dalam Peraturan Bupati Temanggung Nomor 25 Tahun 2009 tentang Indikator Kinerja dan target Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Temanggung Tahun yang telah diubah dengan Peraturan Bupati Temanggung Nomor 49 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2009 tentang Indikator Kinerja dan target Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Temanggung Tahun , telah ditetapkan 6 (enam) sasaran strategis Dinas Kesehatan yaitu : 1. Terwujudnya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan, 2. Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, 3. Meningkatnya upaya kesehatan masyarakat, 4. Meningkatnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan, 5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup sehat, 6. Tersedianya sumberdaya kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut diatas diperlukan dukungan sasaran program dan kegiatan sebagai berikut : PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

27 1. Terpenuhinya ketersediaan, distribusi dan monitoring Obat dan Perbekalan Kesehatan, 2. Pengawasan Obat dan makanan, 3. Perbaikan Gizi Masyarakat, 4. Meningkatnya Upaya Kesehatan Masayrakat, 5. Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, 6. Mendorong terwujudnya PHBS dan Lingkungan Sehat, 7. Meningkatnya upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular termasuk Kejadian Luar Biasa dan Bencana. 8. Menjamin ketersediaan sumberdaya kesehatan yang memadai di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan serta di Puskesmas-puskesmas dan jaringannya. Profil kesehatan sebagai salah satu produk SIK berfungsi sebagai sarana penyedia data dan informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Profil kesehatan sangat penting artinya, sebagai sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai tidaknya kabupaten/ kota sehat dan sebagai tulang punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan dari kabupaten/kota dan provinsi bersangkutan. Indikator-indikator yang tersaji dalam profil kesehatan terdiri dari Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan indikator Millenium Develooment Goal`s (MDG`s) yang merupakan kesepakatan global tentang pencapaian di tahun Profil kesehatan Kabupaten Temanggung disusun dengan tujuan untuk menyediakan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Selain itu berfungsi sebagai pemantauan pencapaian Visi Kabupaten Temanggung : BERSATU UNTUK MAJU DAN SEJAHTERA. Dengan tersusunnya Profil PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

28 Kesehatan Kabupaten Temanggung Tahun 2012, maka profil ini dijadikan acuan data dan informasi resmi oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Sistematikan penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung ini adalah sebagai berikut : Bab 1. Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Bab 2 Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Temanggung di dalamnya berisi uraian tentang letak geografis, data kependudukan yang meliputi : pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, struktur penduduk menurut golongan umur; angka beban tanggungan dan sex ratio penduduk. Bab ini berisi pula uraian mengenai tingkat pendidikan penduduk. Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, status gizi masyarakat, dan angka kesakitan di Kabupaten Temanggung tahun Bab 4 Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang upaya kesehatan yang merupakan pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan perbaikan gizi masyarakat. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

29 Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup keadaan sarana/fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab 6 Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 2012, dan keberhasilan yang dicapai juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Temanggung dan 79 tabel data kesehatan yang terkait kesehatan yang responsif gender. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

30 BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK KABUPATEN TEMANGGUNG Kabupaten Temanggung memiliki luas wilayah 870,65 Km² dan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam 20 kecamatan dan 266 desa serta 23 kelurahan. Dengan kondisi wilayah berhawa sejuk, sangat cocok untuk usaha pertanian sehingga mayoritas penduduknya (61,3%) menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian. Kabupaten Temanggung terutama terkenal sebagai penghasil tembakau dengan area penanaman tersebar hampir di semua kecamatan, namun yang menjadi sentra tembakau adalah Kecamatan : Bulu, Kledung. Ngadirejo dan Kedu. Secara astronomis, Kabupaten Temanggung terletak antara 110º º Bujur Timur dan 7º 14-7º Lintang Selatan, dengan batas wilayah : Sebelah Utara Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang, Sebelah Timur Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, Sebelah Selatan Kabupaten Magelang, dan Sebelah Barat Kabupaten Wonosobo. Topografi Kabupaten Temanggung yang berupa dataran tinggi berbukit-bukit dan dataran landai mirip cekungan raksasa yang terbuka di bagian tenggara, terletak di ketinggian m diatas permukaan air laut dengan curah hujan berkisar antara mm per tahun. Curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi. Kepadatan tanah 50% dataran tinggi dan 50% dataran rendah. Jenis tanah di Kabupaten Temanggung : Tanah Latosol Coklat seluas , 47 Ha (32,13%) Tanah Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879, 93 Ha (9,53%) PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

31 Tanah Latosol Merah Kekuningan seluas , 08 Ha (35,33%) Tanah Regosol seluas , 97 Ha (20,14%) Tanah Andosol seluas 2.149, 55 Ha (2,60%) Geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku, yaitu sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro-Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik dengan ukuran bervariasi antara blek, gragal, krikil, pasir debu dan lempung sebagai akibat dari muntahan materi piroklastik yang mengendap kemudian membentuk daerah alluvial atau sedimen yang berlapis dimana butiran besar terletak dibawah. Kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi antara datar, hampir datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat terjal, seperti terlihat pada kelas lereng di bawah ini : Lereng 0 2 % seluas 963 Ha (1,17%) Lereng 2 15 % seluas Ha (39,31%) Lereng % seluas Ha (37,88%) Lereng > 40 % seluas Ha (21,64%) Gunung-gunung tinggi adalah gunung Sumbing ( m) dan Gunung Sindoro (+ 3151m). Sungai-sungai yang tergolong besar antara lain : Waringin, Elo, Progo, Kuas, Galeh dan Tingal. A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan data Estimasi BPS Kabupaten Temanggung, jumlah penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2012 sebesar jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 103,75. Angka ini berarti bahwa terdapat 103,75 laki-laki diantara 100 perempuan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

32 GAMBAR 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 berasumsi bahwa laju/angka pertumbuhan penduduk bersifat konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah laju pertumbuhan kecamatan. Pada Gambar 2.1, estimasi jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Temanggung terdapat di Kecamatan Temanggung dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, Kedu sebesar jiwa dan Ngadirejo sebesar jiwa. Estimasi jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Selopampang sebesar jiwa, bejen sebesar jiwa dan Kecamatan Tretep sebesar Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

33 penduduk yang telah dilakukan oleh BPS Kabupaten Temanggung, dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun GAMBAR 2.2 ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN (40.000) (30.000) (20.000) (10.000) Laki-laki Perempuan Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

34 menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi. Pada Gambar 2.2 ditunjukan bahwa struktur penduduk Kabupaten Temanggung termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) yang masih tinggi. Angka Harapan hidup semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua, untuk lakilaki dan perempuan yang cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif tidak produktif. GAMBAR 2.3 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 BEJEN GEMAWANG CANDIROTO WONOBOYO TRETEP KANDANGAN KALORAN KLEDUNG KRANGGAN PRINGSURAT TLOGOMULYO JUMO NGADIREJO BANSARI SELOPAMPANG BULU TEMBARAK KEDU PARAKAN TEMANGGUNG PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

35 Kepadatan penduduk menunjukan banyaknya penduduk per kilometer persegi. Hasil estimasi penduduk menunjukan pada tahun 2012 kepadatan penduduk Kabupaten Temanggung sebesar 842 penduduk per km2. Estimasi kepadatan penduduk paling besar terdapat di Kecamatan Temanggung dengan kepadatan penduduk 2.364, parakan sebesar 2.281, dan Kecamatan Kedu sebesar Estimasi kepadatan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bejen dengan kepadatan penduduk sebesar 283, Gemawang sebesar 470, dan Kecamatan Candiroto sebesar 506. Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Depedency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan yang menunjukan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk non produktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

36 TABEL 2.1 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 No Usia Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan % Tahun , Tahun , Tahun ke atas ,66 Jumlah Angka Beban Tanggungan (%) 45,99 48,96 47,43 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Komposisi penduduk Kabupaten Temanggung menurut kelompok umur yang ditunjukan oleh Tabel 2.1, menunjukan bahwa penduduk yang berusia 0-14 tahun sebesar 24,52% yang berusia tahun sebesar 67,82% dan yang berusia > 65 tahun sebesar 7,66%. Dengan demikian Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 sebesar 47,43%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Kabupaten Temanggung yang masih produktif akan menanggung 47 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan Angka Beban Tanggungan laki-laki, yaitu 48,96% untuk perempuan dan 45,99% untuk laki-laki. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

37 pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun regabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan. Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan sangatlah beragam, sesuai dengan karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu nifas. Beberapa program lainnya dengan penduduk sasaran terfokus pada kelompok umur tertentu, meliputi : bayi, batita, balita, anak balita, anak usia sekolah SD, wanita usia subur, penduduk produktif, dan usia lanjut. B. KEADAAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kemudian menjadi pelopor utama dalam PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

38 rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Beberapa program pemerintah telah diupayakan sebagai sebuah alternatif dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan mutu pendidikan, sebagai contoh adalah program wajib belajar 9 tahun. GAMBAR 2.4 DISTRIBUSI PENDIDIKAN PENDUDUK USIA 10 TAHUN KEATAS YANG MENAMATKAN PENDIDIKANNYA TAHUN 2012 Belum/Tdk Tamat SD 24,8% SD/MI 43,5% D IV/ Sarjana 1,8% DI/ DII/ DIII 1,5% SLTA/MA 10,8% SLTP/MTs 17,6% Dilihat dari Gambar 2.4 dapat diketahui bahwa penduduk usia 10 tahun keatas di Kabupaten Temanggung yang belum/tidak tamat SD sebesar 24,8%, tamat SD sebesar 43,5%, tamat SLTP/MTs sebesar 17,6%, tamat SLTA/MA sebessar 10,8%, tamat perguruan tinggi sebesar 3,3 %. Hal ini PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

39 menunjukan bahwa masih banyak penduduk usia 10 tahun keatas di Kabupaten Temanggung yang tidak bersekolah. C. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti : akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah tangga sehat. 1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk emmastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

40 langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut : Parameter mikrobiologi E Coli dan Total Bakteri Koliform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel; Syart fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna; Syarat kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan (maks 500 mg/l), ph 6,5 8,5. Amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pada Pasal 6 disebutkan bahwa : 1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air Minum (PAM) yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. 2. Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas sebagaimana dimaksud ayat 1 dilarang didistribusikan kepada masyarakat. Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur dalam Peraturan menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Kualitas Air Minum, dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai pengawasan eksternal dan penyelenggara air minum sebagai pengawasan internal. Selain PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

41 itu diatur pula mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang data kualitas air minum oleh penyelenggara air minum ke dinas kesehatan kabupaten/kota serta upaya penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah di wilayahnya. Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum. Untuk sumber air minumyang berasal dari sumber air minum yang layak, konsep yang digunakan meliputi air ledeng (kran, kran umum, hidran umum), terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH), sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung. Khusus untuk sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung harus memenuhi syarat jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja minimal 10 meter. GAMBAR 2.5 PERSENTASE SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN % 0% 7% 0% Air Isi Ulang 15% 33% Ledeng Sumur bor/pompa Sumur terlindung Mata Air terlindung Mata Air tak terlindung PAH 44% 0% Lain-lain PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

42 Dari Gambar 2.5, persentase rumat tangga menurut sumber air minum yang digunakan di Kabupaten Temanggung tahun 2012 terbesar adalah Sumur terlindung sebesar 44%, Ledeng 33%, Mata Air terlindung sebesar 15%, dan Lain-lain sebesar 7%. 2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu faktor pondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit. Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan, diantaranya adalah anggapan membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar di sungai, tinja dapat digunakan sebagai pakan ikan, dan lain-lain. Perilaku ini harus diubah karena dapat meningkatkan resiko masyarakat untuk terkena penyakit menular. Sesuai dengan konsep dan definisi MDGs, disebut akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut: PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

43 a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat atau hewan lain e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal. GAMBAR 2.6 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SANITASI DASAR (JAMBAN KELUARGA SEHAT) MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGGUNG TAHUN 2012 TRETEP PARAKAN KEDU PRINGSURAT BEJEN SELOPAMPANG KLEDUNG JUMO WONOBOYO KANDANGAN BULU TEMBARAK NGADIREJO CANDIROTO KRANGGAN KALORAN TEMANGGUNG GEMAWANG BANSARI TLOGOMULYO 48,7 64,9 65,7 67,5 69,9 72,7 75,7 77,7 79,6 79,6 79, ,9 83,6 83, ,6 86,5 94,1 95,3 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

44 Pada Gambar 2.6 persentase keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar (Jamban keluarga sehat) menurut kecamatan di Kabupaten temanggung tahun 2012 sebesar 78,7% lebih rendah dari target Renstra tahun 2012 yaitu 88%, kecamatan tertinggi untuk keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga sehat dari Jamban keluarg yang diperiksa adalah Kecamatan Tlogomulyo sebesar 95,3%, Bansari sebesar 94,1%, Gemawang sebesar 86,5%. Sedangkan yang terendah pada Kecamatan Tretep sebesar 48,7%, Parakan sebesar 64,9% dan Kecamatan Kedu sebesar 65,7%. 3. Rumah Sehat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 162 dan 163 mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup lingkungan pemukiman. Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, maka untuk penyelenggaraan penyehatan pemukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan perumahan dan permenkes Nomor 1077/PER/V/MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah). PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

45 Pencapaian rumah sehat di Kabupaten Temanggung tahun 2012 sebesar 72,7%. Pada gambar 2.7 pencapaian rumah sehat tertinggi di Kecamatan Ngadirejo sebesar 89,9%, Temanggung sebesar 87,6, dan Kecamatan Tlogomulyo sebesar 85,1%. Capaian terendah rumah sehat di Kecamatan Wonoboyo sebesar 44,2%, Tretep sebesar 51%, dan Kecamatan Kledung sebesar 56,8%. GAMBAR 2.7 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 WONOBOYO TRETEP KLEDUNG JUMO PARAKAN PRINGSURAT GEMAWANG KALORAN KEDU KANDANGAN KRANGGAN SELOPAMPANG BEJEN TEMBARAK BULU BANSARI CANDIROTO TLOGOMULYO TEMANGGUNG NGADIREJO 44, ,8 57,1 57,5 62,3 63, ,3 73,9 74,2 76,2 76,2 77,1 78, ,5 85,1 87,6 89, Salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan rumah sehat adalah memperkuat jejaring penyehatan pemukiman hingga tingkat RT (Kecamatan dan desa) bekerjasama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga (PKK). Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan lingkungan yang menilai rumah dengan instrumen kartu rumah. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

46 D. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan akan disajikan beberapa indikator yang berkaitan dengan masyarakat diantaranya adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Kabupaten Sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM. Dalam kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada upaya promotif-preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar, yaitu : 1. Stop buang air besar sembarangan, 2. Cuci tangan pakai sabun, 3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, 4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

47 Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap kegiatan STBM, hal ini tercantum dalam instruksi Presiden Nomor3 Tahun 2010 yang mempertegas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan dari STBM adalah mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3 komponen strategi yaitu : 1. Menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksananya kegiatan STBM melalui : a. Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan secara berjenjang; b. Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di daera; dan c. Meningkatkan kemitraan berbagai pihak. 2. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan pemicuan perubahan perilaku komunitas : a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat;dan b. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat dan mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan STBM melalui deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 3. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi yaitu melalui PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

48 pengembangan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Suati desa/kelurahan dikatakan telah melakukan STBM didasarkan pada kondisi : 1. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut, 2. Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi intervensi STBM, dan 3. Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah disepakati bersama. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan STBM adalah masih belum optimalnya investasi bidang air minum dan sanitasi khususnya di daerah perkotaan seperti investasi PDAM untuk pelayanan air minum dan sanitasi di pedesaan dan akselerasi edukasi perilaku hidup sehat melalui kegiatan STBM. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan upaya peningkatan advokasi untuk meningkatkan investasi bidang air minum dan sanitasi terutama untuk masyarakat miskin, perluasan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat melalui program air bersih untuk rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan akselerasi STBM. 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi anggota keluarga yang menjadi awal penting dari PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

49 suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Seksi Promosi Kesehatan & Peran Serta masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-phbs. 120 GAMBAR 2.8 PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BER-PHBS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,8 93,3 89,2 82,1 80,5 79,5 78,6 76,2 73,4 71,9 70,8 70,3 69,3 68,4 68,2 66,9 66,4 62,4 62,4 45, Pada gambar 2.8 persentase tertinggi rumah tangga ber-phbs terdapat di Kecamatan Kranggan dengan persentase sebesar 96,8%, Temanggung sebesar 93,3% dan Kecamatan Kledung sebesar 89,2%. Sedangkan kecamatan dengan persentase rumah tangga ber-phbs PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

50 terendah adalah Kecamatan Tretep sebesar 45,3%, Candiroto dan Gemawang sebesar 62,4%. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-phbs. Terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu : (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI Eksklusif, (3) menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok di dalam rumah. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

51 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada bagian in, derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Temanggung digambarkan melalui Angka Mortalitas ; terdiri dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Status Gizi pada Balita, dan Angka Morbiditas ; angka kesakitan beberapa penyakit. Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain yang kondisinya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. A. MORTALITAS Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit, maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini adalah AKB, AKABA, AKI serta kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan usia yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Dari kematian 159 kematian balita per kelahiran hidup di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012, lebih dari tiga perempatnya (95%) disumbangkan oleh umur 0-11 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

52 bulan atau bayi. Sehingga angka kematian bayi tidak jauh berbeda dengan angka kematian balita. GAMBAR 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,53 15,55 11,57 12,21 9, Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA menjelaskan resiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berikut ini merupakan gambar perkembangan AKABA sejak tahun 2008 sampai tahun PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

53 GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN , ,64 16,93 18,87 12, Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung Gambar 3.2 memperlihatkan fluktuatif AKABA dari tahun 2008 sebesar 271 per kelahiran hidup menjadi 159 per kelahiran hidup pada tahun Sementara target MDG s untuk indikator AKABA di Indonesia sebesar 32 per kelahiran hidup pada tahun Berdasarkan penurunan AKABA sejak tahun 2008 hingga 2012 tersebut diprediksi Kabupaten Temanggung belum mampu mencapai target tersebut pada tahun 2015, walaupun demikian upaya-upaya untuk menurunkan AKABA yang selama ini telah berjalan tetap dilakukan. Secara rinci AKABA per puskesmas dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut ini. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

54 GAMBAR 3.3 ANGKA KEMATIAN BALITA PER KELAHIRAN HIDUP MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN , ,4 6,4 7,9 9, ,912,1 12,1 12, ,7 14,5 15,3 15,7 16, Angka Kematian Balita di Kabupaten Temanggung tahun 2012 sebesar 12,85. Puskesmas dengan AKABA tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Bansari yaitu sebesar 30,4 diikuti oleh Puskesmas Selopampang dan Kandangan sebesar 20, dan Puskesmas Gemawang sebesar 16,4. Sedangkan AKABA terendah ada pada wilayah kerja Puskesmas Parakan sebesar 0, diiukti oleh Puskesmas Bulu sebesar 2,4dan Puskesmas Bejen sebesar 6,4. 3. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dan derajat kesehatan masyarakat. AKI Menggambarkan jumlah ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

55 kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. GAMBAR 3.4 ANGKA KEMATIAN IBU PER KELAHIRAN HIDUP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,65 113,42 109,02 88, , PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

56 B. STATUS GIZI 1. Status Gizi Balita Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain berat badan yang rendah dapat disebabkan karena tubuh yang pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut). GAMBAR 3.5 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Gizi Lebih; 1,50% Gizi Buruk; 1,30% Gizi Kurang; 11,20% Gizi Baik; 85,90% PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

57 Pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung prevalensi status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur (BB/U) yaitu sebesar 12,5% balita kekurangan gizi yang terdiri dari : 1,3% balita berstatus gizi buruk dan 11,2% berstatus gizi kurang. Sebesar 1,5% balita dengan gizi lebih. GAMBAR 3.6 PREVALENSI BALITA KEKURANGAN GIZI BERDASARKAN BB/U (GIZI KURANG + GIZI BURUK) MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Candiroto0 Kranggan Tlogomulyo Bejen Kedu Tembarak Tretep Kledung Kaloran Pringsurat Parakan Wonoboyo Bansari Jumo Selopampang Temanggung Kandangan Bulu Ngadirejo Gemawang 7,2 7,8 7,8 8,8 8,9 8,9 8,9 9,5 13,3 13,9 15,5 15,5 15,6 16,7 17,2 17,8 17, , Dilihat pada Gambar 3.6 bahwa berdasarkan prevalensi menurut kecamatan, prevalensi balita kekurangan gizi terendah dicapai Kecamatan Candiroto (0%), Kranggan (7,2%) dan Tlogomulyo (7,8%). Sedangkan kecamatan dengan prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

58 Gemawang (22,3%), Ngadirejo (20%) dan Bulu (17,8%). Target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015 untuk indikator ini sebesar 15,5%. Dengan demikian Kabupaten Temanggung telah mencapai target tersebut di tahun Indikator gizi yang lain yaitu Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. GAMBAR 3.7 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Sangat Pendek; 11,70% pendek; 20,90% Normal; 67,40% Pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung terdapat 32,6% balita dengan tinggi badan dibawah normal yang terdiri dari 11,7% balita sangat pendek dan 20,9% balita pendek. Menurut kecamatan, prevalensi balita pendek terendah terjadi di Kecamatan Candiroto (0%), Tembarak PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

59 (17,8%) dan Jumo (18,9%). Sedangkan kecamatan dengan prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan Ngadirejo (57,8%), Kledung (53,4%) dan Kaloran (41,1%). Indikator antropometri lainnya untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/TB dan Indeks Massa tubuh (IMT) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus. GAMBAR 3.8 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Sangat Kurus; 0,80% Gemuk; 7,80% Kurus; 4,60% Normal; 86,70% PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

60 Dari Gambar 3.8 di atas dapat dilihat bahwa Pada tahun 2012 terdapat 5,4 % balita wasting (kurus) yang terdiri dari 4,6 % balita kurus dan 0,8 % balita sangat kurus. Standar prevalensi balita kurus pada suatu populasi menurut WHO sebesar < 5%. Hal ini berarti masalah kekurusan di Kabupaten Temanggung belum memenuhi standar WHO. Demikian juga berdasarkan prevalensi menurut kecamatan, 10 kecamatan di Kabupaten Temanggung yang belum memenuhi standar WHO karena memiliki prevalensi balita kurus > 5% diantaranya : Kecamatan Pringsurat (13,3%), Bejen (11,1%) dan Temanggung (9,4%). GAMBAR 3.9 PREVALENSI BALITA KURUS DAN SANGAT KURUS MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN , ,1 11,1 13, ,8 7,8 6,7 5,6 5,8 3,9 4,4 4,5 2,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 0 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

61 C. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden (didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu). 1) Kasus baru dan prevalensi BTA positif Jumlah kasus baru BTA positif yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 315 kasus, jumlah tersebut sedikit lebih meningkat dibandingkan kasus baru BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2011 yang sebanyak 279 kasus. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

62 Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan dari RS sekitar 35,6% (112 kasus) dari jumlah seluruh kasus baru yang ditemukan di Kabupaten Temanggung. Menurut jenis kelamin, kasus BTA (+) pada laki-laki hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA (+) pada perempuan, sebesar 53,7% kasus BTA (+) yang ditemukan berjenis kelamin laki-laki dan 46,3% kasus berjenis kelamin perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Puskesmas Kledung, kasus pada laki-laki 3/2 dari kasus perempuan, yaitu 65% penderita laki-laki dan 35% penderita perempuan. 2) Angka Penemuan Kasus Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA (+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA (+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Berikut ini adalah angka penemuan kasus tahun PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

63 GAMBAR 3.10 ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA (+) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,28 37,16 34,23 38, , Pada gambar diatas terlihat kecenderungan peningkatan angka penemuan kasus BTA (+) sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, walaupun masih dibawah standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu penemuan kasus sebesar 70%. b. HIV & AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

64 Sebelum memasuki fase AIDS, penderita lebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). 1) Jumlah kasus HIV positif dan AIDS Perkembangan kasus HIV positif sejak tahun2008 sampai dengan 2012 disajikan pada Gambar 3.11 berikut ini. 30 GAMBAR 3.11 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN S.D Sampai dengan tahun 2008 kasus baru HIV positif sebesar 25 kasus kemudian meningkat menjadi 101 kasus pada tahun HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dari ibu ke anak PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

65 2) Pengetahuan AIDS Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur tahun yang pernah mendengan tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Tabel berikut ini memperlihatkan persentase responden yang pernah mendengar tentang HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang. Data tabel 3.1 dibawah ini menunjukan bahwa wanita umur tahun cenderung memiliki pengetahuan HIV AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada kelompok umur 30 tahun keatas. Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang lebih besar dari wanita kawin. Diantara wanita yang belum kawin, mereka yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengetahuan mengenai HIV-AIDS yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita belum kawin dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang HIV-AIDS diantara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita pedesaan. Pengetahuan mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita. Persentase wanita kelompok umur tahun yang mengetahui tentang HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pria kawin pada kelompok umur yang sama. Tingkat PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

66 pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari di pedesaan. TABEL 3.1 PERSENTASE WANITA UMUR TAHUN DAN PRIA KAWIN TAHUN YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV- AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012 Karakteristik Latar Belakang Umur Statu Perkawinan Belum Kawin Pernah berhubungan seks Tidak pernah berhubungan seks Kawin atau hidup bersama Cerai/janda/duda Tempat tinggal Perkotaan Pedesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA+ t.a.d : tidak ada data Kelompok Umur (Tahun) Wanita Pria 84,4 84,8 84,0 82,2 78,3 62,8 t.a.d 88,2 82,6 88,3 74,3 62,6 87,0 65,6 88,2 82,6 88,3 74,3 62,6 83,8 79,6 84,1 85,4 88,9 79,6 68,2 t.a.d t.a.d t.a.d 82,3 t.a.d 91,5 72,8 t.a.d t.a.d t.a.d 82,3 t.a.d Hasil SDKI 2012 juga menunjukan bahwa persentase wanita umur tahun yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi resiko HIV-AIDS dengan menggunakan kondom dan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

67 9,9 14,1 15,4 18,8 28, membatasi hubungan seks dengan satu pasangan sebesar 37,3%. Sedangka pria kawin umur tahun yang memiliki pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. c. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia dapat juga terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebh dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Data cakupan penemuan pneumonia balita pada kurun waktu lima tahun terkahir disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 3.12 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN Cakupan Penemuan Target penemuan Sumber Bidang P2PL Dinkes Kab Temanggung PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

68 ISPA, khususnya pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Sejak tahun 2008 sampai tahun 2012, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar 9,9 28,5 %. Selama kurun waktu tersebut cakupan pneumonia tidak pernah mencapai target yaitu 70%. Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut puskesmas tahun , GAMBAR 3.13 CAKUPAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN , ,6 44,2 34,634,5 34,4 31,1 26,1 24,8 22,7 22,1 21,1 19,7 17,3 14,6 12,2 11 6, ,8 0,5 0 28,5 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

69 Pada tahun 2012 ada dua puskesmas yang mencapai target program penemuan pneumonia pada balita (70%) yaitu Puskesmas Bejen (82,1%) dan Puskesmas Kandangan (74,3%), sedangkan puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Dharmarini yaitu 0%. d. Diare Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensi KLB yang sering disertai dengan kematian. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%)dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%). Jumlah penderita pada KLB Diare pada tahun 2012 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 dari 145 kasus tanpa kematian menjadi 168 kasus dengan 3 kematian pada tahun 2012 (CFR 1,79%). KLB diare terjadi di 4 desa pada 3 kecamatan. Target CFR KLB Diare diharapkan < 1%. Dengan demikian CFR KLB Diare di Kabupaten Temanggung tidak memenuhi target program. Hal ini terjadi karena penderita terlambat memperoleh pertolongan, yang antara lain akibat letak geografis yang sulit dan jauh dari sarana pelayanan kesehatan. 2. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorium disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

70 ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 2012, tidak dilaporkan adanya kasus Tetanus Neonatorum. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 sebesar 0%, relatif menurun bila dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 100% (1 kasus TN dan meninggal di Kecamatan Kandangan). b. Campak Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 57 kasus campak klinis dari 4 desa pada 4 kecamatan di Kabupaten Temanggung tanpa kematian. Inciden Rate (IR) pada tahun 2012 adalah sebesar 7,8 per penduduk. Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu bertutur-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologis. Pada tahun 2012, jumlah KLB Campak terjadi sebanyak 3 kali dengan jumlah kasus sebanyak 57 kasus campak klinis dan 10 kasus varicella. Setelah dilakukan konfirmasi laboratorium tidak ditemukan kasus campak positif (+). PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

71 c. Dipteri Penyakit Dipteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit dipteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Pada tahun 2012, tidak dilaporkan adanya kasus Dipteri. d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Mendadak) Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher,s erta sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/ populasi anak usia < 15 tahun (4 kasus). Pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung ditemukan 5 kasus yang berarti telah mencapai standar minimal penemuan. Kasus AFP ditemukan di wilayah Puskesmas Kandangan 2 kasus, Puskesmas Jumo 1 kasus, Puskesmas Kledung 1 kasus, dan Puskesmas Tlogomulyo ditemukan 1 kasus. Pemetaan penemuan kasus AFP di Kabupaten Temanggung tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

72 GAMBAR 3.14 NON POLIO AFP PER ANAK < 15 TAHUN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Tidak ada kasus AFP Ada kasus AFP 3. Penyakit Bersumber Binatang Beberapa penyakit dapat menular melalui binatang yang biasa disebut penyakit bersumber binatang. Penyakit Bersumber Binatang diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Rabies. Penyakit tersebut dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi bahkan beberapa menyebabkan kematian. a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yaitu masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

73 albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus didalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 41 kasus tanpa kematian (Incident Rate/Angka Kesakitan = 5,59 per penduduk). Terjadi penurunan jumlah kasus pada tahun 2012 bila dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 87 kasus dengan IR = 12,1. Target Renstra angka kesakitan DBD tahun 2012 sebesar < 2 per penduduk, dengan demikian Kabupaten Temanggung masih belum mencapai target Renstra Berikut tren Inciden Rate (IR) DBD selama kurun waktu di Kabupaten Temanggung. GAMBAR 3.15 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,45 23,27 16,61 12,1 5, PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

74 Pemetaan Angka Kesakitan (Inciden Rate) DBD menurut kecamatan di Kabupaten Temanggung tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut ini. GAMBAR 3.16 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 IR < 10 IR : 10 19,9 IR > 20 Dari gambar 3.16 di atas menunjukan bahwa Angka Kesakitan (Inciden rate/ir) penyakit Demam Berdarah Dengue Kecamatan Pringsurat > 20, kemudian Kecamatan Kaloran dan Kranggan IR DBD sebesar antara 10 19,9, sedangkan kecamatan lainnya IR penyakit DBD masih dibawah 10. b. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

75 Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh Parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak hingga orang dewasa. Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu : 1) Endemis tinggi bila API > 5 per penduduk, 2) Endemis sedang bila API berkisar antara 1 5 per penduduk, 3) Endemis rendah bila API berkisar antara 0-1 per penduduk, 4) Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 sebesar 0,05 per penduduk dengan jumlah kasus positif malaria sebanyak 36 kasus, dimana semua kasus malaria tersebut merupakan kasus impor, dengan demikian Kabupaten Temanggung termasuk dalam daerah endemis rendah. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan jumlah kasus yaitu 58 kasus (API = 0,1 per penduduk) pada tahun 2011 dan 36 kasus (API = 0,05 per penduduk) di tahun Terdapat 2 jenis tes sediaan darah untuk mendeteksi penyakit malaria yaitu pemeriksaan mikroskopis dan Rapid Diagnosis Tes PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

76 (RDT), pemeriksaan mikroskopis menghasilkan hasil tes sediaan darah lebih akurat dibandingkan RDT. Jumlah kasus postif malaria yang diperoleh dari pemeriksaa sediaan darah tertinggi terdapat pada Kecamatan Gemawang sebanyak 16 kasus sedangkan 11 kecamatan tidak ada kasus malaria antara lain Kecamatan Bulu, Temanggung dan Tretep. Sebaran kasus malaria per kecamatan dapat dilihat pada gambar berikut ini. GAMBAR 3.17 SEBARAN JUMLAH KASUS MALARIA PER KECAMATAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN c. Filariasis Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasi menular melalui gigitan nyamuk yang PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

77 mengandung cacing filaria dalam tibihnya. Dalam tubuh manusia cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetapdi jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital. Pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung dilaporkan kasus filariasis sebanyak 6 kasus dengan angka kesakitan / IR 0,82 per penduduk yang berasal dari Kecamatan Tlogomulyo sebanyak 2 kasus dan Kecamatan Gemawang sebanyak 4 kasus. 4. Penyakit Tidak Menular a. Diabetes Melitus Diabetes Melituas (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stres. Menurut laporan Riskesdas tahun 2007, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur tahun di daetah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur tahun di perkotaan (14,7%) dan terttinggi ke-6 di daerah pedesaan (5,8%). Pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung dilaporkan dari puskesmas dan Rumah Sakit kasus Diabetes Melitus sebesar kasus yang terdiri dari 463 kasus ID DM dan kasus ND DM. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

78 BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir khususnya tahun PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

79 A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di Kabupaten Temanggung. UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang- Unang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKB sebesar 32 per kelahiran hidup dan AKABA sebesar 40 per kelahiran hidup. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

80 Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu dan menurunkan angka kemtian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan Antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu : 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2) Pengukuran tekanan darah; 3) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 4) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; 5) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 6) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana); serta PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

81 7) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Gambaran kecenderungan Cakupan K1 dan Cakupan K4 dari tahun di Kabupaten Temanggung nampak pada gambar 4.1 berikut ini. GAMBAR 4.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

82 ,52 101,16 90,23 80,17 100,8 99,96 100,53 93,35 93,3 92, K1 K4 Pada Gambar 4.1 diatas menunjukan fluktuatif dari Cakupan K1 dan cakupan K4 periode tahun Pada tahun 2012, capaian indikator kinerja Persentase ibu hamil mendapat pelayanan antenatal (Cakupan K4) adalah sebesar 92,24, hal ini masih dibawah target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung yaitu sebesar 100%. Data cakupan K4 menurut distribusi puskesmas menunjukan adanya kesenjangan cakupan antar puskesmas dengan capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Kranggan sebesar 107,1%, diikuti oleh Puskesmas Tlogomulyo sebesar 102,8% dan Puskesmas Parakan sebesar 99,8%. Sedangkan puskesmas dengan capaian terendah adalah Puskesmas Kedu sebesar 74,1%, diikuti oleh Puskesmas Bejen sebesar 86,4% dan Puskesmas Jumo sebesar 86,7%. Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah dikembangkannya kelas ibu hamil. Kelasibu hamil akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

83 keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Adapun secara terperinci cakupan K4 per puskesmas di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada gambar berikut ini : GAMBAR 4.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Kranggan Tlogomulyo Parakan Tembarak Tepusen Kledung Pare Kaloran Temanggung Bansari Ngadirejo Wonoboyo Candiroto Tretep Traji Selopampang Dharmarini Kandangan Pringsurat Gemawang Bulu Jumo Bejen Kedu 74,1 107,1 102,8 99,8 98,3 98,1 97,7 97,2 95,7 95,7 95,7 95,3 94,6 94,6 93,5 93,4 93,1 92,8 91,4 89,7 89,5 88,4 86,7 86, PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

84 Pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa 2 puskesmas (8,3%) telah memenuhi target Renstra yaitu diatas 100%, sedangkan 22 puskesmas (91,7%) masih dibawah target Renstra. Adanya bantuan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping. Semakin kuatnya kerjasama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan mampu mendorong tercapainya target cakupan K4. 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 mencapai 99,65%. Angka ini PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

85 telah berhasil memenuhi target Renstra sebesar 90%. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan ini meningkat bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2011 yaitu sebesar 99,13%. Berikut ini ditampilkan gambar cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatab berdasarkan puskesmas di Kabupaten Temanggung pada tahun Pada Gambar 4.3 berikut dapat diketahui bahwa semua puskesmas telah memenuhi capaian persalinan yang ditolong tenaga kesehatan diatas 90%. GAMBAR 4.3 CAKUPAN PERSALINAN YANG DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN YANG BERKOMPETENSI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

86 Wonoboyo Tretep Bejen Candiroto Gemawang Ngadirejo Kedu Kandangan Tepusen Pringsurat Pare Kranggan Selopampang Tlogomulyo Dharmarini Temanggung Bulu Bansari Kledung Traji Parakan Tembarak Jumo Kaloran 90 98, , Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 haripasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke- 28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi : a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu), b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri), PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

87 c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain, d. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif, e. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana, f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Capaian indikator pelayanan kesehatan ibu nifas di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 adalah sebesar 94,56% hal ini menurun bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2011 yaitu sebesar 96,72%. 4. Penanganan Komplikasi Maternal Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan trauma/ kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal adalah pelayanan kepada ibu dngan komplikasi maternal untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi maternal adalah cakupan penanganan komplikasi maternal. Indikator ini mengukur kemampuan daerah dalam PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

88 menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian Indikator penanganan komplikasi kebidanan dari tahun disajikan pada gambar 4.4. GAMBAR 4.4 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,1 116, Pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan cakupan penanganan komplikasi maternal yaitu dari 77% pada tahun 2009 terus meningkat hingga 116,84% pada tahun Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

89 beresiko mengalami komplikasi, maka mereka perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal/obstetrik. Terdapat 3 jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampumendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau. Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Temanggung adalah melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

90 upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. 5. Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Yang dimaksud dengan penanganan Neonatal Komplikasi adalah neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai standar MTBM, Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, Pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Pada tahun 2012 capaian cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi sebesar 53,19%. Indikator ini mengalami peningkatan bila dibandingkan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 35,7%. Walaupun mengalami peningkatan capaian indikator ini masih belum memenuhi target Renstra 80%. Pada gambar berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal komplikasi tahun 2012 di 24 puskesmas di Kabupaten Temanggung. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

91 GAMBAR 4.5 CAKUPAN NEONATAL DG KOMPLIKASI YANG DITANGANI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Dharmarini Selopampang Kranggan Tlogomulyo Bulu Tepusen Gemawang Candiroto Temanggung Kledung Bejen Pare Kaloran Jumo Bansari Ngadirejo Tembarak Traji Kandangan Tretep Wonoboyo Pringsurat Kedu Parakan 6,6 94,38 89,6 81,66 76,75 75,29 75,1 66,67 57,97 55,56 55,23 45,13 42,07 38,94 38,63 35,94 34,48 32,86 29,59 28,99 19,47 14,49 133,33 125, Kunjungan Neonatal Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar adalah pelayanan kesehatan neonatal saat lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

92 neonatal sebanyak 3 kali. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan naonatalpertama (KN1), bayi baru lahir mendapat Vitamin K injeksi dan imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir. Cakupan indikator kunjungan Neonatal pertama (KN1) di 24 puskesmas digambarkan pada Gambar 4.6 GAMBAR 4.6 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Kedu Dharmarini Kaloran Parakan Jumo Pare Gemawang Bansari Candiroto Kandangan Bejen Ngadirejo Tlogomulyo Tretep Tepusen Kranggan Traji temanggung Pringsurat Tembarak Selopampang Bulu Wonoboyo Kledung ,7 101,5 101, ,3 100, ,6 99,6 99,4 99,2 98,9 98, ,6 96,9 96, ,5 91,1 88, Pada Gambar 4.6 menunjukan bahwa cakupan KN1 tahun 2012 belum memenuhi target Renstra yaitu 98,8% dari 99% Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

93 lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sedikitnya 3 kali. Capaian KN lengkap di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 sebesar 95,06%. 7. Pelayanan Kesehatan pada Bayi Bayi merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Oleh karena itu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian Vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lain-lain. Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2012 mencapai 96,2%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011yang sebesar 92,3%. Gambaran capaian indikator ini di 24 puskesmas menunjukan bahwa sebagian besar puskesmas telah memenuhi target 2012 seperti disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 4.7 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI KABUPATEN TEMANGGUNG PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

94 TAHUN 2012 Dharmarini Temanggung Candiroto Kranggan Bansari Kledung Bejen Selopampang Parakan Jumo Tepusen Tembarak Tlogomulyo Bulu Traji Kandangan Kaloran Pare gemawang Pringsurat Tretep Kedu Ngadirejo Wonoboyo 57,4 127,64 119,6 116,18 106,91 104,24 102,51 101,87 101,7 101,56 100,88 100,3 100, ,2 98,01 97,58 97,5 94,6 87,86 86,02 85,68 79,63 76, Cakupan kunjungan bayi tertinggi ada pada Puskesmas Dharmarini sebesar 127,64%, Puskesmas Temanggung sebesar 119,6% dan Puskesmas Candiroto sebesar 116,18%. Sedangkan cakupan kunjungan bayi terendah pada Puskesmas Wonoboyo sebesar 57,4%, Puskesmas Ngadirejo sebesar 76,85% dan Puskesmas Kedu sebesar 79,63%. 8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita Salah satu indikator yang ditetapkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai 59 bulan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

95 Pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas hidup anak balita dengan melakukan beberapa kegiatan antara lain : a. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK. b. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA. c. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang, dan Vitamin A. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesara 90,67% lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 87,7%. Capaian pelayanan balita menurut puskesmas menunjukan bahwa capaiannya sebagian besar puskesmas sudah memenuhi target SPM yaitu diatas 90% seperti yang terdapat pada gambar berikut ini. Pada Gambar 4.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa terdapat 14 puskesmas (58,3%) dengan capaian melebihi 90%. Puskesmas Bejen memiliki capaian tertinggi yaitu sebesar 107,11% diikuti oleh Puskesmas kandangan sebesar 104,26% DAN Puskesmas Tembarak sebesar 102,10%. Puskesmas Bansari memiliki capaian terendah yaitu sebesar 65,08% diikuti oleh Puskesmas candiroto sebesar 72,34% dan Puskesmas Pringsurat sebesar 72,91%. GAMBAR 4.8 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

96 BEJEN KANDANGAN TEMBARAK SELOPAMPANG TRAJI NGADIREJO TRETEP KALORAN TLOGOMULYO GEMAWANG PARAKAN TEMANGGUNG KLEDUNG BULU DHARMARINI KEDU KRANGGAN WONOBOYO PARE TEPUSEN JUMO PRINGSURAT CANDIROTO BANSARI 107,11 104,26 102,1 101,77 101,61 100,5 99,57 98,31 98,21 97,87 97,04 96,83 92,19 92,13 89,56 85,66 85,15 78,69 76,96 76,5 76,36 72,91 72,34 65, Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada anak usia sekolah. Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap siswa SD/MI kelas 1 juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan bisa mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ ketajaman penglihatan dan masalah gigi. Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari : PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

97 a. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku), b. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri, c. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran), d. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, e. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan, f. Pemeriksaan kebugaran jasmani, dan g. Deteksi dini masalah mental emosional. Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/MI kelas 1 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD/sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2012 di Kabupaten Temanggung sebesar 99,36%. Cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan capaian pada tahun 2011 yaitu sebesar 98,2%. Meskipun terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, capaian tersebut belum memenuhi target sebesar 100%. Capaian penjaringan kesehatan siswa SD/sederajat di Kabupaten Temanggung sebagian besar puskesmas sudah memenuhi target 100%, tetapi masih ada puskesmas yang capaiannya di bawah target yaitu ada 8 puskesmas diantaranya adalah Puskesmas Kandangan sebesar 99,4%, Puskesmas Bansari sebesar 99,15% hingga Puskesmas Tretep sebesar 95,33%. GAMBAR 4.9 CAKUPAN SD/MI YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

98 Wonoboyo Bejen Candiroto Gemawang Jumo Ngadirejo Tepusen Kaloran Pringsurat Pare Kranggan Selopampang Dharmarini Temanggung Bulu Parakan Kandangan Bansari Kledung Kedu Traji Tembarak Tlogomulyo Tretep 96,13 95,54 95, ,4 99,15 99,12 98,95 98, B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Permasalahan gizi di masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang menyita perhatian sektor kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentu kondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam rangka merespon permasalahan gizi yang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan vitamin A dan gangguan akibat kekurangan yodium. 1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) Salah satu permasalahan gizi masyarakat Temanggung adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

99 tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di Kabupaten Temanggung adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan kekurangan zat besi (Fe). Dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Pemberian tablet Fe ini diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil (antenatal care). Efektivitas upaya pemberian tablet Fe juga sangat bergantung pada seberapa besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan. Cakupan pemberian tablet Fe yang tinggi bisa tidak berdampak pada penurunan anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet Fe masih rendah. Program pemberian tablet Fe sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Pemberian tablet Fe juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan ibu hamil (K4). Namun demikian, capaian kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 92,24% lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pemberian tablet Fe pada ibu hamil sebesar 90,25%. 2. Pemberian kapsul Vitamin A Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga menjadi perhatian dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena dilakukan pemberian kapsul vitamin A dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

100 untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan terhadap penurunan angka kematian, pencegahan kebutaan, serta pertumbuha dan kelangsungan hidup anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian kapsul vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita 6 59 bulan. Cakupan pemberian vitamin A pada balita 6 59 bulan di Kabupaten Temanggung Tahun 2012 mencapai 99,96%. Cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 99,83%. 3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2012 adalah sebesar 75,57%. Hal ini sudah memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan pada tahun 2012 yaitu 75%. Persentase tertinggi pada Puskesmas Ngadirejo sebesar 95,73%, disusul Puskesmas Candiroto sebesar 93,83% dan Puskesmas Kandangan sebesar 91,22%. Sedangkan capaian yang terendah pada Puskesmas Pare sebesar 57,95% disusul oleh Puskesmas Bulu sebesar 58,06% dan Puskesmas Wonoboyo sebesar 58,21%. Ada 14 puskesmas yang sudah PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

101 memenuhi target Renstra (58,3%) dan 10 puskesmas yang belum memenuhi target (41,7%). GAMBAR 4.10 CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 NGADIREJO CANDIROTO KANDANGAN JUMO KRANGGAN TLOGOMULYO KALORAN DHARMARINI TRAJI TEPUSEN TEMANGGUNG BEJEN GEMAWANG SELOPAMPANG TEMBARAK BANSARI PARAKAN TRETEP KEDU KLEDUNG PRINGSURAT WONOBOYO BULU PARE 95,73 93,83 91,22 86,9 85,54 82,53 80,68 80,56 79,7 79,17 79,03 77,94 77,57 75,42 74,54 72,92 68,85 68,72 67,76 64,93 59,63 58,21 58,06 57, Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain : a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada masalah medis. b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberikan kesempatan pada ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

102 dengan belum tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya. c. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI. d. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI. C. PELAYANAN IMUNISASI Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Dipteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paruparu, pertusis, dan polio. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur dan ibu hmail. 1. Imunisasi Dasar pada Bayi Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan Lima Imunisasi dasar Lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 1 dosis Hepatitis B, dan satu dosis Campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapatkan perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

103 Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. DHARMARINI KLEDUNG KALORAN KRANGGAN TLOGOMULYO BEJEN BULU TRAJI KANDANGAN SELOPAMPANG CANDIROTO PARAKAN PARE NGADIREJO JUMO BANSARI GEMAWANG KEDU TEMANGGUNG TEMBARAK TEPUSEN PRINGSURAT TRETEP WONOBOYO GAMBAR 4.11 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,1 120,1 105,9 105,1 101,1 100,9 99,7 99,3 98,7 98,3 96,5 96,1 95,6 92,7 92,5 91,8 91,1 90,8 87,4 87,2 86,8 85,8 85,1 82,6 Target 90% Kabupaten Temanggung memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2012 sebesar 95,67%. Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Cakupan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 96,8%. Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa Puskesmas Dharmarini memiliki capaian tertinggi yaitu sebesar 125,1% diikuti PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

104 Puskesmas Kledung sebesar 120,1% dan Puskesmas Kaloran sebesar 105,9%. Sedangka puskesmas dengan Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan lima jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana > 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra Tahun 2012 adalah sebesar 100%. Pada tahun 2012 capaian cakupan UCI di Kabupaten Temanggung sebesar 99,65%. Hanya satu desa di wilayah kerja Puskesmas Tretep yang tidak mencapai UCI 100%. Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah disebut dengan Drop Out (DO) Imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1-Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1. DO Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2012 adalah sebesar 3,6%, angka ini lebih tinggi dari tahun 2011 yang sebesar 0,1%. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

105 2. Imunisasi pada Ibu Hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah : a. Pertolongan persalinan yang aman dan bersih, b. Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, dan c. Penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT 1. Pengendalian HIV AIDS HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang pengendaliannya dipantau melalui komitmen global MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan melalui pencegahan infeksi, penularan, penemuan penderita secara dini yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok beresiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUS), penghuni lapas (Lembaga Pemasyarakatan). PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

106 Hasil pelaksanaan surveilans HIV dan AIDS selama enam tahun terakhir terlihat pada tabel berikut ini. TABEL 4.1 PENEMUANPENDERITA HIV DAN AIDS DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN Kasus Baru Case Fatality Rate Tahun Pengidap HIV AIDS (CFR) AIDS (%) S/D , , , , ,2 Sumber : KPA Kabupaten Temanggung, 2013 Pada tabel di atas dapat diketahui adanya peningkatan penemuan kasus baru HIV dan kasus baru AIDS dari tahun 2007 sampai dengan tahun Kasus baru infeksi HIV meningkat dari 17 pada tahun 2007 menjadi 20 pada tahun 2012, dan kasus baru AIDS menurun dari 25 kasus AIDS pada tahun 2007 menjadi 14 kasus pada tahun Case Fatality Rate (CFR) dalam 6 tahun terakhir menunjukan fluktuatif dari 59,5% pada tahun 2007 menjadi 41,2% pada tahun Pengendalian Penyakit TB Paru Selain HIV/AIDS, Tuberkulosis (TB) juga menjadi salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium Development Goals. MDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan yang terdiri dari : PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

107 a. Menurunkan insiden TB Paru pada tahun 2015, b. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, c. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA (+) terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), dan d. Sedikitnya 85% tercapai Succes Rate (SR). Upaya pengobatan kasus TB dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS, yaitu strategi penatalaksanaan TB yang menekankan pentingnya pengawasan terhadap pasien TB untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai 85%. a. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) (Case Detection Rate / CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate / SR) Case Detection Rate atau angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan upaya pendeteksian kasus. Indikator ini menggambarkan proporsi antara penemuan TB Paru BTA (+) terhadap jumlah perkiraan kasus TB Paru. Indikator lain yang digunakan dalam upaya pengendalian TB adalah Succes Rate atau angka keberhasilan pengobatan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

108 CDR menunjukan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, yaitu dari 18,5% menjadi 38,7%. Walaupun demikian angka ini belum memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan kabupaten Temanggung tahun 2012 yaitu 70%. Indikator keberhasilan (SR) juga menunjukan penurunan, yaitu dari 92,14% pada tahun 2008 menjadi 88,7% pada tahun Keberhasilan pengobatan TB Paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. GAMBAR 4.12 PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,14 89,51 96,5 97,18 88,07 18,5 29,8 37,2 34,7 38, CDR SR Gambaran capaian SR pada tingkat puskesmas menunjukan bahwa terdapat 19 puskesmas memiliki capaian melebihi target minimal WHO sebesar 85%. Capaian SR pada tahun 2012 di 24 puskesmas disajikan pada gambar berikut. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

109 GAMBAR 4.13 PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU (SUCCES RATE) DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 WONOBOYO BEJEN CANDIROTO NGADIREJO KEDU TEPUSEN KALORAN PARE KRANGGAN SELOPAMPANG TEMBARAK TLOGOMULYO DHARMARINI KLEDUNG TRAJI KANDANGAN PRINGSURAT KAB. TEMANGGUNG BANSARI TRETEP BULU TEMANGGUNG GEMAWANG PARAKAN JUMO Target 85% ,07 87,5 86,76 83,33 78,57 66,67 63, Pada gambar diatas terlihat Puskesmas Jumo memiliki capaian terendah yaitu sebesar 25% diikuti oleh Puskesmas Parakan sebesar 63,64% dan Puskesmas Gemawang sebesar 66,67%. 3. Pengendalian Penyakit ISPA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

110 Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, terutama di negara berkembang, dimana 1 orang balita meninggal tiap 20 detik atau 3 orang per menit (Unicef, 2006). Pada klasifikasi pengendalian ISPA berdasarkan golongan umur terdapat 2 kelompok yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan golongan umur < 2 bulan,. Pneumonia pada golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu ; Pneumonia, Pneumonia Berat dan Batuk bukan Pneumonia. Pada golongan umur < 2 bulan ditetapkan 2 klasifikasi yaitu Pneumonia Berat dan Batuk bukan Pneumonia. Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan juga menggambarkan penatalaksana-an kasus ISPA. Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita merupakan persentase jumlah penderita pneumonia pada balita baik pneumonia berat maupun Pneumonia terhadap jumlah target penemuan pneumonia balita. Target penemuan pneumonia balita tersebut ditentukan berdasarkan proporsi 10% dari jumlah seluruh balita. Upaya penemuan pneumonia balita sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 disajikan pada gambar berikut. GAMBAR 4.14 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

111 CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ,9 18,8 14,1 15,4 28, Target Cakupan Gambar di atas menunjukan bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 28,5% mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu sebesar 15,4%. Cakupan penemuan penderita pneumonia belum memenuhi target yang ditentukan sejak tahun 2008 hingga Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan pneumonia balita di puskesmas antara lain : a. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di puskesmas belum terlatih karena keterbatasan anggaran dan mutasi petugas yang tinggi, b. Manajemen data : 1) Under reported yang disebabkan karena kerancuan antara diagnosa kerja dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia/ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukan kedalam ISPA biasa. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

112 2) Keterlambatan pelaporan secara berjenjang. 4. Pengendalian Penyakit Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan, surveilans AFP, dan pengamatan virus polio liar di laboratorium. Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah risiko tinggi untuk terjadinya transmisi virus polio liar, memantau kemajuan program eradikasai polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio. Penemuan kasus dalam surveilans AFP dilaksanakan melalui surveilans aktif di RS dan surveilans berbasis masyarakat. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja surveilans AFP adalah Non Polio AFP rate > 2 per penduduk usia < 15 tahun. Pada tahun 2012, Non Polio AFP rate di Kabupaten Temanggung sebesar 5,48 per anak usia < 15 tahun. Capaian ini meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu 2,19 per anak usia < 15 tahun. Terdapat 5 kasus AFP yang ditemukan di 4 puskesmas seperti yang disajikan pada gambar berikut ini. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

113 GAMBAR 4.15 PENEMUAN KASUS AFP DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012 Tidak Ada Kasus Ada Kasus 5. Pengendalian Penyakit DBD Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena fatalitasnya dalam menyebabkan kematian dan kerap menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada bulan tertentu. Upaya pengendalian penyakit DBD secara umum terdiri dari : PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Temanggung, Mei 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG. Dr. SUPARJO, M.Kes Pembina Utama Muda NIP

KATA PENGANTAR. Temanggung, Mei 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG. Dr. SUPARJO, M.Kes Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas rahmat dan karunia-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung Tahun 2016 selesai disusun dan dapat diterbitkan. Profil

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2013 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan sekalian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan kesehatan dari lima tahun sebelumnya, model penyusunan perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci