EKA SRI HANDAYANI GINTING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKA SRI HANDAYANI GINTING"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR AGRIBISNIS (Kasus : Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran) EKA SRI HANDAYANI GINTING DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Di Sektor Agribisnis Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran adalah benar karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya ilmiah ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Eka Sri Handayani Ginting NIM H

3

4 ABSTRAK EKA SRI HANDAYANI GINTING. Faktor faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Sektor Agribisnis Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Kredit Usaha Rakyat merupakan program fasilitas pembiayaan pemerinah yang dapat diakses oleh usaha mikro, kecil, menengah yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable. Tingkat realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran hanya 65 persen sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat realisasi KUR. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada sektor agribisnis dan mengetahui bagaimana persepsi nasabah mengenai prosedur penyaluran KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran apakah mudah bagi nasabah dalam memenuhi persyaratan pengajuan KUR. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR yaitu pendapatan bersih nasabah, nilai agunan dan jarak lokasi tempat tinggal nasabah. Kata Kunci: KUR, agribisnis, regresi linear berganda ABSTRACT EKA SRI HANDAYANI GINTING. The Factors that Influence the Realization of Agribusiness Sector Kredit Usaha Rakyat Cases On Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Kredit Usaha Rakyat (KUR) governmenis facility program that accessed by micro, small, medium business tht hasn t feasibility bankable yet. The realization rate of KUR in Bank Mandiri Business Partners Branch Bogor Pajajaran only 65 percent, soit is necessary to do research about the realization rate of KUR. The purpose of this research is to analyzes the factors that influence of KUR realization in agribusiness sector and find out how the perception of consumers regarding the procedure of KUR in Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor is it easy for customers to meet the filing requirements of KUR. The result of multiple linear regression showed that the factors which influence of KUR such credit income customers, the value of the collateral and the distance location of residence customers. Key words: micro credit, agribusiness, multiple linear regression

5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR AGRIBISNIS (Kasus : Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran) EKA SRI HANDAYANI GINTING Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7 PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran). Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku Dosen Pembimbing atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Penguji Tintin Sarianti SP,MM dan Feryanto W. Karo-Karo SP, M.Si. Terima kasih kepada seluruh karyawan PT Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran khususnya Bapak Taufik Azhari yang telah memberikan waktu untuk penulis dalam mengumpulkan data dan menyelesaikan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua, keluarga, seluruh teman-teman atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, September 2016 Eka Sri Handayani Ginting

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Vii Vii Viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat 6 KERANGKA PEMIKIRAN 8 Kerangka Pemikiran Teoritis 8 Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) 8 Kredit Usaha Rakyat (KUR) 9 Konsep Agribisnis 9 Pengertian, fungsi dan tujuan kredit 10 Jenis kredit 10 Unsur-unsur Kredit 12 Pertimbangan Kredit 12 Permintaan dan Penawaran Kredit 14 Kerangka Pemikiran Operasional 15 METODE PENELITIAN 19 Waktu dan Lokasi Penelitian 19 Jenis dan Sumber Data 19 Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel 19 Metode Pengolahan dan Analisis Data 20 Analisis Deskriptif 20 Model faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat 20 Evaluasi Model Pendugaan 21 Asumsi dalam Analisis Regresi Linear 23 Hipotesis Penelitian 24 GAMBARAN UMUM PT. BANK MANDIRI TBK 24 Sejarah Bank Mandiri 24 Visi dan Misi Bank Mandiri 28 Gambaran Umum Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 28 Gambaran Umum Mekanisme dan Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 30

9 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Rata-Rata Realisasi Kredit Usaha Rakyat Pada Sektor Agribisnis Pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 36 Rata-rata Realisasi KUR menurut Variabel Character 36 Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Capacity 39 Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Collateral 41 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 42 Pendapatan Bersih Usaha 44 Nilai Agunan 45 Lama Usaha 45 Usia 46 Pendidikan 46 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga 47 Jangka Waktu Kredit 47 SIMPULAN DAN SARAN 48 Simpulan 48 Saran 49 DAFTAR PUSTAKA 49 LAMPIRAN 51 RIWAYAT HIDUP 58 DAFTAR TABEL 1 Jumlah realisasi kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah Jumlah UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun Realisasi dan NPL penyaluran kredit bank nasional tahun Trend pengajuan dan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Rata-rata realisasi KUR menurut usia nasabah tahun Rata-rata realisasi KUR menurut tingkat pendidikan nasabah tahun Rata-rata realisasi KUR menurut jumlah tanggungan keluarga tahun Rata-rata realisasi KUR menurut pendapatan bersih usaha perbulan Rata-rata realisasi KUR menurut lama usaha nasabah tahun Rata-rata realisasi KUR menurut jangka waktu kredit tahun Rata-rata realisasi KUR menurut nilai agunan nasabah tahun Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran... 43

10 DAFTAR GAMBAR 1 Kurva penawaran dan permintaan kredit Kerangka pemikiran operasional Struktur Organisasi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner penelitian Plot komponen normal probability plot dan histogram of the residuals Plot komponen Standardize residual menurut Variabel Dependent Data hasil responden debitur KUR... 57

11 PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) berperan penting dalam perekonomian terutama sebagai pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat. Upaya Pemerintah dalam mendukung UMKM merupakan suatu cara untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan sektor perekonomian. Menteri Koordinator Perekonomian mengatakan bahwa Indonesia begitu rentan terhadap permasalahan ekonomi global lantaran bergantung pada investor asing. Ketergantungan terhadap peran investor asing dapat dikurangi dengan semakin ditingkatkannya usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada masyarakat. UMKM diharapkan mampu terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi penggangguran dan membantu upaya Pemerintah memerangi kemiskinan (Tambunan 2009). Perkembangan usaha mikro kecil menengah sangat dipengaruhi oleh pihak eksternal maupun pihak internal dalam hal ini stakeholder usaha itu sendiri. Berbagai kendala dalam mengembangkan usaha mikro kecil menengah dihadapkan kepada para pelaku usaha. Kendala yang mereka hadapi antara lain adalah kendala permodalan. Kebijakan perkreditan merupakan cara untuk mengatasi kendala permodalan bagi pelaku usaha. Kebijakan perkreditan diarahkan untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan berusaha bagi para pelaku usaha kecil serta mendorong pemberian kredit perbankan bagi usaha kecil tersebut (Bank Indonesia 2008). Tabel 1 Jumlah realisasi kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah Skala Usaha Jumlah usaha (unit) Jumlah kredit yang disalurkan (Rp Miliar) Proporsi (%) Mikro Kecil Menengah Total UMKM Usaha Besar Sumber: Bank Indonesia dan Kementerian Koperasi dan UMKM 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kredit yang telah disalurkan kepada sektor UMKM selama tahun 2013 telah mencapai Rp milyar, sedangkan kepada sektor usaha besar sebanyak milyar. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak kepada sektor usaha besar dengan proporsi mencapai 81 persen dari total jumlah kredit. Jumlah usaha mikro kecil menengah selama tahun 2013 mencapai unit usaha yang terdiri dari unit skala usaha mikro, unit skala usaha kecil dan unit skala usaha menengah, sedangkan jumlah unit usaha besar hanya sekitar unit usaha. Jumlah usaha pada sektor UMKM lebih banyak jika dibandingkan sektor usaha besar namun jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan lebih banyak kepada sektor usaha besar.

12 2 Kebijakan perkreditan melalui penyaluran kredit usaha mikro kecil menengah oleh perbankan dapat mendorong perekonomian di berbagai sektor ekonomi(hasibuan 2008). Sektor agribisnis dalam ruang lingkup ekonomi mencakup berbagai macam usaha komersial dengan menggunakan kombinasi dari tenaga kerja, bahan, modal dan teknologi. Agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian (farm supplies) sampai dengan tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya (Firdaus 2010). Sektor agribisnis disini tidak hanya dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan saja, akan tetapi juga sebagian besar terdapat pada sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Agribisnis adalah keseluruhan kegiatan dari subsistem hulu hinggga subsistem hilir. Salah satu subsistem yang berkaitan erat dengan sistem agribisnis adalah subsistem penunjang. Subsistem penunjang salah satunya adalah lembaga keuangan yang mendukung modal petani dalam melakukan kegiatan produksi guna mengembangkan usaha. Tabel 2 Jumlah UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun 2011 Skala Usaha Sektor Ekonomi UMKM Usaha besar Unit (%) Unit (%) Pertanian,peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunkasi Keuangan, Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Sumber: Kementerian koperasi dan UMKM 2012 Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah pada sektor agribisnis pada tahun 2011 mencapai persen dari seluruh sektor ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agribisnis adalah salah satu sektor ekonomi yang sebagian besar tergolong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada sektor agribisnis belum tersentuh secara optimal oleh perbankan karena sektor ini pada umumnya dinilai masih belum bankable. Belum bankable artinya para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan dari bank pelaksana dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan yang sesuai dengan ketentuan bank pelaksana. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu solusi bagi usaha yang belum mampu memberikan agunan yang merupakan syarat pengajuan kredit. Kredit Usaha Rakyat sendiri difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian dan perdagangan, ketujuh sektor ini mencakup agribisnis mulai dari subsistem hulu, onfarm, hilir dan subsistem pendukung. KUR diresmikan Pemerintah melalui Kementerian

13 3 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2007 agar UMKM dapat memperoleh pinjaman dana modal. KUR dinilai penting dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan produktifitas dan pendapatan pelaku UMKM. Kredit Usaha Rakyat telah berjalan semenjak 2008 dan sempat dihentikan pada akhir Namun pada Agustus 2015 Pemerintah menghadirkan kembali KUR untuk mendukung usaha mikro dan usaha kecil yang belum bankable. Pemerintah pada bulan Oktober 2015 membuat paket kebijakan ekonomi ke IV atau paket kebijakan ekonomi Oktober II. Topik penting yang menjadi perhatian pemerintah dalam paket kebijakan ekonomi tersebut adalah kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas guna mendorong penguatan ekonomi masyarakat. Pemerintah menurunkan tingkat bunga KUR yang sebelumnya pada tahun 2015 sebesar dua belas persen per tahun menjadi sembilan persen per tahun yang telah dimulai sejak 4 Januari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyatakan bahwa total alokasi penyaluran KUR tahun 2016 mencapai Rp103.2 triliun. 1 Kemudahan yang diberikan Pemerintah mengakses KUR saat ini adalah upaya agar usaha masyarakat dapat tumbuh berkembang dan berkesinambungan. Tabel 3 Realisasi dan NPL penyaluran kredit bank nasional tahun 2014 Realisasi Penyaluran KUR NPL No Bank Rata-rata Plafon Outsanding Debitur Kredit(Rpjuta/ (%) (Rp Juta) (Rp Juta) debitur) 1 BNI BRI (KUR Ritel) BRI (KUR Mikro) Bank Mandiri BTN Bank Bukopin Bank Syariah Mandiri BNI Syariah Total Sumber: Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015 Bank Mandiri merupakan salah satu bank yang ditunjuk Pemerintah dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat. Tabel 3 menunjukkan realisasi dan NPL penyaluran kredit Bank Nasional hingga 31 November 2014 tercatat bahwa Bank Mandiri adalah penyalur KUR terbesar kedua dengan total plafond Rp17.4 triliun serta rata-rata kredit yang diberikan kepada setiap nasabah mencapai Rp45.3 juta per debitur dengan total debitur yang telah mencapai orang. Nilai tunggakan riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Bank Mandiri sebesar 3.4 persen yang berarti bahwa Bank Mandiri memiliki tingkat NPL dibawah lima persen. NPL (Non Performing Loan) dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat 1 Ilyas Istianur Praditya Penyaluran KUR bertambah tahun [15 Februari 2016]

14 4 NPL di atas lima persen maka dikatakan bank tersebut tidak sehat. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa kinerja Bank Mandiri dalam menjalankan program KUR dinilai cukup baik. Kinerja Bank Mandiri dalam penyaluran KUR pada tahun 2016 akan semakin ditingkatkan. Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan total penyaluran KUR yang ditargetkan tahun 2016 sebesar Rp 13 triliun. Bunga untuk pembiayaan KUR di Bank Mandiri adalah sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan. Kinerja Bank Mandiri dalam menyalurkan KUR juga didukung melalui jaringan mikro Bank Mandiri yang terus berkembang dan telah tersebar luas hingga ke daerah pedesaan sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat mengakses kredit dengan mudah. Perumusan Masalah Sektor usaha mikro kecil menengah termaksud sektor agribisnis mulai dari subsistem hulu, onfarm, hilir hingga subsistem pendukung memerlukan modal dalam menjalankan usahanya. Para pelaku UMKM mengalami kendala dalam hal permodalan sehingga menyebabkan UMKM sulit meningkatkan kapasitas usaha dan daya saing usaha secara optimal. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memberikan solusi bagi para pelaku UMKM khususnya di Kota Bogor dalam hal penyediaan modal guna meningkatkan skala usaha melalui Kredit Usaha Rakyat. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memiliki lokasi yang strategis yaitu berada di pusat Kota Bogor. Lokasi yang strategis ini mempermudah akses para pelaku UMKM untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menetapkan bunga untuk pembiayaan KUR sebesar sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan. Lokasi yang strategis dan penetapan bunga KUR yang rendah mendorong para pelaku usaha mikro kecil menengah untuk memanfaatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat. Fasilitas kredit ini dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha sehingga omset dan skala usaha para pelaku usaha dapat semakin meningkat. Tabel 4 menunjukkan kinerja Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dalam proses penyaluran dan realisasi kredit usaha rakyat periode September 2015 sampai Maret Selama periode tersebut Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran telah merealisasikan kredit usaha rakyat sebesar 3.1 milyar dengan total debitur sebanyak 78 orang. Banyaknya jumlah pengajuan Kredit Usaha Rakyat tidak sejalan dengan banyaknya jumlah kredit usaha rakyat yang direalisasikan. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat realisasi kredit usaha rakyat pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Usaha yang belum layak, penyertaan sejumlah agunan dalam pengajuan kredit serta karakter dari masing-masing individu merupakan sebagian dari faktor penting yang dipertimbangkan dalam merealisasikan kredit agar tepat sasaran. Tepat sasaran berarti kredit yang direalisasikan Bank seluruhnya digunakan hanya untuk pengembangan skala usaha bukan untuk komsumsi rumah tangga pelaku usaha sehingga pengembalian kredit oleh nasabah tidak mengalami kemacetan. Perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat agar kredit yang direalisasikan tepat sasaran.

15 5 Tabel 4 Trend pengajuan dan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran periode September 2015 sampai Maret 2016 Bulan Pengajuan (orang) Debitur Realisasi (orang) Pengajuan (Rp Juta) Nilai Kredit Realisasi (Rp Juta) Persentase (%) Growth (%) September Oktober November Desember Januari Februari Maret Jumlah Sumber: Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 2016 Jumlah realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran setiap bulannya mengalami pertumbuhan yang cenderung mengalami penurunan. Jumlah realisasi KUR mengalami penurunan selama bulan Desember 2015 hingga Januari Namun pada bulan Februari mengalami peningkatan jumlah realisasi KUR sebesar 1.35 persen dan kembali mengalami penurunan pada bulan berikutnya yaitu bulan Maret sebesar 0.79 persen (Tabel 4). Hal ini menunjukan bahwa jumlah realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran cenderung mengalami penurunan. Selain itu, persentase jumlah KUR yang direalisasikan selama periode September sampai Maret 2016 hanya sebesar 65 persen dari seluruh total pengajuan KUR ke Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran (Tabel 4). Selama periode September 2015 hingga Maret 2016 persentase realisasi KUR cenderung mengalami penurunan yang berarti bahwa selama ini pihak Bank Mandiri cukup hati-hati dalam merealisasikan KUR. Pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran perlu memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR agar setiap bulan persentase realisasi KUR terus meningkat Nilai tunggakan rill (Non Performing Loan/NPL) dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat NPL diatas lima persen maka dikatakan Bank tersebut tidak sehat. Persentase pencapaian total realisasi yang tinggi sebaiknya harus diikuti dengan NPL yang rendah agar kinerja Bank dalam menjalankan program KUR dinilai sangat baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran NPL pada tahun 2014 mencapai 5.08 persen yang berarti bahwa kinerja Bank Mandiri dalam merealisasikan KUR dinilai kurang baik. Pada tahun 2015 NPL Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran mengalami penurunan menjadi 3.1 persen. Namun pada bulan Maret 2016 NPL Bank Mandiri kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 7.96 persen. Hal ini berarti tunggakan kredit hingga Maret 2016 mencapai delapan persen sehingga pihak Bank harus sangat berhati-hati dalam merealisasikan KUR agar hingga akhir tahun 2016 NPL dapat ditekan. Pihak Bank Mandiri harus memperhatikan faktorfaktor yang memengaruhi realisasi KUR agar pengembalian kredit oleh nasabah lancar dan NPL dapat diturunkan.

16 6 Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:. 1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyatpada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan terkait target pencapaian penyaluran kredit dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit usaha rakyat. 2. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang faktorfaktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menambah pengalaman praktis dalam menganalisis kredit perbankan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit, khususnya realisasi terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Bogor Pajajaran. Studi Kasus pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit telah dilakukan untuk beberapa kasus bank konvensional pada beberapa tahun sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memberikan pengamatan yang berbeda-beda pada pola pengambilan data, metode analisis, dan hasil yang dicapai. Penelitian tentang realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Bank BRI telah dilakukan oleh Sembiring (2013) pada BRI unit Harjasari

17 Bogor, Hidayanto (2010) pada BRI unit Tongkol Jakarta, Irawati (2011) pada BRI unit Cibinong Bogor. Selain penelitian realisasi KUR di BRI juga telah dilakukan penelitian mengenai realisasi pembiayaan mikro pada Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka oleh Ali (2014) dan penelitian mengenai realisasi kredit tunas usaha pada Bank Negara Indonesia (BNI) oleh Lesmana (2011). Terdapat beberapa metode pengambilan sampel untuk mengetahui variabel-variabel yang memengaruhi realisasi kredit antara lain adalah metode sensus yaitu seluruh nasabah berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dijadikan sampel penelitian (Sembiring 2013; Irawati 2011; Lesmana 2011), metode stratified simple random sampling yaitu membagi populasi kedalam beberapa kelompok dan secara random memilih subsampel dari setiap kelompok (Hidayanto 2010) dan metode survey yaitu seluruh populasi nasabah digunakan sebagai sampel penelitian (Rachmina 2011). Metode analisis yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis mekanisme dan prosedur penyaluran Kredit Usaha Rakyat (Sembiring 2013) dan mekanisme dan prosedur pembiayaan mikro pada Bank Mandiri Syariah (Ali 2014) serta mekanisme dan prosedur kredit tunas usaha pada Bank BNI (Lesmana 2011). Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis karakteristik nasabah penerima realisasi Kredit Usaha Rakyat. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui variabel variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perealisasian Kredit Usaha Rakyat (Sembiring 2013; Hidayanto 2010; Irawati 2011). Realisasi KUR dapat dianalisis berdasarkan karakteristik individu debitur, karaktesitik usaha debitur, dan karakteristik dari kredit itu sendiri. Karakteristik debitur meliputi umur, jenis kelamin dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Karakterisik usaha meliputi omset usaha, pendapatan bersih per bulan dan jenis usaha. Karakteristik kredit meliputi frekuensi peminjaman, jumlah kredit dan nilai agunan (Rachmina 2011). Adapun faktor-faktor yang diduga memengaruhi perealisasian kredit tunas usaha pada Bank Negara Indonesia adalah usia nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kredit, lama usaha, sektor usaha, pendapatan usaha per bulan, current ratio, agunan, dan jangka waktu peminjaman. Sedangkan pada penelitian (Ali 2014) di Bank Mandiri Syariah terdapat enam variabel yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha, jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan. Perealisasian Kredit Usaha Rakyat pada Bank BRI diduga dipengaruhi oleh variabel sebagai berikut tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktupengembalian kredit (Hidayanto 2010). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat menggunakan analisis regresi linear berganda (Sembiring 2013; Ali 2014; Rachmina 2011; Hidayanto 2010; Irawati 2011). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda faktor yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR adalah omset usaha (Rachmina 2011), jenis kelamin (Irawati 2011), tingkat pendidikan (Hidayanto 2010). Pendapatan bersih usaha per bulan juga berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR (Sembiring 2013; Rachmina 2011; Hidayanto 2010). Jumlah kredit atau pembiayaan KUR yang diajukan nasabah kepada 7

18 8 debitur berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR (Irawati 2011;Ali 2014;Rachmina 2011). Menurut Sembiring (2013) dan Hidayanto (2010) frekuensi peminjaman kredit merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Jenis usaha dan jumlah agunan juga merupakan faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR (Rachmina 2011; Ali 2014). Jangka waktu pengembalian KUR adalah faktor yang berpengaruh secara nyata dalam realisasi KUR (Irawati 2011; Hidayanto 2010). Analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap realisasi kredit dengan menggunakan alat analisis yaitu metode regresi linear berganda. Dengan menggunakan alat analisis tersebut maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah melihat bagaimana perilaku bank terhadap program realisasi kredit yang dikeluarkan Pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilihat dari wilayah lokasi penelitian yaitu Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Penelitian terdahulu juga belum ada yang membahas tentang faktor yang memengaruhi realisasi KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Adapun persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang dianalisis dan alat analisis yang digunakan. Terdapat beberapa kesamaan dari faktor yang dianalisis pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pendapatan bersih, lama usaha, jangka waktu pengembalian kredit dan nilai agunan. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKMmerupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Bab IV pasal 6 tahun 2008 terdapat beberapa kriteria mengenai usaha mikro, kecil dan menengah yang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 Juta. 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 Juta sampai dengan paling banyak Rp500 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

19 9 b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 Juta sampai dengan paling banyak Rp2 500 Juta. 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 Juta sampai dengan paling banyak Rp Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2 500 Juta sampai dengan paling banyak Rp Juta. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang termasuk dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil yang bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan bagi usaha mikro dan kecil. KUR adalah pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian kredit atau pembiayaan dengan nilai dibawah Rp500 Juta dengan pola penjaminan oleh Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80 persen dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan 70 persen dari plafon kredit untuk sektor lainnya. Lembaga penjamin KUR adalah dua lembaga penjamin nasional yaitu PT Jamkrindo dan PT Askrindo dan dua lembaga penjamin daerah, yaitu PT Penjaminan Kredit Daerah Jawa Timur (Jamkrida Jatim) dan PT Jamkrida Bali Mandara. Terdapat tiga skema KUR yaitu KUR mikro dengan plafon sampai dengan Rp25 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal sembilan persen per tahun, KUR ritel dengan plafon dari Rp26 Juta sampai dengan Rp500 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal sembilan persen per tahun serta KUR Linkage dengan plafon sampai dengan dua milyar Rupiah. KUR linkage biasanya menggunakan lembaga lain, seperti koperasi, BPR, dan lembaga keuangan non bank untuk meneruskan pinjaman KUR dari bank pelaksana kepada UMKMK. Tujuan program KUR adalah mengakselerasi atau mempercepat pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut: a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK). b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM & Koperasi kepada lembaga keuangan. c. Sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja Konsep Agribisnis Istilah agribisnis telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, agribisnis terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah

20 10 kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Agribisnis dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan-kegiatan dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg 1957 dalam Soemarno 1996). Konsep agribisnis yang ditulis oleh Pasaribu (2012) adalah sebagai berikut: Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang luas, yaitu kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan-kegiatan pertanian. Sebuah sistem kegiatan yang meliputi tiga komponen the farm input sector, the farming sector dan the product marketing sector. Keseluruhan dan kesatuan dari seluruh organisasi dan kegiatan mulai dari produksi dan distribusi sarana produksi, kegiatan produksi pertanian di lahan pertanian sampai dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan turun sampai distribusi hasil akhir dari pengolahan tersebut ke konsumen. Pengertian, fungsi dan tujuan kredit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Bab I, Pasal satu ayat 12, kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dangan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keutungan. Fungsi kredit bagi masyarakat antara lain memperluas modal kerja perusahaan dan lapangan kerja bagi masyarakat, meningkatkan daya guna (utility) barang, meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat serta memperlancar arus barang dan arus uang. Selain itu kredit juga mampu menjadi motivator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian serta dapat mengubah cara berfikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomi (Hasibuan 2008). Tujuan penyaluran kredit sendiri menurut Hasibuan (2008) adalah untuk memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit, memanfaatkan dan memproduksikan danadana yang ada, melaksanakan kegiatan operasional bank, memenuhi permintaan kredit dari masyarakat, memperlancar lalu lintas pembayaran, menambah modal kerja perusahaan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Jenis kredit Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003) yaitu dibedakan menurut kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, jaminan dan sektor usaha: 1. Jenis kredit berdasarkan kegunaan yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. a. Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa

21 pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Jenis kredit berdasarkan tujuan kredit yaitu kredit produktif, kredit konsumtif dan kredit perdagangan. a. Kredit produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka menengah dan kredit jangka panjang. a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah yaitu jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Jenis kredit berdasarkan jaminan yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. a. Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Jenis kredit berdasarkan sektor usaha yaitu kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri dan kredit pertambangan. 11

22 12 a. Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit peternakan merupakan kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi. c. Kredit industri yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit pertambangan yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah. Unsur-unsur Kredit Menurut Kasmir (2003) unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah : a. Kesepakatan yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan. b. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. c. Jangka waktu yaitu masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Hal ini yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. e. Balas jasa yaitu keuntungan atau pendapatan yang diterima bank atas pemberian suatu kredit. Balas jasa dalam bank konvensional yang kita kenal dengan nama bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan sistem bagi hasil. Pertimbangan Kredit Risiko yang sering terjadi dalam usaha perbankan pada umumnya adalah risiko kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Faktor penyebab risiko kredit macet antara lain karena kesalahan penggunaan kredit, manajemen penggunaan kredit yang buruk serta kondisi perekonomian yang memengaruhi iklim usaha dalam negeri. Keyakinan bank diperoleh berdasarkan analisis yang mendalam atau iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya. Hasibuan (2008) dalam memberikan kredit kapada calon debitur ada beberapa prinsip yang memengaruhi bank dalam menilai permohonan kredit yaitu prinsip 5 C dan 7 P. Prinsip 5 C diantaranya adalah:

23 a. Karakter (character) yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan dikemudian hari. Pada dasarnya pemberian kredit atas dasar kepercayaan yaitu adanya keyakinan pihak bank bahwa si calon peminjam atau debitur mempunyai modal, watak atau kepribadian yang baik, bertanggungjawab dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara megumpulkan informasi dari refrensi nasabah dan bank-bank lainnya tentang perilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi. b. Kapasitas (capacity) yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya. Kapasitas atau capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajibankewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan atau omset usaha yang dapat mencerminkan profitabilitas usaha. c. Modal (capital) adalah sejumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Besarnya kemampuan modal calon debitur dapat diketahui dari laporan keuangan. Semakin besar usaha calon debitur maka semakin mudah untuk memperoleh data tentang modal usaha calon debitur. d. Agunan (collateral) yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan. Agunan yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis secara yudiris dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Menurut ketentuan Bank Indonesia bahwa setiap kredit yang disalurkan suatu bank harus mempunyai agunan yang cukup. Oleh karena itu, jika terjadi kredit macet maka agunan inilah yang digunakan untuk membayar kredit tersebut. e. Kondisi ekonomi (condition of economy) yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini, maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit yang diberikan. Sedangkan prinsip 7 P yang memengaruhi Bank dalam menilai permohonan kredit (Hasibuan 2008) adalah: 1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik, kredit dapat diberikan sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak akan diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha membayar pinjamannya sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan dan pergaulannya. 2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan tertentu berdasarkan modal, karakter dan loyalitasnya dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 13

24 14 3. Purpose (tujuan) adalah tujuan dari penggunaan kredit oleh calon debitur apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit tidak akan diberikan jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit dapat diberikan. Jadi analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau tidak. 4. Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang apakah akan menguntungkan atau merugikan. Jika prospek terlihat baik maka kredit dapat diberikan sebaliknya jika terlihat kurang baik maka kredit akan ditolak. Analis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar. 5. Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Asas payment ini harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar. 6. Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode apakah konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit. 7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi. Permintaan dan Penawaran Kredit Tingkat bunga di pasar pada waktu tertentu mencerminkan keseimbangan yang berlaku antara kekuatan permintaan dan penawaran. Keadaan permintaan dan penawaran juga mencerminkan kemungkinan perubahan tingkat bunga. Biasanya pada waktu bank memiliki persediaan dana rendah maka tingkat suku bunga tinggi. Sebaliknya pada saat bank mempunyai persediaan dana yang melimpah maka tingkat bunga akan menjadi rendah (Darmawi 2012). Kredit mempunyai dua makna yaitu sebagai barang ekonomi dan sumber modal. Analisis permintaan kredit dapat dilakukan melalui dua pendekatan dengan menggunakan kedua pengertian kredit tersebut yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit dianggap sebagai barang ekonomi sedangkan pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal dalam kegiatan produksi. Berdasarkan teori ekonomi, permintaan terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh harga barang atau jasa tersebut. Demikian halnya apabila kredit diartikan sebagai barang ekonomi maka permintaan terhadap kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yag ditunjukkan dengan tingkat suku bunga kredit. Hubungan antara tingkat bunga dengan permintaan terhadap kredit adalah bersifat negatif. Artinya semakin tinggi tingkat bunga kredit maka permintaan terhadap kredit akan turun. Permintaan kredit akan dipengaruhi oleh perubahan produksi dan perubahan produksi dapat disebabkan oleh perubahan pengunaan faktor-faktor produksi (Rachmina 1994).

25 15 Penawaran kredit berdasarkan teori ekonomi dimana penawaran akan suatu barang atau jasa juga dipengaruhi oleh harga barang atau jasa tersebut. Ketika tingkat suku bunga tinggi dan persedian dana Bank mencukupi maka Bank akan mengingkatkan penawaran kredit. Sebaliknya ketika tingkat suku bunga rendah maka penawaran kredit akan menurun. Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah dengan menetapkan suku bunga kredit yang lebih rendah (i 1 ). Gambar 1 menunjukkan pada saat tingkat suku bunga mengalami penurunan dari i 0 menjadi i 1 maka akan terjadi peningkatan jumlah permintaan kredit dari (demand) Q 0 menjadi Q 1. Peningkatan jumlah permintaan kredit (demand) akan mengakibatkan supply kredit juga mengalami peningkatan dengan bergesernya kurva supply dari S 0 menjadi S 1. Tingkat Bunga (i) S 0 i 0 S 1 i 1 D Q 0 Q 1 Jumlah Kredit(Q) Gambar 1 Kurva penawaran dan permintaan kredit Sumber: Racmina (1994) Kerangka Pemikiran Operasional Bank Mandiri adalah suatu lembaga keuangan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit di bidang agribisnis dan UMKM. Hal tersebut dikarenakan Bank Mandiri memberikan bunga pinjaman yang rendah yaitu menetapkan bunga untuk pembiayaan KUR sebesar sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan dan persyaratan yang mudah sehingga membuat masyarakat kecil percaya terhadap Mandiri dan lebih memilih meminjam dana pada Bank Mandiri dibanding dengan lembaga keuangan lainnya. Program kredit yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri untuk UMKM diantaranya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bank Mandiri merupakan salah satu bank yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan kredit tersebut. Perbankan dalam memilih debiturnya melakukan lima prinsip yang dikenal

26 16 dengan prinsip 5 C yaitu character (karakter), capacity (kapasitas), capital (kapital), collateral (jaminan) dan condition of economy (kondisi ekonomi). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pencairan pinjaman KUR. Untuk menganalisis faktor apa saja yang memengaruhi tingkat pencairan pinjaman KUR dapat dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha serta karakteristik kredit. Karakteristik individu terdiri faktor pendidikan nasabah, usia dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Alasan pemilihan karakteristik individu dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini yaitu kredit usaha rakyat yang merupakan kredit untuk usaha mikro kecil menengah. Seperti yang diketahui bahwa usaha mikro kecil menengah belum mempunyai pencatatan keuangan usaha secara baik sehingga antara asset rumah tangga dengan asset usaha belum bisa dipisahkan dan pada umumnya usaha mikro ini merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Alasan tersebut membuat karakteristik individu ini perlu untuk diteliti. Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pencairan kredit meliputi faktor pendapatan bersih usaha per bulan dan lama usaha. Pemilihan variabel ini dikarenakan pendapatan bersih dari usaha sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha. Variabel ini sangat penting untuk diteliti karena kredit yang diberikan harus melihat prospek usaha nasabahnya sehingga nantinya ketika dana yang dipinjamkan telah dicairkan, diharapkan tunggakan kredit dapat dihindari. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu kredit dan nilai agunan juga memengaruhi realisasi pinjaman oleh pihak Bank. 1. Karakteristik individu Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik individu adalah faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki tentang KUR, bahwa KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan Pemerintah. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka debitur semakin memahami bahwa meskipun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi Bank Mandiri tetap menanggung kerugian akibat penunggakan pembayaran kredit. Semakin tingginya tingkat pendidikan nasabah maka diharapkan semakin memahami dengan benar tentang mekanisme dan prosedur KUR sehingga pencairan pinjaman dapat terealisasikan. Jumlah tanggungan dalam keluarga yang semakin banyak maka diasumsikan semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, sehingga dapat menghabiskan sebagian besar proporsi pendapatan keluarga. Hal ini dapat menjadi peluang ketidakmampuan dalam pelunasan kredit dan diduga semakin kecil realisasi kredit yang diperoleh. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. Usia memengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena pada umumnya peningkatan usia akan memengaruhi kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan kredit. Semakin tinggi usia debitur maka memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memenuhi kewajiban pembayaran nantinya ketika kredit sudah direalisasikan. Oleh karena itu, usia diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit.

27 17 2. Karakteristik usaha Pemilihan faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi kredit yang termasuk kedalam karakteristik usaha berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Pendapatan bersih usaha debitur per bulan merupakan jumlah dana yang memungkinkan untuk dialokasikan debitur dalam membayar kewajibannnya baik dalam membayar angsuran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman pada setiap bulannya. Pendapatan bersih usaha bersih debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, dimana semakin besar pendapatan bersih usaha per bulannya maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar. Calon debitur perlu memperhatikan variabel ini jika ingin memperoleh realisasi KUR yang lebih besar dari Bank Mandiri. Pihak Bank Mandiri juga dapat memanfaatkan informasi ini untuk mencapai target realisasi KUR yaitu dengan lebih memperhatikan pendapatan bersih usaha per bulan para calon debitur dalam menyetujui pengajuan kredit. Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran realisasi kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang digeluti. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan pendapatan atau keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang yang besar dalam realisasi kredit. 3. Karakteristik kredit Pemilihan faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi kredit yang termasuk ke dalam karakteristik kredit adalah jangka waktu kredit dan nilai agunan. Jangka waktu kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk didalamnya pembayaran pokok pinjaman beserta bunga pinjaman. Jangka waktu kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Diasumsikan, bahwa semakin lama jangka waktu kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih singkat (besar pinjaman yang sama). Jadi, semakin panjang jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi debitur untuk mengembalikan kredit dengan lancar. Faktor nilai agunan berkaitan dengan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit yang akan diperoleh. Semakin besar nilai agunan maka semakin besar kepercayaan bank untuk memberikan kredit. Faktorfaktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat juga dikelompokkan berdasarkan prinsip 5 C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition of economy. Faktor usia, pendidikan dan jumlah tanggungan termaksud kedalam prinsip character. Faktor pendapatan bersih usaha per bulan, lama usaha dan jangka waktu kredit termaksud kedalam prinsip capacity. Faktor nilai agunan termaksud kedalam prinsip collateral. Condition of economy tidak dimasukkan kedalam kelompok variabel dikarenakan analisis ini difokuskan untuk UMKM yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian. Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap realisasi KUR sehingga pihak Bank Mandiri perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis

28 18 tersebut diharapkan dapat menjadi saran dan bahan pertimbangan bagi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran untuk menganalisis dan mempertimbangkan kredit yang layak untuk direalisasikan. Kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Realisasi Kredit Usaha Rakyat Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran < Pengajuan Kredit Jumlah realisasi KUR cenderung mengalami penurunan NPL Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran pada Maret 2016 mencapai delapan persen Realisasi KUR berdasarkan prinsip 5C Character Capacity Capital Collateral Condition of Economy Variabel-variabel yang memengaruhi realisasi KUR Karakteristik Individu Usia Pendidikan Jumlah tanggungan keluarga Karakteristik Usaha Pendapatan bersih Lama usaha Karakteristik Kredit Jangka waktu kredit Nilai agunan Model Pencairan Kredit Metode Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang memengarui realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Paajaran Rekomendasi Kebijakan Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

29 19 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (persero) Tbk tepatnya di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menyalurkan KUR di sektor agribisnis baik on farm maupun off farm dan memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bogor dan sekitarnya. Selain itu, Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dipilih karena tingkat realisasi KUR lebih rendah daripada pengajuan KUR. Pengumpulan data berlangsung pada bulan April hingga Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini merupakan hasil wawancara dengan para nasabah KUR UMKM sektor agribisnis Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang masih aktif melakukan pinjaman hingga Maret Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis. Data primer lainnya akan diperoleh dari hasil diskusi peneliti dengan pihak manajemen Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran terkait dengan mekanisme dan tata cara pemberian kredit sampai dengan perealisasian pinjaman kepada nasabah serta tata cara pembayaran kredit. Data sekunder akan diperoleh dari data-data yang dimiliki Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran terkait data mengenai modul Bank Mandiri dan pedoman kerja Bank Mandiri. Data-data pendukung lainnya terkait Kredit Usaha Rakyat akan diperoleh dari lembaga terkait seperti Komite KUR Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UMKM dan Bank Indonesia. Pencarian literatur untuk mencari data penelitian melalui buku-buku yang relevan, laporan penelitian, jurnal penelitian maupun internet juga dilakukan sebagai kelengkapan bahan penelitian. Proses penelitian ini akan dimulai dengan penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi. Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel Penentuan populasi dan sampel menjadi langkah awal dalam melakukan penelitian. Terlebih dahulu peneliti harus mengetahui populasi yang akan dijadikan objek penelitian dalam menentukan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang masih aktif melakukan peminjaman hingga Maret 2016.

30 20 Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen (unit dan individu) sejenis dan dapat dibedakan berdasarkan objek penelitian. Populasi pada penelitian diasumsikan merupakan nasabah KUR yang masih aktif sebagai penerima kredit usaha rakyat yang ada pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran melakukan usaha dalam sektor agribinis (subsistem hulu, subsistem on farm dan subsistem hilir dan pemasaran). Populasi yang diambil dalam penelitian ini merupakan debitur KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang masih aktif dan bergerak pada sektor usaha agribisnis. Jumlah nasabah KUR yang masih aktif sebanyak 153 orang. Total populasi nasabah KUR yang bergerak di bidang agribisnis sebanyak 78 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran sebanyak 40 nasabah. Besarnya jumlah sampel yang diambil mengacu pada pendapat Supranto (2001), yang menyatakan bahwa apabila jumlah variabel yang diambil adalah k, maka jumlah sampel yang diambil minimal harus sama dengan empat atau lima kali dari jumlah k. Sehingga dengan demikian jumlah responden sebesar 40 orang sudah dianggap cukup untuk mewakili. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden yaitu pelaku usaha yang sudah mendapat realisasi kredit usaha rakyat dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Kuisioner tersebut berisi daftar pertanyaan kepada responden seputar usaha, kredit, dan lain lain yang dimana nanti harapannya responden tersebut dapat memberikan respon positif terhadap pertanyaan-pertanyaan itu. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang akan digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif sedangkan analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir 2014). Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, seperti syarat-syarat penyaluran kredit serta prosedur yang digunakan untuk memperoleh kredit yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Mandiri. Model faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat Analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR menggunakan model analisis regresi linear berganda. Regresi linear berganda adalah regresi dimana ada lebih dari satu variabel penjelas atau variabel bebas

31 21 yang digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas (Rosadi 2011). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit usaha rakyat (KUR) akan dilakukan dengan menggunakan data dari keseluruhan responden, sehingga akan diperoleh model realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) seluruh nasabah Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit dapat ditulis dengan Y= a +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4...β 6 X 6 +β 7 X 7 + ei Dimana : Y = Banyaknya realisasi kredit (Rupiah) X1 = Usia nasabah (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang) X4 = Pendapatan bersih usaha per bulan (Rupiah) X5 = Lama usaha (tahun) X6 = Nilai agunan (Rupiah) X7 = Jangka waktu kredit (kali) a = konstanta β 1,...β12 = koefisien variabel independen ei = eror term Evaluasi Model Pendugaan Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang diduga terpenuhi secara statistik. Menentukan suatu keputusan ada atau tidaknya pengaruh varibel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka digunakan uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap varibel terikat (Y). Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Y) Kuncoro (2011). a. Uji-F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan variabel independen (x) secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y) dengan hipotesis sebagai berikut (Kuncoro 2011): H0:β1=β2 (semua variabel independen Xi tidak memengaruhi variabel dependen) H1:β1 0 (sekurang-kurangnya ada satu variabel independen Xi yang memengaruhi variabel dependen Y) Rumus Uji F adalah : Uji F= Dimana : n = jumlah data histories k = jumlah variabel independen Kriteria Uji:

32 22 1. F-hit > F-tabel maka tolak H 0 berarti semua variabel bebas (independen) mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas (dependen). 2. F-hit < F-tabel maka terima H 0 seluruh variabel bebas (independen) tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas (dependen). b. Uji-T Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro 2011). Dalam melihat pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), maka digunakan uji T dengan hipotesis sebagai berikut: H0:bi=0 (variabel bebas (independen) tidak memengaruhi variabel tak bebas (dependen) H1:bi 0 (Variabel bebas (independen) memengaruhi variabel tak bebas (dependen) Rumus uji T adalah: T hitung Dimana: bi = koefisien regresi ke-i yang diduga βi= parameter ke-i yang dihipotesiskan S(bi) = standar deviasi atau simpangan baku dari bi 1. Bila t-hit > ttabel, maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas (independen) yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependen) 2. Bila t-hit <ttabel, maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas (independen) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependen) c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model atau dengan kata lain mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi vaiabel terikat. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi (Kuncoro 2011). Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R 2 Dimana : R 2 = koefisien determinasi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total = nilai rataan respon Yi = nilai dugaan

33 23 Asumsi dalam Analisis Regresi Linear Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen memengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan fungsional antar variabel independen dan dependen. Untuk membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, heterogenitas, multikolinieritas dan autokorelasi (Gujarati 2006). Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda karena memiliki tujuh variabel bebas, asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas. a. Uji Normalitas Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda. Untuk mengetahui apakah suatu model regresi merupakan model yang valid yakni model menggambarkan data dengan cukup baik, kita dapat melihat plot garis dari Standardized Residual Cumulative Probability. Apabila plot yang terbentuk bersifat acak di sekitar garis lurus dapat disimpulkan bahwa model menggambarkan data dengan cukup baik. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui hubungan linear antara variabel independen. Adanya kolinear berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendekatan terjadinya suatu koliner ganda dapat dilihat pada hasil faktor inflasi varian Variance Inflation Factors (VIF). Nilai VIF dapat diperoleh dari persamaan: VIF= Keterangan: = Koefisien determinasi dari regresi peubah bebeas ke-j dengan semua peubah lainnya. Nilai VIF yang lebih dari 10 menunjukkan bahwa peubah tersebut berkolinier ganda. Adanya kolinier ganda dalam model akan mengakibatkan: 1. Penduga koefisien regresinya menjadi tidak nyata walaupun nilai nya tinggi. 2. Nilai-nilai dengan koefisien regresi menjadi sangat sensitif terhadap peubahpeubah data. 3. Pada metode kuadrat terkecil, penduga koefisien regresi mempunyai simpangan baku yang sangat besar. c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual

34 24 suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka terjadi homokedastisitas, tetapi apabila berbeda maka akan terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit dan sebagainya maka akan terjadi heteroskedastisitas dengan kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya variabel bebas, sebaliknya jika tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hipotesis Penelitian Berdasarkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi KUR dapat dirumuskan hipotesa dalam penelitian adalah variabel usia, pendidikan, pendapatan bersih usaha per bulan, lama usaha, nilai agunan dan jangka waktu kredit diduga bernilai positif terhadap realisasi kredit. Sedangkan variabel jumlah tanggungan dalam keluarga diduga bernilai negatif terhadap realisasi kredit. Tingkat realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi ke dalam tiga karakteristik yakni character, capacity dan collateral. a. Hubungan pengaruh variabel antara character terhadap tingkat realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Usia nasabah diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi KUR b. Hubungan pengaruh variabel antara capacity terhadap tingkat realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Pendapatan bersih usaha per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR c. Hubungan pengaruh variabel antara collateral terhadap tingkat realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR GAMBARAN UMUM PT. BANK MANDIRI Tbk Sejarah Bank Mandiri Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai

35 saat ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Bank Mandiri merupakan gabungan dari Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang merupakan empat bank dari tujuh bank umum yang saham-sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang secara signifikan telah terkena dampak dari krisis ekonomi. Sebagai reaksi atas krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 dan 1998 lalu yang mengakibatkan banyak bank pemerintah bangkrut secara teknis dikarenakan oleh kepemilikan kredit nonperforming dalam jumlah yang besar. Pemerintah melakukan rekapitalisasi bank-bank bermasalah tersebut dengan Obligasi Pemerintah yang terdiri dari obligasi suku bunga tetap, obligasi suku bunga tidak tetap, dan obligasi lindung nilai (yang dihubungkan dengan kurs dollar Amerika Serikat dengan Rupiah). Selanjutnya pada akhir bulan Februari 1998, Pemerintah mengumumkan rencana untuk melakukan restrukturisasi dan penggabungan keempat bank sebagai bagian dari rencana untuk restrukturisasi dan rekapitalisasi sektor perbankan di Indonesia. Restrukturisasi secara menyeluruh diperlukan untuk memperbaiki kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi dengan cara melakukan perbaikan organisasi, sistem dan sumber daya manusia dari keempat bank yang bergabung tersebut. Pelaksanaan rekapitalisasi Bank Mandiri dilaksanakan secara bertahap. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan kompensasi atas kredit macet yang dialihkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan untuk merekapitalisasi Bank Mandiri akibat akumulasi kerugian bank-bank yang bergabung. Kredit-kredit yang dialihkan ke BPPN oleh Bank Bergabung adalah kredit yang tergolong macet yang nilainya berjumlah diatas lima miliar Rupiah. Setelah kredit macet tersebut dialihkan ke BPPN maka kredit tersebut tidak lagi merupakan aktiva Bank Mandiri. Segera setelah merger Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat merger Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan menjadi Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Semenjak didirikan, kinerja Bank Mandiri terus meningkat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp1.18 Triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp5.3 Triliun di tahun Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20 persen atau ekuivalen dengan 4 Milliar lembar saham. Pada tahun 2005 Bank Mandiri mengalami permasalahan yang mengakibatkan menurunnya kinerja bank. Salah satunya adalah dengan meningkatnya kredit bermasalah, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) net konsolidasi yang meningkat dari 1.60 persen di tahun 2004 menjadi persen di tahun Hal ini secara langsung berdampak pada penurunan laba Bank Mandiri secara signifikan dari sebelumnya sebesar Rp5.3 Triliun di tahun 2004, menjadi Rp603 Miliar di tahun 2005 atau mengalami penurunan sebesar sekitar 80 persen. Dari sisi kepercayaan investor di bursa, harga saham Bank Mandiri juga mengalami penurunan dari Rp2 050 pada Januari 2005 hingga ke level Rp1 110 pada November

36 26 Transformasi Tahap Pertama Tahun 2005 menjadi titik balik bagi Bank Mandiri, dimana Bank Mandiri memutuskan untuk menjadi Bank yang unggul di regional atau menjadi Regional Champion. Bank Mandiri mencanangkan program Transformasi yang dilaksanakan melalui 4 (empat) strategi utama, yaitu : Implementasi budaya, melalui restrukturisasi organisasi berbasis kinerja, penataan ulang sistem penilaian berbasis kinerja, pengembangan leadership dan talent, serta penyesuaian sumber daya manusia dengan kebutuhan strategis. Pengendalian Non Performing Loan secara agresif, dimana Bank Mandiri fokus pada penanganan kredit macet dan memperkuat risk management system. Meningkatkan pertumbuhan bisnis yang melebihi rata-rata pertumbuhan pasar melalui strategi dan value preposition untuk masing-masing segmen. Pengembangan dan pengelolaan program aliansi antar Direktorat atau Business Unit dalam rangka optimalisasi layanan kepada nasabah, serta untuk lebih menggali potensi bisnis nasabah-nasabah eksisting maupun value chain dari nasabah-nasabah dimaksud. Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3 (tiga) fase: Fase pertama "Back on Track" ( ), yakni fokus untuk membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri di masa datang. Fase kedua "Outperform the Market" ( ), yakni fokus pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan di seluruh segmen dan memiliki profitabilitas diatas rata-rata pasar. Fase ketiga "Shaping the End Game" (2010), yakni fase dimana Bank Mandiri dapat memiliki peranan aktif dalam proses konsolidasi sektor Perbankan Indonesia. Proses transformasi yang telah dijalankan Bank Mandiri sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar persen di tahun 2005 menjadi 0.62 persen di tahun Selain itu laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp0.6 Triliun di tahun 2005 menjadi Rp9.2 Triliun di tahun Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai-nilai budaya untuk menjadi pedoman pegawai dalam berperilaku. Bank Mandiri menetapkan lima nilai budaya perusahaan yang disebut "TIPCE" yaitu: Kepercayaan (Trust), Integritas (Integrity), Profesionalisme (Professionalism), Fokus pada pelanggan (Customer focus), dan Kesempurnaan (Excellence). Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate Governance.

37 Kinerja Bank Mandiri yang terus meningkat ini direspon positif oleh investor yang tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi terendah Rp1 110 per lembar saham pada tanggal 16 November 2005 menjadi Rp6 500 per lembar saham pada akhir tahun Dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun nilai kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 6 kali lipat dari sebelumnya hanya sebesar Rp21.8 Triliun menjadi Rp136.5 Triliun. Transformasi Lanjutan Bank Mandiri telah melaksanakan tahap pelaksanaan transformasi lanjutan tahun 2010 sampai 2014 dimana Bank Mandiri telah melakukan revitalisasi visinya untuk "Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif". Dengan visi tersebut Bank Mandiri telah mencapai milestone keuangan di tahun 2014 yaitu nilai kapitalisasi pasar mencapai di atas Rp225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan mendekati 16 persen, ROA mencapai kisaran 2.5 persen dan ROE mendekati 25 persen namun tetap menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross dibawah 4 persen. Pada tahun 2014 Bank Mandiri mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN. Selanjutnya di tahun 2020 Bank Mandiri menargetkan untuk dapat masuk dalam jajaran Top 3 di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank Mandiri tahun 2010 sampai 2014 telah fokus pada tiga area bisnis yaitu: Wholesale transaction: Bank Mandiri akan memperkuat leadershipnya dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate & commercial di Indonesia. Retail deposit & payment: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya. Retail financing: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor satu atau dua dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking. Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan infrastruktur (cabang, IT, operation, risk management) untuk memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri memiliki dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secara prudent dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang telah teruji. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan, Bank Mandiri melaksanakan penawaran umum terbatas (right issue) pada awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan. Pada kuartal III tahun 2011, permodalan Bank Mandiri telah mencapai Rp59.7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai kriteria Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, Mandiri dapat menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset terbesar mencapai Rp501.9 Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai Rp297.5 Triliun, 27

38 28 serta penghimpun dana masyarakat terbesar mencapai Rp376.4 Triliun. Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik yaitu sebesar 2.56 persen untuk NPL gross dan 0.66 persen untuk NPL netto. Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 mempekerjakan karyawan dengan kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan tujuh kantor cabang di luar negeri. Layanan distribusi Bank Mandiri juga dilengkapi dengan jaringan Electronic Data Capture sebanyak unit, serta electronic channels yang meliputi Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS Banking dan Call Center Pada Juni 2013 Bank Mandiri sudah mempunyai cabang dan sekitar ATM yang tersebar merata di 34 provinsi di Indonesia. Hal ini semakin menegaskan Bank Mandiri sebagai salah satu dari jajaran bank terbesar di Indonesia. Bank Mandiri juga didukung 6 pilar bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan syariah, pasar modal, pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum serta bank fokus di segmen mikro. Visi dan Misi Bank Mandiri Bank Mandiri memiliki visi dan misi. Adapun visi dari Bank Mandiri adalah menjadi lembaga keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif. Sedangkan misi Bank Mandiri adalah sebagai berikut: Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar Mengembangkan sumber daya manusia profesional Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder Melaksanakan manajemen terbuka Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Bank Mandiri melayani seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Bank Mandiri ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik. Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi pelanggan, Bank Mandiri mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan selalu menghasilkan timbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang saham. Gambaran Umum Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Peresmian Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran oleh Bank Indonesia dikeluarkan pada tahun Adapun tujuan dari pembukaan kantor mitra usaha cabang bogor pajajaran adalah dalam ranga pengelolaan dan pengadaan pelayanan kepada masyarakat yang ada disekitar wilayah Pajajaran dan sekitarnya. Selain itu untuk menfasilitasi penyaluran kredit ke segmen pengusaha mikro dengan limit kredit sampai dengan Rp100 juta. Wilayah Pajajaran dan sekitarnya cukup banyak usaha masyarakat khsusnya pengusaha mikro yang dapat dijadikan potensi bagi Bank Mandiri untuk mendirikan kantor mitra usaha cabang Bogor Pajajaran.

39 Dalam aktivitasnya Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menempati sebuah gedung yang berlokasi di Jalan Raya Pajajaran Nomor 60 B-C Bogor dengan kode pos Lokasi ini sangat strategis karena tepat berada di pinggir jalan Raya Pajajaran sehingga sangat mudah untuk diakses. Pegawai yang ada di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran terdiri dari 20 pegawai. Terdiri dari seorang Branch Manager, dua orang Mandiri Banking Manager, seorang Customer Service Officer (CSO), seorang Mikro Kredit Collection (MKC), tujuh orang Mikro Kredit Sales (MKS), dua orang Mikro Kredit Analyst (MKA), dua orang Customer Service Representative (CSR)dan empat orang Teller. Struktur organisasi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dapat dilihat pada Gambar 3. Kegiatan pokok usaha yang dilakukan oleh Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran sampai saat ini hanya dua bentuk usaha yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan giro.tabungan yaitu simpanan masyarakat kepada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Deposito yaitu simpanan masyarakat kepada Bank dimana penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.adapun jenis deposito yang diberikan oleh Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran kepada masyarakat adalah Deposito Rupiah dan Deposito Valas. Deposito Rupiah yaitu simpanan berjangka dalam mata uang Rupiah yang dikeluarkan oleh Mandiri dimana penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Deposito Valas yaitu simpanan masyarakat berupa deposito dalam mata uang asing yang hanya dapat diambil dalam jangka waktu tertentu. Giro yaitu simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau dengan cara pemindahbukuan. Adapun jenis Giro yang diberikan oleh Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran kepada masyarakat adalah Giro Mandiri Rupiah dan Giro Mandiri Valas. Giro Mandiri Rupiah yaitu simpanan masyarakat dalam mata uang Rupiah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan warkat cek atau bilyet giro atau surat perintah penarikan lainnya.giro Mandiri Valas yaitu simpanan dalam valuta asing masyarakat pada Mandiri yang setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Kegiatan pokok usaha yang dilakukan oleh Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran selain menghimpun dana adalah menyalurkan dana. Dana yang disalurkan pihak Bank kepada masyarakat yaitu dalam bentuk kredit, dimana kredit yang disalurkan adalah kredit ritel, pinjaman kredit menengah, pinjaman mikro dan kredit program. Kredit ritel terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, kredit dengan agunan kas, kredit import, kredit ekspor, kredit modal kerja konstruksi. Kredit program terdiri dari kredit kepemilikan rumah, KUR (Kredit Usaha Rakyat), kredit komersial koperasi, pinjaman kemitraan, kredit kelompok dan gabungan usaha kecil, kredit ketahanan pangan, kredit P4K (Program Peningkatan Pendapatan Petani atau Nelayan Kecil), kredit PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) serta kredit budidaya ikan dan rumput laut. 29

40 30 Branch Manager Mikro Banking Manager Customer Service Officer Mikro Kredit Sales Mikro Kredit Analyst Mikro Kredit Collection Customer Service Representative Teller Gambar 3 Struktur Organisasi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Sumber: Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 2016 Gambaran Umum Mekanisme dan Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Nasabah KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memiliki berbagai macam usaha di sektor agribisnis. Jenis usaha nasabah antara lain sebanyak 21 nasabah memiliki usaha warung sembako yang menjual berbagai macam keperluan rumah tangga, 14 nasabah memiliki usaha warung makan dan kantin, tiga nasabah memiliki usaha peternakan berupa ternak ayam kampung, ayam broiler, kelinci dan ikan dan sisanya sebanyak dua nasabah memiliki usaha jual tanaman hias dan usaha produksi tahu cina. Bank Mandiri Mitra Usaha cabang Bogor Pajajaran dalam menyalurkan KUR tidak terlepas dari syarat-syarat ataupun prosedur yang harus dilaksanakan oleh nasabah. KUR tidak langsung diberikan oleh pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran sebelum mengenal karakteristik calon debitur secara lebih jelas. Proses pemberian KUR didasarkan atas kepercayaan, maka harus terlebih dahulu mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon debitur. Ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan oleh calon debitur dalam penyaluran KUR kepada debitur. Secara umum tahapan atau prosedur dalam pengambilan KUR terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengajuan permohonan atau pemberian kredit dan tahap pembayaran kembali (repayment) hingga pelunasan. Tahap pengajuan permohonan kredit diawali dengan formulir yang tersedia di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Formulir dilengkapi dengan pas foto suami dan istri (jika sudah menikah) ukuran 4 x 6, foto copy KTP dan foto copy kartu keluarga. Formulir yang telah diisi dan persyaratan yang telah dilengkapi, kemudian diserahkan kepada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Setelah proses tersebut dilakukan, MKS KUR dari pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran melakukan kunjungan kerumah calon debitur (survey) dengan membawa Laporan Kunjungan Nasabah (LKN). Kemudian penilaian kredit dilakukan oleh Mikro Kredit Analyst (MKA) KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Mikro Banking Manager (MBM) meneliti dan menganalisa data kredit yang telah dikumpulkan oleh MKA KUR. MBM berwenang sebagai pengambil

41 31 keputusan apakah pinjaman yang diajukan oleh calon debitur tersebut diterima atau ditolak. Apabila usaha tersebut dinilai layak, maka MBM dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Plafond KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yaitu maksimal 100 juta rupiah. Bila permohonan kredit tersebut dinilai tidak layak maka MBM dapat langsung memberikan keputusan penolakan terhadap pengajuan kredit oleh calon debitur. Semua prosedur penyaluran kredit tidak terlepas dari prinsip 5 C (character, capacity, collateral, capital, dan condition of economy). Proses pencairan kredit di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran kurang lebih seminggu setelah pengajuan permohonan kredit. Secara lebih jelas gambaran umum mekanisme dan prosedur penyaluran kredit yang dilakukan oleh Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran adalah: a. Permohonan Kredit Dalam hal ini pemohon mengajukan permohonan KUR dengan melampiri berkas-berkas yang dibutuhkan, mencantumkan latar belakang perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, perkembangan usaha, nama pemilik usaha, umur, dan pendidikannya. Selain itu, perlu diketahui maksud dan tujuan dari permohonan KUR tersebut, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau untuk menambah modal usaha. Pendaftaraan awal dapat dilakukan di kantor Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran pada jam kerja operasional yaitu mulai jam sampai WIB. Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas diri untuk permohonan pinjaman atau kredit, yaitu: 1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami istri bila sudah menikah 2. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) 3. Pas photo (ukuran 4 x 6) sebanyak satu lembar 4. Surat keterangan usaha dari Kelurahan 5. KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak Bank meminta jaminan atau agunan ringan 6. Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama satu tahun Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian KUR sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur KUR yang berlaku. Pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Jangka waktu angsuran KUR yang dapat dipilih calon debitur yaitu selama 12, 18, 24 dan 36 bulan. Mikro Kredit Sales (MKS) bertugas dalam pelayanan kredit turut membantu nasabah dalam memberikan alternatif pilihan pinjaman sesuai dengan kemampuan usaha dari calon debitur. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari cashflow serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) satu tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap analisis yang dilakukan dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu yang layak diberikan kepada si pemohon. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden nasabah KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran, pemenuhan persyaratan permohonan KUR yang ditetapkan pihak Bank tidak terlalu sulit dipenuhi nasabah karena telah dipandu dan dibantu oleh Mikro Kredit Sales (MKS) Bank Mandiri tersebut. Beberapa nasabah dalam memenuhi persyaratan permohonan KUR tidak harus

42 32 mendatangi kantor Bank Mandiri cukup MKS yang datang ke lokasi usaha atau tempat tinggal nasabah untuk mengumpulkan persyaratan yang telah dilengkapi dan selanjutnya dibawa ke kantor Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Nasabah mendapatkan informasi mengenai penetapan bunga KUR yang rendah sebesar 0.4 persen melalui media massa seperti koran dan televisi. Ada juga nasabah yang mendapatkan informasi bunga KUR dari para Mikro Kredit Sales (MKS) Bank Mandiri Mitra Usaha yang menawarkan KUR secara langsung ke lokasi usaha ataupun tempat tinggal masing-masing nasabah. b) Pemenuhan Kelengkapan Berkas Setelah proses pengajuan kredit dilakukan, selanjutnya dilaksanakan proses administrasi. MKS bertugas untuk memeriksa apakah calon debitur termasuk dalam daftar hitam atau tidak, atau apakah calon debitur tersebut memiliki pinjaman di Bank lainnya. Selain itu, MKS juga harus mempersiapkan pemeriksaan di tempat nasabah sesuai dengan besar KUR dan memastikan pinjaman lama dengan memeriksa berkas pinjaman dan kartu pelunasannya, apabila pernah atau sedang meminjam di Bank Mandiri. Setelah itu, seluruh berkas diberikan kepada MBM untuk diproses lebih lanjut Mikro Banking Manager (MBM) memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman. Sebelum memutuskan permohonan pengajuan kredit, MBM harus menugaskan MKS atau bahkan MBM sendiri yang melakukan pemeriksaan kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden debitur Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, sebagian besar debitur pernah mengajukan KUR ke Bank Mandiri tersebut. Sebanyak tiga nasabah telah melakukan pinjaman KUR kepada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran sebanyak dua kali frekuensi peminjaman dan empat nasabah telah melakukan pinjaman KUR sebanyak tiga kali frekuensi peminjaman. Hal ini berarti sebagian besar responden nasabah KUR pernah menggunakan Kredit Usaha Rakyat pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Sebelumnya para nasabah juga pernah melakukan pinjaman kredit ke Bank lain ataupun ke lembaga keuangan seperti koperasi namun karena Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menawarkan bunga pinjaman KUR yang lebih rendah sebesar 0.4 persen per bulan maka mereka beralih menggunakan KUR pada Bank Mandiri tersebut. c) Pemeriksaan Terhadap Usaha Calon Debitur Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon debitur juga sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penunggakan pada pinjaman. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung oleh MKS dan MKA terhadap keadaan usaha calon debitur. Untuk memperoleh informasi tersebut MKS dan MKA dapat melakukan wawancara, baik langsung terhadap calon nasabah maupun para tetangga atau relasi disekitar lingkungan tempat tinggal maupun usahanya. Prinsip lima C sangat diperhatikan pada saat pemeriksaan (survey) ini dilakukan. Oleh karena itu, MKS harus mengamati dan melakukan wawancara terhadap orang-orang yang tepat guna mendapatkan data yang akurat dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Dalam

43 33 hal ini character menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Adapun kriteria pemeriksaan tersebut meliputi : a. Usaha benar-benar sesuai dengan surat keterangan kelurahan yang diberikan b. Domisili calon debitur sesuai dengan KTP yang telah diberikan c. Calon nasabah atau debitur mempunyai sifat atau karakter baik, ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan para tetangga, relasi, ataupun perangkat desa yang berhubungan dan berada di sekitar lingkungan tempat tinggal dan usahanya d. Calon usaha mempunyai prospek usaha yang baik Pada saat melakukan kunjungan ke rumah calon debitur, MKS dan MKA KUR dari pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran membawa Laporan Kunjungan Nasabah (LKN). Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) tersebut ada beberapa hal yang harus diisi oleh calon debitur yang meliputi identitas responden, lama usaha, alamat usaha, modal usaha, penghasilan per bulan, penghasilan suami dan istri (jika sudah menikah), dan pengeluaran keluarga per bulan. Setelah kunjungan (survey) dilakukan, selanjutnya MKA akan menganalisis hasil LKN tersebut. Analisis yang dilakukan dengan menghitung pendapatan bersih, R/C ratio dan jumlah angsuran (anuitas) berdasarkan kemampuan debitur. Dari hasil analisis perhitungan MKA, dapat diambil kesimpulan yaitu seberapa besar kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran, jumlah kredit yang dapat diberikan dan berapa lama jangka waktu yang diberikan. Hasil tersebut dapat menjadi rekomendasi dari MKA, apakah calon debitur tersebut layak untuk diberikan KUR atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden debitur Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, penetapan besarnya nilai agunan yang diberikan nasabah KUR sebagai jaminan pinjaman dirasakan nasabah masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah kredit yang mereka dapatkan dari pihak Bank. Pada dasarnya KUR merupakan kredit tanpa agunan namun Bank Mandiri tetap memberikan syarat agunan pada calon nasabahnya dengan tujuan agar nasabah memiliki motivasi untuk melakukan pengembalian kredit secara lancar. Nilai agunan para nasabah Bank Mandiri mitra usaha Cabang Bogor Pajajaran berkisar antara Rp hingga Rp Agunan para nasabah KUR Bank Mandiri mitra usaha cabang Bogor Pajajaran berupa surat tanah masih dalam bentuk Girik (Letter C), Segel dan AJB (Akta Jual Beli). Untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar, tidak sedikit juga para debitur KUR yang menyertakan jaminan tambahan sudah dalam bentuk SHM (Sertifikat Hak Milik) tanahnya. Selain itu agunan debitur KUR juga berupa BPKB mobil atau motor, surat tanah rumah atau bangunan. d) Proses Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka dipersiapkan administrasinya, keputusan kredit mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, dan kewajiban perbulannya beserta pokok pinjaman dan bunga yang harus dibayarkan. Bagi kredit yang ditolak maka akan dikirim surat penolakannya sesuai dengan alasan masing-masing. Hasil analisis calon debitur dari MKA kemudian diberikan kepada MBM. MBM akan melakukan peninjauan dan menilai analisis Laporan Kunjungan

44 34 Nasabah (LKN) yang dilakukan oleh MKA. Hasil analisis yang dinyatakan layak MBM, kemudian akan dilakukan pengecekan atau identifikasi nasabah yang terhubung secara on-line ke bagian kredit Bank Indonesia. Dalam sistem tersebut dicari nama nasabah yang akan mengajukan kredit tersebut. Pengecekan atau identifikasi nasabah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah calon debitur memiliki pinjaman lain di bank lain dan juga melihat apakah calon debitur merupakan debitur yang masuk daftar hitam atau tidak. Hal ini dilakukan dikarenakan KUR diperuntukkan bagi nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain di lembaga keuangan yang lain. Apabila dalam analisis usaha tersebut dinyatakan bahwa calon debitur tersebut layak untuk diberikan kredit, maka MBM dapat langsung memutuskan pemberian kredit dan selanjutnya nasabah tersebut akan dihubungi oleh MKA selaku pihak Bank. e. Proses Realisasi Kredit Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, namun sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan melalui notaris. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Calon nasabah KUR yang telah dihubungi oleh MKA, dapat hadir pada hari, tanggal, dan waktuyang telah disepakati baik MKA maupun calon nasabah. Lama proses realisasi mulai dari permohonan kredit sampai dengan realisasi KUR adalah tujuh hari hingga dua minggu. Lama pengajuan kredit hingga kredit direalisasikan oleh Bank paling lama adalah dua minggu. Namun bagi nasabah yang sudah beberapa kali melakukan pinjaman kredit pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dan memiliki riwayat kredit yang lancar maka lama pengajuan hingga direalisasikannya kredit hanya berselang hingga tiga hari saja. f. Proses Pencairan Kredit Proses pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap. Dalam proses pencairan KUR yang dilakukan oleh Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, nasabah mendapatkan pinjaman secara utuh sesuai dengan besarnya putusan kredit dan tanpa adanya potongan. Kredit yang telah direalisasikan oleh pihak Bank seluruh jumlahnya akan segera ditransfer langsung ke nomor rekening Bank Mandiri nasabah atau tidak diberi langsung dalam bentuk uang tunai maupun melalui perantara Mikro Kredit Sales (MKS). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden debitur Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, alokasi Kredit Usaha Rakyat yang telah direalisasikan oleh Bank Mandiri tidak digunakan seluruhnya oleh nasabah untuk modal usaha atau untuk pengembangan usahanya. Sebagian nasabah menggunakan persen untuk konsumsi sedangkan sisanya digunakan untuk modal usaha. Namun demikian para nasabah KUR yang mengalokasikan sebagian kredit untuk konsumsi tidak pernah terlambat dalam mengembalikan kredit

45 35 kepada Bank Mandiri. Hal ini karena pihak Bank Mandiri memberikan denda jika nasabah terlambat dalam mengembalikan kreditnya. g. Pembinaan dan Pengawasan Debitur KUR Tahap berikutnya setelah kredit KUR direalisasikan dan dicairkan kepada debitur KUR yaitu pembinaan dan pengawasan nasabah KUR. Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diharapkanoleh bank terhadap seluruh debitur pinjaman KUR. Diharapkan dengan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah dapat mengurangi risiko terjadinya penunggakan dalam pembayaran angsuran pinjaman. Formulir pembinaan akan dibawa oleh MKS pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan sehingga nantinya akan dapat diketahui apabila debitur KUR memiliki masalah atau kendala dalam usahanya. Dengan demikian, pengajuan kredit pada pihak Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran melalui beberapa tahap atau prosedur, dimulai dari tahap permohonan kredit hingga tahap pengawasan kredit. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden debitur Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran nasabah menilai bahwa kinerja Bank Mandiri dalam merealisasikan KUR cukup baik. Penetapan bunga yang lebih rendah dari tahun sebelumnya membantu mereka untuk mengembangkan usahanya. Selain itu para MKS gencar untuk menawarkan sekaligus memberikan informasi dengan jelas mengenai KUR kepada para calon nasabah. Mikro Kredit Sales (MKS) juga memberikan bimbingan dan bantuan kepada calon nasabah dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan pihak Bank Mandiri. Hanya saja, setelah kredit diberikan kepada nasabah para MKS kurang memberikan pengawasan terhadap perkembangan usaha nasabahnya. Harapan nasabah KUR selanjutnya untuk Kredit Usaha Rakyat agar penyaluran KUR semakin gencar dan merata hingga seluruh daerah Indonesia. Hal ini agar UMKM hingga berbagai daerah dapat mengembangkan usahanya guna tercapainya peningkatan perekonomian bangsa. Bunga KUR yang ditetapkan Pemerintah dapat diturunkan lagi agar semakin banyak UMKM yang mampu mengembalikan kreditnya. Pemerintah juga diharapkan melakukan pengawasan dan pengendalian yang rutin terhadap penyaluran kredit kepada nasabah melalui Bank yang ditunjuk Pemerintah dalam menyalurkan KUR. Pengawasan dan pengendalian ini dapat berupa memberikan informasi seperti harga pasar, pemasaran produk, memberian bimbingan, arahan dan informasi bagaimana nasabah dapat meningkatkan usahanya atau membuat kegiatan pembinaan dan sosialisasi berkaitan dengan manajemen usaha. Bank juga diharapkan memberikan perhatian terhadap nasabah KUR yang telah dikategorikan kedalam Perhatian Khusus yaitu kredit yang menunjukan adanya kelemahan pada kondisi keuangan ataupun kelayakan kredit debitur atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari berupa pembinaan. Hal ini dilakukan agar nasabah tidak semakin sulit dalam pengembalian kreditnya sehingga nasabah yang dikategorikan kedalam kredit macet dapat diminimalisir.

46 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-Rata Realisasi Kredit Usaha Rakyat Pada Sektor Agribisnis Pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Nasabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nasabah yang masih aktif sebagai penerima KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang ada pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dan melakukan usaha dalam sektor agribisnis (subsistem hulu, subsistem on farm dan subsistem hilir dan pemasaran). Karakteristik dalam penelitian ini yang diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR diidentifikasikan berdasarkan prinsip 5 C yaitu character, capacity dan collateral. Rata-rata Realisasi KUR menurut Variabel Character Nasabah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah debitur KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang berjumlah 40 orang yang memiliki usaha pada sektor agribisnis dan berdomisili di wilayah kerja Bogor Pajajaran. Karakter Nasabah yang dianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa variabel yaitu usia debitur, pendidikan debitur dan jumlah tanggungan dalam keluarga. a) Usia Proses realisasi KUR memperhatikan banyak faktor, salah satunya adalah faktor usia nasabah. Usia memengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan serta sikap seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak, karena dianggap dengan semakin bertambahnya usia biasanya pengalaman hidup semakin banyak dalam memecahkan suatu permasalahan. Peningkatan usia juga dapat meningkatkan pengalaman dalam mengelola dan menjalankan usaha, sehingga dapat menjamin keberhasilan usaha yang dijalankan. Pada tingkatan usia yang tinggi dianggap memiliki tanggungjawab jawab yang besar khususnya dalam melunasi pinjaman di bank. Nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran berada pada usia antara tahun. Berdasarkan Tabel 5, secara keseluruhan diketahui bahwa proporsi terbesar responden yang menerima KUR pada Bank Mandiri berada pada kisaran usia tahun, yakni berjumlah 18 orang. Persyaratan pengajuan KUR sendiri memiliki batasan usia yang ditetapkan yaitu usia minimal 21 tahun sedangkan batas maksimal yaitu pembiayaan harus lunas sebelum usia 55 tahun. Dilihat dari persentase realisasi kredit yang disalurkan, kelompok usia 41 sampai 50 tahun memiliki proporsi persentase realisasi kredit yang paling besar dibandingkan dengan kelompok usia lainnya yaitu 45 persen. Namun rata-rata realisasi KUR paling besar berada pada kelompok usia 31 sampai 40 tahun yaitu sebesar 52 juta rupiah. Dilihat dari jumlah responden debitur, semakin tua usia nasabah maka semakin banyak jumlah debitur yang kreditnya direalisasikan pihakbank. Hal ini menunjukkan bahwa usia nasabah menjadi salah satu faktor bagi pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang dapat menentukan besarnya realisasi KUR yang diberikan.

47 37 Tabel 5 Rata-rata realisasi KUR menurut usia nasabah tahun 2016 Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Rata-rata Realisasi KUR (Rupiah) < > Total Seluruh responden Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran berada pada usia yang produktif yaitu usia tahun. Usia yang masih terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan usaha, sedangkan nasabah dengan usia yang sudah melewati batas produktif juga dikhawatirkan akan kurang mampu lagi menjalankan usahanya. Nasabah yang memiliki umur produktif dipertimbangkan sudah memiliki pengalaman usaha dan pengetahuan yang cukup dalam menjalankan usahanya sehingga dengan diberikan tambahan modal akan dapat semakin memajukan usahanya. Usia nasabah juga dapat mempengaruhi keberanian pengusaha untuk mengambil keputusan secara rasional karena peningkatan usia pada umumnya akan meningkatkan kematangan pola pikir dalam memanfaatkan kredit yang diterimanya. b) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator dalam realisasi KUR. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas wawasan dan kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan usahanya menjadi semakin baik. Karakteristik tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pendidikan akhir nasabah pinjaman KUR. Tabel 6 menunjukkan proporsi tingkat pendidikan debitur KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Proporsi terbesar penerima KUR adalah debitur dengan latar belakang pendidikan SLTA yang berjumlah 17 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran memperhatikan latar belakang tingkat pendidikan dari setiap calon nasabahnya. Tabel 6 Rata-rata realisasi KUR menurut tingkat pendidikan nasabah tahun 2016 Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%) Rata-rata realisasi KUR (Rupiah) SD SLTP SLTA D3/Sarjana Total Secara deskriptif jika dilihat dari rata-rata realisasi kredit, tingkat pendidikan dari calon debitur memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat realisasi KUR. Pada Tabel 6 diketahui bahwa tingkat pendidikan untuk golongan

48 38 perguruan tinggi memperoleh rata-rata realisasi kredit lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainya yaitu sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan debitur maka realisasi KUR yang diberikan akan semakin besar. Tingkat pendidikan akan menunjukkan kemampuan dari setiap calon nasabah dalam memahami dan mengerti tata cara pengajuan dan penerimaan pinjaman serta mengetahui hak dan kewajibannya sebagai debitur KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Selain itu, diduga semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka diharapkan mampu mengelola usahanya dengan baik, sehingga dapat berkembang dan mampu mengembalikan kreditnya dengan lancar. Secara deskriptif dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh didalam proses realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. c) Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat kepercayaan bank dalam merealisasikan kreditnya. Asumsinya adalah semakin banyak tanggungan keluarga maka akan semakin besar pengeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian, semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga diduga semakin kecil realisasi kreditnya. Debitur KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran memiliki jumlah tanggungan keluarga yang beragam yakni antara 0 sampai 5 orang. Debitur Bank Mandiri sebanyak enam orang belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan dalam keluarga. Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi penerima KUR terbesar pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran adalah kelompok dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga orang dengan jumlah responden sebanyak 12 orang atau sebesar 30 persen dari total keseluruhan responden. Proporsi tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan debitur dengan jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit. Nasabah yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak tiga orang juga memperoleh rata-rata realisasi KUR paling tinggi jika dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga yang lebih sedikit yaitu sebesar Rp Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif jumlah tanggungan keluarga tidak memengaruhi realisasi KUR. Tabel 7 Rata-rata realisasi KUR menurut jumlah tanggungan keluarga tahun 2016 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Rata-Rata Realisasi KUR(Rupiah) Total 40

49 39 Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Capacity Capacity (kapasitas) merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Aspek capacity yang dijadikan variabel independen meliputi variabel pendapatan bersih usaha perbulan, lama usaha dan jangka waktu kredit. a) Pendapatan bersih usaha perbulan Pendapatan bersih usaha debitur per bulan merupakan jumlah dana yang memungkinkan untuk dialokasikan debitur dalam membayar kewajibannya baik dalam membayar angsuran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman pada setiap bulannya. Pendapatan bersih usaha debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, dimana semakin besar pendapatan bersih usaha perbulannya maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar. Pendapatan bersih per bulan debitur KUR yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara Rp Rp Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata realisasi kredit terendah berada pada kisaran pendapatan bersih usaha per bulannya Rp Rp dan tertinggi berada pada kisaran Rp Rp Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan bersih usaha perbulan debitur maka semakin besar nilai KUR yang akan direalisasikan. Pendapatan bersih usaha berpengaruh terhadap besarnya realisasi KUR yang disalurkan Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran. Nilai kredit yang direalisasikan disesuaikan dengan tingkat pendapatan bersih usaha yang dijalankan debitur. Pihak Bank Mandiri tidak akan mencairkan kredit diluar batas kemampuan dari pada nasabahnya. Hal tersebut akan memengaruhi tingkat pengembalian kredit dan berdampak pada NPL dari Bank Mandiri itu sendiri. Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan bersih usaha perbulan menjadi penentu besarnya KUR yang direalisasikan Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Tabel 8 Rata-rata realisasi KUR menurut pendapatan bersih usaha perbulan tahun 2016 Pendapatan bersih usaha perbulan (Rp) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Rata-Rata Realisasi KUR (Rupiah) Total b) Lama usaha Salah satu syarat yang ditetapkan oleh Bank Mandiri untuk dapat memperoleh pinjaman KUR adalah telah menjalankan usahanya minimal satu tahun. Penerapan kebijakan tersebut dimaksudkan untuk melihat perkembangan ataupun prospek usaha dari calon debitur, apakah layak untuk mendapatkan bantuan tambahan modal berupa KUR atau tidak. Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR karena semakin lama suatu usaha

50 40 bertahan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai dan dikembangkan. Lama usaha debitur KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara dua tahun sampai 16 tahun. Tabel 9 menunjukkan bahwa proporsi terbesar terdapat pada kelompok nasabah dengan lama usaha antara 6-10 tahun dengan jumlah nasabah 20 orang dari total keseluruhan nasabah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah ini dipengaruhi oleh persyaratan pengajuan KUR yang hanya mewajibkan usaha berjalan minimal satu tahun sehingga sebaran terbesar diperoleh usaha yang sudah cukup lama. Kisaran lama usaha yang lebih tinggi yaitu lebih dari 10 tahun menunjukkan jumlah responden yang lebih sedikit yakni 6 debitur saja. Hal ini dipengaruhi oleh sedikitnya debitur dengan lama usaha diatas 10 tahun yan mengajukan KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran. Berdasarkan rata-rata besarnya realisasi KUR, kelompok nasabah dengan lama usaha lebih dari 10 tahun memperoleh rata-rata kredit paling besar yakni sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa secara deskriptif pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran memperhatikan faktor lama usaha sebagai faktor yang berpengaruh terhadap besarnya realisasi kredit yang disalurkan. Semakin lama usaha berjalan maka akan semakin besar KUR yang direalisasikan. Semakin lama usaha maka akan terlihat bagaimana perkembangan usaha dari calon debitur sehingga dapat meminimalisasikan dampak terburuk berupa kerugian dari usaha yang dijalankan. Hal ini juga akan berdampak pada proses pengembalian angsuran pinjaman KUR yang diperoleh. Maka dari itu lama usaha menjadi pertimbangan yang dapat menentukan realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk usaha yang belum lama berdiri untuk dapat direalisasikan KUR. Nilai kredit yang direalisasikan akan disesuaikan dengan kapasitas usaha tersebut. Tabel 9 Rata-rata realisasi KUR menurut lama usaha nasabah tahun 2016 Lama Usaha Jumlah Responden Persentase Rata-Rata Realisasi (Tahun) (Orang) (%) KUR (Rupiah) x x Total c) Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk di dalamnya pembayaran pokok pinjaman berserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR. Diasumsikan, bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih singkat (besar pinjaman yang sama). Jadi, semakin panjang jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi debitur untuk mengembalikan kredit dengan lancar.

51 41 Tabel 10 Rata-rata realisasi KUR menurut jangka waktu kredit tahun 2016 Jangka waktu kredit Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Rata-Rata Realisasi KUR (Rupiah) Total Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar debitur KUR memiliki jangka waktu kredit sampai dengan dua dan tiga tahun dengan total nasabah masing-masing sebanyak 13 orang. Hal ini dikarenakan atas dasar permintaan dari debitur itu sendiri dan hasil penilaian terhadap kapasitas debitur. Dilihat dari ratarata realiasi kreditnya, debitur dengan jangka waktu paling lama yakni tiga tahun, memperoleh rata-rata realisasi kredit BTU paling besar dibandingkan dengan yang lain. Semakin lama jangka waktu yang diberikan untuk pelunasan kredit, maka semakin besar nilai kredit yang direalisasikan. Hal tersebut dikarenakan pendapatan bunga yang akan diterima oleh pihak bank juga akan semakin besar. Selain itu, jangka waktu yang semakin panjang dapat meringkankan beban dari debitur di dalam proses pelunasan kreditnya, dimana angsurannya akan menjadi lebih ringan. Akan tetapi jangka waktu yang terlalu lama dapat meningkatkan risiko dari kredit tersebut. Pemberian jangka waktu oleh pihak bank didasarkan atas kapasitas nasabah dalam membayar angsuran setiap bulannya. Selain itu juga, jangka waktu yang diberikan juga mempertimbangkan prospek usaha debitur, apakah di dalam jangka waktu yang diberikan masih memberikan prospek yang bagus. Maka dari itu secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menjadikan variabel jangka waktu kredit sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan besar realisasi KUR. Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Collateral a) Nilai agunan Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan oleh setiap calon debitur di dalam pengajuan pinjaman di bank. Manfaat agunan sendiri yaitu sebagai alat pengamanan dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit harus dilunasi. Penyaluran KUR untuk para calon nasabah sebenarnya tidak diwajibkan untuk memberi agunan karena KUR merupakan program pemerintah sehingga Pemerintah menjamin kredit yang diajukan debitur. Jaminan KUR dijamin pemerintah sebesar 70 persen melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 30 persen sisanya ditanggung oleh pihak Bank itu sendiri. Tetapi untuk KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran setiap calon nasabah menyertakan agunan minimal 30 persen dari jumlah kredit yang diajukan calon nasabah. Nilai variabel agunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin besar nilai agunannya maka semakin besar kepercayaan bank untuk memberikan pinjaman yang lebih besar. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran nilai agunan antara 89 juta sampai 139 juta yaitu sebanyak sembilan orang atau 22.5 persen dari keseluruhan

52 42 responden. Dilihat dari rara-rata realisasi KUR kelompok nasabah yang memiliki nilai agunan lebih dari 190 juta memperoleh rata-rata realisasi kredit yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Semakin besar nilai agunan maka semakin besar rata-rata realisasi KUR yang diperoleh respsonden. Secara deskriptif nilai agunan menjadi pertimbangan yang penting bagi pihak Bank Mandiri dalam merealisasikan KUR. Tabel 11 Rata-rata realisasi KUR menurut nilai agunan nasabah tahun 2016 Nilai agunan (000) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Rata-Rata Realisasi KUR (Rupiah) > Total Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dapat ditulis dalam satu fungsi persamaan. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah besarnya nilai realisasi KUR sedangkan variabel independent adalah usia nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pendapatan bersih usaha per bulan, lama usaha, jangka waktu kredit dan nilai agunan. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, model regresi yang terbentuk yaitu realisasi (Y) = usia (X1) pendidikan (X2) jumlah tanggungan dalam keluarga (X3) pendapatan usaha (X4) lama usaha (X5) jangka waktu kredit (X6) nilai agunan (X7). Tabel 12 menunjukkan hasil pendugaan model linear berganda, diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 82 persen. Hal ini menandakan bahwa 82 persen variabel dependent (besar realisasi kredit) dapat dijelaskan oleh model (variabel independent) dan sisanya sebesar 18 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan p-value < 0.05 sehingga keputusannya adalah menolak H 0 artinya semua variabel bebas (independent) mampu secara bersamasama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas (dependent). Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menunjukkan bahwa variabelvariabel yang berpengaruh nyata (tingkat kesalahan dibawah lima persen) terhadap realisasi kredit adalah pendapatan bersih usaha, lama usaha dan nilai agunan. Variabel usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan jangka waktu

53 43 kredit tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Nilai VIF (Variance Inflation Factors) dari masing-masing peubah bebas lebih kecil daripada 10 (Tabel 12). Hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antar peubah bebas, atau masing-masing peubah bebas tidak saling memengaruhi satu sama lainnya. Tabel 12 Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran Variabel Koefisien regresi T-hit P-Value VIF (Constant) Usia Pendidikan Jumlah tanggungan Pendapatan usaha 0.488* Lama usaha * Jangka waktu kredit Nilai agunan 0.377* R-Sq= 82.9 % R-sq(adj)= 79.2 % Durbin-Watson= Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression E E Residul Error E E8 Total E10 Keterangan :* Signifikan pada taraf 5 % Menurut Nugroho (2005) dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukanbeberapa tahap pemeriksaan asumsi model yaitu: 1. Uji normalitas Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat normalitas probality of the risidual dimana jika nilai data ini berpencar disekitar garis lurus melintang maka dikatakan normal. Lampiran 2 menunjukkan hasil normalitas probality of the risidual dimana data berpencar disekitar garis lurus melintang. Dengan demikian berdasarkan grafik pada Lampiran 2 dapat diketahui bahwa data eror berdistribusi normal. Selain melalui normalitas probality of risidual, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan melihat histogram of the residual dimana hasil yang kita peroleh menunjukkan pola seperti fungsi distribusi normal. 2. Uji Homogenitas Pemeriksaan ini dapat dilihat dari pada standardized residual cumulative probablitydengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut akan dikatakan bahwa data tersebut homogen. Lampiran 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen atau dikatakan komponen eror bersifat homoskedastisitas. 3. Uji Multikolineritas Pemeriksaan adanya multikolineritas bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan linear antara variabel independent dalam suatu model regresi

54 44 linear berganda baik hubungan tersebut berkorelasi sempurna atau sebaliknya. Nilai VIF (Variance Inflation Factors) dari masing-masing peubah bebas lebih kecil dari 10 (Tabel 12). Hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antar peubah bebas atau masing-masing peubah bebas tidak saling memengaruhi satu sama lainnya. 4. Uji autokorelasi Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat pola Standardized Residual terhadap variabel independent yaitu besarnya realisasi KUR yang diterima oleh debitur (Lampiran 3). Grafik tersebut menunjukkan bahwa runtun Standardized Residual bersifat acak. Pemeriksaan melalui uji Durbin-Watson memberikan nilai Durbin Watson dimana diperoleh nilai d = Nilai tersebut terletak pada daerah tengah rentang pengujian autokorelasi Durbin-Watson sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada komponen error sehingga hasil uji T dan uji F adalah valid. Pendapatan Bersih Usaha Pendapatan bersih usaha merupakan salah satu variabel yang paling penting yang memengaruhi besarnya kredit yang direalisasikan. Pendapatan bersih usaha merupakan jumlah dana yang memungkinkan untuk dialokasikan debitur dalam membayar kewajibannya baik dalam membayar angsuran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman pada setiap bulannya. Pendapatan bersih usaha debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, dimana semakin besar pendapatan bersih usaha perbulannya maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel pendapatan bersih usaha berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel pendapatan bersih yang berpengaruh signifikan dapat dilihat dari nilai p-value yang lebih kecil daripada taraf nyata lima persen (sig < 0.05). Hal ini sesuai dengan hipotesis analisis deskriptif sebelumnya yang menyatakan bahwa pendapatan bersih usaha berpengaruh positif terhadap realisasi KUR dimana semakin besar pendapatan bersih usaha per bulan maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga kredit semakin meningkat. Pihak Bank Mandiri sebelum merealisasikan KUR terlebih dahulu akan melakukan survei usaha yang dijalankan calon debitur termasuk menganalisis pendapatan bersih usahanya. Analisis pendapatan bersih usaha ini bertujuan untuk menilai kelayakan usaha debitur dalam menerima KUR dan sebagai acuan dalam menentukan besarnya KUR yang akan direalisasikan. Nasabah dengan pendapatan bersih usahanya yang lebih besar cenderung lebih besar dalam memperoleh jumlah kredit. Semakin tinggi pendapatan bersih usaha setiap bulannya, maka kemampuan untuk melunasi kewajiban dari usaha yang akan dibiayai dengan kredit akan semakin besar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan bersih usaha memberikan pengaruh yang signifikan terhadap besarnya realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian Rachmina (2011) Hidayanto (2010), Sembiring (2013), Ali (2014) dan Lesmana (2011) yang menyatakan bahwa variabel pendapatan bersih usaha per bulan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap realisasi kredit.

55 45 Nilai Agunan Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel agunan positif yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap realisasi KUR. Variabel agunan berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR yang dapat dilihat dari p-value yang lebih kecil daripada taraf nyata lima persen (sig < 0.05). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian dimana variabel nilai agunan berpengaruh positif terhadap realisasi KUR, semakin besar nilai agunan yang disertakan dalam pengajuan kredit maka nilai realisasi KUR yang akan diterima akan semakin besar. Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan oleh setiap calon debitur di dalam pengajuan pinjaman di bank. Manfaat agunan sendiri yaitu sebagai alat pengamanan dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit harus dilunasi. Penyaluran KUR untuk para calon nasabah sebenarnya tidak diwajibkan untuk memberi agunan. Karena KUR merupakan program pemerintah sehingga pmerintah menjamin kredit yang diajukan debitur. Jaminan KUR dijamin pemerintah sebesar 70 persen melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 30 persen sisanya ditanggung oleh pihak Bank itu sendiri. Tetapi untuk KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran setiap calon nasabah menyertakan agunan minimal 30 persen dari jumlah kredit yang diajukan calon nasabah. Kesimpulan dari hasil analisis regresi linear sesuai dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya dimana semakin besar agunan yang disertakan dalam pengajuan kredit maka akan semakin besar kredit yang direalisasikan. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel agunan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Rachmina (2011), Ali (2014), Lesmana (2011) yang menyatakan bahwa variabel nilai agunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi kredit. Lama Usaha Salah satu syarat yang ditetapkan oleh Bank Mandiri untuk dapat memperoleh pinjaman KUR adalah telah menjalankan usahanya minimal satu tahun. Penerapan kebijakan tersebut dimaksudkan untuk melihat perkembangan ataupun prospek usaha dari calon debitur, apakah layak untuk mendapatkan bantuan tambahan modal berupa KUR atau tidak. Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR karena semakin lama suatu usaha bertahan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai dan dikembangan. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel lama usaha bernilai positif yang artinya variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi KUR. Semakin lama usaha nasabah maka akan semakin besar realisasi KUR. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran realisasi kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang digeluti.

56 46 Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit yang disalurkan. Semakin lama usaha berjalan maka akan semakin besar KUR yang direalisasikan. Berdasarkan analisis regresi linear berganda variabel lama usaha berpengaruh signifkan terhadap realisasi KUR dimana p-value lebih kecil dari taraf nyata lima persen (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa variabel lama usaha memengaruhi besarnya realisasi KUR yang diterima nasabah pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya (Ali 2014; Lesmana 2011) yang menyatakan bahwa variabel lama usaha memberikan pengaruh yang signifikan atau nyata terhadap realisasi kredit dimana semakin lama usaha berjalan maka semakin besar realisasi kreditnya (berpengaruh positif). Usia Usia nasabah merupakan salah satu faktor yag digunakan oleh Pihak Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran sebagai acuan dalam merealisaskan KUR. Usia mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena pada umumnya peningkatan usia akan memengaruhi kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan kredit. Semakin tinggi usia debitur maka memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memenuhi kewajiban pembayaran nantinya ketika kredit sudah direalisasikan. Oleh karena itu, usia diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien variabel usia menunjukkan nilai negatif yang artinya variabel usia nasabah berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi KUR. Semakin bertambahnya usia nasabah maka realisasi KUR akan semakin berkurang. Namun variabel usia debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR dimana nilai p-value sebesar yang lebih besar dari taraf nyata ( = 5 persen). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya diduga bahwa usia nasabah berpengaruh nyata dan positif terhadap besarnya realisasi KUR. Hasil analisis regresi untuk variabel usia sesuai dengan penelitian terdahulu Rachmina (2011), Ali (2014), Irawati (2011), Sembiring (2013), Lesmana (2011) yang menyatakan bahwa variabel usia atau umur tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap realisasi kredit. Pendidikan Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh koefisien variabel tingkat pendidikan bernilai positif yang artinya bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi KUR. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka besarnya realisasi KUR semakin bertambah. Akan tetapi, variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap besarnya realisaisi KUR dimana nilai p-value yang diperoleh dari analisis regresi linear berganda lebih besar dari taraf nyata lima persen (Tabel 12). Hasil analisis regresi berbeda dengan hasil yang diperoleh dari analisis deskriptif sebelumnya dimana tingkat pendidikan berpengaruh terhadap realisasi KUR. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka realisasi KUR akan semakin meningkat. Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi diduga lebih mudah dalam memperoleh

57 47 kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Tingkat pendidikan dapat menambah tingkat kepercayaan bank untuk dapat merealisasikan kredit. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi nasabah dalam memahami dan mengerti tata cara pengajuan dan penerimaan pinjaman, serta mengetahui hak dan kewajiban sebagai nasabah. Pada umumnya untuk sektor UMKM jenis usaha yang dijalankan tergantung pada latar belakang pendidikan pemiliknya. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah tidak akan memengaruhi besarnya realisasi KUR yang diterima. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan penelitian terdahulu (Hidayanto 2010) yang menyatakan bahwa variabel pendidikan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap realisasi kredit.. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat kepercayaan bank dalam merealisasikan KUR. Tingginya jumlah tanggungan keluarga debitur dikhawatirkan dana KUR tersebut dapat disalahgunakan untuk konsumsi rumahtangga atau untuk memenuhi kebutuhan diluar usaha yang dijalanan. Diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sehingga proporsi pendapatan keluarga akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga tersebut. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga bernilai negatif yang artinya variabel jumlah tanggungan berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi KUR. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian dimana semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin kecil realisasi KUR yang diperoleh debitur. Namun, variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat realisasi KUR dimana nilai p-value lebih besar daripada taraf nyata lima persen (Tabel 12). Hasil analisis deskriptif menunjukkan pengaruh positif bahwa responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak juga memperoleh ratarata realisasi KUR yang lebih besar jika dibandingkan dengan responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan hasil analisis regresi berganda dimana variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif. Dapat disimpulkan bahwa berapapun jumlah tanggungan keluarga debitur maka tidak akan berpengaruh terhadap besarnya realisasi KUR yang akan diterima nasabah. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Irawati 2011) yang menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh nyata atau signifikan terhadap realisasi kredit dimana semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga maka akan semakin kecil realisasi kreditnya (berpengaruh negatif). Jangka Waktu Kredit Jangka waktu kredit merupakan batas waktu yang diberikan pihak bank kepada debitur dalam proses pembayaran angsuran kreditnya. Jangka waktu kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR. Dari hasil analisis diperoleh

58 48 nilai koefisien variabel jangka waktu kredit bernilai positif, yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap besar realisasi KUR. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Variabel jangka waktu kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap besar realisasi KUR, karena p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Kesimpulan ini tidak sesuai dengan analisis deskriptif, dimana nasabah yang memiliki jangka waktu kredit lebih lama (tiga tahun) memperoleh rata-rata realisasi kredit yang lebih besar dibandingkan nasabah dengan jangka waktu lebih sedikit. Semakin lama jangka waktu yang dimiliki, maka pendapatan bunga yang akan diterima oleh pihak bank akan semakin besar. Disamping itu juga, jangka waktu dapat meringankan beban debitur dalam proses pembayaran angsurannya, dimana semakin lama waktu yang diberikan maka nilai angsuran kreditnya akan semakin kecil. KUR memberikan batas waktu maksimal pelunasan kredit sampai dengan tiga tahun. Hasil analisis regresi linear berganda yang menyatakan bahwa variabel jangka waktu kredit tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi KUR, tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya (Lesmana 2011; Hidayanto 2010) yang menyatakan bahwa variabel jangka waktu kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya realisasi kredit. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan persepsi nasabah KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran, prosedur dan mekanisme penyaluran KUR yang telah ditetapkan pihak Bank mudah untuk dipahami dan dipenuhi oleh nasabah. Nasabah tidak menemukan kesulitan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan pihak Bank dalam memperoleh KUR. Hanya saja setelah KUR yang diajukan telah direalisasikan pengawasan atau pendampingan yang diberikan oleh pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dirasakan kurang oleh nasabah. 2. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran cenderung mempertimbangkan pendapatan bersih usaha nasabah dan nilai agunan yang diberikan nasabah kepada pihak Bank. Hal ini terbukti dari hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa variabel nilai agunan dan pendapatan bersih usaha nasabah berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel jarak tempat tinggal berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR pada tingkat kepercayaan 90 persen. Variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,lama usaha dan frekuensi peminjaman tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran.

59 49 Saran 1. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran hendaknya melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap usaha nasabah yang telah memperoleh KUR melalui kegiatan pembinaan dan sosialisasi yang berkaitan dengan manajemen usaha. Hal ini dilakukan agar usaha nasabah KUR yang pada umumnya adalah UMKM dapat memperbesar skala usahanya dan dapat meningkatkan daya serap KUR sehingga perealisasian terhadap KUR meningkat. 2. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran lebih memperhatikan lagi faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR seperti nilai agunan, pendapatan bersih usaha debitur per bulannya dan jarak tempat tinggal nasabah. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajran bagi usaha mikro kecilmenengah khususnya sektor agribisnis. DAFTAR PUSTAKA Ali S Analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada PT.Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ashari Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. [Jurnal]. Bogor (ID): Forum Penelitian Agro Ekonomi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Volume 27 No 1, Juli 2009: 13-27). Bank Indonesia Meraih sukses bisnis dengan dukungan pembiayaan perbankan. Jakarta(ID): PPM. [Bank Mandiri] Bank Mandiri Management Information Report (MIR). Bogor (ID): Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Darmawi H Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Firdaus M Manajemen Agribisnis. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Gujarati D Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga Jilid 2. Mulyadi Julius A, Andri Yelvi, penerjemah; Barnadi Devri, Hardani Wibi, editor. Jakarta(ID): Erlangga. Terjemahan dari : Essential of Econometrics. Hasibuan M Dasar-dasar Perbankan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Hidayanto E Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit usaha rakyat studi kasus usaha agribisnis di BRI unit tongkol Jakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Irawati R Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat pada Bank Rakyat Indonesia unit Cibinong Cabang Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kasmir Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta (ID): PT.Raja Grafindo Persada. Kuncoro M Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta (ID): STIM YKPN.

60 50 [Kemenkopukm] Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jumlah Realisasi Kredit Untuk Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah Tahun [Internet]. [diunduh Februari 2016]. Tersedia pada: [Kemenkopukm] Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar Menurut Sektor Ekonomi Tahun [Internet]. [diunduh Februari 2016]. Tersedia pada: [Komite KUR] Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Realisasi dan NPL penyaluran Kredit Bank Nasional Kemenko [Internet]. [diunduh Februari 2016]. Tersedia pada: Lesmana Faktor-faktor yang memegaruhi realisasi kredit BNI Tunas Usaha (BTU) pada BNI UKC Cabang Karawang. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Nugroho B Strategi gitu memilih metode statistik penelitian dengan spss. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Pasaribu Ali Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Rachmina D Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat. [Jurnal]. Bogor (ID): Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1 No 2, September 2011: ). Rachmina D Analisis Permintaan Kredit Pada Industri Kecil (Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah). [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Rosadi D Analisis ekonometrika dan runtun waktu terapan.yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Sembiring I Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agrbisnis pada PT Bank BRI Unit Harjasari Bogor [Skripsi] Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soemarno Manajemen Agribisnis: Organisasi dan Manajemen Sumberdya Manusia. Jakarta (ID): Erlangga. Supranto J Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Erlangga. Tambunan T UMKM di Indonesia. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia..

61 51 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA SEKTOR AGRIBISNIS (Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran) Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk skripsi oleh Eka Sri Handayani Ginting mahasiswialih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Mohonbapak/ibu berkenan mengisi dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi yangsebenarnya. Karena hal ini sangat membantu keberhasilan penelitian ini. I. Karakteristik Nasabah KUR 1. Nama nasabah : Umur :..... tahun 3. Pendidikan terakhir (formal) : (1) Tidak tamat SD (2) SD (3) SMP (4) D3 (5) Sarjana Lama pendidikan :...tahun 4. Pengalaman usaha :...tahun 5. Jumlah tanggungan keluarga :(1) 0-3 orang (2) 4-6 orang (3) >6 orang 6. Status perkawinan :(1) Bujangan (2) Menikah (3) Janda/Duda 7. Jenis kelamin : (1) Pria (2) wanita 8. Pekerjaan utama : (1) Petani/Peternak (2) Wiraswasta (3) PNS (4) Buruh (5) Ibu rumah tangga (6)Lainnya Pekerjaan sampingan : Alamat :..... II. Karakteristik Usaha 1. Jenis Usaha : Usaha yang dijalankan bergerak di bidang : a) Subsistem input :.. b) Subsistem onfarm :.. c) Subsistem output/off farm :.. d) Agroindustri/pengolahan :.. 3. Lama Usaha :.....

62 52 4. Dimana lokasi usaha anda? a) Lingkungan masyarakat b) Pasar tradisional c) Pedagang kaki lima 5. Wilayah pemasaran usaha anda? a) Wilayah kelurahan b) Wilayah kecamatan c) Kota d) Luar kota a) Lain-lain 6. Berapa pendapatan bersih usaha anda per bulan? :... IV. Pengajuan dan Pencairan Kredit 1. Sudah mengetahui program KUR sebelum pengajuan pinjaman? Jawab : Sudah berapa kali anda mengambil kredit/frekuensi kredit? Jawab : Tanggal berapa pengajuan kredit? Jawab : Alasan mengambil kredit? Jawab : Alasan memilih Bank Mandiri untuk memproleh kredit? Jawab : Ada atau tidaknya agunan? Sebutkan Jawab : Berapa jumlah kredit yang diajukan? Jawab : Berapa jumlah kredit yang dicairkan? Jawab : Berapa jangka waktu pengembalian kredit anda? Jawab : Kenapa anda memilih mengambil kredit usaha rakyat (KUR)? Jawab : Permasalahan yang dihadapi dalam mengajukan KUR kepada bank Mandiri? Jawab :

63 53 V. Pertanyaan persepsi nasabah KUR 1. Bagaimana sejarah kredit yang selama ini anda jalani? a) Sebelum mendapatkan KUR di Bank Mandiri, pernahkah anda mendapatkan kredit di lembaga keuangan lain? Jawab : b) Di lembaga keuangan manakah anda pernah mendapatkan kredit? Jawab : c) Jenis kredit apakah yang anda terima dari lembaga keuangan tersebut? Jawab : d) Berapa kali frekuensi kredit anda di lembaga keuangan tersebut? Jawab : e) Mengapa anda berpindah mengajukan kredit dari lembaga keuangan tersebut ke Bank Mandiri Mitra Usaha Cabag Bogor Pajajaran? Jawab : Menurut anda apakah ada kesulitan yang anda hadapi selama ini dalam mengembalikan kredit? Jawab : Menurut anda apakah KUR yang diberikan Bank Mandiri bermanfaat bagi peningkatan usaha anda? Jawab : Bagaimana alokasi KUR yang telah direalisasikan oleh Bank Mandiri? Apakah seluruh kredit yang telah direalisasikan Bank Mandiri seluruhnya untuk modal usaha atau sebagaian kredit digunakan untuk komsumsi? Jawab : Bagaimana menurut anda mekanisme atau prosedur permintaan KUR yang telah ditetapkan Bank Mandiri. Apakah persyaratan dan prosedurnya mudah dipahami dan dipenuhi nasabah? Jawab : Bagaimana dengan nilai agunan yang dtetapkan oleh Bank Mandiri apakah dapat dipenuhi dengan mudah oleh nasabah? Dan menurut anda apakah nilai agunan yang anda berikan sudah sesuai dengan total kredit yang anda terima? Jawab :.....

64 54 7. Berapa lamakah pengajuan kredit hingga kredit direalisasikan oleh Bank Mandiri Mitra Usaha Bogor Pajajaran? Jawab : Apakah kredit yang telah direalisasikan oleh Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran diberikan secara tunai kepada nasabah? Jawab : Apakah anda pernah terlambat dalam mengembalikankur? jjika pernah apaka Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memberikan toleransi keterlambata pengembalian kredit? Jawab : Bagaimana penilaian anda terhadap kinerja Bank Mandiri dalam menyalurkan KUR yang merupakan program Pemerintah dalam meningkatkan perekonomian? Jawab :...

65 Lampiran 2 Plot komponen normal probability plot dan histogram of the residuals 55

66 56 Lampiran 3 Plot komponen Standardize residual menurut Variabel Dependent

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pilar perekonomian suatu negara tidak lepas dari bagaimana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjalankan perannya demi meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Landasan penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan oleh peneliti pernah dilakukan oleh Papalangi (2013), tentang Penerapan SPI dalam Menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan yaitu, menghimpun dana

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Perbankan Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian bank, fungsi bank, dan jenis jenis bank : 2.1.1 Pengertian Bank Di Indonesia terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas

Lebih terperinci

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2007: 23) pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2010 : 06), definisi dari bank adalah

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) SKRIPSI IMMANUEL SEMBIRING H34104111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menjadi negara yang masih tergolong miskin dan kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan maupun ekonomi. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2017 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang berada dalam tahap membangun dan berkembang. Seiring dengan berjalannya pembangunan nasional, maka kehidupan masyarakatpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Dalam arti luas kredit diartikan sebagai sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti credere yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang menerima dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana. Sedangkan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Akan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN Liana Vivin Wihartanti Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas PGRI Madiun lianavivin1987@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju, menyebabkan banyak bermunculan bank-bank yang menawarkan berbagai fasilitas layanan seperti menerima

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010] I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tingkat perekonomiannya sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan perbankan yang didirikan, baik itu bank BUMN maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

PENEMPATAN DANA BANK

PENEMPATAN DANA BANK PENEMPATAN DANA BANK o Kredit: (UU Perbankan No. 10 Tahun 1998) penyediaan uang/tagihan yg dpt dipersamakan dg itu, berdsrkan persetujuan /kesepakatan pinjam meminjam antara bank dg pihak lain yg wajibkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-undang RI No. 10 tentang perbankan (1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Bank Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Menurut Hasibuan (87: 2008) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : YENI RAHMA MEI SAPUTRI NIM : 2012110486 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan perekonomian global telah memperkuat posisi perbankan sebagai pilar utama dalam menunjang pertumbuhan ekonomi baik secara internasional maupun nasional.

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Beberapa definisi mengenai Bank yaitu antara lain : 1. Bank adalah badan yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

Lebih terperinci