BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) sudah dikenal lama dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Dibawah ini merupakan pengertian penelitian tindakan kelas menurut beberapa ahli, antara lain : 1) Arikunto mengemukakan Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Iskandar, 2012:20). Kegiatan pencermatan ini dilakukan oleh guru bersama dengan orang lain atau kolaborator yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu proses pembelajaran dikelasnya dari hasil refleksi yang dilakukan oleh guru itu sendiri. 2) Menurut Hopkins Penelitian tindakan kelas adalah kajian yang sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Iskandar, 2012;21). Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru didalam kelasnya melalui 8

2 9 refleksi diri tentang bagaimana proses pembelajaran dilakukan. Apabila terdapat hal yang tidak sesuai maka guru tersebut melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan dan juga untuk memperbaiki kinerja guru. 3) A. Suhaenah Suparno mendefiniskan penelitian tindakan kelas adalah suatu cara pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus (Trianto, 2011;15). Guru sebagai tenaga pendidik juga harus melakukan refleksi terhadap kinerjanya sendiri dan dengan itu guru juga wajib melakukan perbaikan dalam proses pembelajarannya dikelas. Hal ini dilakukan agar kinerja guru dapat meningkat dengan baik dan dapat memperbaiki hasil belajar peserta didik itu sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pelaku pendidikan untuk memperbaiki dan juga meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan tujuan utama untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain. 1) Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini dikelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya

3 10 selama ini dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri, bukan oleh orang dari luar. 2) Peneliti melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas; apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. 3) Penelitian tindakan kelas dilakukan didalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. 4) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terusmenerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil terbaik. c. Tujuan Guru Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Tujuan utama guru dan peneliti lainnya mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Suhardjono (Iskandar, 2012:33) tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, dikelas mencari jawaban atau solusi

4 11 ilmiah mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan, meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan menumbuhkan budaya akademik. Secara lebih rinci, tujuan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : 1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran dikelas, sekolah. 2) Membantu guru, serta tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran didalam dan luar kelas. 3) Mencari jawaban secara ilmiah (rasional, sistematis, empiris) mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan. 4) Meningkatkan sikap profesionalisme sebagai pendidik. 5) Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta perbaikan dan peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Dengan terlaksananya tujuan Penelitian Tindakan Kelas tersebut, maka diharapkan dapat menghasilkan perbaikan dan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran, sebagai berikut : 1) Perbaikan dan peningkatan mutu isi, masukan, proses, hasil pembelajaran. 2) Perbaikan dan peningkatan terhadap prestasi belajar peserta didik di kelas. 3) Perbaikan dan peningkatan terhadap materi, metode dan penggunaan media pembelajaran dikelas. d. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas Ada empat jenis penelitian tindakan kelas yaitu (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, Cook, dan Harding 1990) dalam (Iskandar, 2012:27). Untuk lebih jelas berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.

5 12 1) Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntut peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Kemudian menganalisis semua data dan memberikan rekomendasi tentang penyelesaian perselisihan tersebut. 2) Penelitian Tindakan Kelas Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. PTK disini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian. 3) Penelitian Tindakan Kelas Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari. 4) Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental; jenis eksperimental memiliki nilai potensial terbesar dalam kemajuan pengetahuan ilmiah, yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dengan diterapkannya PTK ini diharapakan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

6 13 Dari berbagai jenis penelitian tindakan kelas diatas penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk kedalam penelitian tindakan kelas partisipan. Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut peneliti dituntut harus terlibat langsung kedalam proses penelitian sejak awal dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi hingga refleksi serta berakhir pada melaporkan hasil penelitiannya. 2. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar, kata belajar ini sudah tidak asing lagi sejak dimulai dalam dunia pendidikan. Menurut Sadiman Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Bambang Warsita, 2008:62). Belajar dapat terjadi dirumah, disekolah, ditempat kerja, ditempat ibadah dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa saja, dan dengan siapa saja. Bahkan kemampuan orang untuk belajar ini merupakan salah satu ciri penting yang membedakan dengan makhluk yang lain. Menurut Pidarta Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain (Bambang Warsita, 2008:62). Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Sedangkan, menurut Morgan Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Agus Suprijono, 2009:2). Belajar merupakan suatu proses pribadi yang tidak harus dan atau merupakan akibat dari kegiatan belajar mengajar. Guru melakukan kegiatan mengajar tidak selalu diikuti terjadinya kegiatan belajar mengajar pada peserta didik.

7 14 Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Bambang Warsita, 2008:64) prinsip-prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan : a) perhatian dan motivasi belajar peserta didik; b) keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar; c) pengulangan belajar; d) tantangan semangat belajar; e) pemberian balikan dan penguatan belajar; serta f) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar. Oleh karena itu menuntut para guru perancang pembelajaran, dan mengembangkan program-program pembelajaran untuk memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis dan mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar tersebut. Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses pribadi yang berasal dari kegiatan belajarmengajar yang bisa berlangsung dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja sebagai hasil dari pengalaman yang mampu membedakan makhluk hidup satu dengan yang lainnya. b. Teori-teori Belajar Belajar merupakan kegiatan orang sehari-hari. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks itu telah lama menjadi objek peneliti ilmuwan. Ada banyak teori-teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip-prinsip sendiri tentang belajar yang mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Setiap teori belajar memiliki titik fokus yang menjadi pusat perhatian. 1) Teori Belajar Behaviorisme Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran manusia. Dengan kata lain lebih

8 15 menekankan pada hasil dari pada proses belajar. Oleh karena itu mengabaikan proses belajar. Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak diterapkan di dunia pendidikan menurut Hartley dan Davies (Bambang Warsita, 2008:67) meliputi sebagai berikut : 1) proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalamnya; 2) materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respons tertentu; 3) tiaptiap respons harus diberi umpan balik (feedback) secara langsung supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar; 4) setiap kali peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi penguatan (reinforcement). Prinsip behaviorisme ini telah banyak digunakan dan diterapkan dalam berbagai program pembelajaran. Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran dan pengembang program-program pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. 2) Teori Belajar Kognitif Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh keuntungan. Prinsip-prinsip teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian, belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Yang termasuk kedalam teori ini

9 16 adalah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, dan teori belajar bermakna Ausebel. Menurut Piaget (Bambang Warsita, 2008:69) yaitu : Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan ini memungkinkan kemampuannya meningkat Oleh karena itu, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat hierarki yaitu melalui tahap-tahap terntentu sesuai dengan umurnya, seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu di luar kemampuan kognitifnya. Menurut Bruner (Bambang Warsita, 2008:71) perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah tahap enaktif, peserta didik melakukan aktivitasaktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Tahap kedua adalah tahap ikonik, peserta didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap simbolik, peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin seseorang sistem simbol ini semakin dominan. Menurut Bruner untuk belajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur

10 17 bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3) Teori Belajar Humanisme Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal. Proses belajar dianggap berhasil apabila peserta didik telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori humanism sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Maka teori ini berupaya untuk menjelaskan konsepkonsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicitacitakan dan bentuk proses belajar yang paling ideal. Dengan demikian teori humanisme ini cenderung bersifat eklektik, artinya memanfaatkan teknik belajar apa pun asalkan tujuan belajar peserta didik tercapai. Selain itu, teori humanisme ini juga mementingkan faktor pengalaman atau keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. 4) Teori Belajar Konstruktivisme Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik sendiri. Maka para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran ini berperan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang amat penting menjadi unsure yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan jaminan untuk mencapai hasil belajar yang sejati. Strategi belajar yang digunakan sangat menentukan proses dan hasil belajar peserta didik, oleh karena itu peserta

11 18 didik itu harus diberikan kesempatan untuk menerapkan cara berpikir dan belajar yang paling cocok untuk dirinya sendiri. Pada teori belajar kontruktivisme adalah penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna, oleh karena itu pembelajaran lebih banyak melayani peserta didik dalam mengikuti setap proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa teori belajar diatas, model Problem Based Learning yang digunakan oleh peneliti sesuai dengan teori belajar kontruktivisme. Budiningsih (Bambang Warsita, 2008 : 78) mengemukakan bahwa peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya. Dari pendapat yang dikemukakan Budiningsih tersebut model Problem Based Learning lebih menekankan pembelajaran pada prosesnya bukan hanya hasil dari peserta didik. c. Hasil Belajar Menurut Suprijono (Muhammad T dan Arif M, 2013:22) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2009:5), hasil belajar berupa : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Dengan itu, menurut Gagne hasil belajar itu mencakup dari semua komponen dan tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif saja. Konsep belajar itu merupakan selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya karena kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha. Perubahan tingkah laku bisa dilihat dari perilaku berbicara, menulis, mengingat, memecahkan masalah dan berbuat kreatif, perubahan ini lah merupakan perubahan dari hasil belajar.

12 19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif. d. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2014:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Menurut Degeng (Made Wena, 2009:2) bahwa Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan peserta didik. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan strategi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang

13 20 optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Bagi peserta didik penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah dan mempercepat proses belajar dalam memahami isi pembelajaran, karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar peserta didik. Sedangkan, menurut Miarso (Martinis Y, 2013:71) pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Dengan berbagai pendapat di atas tampaklah bahwa pembelajaran bukan menitik beratkan pada apa yang dipelajari, melainkan bagaimana membuat pembelajar mengalami proses belajar. Yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan denan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran dan cara mengelola pembelajaran. 3. Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu metode pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Wolfinger (Sri Anitah, 2009:62) Pembelajaran terpadu adalah metode pengorganisasian isi pembelajaran dengan memanfaatkan bidang-bidang studi atau mata pelajaran yang sesuai untuk mengembangkan konsep-konsep yang dipilih oleh guru. Pembelajaran terpadu dapat memanfaatkan pusat sebagai bagian dari keseluruhan urutan pembelajaran. Pembelajaran terpadu didasarkan pada tiga konsep tentang

14 21 proses belajar pada anak, yaitu : Pertama, bahwa anak-anak tidak membedakan antara bidang-bidang mata pelajaran. Anak memandang bidang mata pelajaran sebagai suatu yang berkaitan secara keseluruhan. Karena pembelajaran terpadu lebih memandang bidang studi secara keseluruhan daripada kesatuan yang terpisah-pisah, maka pembelajaran ini efektif bagi peserta didik. Kedua, pembelajaran terpadu berdasarkan pada konsep bahwa berbagai mata pelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan belajar. Ketiga, pembelajaran terpadu berdasarkan metode mengajar induktif, yang menghubungkan berbagai kegiatan dengan topik tertentu diintegrasikan ke dalam satu kesatuan. Misalkan saja seorang guru sudah menentukan tema beruang, selanjutnya guru menetapkan konsep-konsep yang akan dipelajari dengan tema tersebut. Misalnya menentukan pola hidup beruang, beruang merupakan hewan jinak atau buas dan juga bisa menyebutkan pola makan dari beruang. Konsep-konsep tersebut akan dipelajari melalui berbagai cara, pembelajaran terpadu banyak jenisnya, antara lain : a. Connected (Keterhubungan) Salah satu model yang paling sederhana adalah model keterhubungan, yang dikembangkan oleh Fogarty (Sri Anitah, 2009:64). Kunci model ini yaitu, lebih menunjukkan adanya pengaruh yang disengaja untuk menghubungkan antar materi dalam suatu bidang studi, daripada mengasumsikan bahwa anak akan memahami sendiri kaitannya secara otomatis. Keuntungannya, dengan menghubungkan ide-ide di dalam suatu mata pelajaran, peserta didik akan memperoleh suatu gambaran besar, juga memfokuskan belajar pada suatu aspek. Dengan mempelajari konsep mendalam dari waktu ke waktu, akan terjadi internalisasi dalam diri peserta didik. Pemaduan antar ide dalam satu mata pelajaran, memungkinkan peserta didik mereview,

15 22 mengonseptualisasikan dan mengasimilasikan, serta memungkinkan adanya transfer. b. Pembelajaran Tematik (Jaring Laba-laba) Untuk membedakan pembelajaran tradisional mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah dengan pembelajaran terpadu, berikut ini digambarkan perbedaanya oleh Mathews & Cleary (Sri Anitah, 2009:65). Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan : Tradisional - Tematik Terpadu Tradisional Tematik Terpadu Diarahkan guru Mata pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah Keterampilan diajarkan secara terpisah Kelas berjalan rutin dan sangat terstruktur Orientasi drill, pertanyaan tertutup Guru memilih tema, tetapi ada input dari peserta didik Unit dikembangkan dalam suatu tema Keterampilan diidentifikasi guru dan dikembangkan salam suatu tema Guru tetap mengontrol, tetapi input peserta didik diperhatikan Diskoversi terjadi dengan di tetapkan oleh guru Student-centered, topik dari peserta didik, program dinegoisasi Topik dipadukan lintas seluruh mata pelajaran dalam kurikulum Keterampilan diajarkan secara inklusif Tingkat fleksibilitas dalam lingkungan kelas dan metode, tinggi Diskoversi ditingkatkan, pertanyaan openended (Sumber: Peneliti, 2016 : 22)

16 23 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kelas tradisional, mata pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran tematik tema ditentukan oleh guru, namun masih memperhatikan pendapat peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu, peserta didik banyak didorong untuk berinisiatif (student-centered learning). Dengan pembelajaran tematik, guru memilih suatu topik atau tema, kemudian memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan sumber belajar yang luas, yang mempertimbangkan kebutuhan dan minat anak. Dengan itu model Problem Based Learning yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam pendekatan terpadu. Hal tersebut dikarenakan dalam pendekatan terpadu yang sudah dijelaskan diatas lebih menginginkan peserta didik yang harus berpartisipasi aktif kedalam pembelajaran yang dilakukan. Dan juga meningkatkan keterampilan peserta didik untuk mendukung hasil belajar yang maksimal. c. Problem Based Learning 1) Pengertian Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan sebuah masalah. PBL ini merupakan sebuah tipe pembelajaran yang meliputi masalah-masalah yang dipilih dan dirancang dengan cermat untuk menuntut upaya kritis peserta didik untuk menyelesaikan masalah, belajar mandiri dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Di bawah ini merupakan pengertian PBL menurut beberapa ahli, antara lain :

17 24 a) Menurut Ward dan Stepien PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ngalimun, 2012:89). Pemecahan masalah dengan metode ilmiah misalkan saja bisa dilakukan dengan merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterprestasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut dapat memberikan pengalaman kepada siswa tentang apa yang mereka pelajari dan juga mampu menerapkannya dalam kondisi nyata. b) Menurut Boud, Felleti dan Fogarty PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar (Ngalimun, 2012:89). Dengan ini pembelajaran PBL dimulai oleh adanya masalah kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam proses pembelajaran. c) Menurut Scott dan Laura PBL adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk

18 25 mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri (Paul E & Don K, 2012). Berawal dari masalah sehingga membuat siswa tertarik untuk memecahkan masalah tersebut dan memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, hal ini mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning adalah sebuah pembelajaran dengan fokus pemecahan masalah oleh peserta didik yang mampu meningkatkan cara berpikir dan juga partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, model Problem Based Learning mampu memadukan materi dengan kasus yang diberikan sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Ketika peserta didik mampu memahami materi yang dipelajari, maka peserta didik tersebut dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. 2) Karakteristik-karakteristik PBL Pelajaran dari Problem Based Learning ini memiliki tiga karakteristik yang dijelaskan oleh Scott dan Laura (Paul E & Don K,2012), antara lain :

19 26 Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah Tanggung jawab untuk memecahkan masalah adalah bertumpu pada siswa Pertama, pelajaran berawal dari satu masalah dan memecahkan masalah adalah tujuan dari masing-masing pelajaran. Ketika peserta didik itu bisa memadukan materi dengan masalah yang diberikan maka peserta didik mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan dikaitkannya dengan materi yang dipelajari. Sehingga, peserta didik pun mampu memahami materi yang dipelajar dengan mudah. Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah Kedua, siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Model Problem Based Learning biasanya dilakukan secara berkelompok, yang cukup kecil sehingga semua siswa terlibat aktif dalam setiap prosesnya. Dan setap peserta didik mendapatkan pembagian tugas yang merata sehingga mampu melatih keterampilan peserta didik itu sendiri dalam memecahkan sebuah masalah. Ketiga, guru menuntun upaya peserta didik dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat peserta didik berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang sangat professional untuk memastikan kesuksesan pelajaran Problem Based Learning. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Uden & Beaumont kelebihan PBL dalam Suprihatiningrum (2013:222) adalah

20 27 (a) Mampu mengingat dengan baik informasi dan pengetahuannya: (b) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan keterampilan komunikasi: (c) mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi: (d) menikmati belajar: (e) meningkatkan motivasi: (f) bagus dalam kerja kelompok: (g) mengembangkan belajar strategi belajar: (h) meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Jadi, menurut pendapat diatas peserta didik dalam melaksanakan PBL akan dapat dengan mudah mengingat apa yang dipelajari, dapat memecahkan suatu masalah yang diberikan, meningkatkan keaktifan dan juga mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Sedangkan kekurangan dalam model pembelajaran Problem Based Learning bahwa PBL tidak bisa diterapkan pada setiap materi pelajaran, karena ada materi yang harus disampaikan oleh guru. Selain itu, dalam suatu kelas terdapat tingkat pemahaman peserta didik yang berbeda-beda, sehingga terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. Dengan ini, PBL itu tidak dapat diterapkan dalam setiap mata pelajaran, hanya pembelajaran tertentu saja yang dapat diawali dengan sebuah permasalahan. 3) Langkah-langkah PBL Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran disekitaran masalah tersebut, dengan arti lain siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatian. Arend dalam (Ngalimun, 2012:95)

21 28 merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran, terdapat 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Perhatikan tabel berikut ini : Tabel 2.2 Tabel Sintaks Problem Based Learning Fase Aktivitas Guru Fase 1: Menjelaskan tujuan pembelajaran, Mengorientasikan peserta didik logistik yang diperlukan, pada masalah memotivasi peserta didik terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih Fase 2 : Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Membantu peserta didik membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Fse 3 : Mendorong peserta didik Membimbing penyelidikan individu mengumpulkan informasi yang maupun kelompok sesuai, melaksanakan eksperimen dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan Fase 4 : Membantu peserta didik Mengembangkan dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi Membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses pemecahan masalah proses-proses yang digunakan

22 29 selama berlangsungnya pemecahan masalah (Sumber : Peneliti, 2016: 28-29) Selain itu menurut Pannen dalam (Ngalimun, 2012:94) langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu : (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang telah ditetapkan dan (8) melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. Langkah mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. 4. Pembelajaran Sosiologi a. Pembelajaran Sosiologi di Kurikulum Dalam dunia pendidikan untuk saat ini ada dua kurikulum yang sedang dijalankan yaitu KTSP atau Kurikulum 2006 dan K 13 atau Kurikulum Kurikulum 2013 dijalankan oleh sekolah-sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 minimal satu tahun. Untuk sekolah yang belum siap menggunakan kurikulum 2013 diperbolehkan untuk menerapkan KTSP. Menurut Permendikbud No 69 Tahun 2013, menyatakan bahwa :

23 30 Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan Kelompok Peminatan dan pilihan Mata pelajaran antar Kelompok Peminatan Pada kurikulum 2013 pembelajaran sosiologi berada pada peminatan sosial atau program Ilmu-ilmu Sosial atau IIS. Sehingga, untuk peserta didik program MIA dapat mempelajari sosiologi dengan memilih program lintas minat. Sosiologi merupakan ilmu terapan dimana peserta didik diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sosiologi dalam kurikulum 2013 menekankan pada kegiatan 5M. Kegiatan 5M tersebut adalah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati, peserta didik melakukan pengamatan terhadap gambar atau video yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan. Setelah peserta didik melihat tayangan yang diberikan oleh guru, kegiatan selanjutnya adalah menanya. Pada kegiatan ini peserta didik diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang disampaikan. Untuk kegiatan ketiga yaitu mengeksplorasi, dalam kegiatan ini peserta didik diperbolehkan mencari informasi dari sumber lain untuk membantu mempermudah pemahaman materi. Selanjutnya adalah kegiatan mengasosiasi, kegiatan mengasosiasi ini merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan oleh peserta didik itu sendiri. Dan yang terakhir adalah mengkomunikasikan, kegiatan mengkomunikasikan ini peserta didik menyampaikan hasil pengamatan atau analisis yang telah dilakukan. b. Pokok Bahasan Sosiologi dalam Penelitian Berdasarkan Permendikbud No 69 Tahun 2013 kompetensi yang harus dicapai oleh peserta diidk adalah Kompetensi Inti (KI) dan

24 31 Kompetensi Dasar (KD). KI meliputi dari 4 aspek yaitu KI 1 berkenaan dengan sikap spiritual, KI 2 berkenaan dengan sikap sosial, KI 3 berkenaan dengan pengetahuan dan KI 4 berkenaan dengan keterampilan. Adapun KI dan KD berdasarkan Permendikbud No 69 Tahun 2013 baik kelas X, XI, dan XII peneliti cantumkan pada lampiran 3 halaman 120. Pokok bahasan yang peneliti gunakan sebagai materi pembelajaran dalam penerapan Problem Based Learning adalah materi bab pertama kelas X pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Materi bab 1 adalah Penyimpangan Sosial Budaya. Berikut merupakan tabel KD (Kompetensi Dasar) dan indikator pencapaian kompetensi dalam pokok bahasan dalam penelitian : Tabel 2.3 Materi pokok, Kompetensi Dasar, Indikator dan Pembahasan Materi Kompetensi Indikator Pembahasan Pokok Dasar Penyimpa ngan Sosial Budaya 3.4 Mengkaji adanya bentuk perilaku menyimpang atau sub kebudayaan menyimpang sebagai konsekuensi dari ketidakharmo nisan hubungan sosial Perilaku menyimpang : 1) Peserta didik mampu mendefinisikan pengertian perilaku menyimpang 2) Peserta didik mampu menjelaskan bentukbentuk perilaku menyimpang Perilaku menyimpang : Mengamati : mengamati gambar atau video tentang perilaku menyimpang yang ada dalam masyarakat Menanya : menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap bentuk-bentuk perilaku menyimpang Mengeksplorasi : mengidentifikasi bentuk-bentuk

25 32 perilaku menyimpang Mengasosiasi : menganalisis dan mendiskusikan bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat Mengkomunikasikan : mempresentasikan hasil diskusi Pengendalian sosial : 1) Peserta didik mampu mendefinisikan pengendalian sosial 2) Peserta didik mampu menjelaskan cara-cara pengendalian sosial 3) Peserta didik mampu menjelaskan proses pengendalian sosial 4) Peserta didik mampu menjelaskan lembaga pengendalian sosial Pengendalian sosial : Mengamati : Mengamati gambar atau video tentang pengendalian sosial yang dilakukan dalam masyarakat Menanya : Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang cara pengendalian sosial Mengeksplorasi : Mengidentifikasi proses pengendalian sosial Mengasosiasi : menganalisis dan mendiskusikan proses pengendalian sosial yang dilakukan Mengkomunikasikan :

26 33 (Sumber : Peneliti, 2016 : 31-33) Mempresentasikan hasil diskusi Berikut merupakan materi pembelajaran yang dipelajari dalam penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning. Dan penjabaran peta konsep berikut ini : Pengertian Perilaku Menyimpang Pengendalian Sosial Pengertian Perilaku Menyimpang Pengertian Pengendalian Sosial Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Cara-Cara Pengendalian Sosial Proses Pengendalian Sosial Lembaga Pengendalian Sosial Gambar 2.1 Peta Konsep Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial (Sumber: Peneliti, 2016: 33) B. Kerangka Berpikir Berdasarkan data awal yang diperoleh ketika kegiatan pra tindakan dikelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Surakarta, terdapat beberapa permasalahan yang timbul didalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Banyak pembelajaran yang ada tetapi dari sekian banyak model tersebut Problem

27 34 Based Learning dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sosiologi. Penggunaan model pembelajaran ini diharapkan keseluruhan peserta didik mampu memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut alur kerangka berpikir yang digunakan peneliti dalam menerapkan model Problem Based Learning : Peserta Didik Banyaknya peserta didik yang kurang fokus Kurangnya minat dan perhatian peserta didik Kurangnya keberanian peserta didik dalam menyampaikan pendapat Rendahnya hasil belajar peserta didik Kurangnya kolaborasi antara guru dengan peserta didik Guru kurang bisa mengkondisikan keadaan kelas Penerapan Problem Based Learning Siklus I Meningkatnya hasil belajar peserta didik Peserta didik mulai fokus terhadap proses pembelajaran Siklus I Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir(Sumber : Peneliti, 2016 : 34)

28 35 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu : Melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi di kelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Surakarta.

Dita Agnes Dekasari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dita Agnes Dekasari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 3 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dita Agnes Dekasari

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal dan konsep-konsep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dijawab dengan karya nyata oleh dunia pendidikan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning atau PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto JPF Volume 2 Nomor 1 ISSN: 2302-8939 46 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto Nurhayati. G Jurusan Pendidikan Fisika,Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sesuai kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Matematika memiliki peranan penting dalam ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual 1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urgensi pendidikan di Indonesia saat ini begitu menarik untuk diperbincangakan, mulai dari perjalanan pemerintah mengubah kurikulum hingga pelatihan-pelatihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Teori Belajar Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Pengertian Teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Ada tiga model pembelajaran yang dianjurkan dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain: Discovery Learning (DL), Problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 43 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( EFFORTS TO IMPROVE THE ABILITY TO SOLVE MATHEMATICAL PROBLEMS THROUGH PROBLEM-BASED LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan dari pendidikan pada era modern saat ini adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana cara untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian, bukan hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007:

Lebih terperinci

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Indah Panca Pujiastuti Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Sulawesi Barat e-mail:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) 11 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) Durinta Puspasari 1, Durinda Puspasari 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci