LABORATORIUM MEKANIKA TANAH & GEOLOGI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LABORATORIUM MEKANIKA TANAH & GEOLOGI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA"

Transkripsi

1 LABORATORIUM MEKANIKA TANAH & GEOLOGI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MANUAL PROSEDUR PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I

2 Daftar Isi Pengenalan Mineral... 3 Pengenalan Batuan Beku Pengenalan Batuan Sedimen Pengenalan Batuan Metamorf Profil Tanah

3 PENGENALAN MINERAL TUJUAN PRAKTIKUM Agar praktikan dapat mengenal dan pembentuk batuan atas dasar sifat-sifat fisiknya. memeri (mendiskripsi) mineral-mineral DASAR TEORI Mineral adalah benda bentukan alam, biasanya bersifat padat, mempunyai struktur dalam dan komposisi kimia (anorganik) tertentu dengan variasi komposisi kimia yang sangat terbatas. Komposisi kimia dan struktur dalam yang tertentu mengakibatkan mineral mempunyai sifat fisik tertentu pula, termasuk kecenderungan membentuk pola geometri tertentu atau berbentuk kristal. Dari 2000 mineral yang telah dijumpai, hanya beberapa mineral saja yang banyak dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan (lihat tabel Ia). Tabel 1. Mineral pembentuk batuan yang banyak dijumpai Kelompok Silikat Oksida Sulfida Karbonat Sulfat Pospat Elemen tunggal Mineral Kaya Fe Mg : Olivin, Piroksen (Augit), Amfibol (Hornblende), Garnet Miskin Fe Mg : Kwarsa, Felspar (Ortoklas, Plagioklas), Mika (Muskovit, Biotit), Talk, Klorit, Kaolinit. Hematit, Magnetit, Limonit, Spalerit Pirit, Kalkopirit, Galena Kalsit, Dolomit Gipsum, Anhidrit Apatit Perak, Belerang, Karbon Sifat-sifat fisik yang perlu diperhatikan dalam memeri mineral-mineral tersebut antara lain: warna, kilap, belahan, pecahan dan bentuk (yang dapat diamati dengan bantuan kaca pembesar dengan perbesaran 10 kali), cerat, kekerasan dan berat jenisnya. Mineral mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, tetapi tidak dapat diandalkan di dalam pemrian mineral, karena satu macam mineral dapat berwarna lebih dari satu, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoranya. Sebagai contoh, kwarsa dapat berwarna puth susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau deikian ada beberapa mineral yang berwarna khas, seperti olivin berwarna hijau pucat, galena berwarna abu-abu, azurit berwarna biru dan malasit berwarna hijau. 3

4 Cerat Yang dimaksud cerat ialah warna serbuk halus suatu mineral. Cerat dapat dipakai sebagai penciri suatu mineral, karena walaupun warna mineral beraneka ragam maka ceratnya selalu tetap. Untuk mendapatkan cerat, mineral digoreskan pada permukaan perselin yang tidak diberi lapisan pengkilap (unglazed) atau disebut keping cerat (streak plate). Perlu diperhatikan bahwa cerat yang dilihat terutama untuk mineral-mineral yang berkekerasan kurang dari 6 skala Mohs. Kilap Kilap ialah kenampakan permukaan mineral yang segar didalam memantulkan cahaya. Secara garis besar kilap mineral dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kilap logam, nampak seperti permukaan logam yang telah digosok. b. Kilap bukan logam yang dibedakan menjadi beberapa : c. Kilap tanah (permukaan suram seperti tanah) d. Kilap minyak (permukaan seperti minyak) e. Kilap sutera f. Kilap kaca (permukaan seperti kaca) g. Kilap intan (permukaan sangat mengkilap) Kekerasan Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Sifat ini sangat berhubungan erat dengan struktur kristal dan ikatan atomnya. Untuk mengukur kekerasan nisbi, dua mineral digoreskan, maka mineral yang lebih keras akan menggores mineral yang lebih lunak. Guna kepentingan pemerian mineral, tolok ukur kekerasan telah dibuat. Tolok ukur tersebut oleh Friedrich Mohs dari Jerman yang dikenal sebagai Skala Mohs yang terdiri dari 10 kekerasan tidak seragam. Sebagai contoh bila diambil nilai mutlaknya maka kekerasan intan akan 42 kali kekerasan talkum. Kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh keanekaragaman komposisi (kimia) mineral, sehingga mengakibatkan mineral yang sama kadang-kadang lebih keras atau lebih lunak daripada kekerasan normalnya. Dianjurkan didalam melakukan pengukuran kekerasan dilakukan pada permukaan yang segar/tidak lapuk. 4

5 Tabel 2: Skala kekerasan mineral menurut Mohs Mineral Pokok Skala Mohs Benda sehari-hari Intan 10 - Korundum 9 - Topas 8 - Kwarsa 7 - Ortoklas 6 Pisau baja (6) Apatit 5 Pecahan kaca (5,5) Fiourit 4 Uang logam (3,5) Kalsit 3 Kuku jari (2,5) Gipsum 2 - Talkum 1 - Belahan Kekuatan ikatan atom didalam struktur kristal tidak seragam kesegala arah, apabila mineral dikenai gaya (pukulan) maka mineral akan pecah sesuai dengan arah ikatan atom yang lemah. Ikatan atom yang lemah biasanya membentuk suatu bidang, sehingga belahan selalu membentuk bidang yang rata. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belaha akan nampak berjajar teratur dan mempunyai arah tertentu. Arah bidang belah bisa 1 arah (mika), 2 arah (felspar, pirksen, amfibla), 3 arah (galena, kalsit, dolomit), 4 arah (fluorit) dan 6 arah (spalerit). Pada gambar (Gamb.1) dibawah memperlihatkan hubungan struktur dalam kristal dan belahan pada mineral piroksen dan amfibola. Ujung Rantai Tunggal Tetrahedra Silika PIROKSEN Ujung Rantai Ganda Tetrahedra Silika AMFIBOL Perlu diperhatikan perbedaan antara bidang belah dengan muka kristal. Bidang belah terjadi karena terdapat bidang ikatan lemah di dalam struktur kristal, sedang muka-muka kristal merupakan cerminan geometri struktur kristal. PECAHAN Beberapa mineral mempunyai tenaga pengikat atom di dalam struktur kristal sangat kuat, sehingga bidang belah tidak tampak dan mineral tersebut akan cenderung pecah menuruti pola yang tidak teratur. Pecahan yang tidak teratur ini disebut pecahan. 5

6 Perbedaan pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaannya dalam memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah. Jenis pecahan yang banyak dijumpai adalah : Pecahan kerang (conchoidal): pada permukaan pecahan nampak bergelombang memusat, seperti kenampakan kulit kerang atau botol yang pecah sebagai permukaannya. Pecahan berserat/berserabut (splintery/fibrous) : bila pada permukaan pecah nampak gejala serabut seperti batang bambu atau kayu yang patah. Pecahan rata (even): bila permukaan pecahan nampak rata. Pecahan rata ini biasanya merupakan bidang belahannya. Pecahan tidak rata (uneven/irreguler): bila permukaan pecahan nampak tidak rata, seperti permukaan bata yang pecah. Suatu jenis mineral tertentu dapat mempunyai belahan dan pecahan, mineral lain hanya mempunyai belahan saja dan yang lain hanya mempunyai pecahan saja. BENTUK Secara garis besar dapat dibedakan bentuk teratur (kristalin) dan bentuk tidak teratur (amorf). Bentuk Teratur dikendalikan oleh sistem kristalnya. Sistem kristal tersebut : Kubik Hexagonal Trigonal Tetragonal Ortorombik Monoklin Triklin Untuk lebih jelasnya tentang sistem kristal beserta keanekaragaman bentuk kristalnya. Bentuk tidak teratur ialah bentuk-bentuk yang tidak nampak didalam pola yang teratur. Bentuk tak teratur bisa disebabkan oleh : Muka kristal pada mineraal tidak berkembang baik. Mineral tersusun oleh kristal-kristal yang sangat halus (cryptocristalline), contoh : kalsedon. Atom penyusun mineral tidak tersusun didalam pola yang teratur (amorf), contoh : opal. 6

7 Tabel 3: Bentuk kristal dan contoh mineral SISTIM SUMBU CONTOH BENTUK KRISTAL CONTOH MINERAL KUBUS = = = 90 a = b = c Pirit Intan Galena Halit Fluorit Casiterit Zirkon TETRAGONAL = = = 90 a = b c HEXAGONAL = = = 120 = 90 a = b c Grafit Apatit Kwarsa TRIGONAL = = = 120 = 90 a = b c Calsit Magnesit Siderit Kwarsa Ilmenit Dolomit Turmalin 7

8 Tabel 3: Bentuk kristal dan contoh mineral (lanjutan) SISTIM SUMBU CONTOH BENTUK KRISTAL CONTOH MINERAL Serisit Anhidrit Olivin Topas Ortorombik = = = 90 a b c Monoklin = = 90 0 ; 90 a b c Azurit Malasit Gipsum Amfibola Mika Triklin 90 a b c Albit Anortit Catatan : Walaupun mineral berbentuk teratur, keraturannya tidak selalu dikendalikan oleh sistem kristalnya, tetapi dapat terkendali oleh belahannya. Sebagai contoh adalah kelompok mika yang bersistem monoklin. Bila terdapat hal-hal seperti itu dan hal tersebut sangat membantu pemerian mineral, maka kenampakan yang menyolok tersebut dapat dimasukkan sebagai bentuk mineral. Bentuk tersebut dapat berupa: lembaran (mika), berserat (serpentin, asbes). 8

9 8. BERAT JENIS (Specific Gravity) Berat jenis mineral adalah perbandingan berat mineral terhadap berat air pada hitungan air yang sama. Untuk pemerian mineral secara ambil lalu dapat diperkirakan dengan cara menimangnimangnya di tangan. Mineral-mineral yang berat jenis besar antara lain : galena 7,5 ; pirit 5; sedangkan mineral-mineral pembentuk batuan yang umum seperti kwarsa, feldspar, kalsit mempunyai berat jenis sekitar 2.6 2,8. CARA DAN URUTAN KERJA Buatlah tabel dengan kolom yang berketerangan Nomor Urut, Nomor Peraga,, Kilap, Kekerasan, Cerat, Bentuk, Belahan, Pecahan, Ciri Khas, Mineral dan Komposisi Kimia, Amatilah peraga mineral dengan baik dan menyeluruh. Tentukan warna, kilat dan bentuk mineral dan seterusnya sampai tabel yang telah ditentukan terisi. Untuk menguji kekerasan, peraga yang sedang diamati anda gores dahulu dengan kuku jari, apabila kuku jari anda tergores mak lakukan dengan skala mohs nomor 7 (kwarsa), kemudian kebawah sampai ditemukan nilai kekerasannya. Apabila mineral yang anda uji tergores dengan kuku jari, maka goreslah dengan skala mohs nomor 2 (gipsum). Untuk mengetahui ceratnya anda lihat bersamaan dengan menguji kekerasan. Sedangkan untuk mengetahui ciri khas anda bandingkan dengan benda yang sering anda jumpai sehari-hari. Untuk mengetahui nama mineral dan komposisi kimianya, ikutilah petunjuk dibawah. Perhatikan kilat mineral, metalik, atau non metalik. o Bila metalik, bandingkan degan daftar ciri-ciri pada halaman 8. o Bila Non metaik perhatkan warnanya, gelap atau cerah. Bila gelap perhatikan daftar ciri-ciri mineral pada halaman 9. Bila berwarna cerah perhatikan daftar halaman 10. Tahap berkutnya perhatikan ciri-ciri lain kecuali kekerasan dan cerat mineral. 9

10 CIRI CIRI FISIK MINERAL KILAT METALIK WARNA HARD CERAT BELAHAN PECAHAN SG Abu-abu gelaphitam Abu-abu logam, hitam atau coklat gelap Kuning, coklat atau hitam 6 Hitam - - 5,2 5-6, 5 5-5,5 Coklat kemerah - merahan Kuning kecoklat an (?) Jarang (?) ,5-4 CIRI LAIN / KETERANGAN -Kristal oktahedral biasaterdapat sebagai masa granul. - Kemagnitan Agregasi:granul,bers erat, lembaran Berserat radial NAMA- MINERAL MAGNETIT Fe 3 O 4 HEMATIT Fe 3 O 3 LIMONIT Fe 2 O 3.H 2O Hitam kehijaua n Hitam kehijauhijauan Kadangkadang pudar Kuning (kekuningan Kuning emas 6-6, 5 4 Jarang (?) ,3 Kristal kubus, agregasi:granul Kadang-kadang nampak noda ungu. Abu-abu perak 2,5 Abu-abu 3 arah - 7,6 - Abu-abu logam 1 Hitam Permukaan terasa berminyak Dapat untuk menulis kertas. PIRIT Fe.S2 KALKOPIRIT Cu Fe S2 GALENA Pb S GRAFIT C. 10

11 KILAT NON METALIK Gelas Gelas Damar WARNA GELAP Hijau gelap-hitam Hijau gelap - hitam coklat Hijau zaitun Merah, coklat, atau kuning Coklat sampai hitam Coklat kekuningan CIRI CIRI FISIK MINERAL HARD CERAT BELAHAN PECAHAN SG 6-2 arah 3,5 6-2 arah 60 o atau 120 o 3-3,5 6, Konkoidal 3,5-4,5 7-7,5 - - Konkoidal 3,5-4,5 2,5 3 - Transparenttranslucent Kristal mempunyai bid.12 yg baik Hijauhijau gelap 3,5 4 1 arah sempur na - 3-3,5 CIRI LAIN / KETERANGAN Kristal berbentuk prisma pendek bersisi 8 Kristal berbentuk prisma panjang bersisi 6. Tipis,fleksibel lembaran elastis 2-2,5 1 arah - 2,5-3,5 Tidak elastis -Coklat kekuningan - putih 6 arah NAMA MINERAL Kelompok PIROKSEN (AUGITE yg. banyak dijumpai) Kelompok AMFIBOL (HORNBLENDE yg sering banyak dijumpai) OLIVIN (Fe,Mg) 2 Si O 4 GARNET (Silikat Fe,Mg,Ca,Al) KLORIT BIOTIT K(Mg,Fe)3A Si 3O 10 (OH) 2 SPALERIT ZnS Suram (?) Merah 1,5 Merah Seperti tanah HEMATIT Fe 2O 3 Coklat LIMONIT Fe kekuningan Coklat 2O 3.H 2O. Tanah 1, Kompak sampai kekuningan coklat tua Mutiara atau kaca Mutiara atau kaca Kaca - berlemak Merah daging atau hijau Putih, abuabu biru Putih susu (banyak dijumpai) Kaca (?) Putih 2 Putih Kaca (?) Kaca Tak berwarna putih, kuning pucat. Putih, merah jambu 6-6,5 Putih 2 arah Rata 2,5-6-6,5-2 arah - 2,5 7 Putih - Konkoidal 2,65 3 Putih 3,5-4 Putih arah sempurna, 2 arah yg lain kurang baik Fibrous splinteri 2,3 3 arah 75 o - 2,7 3 arah seperti kalsit 1 arah sempurna - 2,8-2,8 Mutiara Hijau-putih 1-1 arah - 2,8 Putihmerah Tak berwarnaputih Tak berwarna,kuning 1, ,5-3 arah arah 3 Pada bidang belahan mnampak striasi Transparantranslusen. Kristal prisma bersisi 6 Tidak elastis transparan Transparantranslusen ; berbuih dengan HCL Larut dgn HCL bila telah berupa tepung kristal dibatasi oleh bidang rombik Lembarlembartipis dan elastis, bila tipis transparan dan tidak berwarna Kadang-kadang kompak. Diraba terasa seperti sabun. Seperti tanah, plastis bila basah,dan bau tanah. Rasa asin, larut dalam air. Kristal kubus, transparant ORTOKLAS (Kalium feldspars) K AlSi 3O 8 PLAGIOKLAS NaAlSi 3O 8-CaAl 2Si 2O 8 KWARSA Si O 2 GIPSUM CaSO 4.2H 2O KALSIT CaCO 3 DOLOMIT Ca, Mg (CO 3) 2 MUSKOPIT K Al 2 Al Si 3O 10(OH) 2. TALK Mg 3Si 4O 10(OH)2 KAOLINIT, Al 4Si 4O 10(OH) 8 HALIT Na CL Flourit Ca F 2 11

12 FORMULIR DISKRIPSI MINERAL GAMBAR Cerat Kilap Kekerasan Belahan Pecahan Berat Jenis dan Kerapatan Kemagnitan Daya Hantar Panas Indeks Bias Daya Simpan Cahaya Bentuk Kristal Keterangan Cerat Kilap Kekerasan Belahan Pecahan Berat Jenis dan Kerapatan Kemagnitan Daya Hantar Panas Indeks Bias Daya Simpan Cahaya Bentuk Kristal Keterangan Cerat Kilap Kekerasan Belahan Pecahan Berat Jenis dan Kerapatan Kemagnitan Daya Hantar Panas Indeks Bias Daya Simpan Cahaya Bentuk Kristal Keterangan KETERANGAN Tanggal Praktikum : Kelompok : Asisten : 12

13 PENGENALAN BATUAN BEKU 1. TUJUAN PRAKTIKUM Agar praktikan dapat mengenal, memeri dan memberi nama batuan beku atas dasar sifat kimia dan ciri fisiknya dengan cepat. 2. DASAR TEORI Batuan ialah kumpulan (agregasi) mineral yang terbentuk oleh alam, baik yang sudah mengalami konsolidasi sehingga keras ataupun yang lunak dan sebagai pembentuk kulit bumi. Atas dasar terbentuknya / cara terjadinya, batuan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : Batuan beku Batuan sedimen / endapan Batuan metamorf / malihan Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, baik dipermukaan bumi atau dibawah permukaan bumi. Klasifikasi batuan beku pada umumnya didasarkan atas dua komponen, yaitu komposisi mineral dan teksurnya. Dari komposisi mineral dapat ditafsirkan komposisi magma asal dan dari tekstur dapat ditafsirkan sejarah pendinginan magmanya. Komposisi Mineral Batuan Beku Mineral yang sering dijumpai sebagai penyusun batuan beku (mineral utama) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mineral kaya unsur silika alumina dan mineral kaya unsur besi, magnesium dan calsium. Kelompok mineral lain yang juga sebagai penyusun batuan beku (mineral pelengkap) adalah kelompok felspathoid dan kelompok mineral oksida. Kelompok mineral utama tersebut adalah : Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumunia dengan warna yang cerah dan biasa disebut dengan mineral asam (felsik), kecuali Plagioplas (Ca). Kwarsa : jernih, putih atau seperti gelas tanpa belahan. Muskovit : jernih sampai coklat muda, belahan satu arah sehingga nampak sebagai lembaran-lembaran. Ortoklas : putih, merah daging (pink), belahan 2 arah saling tegak lurus. Plagioklas : putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang belah. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, warna gelap dan biasa disebut sebagai mineral basa( mafic) : 13

14 Olivin : kuning kehijauan (olive), kristal kecil seperti gula pasir. Piroksin : hijau tua \, hitam suram, pendek, (augit) belahan 2 arah tegak lurus. Amfibol : hitam mengkilat, panjang, belahan 2 arah Biotit : hitam, belahan 1 arah sehingga nampak sebagai lembaran-lembaran. Sifat Kimia Batuan Beku Atas dasar sifat kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi : bantuan beku ultra basa, batuan beku basa, batuan beku sedang dan batuan beku asam. Batuan beku ultra basa banyak mengandung mineral- mineral mafik, berwarna sangat gelap. Secara kimia mempunyai kandungan SiO 2 kurang dari 36 %. Batuan beku basa berwarna gelap, mengandung mineral mafik cukup banyak dan sedikit mineral felsik (dari kelompok plagioklas). Secara kimia mempunyai kandungan SiO 2 antara %. Batuan beku sedang berwarna abu-abu kehijauan, abu-abu kecoklatan dan abu-abu gelap. Mineral penyusun dari kelompok felsik dan mafik relatif seimbang. Secara kimia mempunyai kandungan SiO 2 antara %. Batuan beku asam berwarna cerah, tesusun oleh mineral mineral felsik dan sedikit mineral mafik. Secara kimia mempunyai kandungan SiO 2 lebih dari 66 %. Tekstur Batuan Beku Tekstur batuan adalah hubungan antar penyusun batuan. Tekstur batuan sangat ditentukan oleh ukuran, bentuk dan susunan butir mineral didalam batuan. Tekstur batuan beku berkembang tergantung kecepatan pendinginan magma dam komposisinya. Magma yang terletak jauh didalam kulit bumi akan mengalami pendinginan dengan lambat, sehingga suatu kristal mendapat kesempatan tumbuh dengan baik dan berukuran lebih kurang seragam, mencapai beberapa centimeter, sebaliknya pendinginan yang cepat tidak akan memberikan kesempatan kristal tumbuh sehingga ukurannya kecil-kecil dan batuannyapun kadang-kadang nampak masif dan tanpa struktur. Bila sejarah pendinginan magma cukup komplek, akan terjadi pendinginan lambat yang diikuti pendinginan cepat, maka memungkinkan terbentuk kristal-kristal yang berbeda ukurannya. Disamping hal tersebut diatas, ukuran kristal dipengaruhi pula oleh kekentalan magmanya. Dari magma kental berkembang kristal-kristal berukuran kecil sedang dari magma yang lebih cair akan berkembang kristal-kristal berukuran lebih besar. Kekentalan magma sangat tergantung dari komposisi dan juga kandungan gasnya. Magma yang banyak mengandung silika, akan lebih mental dibanding magma yang mengandung sedikit silika, demikian pula magma yang banyak mengandung unsur gas akan lebih cair. 14

15 Tekstur batuan beku dibedakan atas lima macam : FANERIK (KASAR) : Masingmasing kristal penyusun batuan dapat dilihat dengan mata telanjang dan mempunyai besar butir yang relatif seragam. PORFIRITIK arti kata lain ialah sekelompok mineral besar dikelilingi oleh mineral yang berukuran lebih kecil. Mineral yang berukuran lebih besar disebut MINERAL SULUNG (fenokris), sedang yang berukuran kecil disebut MASA DASAR (ground mass). Bila masa dasar dapat dibedakan dengan mata telanjang maka teksturnya disebut FANEROPORFIRITIK. Bila masa dasar sangat halus sehingga tak dapat dibedakan dengan mata telanjang (afanitis) maka teksturnya disebut PORFIROAFANITIK. AFANITIK (HALUS) : mineral penyusun batuan berukuran sangat halus sehingga tak dapat dibedakan dengan mata telanjang. GELAS : batuan beku bertekstur gelasan tersusun semata-mata oleh gelas yang susunan atomnya tidak teratur, tidak seperti susunan atom pada kristal. Dibedakan atas dasar strukturnya; amigdaloidal (berongga yang terisi mienral lain) biasanya akan memberikan pecahan yang conchoidal dan vesikular (berongga dan saling berhubungan). FRAGMENTAL : Tersusun dari fragmen-fragmen batuan yang merupakan hasil erupsi gunung api. 15

16 3. CARA KERJA Perhatikan dengan baik contoh batuan dan tentukan warna batuan secara keseluruhan. Tentukan sifat kimia batuan dengan cara menentukan jumlah prosentase (%) mineral gelap, sehingga dapat ditentukan bahwa batuan : Asam, bila sedikit mineral gelapnya, umumnya berwarna cerah. Sedang, bila mineral gelapnya hampir 50%, umumnya bearwarna abu-abu gelap. Basa bila mineral gelapnya lebih dari 70 %, tetapi masih dijumpai beberapa mineral cerah, berwarna gelap bahkan hitam. Ultra basa apabila batuan hampir seluruhnya tersusun oleh mineral gelapnya, berwarna sangat gelap. Tentukan tekstur batuan dengan melihat keseragaman ukuran butir terlebih dahulu, kemudian ukuran butirnya, apakah kasar atau sangat halus. Hasil pengamatan 1 s/d 3 masukkan dalam tabel sehingga dapat ditentukan nama batuannya. Untuk penamaan batuan beku yang bertekstur afanitik ataupun porfiro afanitik biasanya agak sulit, maka senagai pegangan : Bila kwarsa atau ortoklas tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya Rhyolit Bila amfibola (hornblende) tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya andesit. Bila piroksen atau olivin tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya basalt. 16

17 KLASIFISIKASI BATUAN BEKU (IAEG 1981, DENGAN MODIFIKASI) Sifat Kimia Komposisi Mineral Asam (Felsik) Sedang (intermediate) Basa (mafic) orthoklas kwarsa plagioklas muskovit piroksin biotit hornblend Ultra Basa (ultra mafic) olivin Tekstur Porfiritik Tekstur Glassy Fanerik (kasar) Faneroporfiritik Granit porfir Mikrodiorit Diorit porfir Gabro porfir Porfiroafanitik Rhyolit porfir Dasit porfir Andesit porfir Basalt porfir Afanitik (halus) Afanitik (halus) Komposisi Amigdaloidal Vesikular Cerah Sedang (kelabu) Gelap Sangat Gelap Granit Granodiorit Diorit Gabro Rhyolit Dasit Andesit Basalt Terutama dari gelas vulkanik Obsidian Pumis Skoria Peridotit Piroksinit 17

18 FORM DATA ANALISIS BATUAN BEKU GAMBAR Tekstur Struktur Sifat Kimia Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Sifat Kimia Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Sifat Kimia Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Sifat Kimia Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Sifat Kimia Komposisi Mineral Ciri Khas KETERANGAN Tanggal Praktikum : Kelompok : Asisten : 18

19 PENGENALAN BATUAN SEDIMEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Agar praktikan dapat memeri (mendiskripsi), mengklasifikasikan dan memberi nama batuan sedimen berdasarkan sifat fisiknya. 2. DASAR TEORI. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil litifikasi (pembatuan) hancuran batuan lain atau larutan kimiawi, atau pertumbuhan binatang pada suatu lingkungan pengendapan. Dalam pengertian batuan, litifikasi tidak harus menghasilkan batuan yang keras. Proses litifikasi diawali transportasi material, sedimentasi, kompaksi, sementasi dan litifikasi. Lingkungan pengendapan yang dimaksud tidak harus di air, tetapi dapat juga di darat. Kalau dilihat dari proses pembentukan batuan sedimen, maka komposisi batuan sedimen terdiri atas : pecahan batuan (detritus) mineral fosil ( sisa kehidupan) Klasifikasi batuan sedimen didasarkan atas tekstur, dimana tekstur tersebutmerupakan pencerminan proses pembentukan (asal muasal) batuan sedimen. Berdasarkan cara terbentuknya, batuan sedimen diklasifikasikan menjadi dua yaitu : batuan sedimen klastik batuan sedimen non klastik Batuan Karbonat Batuan sedimen klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil litifikasi hancuran batuan yang sudah ada sebelumnya, baik batuan beku, metamorf maupun batuan sedimen. Proses pembentukan batuan sedimen klastik Dalam pembentukan batuan sedimen bertekstur klastik, prosesnya melalui 2 tahap, yang meliputi tahap pembentukan endapan dan pembentukan batuan sedimen. Gambaran proses pembentukan batuan sedimen klastik dapat dilihat pada gambar di bawah.kenampakan batuan sedimen klastik ini dicirikan oleh beberapa faktor, yakni : Ukuran butir terdiri dari berbagai macam ukuran, mulai dari lempung sampai bongkah. Komposisi terdiri dari pecahan batuan, fosil, dan mineral. 19

20 Proses pembentukan endapan Batuan yang telah ada (batuan beku, batuan sedimen, dan atau batuan metamorf) mengalami proses pelapukan (weathering) erosi (erosion), pengangkutan (transportation), kemudian diendapkan (deposition) pada suatu tempat yang disebut sebagai lingkungan pengendapan. Proses pembentukan batuan sedimen Sedimen yang telah terendapkan itu akan mengalami beberapa proses sebagai berikut : Pemampatan (desication) : keluarnya air dari rongga batuan Pemadatan (compaction) : memadatnya massa endapan karena pengisian semen. Sementasi (cementation ) : endapan tersebut akan tersemenkan oleh larutan kimia (karbonat, silika, oksida besi) Pembatuan (litification) : membatunya endapan yang telah kompak. Struktur Dalam batuan sedimen ini terdapat berbagai kenampakan susunan butir (struktur), yang disebut sebagai struktur sedimen. Struktur ini terbentuk bersama-sama dengan berlangsungnya pembentukan batuan sedimen tersebut, atau dikenal dengan struktur primer. Struktur yang sering dijumpai pada batuan sedimen adalah : Struktur berlapis ( bedded ) : Yaitu struktur yang yang menampakkan adanya lapisan-lapisan, kenampakan ini terbagi dalam : berlapis sejajar ( paralel bedding ) berlapis simpang siur ( cross beding ) berlapis tersusun ( graded bedding ) Laminasi : lapisan yang tipis, ketebalan 1 cm Kenampakan struktur berlapis disebabkan oleh beberapa hal yaitu perbedaan warna tekstur perbedaan komposisi porositas 20

21 Struktur berfragmen : Adalah struktur yang menunjukkan adanya perbedaan ukuran butir dan jenisnya. Dimana hal ini mencirikan adanya pencampurab material saat sedimentasi berlangsung. Dalam struktur ini akan dijumpai fragmen, matriks dan semen. Struktur berfosil Bila nampak adanya fragmen fosil dalam batuan tersebut. Fosil tersebut bermacam-macam. Struktur kompak Bila tidak dijumpai lapisan lapisan dan ternayata ukuran butirnya seragam atau hampir seragam. Klasifikasi dan penamaan Klasifikasi dan penmaan batuan sedimen klastik didasrkan pada ukuran butir, bentuk butir, struktur dan komposisi. Cara penamaan tersebut adalah sebagai berikut : Ukuran Butir : (menurut WENTWORTH, 1922) 256 mm : bongkah ( boulder ) mm : brangkal ( cable ) 4-64 mm : kerakal ( peble ) 2-4 mm : kerikil ( granula ) ½ - 2 mm : pasir kasar ( coarse sand ) ¼ - ½.mm. : pasir sedang ( medium sand ) 1/16 - ¼ mm : pasir halus ( fine sand ) 1/256 1/16 mm : lanau ( silt ) 1/256 mm : lempung( clay ) Cara penamaan ukuran butir yang lain adalah : mm : rudit 1/16-2 mm : arenit 1/256 1/16 mm : lutit Bentuk butir, Berlaku untuk ukuran butir 2 mm, yakni : membulat : konglomerat meruncing : breksi ( breccia ) Komposisi, didasarkan pada kandungan mineral yang menonjol Contoh: karbonatan : batu lempung karbonatan Batu lempung gampingan kwarsa : konglomerat kwarsa, dll 21

22 Batuan sedimen non klastik (kimia dan biokimia) Adalah batuan sedimen yang terbentuk dari litifikasi larutan kimia atau hasil pertumbuhan binatang. Batuan sedimen nonklastik ini sering dijumpai bersama-sama dengan batuan sedimen klastik. Komposisi batuan sedimen nonklastik pada umumnya terdiri dari satu macam mineral. Tekstur batuan ini dicirikan oleh : Kenampakan interlocking (saling menutupi): yaitu kenampakan individu mineral yang amat besar ukurannya atau bahkan amat kecil, yang saling mengunci sehingga tidak ada kenampakan pori-pori ( lubang ). Kenampakan kristalisasi : nampak ada pertumbuhan kristal-kristal. Proses pembentukan sedimen non klastik Batuan sedimen non klastik ini mengalami proses pembentukan sebagai berikut : Akumulasi larutan kimiawi atau organik kimiawi, antara lain : karbonat, silika, oksida besi, garam-garam atau karbon. Pertumbuhan kristal ( cristalization ) Pemampatan: keluarnya air (pelarut) Pembatuan. Struktur Struktur batuan sedimen nonklastik pada umumnya ditentukan oleh komposisi kimia dan lingkungan pendendapan. Struktur batuan non klastik yang umum dijumpai adalah struktur masif. Struktur lain yang sering dijumpai adalah : Nodul (bentuk membulat panjang) Konkresi (bulat tidak teratur) Bended (berlapis karena perbedaan warna) Klasifikasi dan penamaan Klasifikasi batuan sedimen non klastis didasarkan atas komposisi kimia larutan asal: Karbonat : kalsit dolomit Silika : chert (rijang) diatom radiolarit Oksida besi : nodule mangan atau konkresi besi Karbon : gambut, lignit, batubara Garam : gipsum, halit, anhidrit Gambar : bebeapa jenis batuan sedimen non-klastik 22

23 Batuan Karbonat Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping. Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari pra-kambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat pra- Kambrium dan Paleosen umumnya dikuasai oleh batudolomit. Di alam batuan karbonat menempati 1/5 1/4 dari seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat. Reservoar karbonat di Timur Tengah merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi migas yang besar. Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan beberapa di antaranya terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi laut dangkal tropis. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat melimpah. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat. Komposisi Batuan Karbonat Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement. 1). Non Skeletal Grain, terdiri dari : Ooid dan Pisolid, Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm disebut pisoid. Peloid, Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal Ukuran dari peloid antara 0,1-0,5 mm. 23

24 Pellet, Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme. Agregat dan Intraklas. Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat. 2). Skeletal Grain Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping. 3). Lumpur Karbonat dan Micrite. Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang dari 4 um. Micrite dapat mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik mikrospar yang kasar. 4). Semen Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, sulfat atau oksida besi. Lingkungan Pengendapan Karbonat Menurut Tucker tahun 1985 dijelaskan bahwa endapan karbonat pada laut dangkal terbentuk pada 3 macam lokasi yaitu platform, shelf, dan ramps. Fasies karbonat ramp Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar yang dibangun pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang tidak signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi transportasi yang besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal 24

25 Fasies karbonat platform Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat yang sangat besar dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan langsung dengan shelf margin. Sedimen sedimen terbentuk dengan energi yang tinggi. Fasies Shelves Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit ratusan meter sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan adanya break slopepada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka (Force reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back reef). 25

26 Model Terumbu Karbonat Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang cepat dari pola fasies karbonat. Pola pertama yang dicari oleh kebanyakan interpreter adalah bentuk mound yang merepresentasikan reef. Beberapa contoh dengan seismik yang bagus adalah karbonat Cretaceous di timur laut Amerika Serikat dan Teluk Meksiko, karbonat Jurassic di Maroko, karbonat Miosen di Papua Nugini dan karbonat Permian di Texas Barat. Beberapa buildup dapat mencapai ketinggian melebihi 1000 meter. Salah satu signature kunci adalah adanya refleksishingled kecil yang miring ke arah lingkungan paparan (shelf). Ini adalah hasil dari transpor endapan karbonat oleh badai dan arus dari puncak reef menuju bagian dalam platform. Signature internal dari buildup biasanya adalah hilangnya amplitudo dan kemenerusan walaupun ini tidak selalu benar. Karena kemiringan utama dari slope karbonat dapat melebihi 30 0 maka transisi dari buildup ke slope bagian atas dapat terjadi secara mendadak. 26

27 CARA KERJA Amatilah contoh batuan dengan baik dan tentukan warnanya. Tentukan tekstur batuan sedimen, apakah klastik atau nonklastik, berdasarkan ciri masing-masing tekstur. Apabila mempunyai tekstru klastik, tentukan ukuran butirnya. Kalau ukuran butirnya lebih dari 2 mm, anda harus menentukan butirnya, apakah membulat atau meruncing. Setelah tahu ukuran butirnya tentukan komposisinya, apakah bersifat karbonatan atau tidak. Untuk menentukan karbonat atau tidak, gunakan larutan HCL, apabila bereaksi berarti mempunyai komposisi karbonat, Karena batasan batu gamping atau tidak ditentukan dari jumlah karbonat yang mencapai 50 %, maka dapat dibantu dengan mengamati warna batuan. Apabila berwarna putih, putih kekuningan sampai kecoklatan, maka dapat anda anggap batuan tersebut adalah batu gamping. Apabila bertekstur non klastik maka anda tidak perlu menentukan ukuran butir, tetapi cukup menentukan ukuran kristal apakah halus, sedang atau kasar dan komposisi mineral. Dari diskripsi nomor 1 s/d 5 kemudian masukkan dalam tabel klasifikasi sehingga diketahui namanya. 27

28 Lutaceous / Argiliaceous Batu napal Ukuran Butir Dominan (mm) Aranaceous Rudaceous Batu gamping terumbu LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN (IENG 1981, DENGAN MODIFIKASI) ASAL NUASAL KLASTIK KARBONAT NON KLASTIK STRUKTUR UMUM KOMPOSISI > , ,062-0,004 Butiran Halus >0,004 Butiran sangat kasar Butiran kasar Butiran Sedang Butiran sangat halus Mekanik : laminasi, berlapis, gradasi, silangsiur, dsb Biogenik dan mekanik Masif, monomineral pecahan batuan, kuarsa, feldspar, - > 50% butiran karbonat Garam Karbon mineral lempung, fosil, dsb - fosil Karbonat Silika BATUAN GARAM Butiran terdiri pecahan batuan - Halit - Anhidrit membundar : konglomerat - Gipsum - Barit Kalsirudit meruncing : breksi BATUAN KARBONAT - Kalsit - Dolomit - Aragonit Butiran terdiri dari pecahan batuan, mineral BATUAN SILIKA dan fosil kecil - Rijang Kalkarenit Batupasir - Flint - Calsendon - Batu lumpur / > 50% butiran halus BATUAN KARBON mudstone Batulanau - Shale (Batu lumpur berlapis > 50% butiran sangat halus Batulempung Kalsilutit - Gambut - Lignit - Batubara 28

29 FORM DATA ANALISIS BATUAN SEDIMEN GAMBAR Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas KETERANGAN Tanggal Praktikum : Kelompok : Asisten : 29

30 PENGENALAN BATUAN METAMORF 1. Tujuan Praktikum Agar mahasiswa dapat mendiskripsi dan menentukan nama batuan metamorf berdasarkan sifat fisiknya. 2. Dasar Teori Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada lebih dahulu. Proses metaforfisme (rekristalisasi) adalah proses perubahan mineral dan tekstur/ struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan suhu yang tinggi didalam kerak bumi. Pada metaforfisme tidak terjadi perubahan komposisi kimia yang berarti, kecuali penambahan atau pengurangan unsur H (hidrogen) dan O (Oksigen) dalam bentuk H 2 O (air) atau OH (hidroksil). Berdasarkan proses pembentukan, metaforfisme dapat dibedakan atas : Metaforfisme sentuh : metaforfisme yang terjadi akibat intrusi magma. Perubahan yang terjadi terutama akibat adanya perubahan temperatur yang tinggi. Metaforfisme regional : metaforfisme yang terjadi pada daerah luas akibat pembentukan pegunungan (orogenesa). Batuan yang termetaforfisme adalah batuan yang tertimbun sangat dalam, terpanasi dan terubah oleh pelipatan atau patahan. Metaforfisme dinamik : metaforfisme yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi intensif, biasanya berdaerah sempit, misal akibat patahan. Komposisi Mineral Mineral pada batuan metamorf dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : Mineral yang bertahan terhadap proses metaforfisme, sehingga baik komposisi maupun strukstur kristal relatif tetap. Mineral baru yang terbentuk selama atau akibat metaforfisme.sebagai contoh, kwarsa adalah mineral yang sangat stabil, sehingga mampu bertahan terhadap proses metaforfisme( kondisi yang baru) dan oleh sebab itu kwarsa tetap hadir pada batuan metamorf. Dilain hal, hornblende dan piroksin akan berubah menjadi mineral lain selama proses metaforfisme, sesuai dengan kondisi yang baru. Mineral yang umum dijumpai didalam batuan metamorf : 1. Kwarsa 6. Muskopit 2. Kalsit 7. Garnet 3. Feldspar 8. Staurolit 4. Klorit 9. Kyanit 5. Biotit 10. Sillimanit Mineral berikut ini sering pula dijumpai didalam batuan metamorf : 1. Talk 6. Wollastonit 2. Grafit 7. Kordiorit 3. Epidot 8. Andalusit 4. Tremblit 9. Korundum 30

31 5. Aktinolit Susunan Mineral (Struktur) Susunan mineral didalam batuan metamorf secara garis besar dapat dibagi dalam dua kategori. a. Foliasi Batuan metamorf yang tersusun oleh mineral-mineral yang menunjukkan penjajaran. Batuan yang mempunyai struktur ini sebagian besar besar tersusun oleh mineral pipih. Batuan jenis ini biasanya dihasilkan oleh metaforfisme tipe regional. Susunan mineral folasi pada batuaaan metamorf dibedakan lagi menjaadi : Gneissic atau bended : Merupakan bentk penjajaran mineral-mineral berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa, feldspar dan hornblende. batuannya disebut Gness (Gneis). Schistosic : Merupakan penjajaran mineral-mineral yang berbentuk pipih, umumnya ditunjukkan oleh kehadiran mineral mika yang sangat banyak. batuannya disebut Schist (Sekis). Phyllitic : Bentuk penjajaran ineral mika dan beberapa mineral halus. Pada permukaan filit tampak kilap/kilau sutera, yang disebabkan oleh kehadiran klorit/mika yang sangat halus. Slaty cleavage : Kenampakan kesejajaran pada batuan metamorf yang berbutir halus, ditunjukkan oleh kehadiran bidang-bidang belah yang sangat rapat. Keteraturan bidang-bidang belah tersebut merupakan pengejawantahan susunan mineral-mineral yang sangat halus, yang sejajar didalam batuan tersebut. batuannya disebut Slate (batusabak). 31

32 b. Non Foliasi Batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang tidak menunjukkan penjajaran. Penamaan batuannya biasanya didasarkan atas komposisi mineral yang dominan dan ciri khusus. Selain kedua struktur tersebut, beberapa batuan metamorf mempunyai struktur transisi antara strktur foliasi dan non foliasi. Hal ini disebabkan metaforfisme yang berlangsung tidak sempurna. Batuan-batuan ini umumnya masih menunjukkan struktur batuan asal, kalau berasal dari batuan beku, maka struktur batuan beku masih terlihat. 3. Cara Kerja Amatilah contoh batuan metamorf dengan baik, catat warnanya. Amatilah susunan mineral (struktur) yang ada, apakah menunjukkan penjajaran (foliasi) atau tidak (non foliasi). Apabila mempunyai struktur foliasi, lihatlah ukuran butirnya, apakah termasuk aksar, sedang atau halus. Tentukan apakah gneissic, schistose atau yang lainnya. Kemudian tentukan komposisi mineralnya. Apabila mempunyai struktur non foliasi, lihatlah ciri-ciri yang ada dan tentukan komposisi mineralnya. Setelah mengetahui ciri-cirinyatentukan nama batuan yang anda diskripsi sesuai dengan tabel yang ada. 32

33 Non - Foliasi Foliasi Kwarsa Klorit Mika Feldspar Amphibole Piroksin LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI TEKSTUR/ ukuran butiran (mm) Sangat kasar > 60 Halus Phyilitic Kasar Sedang Halus Struktur Kasar 2-60 Gneissic Sedang Sangat halus < 0.02 Migmatitic Schistose Slaty Cleavage Brecciated Liniation Mylonitic KLASIFIKASI BATUAN METAMORF (IENG, 1981 DENGAN MODIFIKASI) Kompos is i Mine ral Batuan Batuan asal, kl, kw, klst Amphibole, kwarsa Min. lmp., kl, klst, kw Kwarsa Kwarsa, mika Dolomit, Kalsit Serpentin Karbon Talk Migmatit Gneiss Genes Schist Sekis Pnyllite Filit Slate Batusabak Breksi sesar Amphibolit Mylonite Kwarsit Hornfels Marble Marmer Serpentinit Antrasit Soapstone Batusabun Keterangan : kw = kwarsa, kl = klorit, klst = klastika, min. lmp = mineral lempung, fld = feldspar Ciri Khas kemerahan, banyak feldspar dan kuarsa kuarsa & felspar berseling, kaya mika Foliasi bergelombang, batuan tipis kelabu- kehjauan, belahan tidak berkembang kelabu-kehitaman, kilap suram Seperti breksi Hitam kehijauan Halus, kehijauan Keras, warna beraneka gelap, butir halus bereaksi dengan HCl, warna putih dan hitam hijau, berserat seperti kayu Hitam mengkilap, pecahan konkoidal Lunak, licin, warna kelabu sampai biru 33

34 FORM DATA ANALISIS BATUAN METAMORF GAMBAR Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas Tekstur Struktur Komposisi Mineral Ciri Khas KETERANGAN Tanggal Praktikum : Kelompok : Asisten : 34

35 PROFIL TANAH 1. TUJUAN PRAKTIKUM Agar mahasiswa dapat memahami proses pembentukan tanah dan mendiskripsi (memeri) profil tanah. 2. DASAR TEORI Tanah mempunyai berbagai pengertian tergantung dari disiplin ilmu yang memandang. Bagi ahli bidang pertanian, pengertian tanah adalah material di permukaan bumi yang memungkinkan tanaman tumbuh. Bagi ahli teknik sipil, tanah merupakan bagian permukaan bumi yang dapat digali tanpa melakukan peledakan, sedangkan bagi ahli geologi tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang belum mengalami pengangkutan. Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat diambil pengertian umum, bahwa tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang dapat digali tanpa menggunakan peledakan dan memungkinkan tanaman untuk tumbuh. Dilihat dari cara terbentuknya tanah dapat dibedakan menjadi dua macam : Tanah insitu (residual soil), yaitu tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan masih berada di bagian atas batuan induknya. Tanah jenis ini pada umumnya mempunyai perubahan warna dan tekstur secara gradual, dari bawah ke atas. Namun, beberapa macam batuan meampunyai warna dan tekstur yang berubah secara mencolok, misalnya pada batugamping. Tanah terangkut (transported soil), yaitu tanah yang telah berpindah dari tempat asal pembentukannya. Tanah jenis ini pada umumnya mempunyai perbedaan warna, struktur dan tekstur yang mencolok dengan batuan atau tanah disekitarnya. Dalam pengertian geologi tanah jenis ini sudah dimasukkan dalam batuan sedimen. Meskipun belum terkonsolidasi. Tanah vulkanik (vulkanik soil) adalah tanah yang terbentuk oleh hasil letusan gunungapi. Ketebalan atau profil tanah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : macam batuan induk, morfologi atau lereng, iklim dan kegiatan manusia yang berada diatas tanah. Profil tanah yang ideal terdiri dari empat horison seperti yang digambarkan pada gambar dibawah. Di Indonesia, profil tanah yang ideal jarang dijumpai, karena iklim di Indonesia memungkinkan proses pembentukan tanah sangat cepat. 35

36 Horison A, kaya arang. Butiran dominan pasir, dan sedikit lanau dan lempung. Horison B, humus tidak ada, akar tanaman banyak, butiran dominan lempungdan lanau, sedikit pasir, ada koloid. Horison C, akar tanaman sedikit, kerikikil dan pasir dominan, pasir dan lempung sebagai matriks, dijumpai kerakal. Horison D, tidak ada akar tanaman, batuan dasar Profil tanah yang lengkap 3. CARA PRAKTIKUM Pada praktikum kali ini, mahasiswa ditugaskan untuk mencari singkapan profil tanah di lapangan. Singkapan profil tanah mudah dijumpai pada tebing sungai terutama sungai yang mengalir diatas batuan dasar atau lembah yang sangat curam. Setiap kelompok lokasinya berbeda dan dapat memilih sendiri. Singkapan tanah yang dijumpai, dibuat sketsa profil tanahnya dan bila perlu diambil gambarnya dengan kamera. Dalam mengambil gambar dengan kamera supaya digunakan pembanding, misalnya dengan meteran atau oeang yang sedang berdiri. Dari singkapan profil tanah yang dijumpai, catatlah horison yang dijumpai, ketebalan masing-masing horison, wara, kandungan organik atau ada tidaknya akar tanaman, ukuran butir dominan dan beberapa hal lain yang dianggap perlu. Apabila batuan dasarnya tersingkap, diskripsilah batuan dasarnya sesuai dengan cara mendiskripsi batuan (acara 2 4). 36

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth 3. Batuan Sedimen 3.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS)

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) QUARTZ Rumus kimia : SiO 2 : bening atau putih : kaca (viteorus luster) : tidak ada 7 2,65 heksagonal mineral kuarsa dialam ditemukan didalam batuan beku dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik) 2. Batuan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan Mineral (Anorganik)

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PEMBENTUKAN TANAH 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik)

Lebih terperinci

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari MINERAL DAN BATUAN Yuli Ifana Sari Tugas Kelompok 1. Jelaskan macam2 jenis batuan berdasarkan proses terjadinya dan berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus batuan! Batuan Bahan padat

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1 DIAGENESA BATUAN SEDIMEN Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat,

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENYUSUN TANAH Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan

Lebih terperinci

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

Mineralogi. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains Mineralogi By : Asri Oktaviani Batuan Beku-Sedimen-Metamorf Mineral sebagai komponen batuan Contoh pada Batuan Beku: Granit Foto: Thompson & Turk,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert Chert Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) www.pelatihanosn-soc.com soc.scienceolympiad@gmail.com : Jl. Bintara Jaya IV, No. 108, Bekasi Barat 17136 Bekasi - Jawa Barat 0812-9508-9496 NO MATERI SUB MATERI Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer) 1 Meteorologi-Klimatologi

Lebih terperinci

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batuan sedimen sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan pondasi

Lebih terperinci

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI TUGAS BATUAN KARBONAT Makalah Batuan Karbonat Di Susun Oleh : WA ODE SUWARDI

Lebih terperinci

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya

Lebih terperinci

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA MATERI KURSUS GEOLOGY FOR NON-GEOLOGIST MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA OLEH : DR. HILL. GENDOET HARTONO, ST., MT. DR.RER.NAT. ARIFUDIN IDRUS IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. FISIOGRAFI Geologi regional P.Obi ditunjukkan oleh adanya dua lajur sesar besar yang membatasi Kep.Obi yaitu sesar Sorong-Sula di sebelah utara dan sesar Sorong Sula mengarah

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm. DAFTAR ISTILAH Aglomerat adalah batuan sedimen yang merupakan akumulasi material blok berukuran diameter > 64 mm, terdiri dari material volkanik, umumnya fragmen lava, yang dihasilkan pada fase erupsi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38 Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / Pada sayatan tipis (Lampiran C) memiliki ciri-ciri kristalin, terdiri dari dolomit 75% berukuran 0,2-1,4 mm, menyudut-menyudut tanggung. Matriks lumpur karbonat 10%, semen kalsit 14% Porositas 1% interkristalin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS TEGUH YUWONO, S.T ILMU BATUAN SMK N 1 PADAHERANG DEFINISI merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Singkapan Stadion baru PON Samarinda Singkapan batuan pada torehan bukit yang dikerjakan untuk jalan baru menuju stadion baru PON XVI Samarinda. Singkapan tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

Tanah dan Batuan. Definisi. TKS 4406 Material Technology I

Tanah dan Batuan. Definisi. TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Tanah dan Batuan Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Definisi Dalam pengertian teknik, secara umum

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk

Lebih terperinci

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai. BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.2.2.3 Umur Berdasarkan data analisis mikrofosil pada sampel yang diambil dari lokasi BG4 (Lampiran B), spesies-spesies yang ditemukan antara lain adalah Globigerinoides

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Satuan batuan ultrabasa terdiri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur LAMPIRAN 63 64 Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur No. Kelas TWI Luas Area Ha % 1 1 1 0,007 2 2 20987 99,830 3 3 34 0,163 Luas Total 21022 100 Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS 4.1 Pendahuluan Untuk studi sedimentasi pada Formasi Tapak Bagian Atas dilakukan melalui observasi urutan vertikal terhadap singkapan batuan yang

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi secara umum daerah penelitian tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

Magma dalam kerak bumi

Magma dalam kerak bumi MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil, suhu antara 900-1200 derajat Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah.

Lebih terperinci

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli Lokasi pengamatan singkapan atupasir sisipan batulempung karbonan adalah pada lokasi GD-4 ( Foto 3.21) di daerah Gandasoli. Singkapan ini tersingkap pada salah satu sisi sungai. Kondisi singkapan segar.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Morfologi muka bumi yang tampak pada saat ini merupakan hasil dari proses-proses geomorfik yang berlangsung. Proses geomorfik menurut

Lebih terperinci