BAB II PEMBAHASAN. Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBAHASAN. Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan satu"

Transkripsi

1 BAB II PEMBAHASAN A. TENTANG PEMBAHASAN 1. TENTANG PERJANJIAN a. Definisi Perjanjian Pengertian perjanjian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa di dalam perjanjian terdapat beberapa unsur yaitu : 1 a. Ada pihak-pihak. Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau badan hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang. b. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan bukan suatu perundingan. c. Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang. d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh pihakpihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian. e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat. b. Syarat Sahnya Perjanjian 1 Purwahid Patrik, Hukum Perdata II, Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, 1988, h. 4.

2 berikut: 2 Pasal 1320 KUHPerdata menentukan 4 syarat sahnya perjanjian, yaitu sebagai a. Adanya kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lain. b. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Orang-orang yang mengadakan perjanjian haruslah cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang, yaitu orang sudah dewasa. Ukuran dewasa adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah menikah. c. Adanya objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian), kewajiban debitur dan hak kreditur. Prestasi terdiri atas peerbuatan positif dan negative. Prestasi terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. d. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang. Suatu sebab adalah terlarang atau bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi, perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak dapt mengajukan pada pengaadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya tetapi dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. c. Unsur-Unsur Perjanjian Unsur-unsur perjanjian dapat dikategorikan sebagai berikut : 3 a. Essentalia, yaitu unsur persetujuan yang tanpa itu persetujuan tidak mungkin ada. b. Naturalia, yaitu unsur yang oleh undang-undang ditentukan sebagai peraturan yang bersifat mengatur. c. Accidentalia, yaitu unsur yang oleh para pihak ditambahkan dalam persetujuan karena undang-undang tidak mengaturnya. d. Bentuk Wanprestasi 2 Wawan Muhwan, Hukum Perikatan, pustaka setia,bandung 2011, h R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung 1979, h. 50.

3 Sebagaimana yang kita ketahui wanprestasi adalah prestasi yang telah tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh debitor, yaitu: 4 a. Utang tidak dikembalikan sama sekali b. Mengembalikan utang hanya sebagian c. Mengembalikan utang tetapi terlambat waktunya Akibat dari Wanprestasi yang ditimbulkan oleh pihak debitur, oleh karena itu menimbulkan kerugian bagi kreditur. Maka debitur berkewajiban membayar gantikerugian yang dialami oleh kreditur. Dalam Pasal 1246 KUH Perdata, ganti kerugian itu terdiri atas 3 Bagian yaitu : 1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh pihak. 2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan satu pihak yang diakibatkan oleh pihak lainnya. 3. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh atau diharapkan oleh kreditur apabila debitur tidak lalai. 2. JAMINAN KEBENDAAN a. Definisi Jaminan Jaminan kebendaan adalah jaminan yang objeknya berupa brang baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukkan untuk menjamin utang debitor kepada kreditor apabila dikemudian hari utang tersebut tidak dapat dibayar oleh debitor. 5 Dengan adanya Jaminan kebendaan memberikan kepastian hukum kepada kreditor. Jaminan kebendaan menurut Pasal 1131 KUH Perdata adalah: 4 Gatot Supramono, perjanjian utang piutang, kencana pranata media group, Banjarmasin,h Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, kencana pranata media group, Banjarmasin,h 59

4 Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan- perikatan perorangan debitur itu. Jika kekayaan debitur tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya, maka para kreditur itu dibayar berdasarkan asas keseimbangan, yaitu masingmasing memperoleh piutangnya seimbang dengan piutang kerditur lain. c. Jaminan Gadai (KUHPer): 6 Pengertian Gadai berdasarkan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan. Dari perumusan Pasal 1150 KUH Perdata diatas dapat diketahui bahwa: Gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seorang lain atas nama Pemberi Gadai untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang memberikan hak didahulukan (voorrang,prefensi) kepada pemegang hak gadai atas penerima gadai lainya, setelah terlebih dahulu didahulukan dari biaya untuk lelang dan biaya penyelamatan barang-barang yang diambil dari hasil penjualan melalui pelelangan umum atas barang-barang yang digadaikan. 7 Selanjutnya ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan, sebagai berikut: a. Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan dengan membawa barang gadainya dibawah 6 Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 7 Rachmadi Usman,Hukum Jaminan Keperdataan,sinar grafika, Jakarta, h. 105.

5 kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak. b. Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan si berutang atau si Pemberi Gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang. Dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, untuk terjadinya hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada penyerahan benda yang digadaikan ke dalam penguasaan penerima gadai atau pihak ketiga yang ditunjuk bersama. Apabila benda yang digadaikan tetap berada di tangan Pemberi Gadai ataupun dikembalikan oleh penerima gadai atas kemauannya, maka hak gadainya tidak sah demi hukum. Walaupun kebendaan yang digadaikan berada dalam penguasaan penerima gadai, namun penerima gadai tidak boleh menikmati atau memanfaatkan kebendaan yang digadaikan tadi, karena fungsi gadai (barang yang digadaikan) hanyalah sebagai jaminan pelunasan hutang yang jika Pemberi Gadainya wanprestasi dapat digunakan sebagai pelunasan hutangnya. Penyerahan benda-benda yang digadaikan kepada penerima gadai dimaksudkan bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan yang mengakibatkan penerima gadai menjadi pemilik dan karenanya penerima gadai dengan penyerahan tersebut tetap hanya berkedudukan sebagai pemegang saja. 8 Disini keadaan penerima gadai yang piutangnya dijamin, terhadap perbuatan Pemberi Gadai terjamin, karena penerima gadai yang menguasai bendanya jaminan. 9 8 J.Satrio, Hukum Jaminan,Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, h. 77.

6 d. Obyek dan Subyek Gadai Menurut Pasal 1131 maka yang dimaksud dengan jaminan adalah: meliputi seluruh kekayaan debitur yang sudah ada mupun yang baru akan ada dikemudian hari, sehingga tanpa harus diperjanjikan secara khusus, benda-benda tersebut telah menjadi jaminan bagi seluruh hutang-hutang debitur. 10 Selanjutnya Pasal 1132, disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan yaitu, (1) yang mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang masing-masing: dan (2) yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan. 11 Obyek gadai adalah Benda bergerak baik bertubuh maupun tidak bertubuh. Sedangkan subyek gadai adalah sebagai berikut: 12 a. dari segi individu, yang menjadi subyek adalah setiap orang (pasal 1129 KUHPerdata) b. para pihak, yang menjadi subyek gadai adalah: 1. pemberi gadai atau debitur 2. penerima gadai atau kreditur 3. pihak ketiga yaitu orang yang disetujui oleh pemberi gadai dan penerima gadai untuk memegang benda gadai sehingga disebut pemegang gadai. e. Terjadinya Gadai Untuk terjadinya hak gadai, harus memenuhi unsur mutlak, yaitu: Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 11 M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja grafindo persada, Jakarta, 2010 h Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika aditama, 2012,Surabaya, h.75

7 Timbulnya hak gadai pertama-tama karena diperjanjikan perjanjian tersebut memang dimungkinkan berdasarkan ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan dipertegas dalam Pasal 1133 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa hak untuk didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak-hak istimewa, hak gadai, dan hipotik. Kemudian Penyerahan benda yang digadaikan dari tangan Pemberi Gadai kepada penerima gadai. Dengan berarti bahwa, bendaan gadainya harus berada di bawah penguasaan penerima gadai, sehingga perjanjian gadai yang tidak dilanjutkan dengan penyerahan benda gadai kepada penerima gadai, berarti hak gadai tersebut tidak sah atau bukan suatu gadai, karena tidak melahirkan hak gadai. f. Kewajiban dan Hak Penerima dan Pemberi Gadai pemberi gadai diwajibkan mengganti kepada kreditur segala biaya yang berguna dan perlu, yang telah dikeluarkan oleh pihak yang tersebut belakangan guna keselamatan barang gadainya 2. penerima gadai bertanggung jawab untuk a. Hilangnya atau kemorosotan barangnya sekedar itu telah terjadi kelalaiannya b. Harus memberi tahukan pemberi gadai, jika benda gadainya dijual c. bertanggung jawab terhadap penjualan benda gadai 3. hak penerima gadai yaitu: a.) Penguasaan benda gadai, namun tidak mempunyai hak untuk memiliki benda gadai b.) Dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual dengan kekuasaan sendiri (parate eksekusi), sehingga hak untuk penjualan benda gadai tidak diperlukan adanya titel eksekutorial. c.) Menjual benda gadai denga perantara hakim, dimana kredirur dapat memohon pada hakim untuk menentukan cara penjualan benda gadai d.) Mendapat ganti rugi berupa biaya yang perlu dan berguna yang telah dikeluarkan guna keselamatan barang gadai e.) Retensi(menahan)benda gadai, bilamana selama utang pokok, bunga, dan ongkos-ongkos yang menjadi tanggungan belum dilunasi maka si berutang tidak berkuasa menuntut pengembalian benda gadai f.) Untuk didahulukan pelunasan piutangnya terhadap kreditur lainnya, hal tersebut diwujudkan melalui parate eksekusi. 13 Rachmadi Usman, Op.Cit., h Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika aditama, 2012,Surabaya, h.76.

8 h. Larangan Penerima Gadai 4. larangan Penerima gadai tidak diperkenankan untuk memiliki atau menjadi pemilik atas benda yang digadaikan. 15 Dalam pasal 1154 KUHPerdata menyatakan dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini batal. 16 i. Hapusnya Gadai Apabila benda gadai dikeluarkan dari kekuasaan penerima gadai dan kembali ke tangan pemberi gadai 2. Manakala utang pada perikatan pokok telah dilunasi semuanya 3. Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari penguasaan pemegang gadai, maka pemberi gadai berhak menuntutnya kembali berdasarkan pasal 1977 ayat 2 KUHPerdata. sedangkan apabila barang gadai didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah telah hilang. 4. Dilepasnya benda gadai secara sukarela oleh pemegang atau penerima gadai. Apabila oleh para pihak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau pemberi gadai bercedera janji, setelah tenggang waktu yang telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya di muka umum menurut kebiasaan-kebiasan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan sejumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut., tetapi memperjanjikan cara penjualan lain daripada penjualan dimuka umum tidak diperkenankan Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika aditama, 2012,Surabaya, h pasal 1154 KUHPerdata 17 Henny tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang Dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, refika aditama, 2012,Surabaya, h J.satrio,Hukum Jaminan dan hak kebendaan,citra aditya bakti, bandung, 2008, h.136.

9 3. PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN GADAI. a. Timbulnya Hak Penerima gadai Melakukan Eksekusi Mengenai dasar alasan penerima gadai melakukan eksekusi, diatur dalam Pasal 1155 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu: Pemberi gadai cidera janji melaksanakan kewajibannya dalam tenggang waktu yang ditentukan dalam Perjanjian; atau 2. Apabila tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak ditentukan dalam perjanjian, pemberi gadai dianggap melakukan cidera janji memenuhi kewajibannya setelah ada peringatan untuk membayar. Demikian pedoman menentukan cidera janji yang diatur dalam Pasal 1155 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut. Apabila ketentuan ini terpenuhi, barulah timbul hak penerima gadai melakukan eksekusi. Penjualan barang gadai sebagaimana maksud dan tujuan dibuatnya jaminan utang, tidak lain barang jaminan digunkan untuk pelunasan utang, ketika debitur wanprestasi atas utangnya. Barang jaminan akan dilakukan pelelangan dan hasilnya untuk pembayaran utang. Untuk penjualan barang yang digadaikan, terdapat dua cara yang dapat ditempuh oleh kreditur yaitu: 20 a. Dengan menyuruh debitur menjual barang tersebut dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat yang lazim berlaku. Pasal 1155 KUHPerdata menyakatan bahwa apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka kreditur berhak menjual barang gadai di muka umum. 19 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, 1989, Jakarta, h Gatot supramono, Perjanjian Utang Piutang, charisma putra utama, Jakarta, h.71.

10 Kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri pada gadai timbul karena ditetapkan oleh undang-undang 21 b. Kreditur dapat menuntut melalui perkara perdata di pengadilan negeri supaya barang tersebut dijual menurut cara ditetapka oleh hakim. Pasal 1156 KUHPerdata menyatakan bahwa bagaimanapun apabila debitur atau pemberi gadai cedera janji, kreditur dapat menuntut di muka umum supaya barangnya gadai dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi utang beserta bungan dan biaya ataupun hakim, atas tuntutan kreditur, dapat mengabulkan bahwa barang gadainya akan tetap pada kreditur untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya. Tentang hal penjualan barang gadai dalam hal-hal tersebut dalam pasal ini dan dalam pasal yang lalu, kreditur diwajibkan untuk memberitahu pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari yang berikutnya apabila ada seuatu perhubungan pos harian ataupun suatu perhubungan telegraf, atau jika tidak demikian halnya dengan pos yang berangkat pertama. Untuk penjualan barang sebagaimana dalam huruf a diatas dengan yang melaksanakan penjualan secara lelang. Debitur meminta bantuan kantor lelang untuk melelang barang yang digadaikan. hasil lelang dibayarkan debitur secara langsung kepada kreditur sesuai dengan besar uang yang harus dibayar. Kemudian mengenai cara penjuan sebagaimana dalam huruf b, kreditur mengajukan gugatan perdata ke pengadilan negeri dengan sengketa utang piutang. b. Pengertian eksekusi barang gadai 22 Eksekusi jaminan gadai adalah penjualan barang dimuka umum atau terbuka untuk umum, sehingga hasil penjualannya juga diketahui oleh umum. Tujuan penjualan dimuka umum untuk menghindari penjualan dibawah tangan atau secara sembunyisembunyi yang berakibat merugikan pihak tereksekusi. c. Tata Cara Eksekusi. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1155 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengenai pelaksanaan eksekusi atas barang gadai, telah ditentukan dengan cara dan bentuk tertentu. 21 Ny. Sri soedewi Masjchon sofwan, Hukm Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perseorangan, liberty, Yogyakarta,1980.h Gatot supramono, perjanjian utang piutang, charisma putra utama, Jakarta, h.174.

11 1. Menjual Barang Gadai di Muka Umum Cara ini merupakan ketentuan dasar atas eksekusi barang gadai: a. Penjualan dilakukan di muka umum; b. penjualannya, menurut kebiasaan setepat; c. Sesuai dengan syarat-syarat yang lazim berlaku; d. Dari hasil penjualan, penerima gadai mengambil pelunasan meliputi Jumlah utang pokok, Bunga, Biaya yang timbul dari penjualan.

12 B. HASIL PENELITIAN 1. Perjanjian Gadai Berdasarkan hasil penelitian penulis di Pasar Salak Banjarnegara serta hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Pemberi Pinjaman Perseorangan bagi Pedagang yang sering disebut dol duit 23, pengusaha ini berdiri sendiri tanpa badan hukum. Dalam hal ini maka penulis dapat mengemukakan bahwa dalam setiap memberikan kredit kepada nasabahnya Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang (penerima gadai) sering menghadapi suatu resiko yaitu tidak kembalinya uang yang dipinjamkan pada nasabah (Pemberi Gadai). Maka dari itu keadaan nasabah harus diawasi terus menerus mulai pada saat pinjaman diberikan sampai kredit lunas. Di Pasar Salak terdapat pengusaha dol duit ada 17 orang 24 sementara pedangang yg meminjam ada banyak karena hampir 75% pedagang beli duit kepada pengusaha dol duit. 25 Sebagian dari pedagang tersebut berusaha di Pasar Salak sebagai agen salak, pedagang salak, pedagang kranjang salak, pedagang bakso, pedagang sayuran, pedagang sembako, sebagai parsortir salak(bekerja memisahkan salak yang busuk dan tidak busuk),dan pedagang bubur. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang salak. Dari data tersebut penulis mengumpulkan sampel secara porposif yaitu sampel yang dipilih dengan tujuan mengumpulkan sampel yang pernah meminjam beli duit kepada penguasaha dol duit dengan menggunakan barang gadai dan sebagian dari mereka (Pemberi Gadai) ada yang macet angsurannya (cicilan) dan antara Pemberi Gadai dan penerima gadai membuat kesepakatan cara pengeksekusian barang gadai tersebut. 23 dol duit ungkapan para pedagang kepada Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang 24 Wawancara dengan Rizal Silalahi pengusaha dol duit Pasar Salak Banjarnegara, 6 februari Wawancara dengan Panji, agen salak beli duit Pasar Salak Banjarnegara 6 februari 2016.

13

14 a. Tentang Responden 26 1.responden dol duit 27 Tabel 1. Identitas Penerima Gadai No Nama penerima gadai Jenis kelamin Usia Lama bekerja 1 Rizal silalahi Laki-laki 32 tahun 5 tahun 2 Sanny perempuan 26 tahun 6 tahun 3 Jhon damanik Laki-laki 22 tahun 4 tahun 4 Darmo manurung Laki-laki 47 tahun 14 tahun 5 Febriana malau perempuan 21 tahun 1 tahun 6 Renta sinaga perempuan 21 tahun 3 tahun 7 Kitini turnip perempuan 35 tahun 10 tahun 8 Edor sihaloho Laki-laki 32 tahun 7 tahun 9 Desi sinaga Perempuan 40 tahun 6 tahun 10 Hotma simbolon Perempuan 24 tahun 2 tahun 11 Riky tambunan Laki-laki 27 tahun 1 tahun 12 Frengky sihaloho Laki-laki 28 tahun 6 tahun 13 Yuyun sidabutar Perempuan 21 tahun 1 tahun Sumber: Wawancara dengan responden dol duit (Rizal Silalahi, Sanny, Jhon damanik, Darmo manurung, Febriana malau, Renta sinaga, Kitini turnip, Edor sihaloho, Desi sinaga, Hotma simbolon, Riky tambunan, Frengky Sihaloho, Yuyun sidabutar) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari Dari tabel di atas nampak dari 13 responden, 7 perempuan dan 6 laki-laki dengan usia termuda 21 tahun dan usia tertua 47 tahun, dan terpendek waktu bekerja pemberi pinjaman 1 tahun dan yang paling lama adalah 14 tahun. 26 Wawancara dengan Para Pemberi Pinjaman Perseorangan (Penerima Gadai) kepada Para Pedang (Pemberi Gadai) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari Wawancara dengan responden dol duit (Rizal Silalahi, Sanny, Jhon damanik, Darmo manurung, Febriana malau, Renta sinaga, Kitini turnip, Edor sihaloho, Desi sinaga, Hotma simbolon, Riky tambunan, Frengky Sihaloho, Yuyun sidabutar) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.

15 No Nama Pemberi Gadai Jenis kelamin 1. Responden beli/tuku duit 28 Jenis dagangan atau pekerjaan 1. Waliah perempuan Persortir salak (pekerja memisahkan salak busuk dan baru) Tabel 2. Identitas Pemberi Gadai Lama berdagang atau lama bekerja Pinjam ke berapa orang 7 tahun 3 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 2. Amin Laki-laki Jual gorengan 5 tahun 3 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 3. Siti perempuan Pedagang salak 3 tahun 1 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 4. Musliah perempuan Pedagang 8 tahun 1 orang orang keranjang salak Pemberi Pinjaman Perseorangan 5. Panji Laki-laki Agen salak 10 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 6. Supriyati perempuan Pedagang sembako 4 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 7. Tini perempuan Pedagang salak 3 tahun 4 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 8 Yati perempuan Pedagang sembako 5 tahun 1 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 9 Busam Perempuan Pedagang salak 3 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 10 Tiwi Perempuan Pedagang salak 6 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 28 Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati, Tini, Yati, Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi, Yuni, Karso) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.

16 11 Siras Perempuan Pedagang sayuran 12 Poniman Laki-laki Pedagang keranjang salak 2 tahun 1 orang pengusaha pemeberi pinjaman 6 tahun 3 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 13 Sutirah Perempuan Pedagang salak 14 Eko Laki-laki Agen salak 4 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 15 Munaroh perempuan Persortir salak (pekerja memisahkan salak busuk dan baru) 3 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 16 Salim Laki-laki pedagang bakso 4 tahun 2 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 17 Hartanto Laki-laki Pedagang salak 6 tahun 3 orang Pemberi Pinjaman Perseorangan 18 Mulyadi perempuan Persortir salak (pekerja memisahkan salak busuk dan baru) 3 tahun 1 orang pengusaha pemeberi pinjaman 19 Yuni Perempuan Pedagang salak 4 tahun 1 orang pengusaha pemeberi pinjaman 20 Karso Laki laki Agen salak 5 tahun 2 orang pengusaha pemeberi pinjaman Sumber: Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati, Tini, Yati, Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi, Yuni, Karso) di Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016 Dari tabel diatas nampak Tini sebagai responden yang paling banyak meminjam uang kepada Pemberi Pinjaman Perseorangan / penerima gadai. 2. Syarat Sebagai Peminjam.

17 Syarat yang harus dipenuhi Pemberi Gadai sebagai peminjam uang dalam hal meminjam uang kepada para penerima gadai: 1. Harus sebagai Pedagang atau pekerja di dalam pasar salak, ini sebagai syarat utama. Mengapa sebagai syarat utama karena: a. Mempermudah dalam memantau ataupun mengawasi keberadaan para pedagang sebagai peminjam. Karena Penerima gadai tidak perlu mencari informasi terlalu mendalam tentang keberadaan ataupun keberadaan calon nasabahnya. Karena berada dalam suatu kawasan yang sama sehingga mereka antara pedagang dengan pemberi pinjaman sudah saling mengenal sehingga itu mempermudah pengenalan lebih baik b. Mempermudah dalam melakukan transaksi baik melakukan peminjaman, atau pembayaran kredit atau cicilan, karena masih dalam area lingkup kerja Penerima gadai yang berada dalam kawasan pasar sehingga apabila ada calon nasabah yang memerlukan pinjaman maka dapat segera menemuinya di pasar secara langsung. c. Mempermudah dalam melakukan penagihan apabila dikemudian hari Pemberi Gadai atau nasabahnya melakukan wanprestasi untuk membayar cicilan kredit ataupun pelunasan pinjamanya. 2. Pedagang yang sudah lama bekerja dan menetap sebagai pedagang di pasar Salak Banjanegara, dan bukan pedagang sementara. Syarat ini untuk menghindari kemacetan kredit yang disebabkan oleh pedagang-pedagang yang tidak beritikat baik yang berdagang hanya sementara seperti hanya pada saat natal, lebaran ataupun musim panen tertentu.

18 3. Prosedur Peminjaman 29 a. Prosedur Peminjaman Uang Untuk Pertama kali. 1. Peminjam datang ke pemilik duit dan menunjukkan kartu identias KTP 2. Tanya jawab soal tempat jualannya di mana 3. Tanya jawab besaran pinjaman dan sistem pengebalian 4. Menunjukan barang jaminan 5. Perjanjian dilakukan secara lisan jika sudah setuju 6. Penyerahan barang jaminan setelah sepakat saat itu juga b. Prosedur peminjaman ke dua kali dan seterusnya tetapi utang/pinjaman yang sebelumnya belum lunas (penambahan jumlah pinjaman). Prosedur permohonan ini berbeda dengan permohonan awal pinjaman. Untuk prosedurnya adalah : 30 1) Untuk sistem peminjaman secara per minggu / perbulan / (Sebrangan). a. Permohonan secara lesan. Permohonan ini hanya bersifat pemberitahuan kepada Penerima gadai atas keinginan dari Pemberi Gadai untuk menambah jumlah pinjamannya. Penambahan jumlah ini akan diperhitungkan oleh Penerima gadai berapa jumlah maksimal yang bisa ditambahkan kepada Pemberi Gadai dengan 29 Wawancara dengan Rizal Silalahi selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak Banjarnegara, 6 februari Wawancara Sanny selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak Banjarnega, 8 februari 2016.

19 memperhitungkan jumlah taksiran barang gadai dikurangi dengan utangnya maka dapat diketahui jumlah maksimal yang bisa diberikan kepada Pemberi Gadai. Namun apabila ingin menambahkan jumlahnya yang sudah melebihi dari jumlah taksiran harga barang yang dijaminkan, maka Pemberi Gadai dapat memberikan barang lain yang dapat dijadikan sebagai jaminan tambahan, biasa sesuai dengan jumlah pinjamannya. Segala sesuai yang di perjanjikan antara pemberi gadai dan menerima gadai secara lisan. Setelah melakukan permohonan secara lesan dan apabila Penerima gadai menyetujui maka langsung dapat diberikan pinjaman tanpa adanya proses lainya seperti pembuatan perjanjian kembali. 2) Untuk sistem pinjaman dengan cicilan 24 hari atau 30 hari Untuk sistem pinjaman dengan cicilan 24 hari atau 30 hari (Cicilan) ini menggunakan sistem yang berbeda dengan sistem biasa yang per minggu / perbulan / (Sebrangan) karena sistem ini memang dikhususkan untuk menambahkan jumlah pinjaman dikemudian hari sebelum cicilannya selesai. Sistemnya pun berbeda yaitu Pemberi Gadai dapat menambah pinjaman atau mengulangi sejumlah pinjaman yang sama seperti pertama meminjam pada waktu utangnya belum lunas atau cicilanya belum terpenuhi semuanya. Sistem ini mereka menyebut dengan Manutup. 31 Sehingga dengan sistem ini Pemberi Gadai akan mendapatkan sejumlah uang yang 31 Manutup adalah proses pengakhiran/pelunasan uang pinjaman seolah-olah sudah dibayar dengan pengembalian cicilan kesemula baik 24/30 hari sehingga Pemberi Gadai mendapatkan uang pinjaman lagi dengan cicilanya kembali dari awal dan dianggap belum mencicil utangnya satupun.

20 didapat dari jumlah pinjaman yang akan dipinjam dikurangi dengan jumlah sisa cicilanya. Misalnya adalah seorang Pemberi Gadai yang pada waktu pertama kali meminjam Rp ,- dengan cicilan 24 hari dengan cicilan Rp per hari, dan Pemberi Gadai sudah mencicil sebanya 14 hari sehingga sisa cicilanya adalah 10 hari lagi dengan jumlah per harinya Rp maka totalnya adalah Rp jadi kalau Pemberi Gadai ingin menutup cicilanya dengan jumlah pinjaman yang mau dipinjam adalah Rp maka Penerima gadai hanya memberikan Rp lagi karena dipotong jumlah cicilan dari Pemberi Gadai yang masih belum lunas. 32 Sedangkan untuk prosedur permohonanya hampir sama dengan sistem yang lain yaitu Setelah melakukan permohonan secara lesan dan apabila Penerima gadai menyetujui maka langsung dapat diberikan pinjaman (pencairan dana) tanpa adanya proses lainya atau pembuatan perjanjian kembali. 2. Barang obyek gadai Emas menjadi prioritas utama bagi pemberi pinjaman (Penerima gadai) dalam memberikan pinjaman.apabila Pemberi Gadai memberikan jaminan gadainya berupa emas, sebagian besar permohonan pinjaman uang dapat dikabulkan oleh Penerima gadai. Untuk emas sendiri ada kriteria yang ditetapkan batasan maksimalnya yaitu : Wawancara Sanny selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar Salak Banjarnegara, 8 februari Wawancara dengan Darmo Manurung selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang, Pasar Salak Banjarnegara, 3 oktober 2015.

21 Tabel.3 34 Data Taksiran Harga Emas dan Jumlah Maksimal Pinjaman No Harga emas Jumlah maksimal pinjaman < Rp < Rp Rp < Rp < Rp Rp < Rp < Rp Rp < Rp < Rp Rp < Rp < Rp >Rp < Rp Sumber: Wawancara dengan Darmo Manurung selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang, Pasar Salak Banjarnegara, 3 oktober Selain emas sebagai barang jaminan juga barang-barang elektronik dengan jenis yang bervariasi, namun yang lebih sering dan dapat diterima yaitu barang-barang elektronik yang bernilai tinggi yaitu dapat berupa Handphone dan Laptop, karena mudah dibawa dan harganyapun mudah ditafsirkan. Apabila Penerima gadai atau Pemberi pinjaman merasa bahwa calon nasabah tersebut layak atau dapat mendapatkan pinjaman maka pemberi pinjaman akan memberikan syarat dan ketentuan dalam pinjam-meminjam uang yang berlaku pada calon nasabah. a. Penentuan syarat-syarat dalam perjanjian pinjam-meminjam uang ini yaitu : i. Barang gadaian berada di tangan penerima gadai selama utang atau uang pinjaman beserta kewajiban-kewajiban yang timbul karena utang tersebut belum dilunasi oleh 34 Wawancara dengan Darmo Manurung Selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang, Pasar Salak Banjarnegara, 3 oktober 2015.

22 Pemberi Gadai, meskipun Pemberi Gadai telah melunasi sebagian dari utangnya kepada Penerima gadai. ii. Jangka waktu pengembalian harus tepat waktu. Untuk jangka waktu dari perjanian pinjam-meminjam uang (Pemberi Gadainya) berbeda-beda Pemberi Gadai sendiri diminta untuk memilih sistem yang bagaimana.

23 3. Sistem Peminjaman Tabel 4 Sistem Pinjamanan 35 No Sistem peminjama n 1. Perhari 3-5 % /hari 2. Perminggu/ Sebrangan, Bunga Obyek Gadai Cara pembayaran/ pelunasan 5-10% /mingg u 3. Perbulan 10-15% /perbul annya 4. Kredit 24 /30 hari Emas atau elektorik Emas atau elektorik Emas atau elektorik Keesokan harinya harus dilunasi beserta bunganya Setelah 1 minggu pinjam,dikembalika n Bunga beserta uang pokoknya. Bunga beserta uang pokok dikembalikan Jangka waktu 1 hari 1 minggu, tetapi bisa menjadi tidak terbatas. Tidak terbatas jangka waktunya, selama tiap bulannya Pemberi Gadai memberikan bunga sampai modal uang pokoknya dikembalikan 24 atau 30 hari 20- Emas atau Uang pokok+ 25% elektorik bunga di jumlah, dan dicicil setiap harinya sampai 24 atau 30 hari. Sumber: wawancara dengan jhon dhamanik Pengusaha Dol Duit (Penerima Gadai), Pasar Salak Banjarnegara, 6 februari Dari table diatas nampak bahwa ada beberapa sistem pinjaman dengan besaran bunga digantungkan pada tawar menawar dan kesepakatan antara penerima gadai dan Pemberi Gadai. 35 Wawancara dengan Jhon dhamanik Pengusaha Dol Duit (Penerima Padai), Pasar Salak Banjarnegara, 6 februari 2016.

24 Berikut keterangan system pinjaman: a) Sistem pinjaman dengan bunga per Hari. Untuk sistem bunga per hari maka pinjamannya adalah hanya 1 hari saja sejak dipinjam. Biasanya ini adalah kebutuhan bagi para agen besar yang kurang modal untuk memasok/membeli barang dagangan yang besar sehingga membutuhkan dana secepatnya. Untuk itu para juragan ini hanya meminta 1 hari saja, setelah itu besoknya akan dikembalikan uang pinjaman yang sering disebut dengan modal/pokok beserta dengan bunganya. b) Sistem pinjaman dengan bunga per minggu/sebrangan Untuk sistem ini maka Pemberi Gadai harus menyerahkan bunga dari uang pinjamanya per minggu. Bunga tidak akan berhenti selama utang atau pinjaman uang pokok belum dikembalikan. Jadi utang atau modal akan tetap sebesar jumlah pinjaman dari awal jika hanya membayar bunganya per minggu. Sistem ini biasanya dipakai oleh para pedagang salak, dan parbeceran 36 pagi. Seperti yang diungkapkan oleh Tini seorang pedagang parbeceran yang meminjam uang dengan sistem per minggu. Dia mengatakan bahwa bila per minggu tidak repot, hanya seminggu sekali, tidak tiap hari seperti harian/cicila dan bunganya tidak terlalu berat. Karena saya hanya penjual salak keliling, bila pake pinjaman harian nanti uangnya malah nyetor ke dool duit malah kerubur habis nyicil kan saya tidak sanggup. 37 c) Sistem pinjaman per bulan. 36 Parbeceran adalah istilah yang digunakan bagi pedagang yang datang pagi-pagi kepasar untuk belanja dan hanya belanja salak dan menjualkan dagangan belanjanya itu keluar wilayah pasar salak yaitu ke desa-desa. 37 Wawancara dengan Tini selaku Pedagang Parbeceran, Pasar salak Banjarnegara, 8 februari 2016.

25 Untuk sistem per bulan ini lebih panjang waktunya yaitu untuk pengembalian pinjaman beserta bunganya jangka waktu dari hari peminjaman adalah 1 bulan lamanya. Dengan syarat yang harus dipenuhi dalam sistem ini yaitu: 1. Pemberi gadai yang boleh menggunakan sistem ini adalah pemberi gadai tetap dan sebelumnya sudah pernah atau lama meminjam dari penerima gadai. Hal ini menjadi semacam bonus bagi pemberi gadai lama yang setia pada penerima gadai sebagai nasabahnya. 2. Selama meminjam uang pemberi gadai tidak pernah membuat masalah seperti jangka waktu pengembalian kurang tepat waktu, kurang bunganya, atau sama sekali tidak memberikan bunga atau segala prestasinya dipenuhi.. 3. Minimal dari pinjaman perbulan ini adalah 5 juta rupiah. 4. Pemberian sistem ini tergantung dari jumlah kisaran harga barang jaminan yang akan digadaikan. 5. Jaminan Barang gadai yang boleh dijaminkan hanyalah emas tidak boleh barang elektronik. 6. Pinjamannya maksimal 3 bulan dengan tetap per bulan membayar bunga, beserta uang pokoknya. 38 d) Sistem pinjaman dengan cicilan per 24 hari atau 30 hari. 38 Wawancara dengan Jhon damanik Selaku Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang Pasar salak Banjarnegara, 6 februari 2016.

26 Sistem ini berbeda dengan sistem yang dijelaskan sebelumnya. Sistem ini dengan tenggang waktu pembayaranya adalah per 24 hari atau 30 hari. Jadi perhari membayar uang yang ditentukan dan sudah termasuk bunganya beserta modal atau uang pokok yang dipinjam dari awal. Jadi setelah membayar atau mengkredit uang yang ditentukan selama 24 kali maka utang atau uang pinjaman lunas dan barang gadaian dapat diminta kembali oleh Pemberi Gadai. Sistem cicilan ini lebih banyak diminati oleh para pedagang, karena sistem ini lebih mempermudah mereka untuk membayar uang moadal beserta bunganya. Jadi para pemberi gadai tidak terlalu terjerat dengan utang. Karena pelunasanya sudah beserta dengan bunganya. Untuk sistem yang menggunakan hitungan perhari, perminggu, atau perbulan disebut dengan istilah Sebrangan, sedangkan untuk cicilan per 24 haridan 30 hari, digunakan istilah manisil. Untuk sistem sebrangan dan manisil ini ada kelebihan dan kekurangannya, sehingga sistemnya tergantung dari kebutuhan dan kemampuan dari para pemberi gadai. bila untuk sistem manisil ini sama dengan sistem dari kredit pada dasarnya seperti biasa yang dilakukan oleh koperasi.

27 Tabel 5. Realisasi Sistim Peminjam 39 No Pembe ri Gadai Penerim a gadai 1 Siti Rizal silalahi Jumlah pinjaman Rp Tini Sanny Rp Walia h Jhon damanik 4 Panji Darmo manurun g 5 Supriy anti 6 Muslia h Febriana malau Renta sinaga 7 Amin Kitini turnip 8 Yati Hotma simbolo n 9 Busam Rizal silalahi 10 Tiwi Yuyun sidabuta r 11 Siras Desi sinaga Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jaminan gadai Besa r bung a Emas seharga -+ Rp Emas seharga -+ Rp Hp seharga -+ Rp Emas seharga Rp HP seharga - +Rp Emas seharga - +Rp Emas seharga -+ Rp Emas seharga Rp Emas seharga Rp Emas seharga Rp Emas seharga Rp System pinjaman 5 % Permingg u /sebrangan Lama pinjaman Berjalan 2 bulan sampai sekarang 5% Permingg Berjalan 1 bulanan u/ Pemberi Gadai sebrangan memberikan bunga, dan macet 3 minggu 20% 24 hari berjalan 10 hari dan masih sisa 14 cicilan lagi 3% 1 hari Sudah lunas 5% Sebrangan / perminggu berjalan 2 minggu dan macet 4 minggu 25% 30 hari Berjalan dicicil 20 kali, cicil tinggal 10 kali lagi 12% Sebrangan per bulan 12% Sebrangan per bulan berjalan 2 bulan sampai sekarang berjalan 1 bulan sampai sekarang 25% 30 hari Telah dicicil 15 kali, cicil tinggal 15 kali lagi 20% 24 hari Telah dicicil 13 kali, cicil tinggal 11 kali 5 % Permingg u lagi Berjalan 2 bulan, macet 3 minggu 39 Wawancara dengan Responden beli/tuku duit (Waliah, Amin, Siti, Musliah, Panji, Supriyati, Tini, Yati, Busam, Tiwi, Siras, Poniman, Sutirah, Eko, Munaroh, Salim, Hartanto, Mulyadi, Yuni, Karso), Pasar Salak Banjarnegara pada tanggal 27 februari 2016.

28 12 Ponim an Jhon malau 13 Eko Edor haloho 14 Mulya di 15 Munar oh Riky tambuna n Frengki sihaloho 16 Salim Darmo manurun g 17 Hartan to Kitini turnip 18 Yuni Darrmo manurun g 19 Karso Rizal silalahi 20 Sutira h Frengki sihaloho Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Hp seharga Rp Laptop seharga Rp Hp seharga Rp Emas seharga Rp /sebrangan 20% 24 hari Telah dicicil 5 kali, cicil tinggal 19 kali lagi 3% 1 hari Sudah lunas 25% 30 hari Telah dicicil 16 kali, cicil tinggal 14 kali lagi 25% 30 hari Telah dicicil 23 kali, cicil tinggal 7 kali Rp % Sebrangan per bulan Hp seharga Rp Emas seharga Rp Emas seharga Rp Laptop seharga Rp lagi berjalan 3 bulan sampai sekarang 25% 30 hari Telah dicicil 20 kali, cicil tinggal 5 kali lagi, tp macet sudah 2 hari 25% 30 hari Telah dicicil 19 kali, cicil tinggal 11 kali lagi 20% 24 hari Telah dicicil 17 kali, cicil tinggal 7 kali lagi 5% Sebrangan per mingguan berjalan 7 minggu sampai sekarang Sumber: Wawancara Dengan Pemberi Gadai Dan Penerima Gadai di Pasar Salak Banjarnegara Dari tabel diatas nampak bahwa barang jaminan gadai lebih banyak adalah emas dibandingkan barang elektronik, dan sebagian dari para Pemberi Gadai lebih memilih menggunakan sistem cicilan 24/30 hari selanjutnya baru sebrangan mingguan. Bagi yang keterangan macet, biasanya para penerima gadai akan memperingatkan dan memberi waktu agar Pemberi Gadai dapat melunasinya, bila Pemberi Gadai wanprestasi dan tidak dapat memberikan bunga dan uang pokok maka barang jaminan gadai akan di jual secara bawah tangan.

29 4. Eksekusi Barang Gadai Eksekusi barang jaminan gadai dilakukan bila pinjaman tidak terbayar sebanyak/sejumlah kekurangan sisa cicilan uang pokok atau uang pokok beserta bungannya. Adapun faktor-faktor yang menjadikan Pemberi Gadai atau pedagang tidak dapat memenuhi kewajibanya ataupun prestasinya diantaranya: a. Persaingan antar pedagang salak yang ketat menjadikan para pemberi gadai yang tidak bisa mengikuti harga dalam pasar menjadikan pedagang gulung tikar, sehingga tidak adanya pendapatan untuk membayar utang ataupun bunga dalam perjanjian pinjam-meminjam 40. b. Bunga yang terlau besar bagi pedagang, sehingga hasil dari daganganya saja tidak cukup untuk membayar bunganya apalagi uang pokoknya 41. c. Sulitnya untuk menjual barang-barang dagangan yang tidak bisa tahan lama, sehingga apabila tidak terjual dalam 3-5 hari maka buah salak akan mengalami kebusukan sehingga susah untuk di jual ataupun mendapatkan keuntungan 42. d. Kebutuhan para pedagang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga seperti sekolah dan kebutuhan makan sehari-hari yang menjadikan uang yang seharusnya untuk berdagang tidak dijadkan untuk berdagang sehingga mereka sulit untuk mengembangkan dagangan mereka Wawancara dengan supriyanti selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari. 41 Wawancara dengan karso selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari Wawancara dengan Tini selaku Pemberi Gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari Wawancara dengan Siras selaku Pemberi Gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.

30

31 Tabel 6. Cara Eksekusi Barang Jaminan Gadai No Lihat tabel Tempat Hasil Sisa hutang tidak terbayar, hasil penjualan 5 penjualan penjualan barang gadai 1 Keterangan Toko jual Rp Macet bunga ibu Tini 3 minggu, setelah no 2 (ibu beli emas tawar menawar antara Pemberi Gadai dan Tini) penerima gadai, maka ibu tini hanya membeyar bunga satu minggu saja. Hasil penjualan uang pokok dan bunga 1 minggu (Rp = uang yang diterima ibu Tini Rp Keterangan no 5 (ibu Supriyanti) 3 Keterangan Dimiliki oleh penerima gadai( dibeli penerima gadai) Diserahka Rp Dengan tawar menawar dan persetujuan antara penerima gadai dan Pemberi Gadai, ibu Supriyanti yang sudah macet Bunga 4 minggu diberi kelonggaran hanya membayar Bungan 2 minggu. Hasil penjualan uang pokok dan bunga 2 minggu (Rp = uang yang diterima ibu Supriyanti Rp Rp Dengan tawar menawar dan persetujuan no 11 (ibu n kepada antara penerima gadai dan Pemberi Gadai,

32 Siras) Pemberi ibu Siras yang sudah macet Bunga 3 minggu Gadai diberi kelonggaran hanya membayar Bunga untuk 2 minggu. Hasil penjualan uang pokok dan menjual bunga 2 minggu (Rp sendiri = uang yang diterima ibu Siras Rp Keterangan Hp masih Belum dijual Karena masih macet 2 hari, maka penerima no 17 dikuasai gadai masih memberi peringatan kepada (bapak oleh Pemberi Gadai agar segera dilunasi sisa Hartanto) penerima cicilannya. gadai Sumber: Wawancara dengan Pemberi Gadai Ibu Tini, Supriyanti, Siras dan Bapak Hartanto. Dalam melakukan pemberian pinjaman para Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang ini sangat hati-hati dan selektif, namun memang apabila Pemberi Gadai wanprestasi atau tidak melakukan kewajibanya tidak dapat dihindari dan pertama yang dilakukan penerima gadai adalah 1. Memberikan peringatan kepada Pemberi Gadai untuk segera melunasi utang atau kewajibanya dengan tenggang waktu tertentu; Apabila Pemberi Gadai sudah tidak berjualan lagi di pasar Salak, maka Penerima gadai biasanya melakukan tindakan Mamarani 44 ke tempat tinggal Pemberi Gadai yang tercatat dalam kartu tanda pengenal yang di pegang oleh Penerima gadai. 44 Mamarani adalah proses mengunjungi rumah dari Pemberi Gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi dengan bertujuan untuk memberi peringatan ataupun melakukan penagihan.

33 2. Dalam penambahan tenggang waktu yang diberikan oleh Penerima gadai, Pemberi Gadai masih tidak memenuhi kewajibanya, maka Penerima gadai menemui Pemberi Gadai untuk menyatakan akan mengeksekusi benda gadai yang sudah dalam jaminan; 3. Setelah pemberitahuan untuk mengeksekusi barang jaminan gadai, maka Penerima gadai selanjutnya melakukan eksekusi terhadap barang jaminan gadai tersebut. Berikut ada beberapa cara yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang sebagai Penerima gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi yaitu: a. Eksekusi Oleh Penerima gadai Eksekusi yang dilakukan oleh Penerima gadai disini ada dua cara yaitu : a) Menjual barang gadai secara dibawah tangan. b) Dimiliki oleh penerima gadai sendiri Barang jaminan gadai tersebut dibeli oleh penerima gadai dengan persetujuan/izin Pemberi Gadai dan hasil penjualannya dikurangi dengan pinjaman uang pokok dan bunga. b. Eksekusi diserahkan pada Pemberi Gadai. Eksekusi ini untuk meberikan kesempatan pada Pemberi Gadai untuk menjual sendiri barangnya sebagai jaminan gadai. Biasanya ini dilakukan dengan cara Pemberi Gadai mencari calon pembeli sendiri yang menurutnya jumlah harga penjualan lebih mahal dari pada dijual kepada penerima gadai. Setelah menemukan calon pembeli maka Pemberi Gadai menemui Penerima gadai untuk meminta barang yang dijadikan sebagai jaminan agar dijual kepada calon pembeli

34 dengan didampingi oleh Penerima gadai untuk memberikan kepastian untuk meminta hasil penjualan untuk membayar utang Pemberi Gadai.

35 C. ANALISIS 1. Analisis Terhadap Perjanjian Gadai Dalam Pinjam-meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 KUH perdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam perjanjian terdapat beberapa unsur yaitu : 45 a. Ada pihak-pihak. Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau badan hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang. b. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan bukan suatu perundingan. c. Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang. d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh pihakpihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian. e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat. Apabila dua pihak telah mufakat mengenai semua unsur dalam perjanjian pinjam meminjam uang maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam uang itu telah terjadi. Yang hanya baru terjadi adalah perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam uang. Apabila uang yang diserahkan kepada pihak peminjam, lahirlah perjanjian pinjam 45 Purwahid Patrik, Hukum Perdata II, Penerbit Universitas Diponegoro,semarang, 1988, h. 4.

36 meminjam uang dalam pengertian undang-undang menurut bab XIII buku ketiga KUHPerdata. 46 Ketentuan perjanjian tersebut adalah mengenai pengertian perjanjian pinjam meminjam uang yang meliputi unsur-unsur prestasi, imbalan prestasi, suatu jangka waktu tetentu dan bunga yang masing-masing diatur dengan undang-undang itu. Sebagaimana halnya perjanjian pada umumnya perjanjian pinjam meminjam yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Kadir Muhammad yang mengatakan bahwa Perjanjian yang sah adalah perjanjiann yang syarat-syaratnya telah ditentukan dalam undang-undang sehingga dapat diakui oleh hukum (Legally Conchide). 47 Perjanjian Pinjam-meminjam uang dengan jaminan gadai antara pedagang pasar dan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang tersebut apabila dilihat dari KUH Perdata untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (Pasal 1320 KUH Perdata), yaitu : 48 a. Adanya kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lain. Pernyataan adalah kapan momentum terjadinya persetujuan pernyataan kehendak tersebut. b. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orangorang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum 46 Mariam darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Penerbit, Alumni, Bandung, 1983 h Muhammad Abdul kadir, Hukum Perjanjian, Penerbit, Alumni,1980, Bandung, h Wawan Muhwan, hukum perikatan, pustaka setia,bandung 2011, h.123.

37 sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang yaitu orang yang sudah dewasa. c. Adanya objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian), kewajiban debitur dan hak kreditur, yang terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu, d. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang. Suatu sebab adalah terlarang atau bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi, perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak dapat mengajukan pada pengaadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya tetapi dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. Apabila dilihat dari perjanjian antara pemberi gadai dengan penerima gadai telah memenuhi unsur-unsur syarat sahnya perjanjian, yaitu : 1. Sepakat: mereka sama-sama sepakat dalam membuat perjanjian dan akibat akibat yang timbul dari perjanjiannya berupa hak dan kewajiban masingmasing. 2. Kecakapan: dari kartu tanda penduduk (KTP) identitas para pihak telah memenuhi usia dewasa atau cakap dan sehat secara jasmani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana disebut di dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana disebut di dalam Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan Ekonomi Indonesia yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana disebut di dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Masalah perjanjian itu sebenarnya merupakan adanya ikatan antara dua belah pihak atau antara 2 (dua)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Koperasi Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Wanprestasi Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada BAB I PENDAHULUAN Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada umumnya, Perjanjian Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D101 07 022 ABSTRAK Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemberian kredit atau penyediaan dana oleh pihak perbankan merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, dan juga sebagai aset utama sekaligus menentukan maju mundurnya

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA NO. URAIAN GADAI FIDUSIA 1 Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract) Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

Lebih terperinci

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama Bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan a. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan P engertian mengenai

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA, SH.MH 1 Abstrak : Eksekusi Objek Jaminan Fidusia di PT.Adira Dinamika Multi Finance Kota Jayapura

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata : BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang ataulebih. Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT Rochadi Santoso rochadi.santoso@yahoo.com STIE Ekuitas Bandung Abstrak Perjanjian dan agunan kredit merupakan suatu hal yang lumrah dan sudah biasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI A. Perjanjian Pemberian Garansi/Jaminan Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang mendahuluinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52. BAB I PENDAHULUAN Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada suatu kepentingan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI (Study Kasus Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta) Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY Atik Indriyani*) Abstrak Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) diatur dalam buku III, bab XVII mulai pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUHPerdata tentang penanggungan utang.

Lebih terperinci

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339 KEWENANGAN MENJUAL SENDIRI (PARATE EXECUTIE) ATAS JAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN 1 Oleh: Chintia Budiman 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan 1 BAB V PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat BMT Istiqomah Unit II Plosokandang selaku kreditur dalam mencatatkan objek jaminan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Agustina Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik ABSTRAK Fidusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nopmor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mendefinisikan: Bank sebagai badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan perlindungan adalah tempat berlindung, perbuatan melindungi. 1 Pemaknaan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA

BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA 3.1 Perlindungan hukum bagi kreditur penerima gadai dari tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian, 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan terpuruknya sendi perekonomian di Indonesia yang disebabkan terjadinya krisis moneter (krismon) sejak pertengahan tahun 1997 sampai dengan sekarang, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memegang peranan sangat penting dalam bidang perekonomian seiring dengan fungsinya sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. 13 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman seperti sekarang ini kebutuhan seseorang akan sesuatu terus meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pasal 1234 KHUPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkembang, yaitu pembangunan di segala bidang, baik bidang

Lebih terperinci

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI Oleh Pande Made Ayu Dwi Lestari I Made Tjatrayasa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of this journal is creditur s right

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya melalui lembaga perbankan, lembaga tersebut

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA http://www.thepresidentpostindonesia.com I. PENDAHULUAN Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. PENDAHULUAN Pada era globalisasi ekonomi saat ini, modal merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan usaha. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA Oleh : A. A. I. AG. ANDIKA ATMAJA I Wayan Wiryawan Dewa Gde Rudy Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT.BANK PERKREDITAN RAKYAT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN TANGERANG Disusun Oleh : Nama NIM : Bambang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT. hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT. hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak 11 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT A. Dasar Hukum Perjanjian Kredit 1. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian berbeda dengan perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan antara dua orang

Lebih terperinci